Disusun oleh:
Pembimbing Lapangan
dr. Leni Kurniati Jubaedah
NIP. 19721107 200604 2 013
Disusun oleh:
Pembimbing Lapangan
a. Pendahuluan ................................................................................................ 4
b. Latar belakang .............................................................................................. 4
c. Tujuan .......................................................................................................... 6
d. Manfaat ........................................................................................................ 6
e. Analisis situasi............................................................................................... 7
f. Keadaan Geografi ......................................................................................... 7
g. Keadaan Demografi...................................................................................... 7
h. Social ekonomi dan budaya ......................................................................... 10
i. Program kerja puskesmas ........................................................................... 12
j. Sumber Daya puskesmas ............................................................................. 13
k. Capaian program dan derajat kesehatan................................................... 14
l. Analisis system pada program kesehatan .................................................. 16
m. Identifikasi isu strategis ............................................................................... 22
n. Pembahasan Masalah ................................................................................... 24
o. Alternative pemecahan masalah ................................................................. 24
p. Kesimpulan .................................................................................................. 26
q. Saran ............................................................................................................. 26
r. Daftar pustaka ............................................................................................. 27
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyakit infeksi saluran cerna yang masih menjadi masalah
utama di negara maju maupun negara berkembang. Setiap anak di bawah usia
lima tahun di negara berkembang akan memgalami episode diare kurang lebih
tiga sampai empat kali pertahun. Setiap balita di Indonesia akan mengalami
episode diare kurang lebih 1,6 – 2 kali pertahun. Sampai saat ini, penyakit diare
merupakan penyebab kematian utama balita di dunia (Kemenkes RI, 2014;
WHO, 2009).
Sampai saat ini angka kesakitan diare pada semua umur tahun 2000-2010
cenderung naik. Pada tahun 2000, angka kejadian diare adalah 301/1000
penduduk, tahun 2003 terdapat peningkatan menjadi 374/1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 terdapat penurunan
menjadi 411/1000 penduduk. Meskipun angka kejadian diare menurun pada
tahun 2010, hal tersebut tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Disamping itu perubahan iklim (climate change) diperkirakan akan berdampak
buruk terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan permasalahan
terhadap penyakit. Hal lain yang menyebabkan meningkatnya permasalahan
penyakit juga diakibatkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas
air minum yang sehat sebesar 63% dan penggunaan jamban sehat sebanyak 69%
(Permenkes RI, 2015).
Beberapa faktor risiko yang mampu meningkatkan angka kejadian diare
diantaranya dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Hannif, 2011), faktor bayi,
faktor ibu, dan faktor sosial ekonomi (Agus et al., 2009). Pemerintah telah
membuat kebijakan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
karena diare pada balita dengan melaksanakan tatalaksana diare standar di sarana
kesehatan melalui program Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare). Lintas
diare meliputi pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi, pemberian zinc untuk
mengurangi keparahan, durasi dan kambuhnya diare, pemberian makanan,
pemberian antibiotik selektif untuk disentri dan kolera, serta pemberian nasihat
kepada ibu untuk kembali ke petugas kesehatan apabila menemukan tanda bahaya
(Kemenkaes RI, 2011).
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare terjadi di Indonesia pada tahun 2013
sebanyak 646 kasus. Jumlah kasus terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Tengah
yang mencapai 294 kasus. Pada tahun 2013, angka kematian karena diare di
Indonesia adalah sebesar 1,08%. Angka ini masih jauh dari target yaitu sebesar
<1%. Bila dilihat per kelompok umur diare dengan prevalensi tertinggi pada anak
balita (1-4 tahun) yaitu 16,75% dan menurut jenis kelamin prevalensi diare anak
laki-laki dan perempuan hampir sama, yaitu 8,9%, sedangkan menurut tempat
tinggalnya prevalensi diare terbanyak di pedesaan 10% dan 7,4% di perkotaan
(Kemenkes RI, 2014).
