Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian,
masalah tersebut antara lain anemia dan ibu hamil KEK. Status kesehatan di
Indonesia belum menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu,
Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita masih sulit ditekan bahkan selama 10 tahun
terakhir ini kematian neonatal ada dalam kondisi stagnan. Pendekatan siklus hidup
sejak dari masa janin sampai usia lanjut terus diupayakan, diperlukan upaya
strategis yang dimulai sejak masa kehamilan bahkan masa prakehamilan agar
terwujud generasi yang sehat dan tangguh. Periode pra-kehamilan dan kehamilan
harus disiapkan dengan baik, hal ini tertuang dalam arah kebijakan RPJMN 2015-
2019 yaitu mempercepat perbaikan gizi masyarakat dengan fokus utama pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).

Riskesdas 2013, prevalensi risiko KEK pada WUS (15-49 tahun) sebesar
20,8%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada WUS remaja (15-19
tahun) sebesar 46,6%, dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun)
sebesar 30,6%. Sedangkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun)
sebesar 24,2%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada usia remaja (15-19
tahun) sebesar 38,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua (20-24 tahun)
sebesar 30,1%. Besaran masalah risiko Kurang Energi Kronik (KEK) baik pada
WUS dan bumil lebih banyak ditemukan pada kelompok usia remaja (15-19
tahun), sehingga kelompok ini harus mendapat perhatian khusus. KEK pada
kelompok usia remaja tidak hanya masalah kurang pangan tetapi juga akibat
pengaruh gaya hidup. Masalah gizi lain pada ibu hamil adalah prevalensi anemia
sebesar 37,1% dan tinggi badan <150 cm sebesar 31,3%.

Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan berdampak terhadap


kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan.
Kondisi ibu hamil KEK, berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu
proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya partus lama dan
perdarahan pasca salin, bahkan kematian ibu. Risiko pada bayi dapat
mengakibatkan terjadi kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat, Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan kematian bayi. Ibu hamil KEK dapat
mengganggu tumbuh kembang janin, yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak dan
metabolisme yang menyebabkan penyakit tidak menular di usia dewasa.

Prevalensi BBLR sebesar 10,2% (Riskesdas 2013). Kejadian BBLR


merupakan penyebab utama kematian bayi selain gangguan nafas dan infeksi
neonatus. Mengacu pada konsep ilmiah menjelaskan bahwa masalah gizi
merupakan Intergeneration Impact, seorang bayi dengan BBLR akan mengalami
masalah gizi sepanjang siklus kehidupan dan akan berulang pada generasi
selanjutnya.

Masalah ibu hamil KEK disebabkan konsumsi zat gizi yang kurang.
Konsumsi energi penduduk Indonesia kurang dari 70% AKG 2004 sebesar 40,7%
dan konsumsi protein kurang dari 80% AKG 2004 sebesar 37% (Riskesdas 2010).
Kekurangan zat gizi makro berkaitan dengan kekurangan zat gizi mikro
khususnya vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng, kalsium dan iodium.

Penanggulangan ibu hamil KEK harus dimulai sejak sebelum hamil (catin)
bahkan sejak usia remaja putri. Upaya penanggulangan tersebut membutuhkan
koordinasi lintas program melalui kegiatan edukasi kesehatan reproduksi remaja
putri melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR), konseling CATIN, pemeriksaan ibu hamil terpadu
(Pelayanan Antenatal Terpadu) dan perlu dukungan lintas sektor, organisasi
profesi, tokoh masyarakat, LSM dan institusi lainnya. Agar kegiatan
penanggulangan ibu hamil KEK dapat dilaksanakan dengan baik dan
terkoordinasi diperlukan suatu pedoman.

B. TUJUAN

Umum :
penanggulangan ibu hamil KEK di wilayah kerja puskesmas cigayam
Khusus :
pemantauan makanan tambahan ibu hamil KEK di wilayah kerja puskesmas
cigayam

C. BAGAN PENYEBAB MASALAH GIZI IBU HAMIL KEK

Faktor penyebab langsung ibu hamil KEK adalah konsumsi gizi yang tidak
cukup dan penyakit. Faktor penyebab tidak langsung adalah persediaan makanan
tidak cukup, pola asuh yang tidak memadai dan kesehatan lingkungan serta
pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Semua faktor langsung dan tidak
langsung dipengaruhi oleh kurangnya pemberdayaan wanita, keluarga dan
sumber daya manusia sebagai masalah utama, sedangkan masalah dasar adalah
krisis ekonomi, politik dan sosial.

