Disusun oleh:
Pembimbing Lapangan
dr. Leni Kurniati Jubaedah
NIP. 19721107 200604 2 013
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Pembimbing Lapangan
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................3
I. PENDAHULUAN............................................................................................4
A.Latar Belakang.............................................................................................4
B.Tujuan Penulisan.........................................................................................6
C.Manfaat Penulisan.......................................................................................6
C. Upaya Kesehatan........................................................................................16
MASALAH..........................................................................................................32
A.Kesimpulan................................................................................................35
B.Saran...........................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36
4
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran cerna dan masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Berdasarkan data WHO tahun 2009, diare menempati urutan kedua
sebagai salah satu penyebab kematian utama pada anak di bawah usia lima tahun
(16%) setelah infeksi saluran pernapasan akut (17%). Secara global, dalam setiap
tahun diperkirakan ada seitar 2,5 miliar kasus diare, dengan angka kematian 1,5
juta pertahun. Di negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
dapat mengalami 3 episode diare selama 1 tahun. Akibat episode diare ini, anak
dapat mengalami kehilangan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
sehingga berdampak pada malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Berdasarkan RISKESDAS tahun 2013, kelompok usia yang paling sering
menderita diare adalah kelompok usia balita. Insiden diare pada balita Indonesia
adalah 6,7%. Kelompok umur yang paling banyak terkena adalah kelompok usia
12-23 bulan (7,6%). Berdasarkan data tersebut, balita yang tinggal di pedesaan
memiliki prevalensi diare tertinggi yakni sebesar 5,3% ( Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2007-2012, angka
kesakitan diare menunjukkan angka 411 per 1000 penduduk pada tahun 2010.
Hal ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun 2006 yang berada
pada angka 423 per 1000 penduduk. Namun penurunan ini tidak menunjukkan
penurunan yang signifikan (Kemenkes RI, 2011).
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di Indonesia pada tahun 2015
sebanyak 18 kali, yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah
penderita 1213 orang, dan menyebabkan kematian 30 orang. Angka kematian
(CFR) saat KLB diare secara nasional diharapkan <1%. Hal tersebut pernah
tercapai saat tahun 2011 dengan CFR saat KLB sebesar 0,40%. Namun, pada
tahun 2015, terjadi peningkatan CFR diare saat KLB bahkan hingga menjadi
2,47% (Kemenkes RI, 2015).
5
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Kecamatan Kebasen tahun 2016 sebesar 1.224/km2.
Dengan kepadatan tertinggi ada di desa Cindaga dengan tingkat kepadatan
sebesar 2.290/Km2
c. Keadaan Sosial Kecamatan Kebasen
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data dari BPS Kec. Kebasen diiformasikan bahwa sampai
akhir tahun 2016 jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jenis Pendidikan Jenis Kelamin JUMLAH
No Laki-laki Perempuan
1. Tidak/belum tamat SD 7.806 7.866 15.672
2. Tamat SD/MI 9.960 10.197 20.158
3. SLTP/sederajat 3.481 2.836 6.317
4. SLTA/sederajat 1.997 1.432 3.429
5. Diploma III 392 311 703
6. Universitas 248 158 406
h. Sanitasi : 1 orang
i. Promkes : 1 orang
j. Laborat : 1 orang
k. Radiografer : 1 orang
l. Akuntansi : 1 orang
d. HIV
pada tahun 2016 di Kecamatan Kebasen ditemukan satu kasus kematian
karena HIV, walaupun untuk angka laporan dari kabupaten ada sekitar 3-5
kasus. Hal ini dimungkinkan karena tidak adanya open status dari pihak
rumah sakit ataupun dari DKK, terutama untuk pasien yang dirujuk ke
Rumah Sakit dengan suspek HIV. Begitu pula di tahun 2015 ada 3-5
kasus.
e. AFP Rate (non polio) < 15 tahun
Standar penemuan kasus polio adalah 2 per 100.000 penduduk usia kurang
dari 15 tahun. Target penemuan kasus di Kabupaten banyumas adalah 2
kasus, di Kecamatan Kebasen pada tahun 2016 tidak ditemukan kasus
AFP.
f. Demam Berdarah Dengue
Jumlah kasus DBD di Kecamatan Kebasen pada tahun 2016 sebanyak 14
kasus dengan angka kesakitan DBD sebesar24,3per 100.000 penduduk.
Sedangkan pada tahun 2015 jumlah kasus DBD sebanyak 8 kasus dengan
angka kesakitan DBD sebesar 12,1 per 100.000 penduduk. Dengan
demikian terjadi peningkatan kasus DBD pada tahun 2016 dibanding
tahun 2015. Untuk Insiden rate terhitung masih tinggi. Hal ini dapat
disebabkan oleh semakin tingginya mobilitas penduduk , masih kurangnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan kegiatan PSN
secara rutin dan berkesinambungan, dan kurangnya pengetahuan dari
masyarakat tentang DBD dan pemberantasannya. Masyarakat hanya
mengetahui untuk penatalaksaan pemberantasan DBD hanya dengan
fogging tanpa PSN, mungkin kurangnya preventif dan promotif dari
petugas kesehatan ke masyarakat.
