Pendamping:
dr. Hj. Fatimah, ST
Disusun Oleh:
dr. Dwi Ayu Kartini
dr. Ahmad Wasil
dr. Putri Ananda
1
PROPOSAL EVALUASI PROGRAM TRACING KONTAK TB
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR TAHUN 2022
Oleh dr.
Dwi Ayu Kartini
dr. Ahmad Wasil
dr. Putri Ananda
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................
2
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
BAB I.......................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang.................................................................................................
1.2 Perumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan Evaluasi Program.............................................................................
1.4 Manfaat Evaluasi Program...........................................................................
BAB II....................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Gambaran Umum TB..................................................................................
2.1.1 Pengertian dan Patogenesis TB................................................................
2.1.2 Cara Penularan TB...................................................................................
2.1.3 Perjalanan Alamiah TB............................................................................
2.2 Kondisi Terbaru TB di Dunia dan Indonesia...........................................
2.2.1 Gambaran Jumlah TB di Dunia dan Indonesia........................................
2.2.2 TB di Era Covid-19..................................................................................
2.3 Program Pemerintah dalam Penanggulangan TB di Indonesia..............
2.3.1 Tujuan dan Target....................................................................................
2.4 Pengorganisasi dan Pembagian Peran Penanggulangan TB...................
2.5. Pembagian Peran dalam Penanggulangan TB.........................................
BAB III..................................................................................................................
DATA UMUM DAN DATA KHUS PUSKESMAS SAWAH LEBAR............
3.1 Data Umum Puskesmas Sawah Lebar.......................................................
3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar.........................................
3.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Sawah Lebar.............................................
3.2 Data Khusus Puskesmas Sawah Lebar......................................................
3.2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu..........................
3
3.3 Data Khusus Tuberkulosis..........................................................................
BAB IV..................................................................................................................
EVALUASI PROGRAM.....................................................................................
4.1 Alur Pemecahan Masalah...........................................................................
4.2 Identifikasi Cakupan Program...................................................................
4
Gambar 4.1 Problem Solving Cycle ...............................................................
38
Gambar 4.2 Fishbone sebelum intervensi melalui pendekatan sistem ...........
50
5
DAFTAR TABEL
6
Tabel 4.8 Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif. ......
45
Tabel 4.9 Urutan Prioritas Masalah .................................................................
45
Tabel 4.10 Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Program................................
47
Tabel 4.11 Kemungkinan Penyebab Masalah Manajemen Puskesmas ...........
48
Tabel 4.12 Alternatif Pemecahan Masalah ......................................................
49 Tabel 4.13 Hasil Akhir penentuan prioritas pemecahan masalah kriteria
Matriks .............................................................................................................
52
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat, rahmat, dan anugrah - Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan evaluasi program mengenai “TRACING KONTAK TB DI
WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SAWAH LEBAR TAHUN 2022” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu, sebagai persyaratan kelulusan dalam program
Internship di Puskesmas Sawah Lebar Periode Mei – November 2022.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut ambil bagian dalam penyelesaian penelitian ini, baik melalui
bimbingan, masukan dan bantuan yang membangun, antara lain:
1. dr. Hj. Fatimah, ST selaku pembimbing Internship di Puskesmas
Sawah Lebar , yang telah memberikan bimbingan yang membantu
dalam penyusunan laporan penelitian ini
2. Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyelesaian laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tentunya masih memiliki
kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan untuk memperbaiki
kualitas penulis di masa mendatang.
