Anda di halaman 1dari 21

MINI PROJECT

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PEMBERAN


MP-ASI DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA
MANUSIA MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN DI KELURAHAN PESANTREN

Oleh :

Fauzi Ichvan Effendi

Pembimbing :

dr. Gretta Amalia Hapsari

PUSKESMAS PESANTREN I

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI

2018
1
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin meningkatnya umur bayi, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah
karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan ibunya kurang
memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6 bulan selain ASI, bayi mulai diberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) agar kebutuhan gizinya terpenuhi. (Depkes RI,
2006)

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan pertama yang terbaik bagi bayi hingga usia 4-6
bulan. Setelah itu bayi harus diperkenalkan dengan ragam makanan padat, meski ASI masih
tetap diberikan hingga anak berumur dua tahun bahkan lebih. Pemenuhan kebutuhan gizi
terutama diperlukan sejak masa janin sampai anak berusia lima tahun. Pemenuhan gizi pada
masa rawan ini sangat menentukan kualitas seseorang ketika mencapai usia reproduksi
(Krisnatuti, 2000).

Agar pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berjalan baik maka diperlukan
pengetahuan dan perilaku yang baik pula mengenai MP-ASI. Dan salah satu faktor intern
yang mempengaruhi terbentuknya perilaku manusia adalah pengetahuan(Notoatmodjo,
2007).

Pengetahuan pada dasarnya adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra manusia, yakni
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh pengetahuan
sebagai faktor predisposisi. Jika pengetahuan tentang MPASI baik diharapkan pula pada
akhirnya perilaku terhadap pemberian MP-ASI juga baik (Notoatmodjo, 2007).

Pemberian MP-ASI meliputi terutama mengenai kapan MP-ASI harus diberikan, jenis
bentuk dan jumlahnya (Krisnatuti, 2000). Waktu yang tepat untuk pemberian MP-ASI adalah
usia 4-6 bulan (Lawson, 2003). Cara pemberian pertama kali berbentuk cair menjadi lebih
kental secara bertahap (Octopus, 2006). Jadi pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal
kualitas ataupun kuantitas, penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
anak (Graimes, 2008).

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan


bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberi MP-ASI. Disebutkan
juga bahwa bayi usia nol sampai dua bulan mulai diberikan makanan pendamping cair
(21,25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi tiga
sampai lima bulan yang mulai diberi makanan pendamping cair (60,2%), lumat atau lembik
(66,25%), dan padat (45,5%) (anonim2, 2009). Dan dari beberapa penelitian dinyatakan
bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-

3
ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MPASI yang
benar sehingga berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI (Depkes RI,2006)

Dan berdasaran uraian diatas, terdapat permasalahan mengenai tingkat pengetahuan


dan sikap ibu tentang seputar apa itu MP-ASIdan cara pemberian nya. Hal ini yang melatar
belakangi untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang makanan pendamping
ASI(MP-ASI) di Desa Pesantren Kecamatan Pesantren.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah disampaikan di atas, terdapat rumusan


masalah sebagai berikut:

Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap ibu-ibu mengenai seputar MP- ASI di Desa
Pesantren Kecamatan Pesantren?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Peningkatan kualitas pengetahuan dan sikap tentang MP-ASI di Desa Pesantren


Kecamatan Pesantren.

1.3.2. Tujuan khusus

Mengetahui profil pengetahuan dan sikap bu-ibu tentang MP-ASI di Desa Pesantren
Kecamatan Pesantren.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi penulis

Diharapkan setelah mengetahui hasil penelitian ini, peneliti dapat menambah


pengetahuan serta pengalaman dan mengaplikasikan ilmu yang mencakup tentang MP-ASI.

1.4.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan penyuluhan


tentang MP-ASI kepada masyarakat

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan tentang MP-ASI

Yang dimaksud dengan MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah
bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan
untuk menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2000).

2.1.2 Pengetahuan Umum

Pengertian.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Menurut pendapat Ismail (1991) seperti yang
dikutip Saryono (2003), bahwa pengetahuan manusia berhubungan dengan jumlah informasi
yang dimiliki seseoarang, Semakin banyak informasi yang dimiliki semakin tinggi pula
pengetahuan seseorang.

Tingkatan Pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif


mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a). Tahu

Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari. Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

b). Memahami

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui
dan dapat menginterpretasikan secara benar.

c). Aplikasi

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi sebenarnya.

d). Analisis

5
Yakni suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen tetapi
masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.

e). Sintesis

Suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan


yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemempuan untuk menyusun suatu formulasi
yang ada.

f). Evaluasi

Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek.

Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku. Perilaku kesehatan dipengaruhi pula oleh


pengetahuan sebagai faktor predisposisi. Jika pengetahuannya baik diharapkan pula pada

akhirnya perilakunya juga baik (Notoatmodjo, 2007). Perilaku kesehatan menurut teori Green
dalam Notoatmodjo (2007) dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain:

a). Faktor prediposisi :Biasanya terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,


keyakinan, nilai dan sebagainya.

b). Faktor pendukung :Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya
fasilitas atau sarana kesehatan.

c). Faktor pendorong :Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2007), faktor yang


mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang antara lain:

a). Pendidikan :Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga


terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b). Pengalaman :Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan
tentang sesuatu yang bersifat non formal.

c). Informasi :Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas pula.

d). Lingkungan budaya :Lingkungan dan tingkah laku manusia dalam memenuhi
kebutuhan, dapat berupa sikap dan kepercayaan.

e). Sosial ekonomi :Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

6
2.1.3 Tujuan MP-ASI

Tujuan pemberian makanan bayi dibedakan menjadi 2 macam yaitu tujuan mikro dan
tujuan makro. Tujuan mikro berkaitan langsung dengan kepentingan individu pasangan ibu-
bayi, dalam ruang lingkup keluarga, yang mencakup 3 macam aspek:

a). Aspek fisiologis yaitu memnuhi kebutuhan gizi dalam keadaan sehat maupaun
sakit untuk kelangsuangan hidup, aktivitas dan tumbuh kembang.

b). Aspek edukatif yaitu mendidik bayi agar terampil dalam mengkonsumsi makan
disamping ASI.

c). Aspek psikologis yaitu untuk memberi kepuasan pada bayi dengan menghilangkan
rasa tidak enak karena lapar dan haus. Disamping itu memberikan kepuasan pada orang tua
karena telah mlakukan tugasnya.

Sedangkan tujuan makro merupakan permasalahan gizi masyarakat luas dan


kesehatan masyarakat (Budiastuti, 1999).

2.1.4 Syarat MP-ASI

Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan
sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan. Menurut Krisnatuti (2000), makanan bayi
tidak boleh memiliki sifat kamba yaitu volume makanan yang besar tapi kandungan gizinya
rendah. Makanan yang bersifat kamba akan cepat memberikan rasa kenyang sehingga bayi
tidak akan meneruskan makannya. Hal-hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam
pemberian MP-ASI menurut Baso (2007), antara lain:

a). Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi

b).Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral
dalam jumlah yang cukup

c). Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik

d). Harganya relatif murah

e). Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan secara lokal

f). Bersifat padat gizi.

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa makanan bayi dan anak juga harus
memenuhi kebutuhan makanan secara adekuat yaitu tidak kekurangan atau kelebihan, mudah
diterima dan dicerna,

jenis makanan dan pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan makan yang sehat,
terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit, susunan menu seimbang (berasal dari
10-15% dari protein, 25-30% dari lemak dan 50-60% dari karbohidrat).
7
2.1.5. Pemberian MP- ASI

a. Waktu pemberian MP-ASI

Sebaiknya MP-ASI mulai diberikan pada umur 4-6ulan. Hal ini erat hubungannya
dengan kemampuan bayi yang telah dapat melakukan koordinasi menghisap, menelan,
bernafas dan bayi siap mengisap makanan yang cair terlebih dahulu (Soetjiningsih, 2002).

Harus diperhatikan bahwa, apabila MP-ASI sudah diberikan kepada bayi dibawah
usia 4 bulan maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya,
bayi akan mengalami ganguan pencernaan, seperti sakit perut, konstipasi, dan alergi
Krisnatuti (2000).

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa pemberian MP-ASI yang terlalu dini
dapat mengakibatkan:

1) Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara menyiapkan makanan
yang kurang bersih, juga karena pembentukan zat antibodi oleh usus bayi belum sempurna.

2) Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, ini terjadi akibat usus bayi masih
permeable, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.

3) Terjadi gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat
mengakibatkan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) dan dapat terjadi sugar baby
atau obesitas bila asupan kalori terlalu tinggi.

4) Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan MP-ASI tadi, maka
frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI.

