Oleh:
dr. Elizabeth Sridjaja
2018
PUSKESMAS MERUYA SELATAN 2
KECAMATAN KEMBANGAN
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Perubahan Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Ibu Tentang Asi Eksklusif Sebelum Dan Setelah Penyuluhan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Meruya Selatan 2.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. Agustina Tiku L. Parura selaku kepala Puskesmas Meruya Selatan 2.
2. Ibu Bidan Rukmini yang telah memberikan petunjuk dan nasihat sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
penyusunan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Air Susu Ibu (ASI) 3
2.1.1 Pengertian ASI 3
2.1.2 Volume ASI 3
2.1.3 Komposisi ASI 3
2.1.4 Zat Gizi dalam ASI 6
2.1.5 Kandungan Antibodi dalam ASI 8
2.1.6 Manfaat ASI 10
2.2 Laktasi 11
2.2.1 Fisiologi Laktasi 11
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI 13
2.3 ASI Eksklusif14
2.4 Kerangka Konsep 15
BAB 3. METODE PENELITIAN 16
3.1 Jenis Penelitian 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 16
3.3 Desain Penelitian 16
3.4 Sampel Penelitian 16
3.5 Metode Pengumpulan Data 16
3
3.6 Instrumen Penelitian 17
3.7 Definisi Operasional 17
3.8 Aspek Pengukuran 17
BAB 4. HASIL 18
4.1 Profil Komunitas Umum (Puskesmas Tanggul) 18
4.2 Data Geografis 19
4.3 Data Demografis 20
4.4 Sumber Daya Kesehatan 21
4.5 Sarana Kesehatan yang Ada 21
4.6 Data Kesehatan Primer 22
4.7 Karakteristik Responden 22
4.7.1 Umur Responden 22
4.7.2 Pendidikan Responden 23
4.7.3 Pekerjaan Responden 23
4.8 Gambaran Pengetahuan Ibu Saat Pre-Test & Post-Test 23
4.9 Gambaran Sikap Ibu Saat Pre-Test & Post-Test 24
4.10 Hasil Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Karakteristik
25
4.11 Hasil Tabulasi Silang Sikap dengan Karakteristik 26
BAB 5. PEMBAHASAN DAN DISKUSI 27
5.1 Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Penyuluhan 27
5.2 Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Penyuluhan 28
5.3 Sikap Ibu Sebelum Diberikan Penyuluhan 29
5.4 Sikap Ibu Sesudah Diberikan Penyuluhan 30
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .31
6.1 Kesimpulan 31
6.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
4
BAB 1. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi yang bernilai gizi
tinggi serta terjangkau. Pola pemberian ASI yang dianjurkan ialah pemberian ASI
segera atau 30 menit hingga satu jam setelah melahirkan, selanjutnya pemberian
ASI saja atau menyusui secara ekslusif hingga bayi usia enam bulan dan
pemberian makanan tambahan setelah umur enam bulan serta tetap memberian
ASI diteruskan sampai umur dua tahun (UNICEF/WHO/IDAI, 2005;22).
Kejadian diare dapat terjadi 3-14 kali lebih tinggi pada anak-anak yang
diberi susu formula dibandingkan dengan anak yang hanya diberi ASI.
Memberikan ASI kepada bayi anda bukan saja memberikan kebaikan bagi bayi
tapi juga keuntungan untuk ibu, proses menyusui menguntungkan ibu dengan
terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child spacing (Pudjiadi,
2000).
Berdasarkan data seksi gizi Dinas Kesehatan Jawa Timur, Jember
menduduki peringkat ke-14 dalam hal cakupan pemberian ASI Eksklusif. Dari
40.299 bayi pada tahun 2012, hanya 66,37% yang mendapat ASI Eksklusif.
Dimana pemberian ASI Eksklusif terbanyak di Kabupaten Bangkalan (87,08%)
dan terendah di Kabupaten Lamongan (37,82%). (Dinkes Jatim, 2012) sedangkan
di kecamatan Tanggul sendiri dari 692 bayi pada bulan Juli 2013 hanya 484 bayi
yang diberikan ASI Eksklusif (sekitar 69%).
Salah satu penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu kurangnya
pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui. Untuk
mengubah perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak upaya,
salah satunya melalui pendidikan kesehatan (Penkes). Pemberian Penkes tentang
ASI eksklusif mampu merubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat
menambah pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif (Winarsih, Resnayati, &
Susanti, 2007, hlm.50).
5
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu mengenai
ASI eksklusif sebelum dan setelah diberikan penyuluhan di wilayah kerja
Puskesmas Meruya Selatan 2?
3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
pengetahuan dan sikap ibu hamil wilayah kerja Puskesmas Meruya Selatan 2.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan, dan paritas.
2. Mengidentifikasi pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.
3. Mengidentifikasi sikap responden tentang ASI Eksklusif.
4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif terhadap
pengetahuan ibu.
5. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
sikap ibu.
4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan
cakupan program
2. Sebagai sumber informasi untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
3. Mempromosikan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif, dan
saran yang membangun untuk penelitian selanjutnya.
6
2.1.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-nutrisi dasar dan elemen
dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak
memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada
bayi yang baru lahir. Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi
yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit energi dalam mencerna ASI,
sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan tubuh lainnya,
pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan
fisik yang optimum (Pudjiadi, 2005).
7
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik
dan komposisi berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak
mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan
ASI matur dimana protein yang utama adalah casein, pada kolostrum
protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah
alergi makanan. Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih
usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi
yang baru lahir segera bersih dan siap menerima makanan selanjutnya.
Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10.
Jumlah volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin
rendah, sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk
memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi
sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran
ASI mulai stabil.
c. ASI matang / matur
adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya
dengan volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada
besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan.
Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping
selain ASI.
8
Kontaminasi Tdk ada Mgkn ada Ada bila
bakteri dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor Ada Tidak ada Tidak ada
pertumbuhan
Protein Jml sesuai dan Terlalu banyak dan Sebagian
mdh dicerna sukar dicerna diperbaiki
Kasein:whey Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
40:60 ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam - Kurang ALE -Kurang ALE
lemak esensial - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA dan
(ALE), DHA / AA AA
-Mengandung - Tdk ada lipase
lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan
mudah dicerna diserap dgn baik ekstra tdk diserap
dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
9
ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam
keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan
kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan
akhir fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang
dikeluarkan disebut foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu
yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui.
Air susu berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada
saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini
berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga
sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar
energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi,
banyak memperoleh air susu ini (Mizuno, K. et al., 2008).
10
terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih
cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat
menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya
dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus
bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin (Pudjiadi, 2004)
1. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan
karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang sangat
halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di dalam
susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.
1. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan
Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
(myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA
dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat
(Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak
dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI
lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI.
(Dadhich, J.P., Dr. 2007).
2. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak
11
sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi.
Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus
dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.
Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus
bayi tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau
gangguan metabolisme.
3. Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan
darah terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu
pertama usus bayi belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi setelah
persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian
vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam
jumlah yang cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan
pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu ditambahkan karena bisa diperoleh
dari menu yang dikonsumsi ibu.
Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi
dari berbagai penyakit
NO Komposisi Peranan
12
1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan
bakteri yang menguntungkan dalam usus
bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen
2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.
13
10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus
bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.
14
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya
rahim ke bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan;
dan ibu belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin
antara ibu dan bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon
yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron, estrogen,
prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL)
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi
ASI. Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis
I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
15
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin
tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang dikenal
dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam
darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga
keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin
dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2
pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.
Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari)
setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung
setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan
dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil,
sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap
ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan
secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi
menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat dua refleks
pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon
prolaktin, hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin
dibentuk lebih banyak pada malam hari.
16
a. Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar
hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang
mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi
otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga
involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada
hari-hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton, 2003).
17
· Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa
tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal
dalam menyusui bayinya.
· Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi
pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi
jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara
keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan
adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang
produksi ASI.
· Kurang sering menyusui atau memerah payudara
· Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
· Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
· Jaringan payudara hipoplastik
18
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat
badan ideal 7,5 kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan
kebutuhan kalori 750kkal/hari, serta protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6
bulan ASI yang diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan kalori sebesar
70kkal dan protein sebesar 1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun
waktu 6 bulan ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan
volume pengeluaran ASI menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak
lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur.
Setelah berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun
kuman yang masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada
awalnya berongga seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk protein
ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat
menimbulkan alergi, akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan
(Manajemen laktasi, 2004).
19
2 tahun ± 1600 ± 1600 32
1. Jenis Penelitian
20
3. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperiment dengan pendekatan one group
pretest-postest untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan dan sikap ibu
tentang ASI Eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan di Puskesmas Meruya
Selatan 2, pada rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (control).
21
2. Pengetahuan ibu adalah adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang
pemberian ASI eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan menyangkut
semua yang diketahui ibu tentang ASI eksklusif.
3. Sikap ibu adalah respon atau tanggapan ibu terhadap ASI Eksklusif sebelum
dan sesudah penyuluhan.
22
BAB 4. HASIL
4.2.2 Pendidikan
19
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
4.2.3 Pekerjaan
Responden secara keseluruhan tidak bekerja atau sebagai ibu rumah
tangga.
4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre- test)
dan Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Grafik 2. menjelaskan adanya perubahan tingkat pengetahuan antara
sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat
pengetahuan ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan kepada responden
sehingga bisa membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang ASI
eksklusif.
