Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Hari/Tanggal :Jumat / 8 MARET 2024


Waktu : 09.00 sd 10.00 wib
Pokok Bahasan : ASI Esksklusif
Sub Pokok Bahasan: Manfaat Pemberian ASI EKSKLUSIF
Sasaran : Ny.X G1P0A0 UK 12 minggu
Penyuluh : Ika Dessy Setianingsih, SST
Tempat : Posyandu

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif maka ibu dapat
mengetahui manfaat pemberian ASI Eksklusif.

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapat penyuluhan tentang ASI Eksklusif diharapkan ibu dapat
mengerti :
1. Kandungan ASI
2. Manfaat pemberian ASI Eksklusif
3. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI

III. Materi
Terlampir

IV. Manfaat
Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya

V. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. Media dan Alat Peraga


Lembar Balik

VII. Proses Kegiatan Penyuluhan


N Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media Waktu
o
1. Pembukaan : - Menjawab 5 menit
- Membuat salam salam
pembuka - Mendengarkan
- Perkenalan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan tujuan
2. Kegiatan Inti : - Mendengarkan Lembar Balik 30 menit
- Menjelaskan - Memperhatikan
pengertian ASI
Eksklusif
- Menjelaskan
kandungan yang
terdapat didalam ASI
Eksklusif
- Menyebutkan manfaat
dari pemberian ASI
- Menjelaskan faktor
yang dapat
mempengaruhi dari
pengeluaran ASI
3. Penutup: - Bertanya dan 15 menit
- Memberikan mengutarakan
kesempatan peserta pendapat
untuk bertanya - Menjawab
- Melakukan evaluasi pertanyaan
- Menyimpulkan materi - Mendengarkan
- Memberi salam dan
penutup memperhatikan
- menjawab
salam

VIII. Evaluasi
Metode evaluasi : Diskusi dan tanya jawab
Jenis Pertanyaan : terbuka
Jumlah soal : 2 soal

Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan ASI Ekslusif ?
Pemberian ASI tanpa suplementasi makanan maupun minuman lain
kecuali obat mulai lahir hingga usia 6 bulan
2. Faktor -faktor apa saja yang mempengaruhi pengeluaran ASI ?
- Usia gestasi atau usia kehamilan saat melahirkan
- Usia ibu
- Nutrisi
- Faktor psikologis / kecemasan ibu
- Perawatan payudara
- Paritas
IX. Lampiran Materi
ASI Eksklusif

a. Pengertian ASI Ekslusif ASI (Air Susu Ibu)


adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi . Pada usia 6 bulan pertama, bayi
hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI
eksklusif (Maryunani, 2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja
pada bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti
susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi
tim .

b. Kandungan Zat Gizi ASI


1) Karbohidrat Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu)
yang sangat tinggi dibandingkan dengan susu formula. Jumlah
laktosa yang lebih banyak terkandung dalam ASI membuat rasa
ASI menjadi lebih manis dibandingkan dengan susu formula.
Laktosa akan difermentasikan menjadi asam laktat dalam
pencernaan bayi, suasana asam memberi beberapa keuntungan
bagi pencernaan bayi, antara lain: a) Menghambat pertumbuhan
bakteri patologis. b) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang
memproduksi asam organik dan mensitesis protein. c)
Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat. d)
Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfor, dan
magnesium

2) Protein ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan


dengan susu formula, namun protein ASI yang diebut “whey” ini
bersifat lebih lembut sehingga mudah dicerna oleh pencernaan
bayi. 13 Protein dalam ASI mengandung alfa-laktalbumin,
sedangkan susu sapi mengandung laktoglobulin dan bovibe serum
albumin yang lebih sering menyebabkan alergi pada bayi.

3) Lemak Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama,
namun lemak dalam ASI mempunyai beberapa keistimewaan
antara lain: a) Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI
mengandung enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi
digliserida kemudian menjadi monogliserida sehingga lemak dalam
ASI lebih mudah dicerna dalam pencernaan bayi. b) ASI
mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6, dan
DHA yang dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan otak.

