Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi
merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular.
Imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium Development
Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Kegiatan imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun
1977 kegiatan imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi
(PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak,
Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005, program pengembangan imunisasi mencakup satu
kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali
imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak. Sampai saat ini Indonesia masih
merupakan Negara keempat terbesar di dunia dengan jumlah anak yang tidak
mendapatkan imunisasi DPT3. Hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi salah satu
negara prioritas yang diindentifikasi oleh WHO dan UNICEF untuk melaksanakan
akselerasi dalam mencapai target 100% UCI (Universal Child Immunization).
UCI adalah suatu keadaan tercapainya imuisasi dasar secara lengkap pada
semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun) dan pemerintah berkomitmen untuk
mencapai target 100 % desa mencapai UCI pada tahun 2014. Cakupan imunisasi
lengkap cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%), 2010 (53,8%), dan 2013
(59,2%). Cakupan imunisasi dasar lengkap bervariasi antar provinsi, yaitu tertinggi
di DI Yogyakarta (83,1%) dan terendah di Papua (29,2%). Cakupan Imunisasi di
Jawa Barat menurut RISKERDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2013 adalah HB0
78,8%, BCG 87,8%, DPT-HB 3 71,5%, Polio 4 73,9%, dan Campak 80,8% . Pada
tahun 2008 didapatkan cakupan imunisasi Puskesmas Cimanggis pada BCG
90.33%, DPT1 88.9%, Polio 82.29% dan Campak 81.83% (Seksi Integrasi
Pengolahan dan Diseminasi Statistik, 2008). RISKERDAS tahun 2013
menunjukkan bahwa 8,7 persen anak 12-23 bulan belum pernah diberikan
imunisasi dan alasan utama adalah takut anak menjadi panas (28,8%), namun
1
persentase anak umur 12-23 bulan yang mengalami demam tinggi setelah imunisasi
hanya 6,8 persen. Angka cangkupan imunisasi secara keseluruhan di Indonesia
belum lengkap, melalui evaluasi program diharapkan cakupan pelaksanaan
imunisasi dapat diketahui khususnya di wilayah puskesmas Cimanggis.
1.2 Masalah
Belum adanya data evaluasi program tentang pelaksanaan imunisasi dasar di
Puskesmas Cimanggis tahun 2014.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran pelaksanaan program imunisasi dasar di puskesmas
Cimanggis, sebagai masukan untuk meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar
pada balita di wilayah puskesmas Cimanggis, Kota Depok
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pelaksanaan program imunisasi dasar di Puskesmas
Cimanggis
b. Diketahuinya masalah dan penyebab masalah pelaksanaan program
imunisasi dasar di Puskesmas Cimanggis
c. Diketahuinya alasan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak balita di
wilayah puskesmas Cimanggis
d. Dirumuskan solusi yang tepat dalam pemecahan masalah program
imunisasi dasar di Puskesmas Cimanggis sehingga tingkat keberhasilan
program yang ada semakin mencapai hasil yang diharapkan
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi puskesmas
 Memberika informasi faktor penyebab ketidakberhasilan suatu program
imunisasi dasar dan saran dalam pemecahan masalahnya
 Sebagai bahan kajian bagi penentu kebijakan dalam program penanganan
imunisasi dasar di Puskesmas Cimanggis dalam upaya peningkatan kualitas
1.4.2 Manfaat bagi peneliti
Melakukan evaluasi program Puskesmas dan mampu menentukan proritas
terhadap masalah yang ditemukan dalam melakukan evaluasi program
1.4.3 Manfaat bagi perguruan tinggi
Menjadi masukan bagi penelitian evaluasi program puskesmas selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang
selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan
imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi
sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi
suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan (Mentri Kesehatan
Republik Indonesia,2005)
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
A. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
B. Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu.
A. Imunisasi wajib terdiri atas:
1. Imunisasi rutin;
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi
lanjutan.
 Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis
imunisasi dasar terdiri atas:
 Bacillus Calmette Guerin (BCG);
3
 Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-
Hib);
 Hepatitis B pada bayi baru lahir;
 Polio; dan
 Campak
 Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutan diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia
sekolah dasar dan wanita usia subur. Jenis imunisasi lanjutan yang
diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
pada anak usia sekolah terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan
Tetanus diphteria (Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita
usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
2. Imunisasi tambahan; dan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
3. Imunisasi khusus.
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan pada
persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus,
imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR).
B. Imunisasi Pilihan
Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b
(Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella,
Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese
Encephalitis.

