Anda di halaman 1dari 46

MINI PROJECT

PENYULUHAN PENTINGNYA ASUPAN GIZI MAKANAN PADA


IBU HAMIL DI PUSKESMAS BALARAJA

Disusun oleh :
dr. Arief Mawarni
dr. Agam Anugrah
dr. Ilham Akbar
dr. M. Anshar

Pendamping:
dr. Wahyu Indah Puspasari

UPTD PUSKESMAS BALARAJA


DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANGERANG

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

2022
PENYULUHAN PENTINGNYA ASUPAN GIZI MAKANAN PADA IBU
HAMIL DI PUSKESMAS BATANGHARI

Laporan Mini Project


untuk memenuhi persyaratan
Program Internship Dokter Indonesia

Penulis
dr. Astri Yuliyaningsih

Pendamping
dr. Iput Retnosari

PUSKESMAS BATANGHARI LAMPUNG TIMUR


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Mini Project ini dibuat dalam rangka tugas akhir praktek dokter internship
sekaligus sebagai bagian persyaratan menyelesaikan program internship
di Puskesmas Batanghari

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal:

oleh:
Dokter Pendamping Internsip Puskesmas Batanghari

dr. Astri Yuliyaningsih


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan
hikmat dan akal budi kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan
laporan mini project “Penyuluhan Pentingnya Asupan Gizi Makanan pada Ibu
Hamil di Puskesmas Batanghari ” dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ibu Sumarsih,S.ST Selaku Kepala UPTD Puskesmas Batanghari

2. dr. Iput Retnosari, selaku pendamping Program Internship Dokter


Indonesia di Puskesmas Batanghari
3. Ibu Titi Srikandi, Amd, Keb selaku bidan Desa Sumber Rejo, Kecamatan
Batanghari
4. Segenap Staf Puskesmas Batanghari,

5. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas


pertolongannya dalam pengerjaan laporan mini project ini.
Penulis menyadari bahwa laporan mini project ini masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi isi maupun penyusunannya. Penulis membuka diri untuk
adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
karya selanjutnya. Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Batanghari, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN SAMPUL DALAM...........................................................................................2
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................................3
KATA PENGANTAR............................................................................................................4
DAFTAR ISI...........................................................................................................................5

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................7
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................8
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Nutrisi Ibu Hamil..............................................................................................9
2.2 Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil..........................................................................10
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil.................................................... 14
2.4 Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin..............................................................17
2.5 Perkembangan Janin dalam Kandungan.............................................................................. 19

BAB 3 ANALISIS DATA


3.1 Data Primer.......................................................................................................................27
3.1.1 Hasil Wawancara.....................................................................................................27
3.2 Problem List......................................................................................................................28
3.3 Rencana
Solusi..................................................................................................................28
BAB 4 INTERVENSI DAN EVALUASI
4.1 Intervensi..........................................................................................................................29
4.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..............................................................................29
4.1.2 Peserta......................................................................................................................29
4.1.3 Materi dan Kegiatan................................................................................................29
4.2 Rencana Tindak Lanjut.....................................................................................................30

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................................31
5.2 Saran.................................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................33

LAMPIRAN..........................................................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang


cukup berat. Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa kehamilan dapat
berakibat kurang baik bagi ibu dan janin dalam kandungan. Sejak dahulu kala
makanan wanita hamil telah dianggap sangat penting, sebab orang percaya bahwa
makanan yang benar akan memberi dampak yang baik bagi janin. Sehingga
masyarakat membuat berbagai aturan makanan yang boleh dimakan ibu hamil dan
makanan yang ditabukan,yang mana hal tersebut ternyata sama sekali tidak benar
dilihat dari segi kesehatan. Misalnya, ibu hamil tidak boleh makan banyak-banyak
dengan tujuan agar bayinya tidak besar dan mudah dilahirkan.

Gizi ibu pada waktu hamil sangat penting untuk pertumbuhan janin yang
dikandungnya. Angka kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) lebih tinggi di
negara-negara yang sedang berkembang daripada di negara-negara yang sudah maju.
Hal ini disebabkan oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi diet
ibu. Gizi ibu yang baik diperlukan agar pertumbuhan janin berjalan pesat dan
tidak omengalami hambatan. Dimulai dari satu sel telur yang setelah dibuahi
tumbuh dengan pesat, sehingga diperkirakan pertumbuhan janin sejak konsepsi
sampai lahir (Soetjiningsih, 1995).Sayangnya, masalah gizi pada ibu hamil di Indonesia
masih cukup tinggi. Ahli gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr Elvina
Karyadi, MSc, PhD, SpGK, memaparkan, berdasarkan riset kesehatan dasar
2007,terdapat 13,6 persen wanita usia subur dengan kurang energi kronis. Selain
itu,ada 11,3 persen wanita dewasa yang mengalami anemia. Bahkan, berdasarkan survei
kesehatan rumah tangga 2001, prevalensi (angka kejadian) anemia pada ibu hamil
mencapai 40,1 persen.

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi


pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada masa
sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat,
cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain bayi yang dilahirkan
sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil. Dalam masa
kehamilan, kebutuhan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh-kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu, dan persediaan
laktasi baik untuk ibu maupun janin. Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan
anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, pendarahan pasca persalinan,
sepsis puerperalis, dan lain-lain. Kelebihan nutrisi karena dianggap makan untuk
dua orang dapat berakibat kegemukan, preeklampsia, janin besar, dan lain-lain
(Yulaikhah, 2006)

Masih rendahnya gizi buruk ibu hamil di Indonesia terus meningkat


dari tahun ke tahun, ini yang membuat kajian bagi pemerintah untuk mengatasi
permasalahan ini. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 menunjukkan Angka Kematian Balita sebesar 44/1000, Angka Kematian
Bayi 34/1000, dan Angka Kematian Neonatal 19/1000.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian nutrisi ibu hamil?

