Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

DOKTER INTERNSHIP

KASUS MEDIKOLEGAL

VISUM JENAZAH DOA (DEATH ON ARRIVAL)

Disusun Oleh :

Nama : dr. Aisyah Aulia Wahida

Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu

Periode : Februari 2018 – Februari 2019

Dokter Pendamping :

dr. Nia Tri Mulyani

dr. Jauhar Muhammad

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SITI AMINAH BUMIAYU


KABUPATEN BREBES
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul

VISUM JENAZAH DOA (DEATH ON ARRIVAL)

Oleh

dr. Aisyah Aulia Wahida

Disusun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Program Dokter Internship di Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu.

Mengetahui,

Dokter Internship Dokter Pendamping Dokter Pendamping

dr. Aisyah Aulia dr. Nia Tri Mulyani dr. Jauhar Muhammad
Nama Peserta : dr. Aisyah Aulia Wahida
Nama Wahana : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
Topik : Medikolegal
Tanggal (kasus) : 12 Desember 2018
Nama Pasien : Ny. M (Wanita) No. RM : 24-80-12
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping :
dr. Nia Tri M., dr. Jauhar Muhammad.
Tempat Presentasi : RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu
Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka


v
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Pasien datang dengan kondisi tidak sadarkan diri setelah kecelakaan saat mengendarai sepeda
motor. Saat dilakukan pemeriksaan, pasien sudah tidak bernafas, denyut jantung tidak teraba.
Dilakukan pemeriksaan fisik, pada pupil refleks cahaya negatif, dan midriasis maksimal.
Kronologi kecelakaan tidak diketahui dengan pasti, namun saat kejadian, korban berboncengan
dengan anaknya. Lokasi kejadian di Flyover Paguyangan.
Tujuan :
 Mengetahui cara visum yang benar
Bahan bahasan Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi Email Pos

Data Pasien: Nama: Ny. M Nomor Registrasi: 24-80-12


Nama RS: RSU Telp : - Terdaftar sejak : 12 Desember
Muhammadiyah Siti Aminah 2018
Bumiayu
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Pasien datang dengan kondisi tidak sadarkan diri setelah kecelakaan saat
mengendarai sepeda motor. Saat dilakukan pemeriksaan, pasien sudah tidak
bernafas, denyut jantung tidak teraba. Dilakukan pemeriksaan fisik, pada pupil
refleks cahaya negatif, dan midriasis maksimal.
Kronologi kecelakaan tidak diketahui dengan pasti, namun saat kejadian, korban
berboncengan dengan anaknya. Lokasi kejadian di Flyover Paguyangan.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: tidak sadarkan diri
b. Kesadaran: E1M1V1
c. Kepala:
Mesosefal, Reflek Cahaya -/- Pupil Midriasis +/+
Inspeksi : jejas (-), deformitas (-)
Palpasi : krepitasi (-) oedem (-)
d. Leher
Inspeksi : Jejas (-) deformitas (-)
Palpasi : krepitasi (-) oedem (-), tidak ada pembesaran tiroid
e. Dada :
Inspeksi : Jejas (-), tidak ada pengembangan paru
Palpasi : krepitasi (-)
f. Abdomen
Inpeksi : jejas (-), distanded (-), massa (-).
g. Pemeriksaan Ekstremitas:
Inspeksi : jejas (-), deformitas (-)
3. Contoh Visum et Repertum
Bumiayu, 12 Desember 2018
PRO JUSTITIA
VISUM ETREPERTUM
No. 01/TUM/VER/XII/2018

Yang bertandatangan di bawah ini, Aisyah Aulia Wahida, dokter internship di RSU
Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, atas permintaan dari kepolisian sektor Bumiayu
dengan surat bernomor B/67/VeR/V/Reskrim tertanggal 12 Desember 2018 maka dengan
ini menerangkan bahwa pada tanggal dua belas bulan desember tahun dua ribu delapan
belas pukul delapan belas lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat
di RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, telah dilakukan pemeriksaan korban
dengan nomor registrasi 379426 yang menurut surat tersebut adalah:
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Linggapura RT 09 RW 1
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Tanggal Rawat : 12 Desember 2018
Nomor CM : 24-80-12

Otopsi Verbal
Jenazah dalam keadaan meninggal saat tiba di RSU Muhammadiyah Siti
Aminah Bumiayu. Menurut keterangan warga yang menemukan, pasien sudah dalam
keadaan tidak sadarkan diri setelah kejadian.