7
Bengkulu, September 2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
8
kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan.1,2
Pada tahun 2018 jumlah kasus baru Bakteri Tahan Asam (BTA)
positif (+) yang dilaporkan sebanyak 330 kasus dari jumlah total seluruh
kasus Tuberkulosis adalah 912 kasus, namun jumlah ini ternyata masih
jauh dari target kasus Tuberkulosis yang harus ditemukan. Menurut
Riskesdas 2018 prevalensi TB Paru di Provinsi Bengkulu sebanyak
0,41% dengan prevalensi tertinggi terdapat di wilayah kabupaten Rejang
Lebong sebanyak 0,81%. Sedangkan di kota Bengkulu prevalensi TB
Paru sebanyak 0,30%.3
Angka notifikasi kasus atau CNR (Case Notification Rate) adalah
angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan
tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini
berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnya penemuan kasus pada wilayah tersebut. Pada tahun 2018
pencapaian CNR wilayah Kota Bengkulu adalah 912 per 100.000
penduduk. Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa trend CNR di Kota
Bengkulu dari tahun 2016-2018 kecenderungannya adalah meningkat,
capaian paling tinggi adalah di tahun 2018 yaitu 912/100.000 penduduk,
dan dalam dua tahun terakhir capaian CNR di Kota Bengkulu cendrung
mengalami peningkatan. Tahun 2020 jumlah kasus baru TB BTA + di
wilayah puskesmas Basuki Rahmad sebanyak 13 kasus dengan jumlah
seluruh kasus TB sebanyak 37 Kasus. Berdasarkan laporan PKP tahun
2020, semua kasus TB yang diobati berjumlah 9,23% dengan penemuan
suspek TB sebesar 3,42%.4
TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama
agen infeksius. Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta
kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan
terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang, 266.000-335.000)
di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus
9
TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148)
per 100.000 penduduk. Oleh sebab itu hingga saat ini TBC masih
menjadi prioritas utama di dunia dan menjadi salah satu tujuan dalam
SDGs (Sustainability Development Goals).1
Sebelum pandemi COVID-19, upaya penanggulangan tuberkulosis
(TBC) oleh sejumlah negara cenderung stabil. Hal ini terlihat dari
penurunan insiden sebesar 9% dan penurunan angka kematian sebesar
14% antara tahun 2015 sampai 2019. Upaya penanggulangan pandemi
COVID-19 masih belum berakhir. Bahkan setiap harinya penambahan
kasus baru masih terus terjadi. Tentunya kondisi ini berdampak pada
gangguan dalam layanan yang menyebabkan kemunduran pada layanan
TBC. Dikutip dari rilis media ini, disebutkan bahwa persoalan sumber
daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya telah dialokasikan
untuk penanganan COVID-19.5
Bahkan sistem pengumpulan dan pelaporan data juga terkena dampak
negatif. Menurut Global TB Report 2020 terbaru ini, dari sejumlah data
yang dikumpulkan dari lebih 200 negara, menunjukkan penurunan yang
signifikan dalam notifikasi kasus TBC. Dimana terjadi penurunan 25-
30% antara bulan Januari dan Juni 2020 dibandingkan dengan periode
yang yang sama pada tahun 2019 di 3 negara dengan beban tinggi,
termasuk Indonesia yang merupakan salah satu dari negara dengan beban
TBC tertinggi di dunia. Penurunan dalam notifikasi kasus ini dapat
menyebabkan peningkatan dramatis dalam kematian TBC tambahan,
menurut model WHO.5
10
2. Apa saja faktor yang menyebabkan kendala investigasi TB terkait
angka keberhasilan penemuan kasus baru TB di wilayah kerja
Puskesmas Sawah Lebar berdasarkan pendekatan sistem?
3. Apa saja alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab
masalah yang ditemukan?
4. Bagaimana prioritas pemecahan masalah sesuai dengan penyebab
masalah yang ada?
11
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah
yang ditemukan di dalam program puskesmas.
d. Meningkatkan pemahaman pentingnya data untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
12
2.1 Gambaran Umum TB
2.1.1 Pengertian dan Patogenesis TB
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular disebabkan
oleh kuman dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ tubuh lainnya. 1
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain : M.
Tuberculosis, M africanum, M. Bovis, M. Leprae dsb. Yang dikenal
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium
selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan
pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis
dan pengobatan TB.7 Secara umum sifat kuman TB antara lain adalah:
13
2.1.2 Cara penularan TB
a. Paparan
Peluang peningkatan paparan terkait dengan :
- Jumlah kasus menular di masyarakat
- Peluang kontak dengan kasus menular
- Tingkat daya tular dahak sumber penularan
14
- Intensitas batuk sumber penularan
- Kedekatan kontak dengan sumber penularan
- Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan
- Faktor lingkungan: konsentrasi kuman diudara (ventilasi, sinar
ultraviolet, penyaringan adalah faktor yang dapat menurunkan
konsentrasi)7
Catatan: paparan kepada pasien TB menular merupakan syarat untuk
terinfeksi. Setelah terinfeksi, ada beberapa faktor yang menentukan
seseorang akan terinfeksi saja, menjadi sakit dan kemungkinan
meninggal dunia karena TB.
b. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah
infeksi - Reaksi imunologi (lokal)
Kuman TB memasuki alveoli dan ditangkap oleh makrofag dan
kemudian berlangsung reaksi antigen-antibodi
- Reaksi imunologi (imun)
Delayed hypersensitivity (hasil Tuberkulin tes menjadi positif)
- Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup
dalam lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali
- Penyebaran melalui aliran darah atau getah bening dapat terjadi
sebelum penyembuhan lesi 7
c. Sakit TB
Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari:
- Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
- Lamanya waktu sejak terinfeksi
- Usia seseorang yang terinfeksi
- Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya
tahan tubuh rendah diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
(gizi buruk) akan memudahkan berkembangnya TB aktif (sakit
TB). Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
15
pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.7
d. Meninggal dunia
Faktor risiko kematian karena TB:
- Akibat dari keterlambatan diagnosis
- Pengobatan tidak adekuat
- Adanya kondisi kesehatan awal yang buruk atau penyakit
penyerta 7
e. Hal lain yang mempermudah penularan TB
- Hunian padat, misalnya di penjara dan temat-tempat pengungsian
- Situasi sosial ekonomi yang tidak menguntungkan, misalnya
kemiskinan dan pelayanan kesehatan yang buruk
- Lingkungan kerja, misalnya laboratorium klinik, rumah sakit
16
2.2 Kondisi Terbaru TB di Dunia dan Indonesia
2.2.1 Gambaran Jumlah TB di Dunia dan Indonesia
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia
walaupun upaya penanggulangan TB telah dilaksanakan dibanyak
negara sejak tahun 1995. Di seluruh dunia, TB adalah salah satu
dari 10 penyebab utama kematian dan penyebab utama dari agen
infeksi (di atas HIV / AIDS). Sehingga TB tetap menjadi
pembunuh menular teratas di dunia yang merenggut hampir 4000
nyawa setiap hari.9
Menurut laporan WHO pada tahun 2019, diperkirakan terdapat
10 juta orang yang terserang tuberkulosis (TB) di seluruh dunia
diantaranya 5,6 juta laki-laki, 3,2 juta perempuan dan 1,2 juta
anak-anak. Sebanyak 1,4 juta kematian akibat TB (termasuk
208.000 orang dengan HIV). Terdapat 465.000 orang untuk kasus
TB resisten obat. Di tahun yang sama terdapat 30 negara dengan
beban TB tertinggi menyumbang 87% kasus TB baru. Delapan
negara menyumbang dua pertiga dari total, dengan India
memimpin penghitungan, diikuti oleh Indonesia, Cina,
Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan.10
Berdasarkan data dari WHO insiden TB di Indonesia pada
tahun 2019 sebesar 845.000 orang diantaranya 562.000 orang
untuk kasus baru maupun relaps dan 283.000 orang untuk kasus
yang tidak diketahui atau yang tidak terdiagnosis. Terjadi
peningkatan insiden dari tahun 2018 dimana terdapat 843.000
orang. Terdapat 96.000 orang dilaporkan meninggal 4.700 orang
diantaranya dengan HIV. Untuk kasus TB resisten obat
diperkirakan berjumlah 24.000 orang diantaranya 11.463
terkonfirmasi laboratorium dan 5.531 orang memulai terapi lini
kedua.11
17
Gambar 2.2. Data Report 2020 TB di Indonesia
18
Gambar 2.3 Kasus TB Indonesia Jan-Juni 2019 vs 2020
Berdasarkan data SITB per 16 Juli 2020, selama bulan
JanuariJuni 2020, jumlah kasus TB di Indonesia mengalami tren
penurunan cukup besar, di bulan Januari sejumlah 31.216 kasus
sedangkan di bulan Juni 11.839 kasus. Dibandingkan 2019,
perbedaannya juga sangat terlihat. Seperti di bulan Januari, selisih
jumlah kasus sebesar 21. 957 kasus.12
19
pada TW 1-2 tahun 2020 terdapat 5632 jumlah kasus. Begitu juga
dengan total enrolment TB RO anak dan dewasa pada TW 1-2
tahun 2019 terdapat 2618 jumlah kasus sedangkan pada TW 1-2
tahun 2020 terdapat 2637 jumlah kasus. 12
20
2.3 Program Pemerintah dalam Penanggulangan TB di Indonesia
2.3.1 Tujuan dan Target
Secara umum, penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
tahun 2020-2024 diharapkan dapat mempercepat upaya Indonesia
untuk mencapai eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030, serta
mengakhiri epidemi Tuberkulosis di tahun 2050. Secara khusus,
penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia tahun 2020-2024
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan
Tuberkulosis.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
penanggulangan Tuberkulosis.