2. Apa saja nutrisi yang diperlukan ibu hamil?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil?

4. Apa akibat gangguan gizi pada pertumbuhan janin?

5. Bagaimana perkembangan janin dalam kandungan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian nutrisi ibu hamil

2. Mengetahui nutrisi yang diperlukan ibu hamil

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil

4. Mengetahui akibat gangguan gizi pada pertumbuhan janin

5. Mengetahui perkembangan janin dalam kandungan


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Nutrisi Ibu Hamil


Menurut para ahli medis pengertian nutrisi adalah berikut ini:
a. Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh agar bisa menjalankan fungsi
nutrisi tersebut sebagai sumber energi. Energi inilah yang akan membuat makhluk
hidup bisa melakukan aktivitas dan kegiatan sehari-harinya.

b. Nutrisi adalah kebutuhan utama bagi pasien yang mengalami malnutrisi, pasien
yang mengalami kritis nutrisi enteral.

c. Nutrisi merupakan sebuah proses yang terjadi pada tubuh manusia dimana
tubuh manusia memerlukan makanan dalam pembentukan energi dan sumber
kekuatan.

d. Nutrisi adalah zat energi yang dibutuhkan dalam mempertahankan kesehatan,


menjaga pertumbuhan dan juga membuat organ bisa menjalankan tugasnya secara
normal.

Jadi, nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi bagi seorang ibu pada saat hamil.
Zat gizi sendiri menurut Almatsier (2009:3) merupakan ikatan kimia yang
diperlukan tubuh agar bisa menjalankan fungsinya, yaitu menghasilkan energy,
membagun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.
Nutrisi atau asupan seorang ibu disaat hamil sangat menentukan status gizi ibu
hamil tersebut. Menurut Almatsier (2009:3), status gizi sendiri dapat diartikan
sebagai keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi, dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.
Berdasarkan pengertian status gizi tersebut status gizi ibu hamil berarti keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu
hamil.
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan,
apabila status gizi ibuburuk dalam kehamilan akan mengakibatkan terhambatnya
otak janin, abortus, dan sebagainya. Jadi pemantauan gizi ibu hamil sangatlah
diperlukan. (Sri Mulyani, dkk. 2013)

2.2 Nutrisi yang Diperlukan Bagi Ibu Hamil


Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan oprimal janin dan persiapan
persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat gizi berguna untuk: kesehatan ibu
hamil, pertumbuhan janin, saat persalinan, persiapan menyusui dan tumbuh
kembang bayi. Pada dasarnya menu makanan ibu hamil, tidak banyak berbeda
dari menu sebelum hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam
pengaturan menu selama hamil. Selama hamil calon ibu memerlukan lebih banyak
zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan
untuk dirinya dan janin yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan
tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah,
pucat, gigi rusak, rambut rontok, dan lain-lain (Lestari, 2013).
Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandungnya. Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15%
dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan
untuk pertumbuhan rahim (uterus), payudara (mammae), volume darah, plasenta,
air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60%
digunakan untuk pertumbuhan ibunya (Sitanggang, 2013).
Secara normal, ibu hamil akan mengalami kenaikan berat badan sebesar 11-13 kg.
Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil meningkat seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan. Asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu
hamil berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, mengganti sel-sel
tubuh yang rusak atau mati, sumber tenaga, mengatur suhu tubuh dan cadangan
makanan (Sitanggang, 2013).
Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang cukup mengandung
karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien
akan meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat
secara proporsional (Lestari, 2013).
Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang
adekuat, dimana peranan plasenta besar artinya dalam transfer zat-zat makanan
tersebut. Pertumbuhan janin yang paling pesat terutama terjadi pada stadium akhir
kehamilan. Misalnya pada akhir bulan ketiga kehamilan berat janin hanya sekitar
30 g dan kecepatan maksimum pertumbuhan janin terjadi pada minggu 32-38.
Sehingga dibutuhkan lebih banyak zat-zat makanan pada stadium akhir kehamilan
tersebut (Soetjiningsih, 1995).
a. Karbohidrat
Janin mempunyai sekitar 9 g karbohidrat pada minggu ke 33 kehamilan, dan pada
waktu lahir meningkat menjadi 34 g. konsentrasi glikogen pada hati dan otot-otot
skelet meningkat pada akhir kehamilan.
Metabolisme karbohidrat ibu hamil sangat kompleks, karena terdapat
kecenderungan peningkatan ekskresi dextrone dalam urine. Hal ini ditunjukkan
oleh frekuensi glukosuria ibu hamil yang relatif tinggi dan adanya glukosuria pada
kebanyak wanita hamil setelah mendapat 100 gram dextrose per oral. Normalnya,
pada wanita hamil tidak terdapat glukosa. Kebutuhan karbohidrat lebih kurang
65% dari total kalori sehingga perlu penambahan.
b. Protein
Transport protein melalui plasenta terutama asam amino, yang kemudian
disintesis oleh fetus menjadi protein jaringan. Protein dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, uterus, payudara, hormon, penambahan cairan darah ibu, dan
persiapan laktasi. Kebutuhan protein adalah 9 gram/hari. Sebanyak 1/3 dari
protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi. Kebutuhan protein untuk fetus
adalah 925 gram selama 9 bulan. Efisiensi protein adalah 70%. Terdapat protein
loss di urine +30%. WHO menganjurkan intake protein untuk ibu hamil sekitar
1,01 g/kg. BB/hari dan kalori sekitar 46 kkal/kg.BB/hari untuk rata-rata wanita
dengan berat badan 55 kg.
Oleh karena itu tiap-tiap negara dapat membuat rekomendasi yang khusus yang
sesuai dengan pola makanan di negara tersebut dan keadaan masyarakatnya.
Jumlah protein yang dianjurkan dalam diet harus disesuaikan dengan nilai hayati
protein yang dimakan. Makin rendah nilai hayati protein, makin besar jumlah
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein, makin besar jumlah
protein dalam diet yang diperlukan. Nilai hayati protein nabati lebih rendah dari
protein hewani.
c. Lemak
Selama hamil, terdapat lemak sebanyak 2-2,5 kg dan peningkatan terjadi mulai
bulan ke-3 kehamilan. Penambahan lemak tidak diketahui, namun kemungkinan
dibutuhkan untuk proses laktasi yang akan datang.
Sebagian besar dari 500 g lemak tubuh janin ditimbun antara minggu 35-40
kehamilan. Pada stadium awal kehamilan tidak ada lemak yang ditimbun kecuali
lipid esensial dan fosfolipid untuk pertumbuhan susunan saraf pusat (SSP) dan
dinding sel saraf. Sampai pertengahan kehamilan hanya sekitar 0,5% lemak dalam
tubuh janin, setelah itu jumlahnya meningkat, mencapai 7,8% pada minggu ke-34
dan 16% sebelum lahir. Pada bulan terakhir kehamilan sekitar 14 g emak per hari
ditimbun. Transport asam lemak melalui plasenta sekitar 40% dari lemak ibu,
sisanya disintesa oleh janin. Baik lemak maupun protein meningkat dengan cepat
pada tiga bulan terakhir kehamilan bersamaan dengan meningkatnya BB janin.
Sebagian besar lemak ditimbun pada daerah subkutan, oleh karena itu pada bayi
atern 80% jaringan lemak tubuh terdapat pada jaringan subkutan.