5) Tinginya solute load dari MP-ASI yang diberikan sehingga dapat menimbulkan
hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal.

b. Manfaat makanan pendamping ASI

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat zat gizi yang
diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus.
Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian MPASI sangat membantu bayi dalam proses
belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik (Krisnatuti,
2000).

c. Jenis makanan pendamping dan waktu pemberiannya

Demikian pula cara memperkenalkan MP-ASI harus bertahap. Bayi sebelumnya tidak
merasakan makanan lain selain ASI, maka harus secara bertahap memperkenalkannya. Bayi
yang menolak makanan yang diberikan, belum tentu tidak mau, oleh sebab itu bayi harus

8
diperkenalkan makanan tambahan secara bertahap dalam hal: bentuk, volume/jumlah,
frekuensi dan jenisnya (Soetjiningsih, 2002). Saat menyiapkan makanan bayi, ibu dapat
menggunakan bahan makanan segar yang memiliki gizi optimal. Selain itu, bayi akan terbiasa
dengan makanan buatan rumah sejak dini yang memiliki aneka ragam dan tekstur (Octopus,
2006). Sedangkan keuntungan makanan bayi siap saji yaitu lebih cepat dalam penyajian,
mudah, enak dan aman. Disiapkan secara higienis dengan memenuhi standar gizi. Karena
makanan bayi siap saji dapat dibuat dalam jumlah kecil, makanan ini cocok pada awal
pengenalan makanan padat. Tetapi kerugiannya, makanan siap saji cukup mahal dan tidak
memberikan pengalaman yang banyak akan rasa dan tekstur (Lawson, 2003). Produk
makanan bayi siap saji ini diatur oleh suatu lembaga regulasi internasional, yaitu Codex
Alimentarius Food For Special Dietary Uses (Baso, 2007).

d. Hal-hal penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian MP-ASI, dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Contoh jadwal pemberian MP-ASI menurut umur bayi, jenis makanan dan

frekuensi pemberian.

Umur Bayi Jenis Makanan Berapa Kali Sehari


0-4/6 Bulan -Asi -kapan diminta
6 Bulan -Asi -kapan diminta
-Sari Buah -1-2 kali
-Bubur tepung beras merah
7 Bulan -ASI -kapan diminta
-buah-buahan -3-4 kali
-hati ayam atau kacang-
kacangan
-beras merah atau ubi
-sayuran (wortel, bayam)
-minyak, santan, advokad
-air tajin
9 Bulan -ASI -kapan diminta
-buah-buahan -4-6 kali
-bubur roti
-daging/kacang-
kacangan/ayam/ikan
-beras
merah/kentang/labu/jagung
minyak/santan/advokad
>9 Bulan -ASI -kapan diminta
-makanan pada umumnya, -4-6 kali
termasuk telur.
Sumber: Krisnatuti (2000).

9
Menurut Soetjiningsih (2002), kebutuhan akan makro dan mikronutrien untuk bayi
sampai 4-6 bulan masih dapat dipenuhi dari ASI. Tetapi setelah bayi berumur 6 bulan harus
mendapat tambahan makanan yang bergizi dan mengandung protein yang cukup atau disebut
dengan jembatan protein (Three plank protein bridge) yang terdiri dari: ASI harus diteruskan
ditambah dengan protein hewani dan protein nabati. Kalau anak tidak mendapat tambahan
kalori/protein yang memadai pada masa ini, maka anak bisa terjun menjadi kwashiorkor.

Soetjiningsih (2002) juga menambahkan bahwa asam amino esensial untuk bayi
adalah histidin dan untuk bayi premature adalah taurin essensial. Karbohidrat memberikan
kontribusi 30–60 % dari energi yang dibutuhkan. Pada masa bayi 37 % kalori ASI dan 40 -50
% kalori susu formula berasal dari karbohidrat terutama laktosa. Jumlah air yag diperlukan
oleh bayi terutama ditentukan oleh kehilangan air melalui kencing, tinja, kulit, dan paru.
Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari ASI/susu formula dan makanan tambahan. Asupan
besi yang dianjurkan adalah 6 mg/hari pada 6 bulan pertama dan 10 mg/hari sampai umur 3
tahun. Makanan yang telah difortifikasi dengan besi merupakan salah satu pilihan. Cadangan
seng pada bayi baru lahir tidak ada, tetapi ASI dan susu formula mengandung seng yang
dapat memenuhi kebutuhan bayi satu tahun pertama. Sumber fluor dapat berasal dari air
minum yang sudah difortifikasi atau diberikan tablet fluor. Defisiensi vitamin pada bayi
jarang tejadi, kecuali diet ibu yang tidak adekuat

e.Angka kecukupan rata-rata untuk bayi dan balita (per/orang/hari).

