Pendamping:
dr. Elianna W
PUSKESMAS HALMAHERA
KOTA SEMARANG
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
dr. Elianna
NIP.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Mini Project “Hubungan
Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks Dengan Motivasi Pemeriksaan
IVA di Kelurahan Sarirejo” ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan Mini Project ini disusun dalam rangka memenuhi syarat Internship di
Puskesmas Halmahera Kota Semarang periode Mei 2019 – Agustus 2019.
Melalui Mini Project ini penulis ingin mencoba menyajikan informasi mengenai
“Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks Dengan Motivasi
Pemeriksaan IVA di Kelurahan Sarirejo Kota Semarang” bagi para pembaca, khususnya
kalangan medis dan paramedis, dengan harapan agar menambah pengetahuan mengenai
kanker serviks dan pemeriksaan IVA.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaiakn ucapan terima kasih atas
bantuan dan kerja sama yang telah diberikan selama penyusunan Mini Project ini, kepada:
1. dr. Turi Setyawati, selaku Kepala Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
2. dr. Elianna, selaku Pendamping Internsip Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
3. Ibu-ibu warga Kelurahan Sarirejo yang berpartisipasi dalam pengisian angket
penelitian ini.
4. Seluruh staff medis dan non medis Puskesmas Halmahera Kota Semarang.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHA...............................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................3
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL...........................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................7
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................8
A. Latar Belakang.................................................................................................... 8
B. Perumusan Masalah...........................................................................................10
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................10
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................10
a. Bagi Peneliti...............................................................................................10
A. Pengetahuan......................................................................................................11
B. Kanker Serviks..................................................................................................12
F. Motivasi.............................................................................................................24
G. Kerangka Konsep..............................................................................................26
A. Jenis Penelitian..................................................................................................27
4
C. Populasi dan Sampel.........................................................................................27
a. Populasi......................................................................................................27
b. Sampel........................................................................................................27
D. Variabel Penelitian............................................................................................28
F. Instrumen Penelitian..........................................................................................28
G. Definisi Operasional..........................................................................................28
H. Aspek Pengukuran.............................................................................................28
B. Data Penduduk...................................................................................................31
C. Hasil Penelitian..................................................................................................32
A. Kesimpulan .......................................................................................................38
B. Saran .................................................................................................................38
LAMPIRAN
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
8
putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada
perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Setiap wanita usia subur (WUS) hendaknya termotivasi untuk melakukan tes
IVA. Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang sangat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Faktor ekstern
meliputi: lingkungan kerja, pemimpin dan kepemimpinannya, tuntutan perkembangan
organisasi atau tugas, dan dorongan atau bimbingan atasan. Faktor intern meliputi:
pembawaan individu, tingkat pendidikan, pengalaman masa lampau, dan keinginan
atau harapan masa depan (Jannah, 2009).
Pengetahuan tentang metode IVA sebagai deteksi dini kanker serviks penting
untuk dimiliki oleh setiap wanita usia subur agar memiliki kemauan dan kesadaran
untuk melakukan pemeriksaan IVA. Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku seseorang
yang didasari dengan pengetahuan sifatnya lebih menetap. Pengetahuan wanita yang
baik tentang pencegahan kanker serviks akan dapat mendorong wanita untuk
melakukan deteksi dini kanker serviks diantaranya dengan metode IVA.
Berdasarkan Laporan Global Burden Cancer, International Agency for
Research on Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894
kasus baru kanker dan 8.201.575 kematianakibat kanker di seluruh dunia. Secara
nasional, prevalensi kanker di Indonesia adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk, serta
merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian.
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi terbesar kedua setelah Provinsi DI
Yogyakarta dengan prevalensi kanker tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 2,1%.
Berdasarkan Laporan Global Burden Cancer, International Agency for
Research on Cancer (IARC), angka kematian kanker serviks di Indonesia adalah 8,2
kematian per 100.000 penduduk.(3) Penyakit kanker serviks merupakan penyakit
kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,8%.
Provinsi Jawa Tengah memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks terbesar di
Indonesia yaitu sejumlah 19.734 kasus. Pada tahun 2013, Kota Semarang merupakan
wilayah dengan kasus kanker serviks tertinggi di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar
529 kasus. Meskipun pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan jumlah kasus dari
tahun sebelumnya, namun terdapat peningkatan proporsi kasus kanker serviks pada
tahun 2015 yaitu sebesar 0,64%. Kasus kanker serviks di Kota Semarang masih
menunjukan angka yang cukup tinggi yaitu sebagai kanker terbesar kedua setelah
kanker payudara.
9
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker
Serviks Dengan Motivasi Pemeriksaan IVA di Kelurahan Sarirejo”
a. Bagi Peneliti
- Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian,
terutama penelitian yang berbasis kesehatan masyarakat.
- Mengembangkan pengetahuan secara lebih mendalam mengenai kesehatan
perempuan.