14
3. Status Gizi
a. Prosentase berat bayi lahir rendah
Berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, terjadinya kasus BBLR ini disebabkan antara lain
oleh ibu hamil mengalami anemia, kurangnya suplai gizi sewaktu dalam
kandungan atau terlahir belum cukup bulan. Bayi BBLR ini perlu
penanganan serius karena pada kondisi ini bayi mudah sekali mengalami
hipotermidan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya
yang biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi.
Jumlah bayi BBLR di kecamatan Kebasen tahun 2016 ada 51
kasus atau 5,6%. Dibandingkan tahun 2015 terdapat 52 kasus atau 5,4%,
hal ini menunjukan adanya peningkatan jumlah bayi BBLR ditahun 2016.
Perlu adanya peningkatan promotif dan preventif pada setiap pertemuan di
posyandu ataupun di kelas ibu baik oleh bidan desa, bidan puskesmas,
petugas gizi, promkes ataupun medis.
b. Prosentase balita dengan gizi buruk
Pada tahun 2016 terdapat 1100 bayi, 3948 batita,dan 5048
balita,semuanya mendapat vitamin A dari bayi ,batita dan balita adalah
100%. Di Kecamatan Kebasen untuk tahun 2015 terdapat 1057 bayi dan
7759 anak balita dengan bayi mendapat vitamin A satu kali sebanyak
1057 bayi (100%), anak balita mendapat vitamin A dua kali sebanyak
7759 (100%). Kasus balita gizi buruk katagori BB/U dan semuanya sudah
mendapat PMT pemulihan dari anggaran APBN (BOK), dengan
pengawasan dan evaluasi dari petugas kesehatan baik medis, pemegang
program gizi dan dibantu oleh bidan desa akhirnya 6 yang terkategori gizi
buruk terjadi peningkatan BB yang signifikan.
16
C. Upaya Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat
penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagaian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kebasen
adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan
bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang
ibu apalagi yang sedang hamil bisa berpengaruh terhadap kesehatan janin
dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan
anaknya.
1) Pelayanan K4
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya
sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara
teratur. Hal ini dilakukan guna mencegah gangguan sedini mungkin
dari segala sesuatu yang membahayakan kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Pada tahun 2016 jumlah ibu hamil di Kecamatan Kebasen
sebanyak 958 ibu hamil, adapun ibu hamil yang mendapat pelayanan
K-4 adalah sebesar 938 atau 97,8% ibu hamil. Dibandingkan dengan
tahun 2015 yang mendapatkan pelayanan K-4 sejumlah 1001 atau
99,4% Berarti pelayanan K-4 mengalami penurunan sebesar 1,8%.
Standar Pelayanan Minimal untuk cakupan kunjungan ibu
hamil K-4 sebesar 95%. Dengan demikian untuk Kecamatan Kebasen
memenuhi target/tercapai standar pelayanan minimal.
2) Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)
17
c. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk bayi
umur 0 – 1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB) imunisasi untuk
wanita usia subur/ ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak sekolah
SD(kelas 1 : DT, dan kelas 2-3 : TD).
Jumlah desa di Kecamatan Kebasen sebanyak 12 desa. Desa
Universal Child Immunization (UCI) pada tahun 2016 berdasarkan tabel
41 sebanyak 12 desa atau 100%. Dibandingkan tahun 2015 desa
Universal Child Imunization (UCI) sebanyak 12 desa atau 100% berarti
sama. Terget SPM untuk desa UCI tahun 2016 sebesar 100% . Dengan
demikian Kecamatan Kebasen pada tahun 2016 sudah memenuhi target
SPM.
2. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Rujukan dan Penunjang
Pelayanan dapat dilayani melalui Puskesmas sebagai pelayanan
kesehatan dasar dan Rumah Sakit sebagai pelayanan kesehatan rujukan.
Jumlah kunjungan baru rawat jalan sebesar 35658, atau 53,5%. Tahun 2015
jumlah kunjungan 33721 atau 51,0% dari jumlah penduduk, dibanding tahun
lalu mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan baru pasien rawat inap
sebanyak 2222 pasien,atau 3,9%. Tahun 2015 jumlah kunjungan rawat inap
1835 pasien atau 2,8% dari jumlah penduduk berarti mengalami peningkatan
sekitar 1,1%.