d. Zat Besi (Fe)


Dibutuhkan untuk pembentukan Hb, terutama hemodilusi, pemasukan harus
adekuat selama hamil untuk mencegah anemia.wanta hamil memerlukan 800 mg
atau 30-50 gram/hari. Anjuran maksimal: penambahan mulai awal kehamilan,
karena pemberian yang hanya pada trisemester III tidak dapat mengejar kebutuhan
ibu/fetus dan juga untuk cadangan fetus. Kebutuhan zat besi meningkat sehingga
dibutuhkan tambahan 700-800 mg atau 30-60 mg perhari yang didapat dari
suplemen untuk mengganti penggunaan zat besi oleh sum-sum tulang, fetus, dan
plasenta. Ibu hamil yang mengalami anemia akibat kekurangan zat besi akan
berdampak meningkatnya aborsi spontan, kelahiran dini, rendahnya berat badan
bayi saat dilahirkan (BBLR), kematian bayi saat dilahirkan, dan kematian bayi
sebelum dilahirkan. Sumber zat besi diperoleh dari hati, sumsum tulang, telur,
daging, ikan, ayam, dan sayuran berwarna hijau tua.
e. Kalsium (Ca)
Kebutuhan kalsium pada ibu hamil mengalami peningkatankarena terjadinya
peningkatan pergantian tulang (turn over), penurunan penyerapan kalsium, dan
retensi kalsium karena adanya perubahan hormonal. Kalsium diperlukan untuk
pertumbuhan tulang dan gigi, vitamin D membantu penyerapan kalsium,
kebutuhan 30-40 g/hari untuk janin, wanita hamil perlu tambahan 600 mg/hari dan
total kebutuhan ibu hamil selama kehamilan adalah 1200 mg/hari. Kalsium dapat
diperoleh dengan mengonsumsi susu, keju, ikan teri, rebon kering, kacang kedelai
kering atau basah, dan brokoli segar.
f. Asam Folat
Asam folat digunakan untuk pertumbuhan janin dan erythropoiesis ibu sehingga
kebutuhan asam folat pada ibu hamil akan menigkat. Anemia akibat kekurangan
asam folat disebut anemia megaloblastik yang akan menyebabkan kekurangan
oksigen. Bila hal ini berlangsung lama akan berdampak pada kerusakan oragna-
organ tubuh. Rendahnya kadar asam folat pada wanita hamil menyebabkan
kelahiran cacat, gangguan saraf, atau gangguan perkembangan kecerdasan
(retardasi mental). Kebutuhan asam folat pada wanita hamil sebanyak 280 μg per
hari selama kehamilan trisemester I, 660 ug pada trisemester II, dan 470 ug per
hari pada trisemester III bisa didapat dari sayuran hijau, hati, dan ayam.
g. Kolin
Kolin merupakan salah satu vitamin B kompleks yang dibutuhkan oleh ibu hamil,
terutama pada minggu kedelapan belas kehamilan. Vitamin ini dapat
meningkatkan kemampuan bayi untuk membentuk hubungan antarneuron yang
sedang tumbuh pesat. Kolin bisa didapat dari kuning telur, daging tanpa lemak,
ragi, kedelai, hati, otak, ginjal, dan jantung.
h. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai anti-oksidan yang dapat melindungi tubuh dari
radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kromosom atau jaringan sel
bayi, terutama paling rawan terjadi pada tahap-tahap awal kehamilan. Vitamin E
dapat ditemukan pada gandum, sayuran hijau, biji-bijian, kedelai, minyak biji
kapas, dan minyak jagung.
i. Vitamin A