4) Mineral ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk


memenuhi kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan
mineral dalam ASI adalah konstans, tetapi ada beberapa mineral
spesifik yang kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat
besi dan kalsium paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu.
Mineral lain adalah kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor

5) Vitamin Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C


cukup, sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam
pantothenik kurang. Vitamin lain yang tidak tekandung dalam ASI
bergantung pada diit ibu 6) Air ASI terdiri dari 88% air, air berguna
untuk melarutkan zat-zat yang terkandung dalam ASI. Kandungan
air dalam ASI yang cukup besar juga bisa meredakan rasa haus
pada bayi.

c. Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu antara lain:

1. Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia


2. Menunda kehamilan
3. Mengecilkan rahim
4. Lebih cepat langsing kembali
5. Mengurangi resiko terkena kanker
6. Tidak merepotkan dan menghemat waktu
7. Memberi kepuasan bagi ibu.
8. Risiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita
yang telah hamil dan menyusui bayinya. Selama hamil dan
menyusui akan terjadi proses pengeroposan tulang, namun
tulang akan cepat pulih kembali bahkan akan lebih baik dari
kondisi tulang semula karena absorpsi kalsium, kadar hormon
paratiroid, dan kalsitriol serum meningkat dalam jumlah besar.
9. ASI lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan susu
formula.
10. ASI lebih steril dibadingkan dengan susu formula yang
terjangkit kuman dari luar.
11. Ibu yang menyusui akan memiliki hubungan emosional yang
lebih kuat dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui
bayinya.
12. ASI merupakan kontrasepsi alami yang dapat menunda
kehamilan ibu.
d. Faktor yang mempengaruhi produksi air susu ibu adalah ada dari
faktor ibu dan faktor bayi. Berikut beberapa penelitian menunjukkan
banyak faktor yang mempengaruhi produksi Air Susu Ibu pada ibu
nifas, antara lain:
a. Usia gestasi atau usia kehamilan saat melahirkan
Usia gestasi adalah usia kehamilan dengan rentang normal
adalah 37-42 minggu. Usia gestasi mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan.
Faktor kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan
akan mempengaruhi refleks hisap bayi. Kondisi kesehatan
bayi seperti kurangnya kemampuan bayi untuk bisa
menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat struktur mulut
dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing, metabolisme
atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI,
juga mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin sering
bayi menyusui dapat memperlancar produksi ASI (Astutik,
2015). Menurut Nurliawati (2010) dalam Saraung, dkk (2017)
menyebutkan bahwa bayi dengan berat badan lahir rendah
atau kurang dari 2.500 gram mempunyai resiko dalam
masalah menyusui dikarenakan oleh refleks hisap yang lemah

b. Usia ibu
Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu,
ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih
banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang
usianya lebih tua, tetapi ibu yang sangat muda (kurang dari 20
tahun) produksi ASI nya juga kurang karena dilihat dari tingkat
kedewasaannya, faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi
Air Susu Ibu adalah adanya kelainan endokrin ibu, dan
jaringan payudara hipoplastik (Astutik, 2015). Menurut
Saraung (2017) yang melakukan penelitian pada faktor-faktor
yang berhubungan dengan produksi ASI di Puskemas
Ranotana Weru menyimpulkan terdapat hubungan bentuk dan
kondisi puting susu, kecemasan serta dukungan keluarga
dengan produksi ASI.

