Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PERMASALAHAN BALITA DITIMBANG PADA PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh: Rica Anriz Amma F. Muiza Hamidatul Ulfah G1A210108 G1A212023 G1A212025

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITASILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2012

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS PERMASALAHAN BALITA DITIMBANG PADA PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS JATILAWANG

Disusun Oleh: Rica Anriz Amma F. Muiza Hamidatul Ulfah G1A210108 G1A212023 G1A212025

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/ Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Telah dipresentasikan dan disetujui Tanggal .

Preseptor Lapangan

dr. Anwar Hudiono NIP. 19821224.201001.1.022

DAFTAR ISI Lembar Pengesahan i Daftar Isi.. ii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang..... 1 B. Tujuan Penulisan. 2 C. Manfaat Penulisan... 3 II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS A. Input 7 B. Proses.. 8 C. Output. 9 D. Effect... 9 E. Outcome (Impact)... 9 III. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT Analisis SWOT... 11 IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH A. Pembahasan Isu. 14 B. Alternatif Pemecahan Masalah. 16 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan.. 19 B. Saran.... 19 DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat juga dapat diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa, dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007). Untuk mencapai tujuan kesehatan di atas, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Berdasarkan Kepmenkes no.128 tahun 2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai pendorong aktivitasnya, puskesmas berpegang pada visi dan misi yang telah dirumuskan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat, sedangkan misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembanguan kesehatan nasional, yaitu; menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya; mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas; memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Salah satu komponen Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar adalah Program Upaya Gizi Masyarakat. Gizi masyarakat dapat dinilai jika terdapat pencatatan yang kontinu dan menyeluruh mengenai kondisi dan permasalahannya di masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan agar masalah gizi di masyarakat dapat dinilai adalah dengan adanya balita yang mau datang ke pelayanan kesehatan/ posyandu untuk menimbang. Dengan adanya balita yang mau ditimbang maka banyak permasalahan gizi yang dapat diamati, dinilai, hingga dilakukan rencana penanganannya.

Balita yang rutin ditimbang bisa diketahui status gizinya dari kartu KMS yang selalu rutin diisi. Dengan adanya penimbangan maka status gizi dapat diketahui karena pada dasarnya keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam tubuh. Berdasarkan data yang ada pada tahun 2009 jumlah angka kunjungan balita yang ditimbang belum memenuhi target yang diharapkan sebesar 80%. Target yang tercapai hanya 69,8 % jauh dari SPM sebesar 80%. Untuk mewujudkan visi dan misi puskesmas supaya tepat pada sasaran umum pembangunan, maka perlu dilakukan pemecahan masalah gizi salah satunya adalah balita yang mau datang ke pelayanan kesehatan untuk menimbang berat badan.

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan prioritas masalah dari 6 program pokok Puskesmas Jatilawang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah Kecamatan Jatilawang. b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas Jatilawang sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas Jatilawang. d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan di Puskesmas Jatilawang. e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-program

Puskesmas Jatilawang. f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada programprogram kesehatan di Puskesmas Jatilawang.

C. MANFAAT a. Sebagai bahan wacana bagi puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi dalam kinerja Puskesmas. c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat

BAB II ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A.

Gambaran Umum 1. Keadaan Geografis Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan berada pada ketinggian 18 21 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.272 mm/tahun dengan batas wilayah sebagai berikut: A. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati B. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon C. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap D. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Rawalo Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 46 dukuh, 56 RW dan 323 RT. Desa terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan desa tersempit adalah Margasana dengan luas 1,82 km2. Bila dilihat dari jaraknya maka desa Gunungwetan adalah desa terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota Jatilawang dan desa Tunjung merupakan desa terdekat dengan jarak 0,15 km. 2. Keadaan Demografi Jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 adalah 57.286 jiwa yang terdiri dari laki-laki 28.461 jiwa (49,66%) dan perempuan 28.938 jiwa (50,34%) dengan jumlah kepala keluarga 17.437 KK dan sex ratio sebesar 1080,99. Jumlah penduduk terbanyak ada di desa Tinggarjaya yaitu sebesar 9294 jiwa atau sebesar 16,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang, sedangkan desa Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2100 atau hanya sebesar 3,82%. Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar. Penduduk terbanyak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 5.851 jiwa (10,18%) dan sebagian besar penduduk berada pada usia produktif, hal ini merupakan aset sumber daya manusia yang besar.

Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut golongan umur Kelompok Umur (tahun) 04 59 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 69 70 74 > 75 Jumlah Laki-laki 2897 2913 3002 2736 1943 1922 1993 1994 1999 1663 1337 1052 1086 821 636 550 28.564 Perempuan 2771 2815 2849 2369 1921 2213 2320 2335 2095 1584 1302 1127 1135 892 654 556 28.938 Jumlah 5650 5728 5851 5105 3864 4135 4313 4329 4090 3267 2539 2179 2221 1713 1290 1106 57.485

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011 Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 sebesar 14.278 jiwa/km2. Desa terdapat adalah desa Gentawangi (1912 jiwa/km2) dan desa Karanglewas merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah (577 jiwa/km2). Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah pemeluk Agama Islam yaitu sebesar 62.627 orang ( 99,467%), sisanya adalah pemeluk agama Katolik, Protestan< Budha dan Hindu. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Jatilawang adalah petani, baik petani sendiri maupun hanya sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 33.367 orang (58,04%). Mata pencaharian yang lain adalah sebagai pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS dan ABRI. Mata pencaharian yang paling sedikit adalah sebagai nelayan yaitu 10 orang.

Pendidikan penduduk Kecamatan Jatilawang paling banyak adalah tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 21.986 orang. Penduduk Kecamatan Jatilawang yang melanjutkan pendidikan hingga tingkat SLTP berjumlah 6752 orang, SLTA berjumlah 7432 orang, dan Universitas berjumlah 605 orang. Penduduk yang tidak atau belum tamat SD sebesar 12.635 orang. Penduduk yang tidak pernah menjalani pendidikan berjumlah 1411 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa keinginan atau kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang. Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan. b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik sanitasi) c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)

B. Pencapaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat Angka kematian bayi baru lahir, berdasarkan laporan kegiatan program KIA selama tahun 2011 tercatat tidak ada dari 1.050 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung masih rendah ( IIS 2010 = 40 per 1.000 kelahiran hidup ). Pada tahun 2011 tidak terdapat kematian ibu nifas. Angka kematian ibu ( AKI ) adalah 86,65 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan IIS 2010 ( AKI = 150/100.000 kelahiran hidup ), AKI di Kecamatan Jatilawang di bawah IIS. Berdasarkan data laboratorium pada tahun 2011 tidak terdapat kasus malaria klinis dan malaria dengan klarifikasi pemeriksaan mikroskopik atau sebesar 0% kasus per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010 juga tidak terdapat kasus malaria klinis. Kasus TB Paru Positip pada tahun 2011 tercatat 28 kasus CDR sebesar 42,5%. Bila

dibandingkan dengan tahun 2010 ( 13 kasus CDR= 19,66%) berarti terjadi kenaikan CDR namun dibawah target SPM 2010 yaitu CDR sebesar 70%. Kasus diare pada tahun 2011 tercatat 555 kasus dengan angka kesakitan sebesar 9,68 per 1.000 penduduk. Angka ini sebenarnya jauh sekali dari kenyataan karena angka ini diambil dari kasus yang berobat di puskesmas dan jaringannya ( pustu, polindes / PKD, posyandu ) saja. Sedangkan kasus diare yang berobat di paramedis, bidan, atau dokter praktek swasta tidak terlaporkan.

Di tahun 2011 terdapat 4 kasus DBD dengan Incidence Rate 0,69% yang terjadi di desa Tunjung. Hal ini terjadi karena mobilitas masyarakat yang cukup tinggi,higiene sanitasi masyarakat yang masih kurang dan kegiatan PSN yang tidak rutin dilaksanakan. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 ( 1 kasus Incidence Rate 0,17% ), berarti terjadi kenaikan kasus sebesar 300 %. Pada tahun 2011 di Kecamatan Jatilawang tidak ditemukan kasus AFP, Campak, HIV dan Hepatitis (angka kesakitan sebesar 0 per 1.000 penduduk). Lain halnya dengan Tetanus dan Diphteri ditemukan 1 kasus pada penderita dewasa. Untuk penyakit tidak menular yang diamati dan dicatat selama tahun 2011 terdiri dari Ca Servik 2 kasus, Ca Mammae 2 kasus, Ca Hepar 1 kasus, Ca Colon 1 kasus, Non Insulin Dependent DM 210 kasus, Angina Pektoris 7 kasus, Decomp Cordis 81 kasus, Hipertensi Essensial 720 kasus, Stroke Hemoragik 12 kasus, Stroke Non Hemoragik 18 kasus, Asthma Bronchial 87 kasus, PPOK 36 kasus, KLL 144 kasus dan Psikosis 89 kasus. Kasus kasus penyakit tidak menular ini di dapatkan dari register Rawat Jalan dan Laboratorium Tahun 2011. Berdasarkan hasil kegiatan program gizi, pada tahun 2011 tercatat 68 bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dari 1.050 bayi lahir hidup atau sebesar 6,47 %. Desa dengan BBLR tertinggi adalah desa Tinggarjaya 1,7% dan Bantar yaitu 1,3% dari seluruh BBLR di Kecamatan Jatilawang. Pada tahun 2011 tercatat ada 4.667 balita, yang ditimbang sebanyak 3.257 balita atau sebesar 69,8%. Ini berarti masih di bawah target SPM Kabupaten Banyumas 2011 yaitu sebesar 80 %. Untuk balita yang ditimbang dan naik berat badannya sebanyak 2.119 atau sebesar 65,1 %, berarti masih di bawah target SPM 2010 yang sebesar 80 %. Untuk balita bawah garis merah ( BGM ) ditemukan kasus sebanyak 48 balita atau sebesar 1,5 % dari seluruh balita yang ditimbang, berarti sudah sesuai dengan target SPM tahun 2011 yaitu sebesar <5%. Dari penyelenggaraan program puskesmas serta kesesuaian dengan SPM tahun 2011, akan dipilih beberapa permasalahan yang dapat dijadikan alternatif prioritas di Puskesmas Jatilawang dengan alasan karena masih terdapat gapantara data primer dengan target SPM Puskesmas tahun 2011.