- Memenuhi tugas peneliti dalam menjalankan Program Internsip Dokter
Indonesia.
b. Dalam Bidang Pelayanan Masyarakat
- Hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran wanita di Indonesia akan pentingnya pemeriksaan
inspeksi visual dengan asam asetat sebagai metode deteksi dini kanker serviks.
c. Dalam Bidang Penelitian
- Hasil penelitian sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dengan
motivasi pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat dalam ruang lingkup
yang lebih luas.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu sruktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
11
penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam
melakukan tindakan antara lain (Notoatmojo, 2007):
1. Pendidikan
Latar belakang pendidikan memberikan kemudahan bagi seseorang yang
terpelajar dalam menerima informasi dalam melakukan tindakan.
2. Pekerjaan
Lingkungan kerja dapat memberikan pengetahuan tambahan yang sesuai
terjadi di sekeliling pekerjaan seseorang dalam pengetahuan.
3. Umur
Faktor umur dan perilaku ibu mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam pemeliharaan kesehatan (Notoadmodjo, 2003). Umur yang kian
dewasa mengkontribusikan kematangan berfikir dalam melakukan sebuah
tindakan sebagai respon dalam pengambilan keputusan.
4. Minat
Minat sebagai dorongan rasa ingin untuk berbuat pada diri sendiri sebagai
timbal balik dari pengetahuan yang telah diterima.
5. Pengalaman
Suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu yang melekat sebagai
pengetahuan dalam dirinya.
6. Informasi
Informasi sebagai bahan masukan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
dari luar dirinya.
Sebagai informasi merupakan media pendidikan kesehatan sebagai sumber
informasi (Notoatmodjo, 2003) dapat berupa :
a. Media cetak adalah alat bantu menyampaikan pesen-pesan kesehatan
sangat bervariasi seperti : booklet (buku kecil), leafleat (lembaran
berlipat), flif chart (lembar balik), rubrik (tulisan-tulisan surat kabar),
poster, foto-foto.
b. Media elektronik seperti audio, : televise, video, slide, film strip.
c. Media papan (Billboard).
12
Kanker serviks adalah kanker primer yang terjadi pada jaringan leher rahim
(serviks) sementara lesi prakanker adalah kelainan pada epitel serviks akibat
terjadinya perubahan sel-sel epitel, namun kelainannya belum menembus lapisan
basal (membrane basalis) (Depkes, 2008). Kanker serviks adalah tumor ganas
yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang
melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada
saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (Indrawati, 2009).
Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita di Negara
berkembang seperti Indonesia. Kanker serviks merupakan masalah kesehatan
wanita di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya
yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang
lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,
keterbatasan saran dan prasaran, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan yang
rendah (Rasjidi, 2010).
2.2.2 Anatomi Serviks Uteri
Serviks uteri merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita, bagian
terendah dari rahim (uterus) yang menonjol ke vagina bagian atas. Rahim
(uterus) adalah suatu organ berongga yang berbentuk buah pir yang terletak pada
perut bagian bawah (Aulia, 2012).
2.2.3 Etiologi Kanker Serviks
13
Makin muda umur pertama kali kawin, maka makin tinggi risiko
mendapatkan kanker serviks uteri. Menurut Tilong (2012) mengemukakan
hubungan seksual pada usia terlalu dini (< 16 tahun) bisa meningkatkan
risiko terserang kanker serviks dua kali lebih besar dibandingkan mereka
yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Berdasarkan
penelitian para ahli, wanita pada usia yang melakukan hubungan seksual
pada usia kurang dari 15 tahun mempunyai risiko 10 kali lipat dan wanita
yang melakukan hubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko
terkena kanker serviks sampai 5 kali lipat (Rasjidi, 2010).
b. Perilaku Seksual
Risiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan
dengan 6 atau lebih mitra seks. Risiko juga meningkat bila berhubungan seks
dengan laki-laki berisiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan
banyak wanita), atau laki- laki yang mengidap penyakit “jengger ayam”
(kondiloma akuminata) di zakarnya (penis) (widyastuti, 2009). Menurut
Aulia (2012) wanita dengan banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih
tinggi menderita kanker serviks daripada wanita dengan satu pasangan tetap.
Demikian halnya dengan wanita yang melakukan hubungan seksual dengan
pria yang memiliki banyak pasangan seksual karena memiliki risiko tinggi
terinfeksi HPV.
c. Wanita Perokok
Tembakau mengandung bahan bahan karsinogen baik yang dihisap
sebagai rokok/sigaret maupun yang dikunyah. Asap rokok menghasilkan
polycyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic amine yang sangat
karsinogen dan mutagen, sedangkan bila dikunyah ia menghasilkan
nitrosamine. Bahan yang berasal dari tembakau yang dihisap terdapat pada
getah serviks wanita porokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
Bahkan bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel
serviks sehingga mengakibatkan neoplasma serviks (Rasjidi, 2007). Wanita
perokok mempunyai risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks dibandingkan
dengan wanita bukan terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di
dalam rokok. Zat- zat tersebut menurunkan daya tahan serviks dan
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker serviks,
di samping merupakan kokarsinogen infeksi virus.