D. SASARAN
1. Bidan desa
2. kader desa
E. LANDASAN HUKUM

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

b. Undang-undang No 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

d. Undang-undang Pangan No. 18 tahun 2012 tentang Pangan (pasal 63)

e. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah kabupaten/Kota

f. Perpres No 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan


Gizi

g. Inpres No 3 tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
(RANPG 2011-2015) dan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG
2011-2015) di 33 Propinsi.

h. Permenkes Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar pelayanan Minimal Kab/
kota.

i. Permenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistim Kesehatan Nasional.

j. Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas .

k. Kepmenkes Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal


Rumah Sakit.

l. Permenkes No. 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang


dianjurkan bagi bangsa Indonesia.
m. Permenkes No. 1464 tahun 2010 tentangIzin dan
Penyelenggaraan Praktek Bidan.

n. Permenkes No. 26 tahun 2013 tentang Tenaga Gizi

o. Permenkes No. 23 tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi

p. Kepmenkes No. 369 tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN, STRATEGI DAN KONSEP DASAR

Masalah gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia ini akan
berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia. Target RPJMN
melalui perbaikan gizi pada semua siklus kehidupan, sejak dari dalam kandungan
sampai dengan lanjut usia diharapkan dapat memperbaiki kualitas sumber daya
manusia. Penanggulangan ibu hamil KEK melalui kebijakan dan strategi sebagai
berikut:

A. KEBIJAKAN

1. Penanggulangan ibu hamil KEK dilaksanakan melalui intervensi gizi


spesifik secara lintas program, terutama pada pelaksanaan pelayanan
antenatal terpadu.

2. Penanggulangan ibu hamil KEK dilaksanakan melalui intervensi gizi


sensitif terintegrasi lintas sektor terkait.

B. STRATEGI

1. Melaksanakan advokasi, sosialisasi, promosi dan koordinasi dengan lintas


sektor terkait dan masyarakat.

2. Melakukan penapisan ibu hamil KEK melalui pelayanan antenatal terpadu


dan melaksanakan rujukan bila diperlukan.

3. Melakukan pelayanan gizi ibu hamil KEK.

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi.

C. KONSEP DASAR

1. Gizi Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)


Kehamilan merupakan suatu proses faali yang menjadi awal kehidupan generasi
berikut. Salah satu kebutuhan esensial untuk proses reproduksi sehat adalah
terpenuhinya kebutuhan energi, protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan cairan
(termasuk air) serta serat yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. Kurangnya
asupan energi yang berasal dari zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak)
maupun zat gizi mikro terutama vitamin A, vitamin D, asam folat, zat besi, seng,
kalsium dan iodium dan zat mikro lain pada wanita usia subur yang berkelanjutan
(remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan terjadinya Kurang Energi
Kronik (KEK) pada masa kehamilan yang diawali dengan kejadian “Risiko” KEK
dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi dalam jangka waktu cukup lama
yang diukur dengan Lingkar Lengan Atas (LiLA).
Hasil analisis Aryani dkk, 2012 berdasarkan data Riskesdas (2007)
diperoleh korelasi kuat antara LiLA dan Indeks Massa Tubuh (IMT) pra-hamil.
Oleh karena itu, LiLA dapat digunakan sebagai alat penapisan KEK, sedangkan
kenaikan berat badan ibu hamil merupakan cermin dari pertumbuhan dan
perkembangan janin.

Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dimulai sebelum hamil, dari
pra nikah (Catin) bahkan usia remaja. Kehamilan pada usia remaja akan
menimbulkan masalah, antara lain :

a. Terjadi kompetisi kebutuhan zat gizi antara remaja dengan janin


yang dikandungnya.

b. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan tubuh rentan terhadap


penyakit.

c. Organ reproduksi remaja masih dalam proses tumbuh kembang,


seperti panggul belum berkembang maksimal (panggul sempit) yang
akan menyulitkan proses persalinan.

d. Mental remaja yang belum siap menjadi seorang ibu mengakibatkan


pola asuh yang tidak baik.
Gambar 2. Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Periode 1000 HPK adalah periode 9 bulan janin dalam kandungan (270
hari) hingga anak usia 2 tahun (730 hari). Pada 20 minggu pertama dibutuhkan
kecukupan protein dan zat gizi mikro untuk pembentukan sel dan menentukan
jumlah sel otak dan potensi tinggi badan (TB). Selanjutnya pada 20 minggu
sampai dengan bayi lahir dibutuhkan kecukupan energi, protein dan zat gizi mikro
untuk pembentukan dan pembesaran sel. Selama 6 bulan setelah bayi lahir bayi
memerlukan zat gizi makro dan mikro yang hanya cukup diperoleh dari Air Susu
Ibu (ASI eksklusif). Di atas 6 bulan bayi mulai membutuhkan makanan
pendamping ASI yang cukup dan berkualitas untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.