Kebutuhan ibu hamil akan vitamin A harus dipenuhi yaitu sekitar 500 SI.
Kekurangan vitamin A selama kehamilan dapat menyebabkan bayi prematur dan
perlambatan pertumbuhan janin serta rendahnya berat badan bayi saat dilahirkan.
Dampak negatif kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan mengonsumsi hati,
susu, ikan laut, sayuran, dan buah berwarna hijau atau kuning.
j. Vitamin B1
Kekurangan vitamin B1 akan meingkatkan jumlah kasus kelahiran sebelum
waktunya dan gangguan perkembangan janin. Vitamin B1 bisa dipenuhi
kebutuhannya dengan mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian,
dan daging.
k. Iodine
Iodine adalah salah satu mineral yang dibutuhkan ibu hamil. Penambahan
kebutuhan iodine pada masa kehamilan adalah 25 μg. kekurangan iodine pada
masa kehamilan akan mengakibatkan kretin (tubuh kerdil) yang ditunjukkan
dengan adanya gangguan mental dan fisik menyerupai karakteristik anak yang
mengalami down syndrome. Bahan makanan sumber iodine adalah garam dapur
yang sudah difortifikasi (diperkaya) iodine, bahan makanan yang berasal dari laut,
serta tumbuhan yang hidup dekat pantai.
l. Zinc (Seng)
Kebutuhan ibu hamil akan zinc (seng) meningkat 5 mg karena tingkat zinc yang
rendah akan menyebabkan kenaikan tingkat kelahiran tidak normal. Zinc berperan
untuk meningkatkan sistem imun dan memperbaiki fungsi organ perasa
(penglihatan, penciuman, dan pengecap). Sumber zinc dapat diperoleh dari
daging, hati, telur, ayam, seafood, susu, dan kacang-kacangan.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi Ibu Hamil
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Gizi ibu hamil adalah
makanan sehat dan seimbang yag harus dikonsumsi ibu selama masa
kehamilannya, dengan porsi dua kali makan orang yang tidak hamil (Sitanggang,
2013).
Kesehatan ibu hamil dapat terwujud dengan berperilaku hidup sehat selama
kehamilan yaitu merawat kehamilan dengan baik melalui asupan gizi yang baik,
memakan tablet zat besi, melakukan senam hamil, perawatan jalan lahir,
menghindari merokok dan makan obat tanpa resep. Melakukan kunjungan
minimal empat kali untuk mendapat informasi dari petugas kesehatan tentang
perawatan yang harus dilakukan (Gulardi H, 2006 dalam Sitanggang, 2013).
Beberapa faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil adalah (Sitanggang, 2013):
A. Faktor Langsung

Nutrisi secara langsung dipengaruhi oleh asupan makanan dan penyakit,


khususnya penyakit infeksi. Faktor-faktor tersebut meliputi:

(1) Keterbatasan ekonomi, yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan
yang berkualitas baik, sehingga mengganggu pemenuhan gizi.

(2) Produk pangan, dimana jenis dan jumlah makanan di negara tertentu atau
daerah tertentu biasanya berkembang dari pangan setempat untuk jangka waktu
yang panjang sehingga menjadi sebuah kebiasaan turun-temurun.

(3) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) hendaknya jangan


sampai membuat kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan menjadi
tercemar atau tidak higienis dan mengandung kuman penyakit.

(4) Pembagian makanan dan pangan masyarakat Indonesia umumnya masih


dipengaruhi oleh adat atau tradisi. Misalnya, masih ada kepercayaan bahwa ayah
adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal termasuk pembagian
makanan keluarga.

(5) Pengetahuan gizi yang kurang, prasangka buruk pada bahan makanan tertentu,
salah persepsi tentang kebutuhan dan nilai gizi suatu makanan dapat
mempengaruhi status gizi seseorang.
(6) Pemenuhan makanan berdasarkan pada makanan kesukaan saja akan berakibat
pemenuhan gizi menurun atau berlebih.

(7) Pantangan pada makanan tertentu, sehubungan dengan makanan yang


dipandang pantas atau tidak untuk dimakan. Takhayul dan larangan yang beragam
didasarkan pada kebudayaan daerah yang berlainan. Misalnya, ada sebagian
masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.

(8) Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
Selera makan dipicu oleh sistem tubuh (misal dalam keadaan lapar) atau pun
dipicu oleh pengolahan serta penyajian makanan.

(9) Suplemen Makanan. Ada beberapa suplemen makanan yang biasanya


diberikan untuk ibu hamil, antara lain:

a) Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung zat besi (Fe) yang dapat
membantu pembentukan sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dan zat nutrisi makanan bagi ibu dan janin. TTD mengandung 200 mg
ferrosulfat yang setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
Tablet Tambah Darah diminum satu tablet tiap hari di malam hari selama 90 hari
berturut-turut, karena pada sebagian ibu yang hamil merasakan mual, muntah,
nyeri pada lambung, diare, dan susah buang air besar. Usaha lain untuk
menambah asupan zat besi adalah daging segar, ikan, telur, kacangkacangan, dan
sayuran segar yang berwarna hijau tua.
b) Kalsium merupakan zat yang dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan gigi
bayi, jika asupan kalsium kurang maka kebutuhan kalsiun diambil dari tulang ibu.
Kebutuhan akan 6 kalsium bagi ibu hamil adalah 950 mg tiap harinya. Asupan
Kalsium bisa didapat dari minum susu, ikan, udang, rumput laut, keju, yoghurt,
sereal, jus jeruk, ikan sarden, kacangkacangan, biji-bijian, dan sayur yang
berwarna hijau gelap.

c) Vitamin juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu yang hamil. Beberapa
vitamin ibu hamil yang dibutuhkan adalah vitamin C (80 mg) yang berfungsi
untuk membantu penyerapan zat besi, vitamin A (6000 IU), vitamin D (4 mcg).
Vitamin ini dapt diperoleh dari cabe merah, mangga, pepaya, wortel, ubi, aprikot,
dan tomat.