20
Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan
responden sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 19 orang (63,3 %)
berada pada kategori baik, 7 orang (23,3%) pada kategori sedang dan sebanyak 4
orang (13,3%) berkategori kurang. Dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat
pengetahuan responden tentang ASI eksklusif cukup baik. Sementara itu setelah
dilakukukan pos-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden
setelah diberikan penyuluhan adalah baik sebanyak 26 orang (86,7%), sedang
sebanyak 4 orang (13,3%) dan tidak ada yang kurang.. Bisa dikatakan bahwa
tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik
setelah di berikan penyuluhan.
4.4 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test) dan
Sesudah (Post-test) diberikan penyuluhan
Pada grafik 3 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum
diberikan penyuluhan adalah sebanyak 17 orang (56,7%) berada pada kategori
sedang, 11 orang (36,7%) berada pada kategori baik dan sebanyak 2 orang (6,7%)
dengan kategori kurang. Dapat dikatakan bahwa sikap responden tentang ASI
eksklusif sebelum diberikan penyuluhan sejalan dengan pengetahuannya terhadap
hal yang sama. Kemudian setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 24
orang (80,0%) berkategori baik, sebanyak 6 orang (20,0%) berada pada kategori
sedang. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap responden setelah di
lakukan penyuluhan yang ditandai dengan meningkatkannya responden yang
memiliki sikap baik berdasarkan hasil post-test.
21
Grafik 3 Gambaran Sikap Ibu Tentang ASI Eksklusif
22
Pendidikan N % n % n % n %
23
Total 30 100
24
BAB V
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
25
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan
formal seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi nya. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan
seseorang untuk menyerap pengetahuan praktis baik dalam pendidikan formal dan
non formal (Berg, 1987).
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu hamil sebelum
diberikan penyuluhan ASI eksklusif mayoritas baik (63,3%) dan dengan
pengetahuan sedang adalah 23,3%. Jika dilihat dari tingginya persentase ibu
hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup baik, hal
ini mungkin disebabkan karena aktifnya responden dalam mengikuti posyandu
dan aktifnya kader dan tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan.
Berdasarkan grafik 1 menjelaskan bahwa seluruh responden mengalami
peningkatan pengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan. Peningkatan tersebut
terutama dalam hal manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi, sebelum diberikan
penyuluhan tidak ada responden yang menjawab pertanyaan secara benar, serta
dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Pada umumnya ibu
masih beranggapan pemberian ASI eksklusif cukup sampai usia 3 bulan.
Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama
enam bulan, mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan
kecerdasan yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu
berkat ASI eksklusif selama enam bulan.
26
penyuluhan adalah baik sebanyak 26 orang (86,7%), sedang sebanyak 4 orang
(13,3%) dan tidak ada yang kurang.
Peningkatan yang sangat signifikan terdapat pada pengetahuan tentang
manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi. Setelah diberikan penyuluhan
pengetahuan ibu hamil terhadap indikator ASI eksklusif sudah baik dibandingkan
sebelum diberikan penyuluhan. Disamping itu identitas ibu yang mencakup umur
dapat mempengaruhi peroses perubahan perilaku. Umur ibu yang rata-rata masih
dalam usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menerima
informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti dkk (2002), bahwa metode
pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan
pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pengetahuan
pretest. Dalam penelitian Bart (1994), mengatakan bahwa perilaku yang dilakukan
atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perlaku yang tidak
didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan
ibu hamil terutama dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
27
pada kategori sikap sedang. Responden yang menunjukkan sikap baik lebih pada
kategori umur >31. Sedangkan berdasarkan pendidikan responden, responden
dengan pendidikan SD dan SMP lebih banyak mempunyai sikap sedang.
Responden dengan pendidikan ≥SMA lebih banyak bersikap baik terhadap
program ASI Eksklusif.
Sikap yang kurang pada ibu hamil sebelum (pre-test) diberikan
penyuluhan antara lain: sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif sampai usia
6 bulan, bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang sakit jika dibandingkan dengan
bayi yang diberi susu formula, waktu pemberian makanan tambahan pada saat
bayi berusia diatas 6 bulan.
28
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Meruya Selatan 2.
2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Meruya Selatan 2.
6.2. Saran
1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif
dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah
dan pembagian leaflet.
2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi
lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna
membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu
mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, Nur. 2010 Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi
Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.
Medan: FK USU
Dadhich, J.P., Dr. 2007. Successful Infant and Young Child Feeding.
http://www.bpni.org/Presentation/Successful_Exclusive_Breastfeeding.pdf
Dinkes Jatim. 2013. Daftar Isi Jatim Dalam Angka Terkini Tahun 2012 - 2013
Triwulan.
30
Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
Pudjiadji, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinik pada Anak Edisi keempat. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran.
Purwanti, 2004. Konsep Penerapan ASI ekslusif, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
USAID Linkages Project, 2004. Exclusive Breastfeeding: The Only Water Source
Young Infants Need - Frequently Asked Questions, Washington DC.
31