Target kunjungan rawat jalan berdasarkan Indonesia Sehat 2016
sebesar 15% dengan demikian penggunaan fasilitas kesehatan rawat jalan di
Kecamatan Kebasen tahun 2016 belum memenuhi target. Sedangkan untuk
penggunaan fasilitas kesehatan rawat inap di Kecamatan Kebasen bila
dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat 2016 sebesar 1,5% maka
masyarakat Kecamatan Kebasen dalam pemanfaatan fasilitas rawat inap sudah
diatas target.
Pelayanan kesehatan jiwa adalah pelayanan yang mengalami
gangguan kejiwaan, yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir, dan
21
d. Metode
Program pendataan penemuan diare dilakukan di lapangan sesuai
wilayah kerja Puskesmas Kebasen. Keterampilan diperoleh dari
pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas yang diadakan secara insidensil.
Tata urutan kerja dan metode kegiatan program P2M di Puskesmas
Kebasen dilakukan dengan dua cara, yakni di dalam puskesmas dan di
luar puskesmas. Kegiatan di dalam puskesmas dilakukan dengan
menemukan kasus diare yang dilaporkan dari pasien rawat jalan di balai
pengobatan umum Puskesmas atau pasien rawat inap yang selanjutnya
akan dilaporkan ke bagian P2M.
Kegiatan di luar puskesmas dilakukan pada pelayanan kesehatan di
PKD (Poliklinik Desa) dan puskesmas pembantu. Selain itu, pihak
penanggung jawab program P2M diare akan melakukan home visit pada
wilayah tertentu secara insidental. Penemuan kasus diare secara aktif
belum dilakukan.
e. Minute
Program pendataan kasus diare dilakukan dalam jangka waktu 12 bulan
sampai dengan data dari 12 desa di wilayah kerja Puskesmas Kebasen
lengkap. Penyuluhan mengenai diare dilakukan pada kegiatan pertemuan
desa maupun posyandu pada awal bulan. Hal ini dirasa cukup baik karena
petugas memiliki waktu yang cukup untuk menjalankan program
tersebut.
f. Market
Sasaran dari program pendataan dan penemuan penderita diare adalah
semua warga di wilayah kerja Puskesmas Kebasen. Sebagian besar
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kebasen memiliki tingkat
pendidikan dan ekonomi yang rendah. Setiap desa telah dikatakan
mencapai target program ini apabila 75% dari total populasinya telah
28
5. Threat
a. Kesadaran yang rendah pada masyarakat mengenai pentingnya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari untuk
mencegah penyakit, salah satunya diare.
b. Masyarakat yang masih beranggapan bahwa diare adalah penyakit yang
biasa terjadi, sehingga belum timbul kesadaran untuk mengakses
pelayanan kesehatan ketika anggota keluarga ada yang menderita diare.
c. Banyak masyarakat yang tidak memeriksakan diri ke puskesmas atau
PKD, namun langsung memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat,
seperti praktik dokter swasta, maupun rumah sakit, sehingga pendataan
penderita diare di wilayah kerja Puskesmas masih terbatas.
32
A. Kesimpulan
1. Program kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kebasen yang masih memiliki
masalah dalam pelaksanaan serta pencapaiannya adalah program penemuan
dan pendataan kasus diare pada tahun 2016.
2. Terdapat beberapa hal yang mendasari belum tercapainya program tersebut,
antara lain:
a. Belum terbentuknya kader-kader kesehatan lingkungan yang membantu
proses pendataan, proses kegiatan dan pemantauan program-program
kesehatan lingkungan.
b. Penjaringan penyakit diare masih dilakukan secara pasif.
c. Belum adanya sistem informasi yang terpadu mengenai data pasien di
wilayah Kebasen, sehingga kemungkinan ada data pasien diare yang tidak
tertangani tidak diketahui.
d. Kurangnya kerjasama lintas sektoral dalam penemuan dan pendataan diare
seperti kerjasama antara petugas puskesmas dengan bidan wilayah, dan
petugas puskesmas dengan praktik swasta serta rumah sakit terdekat.
e. Kurangnya monitoring dan evaluasi mengenai program penemuan dan
pendataan diare yang dilakukan setiap bulan.
B. Saran
1. Membentuk kader kesehatan lingkungan di tiap desa yang bertugas mendata,
penggerak kegiatan kesehatan lingkungan, dan memantau kegiatan program
penemuan diare
2. Peningkatan kerjasama dengan dokter swasta, klinik, ataupun rumah sakit
sekitar untuk data penderita diare.
3. Menyusun sistem informasi rekam medis terpadu dalam sistem pendataan
pasien di wilayah kerja Puskesmas Kebasen.
35
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. 1-306. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2013. Jawa Tengah: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
DKK Banyumas. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2014.
Banyumas: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Puskesmas Kebasen. 2016. Standar Pelayanan Minimal Tahun 2016. Banyumas:
Puskesmas Kebasen.
WHO. 2009. Diarrhoea: Why children are still dying and what can be done. Geneva:
World Health Organization