4
II.2 Epidemiologi Imunisasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005, program pengembangan imunisasi mencakup satu
kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali
imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
Cakupan imunisasi lengkap cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%),
2010 (53,8%), dan 2013 (59,2%). Secara nasional, terdapat 8,7 persen anak 12-23
bulan yang tidak pernah mendapatkan imunisasi dengan persentase tertinggi di
Papua (36,6%) dan terendah di DI Yogyakarta (1,1%). alasan utama tidak
diimunisasi adalah takut anak menjadi panas (28,8%), namun memperlihatkan
bahwa persentase anak umur 12-23 bulan yang mengalami demam tinggi setelah
imunisasi hanya 6,8 persen. Terdapat 26,3 persen yang menyatakan bahwa
keluarga tidak mengizinkan anak diimunisasi. Pada 91,3 persen yang pernah
diimunisasi, terdapat 33,4 persen yang pernah mengalami KIPI. Keluhan yang
sering terjadi adalah kemerahan dan bengkak, sedangkan keluhan demam tinggi
dialami oleh 6,8 persen anak (Riskerdas, 2013).
Bagan 2.1 Persentase keluhan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pada anak
umur 12-23 bulan, Indonesia 2013

Sumber: Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelengaraan Imunisasi. 2005


II.3 Cara dan tempat pemberian vaksin
Vaksin dapat diberikan secara subkutan, intramuskular, intrakutan
(intradermal), dan per-oral sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam kemasan. Vaksin
harus diberikan pada tempat yang dapat memberikan respons imun optimal dan
memberikan kerusakan minimal terhadap jaringan sekitar, pembuluh darah maupun
persarafan.

5
 Suntikan subkutan pada bayi diberikan pada paha atas bagian anterolateral atau
daerah deltoid untuk anak besar. Kulit dan jaringan di bawahnya dicubit tebal
perlahan dengan mempergunakan jempol dan jari telunjuk sehingga terangkat dari
otot, kemudian jarum ditusukkan pada lipatan kulit tersebut dengan kemiringan
kira-kira 45 derajat. Contoh imunisasi pada subkutan (mis untuk vaksin MMR,
Varicella/cacar air, Campak)
 Suntikan intramuskular secara umum di rekomendasikan pada vaksin yang berisi
ajuvan, apabila diberikan secara subkutan atau intradermal dapat menyebabkan
iritasi pada kulit setempat, menimbulkan indurasi, kulit menjadi pucat, reaksi
inflamasi, dan pembentukan granuloma. Menurut pedoman WHO, pada suntikan
intramuskular, jarum harus masuk 5/8 inci atau 16 mm sedangkan FDA
menganjurkan kedalaman 7/8-1 inci atau 22-25 mm. intramuskular (mis untuk
vaksin DPT, Hib, Hep B, Hep A, Tyfus)
 Suntikan intradermal diberikan pada BCG dan kadang-kadang pada vaksin rabies
dan tifoid, pada lengan atas atau daerah volar. Untuk vaksin oral, apabila dalam 10
menit anak muntah sebaiknya pemberian vaksin diulang; tetapi bila kemudian
muntah lagi ulangan diberikan pada keesokan harinya. (Satgas Imunisasi IDAI,
2000)