Tabel 2.1 Kandungan zat gizi makanan bayi yang dianjurkan

Krteria Golongan Umurr


0-6 Bulan 6-12 Bulan 1-3 Tahun
Berat badan (kg) 5,5 8,5 12
Tinggi badan (cm) 60 71 89
Energi (kkal) 560 800 1.250
Protein (g) 12 15 23
Vitamin A (RE, μg) 350 350 350
Tiamin (mg) 0,3 0,4 0,5
Riboflavin (mg) 0,3 0,4 0,6
Niasin (mg) 2,5 3,8 5,4
VitaminB12 (mg) 0,1 0,1 0,5
Asam folat (mg) 22 32 40
Vitamin C (mg) 30 35 40
Kalsium (mg) 300 400 500
Fosfor (mg) 200 250 250
Besi (mg) 3 5 8
Seng (mg) 3 5 10
Iodium (mg) 50 70 70
Sumber: Krisnatuti (2000).

10
f. Cara pemberian makanan pendamping ASI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pendamping ASI


(anonim2, 2009) :

1) Perhatikan kebersihan alat makan, alat makan yang bersih adalah alat makan yang
dicuci dengan ais sabun kemudian direndam dalam air panas yang telah mendidih selama
lima menit

2) Membuat makanan secukupnya sehingga dapat dihabiskan sekali waktu oleh bayi
tanpa harus dipanaskan lagi untuk diberikan kepadabayi

3) Buat variasi makanan agar bayi tidak bosan

4) Jangan berikan makanan dekat dengan waktu menyusui, minimal selisih waktu
antara pemberian makanan dan pemberian ASI adalah dua jam

5) Jaga kebersihan bahan makanan yang akan diolah, cuci bersih sayuran dan rendam
ke dalam air untuk sayuran yang berakar

6) Jangan memaksa bayi apabila tidak mau makan makanan pendamping ASI yang
diberikan, ganti dengan makanan pendamping ASI yang lain. Penolakan terhadap suatu
makanan mungkin karena bayi merasa bosan dengan jenis makanan tersebut.

11
BAB III

METODOLOGI

3.1 Meteode Pengumpulan Data

3.1.1 Rancangan Pengumpulan Data

Pengumpulan data digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai MP-


ASI bagi para ibu-ibu di Kelurahan Pesantren. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner

3.1.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Pengeumpulan data dilakukan kegiatan pertemuan dan penyuluhan di Puskesmas


pesantren 1 pada tanggal 29 2018.

3.1.3 Populasi dan Sampel

Sasaran Populasi

Seluruh Ibu-ibu yang mempunyai balita dengan usia 6-48bln di kelurahan pesantren
kecamatan pesantren

Sampel

Kriteria inklusi : sampel merupakan ibu-ibu yang mengkuti penyuluhan dan


pertemuan di puskesmas pesantren 1

Kriteria eklusi :

sampel yang tidak mengikuti pertemuan di puskesmas pesantren 1

Sampel yang tidak bersedia mengisi kuisioner

Jadi total sampel dalam mini project ini adalah 10 orang

3.1.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data ynng digunakan pada mini project ini adalah kuisioner
yang terdiri atas data pengetahuan tentang definisi, tahapan, cara pemberian dan sikap.

3.1.5 Cara pengumpulan Data

Semua jenis data yang dikumpulkan pada mini project ini adalah data berupa hasil
intervensi. Pengumpulan data yang dilalukan denga pengisisian kuisioner dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

a. Pelaksana adalah dokter internship Puskesmas Pesantren 1 meminta


persetujuan responden untuk melakukan pengisian kuisioner

12
b. Memberikan penjelasan tentang tujuan pengumpulan data dan sifat keikut
sertaan responden dalam hal ini.

c. Membagikan kuisioner kepada responden yaitu ibu-ibu kelurahan pesantren

d. Memberikan penjelasan kepada responden pada masing-masing pertanyaan

e. Kuisioner yang diiisi dikumpulkan dan diperiksa kelengkapannya

3.2 Perencanaan Dan Pemilihan Intervensi

3.2.1 Metode Intervensi

Metode intervensi yang digunakan pada mini project ini adalah penyuluhan group
discussion dengan alat bantu slide, leaflet, buku MP-ASI dengan kuisioner yang dibagikan
sebelumnya. Kusioner akan diberikan dalam bentuk pilihan ganda