Pemeriksaan Luar
1. Label :
 Tidak ada-------------------------------------------------------------------------------------
2. Pembungkus Jenazah :-------------------------------------------------------------------------
 Kain berbahan katun, motif batik warna putih coklat-----------------------------
3. Benda di samping jenazah :
 Helm berwarna biru dengan merek “BMC”-----------------------------------------
4. Pakaian : ------------------------------------------------------------------------------------------
 Baju berbahan kaos warna merah lengan panjang tidak berkerah tanpa kancing,
berukuran L, tidak bermerek------------------------------------------------------------
 Celana panjang kain berbahan katun warna hitam dengan kantong samping kanan
 Jaket hitam berbahan kaos dengan penutup kepala tanpa merek-------------
 Kerudung model bergo berwarna hitam berbahan kaos-------------------------
 Kaos dalam berwarna putih tanpa merek--------------------------------------------
5. Perhiasan : jenazah menggunakan 2 pasang anting-anting berbahan emas, sebuah
cincin berbahan emas, dan 6 buah gelang berbahan emas yang digunakan pada tangan
kanan-----------------------------------------------------------------------------------------------
6. Tanda Kematian : -------------------------------------------------------------------------------
 Belum ada lebam mayat -----------------------------------------------------------------
 Belum terdapat kaku mayat-------------------------------------------------------------
 Tanda pembusukan belum terbentuk------------------------------------------------
7. Pemeriksaan Rambut : -------------------------------------------------------------------
 Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat, ikal, panjang rata-rata limabelas
sentimeter-----------------------------------------------------------------------------------
 Alis berwarna hitam, tumbuh tipis-tipis----------------------------------------------
 Bulu mata berwarna hitam, tumbuh jarang dan lurus----------------------------
8. Pemeriksaan Kepala :---------------------------------------------------------------------
 Bentuk kepala bulat-----------------------------------------------------------------------
9. Pemeriksaan Mata :-----------------------------------------------------------------------
 Mata kanan dan mata kiri tertutup----------------------------------------------------
 Selaput bening mata kanan dan kiri jernih------------------------------------------
 Teleng mata kanan dan kiri sama besar bergaris tengah nol koma lima sentimeter
 Tirai mata kanan dan kiri berwarna coklat-------------------------------------------
 Selaput lendir bola mata kanan dan kiri berwarna putih-------------------------
 Selaput lendir kelopak mata kanan dan kiri tidak pucat--------------------------
10. Pemeriksaan hidung : --------------------------------------------------------------------
 Bentuk pesek, tidak keluar darah dari lubang hidung-----------------------------
11. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut : ---------------------------------------------
 Mulut tertutup, tampak pucat----------------------------------------------------------
 Lidah tidak tergigit dan tidak terjulur-------------------------------------------------
 Gigi geligi : Jumlah gigi tiga puluh dua buah----------------------------------------
 Pada rahang atas samping kiri gigi lengkap------------------------------------
 Pada rahang atas samping kanan gigi lengkap--------------------------------
 Pada rahang bawah samping kiri gigi geraham belakang lengkap-------
 Pada rahang bawah samping kanan gigi geraham depan lengkap-------
12. Pemeriksaan telinga : --------------------------------------------------------------------
 Bentuk oval----------------------------------------------------------------------------------
 Dari kedua lubang telinga tidak keluar apa - apa----------------------------------
13. Alat kelamin : ------------------------------------------------------------------------------
 Jenis kelamin perempuan----------------------------------------------------------------
 Dari saluran kelamin tidak keluar apa - apa-----------------------------------------
14. Lubang pelepasan : -----------------------------------------------------------------------
 Dari lubang pelepasan tidak keluar apa-apa----------------------------------------
15. Identifikasi umum : -----------------------------------------------------------------------
Jenazah adalah seorang wanita, warga Negara Indonesia, warna kulit sawo matang,
kesan gizi lebih, umur kurang lebih tiga puluh delapan tahun, berat badan enam
puluh delapan kilogram, panjang badan seratus lima puluh dua sentimeter---
16. Identifikasi khusus :-----------------------------------------------------------------------
 Jaringan parut pada perut, membujur pada garis pertengahan depan, melalui
pusat, warna lebih terang dari kulit sekitar, perabaan kasar, ukuran dua puluh satu
koma lima sentimeter kali tiga sentimeter------------------------------------------
 Jaringan parut pada perut samping kanan, tujuh sentimeter dari garis pertengahan
depan, sejajar taju usus, warna lebih terang dari kulit sekitar, perabaan kasar,
ukuran lima koma lima sentimeter kali satu koma lima sentimeter-----------
 Tahi lalat pada dada samping kanan, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan,
lima sentimeter di bawah puncak bahu, warna hitam, bentuk bulat, diameter nol
koma empat sentimeter-----------------------------------------------------------------
 Jaringan parut pada paha kiri bagian depan, satu sentimeter di atas lutut, warna
lebih terang dari kulit sekitar, perabaan kasar, meliputi area seluas lima sentimeter
kali enam sentimeter, ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali satu
sentimeter, ukuran terkecil satu sentimeter----------------------------------------
 Jaringan parut pada lutut kanan, warna lebih terang dari kulit sekitar, perabaan
kasar, ukuran satu koma tiga sentimeter kali nol koma lima sentimeter- - - -
 Jaringan parut pada punggung kaki kanan sisi dalam, empat sentimeter di atas
pangkal ibu jari, warna lebih terang dari kulit sekitar, perabaan kasar, meliputi area
seluas lima sentimeter kali enam sentimeter, ukuran tiga sentimeter kali satu
sentimeter-----------------------------------------------------------------------------------
17. Luka-luka :-----------------------------------------------------------------------------------
1) Luka terbuka pada puncak kepala, tujuh belas sentimeter di atas lubang telinga,
tepi berwarna kehitaman, dasar luka tulang warna hitam dan putih, keluar darah
dari tepi luka, ukuran sebelas sentimeter kali empat sentimeter------------
2) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada dahi samping kiri, tiga
sentimeter dari garis pertengahan depan, delapan sentimeter di atas sudut luar
mata, ukuran enam sentimeter kali satu koma lima sentimeter, di sekitarnya
tampak kulit yang berwarna hitam--------------------------------------------------
3) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada dahi, melintang garis
pertengahan depan, tiga sentimeter di atas sudut dalam mata, ukuran lima