Gambar 2.1 Tempat Penyuntikan Vaksin


Sumber: Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Vol. 2, No. 1. 2000.
II.4 Imunisasi Dasar
A. BCG
Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya, untuk
mencapai cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG pada
umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui. Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml
dan anak 0,10 ml, diberikan intrakutan di daerah insersio M. deltoideus
kanan.
BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan
6
mengingat efektivitas perlindungan hanya 40%, 70% kasus TBC berat (meningitis)
ternyata mempunyai parut BCG, dan kasus dewasa dengan BTA (bakteri tahan
asam) positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun mereka telah mendapat
BCG pada masa kanak-kanak. BCG tidak diberikan pada pasien imuno-
kompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, infeksi HIV, dan
lain lain). Apabila BCG diberikan pada umur >3bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu.
B. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak
3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal
kurang lebih sebesar 45%. Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status
HBsAg ibu pada saat melahirkan. Jadwal pemberian berdasarkan status HBsAg ibu
adalah sebagai berikut: Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak
diketahui. Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 μg atau Engerix B 10 μg)
atau vaksin plasma derived 10 mg, secara intramuskular, dalam waktu 12 jam
setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga umur 6 bulan.
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif, segera
berikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu). Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam
waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin
rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg), intramuskular di sisi tubuh
yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga
diberikan pada usia 6 bulan. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif. Diberikan
vaksin rekombinan (HB Vax-II dengan dosis minimal 2,5 μg (0,25 ml) atau Engerix
B 10 μg (0,5ml), vaksin plasma derived dengaN dosis 10 μg (0,5 ml) secara intra-
muskular, pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan
kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.Ulangan
imunisasi hepatitis B (HepB4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.
Idealnya dilakukan pemeriksaan anti BHs (paling cepat) 1 bulan pasca imunisasi
hepatitis B ketiga. Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan
Taiwan terhadap anak dari ibu pengidap hepatitis B, yang telah memperoleh
imunisasi dasar 3x pada masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya
masih memiliki titer antibodi anti HBs yang protektif (titer anti HBs >10 μg/ml).
Mengingat pola epidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola
epidemiologi negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang
7
(booster) pada usia 5 tahun, tidak diperlukan. Idealnya, pada 
usia ini dilakukan
pemeriksaan anti HBs. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah
memperoleh imunisasi hepatitis B, maka 
diberikan secepatnya (catch-up
vaccination).
C. DPT
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6
minggu, DPT 1 diberikan pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan
DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun
setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk sekolah
umur 5-7 tahun. Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di
sekolah dasar (BIAS). Ulangan DT 6 diberikan pada 12 tahun, mengingat masih
dijumpai kasus difteria pada umur >10 tahun. Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur
12 tahun diberikan dT (adult dose), tetapi di Indonesia dT belum ada di pasaran.
Dosis DPT/ DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun
ulangan.
D. Polio
Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah
endemik polio, sesuai pedoman PPI untuk men-dapatkan cakupan imunisasi yang
lebih tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan segera setelah
lahir (pada kunjungan I). Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat
bayi masih berada di rumah bersalin/ rumah sakit, dianjurkan vaksin polio diberikan
pada saat bayi akan dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain mengingat virus
polio hidup dapat diekskresi melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu
tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
E. Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan
dalam, pada umur 9 bulan. Hasil penelitian terhadap titer antibodi campak pada
anak sekolah kelompok usia 10-12 tahun didapat hanya 50% diantaranya masih
mempunyai antibodi campak di atas ambang pencegahan, sedangkan 28,3%
diantara kelompok usia 5 - 7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah
diimunisasi saat bayi. Berdasarkan penelitian tersebut dianjurkan pemberian
imunisasi campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun) (Satgas
Imunisasi IDAI, 2000).
8
Tabel 2.1 Jadwal Imunisasi

Sumber: Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Vol. 2, No. 1. 2000.
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi pada bayi dengan menggunakan DPT/HB
kombo

Sumber: Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelengaraan Imunisasi di


2005
II.5 Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional
UCI (Universal Child Immunization) 2010-2014 (GAIN UCI 2014) adalah
upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh desa/ kelurahan pada tahun 2014 melalui
suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat
dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat administrasi. Indikator
GAIN UCI mengacu pada RPJMN tahun 2010-2014 yang menyebut bahwa salah satu
kegiatan imunisasi adalah pencapaian UCI desa/kelurahan 100 % pada tahun 2014,
sebagai berikut (Mentri Kesehatan Republik Indonesia, 2013):
 Tahun 2010 mencapai UCI desa/kelurahan 80 %
 Tahun 2011 mencapai UCI desa/kelurahan 85 %
 Tahun 2012 mencapai UCI desa/kelurahan 90 %
 Tahun 2013 mencapai UCI desa/kelurahan 95 %