3. Memperkuat manajemen program penanggulangan
tuberkulosis yang responsif.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan Tuberkulosis yang
berpusat kepada kebutuhan pasien.
Pada tahun 2024, diharapkan tercapai:
1. Mendiagnosis dan mengobati setidaknya 756.900 orang
dengan Tuberkulosis, yang mencakup 81,745 anak dengan
TBC serta 19.200 orang dewasa dengan TB RO;
2. Pemberian terapi pencegahan TBC pada setidaknya
2,487,158 orang yang berisiko TB.
Selanjutnya, pada tahun 2030, diharapkan tercapai:
1. Penurunan insidensi Tuberkulosis menjadi 69 per 100.000
populasi
2. Penurunan angka kematian akibat TBC sebesar 90%
dibandingkan pada tahun 2019
3. Tidak ada keluarga yang mengalami biaya katastropik
karena Tuberkulosis 13
21
Dalam rangka upaya menuju target Eliminasi Tuberkulosis tahun
2030, terdapat prasyarat yang harus dicapai oleh Kabupaten/Kota dan
Provinsi yaitu (1) mencapai target Penemuan dan Pengobatan kasus
Tuberkulosis (Treatment Coverage) = 90% dan (2) Keberhasilan
pengobatan tuberkulosis hingga tuntas (Success Rate) = 90%. Sebagai
gambaran, berikut ini adalah kondisi pencapaian program TBC nasional
tahun 2019 yang dituangkan dalam empat kuadran yaitu:
22
- Koordinasi, harmonisasi, sinkronisasi dan sinergi untuk
mencapai kinerja program yang terbaik
2. Peningkatan akses layanan Tuberkulosis bermutu dan berpihak
pada pasien
- Melibatkan semua penyedia layanan melalui
peningkatan jaringan layanan pemerinta swasta
melalui district-basedpublic-private mix (PPM)
- Intensifikasi penemuan kasus TB aktif melalui
pendekatan kesehatan masyarakat dan keluarga
- Pendekatan integrasi layanan seperti TB-HIV, TB-
DM, IMCI, PAL, dll
- Inovasi diagnostik TB dengan memanfaatkan alat
terbaru sesuai rekomendasi WHO
- Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan
dukungan pasien dan keluarga
- Integrasi dengan asuransi kesehatan untuk
mencapai cakupan universal untuk pengobatan TB
3. Pengendalian infeksi dan optimalisasi pemberian pengobatan
pencegahan Tuberkulosis
- Promosi, lingkungan dan gaya hidup sehat
- Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi TB
(imunisasi, pengobatan profilaksis, pengendalian infeksi, dll)
- Meningkatkan penemuan kasus TB dan juga mempertahankan
keberhasilan pengobatan yang tinggi
4. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan
tatalaksana Tuberkulosis
- Pemetaan mitra potensial dalam eliminasi TB
- Peningkatan kemitraan melalui koordinasi forum TB di tingkat
pusat
23
- Peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi TB di tingkat
provinsi/kabupaten
4. Peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor
lainnya dalam eliminasi Tuberkulosis
- Meningkatkan keterlibatan dan keterlibatan pasien TB, mantan
pasien, keluarga dan masyarakat dalam pengendalian TB
- Memperluas keterlibatan masyarakat dan keluarga
dalam pengendalian TB
- Keterlibatan peran masyarakat dalam promosi TB, temuan kasus
TB dan dukungan pengobatan terhadap TB
- Pemberdayaan masyarakat melalui integrasi TB ke dalam
pelayanan kesehatan berbasis keluarga dan masyarakat
4. Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem
kesehatan
- Sumber daya manusia yang memadai dan kompeten
- Mengelola logistik secara efektif
- Meningkatkan pembiayaan, advokasi dan peraturan
- Memperkuat sistem informasi strategis, surveilans proaktif,
termasuk kewajiban melaporkan (Mandatory Notification).