sentimeter kali dua koma lima sentimeter, di sekitarnya tampak kulit yang
berwarna hitam--------------------------------------------------------------------------
4) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada dahi sebelah kanan,
lima sentimeter dari garis pertengahan depan, lima sentimeter di atas sudut luar
mata, ukuran tiga sentimeter kali nol koma lima sentimeter, di sekitarnya tampak
kulit yang berwarna hitam-------------------------------------------------------------
5) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada kelopak atas mata kiri,
lima sentimeter dari garis pertengahan depan, nol koma tujuh sentimeter di atas
sudut luar mata, meliputi daerah seluas dua sentimeter kali satu koma lima
sentimeter, ukuran terbesar satu sentimeter kali nol koma tiga sentimeter,
ukuran terkecil nol koma dua kali nol koma satu sentimeter, di sekitarnya tampak
kulit yang berwarna hitam-------------------------------------------------------------
6) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada pipi kiri, lima koma
lima sentimeter dari garis pertengahan depan, dua sentimeter di bawah sudut
luar mata, meliputi area seluas empat sentimeter kali satu koma lima sentimeter,
ukuran terbesar satu koma lima sentimeter kali satu sentimeter, ukuran terkecil
nol koma tiga sentimeter kali nol koma tiga sentimeter, di sekitarnya tampak
kulit yang berwarna hitam-------------------------------------------------------------
7) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada hidung, dua koma
lima sentimeter di bawah sudut dalam mata, ukuran tiga koma lima sentimeter
kali tiga sentimeter, di sekitarnya tampak kulit yang berwarna hitam------
8) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada pipi kanan, lima koma
lima sentimeter dari garis pertengahan depan, dua koma lima sentimeter di atas
bawah luar mata, ukuran satu sentimeter kali nol koma delapan sentimeter, di
sekitarnya tampak kulit yang berwarna hitam------------------------------------
9) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada bibir atas, melintang
garis pertengahan depan, satu koma lima sentimeter di atas sudut bibir, ukuran
satu koma lima sentimeter kali satu sentimeter, di sekitarnya tampak kulit yang
berwarna hitam--------------------------------------------------------------------------
10) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada dagu, melintang garis
pertengahan depan, tiga sentimeter di bawah sudut bibir, meliputi area seluas
enam sentimeter kali empat sentimeter, ukuran terbesar dua koma lima
sentimeter kali dua sentimeter, ukuran terkecil nol koma tiga sentimeter kali nol
koma tiga sentimeter, di sekitarnya tampak kulit yang berwarna hitam---
11) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada dada atas sebelah
kanan, enam sentimeter dari garis pertengahan depan, tiga sentimeter di bawah
puncak bahu, ukuran satu sentimeter kali nol koma tujuh sentimeter, di
sekitarnya tampak kulit yang berwarna hitam------------------------------------
12) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada dada sebelah kanan,
delapan sentimeter dari garis pertengahan depan, empat belas sentimeter di
bawah puncak bahu, ukuran lima koma lima sentimeter kali nol koma lima
sentimeter, di sekitarnya tampak kulit yang berwarna hitam-----------------
13) Luka terbuka pada punggung, melintang garis pertengahan belakang, empat
puluh tiga sentimeter di bawah puncak bahu, dengan dasar berwarna hitam,
dikelilingi kulit warna kemerahan, ukuran tiga puluh tiga sentimeter kali tiga pluh
satu sentimeter---------------------------------------------------------------------------
14) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada punggung atas kiri,
dua belas sentimeter dari garis pertengahan belakang, tujuh sentimeter di bawah
puncak bahu, ukuran dua belas sentimeter kali empat sentimeter, di sekitarnya
tampak kulit yang berwarna hitam--------------------------------------------------
15) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada punggung atas kanan,
lima sentimeter dari garis pertengahan belakang, enam sentimeter di bawah
puncak bahu, ukuran enam sentimeter kali tiga sentimeter, di sekitarnya tampak
kulit yang berwarna hitam-------------------------------------------------------------
16) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada punggung bawah
kanan, lima sentimeter dari garis pertengahan belakang, enam sentimeter di
bawah puncak bahu, ukuran enam sentimeter kali tiga sentimeter, di sekitarnya
tampak kulit yang berwarna hitam--------------------------------------------------
17) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada telapak kaki kiri,
lima sentimeter di bawah pangkal ibu jari, dengan ukuran dua koma lima
sentimeter kali satu sentimeter------------------------------------------------------
18) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada telapak kaki
kanan, dua sentimeter di bawah pangkal ibu jari, meliputi area seluas delapan
sentimeter kali tiga sentimeter, ukuran terbesar empat sentimeter kali dua
sentimeter, ukuran terkecil nol koma satu sentimeter kali nol koma satu
sentimeter---------------------------------------------------------------------------------
19) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada telapak ibu jari
kaki kanan, dua sentimeter di bawah pangkal ibu jari, meliputi area seluas empat
sentimeter kali dua sentimeter, ukuran terbesar dua koma lima sentimeter kali
satu koma lima sentimeter, ukuran terkecil nol koma satu sentimeter kali nol
koma satu sentimeter------------------------------------------------------------------
20) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada telapak jari
telunjuk kaki kanan, tiga sentimeter di atas pangkal ibu jari, meliputi area seluas
satu koma lima sentimeter kali nol koma delapan sentimeter, ukuran terbesar
satu sentimeter kali nol koma tujuh sentimeter, ukuran terkecil nol koma tujuh
sentimeter kali nol koma empat sentimeter--------------------------------------
21) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada telapak jari
tengah kaki kanan, dua koma lima sentimeter di atas pangkal ibu jari, ukuran satu
koma lima sentimeter kali nol koma enam sentimeter-------------------------
22) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada ujung jari manis
kaki kanan, ukuran nol koma sembilan sentimeter kali nol koma enam sentimeter
-----------------------------------------------------------------------------------------------
23) Luka berwarna kecoklatan dengan cekungan di tengahnya pada telapak jari
kelingking kaki kanan, dua sentimeter di atas pangkal ibu jari, ukuran dua
sentimeter kali satu sentimeter------------------------------------------------------
24) Pengelupasan kulit ari dengan dasar kulit kemerahan pada lengan bawah kanan
sisi dalam, dua sentimeter di atas siku, ukuran tiga belas sentimeter kali tujuh
sentimeter, di sekitarnya tampak kulit yang berwarna hitam-----------------
18. Patah tulang : ------------------------------------------------------------------------------
Tidak tampak dan teraba patah tulang -----------------------------------------------

