Oleh:
KELOMPOK D & F
C. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Bina hubungan saling
percaya.
4. Menyampaikan tujuan pokok
materi
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) Kesiapan Peserta Penyuluhan
b) Kesiapan tempat pelaksanaan
c) Kesiapan tim penyaji
d) Kesiapan materi penyaji
e) Kesiapan media (power point dan leaflet)
2. Evaluasi Proses
a) Peserta penyuluhan terdiri dari ibu nifas (minimal 10 orang)
b) Peserta aktif dalam melaksanakan tanya jawab (minimal 2 pertanyaan)
3. Evaluasi Hasil
a) Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
b) Peserta penyuluhan dapat menjawab dan menjelaskan kembali
mengenai manfaat ASI Eksklusif dengan pertanyaan:
1) Apa pengertian dari ASI Eksklusif
2) Apa manfaat ASI Ekslusif
3) Apa Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
F. Materi Penyuluhan
Terlampir
G. Referensi
Terlampir
LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN
ASI EKSKLUSIF
B. Klasifikasi ASI
ASI dibedakan menjadi tiga yaitu: kolostrum, air susu transisi, dan air susu
matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda dengan ASI hari 5-10
(transisi) dan ASI matur (Maryunani, 2012).
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan susu pertama keluar berbentuk cairan kekuning- kuningan
yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang
larut dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum
sangat penting untuk diberikan karena selain tinggi immunoglobulin A (IgA)
sebagai sumber imun pasif bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk
membersihkan saluran pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai
pada masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada
umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua sampai empat
hari setelah kelahiran bayi (Brown, 2004; Olds et all, 2000; Roesli, 2003
dalam Pertiwi, 2012).
2. ASI Transisi
ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang
lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi
semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa, vitamin larut air, dan
semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan
lamanya menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2000;
Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).
3. ASI Matur/matang
ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian
yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi
menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down. Foremilk
mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung
lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2000;
Roesli, 2003 dalam Pertiwi, 2012).
C. Kandungan ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, karena mengandung zat gizi sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif akan lebih sehat, lebih cerdas, mempunyai kekebalan terhadap berbagai
penyakit dan secara emosional akan lebih nyaman karena kedekatan dengan ibu
(Mustofa & Prabandari, 2010). Kandungan ASI antara lain (Suradi, 2004):
1. Mengandung zat gizi yang sesuai bagi bayi
Nilai gizi yang terkandung dalam ASI berbeda dari hari ke hari tergantung
dari fase menyusui. Beberapa jenis zat gizi utama yang ada pada ASI
diantaranya adalah (Suradi, 2004):
a) Lemak
Kalori dari ASI 50% berasal dari lemak. Lemak ASI terutama terdiri atas
trigliserida yang mudah diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol
oleh enzim lipase yang terdapat dalam usus bayi dan dalam ASI. Bayi yang
mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula
mempunyai kadar asam asetat dari spektrum asam lemak berantai pendek yang
lebih tinggi. Asam asetat bersama monogliserida menghambat pertumbuhan
virus, bakteri dan fungus. Asam lemak esensial merupakan komponen dari
semua jaringan tubuh dan diperlukan untuk sintesis membran sel. Otak,
retina dan susunan saraf banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
berantai panjang (LCPUFA) antara lain docosahexanoic acid (DHA).
b) Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa hanya terdapat
dalam air susu dan tidak terdapat dalam jaringan tubuh lain. Laktosa berada
dalam konsentrasi yang paling tinggi di dalam ASI bila dibandingkan dengan
air susu mamalia lain. Laktosa meningkatkan absorbsi kalsium dan mudah
terurai menjadi glukosa yang menjadi sumber energi untuk pertumbuhan otak
dan galaktosa yang diperlukan untuk produksi galaktolipids (antara lain
cerebroside) yang esensial untuk perkembangan otak. Selain itu dalam ASI
terdapat juga oligosakarida yang merangsang pertumbuhan Laktobasilus
bifidus yang meningkatkan keasaman traktus digestivus dan menghambat
pertumbuhan kuman patogen.
c) Protein
Protein pada ASI lebih baik daripada protein pada susu formula, karena
protein yang terdapat pada ASI lebih mudah dicerna, selain itu ASI
mengandung sistin dan tauin yang tidak terdapat pada susu formula. Sistin
dan taurin diperlukan untuk pertumbuhan somatik dari otak. Taurin penting
karena berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan pada pematangan otak
karena berperan dalam absorbsi lemak.
d) Vitamin
ASI mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan bayi, seperti vitamin K,
vitamin D, dan Vitamin E.
2. Mengandung zat protektif (kekebalan)
Bayi yang memperoleh ASI biasanya jarang mengalami sakit karena ASI
mengandung zat protektif, diantaranya adalah laktobasilus bifidus,
antibodi, laktoferin, dan tidak menimbulkan alergi. Laktobasilus bifidus berperan
dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang biasanya dapat
menyebabkan diare. Laktobasilus bifidus lebih mudah tumbuh pada usus bayi
yang mendapatkan ASI karena ASI mengandung polisakarida yang berkaitan
dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus.
Laktoferin berperan dalam menghambat pertumbuhan jamur kandida, E coli, dan
stafilokokus. Zat kekebalan lain yang dimiliki ASI adalah antibodi. Antibodi
dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi dan mencegah
bakteri patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus.
G. Kontraindikasi Menyusui
Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 33 Tahun 2012 menyatakan pemberian
ASI eksklusif adalah wajib, kecuali dalam 3 kondisi, yaitu: Ibu tidak ada, indikasi
medis, serta karena ibu dan bayi terpisah. Menyusukan bayi terkadang tidak
mungkin dilaksanakan karena terdapat kelainan atau penyakit, baik pada ibu maupun
dari bayinya. Misalnya pada bayi yang sakit berat, stomatitis yang berat, asidosis,
bronkopneumonia, meningitis dan ensefalitis. Infeksi akut pada ibu dapat merupakan
kontraindikasi menyusui jika bayi tidak menderita infeksi yang sama, misalnya
septikemia, nefritis, eklamsia, perdarahan profus, tuberkulosis aktif, demam tifoid,
kanker payudara, dan malaria merupakan kontraindikasi untuk menyusui.
Obor Kristiansari, W. 2009. ASI, Menyusui & Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.
Merdhika, Mardji & Devi. 2014. Pengaruh Penyuluhan ASI Ekslusif Terhadap
Pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif Dan Sikap Ibu Menyusui Di
Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Teknologi Kejuruan Vol 37, No 1.
Mustofa, A., Prabandari H. 2010. Pemberian ASI Eksklusif dan Problematika Ibu
Menyusui. Volume 5 No.2 Jurnal Studi Gender dan Anak. Purwokerto: ISSN.
Roesli, Utami. 2005. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.