9
 Tahun 2014 mencapai UCI desa/kelurahan 100 %
BAB III
BAHAN & METODE EVALUASI

III. 1. Tolok Ukur Penelitian


Evaluasi dilakukan pada program Imunisasi di puskesmas kecamatan
Cimanggis. Sebagai langkah awal, akan ditetapkan indikator untuk mengukur
keluaran sebagai keberhasilan dari suatu program, kemudian membandingkan hasil
pencapaian tiap-tiap indikator keluaran dengan tolok ukur masing-masing. Sumber
rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Profil kesehatan Puskesmas Cimanggis tahun 2014
2. Perencanaan Program Puskesmas Cimanggis tahun 2014
3. Wawancara dengan koordinator pelaksana program Imunisasi Dasar di
Puskesmas Cimanggis
4. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
/1611/MENKES/SK/XI/2005, tentang Pedoman Penyelenggaran Imunisasi
5. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:/482/
MENKES/SK/IV/2010, tentang Akselerasi Imunisasi Nasional
6. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 42 Tahun 2013
tentang Penyelengaraan Imunisasi
III. 2. Cara Penilaian Dan Evaluasi
Kegiatan evaluasi program imunisasi, metode yang digunakan ialah
analisis sistem. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisasi
yang menggunakan sifat-sifat dasar sebagai pusat analisis.
Cara yang digunakan yaitu anatara lain:
1. Menetapkan tolok ukur dari masukan, proses, keluaran, dampak, umpan
balik, dan lingkungan berdasarkan nilai standar Puskesmas
2. Membandingkan keluaran dengan tolok ukur untuk mencari adanya
kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai masalah
3. Membandingkan masukan, proses, dampak, umpan balik, dan lingkungan
dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian
ditetapkan sebagai penyebab masalah
4. Menetapkan prioritas penyabab masalah
5. Mencari alternatif jalan keluar penyebab masalah
10
6. Member saran-saran untuk pemecahan masalah.
III. 3. Penetapan Indikator Dan Tolok Ukur
Langkah awal untuk menentukan adanya masalah dari pencapaian hasil
keluaran (output) atau dampak (inpact) adalah dengan menetapkan indicator yang akan
dipakai untuk mengukur keluaran atau dampak sebagai keberhasilan dari suatu
program kesehatan. Tolak ukur adalah standar atau target unsur system dari suatu
program sebagai syarat agar program dapat terlaksana dengan baik.
Tabel 3.1. Tolok Ukur Keluaran

No Variabel Indikator Tolok Ukur Keberhasilan

Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi Hb 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑏0


mendapat imunisasi 0 pada bayi × 100%
1 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
Hb0 80%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝐶𝐺
mendapat imunisasi BCG pada bayi × 100%
2 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
BCG 98%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐶𝐼
mendapat imunisasi Combo 1 pada bayi × 100%
3 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
DPT HB Hib 1 98%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐶𝐼𝐼
mendapat imunisasi Combo II pada bayi × 100%
4 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
DPT HB Hib 2 95%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐶𝐼𝐼𝐼
5 mendapat imunisasi Combo III pada bayi 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014 × 100%
DPT HB Hib 3 90%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐼
mendapat imunisasi Polio I pada bayi × 100%
6 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
Polio 1 98%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐼𝐼
mendapat imunisasi Polio II pada bayi × 100%
7 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
Polio 2 95%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐼𝐼𝐼
mendapat imunisasi Polio III pada bayi × 100%
8 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
Polio 3 93%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐼𝑉
mendapat imunisasi Polio IV pada bayi × 100%
9 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
Polio 4 90%
Jumlah bayi yang Cakupan imunisasi 𝐵𝑎𝑦𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝐼𝑚𝑢𝑛𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑃𝐾
mendapat imunisasi Campak pada bayi × 100%
10 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑗𝑎𝑛 − 𝑑𝑒𝑠 2014
Campak 95%
III. 4. Penetapan Masalah
Masalah dapat diindentifikasi dengan cara membandingkan keluaran pada
program dan tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat masalah apabila

11
ada kesenjangan antara keluaran (output) pada program dengan tolak ukur yang telah
ditetapkan.
III. 5. Menetapkan Prioritas Masalah
Penentuan priorotas masalah dilakukan apabila terdapat lebih dari satu masalah.
Tujuan dari penentuan proritas masalah ialah agar masalah yang paling besar dan
mudah diintervensi merupakan masalah yang pertama kali dan terutama dicari
alternatife penyelsaiannya. Dalam menentukan prioritas masalah dibuat system skoring
menggunakan teknik kriteria matriks sebagai berikut.
Priority= Importancy x Technical Feasibility x Resources Availability
Tabel 3.2 Penetapan Prioritas
Kelayakan teknologi Sumber daya yang tersedia
Pentingnya masalah (I)
(T) (R)
 Besarnya masalah Makin layaknya  Man
(P/Prevalence) teknologi yang  Money
 Akibat yang ditimbulkan tersedia dan dapat  Material
oleh masalah dipakai untuk  Makin tersedia sumber
(S/Severity) mengatasi masalah, daya yang dapat dipakai
 Kenaikan besarnya makin diprioritaskan untuk mengatasi masalah
masalah (RI/Rate of masalah tersebut makin diprioritaskan
Increase) masalah tersebut.
 Derajat kenaikan
masyarakat yang tidak
terpenuhi (DU/ Degree
of Unmeet Need)
 Keuntungan sosial
karena selesainya
masalah (SB/ Social
Benefit)
 Rasa prihatin masyarakat
terhadap masalah (PB/
Public Concern)
 Suasana politik (PC/
Political Climate)
Selanjutnya beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting).
Masalah yang dipilih sebagai prioritas adalah memiliki nilai I x T x R tertinggi.
Sedangkan nilai I dihitung dengan rumus P+S+RI+DU+SB+PB+PC
III. 6. Menyusun Kerangka Konsep
Pembuatan kerangka konsep bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang berasal dari komponen sistem lainnya, yaitu komponen
masukan, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan mengetahui penyebab masalah,