d. Riwayat Ginekologis
14
Hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen
persalinan yang tidak tepat (trauma kronis pada serviks), banyak anak (lebih
dari 3 kali melahirkan, adanya infeksi, atau iritasi menahun dapat pula
meningkatkan risiko (Sarjadi, 1995). Kanker serviks jarang dijumpai pada
perawan, insiden lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak
kawin (Sarwono, 1997). Insiden meningkat dengan tinginya paritas, jarak
persalinan yang terlampau dekat. Diperkirakan risiko 3-5 kali lebih besar
pada wanita yang sering partus untuk terjadi kanker. Robekan pada bagian
leher rahim yang tipis kemungkinan dapat menyebabakan suatu peradangan
dan selanjutnya berubah menjadi kanker. Paritas merupakan keadaan dimana
seorang wanita pernah melahirkan. Paritas yang berbahaya adalah dengan
memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau
dekat. Sebab dapat menimbulkan perubahan sel-sel abnormal pada mulut
rahim dan dapat berkembang menjadi keganasan (Bertiani, 2009)
e. Sosial ekonomi
Kanker serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin ada kaitannya dengan gizi dan imunitas. Pada golongan
ekonomi sosial rendah umumnya kwalitas dan kuantitas makanan kurang hal
ini mempengaruhi imunitas tubuh. Hal ini juga ada hubungannya
keterbatasan akses ke sistem pelayanan kesehatan (Rasjidi, 2009),
(Pudiastuti, 2010).
Mereka dari golongan sosial ekonomi rendah, mempunyai risiko
lebih tinggi untuk menderita kanker srviks daripada tingkat sosial ekonomi
menengah atau tinggi (Laila, 2008)
f. Pekerjaan
Sekarang ini ketertarikan difokuskan pada keterpaparan bahan
tertentu dari suatu pekerjaan: debu, logam, bahan kimia, tar, atau oli
mesin dapat menjadi faktor risiko kanker serviks (Rasjidi, 2009).
15
HIV menciptakan infeksi oportunistik dari HPV yang mengakibatkan kanker
serviks (Rasjidi, 2009).
2.2.5 Perjalanan Alamiah Kanker Serviks
Pada perempuan saat remaja dan kehamilan pertama, terjadi metaplasia sel
skuamosa serviks. Bila pada saat ini terjadi terjadi infeksi HPV, maka akan
terbentuk sel baru hasil transformasi dengan partikel HPV tergabung dalam
DNA sel. Bila hal ini berlanjut maka terbentuklah lesi prekanker dan lebih lanjut
menjadi kanker. Sebagian besar kasus dysplasia sel serviks sembuh dengan
sembuh dengan sendirinya, sementara hanya 10% yang berubah menjadi
dysplasia sedang dan berat. 50% kasus dysplasia berat berubah menjadi
karsinoma. Biasanya waktu yang dibutuhkan suatu lesi dysplasia menjadi
keganasan adalah 10-20 tahun.
Kanker serviks invasif berawal dari lesi dysplasia sel-sel rahim yang
kemudian berkembang menjadi dysplasia tingkat lanjut, karsinoma in-situ dan
akhirnya kanker invasif. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa prekusor
kanker adalah lesi dysplasia tingkat lanjut (high-grade dysplasia) yang sebagian
kecilnya akan berubah menjadi kanker invasif dalam 10-15 tahun, sementara
dysplasia tingkat rendah (low-grade dysplasia) mengalami regresi spontan
(Depkes, 2008).
2.2.6 Gejala Kanker Serviks
Perubahan pra kanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala
dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani
pemeriksaan panggul dan papsmear. Gejala biasanya muncul ketika sel
serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke
jaringan sekitarnya.Pada saat ini akan timbul gejala berikut:
a) Perdarahan vagina yang abnormal, terutama di antara 2 menstruasi,
setelah melakukan hubungan seksual dan setelah menopause.
b) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak).
c) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:
a) Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan
b) Nyeri panggul atau tungkai
c) Dari vagina keluar air kemih atau tinja
d) Patah tulang (fraktur) patologis
16
2.2.7 Stadium kanker serviks
17
IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara
klinik sudah terlihat tanda-tanda invasi kanker ke selaput lendir
kandung kencing.
IVA Sel kanker menyebar pada alat/rongga yang dekat dengan
IVB serviks serviks sudah menyebar pada alat/rongga yang jauh
Kanker
dari serviks
Berbagai metode deteksi dini kanker serviks kanker serviks telah dikenal
dan diaplikasikan, dimulai sejak tahun 1960-an dengan pemeriksaan Paps. Selain
itu dikembangkan metode visual dengan ginescope, atau servikografi, kolposkopi.
Hingga penerapan metode yang dianggap murah yaitu dengan tes IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat. Deteksi dini DNA HPV juga ditujukan untuk
mendeteksi adanya HPV tipe onkogenik, pada hasil yang positif, dan memprediksi
seorang perempuan menjadi berisiko tinggi terkena kanker serviks (Depkes,
2010).