- Jaringan dalam penelitian dan pengembangan inovasi program.14
Enam strategi di atas terdiri dari tiga strategi fungsional dan tiga
strategi pemungkin. Strategi fungsional adalah strategi yang bersifat
teknis yang menyasar pada area intervensi: penemuan kasus,
pengobatan, dan pencegahan. Strategi pemungkin merupakan strategi
yang menyasar faktor kontekstual yang dapat menjadi daya ungkit
ketercapaian strategi fungsional. Strategi fungsional dalam
penanggulangan TB di Indonesia 2020-2024 terdiri dari Strategi 2, 3 dan
5; sedangkan ketiga strategi yang lain merupakan strategi pemungkin.
Keterkaitan keenam strategi tersebut diilustrasikan dalam Gambar
24
Gambar 2.7 Enam Strategi Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
2020- 2024
Keenam strategi tersebut sesuai dan bisa dihubungkan dengan
tiga pilar End TB Strategy. Strategi ke-2 dan ke-3 merupakan strategi
yang harmoni dengan pilar 1 End TB strategy (Penanganan dan
pencegahan Tuberkulosis yang terintegrasi dan berpusat pada pasien).
Strategi ke-1 dan ke-5 merupakan dua strategi yang mengarah kepada
pilar 2 End TB strategy (Sistem pendukung serta kebijakan-kebijakan
yang tegas). Strategi 6 mendukung pilar 1 dan 2. Pilar terakhir dalam
End-TB strategy yakni Inovasi dan penelitian yang intensif selaras
dengan strategi ke-4 yakni pemanfaatan hasil riset dan teknologi
skrining, diagnosis, dan tatalaksana Tuberkulosis.13
25
koordinasi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, dan penanggung jawab teknis pengendalian TB yaitu
Menteri Kesehatan R.I. Dalam pelaksanaannya program TB secara
Nasional dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, cq. Direktorat Pengendalian
Penyakit Menular Langsung.
2. Tingkat Provinsi.
Di tingkat provinsi Gerdunas-TB Provinsi yang terdiri dari
Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi
disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Dalam pelaksanaan
program TB di tingkat provinsi dikordinasikan Dinas Kesehatan
Provinsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kabupaten/kota Gerdunas-TB kabupaten/kota
yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Bentuk dan
struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan program TB di tingkat Kabupaten/Kota
dikordinasikan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
4. Tingkat fasyankes
Tatalaksana pasien TB dilaksanakan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjut (FKRTL).
1). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Berdasarkan kemampuan pemeriksaan mikroskopis FKTP di bagi
menjadi :
- FKTP Rujukan Mikroskopis (FKTP-RM), yaitu
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mampu
melakukan pemeriksaan mikroskopis TB.
- FKTP Satelit (FKTP-S) yaitu Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama yang melakukan pembuatan sedian
26
apus sampai fiksasi. Secara umum konsep pelayanan
pasien TB di Balai Pengobatan dan Dokter Praktek
Mandiri (DPM) sesuai dengan kemampuan pelayanan
yang diberikan.
2). Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
FKRTL dalam hal ini adalah fasilitas kesehatan RTL
yang mampu memberikan layanan TB secara menyeluruh mulai
dari promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk
kasus-kasus TB dengan penyulit dan kasus TB yang tidak bisa
ditegakkan diagnosisnya di FKTP.
Fasilitas kesehatan yang termasuk dalam FKRTL adalah RS
Tipe C, B dan A, RS Rujukan Khusus Tingkat Regional dan
Nasional, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan
klinik utama. Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
pasien TB secara berkualitas dan terjangkau, semua fasilitas
kesehatan tersebut diatas perlu bekerja sama dalam kerangka
jejaring pelayanan kesehatan baik secara internal didalam gedung
maupun eksternal bersama lembaga terkait disemua wilayah.
Pembagian peran dan wewenang dalam penanggulangan TB.
Pelaksanaan pembagian peran dan
wewenang antara pemerintah pusat dan daerah, bertujuan
untuk:
- Meningkatkan komitmen dan kepemilikan program antara pemerintah
pusat dan daerah.
- Meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan sikronisasi perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan penilaian program.
- Efisiensi, efektifas dan prioritas program sesuai dengan kebutuhan.
- Meningkatkan kontribusi pembiayaan program bersumber dari dana
pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan program secara
memadai.
27
2.5 Pembagian Peran Dalam Penanggulangan TB
1. Tingkat pusat
- Menetapkan kebijakan dan strategi program penanggulangan TB
(NSPK).
- Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor dan kemitraan
untuk kegiatan Penanggulangan TB dengan institusi terkait ditingkat
nasional.
- Memenuhi kebutuhan Obat Anti TB (OAT) lini1 dan lini2 (TB-RO).
- Memenuhi kebutuhan perbekalan kesehatan, reagensia dan penunjang
laboratorium lain untuk penegakan diagnosis TB sebagai penyangga
kegiatan atau buffer.
- Pemantapan mutu obat dan laboratorium TB.
- Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis kegiatan Penanggulangan
TB.
- Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB yang terkait
dengan tugas pokok dan fungsi.
- Pendanaan kegiatan peningkatan SDM Penanggulangan TB terkait
dengan tugas pokok dan fungsi.
2. Tingkat Provinsi
- Melaksanakan ketetapan kebijakan dan strategi program
penanggulangan TB (NSPK).
- Menyediakan kebutuhan perbekalan kesehatan, reagensia dan
penunjang laboratorium lain untuk penegakan diagnosis TB
sebagai penyangga kegiatan atau buffer.
- Melakukan koordinasi lintas program/lintas sektor dan
kemitraan untuk kegiatan Penanggulangan TB dengan
institusi terkait ditingkat provinsi.
- Mendorong ketersediaan dan peningkatan kemampuan tenaga
kesehatan Penanggulangan TB.
28
- Pemantauan dan pemantapan mutu atau quality assurance
untuk pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosis
TB.
- Monitoring, evaluasi dan pembinaan teknis kegiatan
Penanggulangan TB, pemantapan surveilans epidemiologi TB
ditingkat kabupaten/kota.
- Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB yang
terkait dengan tugas pokok dan fungsi.
- Pendanaan kegiatan peningkatan SDM Penanggulangan TB
terkait dengan tugas pokok dan fungsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota
Melaksanakan ketetapan kebijakan dan strategi
program penanggulangan TB (NSPK).
Menyediakan kebutuhan perbekalan kesehatan
dan bahan pendukung diagnosis.
Menyediakan kebutuhan pendanaan
untuk operasional program Penanggulangan
TB.
Melakukan koordinasi lintas program dan
lintas sektor serta jejaring kemitraan untuk
kegiatan Penanggulangan TB dengan institusi
terkait ditingkat Kabupaten.
Menyediakan kebutuhan Pendanaan kegiatan
peningkatan SDM Penanggulangan TB di
wilayah nya.
Menyediakan bahan untuk promosi TB.6
BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS SAWAH
LEBAR
29
3.1 Data Umum Puskesmas Sawah Lebar
3.1.1 Data Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar
UPTD Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu adalah salah satu
puskesmas yang terletak di wilayah kerja kecamatan Ratu Agung Kota
Bengkulu, dengan luas wilayah 2,61 km2, dengan jumlah penduduk
20.941 jiwa, wilayah kerja puskesmas Sawah Lebar meliputi 3 (tiga)
kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Sawah Lebar dengan luas wilayah 1,15 Km2, jumlah
penduduk 7.754
2. Kelurahan Sawah Lebar Baru dengan luas wilayah 0,76 Km 2, jumlah
penduduk 8.504 jiwa
3. Kelurahan Kebun Tebeng dengan luas wilayah 0,70 Km2, jumlah
penduduk 4.686
30
- Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu. - Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja
Puskesmas Jembatan Kecil.
- Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Anggut.
- Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Sukamerindu.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Wilayah
Puskesmas Sawah Lebar
Jumlah Penduduk
No Kelurahan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
31
7 70-80 93 99 192
Jumlah 13.518 13.744 20.941
Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) 100
32
3.1.2 Gambaran Umum Puskesmas Sawah Lebar
Puskesmas Sawah Lebar beralamat di Sawah Lebar, Kecamatan
Ratu Agung, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu dengan kode pos 38216. Rincian
33
SARANA PELAYANAN PUSKESMAS
Terdapat serangkaian program yang dilaksanakan oleh Puskesmas
Sawah Lebar . Berdasakan Penilaian Kinerja Program Puskesmas Sawah
Lebar tahun 2022 program tersebut adalah:
1. Pelayanan UKM Esensial Puskesmas
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Pelayanan KIA–KB
d. Upaya Pelayanan Gizi
e. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak
Menular
2. Pelayanan UKM Pengembangan
a. Keperawatan Kesehatan Masyarakat
b. Upaya Kesehatan Jiwa
c. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Tradisional
e. Upaya Kesehatan Lanjut Usia
3. Pelayanan UKP
a. Pelayanan Rawat Jalan
b. Pelayanan Gawat Darurat
c. Pelayanan Kefarmasian
d. Pelayanan Laboratorium
KETENAGAAN
Kualifikasi ketenagaan berdasarkan tingkat pendidikan dan status
kepegawaian di Puskesmas Sawah Lebar tahun 2021 beserta jaringannya dapat
34
Ka. UPTD Puskesmas
PNS
1 Sawah Lebar 1 dr.Hj.Fatimah, ST
Kasubbag TU 1 Alamsyah, S.Sos PNS
Dokter Umum 1 dr.Hana Sumita P. Saragih PTT
Dokter Gigi 1 dr. Dona Yuanita PNS
Perawat 7 1 Ns.Moh.Yulis E. S.Kep PNS
2 Reni Marlina, S.Kep PNS
3 Elesti, S.Kep PNS
4 Nerry Yunita, S.Kep PNS
5 Sukia Butar Butar,Amd.Kep PNS
6 Ns.Vera Crisnaiti, S. Kep PNS
7 Ns.Wiwik Priyanti,S, Kep PNS
35
Asisten Apoteker 1 1 Ade Putri R, Amd.Farm PTT
Tenaga Administrasi 2 1 Sinta Elvani PTT
2 Ulfah Daniah, SE PTT
Administrator Kesehatan 1 1 Nirfadilawati, SKM PNS
Supir 1 Anggi Cita Niaga Putra, SKM PTT
Gizi 2 1 Nurhidayati, AMG PNS
2 Astari Kurnia, Amd Gz PTT
Sanitarian 2 1 Reni Susiani, SKM PNS
2 Olvie Monika, Amd.Kes PTT
Analis Kesehatan 2 1 Devi Oktaviani, Amd,AK PNS
2 Tuti Haryani, Amd.AK TKS
Pelayanan P-Care 1 1 Welly Siswendy, Amd.AK TKS
Cleaning Service 2 1 Ida Ayunita TKS
2 Frans Dhikoredi TKS
Penjaga Malam 1 1 Dedi Setiawan TKS
JUMLAH 47
36
3.2 Data Khusus Puskesmas Sawah Lebar
3.2.1 Struktur Organisasi Puskesmas Sawah
Lebar
37
Gambar 3.2. Struktur Organisasi Puskesmas Sawah Lebar
38
3.3 Data Khusus Tuberkulosis (TB)
Tahun 2022 jumlah kasus baru TB BTA + sebanyak 15 kasus, Case
Notification Rate (CNR) kasus baru TB BTA + 0,15 per 100.000
penduduk. Jumlah seluruh kasus TB sebanyak 28 Kasus, CNR seluruh
kasus TB 0,028 per 100.000 penduduk. Berdasarkan laporan PKP tahun
2022, semua kasus TB yang diobati berjumlah 50 %. Laporan
perkembangan kasus pasien TB
Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2022 dapat dilihat pada tabel 3.6
Tabel 3.6 Data Jumlah Pasien TB Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2022
(Sumber: Laporan Poli TB Puskesmas Sawah Lebar Tahun 2020)
Jenis Kelamin
Bulan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Januari 1 - 1
Februari 2 - 2
Maret 4 3 7
April 2 1 3
Mei 2 2 4
Juni 1 1 2
Juli 1 1 2
Agustus 2 - 2
September 1 1 2
Oktober 1 2 3
November - - -
Desember - - -
Jumlah 17 11 28
39
Berdasarkan tabel 3.6, jumlah pasien TB Puskesmas Sawah Lebar
Tahun 2022 berjumlah 28 orang, dengan pasien laki-laki lebih banyak
dari pada perempuan (LK= 17; PR= 11). Pasien terbanyak yang datang
ke poli terdapat pada bulan Maret sebanyak 7 orang, sementara bulan
November sampai Desember belum dilaksanakan pendataan pasien TB
baru.