3.2.2 Kriteria Penilaian

pengetahuan dan sikap Baik : Benar 13-15

Pengetahuan dan sikap cukup : Benar 9-12

Pengetahuan dan sikap kurang : Benar 1-8

3.2.2 Petugas Penyuluhan

1. Dokter Internship Puskesmas Pesantren 1 periode Juni-September 2018 dalam hal


ini dr Fauzi Ichvan Effendi selaku narasumber

2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Pesantren 1

3.2.3 Lokasi dan Waktu Penyuluhan

Beretempat di Puskesmas Pesantren 1 . Pelaksanaan pada tanggal 29 Agustus 2018


pukul 09.00 WIB.

3.2.4 Sasaran

Ibu-Ibu yang mempunya Balita dengan Usia 6-48 bln di Kelurahan Pesantren.

13
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan strata/tingkat pertama, puskesmas bertanggung


jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan, dan upaya kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan perorangan, yaitu pelayanan yang bersifat pribadi (private goods),
dengan tujuan utama penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pelayanan rawat
jalan. Sedangkan pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public
(public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

4.1.1 Visi Puskesmas

“MEWUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT MELALUI PELAYANAN


KESEHATAN DASAR YANG OPTIMAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PESANTREN 1 “

4.1.2 Misi Puskesmas

1. Menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu

2. Mengoptimalkan Sumber Daya Yang Dimiliki Untuk Mendorong


Kemandirian Masyarakat Hidup Sehat

4.1.3 Motto Puskesmas

“ ANDA SEHAT, KAMI SENANG ”

4.1.4 Tata Nilai Puskesmas

Disiplin : Bekerja sesuai tata tertib atau peraturan yang berlaku

Tanggungjawab : Sanggup menhadapi semua resiko atas pekerjaan yang telah


dilakukan

Ramah : Memiliki rasa senang, tercermin dalam sikap 5S (Senyum,


Salam, Sapa, Sopan, Sabar) yang baik, menarik budi bahasanya dan manis tutur katanya

Kerjasama :Melaksanakan pekerjaan dan tugas dengan koordinas iprogram


lain, tidak dilakukan sendiri-sendiri

Bersih : Menjaga lingkungan kerja selalu bersih dan rapi

14
4.2 Gambaran Geografis Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

Puskesmas Pesantren 1 merupakan salah satu lembaga pemerintahan dari Dinas


Kesehatan yang berlokasi di daerah kecamatan Pesantren Kota Kediri, yang beralamatkan di
Jl. Brigjen Pol. Imam Bakri HP No.94 Kota Kediri Telp. (0354) 690355. Letak puskesmas
yang strategis sehingga memungkinkan dicapai dengan kendaraan umum. Luas wilayah kerja
Puskesmas Pesantren I Kota Kediri adalah 8.404 km2 meliputi 5 kelurahan, yaitu Kelurahan
Pesantren, Kelurahan Bangsal, Kelurahan Banaran, Kelurahan Blabak, dan Kelurahan Betet.

gambar 4.1 Peta Lokasi UPTD Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

Adapun batas wilayah dari Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri adalah sebagai berikut
:

Sebelah Utara : Kecamatan Ngasem dan Kelurahan Burengan

Sebelah Selatan : Kecamatan Kandat

Sebelah Timur : Kelurahan Ketami dan Kelurahan Ngeletih

Sebelah Barat : Kelurahan Pakunden, Tosaren, dan Ngronggo

15
4.3 Data Demografik Puskesmas Pesantren I Kota Kediri

Adapun jumlah penduduk tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pesantren I


tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Kelurahan Pesantren : 5.475 jiwa

Kelurahan Bangsal : 5.761 jiwa

Kelurahan Banaran : 4.695 jiwa

Kelurahan Betet : 5.509 jiwa

Kelurahan Blabak : 5.921 jiwa

Dengan demikian total jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pesantren I Kota
Kediri tahun 2016 adalah 27.331 jiwa. Kelompok sasaran program meliputi Bayi 355 jiwa,
Balita 1.402 anak, Bumil 429 jiwa, Bulin 389 jiwa, Pasangan Usia Subur (PUS) 3.118 jiwa,
dan Lansia 7.338 jiwa.