12
alternatife pemecahan masalah dapat disusun sebagai evaluasi perencanaan
pelaksanaan program berikutnya.

III. 7. Identifikasi Faktor Penyebab Masalah


Setelah membuat kerangka konsep, diperkirakan penyebab masalah yang
mungkin dari setiap unsur system, yaitu masukan, proses, lingkungan dan umpan balik.
Penyebab masalah yang telah kita estimasikan harus dikonfirmasi. Pada evaluasi ini,
konfirmasi dilakukan dengan wawancara dengan kordinator pelaksana dan penanggung
jawab program imunisasi dasar di Puskesmas Cimanggis dan juga membandingkan
hasil konfirmasi dan penyebab yang diestimasi dengan tolok ukurnya.
Dari penyajian data dapat ditemukan beberapa penyebab masalah yang terjadi.
Namun tidak semua penyebab masalah yang timbul dapat diselesaikan karena mungkin
ada masalah yang saling berkaitan dan adanya keterbatsan kemampuan dalam
menyelesaikan semua masalah. Maka dari itu harus ditentukan prioritas penyebab
masalah dan mencari alternative pemecahan masalah yang telah kita prioritaskan.
Tolok ukur komponen masukan proses, lingkungan dan umpan balik tercantum pada
tabel di bawah ini.
Tabel 3.3. Tolok ukur
Masukan Tenaga 1 orang koordinator imunisasi dan surveilans KIPI
1 atau lebih pelaksana imunisasi (vaksinator)
1orang petugas pengelola vaksin
Dana tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas
perbantuan) dan APBD kabupaten/kota berupa DAU (Dana
Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus).
Sarana medis Set Imunisasi:
 Vaksin Carrier 1 buah
 Vaccine Refigerator 1 buah
Bahan Habis Pakai:
 Alat suntik 1 ml dan 3 ml
 Alkohol Swab
 Vaksin
Pelengkapan:
 Kotak penyimpan jarum bekas
 Tas kanvas tempat kit
Sarana non medis Terdapat kartu pecatatan pemberian imunisasi, ruangan
tunggu, periksa dan tempat tidur, status, buku pencatatn,
kertas resep dan leaflet, transportasi untuk distribusi
vaksin.
Metode medis Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh dokter dan dokter
spesialis atau bidan
Pemberian imunisasi harus dilakukan berdasarkan standar
pelayanan, standar prosedur operasional dan standar profesi

13
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Memperhatikan keamanan vaksin dan penyuntikan
 Melakukan imunisasi sesuai jadwal dengan penyuntikan
yang benar
 Pencatatan pelayanan imunisasi dilakukan di buku
pencatatan imunisasi, rekam medis, dan/atau kohort.
Metode non medis  Pelaksana pelayanan imunisasi harus memberikan
informasi lengkap tentang imunisasi meliputi vaksin,
cara pemberian, manfaat dan kemungkinan terjadinya
KIPI.
Proses perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting
sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang
profesional.
 Penentuan Sasaran
 Perencanaan Kebutuhan Logistik
 PerencanaanVaksin
 Perencanaan Auto Disable Syringe
 Perencanaan Safety Box
 Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain
 Perencanaan Pendanaan
pengorganisasian  Ada struktur organisasi yang jelas dan tertulis beserta
dengan tugas masing-masing bagian, yang dipimpin oleh
kepala puskesmas.
 Koordinasi yang jelas antara pelayanan kesehatan lain
yang ada diwilayah puskesmas( bidan dan posyandu)
dengan rincian pembagian tugas dan tanggung jawab
masing-masing tenaga pelaksana.
Penatalaksanaan  Kegiatan pelayanan imunisasi dilakukan dengan
prosedur yang terstandar
 Mengelola penyimpanan vaksin polio dengan benar
 Penyuluhan imunisasi kelompok untuk meningkatkan
tenaga pengelolaan
Pencatatan Pencatatan:
dan pelaporan  Hasil Cakupan Imunisasi
 Pencatatan Vaksin