Daftar Pustaka:
1. Cooper, Mary Ann, Timothy G. Price. Electrical and Lightning Injuries. Available
from: https://www.uic.edu/labs/lightninginjury/Electr&Ltn.pdf
2. Cushing & Tracy A. Electrical Injuries [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2010.
[cited 5 July 2015]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview
3. Gerard & Doherty M.,2006. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
Penerbit : McGraw Hill Companies.New York
4. Idries, Abdul M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta:
Binarupa Aksara. 1997. H: 108 – 117

5. MayoClinic. Burns First Aids. MayoClinic.com. 2018 [cited 11 January 2019].


Available from : http://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-burns/basics/art-
20056649
6. Nelwan, Berti. Luka Akibat Arus Listrik & Luka Bakar. Bahan Kuliah Forensik.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2008.
7. Pounder, Derrick. Lecture Notes in Forensic Medicine. Electrical burns. University
of Dundee. H: 15
8. Sjamsuhidajat R & Jong W.D., 2005. Luka Bakar dalam Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Penerbit : EGC. Jakarta
Hasil Pembelajaran :
a. Definisi Luka Listrik
b. Etiologi Luka Listrik
c. Patofisiologi Luka Listrik
d. Klasifikasi Luka Listrik
e. Gambaran Klinis Luka Listrik
f. Diagnosis Luka Listrik
g. Penatalaksanaan Luka Listrik

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :


1. Subyektif
Pasien datang setelah tersetrum aliran listrik saat bekerja. Pasien mengeluh nyeri pada
dada kiri seperti tersayat, badan lemas, namun masih bisa diajak berkomunikasi. Pasien
merupakan pekerja bangunan, yang saat bekerja terkena kabel listrik.