B. Faktor Tidak Langsung

(1) Pendidikan keluarga. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan


menyerap pengetahuan tentang gizi yang diperolehnya melalui berbagai
informasi.

(2) Faktor budaya. Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan makanan
tertentu yang jika dipandang dari segi gizi, sebenarnya sangat baik bagi ibu hamil.

(3) Faktor fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan sangat penting untuk


menyokong status kesehatan dan gizi ibu hamil, dimana sebagai tempat
masyarakat memperoleh informasi tentang gizi dan informasi kesehatan lainnya,
bukan hanya dari segi kuratif, tetapi juga preventif dan rehabilitatif.
2.4 Akibat Gangguan Gizi pada Pertumbuhan Janin
Kecukupan gizi bagi ibu hamil sangat penting. Bila gizi ibu kurang, tumbuh
kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum
hamil telah buruk pula. Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, Bayi lahir
prematur, atau bahkan bayi lahir mati. Pada saat persalinan dapat mengakibatkan
persalinan lama, perdarahan, infeksi dan kesulitan lain yang mungkin memerlukan
pembedahan. Berikut berbagai contoh akibat defisiensi gizi pada janin
(Soetjiningsih, 1995):
a. Kekurangan energi dan protein (KEP)

Meskipun kenaikan berat badan ibu kecil selama trisemester I kehamilan, namun
sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin dan plasenta dibentuk.
Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trisemester I dan II akan meningkatkan
bayi BBLR. Hal ini disebabkan adanya KEP akan mengakibatkan ukuran plasenta
kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janin. Bayi BBLR mempunyai
resiko kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada
ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat umum
daripada menyebabkan kelainan anatomik yang spesifik. Kekurangan gizi pada
ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih
buruk pada janin daripada malnutrisi akut.
Pada saat ini dikembangkan penelitian tentang mekanisme selular pertumbuhan
organ-organ tubuh, yaitu dengan cara mengukur banyaknya DNA dari organ
berbagai indeks dari banyaknya sel dan kandungan protein untuk indeks dari
besarnya sel. Pertumbuhan organ tubuh pada awalnya dimulai dengan pembelahan
sel, kemudian diikuti dengan pembesaran sel. Kalau terdapat gangguan gizi pada
saat pembelahan sel, maka secara bermakna akan mempengaruhi besarnya organ,
dimana perubahan ini tidak bisa normal kembali.
Akibat lain dari KEP adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap pertama
pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi selama dalam kandungan. Dikaitkan
bahwa masa rawan pertumbuhan sel-sel saraf adalah trisemester III kehamilan
sampai sekitar dua tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada masa dini dari
perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya
adalah berkurangnya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otak yang
berukuran normal. Dampaknya akan terlihat pada struktr dan fungsi otak pada
masa kehidupan mendatang, sehingga berpengaruh pada intelektual anak.
Pemberian suplementasi makanan kepada ibu hamil akan mengurangi kematian
perinatal dan menaikkan berat badan bayi.

b. Anemia Gizi
Anemia gizi merupakan masalah gizi dengan prevalensi tinggi pada ibu hamil,
terutama dinegara berkembang. Anemia gizi terjadi akibat kekurangan Fe, asam
folat dan vitamin B12. Anemia gizi dapat mengakibatkan antara lain, kematian
janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, abruption plasenta,
cadangan zat besi yang berkurang pada bayi-bayi dilahirkan sudah dalam keadaan
anemia. Sehingga mortalitas dan morbiditas ibu dan kehamilan perinatal secara
bermakna lebih tinggi.
c. Defisiensi Yodium

Defisiensi yodium pada ibu hamil dalam trisemester pertama kehamilan


merupakan faktor utama terjadinya kretin endemik. Pemberian yodium pada
wanita didaerah endemik dapat mengurangi angka kejadian kretin endemik.
Akibat lain dari defisiensi yodium bisa mengakibatkan janin diresorpsi, abortus,
lahir mati, atau bayi lahir lemah, masa hamil yang lebih lama atau partus lama.
d. Defisiensi Seng (Zn)
Defisiensi seng selama kehamilan dapat mengakibatkan hambatan pada
pertumbuhan janin, kehamilan serotinus atau partus lama. Bayi yang dilahirkan
dengan defisiensi Zn, gejalanya mungkin baru akan nampak setelah anak berada
dalam masa pertumbuha cepat,
e. Defisiensi Vitamin A
Defisiensi vitamin A pada masa kehamilan akan mengakibatkan meningkatnya
prevalensi prematuritas dan reterdasi janin.
f. Defisiensi Thiamin
Defisiensi thiamin yang berat dapat mengakibatkan penyakit beri-beri congenital.
g. Defisiensi Kalsium
Defisiensi kalsium pada ibu hamil akan mengakibatkan kelainan struktur tulang
secara menyeluruh pada bayi.
2.5 Perkembangan Janin dalam Kandungan
1) Bulan ke-1
Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel pada hari
ke-11 (Rochmawati, 2015). Pada minggu pertama hingga minggu ke-3 sang ibu
mungkin belum menyadari bahwa ia mengandung. Namun pada minggu ke-4,
embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin-CG), sehingga
apabila Anda melakukan test kehamilan, hasilnya positif. Janin mulai membentuk
struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang
serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke jantung). Bagian
tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang belakang, otak, dan saraf
tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan pencernaan juga sudah terbentuk
(Nugroho, 2015).