Proses biologik yang terjadi selama kehamilan ditandai dengan


pertambahan berat badan yang berasal dari beberapa komponen seperti yang
tercantum pada Tabel 1. Perubahan yang terjadi selama kehamilan terukur dalam
kenaikan berat badan ibu. Untuk itu agar bayi yang dilahirkan dalam kondisi
normal (lahir hidup, cukup bulan dan berat lahir cukup), membutuhkan energi dan
zat gizi optimal yang diperoleh melalui ibu. Ibu hamil dengan cukup energi dan
asupan zat gizinya akan naik berat badannya sesuai umur kehamilan dan bayi lahir
sehat. Apabila proses kehamilan diawali dengan kondisi gizi kurang, maka
kenaikan berat badan selama hamil harus juga mempertimbangkan defisit berat
badan, artinya kenaikan berat badan pada ibu hamil KEK harus lebih besar
dibandingkan ibu hamil normal (Tabel 2).

Keterangan : Penggunaan rujukan dari IOM Tahun 2009 karena sudah


disesuaikan dengan postur tubuh kebanyakan orang Asia Pasifik dan untuk
menilai pertambahan berat badan selama kehamilan.
Secara teoritis BB Ibu Hamil pada Trimester I sama dengan BB pra hamil,
bahkan bisa lebih rendah. Perhitungan kenaikan berat badan bumil KEK pada
trimester I adalah berat badan aktual saat pertama kali ditimbang minimal ada
kenaikan BB 1 kg/bulan.

2. Kerangka Konsep Penanggulangan Ibu Hamil KEK

Gambar 3. Kerangka Konsep Penanggulangan ibu Hamil KEK


Pada bagan di atas, secara lebih spesifik untuk mencegah terjadinya ibu
hamil KEK, maka upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi
makanan yang cukup secara kuantitas (jumlah makanan yang dimakan) serta
kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang sesuai kebutuhan) serta suplementasi
zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu tablet tambah darah (berisi zat
besi dan asam folat), kalsium, seng, vitamin A, vitamin D, iodium.

Pengaturan jarak kelahiran, pengobatan penyakit penyerta seperti


kecacingan, malaria, HIV, TBC dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yaitu dengan selalu menggunakan air bersih, cuci tangan dengan air
bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik seminggu
sekali, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari,
tidak merokok di dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi ASI
eksklusif dan menimbang balita setiap bulan merupakan upaya yang harus
dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya KEK pada WUS Catin dan ibu
hamil serta mengatasi masalah yang timbul pada WUS Catin dan ibu hamil KEK.
FORMULIR PEMANTAUAN PEMANFAATAN MAKANAN TAMBAHAN IBU HAMIL
Provinsi :................................... Nama Ibu :.....................................
Kabupaten/kota :..................................... Nama Suami :.....................................
Kecamatan :.................................... Umur Ibu
:...............................thn
Puskesmas :...................................
Desa :....................................
Posyandu :....................................

No PERTANYAAN JAWABAN

1 Apakah ibu mendapat MT ? Jelas

2 Jenis MT apa yang ibu terima ? Jelas

3 Sejak kapan ibu menerima MT ? Jelas

4 Berapa jumlah MT yang ibu terima? Jelas

5 Dimana tempat penyimpanan MT (wadah, Amati tempat penyimpanan dan cara


letak) dan bagaimana cara penyimpanan
penyimpanannya ?

6 Siapa saja yang mengonsumsi MT ? jelas

7 Apakah ibu pernah mendapat penjelasan Sebutkan dari mana ibu mendapatkan
cara penyiapan MT ? penjelasan

8 Bagaimana ibu menyiapkan MT ? Ibu mempraktekkan cara menyiapkan


MT, bagaimana besar porsi

9 Berapa kali ibu mengonsumsi MT dalam jelas


satu hari ?
10 Apakah ibu menyukai MT yang diterima ? Dinilai dari habis atau tidak habis
dimakan

11 Bagaimana kesehatan ibu setelah Menurut pendapat atau catatan lainnya


mengkonsumsi MT ?

12 Apakah BB ibu bertambah setelah Menurut pendapat ibu dan lihat KMS
mengkonsumsi MT ? jika ada atau catatan lainnya

13 Apakah ada keluhan ibu pada saat dan Informasi diperoleh dari pendapat ibu
setelah mengonsumsi MT ? misalnya: muntah, diare, sembelit, dll
Kalau ada keluhan, apa keluhannya ?
Bagaimana cara mengatasinya ?

Petugas Pemantau:
Bidan Desa / Kader: Ketua Program:
................................. ............................
15

Anda mungkin juga menyukai