c. Nutrisi
Menurut Astutik (2015) produksi Air Susu Ibu juga dipengaruhi
oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui
membutuhkan 300-500 kalori tambahan selama masa
menyusui. Nutrisi pada ibu nifas dapat diamati dari status gizi
ibu mulai dari hamil sampai dengan melahirkan. Pengamatan
status gizi seorang ibu hamil yang normal salah satunya dapat
dinilai dari ukuran lingkar lengan atas (LILA) yaitu lebih dari
23,5 cm (Handayani, dkk. 2018).
d. Faktor psikologis / kecemasan
Ibu yang berada dalam keadaan cemas, stress, kacau, marah
dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta
pasangan kepada ibu dapat mempengaruhi kurangnya
produksi ASI. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASI nya tidak
mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan
maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai bayi atau primipara. Ibu dengan multipara juga
dapat mengalami kecemasan oleh karena perubahan peran
menjadi orang tua yang memiliki banyak tugas dan tanggung
jawab dengan bertambahnya jumlah anak dalam keluarga.
Pengalaman memiliki anak lebih dari satu juga belum
didapatkan serta dukungan dari pasangan dan keluraga juga
sangat mempengaruhi terhadap munculnya rasa cemas pada
ibu menyusui (Salat dkk, 2019) Kamariyah menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara kondisi psikologis ibu
dengan kelancaran produksi ASI, keadaan psikologis ibu yang
baik akan memotivasi untuk menyusui bayinya sehingga
hormon yang berperan pada produksi ASI akan meningkat
karena produksi ASI dimulai dari proses menyusui dan akan
merangsang produksi ASI. Ibu yang cemas akan sedikit
mengeluarkan ASI dibandingkan ibu yang tidak cemas.
Febrina (2011) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat kecemasan dengan kelancaran pengeluaran ASI ibu
post partum primipara. Upaya agar ASI tetap lancar yaitu mulai
dari keinginan ibu yang kuat untuk memberikan nutrisi terbaik
yaitu ASI pada bayinya. Motivasi yang kuat akan berpengaruh
terhadap fisik dan emosi ibu untuk menghasilkan ASI. Mardjun
dkk (2019) menyatakan ada hubungan antara kecemasan
dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum
selama dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kasih Ibu
Manado. Menurut Dewi (2019) pada hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara ketegangan jiwa
dengan kelancaran produksi ASI.

e. Perawatan payudara
Perawatan payudara dapat dilakukan mulai dari kehamilan
dan sampai ibu memasuki masa nifas sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi air susu ibu. Perawatan payudara
dapat merangsang payudara mempengaruhi hipofise untuk
mengeluarkan hormone prolactin dan oksitocin (Sari, 2020).
Pelaksanaan IMD tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap
kelancaran produksi ASI, sedangkan faktor yang
mempengaruhi kelancaran produksi ASI adalah perawatan
payudara, penggunaan alat konrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan keberadaaan perokok pasif (Safitri,
2016).

f. Paritas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Proverawati (2010)
menyatakan bahwa jumlah persalinan yang pernah dialami ibu
memberikan pengalaman dalam memberikan ASI dan
mengetahui cara untuk meningkatkan produksi ASI sehingga
tidak ada masalah bagi ibu dalam memberikan ASI. Ibu yang
baru pertama kali melahirkan dan ibu yang lebih dari dua kali
melahirkan anak seringkali menemukan masalah dalam
memberikan ASI. Masalah yang sering muncul yaitu puting
susu lecet akibat kurangnya pengalaman yang dimiliki atau
belum siap menyusui secara fisiologi dan perubahan bentuk
serta kondisi puting susu yang tidak baik. Menurut Astutik
(2015) menyimpulkan bahwa ada hubungan nutrisi terhadap
kelancaran produksi ASI, ada hubungan istirahat terhadap
kelancaran produksi ASI, ada hubungan antara isapan bayi
terhadap kelancaran produksi ASI, ada hubungan antara
penggunaan kontrasepsi terhadap kelancaran produksi ASI,
ada hubungan antara perawatan payudara terhadap
kelancaran produksi ASI, dan faktor yang paling berhubungan
dengan kelancaran produksi ASI adalah nutrisi.

CARA MENANGANI MASTITIS SELAMA MENYUSUI


Ada beberapa langkah yang bisa ibu lakukan untuk mencegah terjadinya mastitis
selama masa menyusui, antara lain:

1. Kosongkan payudara saat menyusui

Pastikan bayi mengonsumsi ASI dengan cara yang tepat hingga ASI dalam
payudara habis. Membiarkan payudara terlalu penuh dapat menyebabkan
penyumbatan saluran ASI dan meningkatkan risiko mastitis.

2. Perhatikan posisi menyusui yang tepat

Pastikan ibu dan bayi dalam posisi yang benar saat menyusui. Posisi menyusui yang
salah dapat menyebabkan trauma pada puting susu dan memicu peradangan.
Pastikan mulut bayi berada di bagian areola (area sekitar puting) dengan baik untuk
mencegah masalah ini.

3. Frekuensi dan durasi menyusui yang konsisten

Cara mencegah mastitis juga bisa dengan lebih sering menyusui. Hal ini dapat
membantu mengurangi penumpukan ASI di payudara. Cobalah untuk menyusui bayi
secara konsisten setiap 2-3 jam, atau sesuai dengan kebutuhan bayi. Jangan ragu
untuk memberikan ASI lebih sering jika bayi membutuhkannya.
Dengan menyusui lebih rutin, maka ibu bisa menurunkan risiko peradangan yang
memicu rasa nyeri. Namun, bukan hanya mastitis, sebaiknya ketahui penyebab
payudara nyeri lainnya melalui artikel

4. Pastikan ASI keluar dengan lancar

Jika ibu merasa ASI tidak keluar dengan lancar atau ada keluhan nyeri pada puting,
konsultasikan dengan konselor laktasi atau petugas kesehatan. Memastikan
keluarnya ASI dengan baik dapat menghindari masalah potensial seperti
penyumbatan saluran ASI.

5. Hindari penggunaan botol atau dot

Cara mencegah mastitis juga bisa melalui hal ini. Sebaiknya hindarilah memberikan
botol atau dot pada bayi, sebelum dia benar-benar terampil dalam menyusu dari
payudara. Pasalnya, penggunaan dot ini dapat menyebabkan kebingungan puting.
Jika perlu, gunakan teknik pemberian ASI dengan sendok atau cangkir.

6. Jaga kebersihan

Pastikan kebersihan payudara dan tangan sebelum menyusui. Selalu cuci tangan
sebelum menyentuh payudara atau mengurus bayi untuk mencegah penyebaran
bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.

7. Istirahat yang cukup

Menjaga tubuh tetap bugar dan istirahat yang cukup dapat dijadikan cara mencegah
mastitis. Hal ini dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan
mencegah risiko infeksi.

8. Kelola stres dengan baik

Stres dapat mempengaruhi produksi ASI dan sistem kekebalan tubuh. Karena itu,
kelolalah stres dengan baik. Contohnya dengan berolahraga, meditasi, atau
berbicara dengan orang yang dapat dipercaya.

9. Gunakan bra yang nyaman dan tepat

Bra yang terlalu ketat atau tidak sesuai ukuran dapat menyebabkan sumbatan pada
saluran ASI. Pilih bra yang nyaman dan mendukung untuk menghindari masalah ini.

10. Perhatikan tanda-tanda awal mastitis

Jika ibu merasa nyeri, kemerahan, atau benjolan pada payudara, segera
konsultasikan dengan petugas kesehatan. Penanganan dini mastitis akan lebih
efektif dan membantu mencegah komplikasi lebih lanjut.

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Gedong Air Yang Membuat,
dr. Titin Agustin Ika Dessy Setianingsih, S. ST
Pembina /IV a Penata Tingkat I/III d
NIP.197608172007012008 NIP. 198112202010012009

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KONSELING ASI EKSKLUSIF PADA INDIVIDU DAN
KELUARGA DENGAN KONDISI KHUSUS
UPT PUSKESMAS GEDONG AIR
JL. SISINGAMANGARAJA NO 3 GEDONG AIR
KEC. TANJUNGKARANG BARAT BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2024

Anda mungkin juga menyukai