Gambar 1. Pembuahan terbentuk zigot yang berkembang menjadi embrio

2) Bulan ke-2
Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan bagian
utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di bawah kulit yang
tipis (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-5, terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm,
mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang akan membentuk system
saraf yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut.
Lapisan Mesoderm akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan
organ reproduktif. Lapisan Endoderm membentuk usus, hati, pankreas dan pundi
kencing. Minggu ke-6, ukuran embrio rata-rata 2-4 mm, jantung bayi mulai
berdetak, sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil
yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak. Minggu ke-7,
panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram. Pucuk lengan mulai
membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung dan paru-paru
telah terbagi menjadi ruang-ruang. Minggu ke-8, panjang kira-kira 14-20 mm,
bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut.
serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah membran kulit yang

tipis. ( Nurgroho, 2015)


Gambar 2. Janin 8 Minggu
3) Bulan ke-3
Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang kemaluan). Embrio
menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada gerakan. Sudah ada
pusat tulang, kuku, ginjal mulai memproduksi urin (Rochmawati, 2015). Pada
minggu ke-9, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram. Minggu
ke-10, semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama.
Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru
diproduksi setiap menit. Minggu ke-11, panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5
cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini
janin sudah menguap, janin sudah mulai bisa mengubah posisinya. Minggu ke-12,
panjang fetus 6-7 cm berat 14 gram, jari dan kuku mulai terbentuk, janin bergerak
secara spontan, penyempurnaan seluruh organ tubuh (Nugroho, 2015).

Gambar 3. Janin 12 minggu

4) Bulan ke-4
Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah atas
simpisis – pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem saraf mulai
melakukan kontrol. Pembuluh darah berkembang cepat. Tangan janin dapat
menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas memproduksi insulin. Kelamin
luar sudah dapat ditentukan jenisnya (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-13 (akhir trimester pertama), plasenta berkembang untuk
menyediakan oksigen, nutrisi dan pembuangan sampah bayi. Kelopak mata bayi
merapat untuk melindungi mata yang sedang berkembang. Janin mencapai
panjang 76 mm dan beratnya 19 gram. Minggu ke-14, kelenjar prostat bayi laki-
laki berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Minggu
ke-15, bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari.
Kelopak matanya masih tertutup. Minggu ke-16, bayi telah mempunyai tulang
yang kuat dan mulai bisa mendengar suara (Nugroho, 2015).

Gambar 4. Bayi 16 minggu

5) Bulan ke-5
Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi pusat.
Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada
kulit. Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin membuat jadwal teratur tidur,
menelan dan menendang (Rochmawati, 2015). Pada minggu ke-17, lapisan lemak
cokelat mulai berkembang, untuk menjada suhu tubuh bayi setelah lahir, sidik jari
mulai terbentuk. Minggu ke-18, bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk
melalui dinding rahim ibu. Minggu ke-19, tubuh bayi diselimuti vernix caseosa,
semacam lapisan lilin yang melindungi kulit dari luka. Minggu ke-20, terjadi
penyempurnaan jantung dan sistem pernapasan (Nugroho, 2015).

Gambar 5. Bayi 20 minggu


6) Bulan ke-6
Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas pusat.
Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan (Rochmawati,
2015).
Pada minggu ke-21, usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah mampu
menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem
pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya
sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm. Minggu ke-22, perbandingan kepala dan
tubuh semakin proporsional. Minggu ke-23, beratnya hampir 450 gram. Minggu
ke-24, paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen
dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai
menghasilkan surfaktan yang menjaga kantung udara tetap mengembang, kepala
masih terlihat besar, bulu mata dan alis mulai tampak, kulit bayi mulai menebal
(Nugroho, 2015).

Gambar 6. Bayi 24 minggu

7) Bulan ke-7
Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara pertengahan
pusat – prosessus xifodeus. Janin bisa bernafas, menelan dan mengatur suhu.
Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai membuka dan menutup. Bentuk
janin dua pertiga bentuk saat lahir (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-25, bayi cegukan, ini tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia
menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu
banyak, ia akan cegukan, bagian hidung bayi mulai berfungsi. Minggu ke-26,
aktifitas otaknya yang berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya
sudah berfungsi, bunda dapat memulai memperdengarkan lagu yang ringan dan
mencoba untuk memberi cahaya lebih disekitar perut, mungkin bunda akan
merasakan anggukan kepala si kecil. Minggu ke-27, paru-paru, hati dan sistem
kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki
peluang 85% untuk bertahan. Minggu ke-28, kepalanya sudah mengarah ke bawah
(Nugroho, 2015).