2. Obyektif
Pemeriksaan fisik didapatkan :
keadaan umum : tampak lemas
Tekanan darah: 110/70 mmHg Respirasi: 20x/menit
Nadi: 118 x/menit Suhu : 36,50C
Status Lokalis:
Thoraks :
Inspeksi : luka bakar di dada kiri sebesar ± 3 cm, luka bakar derajat 1
Palpasi : fremitus kanan=kiri, nyeri pada luka
Perkusi : sonor
Auskultasi
 Paru: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop(-)

Pemeriksaan darah rutin :


Leukosit : 8000 (N: 4000-10.000)
Hemoglobin : 14 (N: 14-18)
Hematokrit : 42 (N: 38-47)
Trombosit : 170.000 (N: 150.000-400.000)
Ureum : 24 (N:20-50)
Creatinin : 0,58 (N≤1,2)

3. Assessment
a. Definisi Luka Listrik
Luka listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang merupakan
jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan bendayang memiliki
arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibatberubahnya
energi listrik menjadi energi panas (Sjamsuhidajat, 2005; Gerard & Doherty, 2006).
Arus listrik ialah muatan listrik yang bergerak dari tempat yang berpotensial
tinggi ketempat yang berpotensial rendah. Arus listrik terdiri dari (Hoediyanto, 2010):
1) Arus listrik searah (direct current = DC)
Arus Listrik Searah (DC) merupakan arus listrik yang mengalir secara terus
menerus kesatu arah. Arus DC dipakai dalam industri yang menggunakan proses
elektrolisa, misalnya pada pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam. Juga
digunakan pada telepon (30 – 50 volt), dan kereta listrik (600 – 1500 volt). Sumber
arus DC misalnya : Battery dan Accu.
2) Arus listrik bolak-balik (alternating current = AC)
Arus listrik bolak-balik (AC) merupakan arus listrik yang mengalir bolak-balik.
Arus AC digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya menggunakan
voltage 110 volt atau 220 volt. Arus AC jauh lebih berbahaya dari pada arus DC,
tubuh manusia 4 – 6 kali lebih sensitif terhadap arus AC dari pada arus DC.
Sebagai ilustrasi bahwa dari 212 kasus kematian karena listrik, hanya 8 kasus yang
meninggal akibat arus searah (DC).
Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan,
dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan,
sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan pada
umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan penyepuhan
(Idries, 1997).
Kematian akibat sengatan listrik sering terjadi, mengingat meluasnya pemakaian
listrik untuk tujuan rumah tangga dan industri, jumlah yang tepat dari kerugian-
kerugian tersebut belum dapat dipastikan. Sebelum arus listrik dapat mempengaruhi
tubuh dan menyebabkan cedera atau kematian, harus terdapat kontak atau lintasan
yang menghubungkan tubuh dari satu titik ke titik lainnya (Nelwan, 2008).
Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik
bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik
bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan arus listrik
searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian. Pada eksperimen
didapat hasil sebagai berikut: Manusia yang terkena arus listrik (AC) dengan
intensitas dibawah 25 mA; atau arus listrik (DC), sekitar 25-80 mA, tidak akan
menimbulkan efek apa-apa. Bila terkena arus listrik (AC), dengan intensitas 25-80
mA atau arus listrik (DC) sebesar 80-300 mA; akan terjadi penurunan kesadaran dan
gangguan denyut jantung (fibrilasi ventrikel) Bila kekuatan arus listrik melebihi 3
Amper, maka akan terjadi penghentian denyut jantung (cardiac arrest) (Idries, 1997).

b. Etiologi
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran
aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik adalah karena
petir, aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik (AC), aliran listrik tegangan
tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah.
1) Petir (Hoediyanto, 2010; Nelwan, 2008)
Petir yang diketahui secara umum adalah pelepasan energi potensial atmosfir
diantara awan dan awan. Sedangkan serangan petir (lightning stroke) adalah
pelepasan energi potensial antara awan dan benda bumi. Ledakan petir dihasilkan
jika permukaan bawah awan petir melepaskan muatannya menuju tanah, karena
permukaan bawah dari awan biasanya bermuatan negatif, maka muatan listrik yang
dilepaskan umumnya negatif. Sekitar 5 % dari sambaran petir adalah muatan
positif. Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan. Jika orang disambar langsung
oleh petir, kematian tidak bisa dihindarkan yang disebabkan karena luka bakar atau
cedera yang pada pusat pernafasan di otak. Kuat arus dalam hal ini mencapai
bilangan kiloampere. Petir dapat menimbulkan kejutan listrik dengan beberapa cara
:
a) Efek langsung
Apabila korban terkena petir secara langsung maka korban tak dapat dielakkan
meninggal. Tegangan dan intensitas yang tinggi sekali dapat menimbulkan
panas mengakibatkan luka bakar. Pada kulit korban didapatkan gambaran
pohon gundul yang disebut “arborescent marking” sebagai akibat vasodilatasi
pembuluh darah perifer.
b) Efek tidak langsung
apabila korban berada ditempat dimana aliran listrik petir telah terpencar,
korban dapat meninggal.
Selain itu, petir dapat memberikan beberapa efek terhadap penerimanya. Efek
tersebut misalnya efek mekanik, di mana terjadi karena dorongan udara yang
terdesak sekitar cahaya petir akibat panas. Selanjutnya ada efek kompresi,
yaitu perpindahan udara yang menimbulkan adanya suara seperti ledakan.
Korban dapat terlempar, pakaian menjadi koyak dan kotor, mirip gelandangan.
Luka yang terjadi akibat persentuhan dengan benda tumpul seperti abrasio,
contusio, lacerasio dan avulsio, bahkan fraktur ekstremitas. Pada kepala dapat
terjadi fraktur tengkorak, epidural bleeding, subdural bleeding, contusio dan
lacerasio otak.
2) Listrik tegangan Tinggi AC
Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena tegangan
tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif disentuh yang
tersambung dengan sumber listrik bertegangan tinggi.
3) Listrik tegangan rendah AC
Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum, ada 2
tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang memungkinkan :
Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir,
wajah, dan lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat
menyentuh objek yang dialiri energi listrik.
4) Arus searah (DC)
Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara
tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan.
Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-
80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam
waktu yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali
menyebabkan kematian, sebagian karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari
spasme otot tetanoid dan mencegah korban lepas dari konduktor hidup.

c. Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron)
dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan
listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat
arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi
sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm,
dan kulit yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis
dan kadar air tinggi akan menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa.
Tahanan dari alat-alat tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm,
termasuk tulang, tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh
darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik.
Dengan adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan
jaringan (Pounder; Nelwan, 2008))
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan
perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi
aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi
energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan
nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel) (Cushing, 2010)
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat
menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi
sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran
listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari
tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki (Nelwan, 2008).

d. Klasifikasi
Luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Kontak langsung: pemanasan elektrothermal
2) Kontak tidak langsung
 bunga api listrik (arc)
 nyala api listrik (flame)
 kilatan listrik (flash)
Pemanasan jaringan sekunder untuk menyebabkan arus luka bakar electrothermal.
Biasanya luka bakar ini adalah hasil dari aliran listrik bertegangan rendah pada daerah
yang terbatas. Aliran yang terus-menerus saat ini dapat menyebabkan luka bakar yang
signifikan di mana saja di sepanjang jalan saat ini. Biasanya lesi kulit luka bakar
electrothermal yang berbatas tegas, deep- parsial untuk luka bakar full-thickness
(MayoClinic, 2018).
Yang paling merusak dari cedera tidak langsung terjadi ketika korban terkena dari
percikan bunga listrik. Bunga api listrik adalah percikan yang terbentuk antara dua
benda bertegangan yang tidak bersentuhan satu sama lain, biasanya merupakan
sumber yang bertegangan tinggi dan tanah. Karena suhu bunga api listrik adalah
sekitar 2500 °C, menyebabkan luka bakar yang sangat mendalam pada titik di mana
terjadi kontak dengan kulit. Dalam keadaan lengkung, luka bakar dapat disebabkan
oleh panas dari busur itu sendiri, pemanas electrothermal akibat arus aliran, atau
dengan api yang dihasilkan dari pembakaran pakaian (MayoClinic, 2018).
Berdasarkan American Burn Association luka bakar diklasifikasikan berdasarkan
kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. Berdasarkan luas
permukaan luka bakar (Sjamsuhidajat, 2005).
Gambar 1. Wallence Rule of Nines (Sjamsuhidajat, 2005)
Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh
atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules
of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan
pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada
anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun (Gerard & Doherty, 2006).
Berdasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association
(Sjamsuhidajat, 2005) :
1) Luka Bakar Ringan
 Luka bakar derajat II < 5%
 Luka bakar derajat II 10% pada anak
 Luka bakar derajat II < 2%
2) Luka Bakar sedang
 Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III < 10%1
3) Luka Bakar Berat
 Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
 Luka bakar derajat III 10% atau lebih
 Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan genitalia/perineum.
 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain

e. Gambaran Klinis
Penyebab dari kasus luka listrik yang cukup banyak, menyebabkan anamnesa
yang menunjang sangat diperlukan baik riwayat penyakit sebelumnya maupun hal-hal
spesifik yang berhubungan dengan kejadian saat seseorang terkena aliran listrik. Arah
aliran listrik penting untuk mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat
menjadi lebih berbahaya daripada arah horizontal (Pounder, 2018)
Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik (Pounder, 2018;
Cooper & Mary Ann);
1) Luka Bakar Derajat I
 Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
 Kulit kering, hiperemis berupa eritem
 Tidak dijumpai bulla
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi
 Sembuh spontan dalam 5-10 hari
2) Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi
 Dijumpai bulla
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas kulit
normal
 Dibedakan menjadi dua :
o Derajat IIA (Superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea masih utuh
 Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.
o Derajat IIB
 Kerusakan hampir seluruh bagian dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih ada
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel yang tersisa.
(biasanya lebih satu bulan)
3) Luka bakar derajat III
 Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak
 Tidak dijumpai bulla
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering letaknya lebih
rendah dibanding kulit sekitar
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.
Selain luka bakar, penemuan khas yang sering ditemukan akibat trauma listrik
sebagai berikut (Idries, 1997);
1) Electric mark
Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus listrik
masuk ke dalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang. Electric
mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah ditengah,
yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengahnya tersebut biasanya
pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh
darah/hiperemis. Bentuk serta ukuran electric mark tergantung dari bentuk dan
ukuran dari benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.
2) Joule Burn
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh
dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian
tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus
terbakar.
3) Exogenous Burn
Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh
manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang
sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan 330 volt. Tubuh korban akan
hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai
dengan patahnya tulang-tulang.
Dengan demikian dapat dibedakan apakah luka bakar pada korban yang
terkena arus listrik itu termasuk joule burn atau luka bakar tersebut terjadi karena
panas dari luar seperti pada exogenous burn.

f. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Untuk
memantau denyut jantung korban dilakukan pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).
Jika diperkirakan jantung telah menerima kejutan listrik, pemantauan EKG dilakukan
selama 12-24 jam.
Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukan CT scan
untuk memeriksa adanya kerusakan pada otak6.
g. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan fase akut
Luka bakar listrik memiliki gejala klinis yang unik pada fase akut. Selain primary
survey pada ATLS seperti luka bakar pada umunya terdapat 3 hal yang harus
dilakukan pada golden hour fase akut luka bakar listrik yaitu:
a) Pasien yang membutuhkan Elektrokardiografi (EKG) monitoring dan waktu
monitoringnya.
b) Pasien yang memiliki resiko compartment syndrome dan membutuhkan
intervensi operasi segera.
c) Pasien yang membutuhkan terapi resusitasi cairan sekaligus meresusitasi cairan
pada cedera dalam yang tidak terlihat.
Hal yang harus dilakukan pada primary survey luka bakar listrik adalah:
a) Jauhkan korban dari sumber listrik, hat-hati dengan listrik bertegangan tinggi,
apabila kita tidak dapat memisahkan korban dengan sumber listrik gunakan
kayu untuk mematikan arus listrik dan memisahkannya.
b) Penolong sebaiknya menggunakan Alat Proteksi Diri
(APD) lengkap, terutama menggunakan sepatu yang terbuat dari bahan isolator
seperti karet.
c) Apabila ada tanda-tanda henti jantung lakukan Cardio Pulmonar Resusitation
(CPR).
d) Lakukan resusitasi cairan dan pantau urin output.
e) Perhatikan sirkulasi perifer, observasi setiap jam.
f) Perhatikan tanda-tanda kemungkinan terjadinya compartment syndrome.
2) Monitoring EKG
Terdapat ketidaknormalan pada jantung termasuk disaritmia dan kerusakan
miokardium yang muncul setelah kontak dengan listrik tegangan tinggi maupun
rendah sehingga dibutuhkan monitoring dengan menggunakan EKG. Gambaran
disaritmia yang paling sering muncul adalah perubahan ST-T yang tidak spesifik
dan fibrilasi atrium. Penanganan disaritmia seperti yang ditunjukkan oleh ACLS.
Kerusakan miokardium langsung juga dapat terjadi. Cedera ini lebih terlihat
sebagai kontusio miokardium akibat trauma daripada infark miokard. Perubahan
pada nilai kreatinin kinase (CK) dan MB kreatinin kinase (CKMB) menjadi
indikator infark miokard yang telah memburuk apabila EKG tidak memberikan
gambaran kerusakan miokardium, khususnya pada kerusakan parah otot rangka.
Indikasi monitoring jantung lainnya yaitu:
a) Kehilangan kesadaran
b) Abnormal EKG dengan atau tanpa iskemia
c) Terekam gambaran disaritma sebelum dan sesudah pemindahan ke ruang gawat
darurat
d) CPR di tempat kejadian
3) Burn Resusitation
Burn shock akan berkembang menjadi hypovolemi dan penghancuran jaringan
selular. Karakteristik dari tipe shock ini adalah penurunan cardiac output dan
volume plasma dan terjadi peningkatan cairan ekstraseluler, edema dan oligouria.
4) Resusitasi Jalan Nafas
Resusitasi bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka
bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan sebelum
edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan intubasi,
oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi bertujuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan jalan napas
(penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi masih menjadi
perdebatan karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya lebih besar
dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang diperkirakan
akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada luka bakar luas yang
disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan pemberian oksigen 2-4 liter/menit
melalui pipa endotracheal. Terapi inhalasi mengupayakan suasana udara yang lebih
baik disaluran napas dengan cara uap air menurunkan suhu yang meningkat pada
proses inflamasi dan mencairkan sekret yang kental sehingga lebih mudah
dikeluarkan. Pada cedera inhalasi perlu dilakukan pemantauan gejala dan distres
pernapasan. Gejala dan tanda berupa sesak, gelisah, takipneu, pernapasan dangkal,
bekerjanya otot-otot bantu pernapasan dan stridor. Pemeriksaan penunjang yang
perlu dilakukan adalah analisa gas darah serial dan foto thorax1,2,4,7.
5) Resusitasi Cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
a) Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler
regional sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
b) Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
c) Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin
survival seluruh sel
d) Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis. 1,4,7.
Jenis cairan yang dapat diberikan secara umum antara lain, kristaloid, cairan
hipertonik, dan koloid 1,4,7
a) Larutan kristaloid : Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit
mendekati kadarnya dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama
dengan plasma.
b) Larutan hipertonik : Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5
kali dan penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan
garam hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5
%, 7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga
cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler.
c) Larutan koloid : Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan
Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran
kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan didalam ruang
intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga molekul akan berpindah ke ruang interstisium. Hal ini akan
memperburuk edema interstisium yang ada.
Dasar pemilihan cairan ada beberapa faktor, antara lain efek hemodinamik,
distribusi cairan dihubungkan dengan permeabilitas kapiler, oksigen, PH buffering,
efek hemostasis, modulasi respon inflamasi, faktor keamanan, eliminasi praktis dan
efisien. Jenis cairan terbaik untuk resusitasi dalam berbagai kondisi klinis masih
menjadi perdebatan terus diteliti. Sebagian orang berpendapat bahwa kristaloid
adalah cairan yang paling aman digunakan untuk tujuan resusitasi awal pada
kondisi klinis tertentu. Sebagian pendapat koloid bermanfaat untuk entitas klinik
lain. Hal ini dihubungkan dengan karakteristik masing-masing cairan yang
memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kasus luka bakar, terjadi kehilangan
ciran di kompartemen interstisial secara masif dan bermakna sehingga dalam 24
jam pertama resusitasi dilakukan dengan pemberian cairan kristaloid1,4,7.
Jumlah cairan yang ditentukan untuk melakukan resusitasi dengan cairan
kristaloid dibutuhkan tiga sampai empat kali jumlah defisit intravaskuler. 1 L
cairan kristaloid akan meningkatkan volume intravaskuler 300 ml. Kristaloid hanya
sedikit meningkatkan cardiac output dan memperbaiki transpor oksigen.147.
Metode Parkland merupakan metode resusitasi yang paling umum digunakan
pada kasus luka bakar, menggunakan cairan kristaloid. Pemberian cairan menurut
formula Parkland adalah sebagai berikut (Sjamsuhidajat, 2005; Cushing, 2010):
a) Pada 24 jam pertama: separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada bayi, anak dan orang tua,
kebutuhan cairan adalah 4 ml. Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan
cairan 4 ml ditambah 1% dari kebutuhan.
b) Pada 24 jam kedua: Pemberian cairan yang menggunakan glukosa dan dibagi
rata dalam 24 jam. Jenis cairan yang dapat diberikan adalah glukosa 5% atau
10% 1500-2000 ml. Batasan ringer laktat dapat memperberat edema interstisial.
Pemantauan sirkulasi dengan menilai tekanan vena pusat dan jumlah produksi
uin <1-2 ml/kgBB/jam,berikan vasoaktif sampai 5 mg/kgBB. Pemantauan
analisa gas darah, elektrolit.
c) Penatalaksanaan setelah 48 jam : Cairan diberikan sesuai kebutuhan
maintanance. Pemantauan sirkulasi dengan menilai produksi urin (3-4
ml/kgBB), hemoglobin dan hematokrit.

d)

6) ajkdshdasd

Anda mungkin juga menyukai