WHO merekomendasikan interval deteksi dini:
a) Bila deteksi dini hanya mungkin dilakukan 1 kali seumur hidup maka
sebaiknya dilakukan pada wanita antara usia 35-45 tahun.
b) Untuk wanita usia 25-49 tahun, bila sumber daya memungkinkan deteksi
dini hendaknya dilakukan 3 tahun sekali
c) Bila 2 kali berturut-turut hasil deteksi dini sebelumnya negatife,
perempuan usia diatas 65 tahun, tidak perlu menjalani deteksi dini.
d) Tidak semua wanita direkomendasikan melakukan deteksi dini setahun sekali.
19
2.4 Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
2.4.1 Pengertian
Pemeriksaan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter/bidan/paramedis dengan mengamati
leher rahim yang telah diberiasam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dan
dilihat dengan penglihatan mata telanjang. Tujuannya untuk melihat adanya sel
yang mengalami dysplasia sebagai salah satu metode deteksi dini kanker mulut
rahim (Depkes, 2008).
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925)
dengan cara memulas leher rahim dengan kapas yang telah dicelupkan dalam
asam asetat 3- 5%. Pemberian asam asetat akan mempengaruhi epitel abnormal,
bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstrasekuler. Cairan
ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan intraseluler sehingga
membran akan kolaps dan jarak antar sel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya,
jika permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke
stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga permokaan epitel abnormal akan
berwarna putih, yang disebut juga epitel putih (acetowhite) (Depkes, 2007)
Praktek yang dianjurkan untuk fasilitas Pemeriksaan IVA, sebagai suatu
pemeriksaan deteksi dini alternatif, karena memiliki beberapa manfaat jika
dibandingkan dengan uji yang telah ada. Keadaan ini lebih memungkinkan
dilakukan di negara berkembang, seperti Indonesia(FK.UI, 2010).
IVA adalah dengan sumber daya sederhana dibandingkan dengan jenis
penapisan lain (Depkes, 2010) karena:
a) Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan
b) Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes yang lain yang digunakan untuk
penapisan kanker leher rahim
c) Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di
semua jenjang sistem kesehatan
d) Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan)
e) Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah
didapat dan tersedia
f) Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan yang
tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi berbagai
lesi prakanker.
20
2.4.2 Perbandingan IVA dengan tes penapisan lainnya.
Tabel 2 Perbandingan IVA dengan tes penapisan lainnya
Mudah
Jenis Tes Aman Praktis Terjangkau Efektif Tersedia
IVA Ya ya ya ya ya
22
deteksi dini dengan metode IVA karena zona transsisional leher rahim pada
kelompok ini biasanya berada pada endoserviks dalam kanalis servikalis sehingga
tidak bisa dilihat dengan inspeksi spekulum.
No Hasil Interpretasi
23
e) Penggunaan vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bsa mengurangi infeksi
Human Papiloma karena mempunyai proteksi >90 %.
2. Pencegahan sekunder
a) Pencegahan Sekunder - Pasien dengan risiko sedang
Hasil tes Pap yang negatif`sebanyak tiga kali berturut-turut dengan selisih
waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat
dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan seksual yang level
aktivitasnya tidak diketahui) dianjurkan untuk tes Pap tiap tahun.
b) Pencegahan Sekunder – Pasien dengan Risiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <20 tahun dan wanita
yang mempunyai banyak partner (multipel partner) seharusnya
melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse
aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan
untuk pasien risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat
seksual berulang.
3. Pencegahan tersier
Meliputi pelayanan di Rumah sakit (diagnosis dan dan pengobatan) serta
tindakan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2.6 Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari
kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada
dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al.
(2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita
untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap
tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan
adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita;
penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat
seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi
merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian,
2004).
24
Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Ada dua
prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, yaitu: pertama, Motivasi
dipandang sebagai suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini akan membantu kita
menjelaskan kelakuan yang kita amati dan untuk memperkirakan kelakuan-kelakuan
lain pada seseorang; kedua, Kita menentukan karakter dari proses ini dengan melihat
petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Apakah petunjuk-petunjuk dapat dipercaya,
dapat dilihat kegunaannya dalam memperkirakan dan menjelaskan tingkah laku
lainnya (Hamalik, 2001).
Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang,
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sedangkan ahli lain (Jannah, 2010)
mengemukan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi tersebut ialah:
1. Faktor Ekstern
a. Lingkungan kerja.
2. Faktor Intern
a. Pembawaan individu.
b. Tingkat pendidikan.
25
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam pemeriksaan IVA adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
2. Tingkat pendidikan
3. Status ekonomi
Variabel pengganggu
Keterangan:
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu yang termasuk
dalam wanita usia subur (15- 49 tahun) di Kelurahan Sarirejo Kota Semarang
3.3.2.Sampel
Sampel adalah sebagian dari objek populasi dan jumlahnya lebih kecil dari
populasi. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan metode
convenience sampling, pada cara ini semua subjek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan
terpenuhi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 wanita usia subur.