Gambar 7. Bayi 28 minggu

8) Bulan ke-8
Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua pertiga di atas
pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai menyimpan zat
besi, kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerak aktif (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-29, kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon,
sensitifitas dari bayi semakin jelas, bayi sudah bisa mengidentifikasi perubahan
suara, cahaya, rasa dan bau. Selain itu otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas
dan mengatur suhu badan dari bayi. Minggu ke-30, beratnya sekitar 1400 gram
dan panjangnya 27 cm, cairan ketuban (amniotic fluid) di rahim bunda semakin
berkurang, bayi sudah mulai memproduksi air mata. Minggu ke-31, aliran darah di
plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni, apabila diperdengarkan
musik, bayi akan bergerak. Minggu ke-32, panjang fetus 28 cm, berat 1800 gram,
bayi sudah mulai bisa bermimpi, pada usia kehamilan ini biasanya kepala bayi
sudah berada di bawah dan tidak berputar putar lagi (Nugroho, 2015).
Gambar 8. Bayi 32 minggu

9) Bulan ke-9
Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi prosessus
xifodeus. Kulit penuh lemak, organ sudah sempurna (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-33, bayi telah memiliki wajah, bayi sudah bisa mengambil nafas
dalam-dalam walaupun nafasnya masih di dalam air. Minggu ke-34, tubuh bunda
sedang mengirimkan antibodi melalui darah bunda ke dalam darah bayi yang
berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhnya dan proses ini akan tetap terus
berlangsung bahkan lebih rinci pada saat bunda mulai menyusui, bayi berada di
pintu rahim. Minggu ke-35, pendengaran sempurna, lemak dari tubuh bayi sudah
mulai memadat pada bagian kaki dan tangannya, lapisan lemak ini berfungsi
untuk memberikan kehangatan pada tubuhnya. Minggu ke-36, kulit bayi sudah
semakin halus dan sudah menjadi kulit bayi (Nugroho, 2015).

Gambar 9. Bayi 36 minggu

10) Bulan ke-10


Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari bawah
prossesus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (pintu atas panggul), kuku panjang,
testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada lanugo (Rochmawati, 2015).
Pada minggu ke-37, kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya tumbuh dengan lebat
dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan sempurna. Bayi sudah bisa melihat
adanya cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal
aktifitas harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan
walaupun pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Minggu ke-38 hingga
minggu ke-40, proses pembentukan telah berakhir dan bayi siap dilahirkan
(Nugroho, 2015).

Gambar 10. Bayi 40 minggu


BAB 3

ANALISIS DATA

3.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan bidan desa dan sesi
tanya jawab langsung kepada seluruh ibu hamil yang datang ke Posyandu
desa Sumber Rejo Kecamatan Batanghari.
3.1.1 Hasil wawancara
 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan bidan desa di
Puskesmas Batanghari. Dari salah satu desa di Kecamatan Batanghari,
yaitu desa Sumber Rejo angka BBLR sebelumnya pada tahun 2020
yaitu 5,17 % dengan jumlah 3 bayi yaitu 2 bayi perempuan dan 1 bayi
laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan ibu hamil yang kurang
menjaga asupan gizi makanan selama masa kehamilan.

 Berdasarkan dari hasil sesi tanya jawab terhadap Ibu hamil yang datang
ke Posyandu desa Sumber Rejo Kecamatan Batanghari masih banyak
Pengetahuan yang kurang tentang asupan gizi makanan selama
kehamilan dan masih banyak yang tidak rajin mengikuti kegiatan kelas
bumil yang diadakan setiap bulan.

Kesimpulan hasil wawancara

- Pengetahuan yang kurang pada ibu hamil tentang pentingnya asupan


gizi makanan selama kehamilan.

- Kejadian BBLR dipengaruhi oleh kebiasaan ibu hamil yang kurang


menjaga asupan gizi makanan selama kehamilan.
3.2 Problem List
- Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya asupan gizi selama kehamilan
- Kurangnya peran serta tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi terhadap
pentingnya asupan gizi selama kehamilan

3.3 Rencana Solusi


- Melakukan penyuluhan tentang asupan gizi makanan pada masa kehamilan bagi ibu
hamil

- Melakukan koordinasi dengan bidan desa dan kader setempat tentang perlunya
memberikan edukasi tentang gizi pada kehamilan.

28
29
BAB 4
INTERVENSI DAN EVALUASI

4.1 Intervensi
Berdasarkan masalah yang didapatkan dari proses analisis data, maka dibutuhkan
suatu intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
asupan gizi makanan selama kehamilan, yaitu melalui:
1. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi makanan pada masa
kehamilan
2. Sesi tanya jawab antara dokter dengan ibu hamil tentang hal yang belum dipahami
mengenai asupan gizi makanan pada masa kehamilan.

4.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi makanan pada masa kehamilan
dilaksanakan pada Hari Senin, 25 Oktober 2021 bertempat di Posyandu Desa Sumber Rejo
kecamatan Batanghari. Pertemuan dimulai pukul 09.00 dan berlangsung selama 60 menit.

4.1.2 Peserta
Penyuluhan dihadiri oleh bidan desa, kader, beserta ibu hamil yang terjadwal
mengikuti kelas ibu hamil yang rutin diadakan setiap bulan.

4.1.3 Materi dan Kegiatan


1. Penyuluhan tentang asupan gizi makanan pada masa kehamilan
 Tujuan: Mengenalkan dan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman tentang
pentingnya asupan gizi makanan pada kehamilan serta aplikasinya
dalam kehidupan sehari hari.
 Pemateri: Dokter internship
 Durasi : 60 menit
 Teknis Kegiatan : Penyuluhan ,Konseling, Sesi Tanya jawab

29
 Materi :
1. Pengertian gizi seimbang ibu hamil
2. Kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil
3. Manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil
4. Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil

4.2 Rencana Tindak Lanjut


 Mengadakan pembicaraan dengan bidan desa untuk mengetahui perkembangan gizi
pada kehamilan selain ANC terpadu dan pengecekan hasil lab darah, serta melakukan
pengukuran berat badan ibu hamil untuk mengevaluasi peningkatan berat badan
selama kehamilan serta daftar makanan yang wajib dikonsumsi selama masa
kehamilan.