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten dengan kejadian
diare yang cukup tinggi jika dibanding penyakit lainnya. Kejadian diare di
Kabupaten Banyumas mengalami fluktuasi beberapa tahun terakhir. Kejadian
diare di tahun 2011 sebesar 45,15% dan menurun di tahun 2012 menjadi 27,05%,
tetapi meningkat kembali di tahun 2013 menjadi 30,95% (Dinkes Banyumas,
2013). Di wilayah kerja Puskesmas Kebasen, penyakit terkait kualitas
lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, seperti angka kejadian
diare tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kebasen sebanyak 1335 kasus atau
sekitar 19,3%. Jumlah kasus ini masih belum memenuhi target yaitu sebesar
6917 kasus (Data Sekunder Puskesmas Kebasen, 2015). Angka kejadian diare di
Puskesmas Kebasen pada bulan Januari-Juli 2016 terdapat 614 kasus atau 8,8%
dari target (Data Sekunder Puskesmas Kebasen, 2016).
Evaluasi program dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Oleh karena dari pendataan tersebut dapat diketahui
kondisi kesehatan lingkungan di masyarakat, sehingga dapat dilakukan upaya
promotif dan preventif dalam mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan
oleh faktor risiko lingkungan. Puskesmas memegang peranan penting sebagai
unit pelayanan kesehatan terdepan dalam upaya pemberantasan penyakit menular
yang salah satunya adalah upaya penjaringan,pencegahan dan penanggulangan
diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan penularan penyakit
serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare baik dengan
penanganan aktif maupun dengan penyuluhan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah terkait pelaksanaan Program penemuan
penderita diare di Puskesmas Kebasen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belum
tercapainya target cakupan penemuan dan pendataan penderita diare.
b. Mengetahui upaya-upaya Puskesmas Kebasen dalam meningkatkan
cakupan penemuan dan pendataan penderita diare.
c. Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap program
penemuan dan pendataan penderita diare di wilayah kerja Puskesmas
Kebasen
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap penemuan dan pendataan penyakit diare di
Puskesmas Kebasen.
b. Menjadi dasar ataupun masukan bagi Puskesmas dalam mengambil
kebijakan jangka panjang dalam upaya peningkatan penemuan dan
pendataan penyakit diare.
2. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan.
II. ANALISIS SITUASI
4. Petugas kesehatan
Berdasarkan tabel dalam lampiran profil puskesmas, jumlah tenaga medis dan
non medis yang ada di Puskesmas Kebasen pada tahun 2016 sebanyak 42
orang yang terdiri dari:
a. Dokter Umum : 3 orang
b. Dokter Gigi : 1 orang
c. Perawat : 8 orang
d. Perawat Gigi : 1 orang
e. Bidan : 22 orang
f. Apoteker : 1 orang
g. Ahli Gizi : 1 orang
h. Sanitasi : 1 orang
i. Promkes : 1 orang
j. Laborat : 1 orang
k. Radiografer : 1 orang
l. Akuntansi : 1 orang
3. Opportunity
a. Kerjasama lintas sektoral dengan kecamatan, bidan desa dan pemerintah
desa.
b. Pemantauan dari pihak dinas kesehatan tentang pemberantasan penyakit
menular dan dukungan penuh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.
5. Threat
a. Wilayah Puskesmas Kebasen yang luas serta jumlah penduduk yang besar
b. Partisipasi masyarakat yang kurang dan sulit untuk diajak bekerja sama
dalam kegiatan pemberantasan penyakit menular.
c. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
hidup bersih dan sehat.
d. Banyak masyarakat yang tidak memeriksakan diri ke puskesmas atau
PKD, mereka langsung memeriksakan diri ke rumah sakit, praktik dokter
swasta ataupun klinik, hal ini menghambat adanya informasi cakupan
penderita diare di puskesmas karena kerja sama lintas sektoral kurang
baik untuk pengumpulan data penderita diare.
e. Kesadaran masyarakat wilayah kerja Puskesmas Kebasen yang masih
rendah baik untuk memeriksakan diri ke puskesmas, maupun untuk
berobat dan sembuh.
III. PEMBAHASAN
A. Pembahasan Masalah
1. Belum terbentuknya kader-kader kesehatan lingkungan yang membantu
proses pendataan, proses kegiatan dan pemantauan program-program
kesehatan lingkungan
2. Deteksi penyakit diare masih dilakukan secara pasif
3. Banyak kejadian diare yang belum tercatat karena berobat di dokter swasta
maupun rumah sakit terdekat.
4. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi penduduk di wilayah kerja
puskesmas serta budaya dan pola perilaku masyarakat di beberapa daerah di
wilayah kerja Puskesmas yang tidak memiliki keinginan untuk merubah
perilakunya
5. Rendahnya kesadaran dan motivasi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.