BAB III ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Input Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja) mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut. Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber dana), method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan), minute (waktu) dan market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi manajemen yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (perencanaan), P2 (penyelenggaraan) dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan penilaian). Man Jumlah tenaga puskesmas jatilawang yang ada menurut data tahun 2011 berjumlah 53 orang dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1. Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2011 No Jenis Tenaga PNS PTT Honor Honor Jml Keterangan

Daerah Puskesmas 1. Dokter Umum 2. Dokter Gigi 3. Perawat Umum 2 1 5 4 2 1 9 2 S1 2 SPK, 7 AKPER 4. Perawat Gigi 5. Bidan 1 10 14 1 24 DIII 7 DI, 15 DIII, 2DIV 6. Apoteker 7. Pelaksana Gizi 8. Pelaksana 9. kesling 10. Analis 11. Pekarya Kes. 12. Juru Imunisasi 1 1 1 9 1 1 1 1 10 DIII DIII SPPH 3 SI, 6 SMA, 2

SD 13. TU 14. Juru masak 15. Cleaning service Sopir Jumlah 31 14 7 53 1 1 1 1 1 1 SD SMP SMA

Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011 Tabel 3.1 menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di puksesmas Jatilawang berjumlah 53 orang yang terdiri dari dokter umum 2 orang, dokter gigi 1 orang, perawat umum 9 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 24 orang, apoteker 1 orang, pelaksan gizi 1 orang, pelaksana kesling 1 orang, bagian tata usaha 10 orang, juru masak 1 orang, cleaning service 1 orang, dan sopir 1 orang. Puskesmas Jatilawang tidak memiliki analis, pekarya kesehatan, dan juru imunisasi. Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan. b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik sanitasi) c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP). Money Sumber dana untuk kegiatan program posyandu berasal dari dana swadaya masyarakat, sehingga dana tersebut dirasa masih kurang untuk membiayai seluruh kegiatan operasional puskemas. Material Logistik, obat, vaksin berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II dan BKKBN Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan yang telah diajukan oleh Puskesmas. Alat-alat kedokteran : 1 unit mobil ambulans, 1 unit kulkas penyimpan, 7 termos penyimpan vaksin, dan alat laboratorium sederhana. Metode Metode kegiatan posyandu adalah 5 meja yaitu Pendaftaran, Penimbangan, Pencatatan, Penyuluhan, dan Pelayanan. Metode kegiatan minimal terdapat 3 meja.

Kegiatan 5 meja tersebut sudah dilakukan secara berkesinambungan pada setiap kegiatan puskemas. Minute Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan besarnya kasus dan demografi/wilayah terdapatnya kasus. Minute Sasaran masyarakat pada program Gizi berupa penimbangan berat badan balita ditujukan kepada seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.