27
3.4. Variabel Penelitian
Variabel bebas dari penelitian ini adalah pengetahuan WUS tentang kanker serviks,
sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah motivasi WUS untuk melakukan
deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA
Data mencakup:
1. Kuesioner Penelitian
2. Alat tulis
1. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan WUS tentang kanker leher rahim
dan tes IVA meliputi definisi, etiologi, faktor resiko, gejala dan manfaat deteksi dini.
28
b. Motivasi sedang, jika jawaban setuju 4-6 pernyataan
c. Motivasi kurang, jika jawaban setuju ≤ 3 pernyataan
Analisa data pada penelitian ini adalah univariat dan bivariat. Analisis
univariat menggunakan tabel, grafik atau diagram. Sedangkan analisis bivariat
hubungan pengetahuan WUS dengan motivasi melakukan pemeriksaan IVA
menggunakan uji korelasi Spearman.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Kelurahan Karangturi
2. Kelurahan Karangtempel
3. Kelurahan Rejosari
4. Kelurahan Sarirejo
30
Jumlah keseluruhan RW / RT di Puskesmas Halmahera :
31
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk, KK, RT, RW dan Warga Miskin Wilayah Kerja Puskesmas
Halmahera Tahun 2017
KUISIONER
2 2
1
0 0 0 0 0 0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4
32
KUOSIONER
2 2
1
0 0 0 0 0 0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4
b. Sebelum kami melakukan intervensi, kami ingin mengetahui tingkat pengetahuan WUS
tentang kanker serviks, hasil dari kuosioner ini akan menjadi data dasar bagi kami untuk
melakukan intervensi selanjutnya.
MOTIVASI
5 5 5
0 0 0 0 0 0 0 0
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4
33
MOTIVASI
16
13
12
10
9
3 3 3
2 2
0 0
RW 5 RW 6 RW 7 RW 8
2. Analisis Univariat
a. Tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks
Tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks dicatat sebelum dan sesudah
pemberian penyuluhan menggunakan kuesioner dinilai dalam skor. Gambaran tingkat
pengetahuan WUS tentang kanker serviks ditunjukkan sebagai berikut:
1) Tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan
Total skor pengetahuan WUS tentang kanker serviks sebelum dilakukan
penyuluhan berkisar antara 9-30 dengan rata-rata 21,67 dan standar deviasi 5,23.
Total skor tersebut berikutnya dibedakan menjadi 3 kategori, dan diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Pengetahuan WUS tentang kanker serviks sebelum penyuluhan
Tingkat pengetahuan Min-maks Rerata ± SD Jumlah Persentase
Sebelum penyuluhan 9 – 24 12,26 ± 5,19
- Rendah 42 52,50
- Sedang 31 38,75
- Tinggi 7 8,75
34
(38,75%) memiliki tingkat pengetahuan kategori sedang, dan yang paling banyak
yaitu 42 orang WUS (52,50%) memiliki tingkat pengetahuan rendah. Sebelum
pemberian penyuluhan tentang kanker serviks, pengetahuan WUS di Kelurahan
Karangturi termasuk dalam kategori rendah.
35
WUS (71,25%) memiliki motivasi tinggi untuk melakukan pemeriksaan IVA, sebanyak
18 orang WUS (12,5%) memiliki motivasi sedang dan hanya 5 orang WUS (6,25%) yang
memiliki motivasi rendah.
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
penyuluhan yang diberikan berhubungan dengan peningkatan pengetahuan WUS tentang
kanker serviks dan apakah tingkat pengetahuan tersebut ada kaitannya dengan motivasi
WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA. Hasil analisis ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.6. Perbedaan tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks sebelum dan
sesudah penyuluhan
Tingkat pengetahuan sesudah
Tingkat pengetahuan
penyuluhan Total p
sebelum penyuluhan
Rendah Sedang Tinggi
Rendah 3 (3,75%) 3 (3,75%) 36 (45%) 42 (52,5%) 0,000*
Sedang 0 (0%) 5 (6,25%) 26 (32,5%) 31 (38,75%)
Tinggi 0 (0%) 1 (1,25%) 6 (7,5%) 7 (7,75%)
Total 3 (3,75%) 9 (11,25%) 68 (85,0%) 80 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui sebelum dilakukan penyuluhan, lebih dari
sebagian WUS memiliki pengetahuan yang rendah tentang kanker serviks (52,5%),
tingkat pengetahuan kategori sedang juga masih banyak (38,75%), dan tingkat
pengetahuan rendah sebanyak 7,75%. Namun, setelah dilakukan penyuluhan tingkat
pengetahuan yang rendah tersebut tersisa 3,75%, dan tingkat pengetahuan sedang tersisa
11,25%. Tingkat pengetahuan rendah dan sedang tersebut beralih menjadi tingkat
pengetahuan tinggi yang semula jumlahnya hanya 7,75% menjadi 85,0% sesudah
dilakukan penyuluhan tentang kanker serviks atau meningkat sebesar 77,25% dan
peningkatan tersebut bermakna atau signifikan, yang ditunjukkan dengan perolehan nilai
p dari uji Wiloxon sebesar 0,000 (p<0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pemberian penyuluhan tentang kanker serviks berpengaruh terhadap meningkatnya
pengetahuan WUS tentang kanker serviks.