30
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1) Nutrisi ibu hamil adalah kebutuhan zat gizi yang diperlukan seorang ibu disaat hamil.
Nutrisi ibu disaat hamil dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil yang berdampak pada
pertumbuhan janin yang dikandungnya.

2) Untuk pertumbuhan janin yang memadai diperlukan zat-zat makanan yang adekuat seperti
karbohidrat, protein, lemak, zat besi, kalsium, asam folat, kolin, vitamin E, vitamin A,
vitamin B1, iodine, dan zinc (seng).

3) Faktor yang mempengaruhi nutrisi ibu hamil terbagi menjadi dua yaitu faktor langsung
seperti keterbatasan ekonomi, produk pangan, sanitasi makanan, pembagian makanan dan
pangan masyarakat, pengetahuan gizi yang kurang, pemenuhan makanan berdasarkan pada
makanan kesukaan saja, pantangan pada makanan tertentu, selera makan, dan suplemen
makanan. Faktor tidak langsung seperti pendidikan keluarga, faktor budaya dan faktor
fasilitas kesehatan.

4) Kecukupan gizi pada ibu disaat hamil sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janinnya. Beberapa contoh akibat defisiensi gizi pada janin diantaranya Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR), kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
janin diresorpsi, lahir mati, bayi lahir lemah, hambatan pada pertumbuhan janin, kehamilan
serotinus, partus lama, prematuritas janin, beri-beri congenital, serta kelainan struktur tulang
secara menyeluruh pada bayi.

5.2 Saran
Setelah dilakukan penyuluhan pentingnya asupan gizi makanan pada kehamilan,
disarankan:
1. Melakukan evaluasi berupa pengukuran berat badan dan memberikan daftar makanan
wajib dikonsumsi selama kehamilan, selain pemeriksaan ANC terpadu dan cek lab
darah berkala.
2. Mengadakan diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan desa untuk dilakukan
secara rutin refreshment materi tentang asupan gizi makanan pada masa kehamilan.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

2. Arta,Dewi. 2010.Kenali 7 Penyebab Bayi Lahir Prematur. (Online),


(http://lifestyle.okezone.com/read/2010/06/24/27/346282/kenali-7-penyebab-bayi-lahir-
prematur) diakses 20 September 2018
3. Direktorat Bina Gizi. 2011. Makanan Sehat Ibu Hamil. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

4. Lestari, Rina. 2013. Pemenuhan Gizi Ibu Hamil. (Online).


http://rinayarina.pun.bz/files/pemenuhan-gizi-ibu-hamil.pdf, diakses 20 September 2018
5. Maharani, Dian. 2014. Apa Saja Penyebab Bayi Lahir Prematur? (Online),
(http://health.kompas.com/read/2014/09/14/150242523/Apa.Saja.Penyebab.Bayi.Lahir.P
rema tur) diakses 20 September 2018
6. Maharani, Dian. 2015. Lahir Prematur dan Mungil, Tangan Bayi Ini Muat di Cincin
Ayahnya.(Online),
(http://health.kompas.com/read/2015/08/28/120000523/Lahir.Prematur.dan.Mungil.Tangan.B
ayi.ini.Muat.di.Cincin.Ayahnya) diakses 20 September 2018

7. Mayo Clinic Staff. 2014. Diseases and Conditions Premature Birth (Definition).(Online),
(http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/premature-birth/basics/definition/con-
20020050) diakses 20 September 2018
8. Mulyani, Sri., Haryanto, Adi. & S, Mamat. 2013. Hubungan Antara Status Gizi dengan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Trimester II di Puskesmas Bandarharjo Semarang
Utara: Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, (Online), 1(3),
(http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e- journal/index.php/ilmukeperawatan/article/), diakses
20 September 2018.

9. Nugroho Sp.OG, dr. 2015. Perkembangan Janin Bayi dalam Kandungan Usia 1-40
Minggu. (Online), (http://dr-kandungan.com/gambar-proses-bayi-janin-di-dalam-
kandungan- perkembangan-pertumbuhan/) diakses 20 September 2018
10. Rini Hastuti, Saktya. 2014. Bayi Lahir Prematur dan Dampaknya terhadap
Kedisabilitasan. (Online), (http://solider.or.id/2014/10/24/bayi-lahir-prematur-dan-
dampaknya-terhadap- kedisabilitasan) diakses 20 September 2018
11. Rochmawati, Lusa. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin dalam Kandungan.
(Online), (http://www.kebidanan.org/pertumbuhan-dan-perkembangan-janin-dalam-

32
kandungan) diakses 20 September 2018
12. Rusilanti, 2006. Menu Bergizi Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Kawan Pustaka
13. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: ECG
14. Virgianti, Kartika. 2013. Dampak Jangka Panjang Bayu Lahir Prematur. (Online),
(http://www.satuharapan.com/read-detail/read/dampak-jangka-panjang-bayi-lahir-
prematur) diakses 20 September 2018
15. Yulaikhah, Lily. 2006. Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: ECG

33
LAMPIRAN

Dokumentasi kegiatan

Anda mungkin juga menyukai