4.4 Data Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pesantren I Kota Kediri,

meliputi :

Tabel 4.1 Data Sarana Pendidikan dan Kesehatan di UPTD Puskesmas Pesantren I Kota Kediri Tahun 2016

Jumlah Fasilitas
Jumlah Jumlah Sekolah
Yankes
Keluraha Luas
No RT R SLT Lain
n/ Desa Wilayah SD/ SLTA/ Poskes
W TK P/ Postren Pustu -
MI MA des
MTs Lain

1 Bangsal 1.029 km2 37 6 1 3 1 1 3

2 Pesantren 1.356 km2 39 7 2 3 1 1 11

3 Banaran 1.974 km2 25 9 3 4 1 1 4

4 Betet 1.691 km2 23 9 1 2 1 2

5 Blabak 3.354 km2 31 10 3 4 1 1 6

16
4.5 Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil tes kuisioner yang diperoleh dari total 10 orang subyek
ditemukan hasil sebagai berikut :

Gambar 1. Nilai Perbandingan Pengetahuan Peserta Penyuluhan(pre test)

PENGETAHUAN MP-ASI

25%

Baik
Kurang
75%

Dari data diatas (gambar 1) waktu pengambilan pre test didapatkan presentase tingkat
pengetahuan MPASI menunjukan bahwa rata rata tngakt pengetahuan baik (75%) kurang
(25%)

Gambar 2. Nilai Perbandingan Sikap Peserta Penyuluhan(pre test)

17
SIKAP MP-ASI

25%

Bak
Kurang
75%

Dari data diatas (gambar 2) waktu pengambilan pre test didapatkan presentase sikap MPASI
menunjukan bahwa rata rata sikap baik (25%) kurang (75%)

Gambar 3. Nilai Perbandingan Pengetahuan Peserta Penyuluhan(post test)

PENGETAHUAN MP-ASI

15%

Baik
Kurang

85%

Dari data diatas (gambar 3) waktu pengambilan post test didapatkan presentase tingkat
pengetahuan MPASI menunjukan bahwa rata rata tingkat pengetahuan baik (85%) kurang
(15%)

Gambar 4. Nilai Perbandingan Sikap Peserta Penyuluhan(post test)

18
Sikap MPP-ASI

38%

Bak
62%
Kurang

Dari data diatas (gambar 4) waktu pengambilan post test didapatkan presentase tingkat sikap
MPASI menunjukan bahwa rata rata sikap baik (62%) kurang (38%)

5 Perbandingan Rata-rata nilai sebelum intervensi (Pretest) dan setelah intervensi (Post Test)

100
90
80
82
70
74
60 Pengetahuan
62
50 Sikap
40
30
20 25

10
0
Pre Test Post Test

Dari gambar di atas terdapat penaikan rata-rata nilai dari pree test dan post test dari yang
sebelum nya pengetahuan (74) naik menjadi (82) dan sikap (25) naik menjadi (62)

19
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat pengaruh penyuluhan MP-ASI terhadap pengetahuan dan sikap ibu sebelum
dan sesudah di kelurahan Pesantren pada periode tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas
Pesantren 1 Kota Kediri

2. Terdapat Pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah terhadap perubahan


pengetahuan dengan nilai rata-rata 74 (pre test) dan 82 (post test) di kelurahan Pesantren pada
periode tahun 2018 d wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 Koota Kediri

3. Terdapat perubahan sikap sebelum d lakukan pelatihan dengan sikap setelah


dilakukan pelatihan di peroleh nilai rata-rata 25(pre test) dan 62(post test)

SARAN

1. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas


Dari pihak dinas kesehatan maupun puskesmas di harapkan dapat memberikan
pelatihan dan penyuluhan dan kepada ibu yang mempunyai balita secara rutin
mengenai MP-ASI khususnya di wilayah kerja Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri
2. Bagi Petugas Kesehatan/Kader
Petugas kesehatan/kader hendaknya memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada
ibu yang mempunyai balita untuk selalu mengajarkan pentingnya memberikan dan
mengolah MP-ASI dengan benar agar terjadi peningkatan gizi balita

20
3 Bagi Keluarga
Bagi keluarga maupun ibu d harapkan lebih memberikan perhatian dalam mengolah
MP-ASI dengan benar dan baik agar balita tetap sehat dan terjadi peningkatan gizi
pada balita

4 Bagi Peniliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya di harapkan dapat melanjutkan penelitian ini dalam periode
yang lebih lama agar dapat mengetahui apakah ada peningkatan status gizi anak
dengan melakukan penimbangan serta melakukan follow up pada ibu untuk
mengetahui apakah ada perubahan perilaku pada ibu dalam pembuatan MPASI

21

Anda mungkin juga menyukai