Tabel 4.7. Hubungan pengetahuan WUS tentang kanker serviks dengan motivasi
melakukan pemeriksaan IVA
Motivasi untuk melakukan pemeriksaan
Tingkat
IVA Total p
pengetahuan
Rendah Sedang Tinggi
36
Rendah 3 (3,75%) 0 (0%) 0 (0%) 3 (3,75%) 0,000*
Sedang 0 (0%) 5 (6,25%) 4 (5,0%) 9 (11,25%)
Tinggi 2 (2,5%) 13 (16,25%) 53 (66,25%) 68 (85,0%)
Total 5 (6,25%) 18 (22,50%) 57 (71,25%) 80 (100%)
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa pada ada 3 orang WUS (3,75%) dengan
tingkat pengetahuan rendah tentang kanker serviks dan semuanya memiliki motivasi
rendah untuk melakukan pemeriksaan IVA. Dari 9 orang WUS dengan tingkat
pengetahuan sedang tentang kanker serviks, sebanyak 5 orang (6,25%) memiliki motivasi
sedang untuk melakukan pemeriksaan IVA dan 4 orang (5,0%) bermotivasi tinggi.
Sedangkan dari 68 orang WUS (85,0%) dengan tingkat pengetahuan tinggi tentang
kanker serviks, sebanyak 53 orang (66,25%) bermotivasi tinggi, 15 orang WUS (16,25%)
bermotivasi sedang, dan hanya 2 orang WUS (2,5%) yang bermotivasi rendah untuk
melakukan pemeriksaan IVA
Hasil uji korelasi rank Spearman diperoleh nilai p sebesar 0,000 dengan nilai r
sebesar 0,394. Nilai p < 0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks dengan motivasi WUS untuk
melakukan pemeriksaan IVA. Nilai r sebesar 0,394 menunjukkan bahwa kekuatan
hubungan antara antara tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks dengan
motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA tergolong lemah. Hal ini terlihat dari
masih adanya WUS yang meskipun sudah memiliki pengetahuan tinggi tentang kanker
serviks namun motivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA masih tergolong rendah
ataupun sedang. Terdapat faktor lain yang ikut berhubungan dengan motivasi untuk
melakukan pemeriksaan IVA, misalnya tentang soal biaya pemeriksaan IVA, kecemasan
menghadapi pemeriksaan atau malu untuk melakukan pemeriksaan IVA.
37
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
5.1.1 Terdapat hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks dengan
motivasi pemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat di kelurahan Sarirejo
Kota Semarang.
5.1.2 Tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks sebelum penyuluhan adalah 7
orang (8,75%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi, 31 orang (38,75%) memiliki
tingkat pengetahuan kategori sedang, dan 42 orang (52,5%) memiliki tingkat
pengetahuan rendah.
5.1.3 Tingkat pengetahuan WUS tentang kanker serviks sesudah penyuluhan sebagian
besar tergolong tinggi (85,0%), 11,25% tergolong sedang, dan hanya 3,75% yang
tergolong rendah.
5.1.4 Terdapat pengaruh penyuluhan tentang kanker serviks terhadap tingkat
pengetahuan WUS tentang kanker serviks.
5.1.5 Motivasi WUS untuk melakukan pemeriksaan IVA kategori tinggi ditunjukkan
oleh 57 orang WUS (71,25%), kategori sedang ditunjukkan oleh 18 orang WUS
(22,5%), dan kategori rendah ditunjukkan oleh 5 orang WUS (6,25%).
5.2. Saran
5.2.1. Untuk tenaga medis dan kader di lingkup wilayah Puskesmas Halmahera, penulis
berharap agar diadakannya penyuluhan yang lebih intensif terhadap Wanita Usia
Subur, agar mengetahui pentingnya deteksi dini kanker serviks.
5.2.2. Untuk Lebih antusia dalam mengikuti kegiatan kesehatan Puskesmas Halmahera
Kota Semarang.
38
KUESIONER PENGETAHUAN MOTIVASI WUS UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN
INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KELURAHAN SARIREJO
DATA RESPONDEN
Tanggal Wawancara .........../............/.......................
No. Urut Responden ....................................................
Nama Responden ....................................................