B. Proses Perencanaan (P1) : Arah : Terwujudnya KECAMATAN JATILAWANG SEHAT 2011. Untuk

mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standard Pelayanan Minimal (SPM) untuk program Kesehatan Lingkungan yang sudah ditetapkan di tingkat Provinsi. Pengorganisasian (P2) 1. Penggalangan kerjasama dalam Tim Promosi Kesehatan 2. Penggalangan kerjasama lintas sektoral 3. Penggalangan kerjasama dengan bidan desa Kecamatan Jatilawang 4. Penggalangan Desa Siaga Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana Penggerakan dan pelaksanaan program. Tim Puskesmas Jatilawang bekerjasama dengan masyarakat khususnya bagian KIA dan kader untuk menindaklanjuti masalah pemberian tablet Fe pada ibu hamil trimester III sehingga angka pemberian tablet Fe minimal mencapai target SPM. Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan 1. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas 2. Puskesmas Jatilawang khususnya bagian Promosi Kesehatan 3. Bidan Desa Kecamatan Jatilawang 4. PWS = Pemantauan wilayah setempat 5. Kader atau perangkat desa setempat

C. Output Sebagian besar masyarakat di wilayah Puskesmas Jatilawang kurang peduli terhadap pentingnya Program Upaya Gizi Masyarakat dalam bentuk penimbangan balita setiap bulan.

D. Effect Jumlah balita yang ditimbang setiap bulan belum mencapai taget SPM

E. Outcome Balita yang tidak ditimbang tidak dapat diketahui status gizinya sehingga tidak dapat diambil pencegahan jika terdapat balita BGM dengan gizi buruk.

BAB IV IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

A. SWOT 1. Strength a. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai b. Memiliki tenaga kesehatan yang cukup memadai dan kompeten dalam bidangnya. 2. Weakness Kurangnya promosi kesehatan dari pihak puskesmas sehingga ketertarikan masyarakat untuk melakukan penimbangan di pelayanan kesehatan/posyandu masih rendah 3. Opportunity a. Banyak warga Jatilawang yang mudah dijadikan kader kesehatan, saat ini sudah terbentuk kader kesehatan di bidang Imunisasi, KB, dan Posyandu, baik balita maupun lansia. b. Memiliki kader posyandu yang berdedikasi tinggi 4. Threat a. Wilayah di Jatilawang tidak semua mudah dijangkau. b. Tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dan keluarga yang beragam sehingga terdapat perbedaan perlakuan ibu terhadap balita. c. Warga Jatilawang masih sulit diajak kerjasama dalam masalah kesehatan, tampak dari mereka yang tidak mudah dikumpulkan dalam acara kesehatan, seperti penyuluhan dan posyandu. d. Peran serta tokoh masyarakat yang kurang.

BAB V PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul pada Program Gizi Masyarakat adalah masih rendahnya jumlah balita yang ditimbang di posyandu pada wilayah kerja Puskesmas Jatilawang. Hal ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan Strength dan Opportunity serta mengubah Weakness dan Threat menjadi peluang untuk meningkatkan target balita ditimbang. Puskesmas Jatilawang memiliki tenaga kesehatan dan kader posyandu yang sangat memadai. Jika tenaga kesehatan dan kader posyandu dimaksimalkan untuk dapat memberikan promosi dan pengertian kepada warga mengenai pentingnya balita ditimbang tiap bulannya. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang efisien, seperti pembuatan poster atau penyuluhan di tempat perkumpulan warga. Promosi yang berhasil akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat meningkatkan jumlah angka kunjungan balita ditimbang. Masyarakat Kecamatan juga memiliki banyak potensi yang dapat dimaksimalkan. Tokoh masyarakat dapat diajak kerjasama mempromosikan balita ditimbang. Promosi kesehatan yang dapat disampaikan kepada masyarakat dapat berupa outcome yang timbul dari kurangnya pemantauan status gizi. Status gizi balita dapat terpantau dari KMS yang diisi setiap dilakukan penimbangan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) kurva pertumbuhan pada KMS dapat mengikuti tiga arah, yaitu pertumbuhan baik yang ditunjukkan dengan pergerakan kurva pertumbuhan secara horizontal pada jalur pita hijau. Pertumbuhan membaik akan tampak bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya pengejaran (catch-up) pada jalur pertumbuhan normal dengan gerakan ke arah pita hijau (Depkes, 2005). Selain pertumbuhan yang baik, pertumbuhan yang memburuk dan gizi kurang juga dapat terdeteksi dari KMS. Pertumbuhan bayi memburuk bila berat badan hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normalnya. Kurva pertumbuhan akan tampak menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan normalnya, baik ke arah atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM) (Depkes, 2005). Status gizi yang rendah dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan balita. Menurut Supariasa (2007) dampak gizi kurang pada balita dapat menyebabkan: 1. Perkembangan motorik terganggu.