 Pencatatan Suhu Lemari Es

 Pencatatan Logistik Imunisasi
Disamping vaksin,
logistik imunisasi lain seperti cold chain
Hasil pencatatan imunisasi disampaikan kepada pengelola
program masing- masing tingkat administrasi dan
dilaporkan secara berjenjang ke tingkat atasnya sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
Lingkungan Lokasi pelaksanaan program imunisasi mudah dicapai
dengan
transportasi
Umpan Balik Pencatatan dan pelaporan tahun sebelumnya digunakan
sebagai masukan dalam upaya perbaikan program
selanjutnya
Sumber: Peraturan Mentri Kesehatan RI No.42 tahun 2013 Tentang Penyelengaraan Imunisasi,
Profil Puskesmas 2014 dan Statifikasi Puskesmas Cimanggis 2011
III. 8. Alternatif Pemecehan Masalah

14
Setelah diketahui penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa alternative
pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut dibuat untuk mengatasi
penyebab masalah yang telah ditemukan. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat
dengan memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi Puskesmas.
III. 9. Prioritas Cara Pemecahan Masalah
Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih satu
cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan
prioritas cara pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua
kriteria yang lazim digunakan adalah sebagai berikut ini:
A. Efektifitas Jalan Keluar
Tetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yaitu dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 5 (paling efektif).
Prioritaskan jalan keluar adalah yang nilai efektiftasnya paling tinggi. Untuk
menentukan efektifitasnya jalan keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai
berikut :
a. Besarnya masalah yang didapat diselesaikan (magnitude)
Makin besar masalah yang didapat diatasi, makin tinggi prioritasa jalan
keluar
b. Pentingnya jalan keluar (importancy)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan penyelesaian
masalah. Makin lama masa bebas masalah, makin penting jalan keluar
tersebut.
c. Sensitivitas Jalan keluar (Vulnerability)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah.
Makin cepat masalah diatasi, makin sensitive jalan keluar tersebut.
2. Efisiensi jalan keluar (cost)
Tetapakan nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai
efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (C/Cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, maka makin
tidak efisien jalan keluar tersebut. Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap
alternatif jalan keluar dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan
C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.
III. 10. Cara evaluasi
III. 10. 1. Pengumpulan Data
15
Sumber data untuk evaluasi pelaksanaan program imunisasi dasar di Puskesmas
Cimanggis dilakukan dengan cara:
A. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator
pelaksana program imunisasi dasar Puskesmas Cimanngis Depok
B. Sumber data sekunder diperoleh dengan mempelajari dokumen Puskesmas,
yaitu, laporan bulanan imunisasi dasar di ruang lingkup Puskesmas
Cimanggis tahun 2014.
III. 10. 2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan secara manual dengan table-tabel yang sudah
dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara mekanik untuk
penghitungan
III. 10. 3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tabular. Interpretasi data
dilakukan dengan bantuan kepustakaan.
III. 10. 4. Lokasi
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Cimanggis uang terletak di kota
Depok
III. 10. 5. Waktu
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2014

16
BAB IV

PENYAJIAN DATA

IV. 1 Data Umum Puskesmas Cimanggis


IV.1.1 Kondisi Geografi
Puskesmas DTP Cimanggis terletak di wilayah Kelurahan Curug
Kecamatan Cimanggis dengan batas-batas wilayah kerja sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Mekarsari


b) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sukmajaya.
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukamaju Baru.
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukatani dan Kelurahan
Harjamukti.