Umur ......................tahun
Pendidikan 1. Sekolah Dasar (SD)
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
3. Sekolah Menengah Atas (SMA)
4. Akademi/Perguruan Tinggi
Pekerjaan 1. PNS
2. Wiraswasta
3. Ibu Rumah Tangga
4.Lainnya...........................(sebutkan)
A. Pengetahuan
1. Apa yang dimaksud dengan kanker leher a. Penyakit ganas yang disebabkan oleh
rahim? bakteri dan menyerang rahim
b. Penyakit ganas yang disebabkan oleh
virus dan menyerang rahim
c. Penyakit ganas yang menyerang rahim
dengan pertumbuhan sel yang cepat
d. Tidak tahu
39
3. Apa saja yang menjadi faktor resiko a. Perilaku seksual
kanker leher rahim?(boleh jawab lebih dari b. Jumlah kehamilan
satu) c. Merokok
d. Kontrasepsi
e. Infeksi virus
f. Nutrisi
g. Keturunan
h. Tidak tahu
4. Apakah anda tahu gejala kanker leher a. Gejala dan pertumbuhan kanker leher
rahim? rahim tidak mudah dideteksi karena gejala
awal pertumbuhan sel kanker leher rahim
tidak dapat diketahui dengan mudah
b. Keputihan dan pendarahan pada saat
melakukan hubungan seksual
c. Terasa nyeri di sekitar kemaluan
d. Tidak tahu
40
8. Apa manfaat pemeriksaan IVA? a. Mencegah kanker leher rahim
b. Deteksi awal kanker leher rahim
c. Tidak tahu
9. Menurut anda, kapan seorang wanita a. Jika sudah melakukan hubungan seksual
wajib melakukan pemeriksaan IVA ? b. Setelah dewasa
c. Tidak tahu
Petunjuk pengisian:
1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan ibu untuk menjawab seluruh
pertanyaan yang disediakan
2. Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang tersedia
B. Motivasi
41
upaya deteksi dini kanker leher rahim dengan
metode pemeriksan IVA sejak dahulu
42
Pengetahuan WUS tentang Kanker Serviks
Motivasi melakukan
Jumlah jawaban Tingkat
Total Skor pemeriksaan IVA
N R R benar Pengetahuan
Nama Responden
o W T Jumlah
prete poste
pretest postest pretest postest jawaban Kategori
st st
setuju
1 Lia Ismiyati 1 6 5 9 15 27 S T 7 T
2 Anik 2 3 3 3 9 9 R R 3 R
3 Ariyani 2 4 3 10 9 30 R T 8 T
4 Dini 2 5 3 9 9 27 R T 7 T
5 Eriska I.P 2 2 3 9 9 27 R T 7 T
6 Farisa 2 5 3 6 9 18 R S 6 S
7 Mariawati 2 4 5 10 15 30 S T 8 T
8 Maya 2 3 2 3 6 9 R R 3 R
9 Rahayu S 2 3 3 3 9 9 R R 3 R
1
Rima Sulistiyo 2 5
0 3 10 9 30 R T 8 T
1
Rullia R 2 3
1 7 4 21 12 T S 8 T
1
Santi S 2 3
2 2 9 6 27 R T 7 T
1
Siska Diah 2 2
3 7 9 21 27 T T 7 T
1
Triya Putri 2 5
4 8 7 24 21 T T 6 S
1
Warsiti 2 2
5 5 10 15 30 S T 8 T
1
Jumiati 3 3
6 6 4 18 12 S S 5 S
1
Mariyati 3 2
7 3 10 9 30 R T 8 T
1
Masripah 3 1
8 1 8 3 24 R T 6 S
1
Supartiningsih 3 4
9 5 10 15 30 S T 8 T
2
Swarni 3 3
0 5 8 15 24 S T 6 S
2
Febriana 4 3
1 5 4 15 12 S S 8 T
2
Istiqomah 4 2
2 2 10 6 30 R T 8 T
2
Miftah Chuldani 4 4
3 2 8 6 24 R T 7 T
2
Nevi Dwi 4 2
4 5 8 15 24 S T 7 T
2
Sri Rahayu 4 5
5 2 4 6 12 R S 5 S
2
Sri Sumaryati 4 3
6 3 8 9 24 R T 6 S
2
Sulistiowati 4 1
7 5 8 15 24 S T 7 T
2
Sumiyem 4 3
8 3 10 9 30 R T 7 T
2
Suryaningsih 4 3
9 5 6 15 18 S S 4 S
3
Yuli 4 3
0 3 8 9 24 R T 6 S
3
Desti Arista 5
1 3 8 9 24 R T 7 T
3
Desy Teza 5 1
2 2 9 6 27 R T 7 T
43
Pengetahuan WUS tentang Kanker Serviks
Motivasi melakukan
Jumlah jawaban Tingkat
Total Skor pemeriksaan IVA
N R R benar Pengetahuan
Nama Responden
o W T Jumlah
prete poste
pretest postest pretest postest jawaban Kategori
st st
setuju
3
Dwi Hartini 5 5
3 2 8 6 24 R T 7 T
3
Elita Dewi S 5 3
4 5 8 15 24 S T 7 T
3
Gina Supriyanti 5 5
5 5 8 15 24 S T 6 S