2. Penyakit malnutrisi berat meliputi marasmus, kwashiorkor, dan marasmus kwashiorkor. 3. Gangguan tingkat kecerdasan (Supariasa, 2007)

A. Isu Strategis Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 2 tahun pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Gambaran keadaan gizi balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Setiap tahun, diperkirakan ada 350.000 bayi dengan BBLR sebagai salah satu penyebab utama tingginya kurang gizi pada balita. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10% (Susenas, 2003). Sedangkan data yang didapatkan dari WHO (2012) menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-25 negara dengan tingkat gizi yang cenderung buruk yaitu sebesar 18.6% (WHO, 2012). Meskipun sampai tahun 2000 penurunan gizi kurang cukup berarti, akan tetapi setelah tahun 2000 gizi kurang meningkat kembali. Status gizi kurang pada balita dapat menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berpikir. Balita hidup yang menderita gizi kurang atau gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan hingga 10 % (Samsul, 2011). Balita yang mengalami gizi kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk merehabilitasi kemampuan kognitifnya daripada rehabilitasi keadaan gizinya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif pada balita tidak akan segera membaik meskipun status gizi berhasil diperbaiki. Perkembangan sel otak dan sel-sel saraf akan berhenti ketika anak berusia 3 tahun sehingga pada periode umur tersebut anak memerlukan makanan yang cukup mengandung zat gizi makromaupun mikro. Apabila anak kekurangan gizi maka perkembangan fisik dan kemampuan menyerap rangsangan ankan terhambat. Akibatnya anak akan lebih lambat beraktivitas dan bereaksi dibanding anak usia sebaya yang cukup gizi (Latifah, 2008)

B. Alternatif Penyelesaian Masalah Balita yang ditimbang akan diketahui status gizinya, sebaliknya, pada balita yang tidak ditimbang, pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi tidak terpantau. Tidak terpantaunya perkembangan status gizi, akan membuat ibu tidak dapat mengambil langkah awal. Hal ini akan mendorong pentingnya penimbangan secara teratur di posyandu bagi balita. Upaya peningkatan program Balita Timbang di posyandu dapat dilakukan dengan cara: 1. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas Jatilawang untuk dapat menggencarkan promosi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Balita Timbang di Posyandu 2. Pemberian buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk kepada petugas/tenaga kesehatan sebagai bekal penanggulangan dan promosi kesehatan. 3. Melakukan promosi kesehatan secara bertahap mengenai pentingnya balita timbang melalui bekerjasama dengan tokoh masyarakat. 4. Membuat dan menempelkan poster mengenai pentingnya balita timbang hingga akibat jika penimbangan tidak dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 1. Kekuatan internal yang paling mendukung program Gizi di Puskesmas Jatilawang adalah sarana, prasarana, serta tenaga kesehatan yang kompeten. Sedangkan kekuatan eksternal yang mendukung program Gizi adalah para kader kesehatan yang aktif dan berdedikasi. 2. Permasalahan yang muncul adalah tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu di wilayah Jatilawang yang beragam, kurangnya antusiasme masyarakat, dan kurangnya peran serta tokoh masyarakat terhadap program kesehatan. 3. Upaya pemecahan masalah dapat berupa: a. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas Jatilawang untuk dapat menggencarkan promosi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Balita Timbang di Posyandu b. Pemberian buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk kepada petugas/tenaga kesehatan sebagai bekal penanggulangan dan promosi kesehatan. c. Melakukan promosi kesehatan secara bertahap mengenai pentingnya balita timbang melalui bekerjasama dengan tokoh masyarakat. d. Membuat dan menempelkan poster mengenai pentingnya balita timbang hingga akibat jika penimbangan tidak dilakukan.

B. SARAN 1. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan adalah dengan melaksanakan sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral. 2. Monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin untuk dapat diketahui perkembangan kegiatan yang telah dilaksanakan dan segera mengetahui permasalahan yang ditemukan dalam bentuk laporan. 3. Adapun kegiatan yang perlu disusun dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL) dalam kegiatan Penyusunan Profil Kesehatan antara lain: validasi data, koordinasi lintas program dan sektoral dan penguasaan data bagi masing-masing pemegang program, sehingga dalam pemecahan masalah dan penyusunan rencana kegiatan bisa sesuai dengan kebutuhan yang ada

DAFTAR PUSTAKA

Latifah, M. 2008. Mengenal Gizi dan Tumbuh Kembang Anak. Accessed on 9 Oktober 2012. Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta Samsul, 2011. In: Azwar, Azrul. 2005. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Masa Depan. Available at: http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah%20DirjenSahid%202.PDF. Accessed on 9 Oktober 2012. Supariasa. 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar Susenas. 2003. In: Azwar, Azrul. 2005. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Masa Depan. Available at: http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah%20DirjenSahid%202.PDF. Accessed on 9 Oktober 2012. WHO. 2012 available at: http://www.who.int/gho/publication/world_health_statistics/2012/en/index.html. Accessed on 9 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai