Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F.1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


PENYULUHAN PENCEGAHAN ANEMIA ZAT BESI PADA REMAJA PUTRI
DENGAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH DI SMK AL HUDA
BUMIAYU

Oleh :
dr. Aisyah Aulia Wahida

Pembimbing :
dr. Hawa Masfufah

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BUMIAYU


KABUPATEN BREBES
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PENYULUHAN PENCEGAHAN ANEMIA ZAT BESI PADA REMAJA PUTRI
DENGAN PEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH DI SMK AL HUDA
BUMIAYU

Bumiayu, Oktober 2018

Peserta Program Internsip Pendamping Program Internsip

dr. Aisyah Aulia Wahida dr. Hawa Masfufah


NIP. 19840505 200904 2 006
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk
kebutuhan organ-organ vital menjadi berkurang. Salah satu masalah gizi pada
remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah
anemia gizi zat besi. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di
negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Anemia defisiensi besi
merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari
600 juta manusia.
Prevalensi anemia gizi sekitar 36% (atau kira-kira 1400 juta orang) dari
perkiraan populasi 3800 juta orang di negara berkembang, sedangkan
prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari
perkiraan populasi 1200 juta orang. Menurut data Depkes RI, prevalensi
anemia defisiensi besi pada remaja putri di Indonesia yaitu 28%. Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa prevalensi
anemia defisiensi besi pada remaja putri usia 10-18 tahun yaitu 57,1%.4.
Prevalensi anemia remaja putri cukup tinggi yaitu sebesar 44,6% yang
sebagian besar disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi dari makanan yang
dikonsumsi.
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, yang dapat disebabkan oleh kekurangan konsumsi
atau karena gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi,
protein, piridoksin (vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam
sintesis heme didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang memengaruhi
absorpsi dan pelepasan besi dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan
vitamin E yang memengaruhi membran sel darah merah.
Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi pada remaja putri adalah
apabila remaja putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi zat-
zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya serta pada masa
kehamilannya anemia ini dapat meningkatkan frekuensi komplikasi, risiko
kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan angka kematian perinatal.
Untuk mengatasi permasalahan memerlukan kerja sama lintas sektor untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas sebagai lini terdepan
dari struktur jajaran kementrian kesehatan menjadi penggerak utama di
masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi yaitu dengan pemberian TTD
pada remaja putri. Sekolah yang berisikan siswa/ remaja merupakan ujung
tombak dalam pembangunan bangsa ini yang memiliki karakteristik berjiwa
muda, semangat tinggi, loyalitas tinggi dan intelektual tinggi sehingga para
remaja harus dalam keadaan sehat untuk meraih cita-citanya.

B. Permasalahan di Masyarakat
Masih banyak remaja yang belum mengetahui tentang anemia yang
rentan terjadi pada remaja putri dan bagaimana pencegahan anemia, serta
asupan nutrisi yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang anemia pada remaja
b. Mencegah anemia pada remaja putri
c. Meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh sebagai bekal dalam
mempersiapkan generasi yang sehat berkualitas dan produktif
2. Tujuan Khusus
Memenuhi tugas laporan program dokter internsip di Puskesmas Bumiayu

D. Manfaat
a. Pembaca diharapkan dapat memahami dan mengetahui perihal kesehatan
reproduksi remaja dan bahaya perilaku seks bebas
b. Menjadi fasilitator informasi kesehatan dan motivator kesadaran remaja
terhadap kesehatan reproduksi remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat
besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut (Depkes, 1998 pada
Hardinsyah dkk, 2007). Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan oleh
kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau
anemia gizi besi (Hardinsyah dkk, 2007).

B. Etiologi Anemia Zat Besi


Menurut DepKes (2000), penyebab anemia gizi karena kurangnya zat
besi atau Fe dalam tubuh. Karena pola konsumsi masyarakat Indonesia,
terutama wanita kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang
merupakan sumber heme Iron yang daya serapnya > 15%. Ada beberapa bahan
makanan nabati yang memiliki kandungan Fe tinggi (non heme Iron), tetapi
hanya hanya bisa diserap tubuh < 3% sehingga diperlukan jumlah yang sangat
banyak untuk memenuhi kebutuhan Fe dalam tubuh, jumlah tersebut tidak
mungkin terkonsumsi. Anemia juga disebabkan karena terjadinya peningkatan
kebutuhan oleh tubuh terutama pada remaja, ibu hamil, dan karena adanya
penyakit kronis. Penyebab lainnya karena pendarahan yang disebabkan oleh
investasi cacing terutama cacing tambang, malaria, haid yang berlebihan dan
pendarahan saat melahirkan (Wijiastuti, 2006).
Anemia gizi besi sering diderita oleh wanita dan remaja putri dan
diketahui 1 diantara 3 wanita menderita anemia. Penyebab anemia gizi besi
sering diderita oleh wanita dan remaja putri yaitu dikarenakan oleh:
1. Wanita dan remaja putri jarang makan makanan protein hewani seperti hati,
daging dan ikan.
2. Wanita dan remaja putri selalu mengalami menstruasi setiap bulan sehingga
membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak daripada pria, oleh karena itu
wanita cenderung menderita anemia dibandingkan dengan pria.
3. Adanya kecenderungan remaja yang ingin berdiet dengan alasan
mempertahankan bentuk tubuh yang ideal sehingga terjadi pola makan yang
salah, serta adanya pantangan dan tabu (Depkes, 1998). Dengan kata lain
bahwa pola makan akan berpengaruh terhadap status anemia.
Disamping itu, tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap
keadaan gizi individu yang bersangkutan. Menurut hasil penelitian Saraswati
(1997) secara umum pengetahuan remaja putri tentang anemia masih rendah.
Menurut Wijiastuti (2006), sarapan pagi termasuk salah satu faktor anemia
pada remaja putri sedangkan menurut Rodiah (2003), remaja yang suka jajan
lebih banyak (18,5%) yang menderita anemia dibandingkan dengan responden
yang tidak jajan (9,1%).
Menurut Sunarko (2002) pada Wijiastuti (2006), anemia disebabkan oleh
faktor dominan sebab langsung, sebab tidak langsung, dan sebab mendasar,
yaitu :
1. Sebab langsung yaitu disebabkan oleh tidak cukupnya asupan zat gizi (Zat
besi dengan daya serap rendah, adanya zat penghambat, diet) dan penyakit
infeksi (kecacingan, malaria, TBC).
2. Sebab tidak langsung yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadapa wanita,
aktifitas wanita yang tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana
ibu dan anak wanita tidak menjadi prioritas.
3. Sebab mendasar yaitu masalah sosial ekonomi yaitu rendahnya pendidikan,
rendahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi goegrafis yang
sulit.

C. Gejala Klinis
Gejala anemia biasanya Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L), sering
mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Gejala lebih lanjut adalah
kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat (Pedoman
Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur
dalam situs http://www.gizi.net). Penderita anemia selain ditandai dengan
mudah lemah, letih, lesu, nafas pendek, muka pucat juga ditandai dengan susah
berkonsentrasi serta Fatique atau rasa lelah yang berlebihan (Sutomo, 2008).
D. Akibat Anemia
Anemia yang diderita oleh remaja putri dapat menyebabkan menurunnya
prestasi belajar, menurunnya daya tahan sehingga mudah terkena penyakit
infeksi. Selain itu pada remaja putri yang terkena anemia tingkat kebugarannya
pun akan turun yang berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi
olahraganya dan tidak tercapai tinggi badan maksimal karena pada masa ini
terjadi puncak pertumbuhan tinggi badan (peak high velocity) (DepKes, 2003
pada Wijiastuti, 2006).
Menurut Soekirman (2000) pada Hardinsyah dkk, (2007), anemia pada
remaja dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain menurunnya
konsentrasi belajar dan menurunnya stamina dan produktivitas kerja. Tingginya
anemia pada remaja ini akan berdampak pada prestasi belajar siswi karena
anemia pada remaja putri akan menyebabkan daya konsentrasi menurun
sehingga akan mengakibatkan menurunnya prestasi belajar (Kusumawati,
2005). Anemia gizi pada balita dan anak akan berdampak pada peningkatan
kesakitan dan kematian, perkembangan otak, fisik, motorik, mental dan
kecerdasan juga terhambat, daya tangkap belajar menurun, pertumbuhan dan
kesegaran fisik menurun dan interaksi sosial berkurang (Aliefin, 2005).
BAB III
KEGIATAN

A. Intervensi
1. Bentuk kegiatan : Penyuluhan dan tanya jawab
2. Sasaran : Remaja siswa kelas X SMK Al Huda
3. Materi
a. Definisi anemia
b. Penyebab anemia
c. Akibat Anemia
d. Pemberian TTD
4. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal : Rabu, 26 September 2018
b. Tempat : Ruang kelas X SMK Al Huda
c. Waktu : 09.00 WIB - Selesai

B. Monitoring
Monitoring dapat dilakukan dengan melempar pertanyaan acak dan diskusi
kelompok terarah mengenai anemia diantaranya tentang definisi anemia, apa
saja penyebab anemia, apa akibat dari anemia, dan bagaimana mencegah
anemia

C. Evaluasi
Selanjutnya juga dilakukan evaluasi di akhir dengan cara membuka sesi
tanya jawab dimana penulis mendapatkan respon yang baik beberapa audience
mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi. Pertanyaan yang diajukan
cukup beragam diantaranya mengapa remaja putri rentan mengalami anemia,
dan bagaimana mencegah anemia. Selain itu pembicara bertanya refresh materi
mengenai tanda-tanda anemia, makanan yang mengandung zat besi untuk
mencegah anemia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar haemoglobin (Hb)
dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat
besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut. Anemia juga
disebabkan karena terjadinya peningkatan kebutuhan oleh tubuh terutama pada
remaja, ibu hamil, dan karena adanya penyakit kronis. Penyebab lainnya
karena pendarahan yang disebabkan oleh investasi cacing terutama cacing
tambang, malaria, haid yang berlebihan dan pendarahan saat melahirkan
(Wijiastuti, 2006).

B. Saran
1. Bagi Remaja
Tujuan penyuluhan adalah untuk meningkatkan kesadaran remaja mengenai
anemia, terutama anemia defisiensi besi dan memberikan pengetahuan
mengenai bagaimana mencegah anemia dan apa saja akibat yang akan
dialami apabila terjadi anemia
2. Bagi Tenaga Medis
Penyuluhan agar dilakukan berkesinambungan dengan kegiatan penyuluhan
mengenai anemia pada remaja putri. Pemberian penyuluhan dengan media
juga dapat membantu tenaga medis dalam memberi penyuluhan mengenai
anemia.
DAFTAR PUSTAKA

Arumsari, E. Faktor Risiko Anemia Pada Remaja Putri Peserta Program


Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota
Bekasi. Bogor : Skripsi GMSK IPB. http://repository.ipb.ac.id/
jspui/bitsream123456789/1791/1/A08ear_abstract.pdf. 2009. [Diakses pada
tanggal 26 Februari 2017, Pukul 13.45 WIB].
Burner. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putri. Jurnal Ilmu Pendidikan. 2012 http://repository.usu.ac.id/.
Kementerian Kesehatan RI. Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI Situasi Gizi di Indonesia). Kemenkes RI.Jakarta Selatan. 2016
Mulyawati Y. Perbandingan Efek Suplementasi Tablet Tambah Darah Dengan
Dan Tanpa Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Pekerja Di
Perusahan Plywood, thesis. Program Pasca Sarjana.UI. Jakarta. 2003
Pratiwi, Eka. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi MTs
Ciwandan. Skripsi. Ilmu Kesehatan & Kedokteran. UIN Syarifah
Hidayatullah. 2015
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Penyampaian materi dan disertai pengukuran TB dan BB

Anda mungkin juga menyukai