3
Hartini 5
6 3 8 9 24 R T 3 R
3
Indri Eka P 5 5
7 4 4 12 12 S S 8 T
3
Nerika Eryotansa 5 3
8 6 8 18 24 S T 6 S
3
Niken 5
9 6 7 18 21 S T 6 S
4
Nisvi Eliya 5
0 6 10 18 30 S T 7 T
4
Nunung 5
1 3 9 9 27 R T 8 T
4
Purandayani 5
2 2 8 6 24 R T 7 T
4
Sri Widayati 5
3 3 8 9 24 R T 7 T
4
Titis Handayani 5 5
4 3 9 9 27 R T 8 T
4
Apriani 6
5 2 8 6 24 R T 7 T
4
Arisna 6 2
6 3 4 9 12 R S 8 T
4
Enny Lestari 6
7 6 9 18 27 S T 8 T
4
Ina Susianti 6
8 3 8 9 24 R T 6 S
4
Lenny Kusmiyati 6 2
9 3 10 9 30 R T 8 T
5
Lilis Harmiyati 6 7
0 6 10 18 30 S T 8 T
5
Masfiati 6
1 5 4 15 12 S S 5 S
5 Nur Wahid
6 4
2 Zubaedah 6 10 18 30 S T 8 T
5
Nurul Maryati 6
3 8 9 24 27 T T 8 T
5
Pungki Setyorini 6 7
4 2 8 6 24 R T 6 S
5
Rina 6 7
5 3 9 9 27 R T 7 T
5
Rizki Nurmariza 6 7
6 5 10 15 30 S T 8 T
5
Sisca Maya 6
7 5 10 15 30 S T 7 T
5
Siti Nur 6
8 3 10 9 30 R T 8 T
5
Sukesi 6
9 8 7 24 21 T T 3 R
6
Titin Ardiana 6
0 2 10 6 30 R T 7 T
44
Pengetahuan WUS tentang Kanker Serviks
Motivasi melakukan
Jumlah jawaban Tingkat
Total Skor pemeriksaan IVA
N R R benar Pengetahuan
Nama Responden
o W T Jumlah
prete poste
pretest postest pretest postest jawaban Kategori
st st
setuju
6
Triningsih 6
1 3 10 9 30 R T 7 T
6
Citra Resanina 7 3
2 3 10 9 30 R T 8 T
6
Djuwariah 7 3
3 5 10 15 30 S T 8 T
6
Gemi Haryani 7
4 6 10 18 30 S T 7 T
6
Gemi Supriastarini 7 3
5 3 10 9 30 R T 8 T
6
Mualikah 7
6 3 10 9 30 R T 8 T
6
Romiyati 7
7 7 10 21 30 T T 8 T
6
Slamet 7 4
8 2 10 6 30 R T 8 T
6
Trisnawati 7 1
9 5 9 15 27 S T 7 T
7
Anik Lestari 8 6
0 5 9 15 27 S T 7 T
7
Anita Fauziah 8 5
1 5 10 15 30 S T 8 T
7
Dewi Ana 8 7
2 8 10 24 30 T T 8 T
7
Dian Puspita 8 5
3 5 7 15 21 S T 6 S
7
Fitria W 8 3
4 5 7 15 21 S T 6 S
7
Maria Maharani 8 1
5 3 9 9 27 R T 7 T
7
Maya Mei 8 4
6 2 10 6 30 R T 8 T
7
Riska Oktiaviani 8 5
7 3 10 9 30 R T 8 T
7
Suci 8 1
8 3 10 9 30 R T 8 T
7
Sumiyati 8 3
9 6 9 18 27 S T 7 T
8
Tyas Laraswati 8 5
0 5 8 15 24 S T 6 S
45
LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT
PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DAN
MOTIVASI MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA
Descriptives
Descriptive Statistics
Frequencies
Statistics
tk. pengetahuan tk. pengetahuan
pretest postest tingkat motivasi
N Valid 80 80 80
Missing 0 0 0
Frequency Table
tk. pengetahuan pretest
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 42 52.5 52.5 52.5
sedang 31 38.8 38.8 91.3
tinggi 7 8.8 8.8 100.0
Total 80 100.0 100.0
tingkat motivasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid rendah 5 6.3 6.3 6.3
sedang 18 22.5 22.5 28.7
tinggi 57 71.3 71.3 100.0
Total 80 100.0 100.0
46
LAMPIRAN 4. DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENGETAHUAN
TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH
PENYULUHAN
Crosstabs
Cases
sedang Count 0 5 26 31
tinggi Count 0 1 6 7
47
LAMPIRAN 5. PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS TENTANG
KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
Total 80
Test Statisticsa
tk. pengetahuan
postest - tk.
pengetahuan
pretest
Z -7.192b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
48
LAMPIRAN 6. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS TENTANG
KANKER SERVIKS DENGAN MOTIVASI MELAKUKAN
PEMERIKSAAN IVA
Crosstabs
Cases
sedang Count 0 5 4 9
tinggi Count 2 13 53 68
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
49
LAMPIRAN 7. DOKUMENTASI
50