Laporan kasus TB berdasarkan rentang dan kategori usia tahun 2022 di
Puskesmas Sawah Lebardapat dilihat di tabel 3.7
40
4.1 Alur Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah pada survei ini dilakukan berurutan sesuai
dengan gambar berikut ini:
1.
Identifikasi
masalah
8. Monitoring 2. Penentuan
dan Evaluasi prioritas Masalah
7. Penentuan 3. Penentuan
rencana penyebab
penerapan Masalah
6. Penetapan 4. Memilih
pemecahan penyebab yang
masalah paling mungkin
5. Menentukan
alternatif
pemecahan
masalah
secara berkala.
41
pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang
sudah ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai cara.
Diantaranya melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan
berdiskusi dengan para ahli. Namun dalam penentuan masalah ini,
metode yang kami gunakan adalah metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengaitkan
masalah dengan faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk
menganalisis penyebab masalah antara lain fish bone analysis system
(diagram tulang ikan), analisis sistem, pendekatan H.L.Bloem,
analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal ini, kami
menggunakan metode fish bone analysis untuk menentukan penyebab
masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Bertujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara
lain dengan cara:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-
sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari
penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka
dapat langsung pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan
pemilihan pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa
42
alternatif maka digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan atau
memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA
(Plan of Action atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan
pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan
dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah
permasalahan sudah dapat dipecahkan.
43
.
4.3 Analisis Penyebab Masalah
Untuk penentuan prioritas masalah digunakan metode brainstorming
dengan pemegang program dan kepala puskesmas.
44
Material • Tersedianya preparat OAT di • Pemeriksaan diagnostik
Puskesmas pasien harus dirujuk ke
• Tersedia kartu berobat TB Rumah Sakit terlebih
dahulu.
• Kurangnya media promosi
untuk sosialisasi program
(penyuluhan, leaflet)
Tabel 4.11. Kemungkinan Penyebab Masalah Manajemen Puskesmas
45
P2(penggerakan • Adanya kerjasama Kurangnya pengetahuan
dan pelaksanaan) dengan petugas mengenai pentingnya
KPLDH untuk Tracing kontak TB
mengevaluasi
penemuan kasus TB
• Pemeriksaan Tracing
kontak TB dilakukan
dengan koordinasi
lintas program dan
lintas sektor terkait
masyarakat tentang
lamanya mengkonsumsi
OAT (kasus putus obat)
46
Adanya dukungan dari
lintas sektoral ( RT,
RW, Kader)
Pengetahuan masyarakat •
Membuat penyuluhan ke
tentang TB dan masyarakat mengenai TB dan
penanggulangannya masih penanggulangannya
rendah • Menayangkan media edukasi yang
menarik didalam gedung
puskesmas
Jadwal dan waktu Tracing Menjalankan Tracing sesuai jadwal yang
kontak belum terlaksana sudah ada
dengan baik
47
INPUT
Untuk tahun 2022 tidak terdapat
MONEY anggaran dari BOK.
Petugas pemegang program
dijadwalkan masuk secara
rolling MAN
MATERIAL
- Pemeriksaan diagnostik
harus dirujuk ke RS
METHOD
Tidak dicatatnya pasien dengan hasil terlebih dahulu
NEGATIF - K urangnya media
promosi untuk sosialisasi
Tidak ada pemetaan wilayah rawanTB
program Meningkatkan CNR rate
melalui tracing kontak
Tabel 4.13. Hasil Akhir penentuan prioritas pemecahan masalah kriteria matriks
Hasil
Nilai Kriteria Penyelesaian Akhir Masalah (M x I x
V)/
Urutan
M I V C
C
• Membuat penyuluhan ke
penanggulangannya. 4 4 3 2 24 II
4 4 3 2 30 I
jadwal yang sudah ada
53
DAFTAR PUSTAKA
53