Gambar 4.1 Geografi Puskesmas Cimanggis


Luas wilayah kerja UPT Puskesmas Kec. Cimanggis 350 km2 dengan tingkat
kepadatan penduduk 93/km2. Wilayah kerja meliputi 1 Kelurahan yaitu
Kelurahan Curug. Jarak dari tiap kelurahan ke fasilitas kesehatan (UPT
Puskesmas Kec. Cimanggis) cukup mudah dijangkau dengan berbagai alat
transportasi. Keadaan setiap kelurahan dapat dilihat pada table di bawah ini

17
Table 4.1
Situasi Geografi di Wilayah UPT Puskesmas Kec. Cimanggis Tahun 2014

No Kelurahan Jarak terjauh ke Rata-Rata waktu Kondisi


Puskesmas tempuh Ketergantungan

1. Curug 2, 04 15 menit Biasa

Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014


Tabel 4.2 Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kec. Cimanggis Tahun 2014

No Kelurahan Jumlah RW Jumlah Jumlah Luas Wilayah


Posyandu kader (km2)

1. Curug 11 15 87 185

Total 11 15 87 185

Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014


IV. 1.2 Kondisi Demografi
A. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Berdasarkan data Kecamatan Cimanggis pada tahun 2014 penduduk di Wilayah
Kerja Puskesmas Kec. Cimanggis berjumlah berjumlah 24. 437 jiwa. Puskesmas
Kec.Cimanggis terdapat 12.416 jiwa atau sebesar 50,8 % penduduk laki-laki dan
12.021 jiwa atau sebesar 49,2 % penduduk perempuan.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Tahun 2014
No. Golongan Umur
L P Total
1 0-4 1.205 1.215 2.420
2 5-14 2.040 2.135 4.175
3 15-44 5.616 5.415 11.031
4 45-64 3.205 3.015 6.220
5 >65 350 241 591
Total 12.416 12.021 24.437
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
Pada tahun 2014 jumlah penduduk berdasarkan struktur usia yang paling
dominan adalah kelompok usia 15-44 sejumlah 11.031 jiwa. Total penduduk di

18
wilayah Puskesmas DTP Cimanggis untuk usia produktif dari usia 15-64 tahun
yaitu 17.251 jiwa . Artinya jumlah penduduk usia produktif lebih dari setengah
jumlah penduduk di wilayah Puskesmas DTP Cimanggis dan masih mendominasi
jumlah penduduk pada umumnya. Pada tahun 2014 adalah sebesar 11.031 jiwa atau
70,6 % dari total penduduk di wilayah UPT Puskesmas Kec.Cimanggis artinya
jumlah penduduk usia produktif lebih dari setengah jumlah penduduk di wilayah
Puskesmas Kec.Cimanggis dan masih mendominasi jumlah penduduk pada
umumnya, sedangkan jumlah penduduk usia lanjut ( > 65 tahun ) tahun 2014
sebesar 591 jiwa atau 2,4 %.Berbeda dengan kelompok umum 0-14 tahun dan 15-64
tahun, pada kelompok usia 65 tahun keatas jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan, sehingga rasio jenis kelamin untuk penduduk kelompok
umur ini menunjukan angka 103 %.
B. Jumlah Penduduk Kelompok Rentan
Jumlah penduduk kelompok rentan yang ada di wilayah UPT Puskesmas
Kec. Cimanggis berdasarkan jumlah bumil, bulin, bayi, balita, anak sekolah dan
usila berjumlah 10. 233 orang atau 41 % dari keseluruhan jumlah penduduk.
Sedangkan jumlah terbanyak kelompok rentan adalah dari usila. Untuk lebih
rincinya data jumlah kelompok rentan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kelompok Rentan Di Wilayah UPT Puskesmas Kec.
Cimanggis Tahun 2014
Anak Sekolah
K Kelurahan Bumil Bulin Bayi Balita Usila
SD SMP SMA

Curug 645 616 567 2167 2600 1649 110 4 885

Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014


IV.1.3 Gambaran Umum Puskesmas DTP Cimanggis

Puskesmas DTP Cimanggis didirikan pada tahun 1968, pada waktu itu
merupakan satu-satunya Puskesmas yang ada di Kecamatan Cimanggis dan harus
melayani masyarakat dari seluruh kelurahan. Dalam perkembangannya dibeberapa
Kelurahan didirikan Puskesmas pembantu (Pustu), lalu pustu ini dikembangkan
menjadi Puskesmas induk, hingga sekarang di Kecamatan Cimanggis ada delapan
Puskesmas induk yaitu: Puskesmas Tugu, Puskesmas Pasir Gunung, Puskesmas
Harjamukti, Puskesmas Cilangkap, Puskesmas Sukatani, Puskesmas Tapos,

19
Puskesmas Jatijajar dan Puskesmas Vila Pertiwi, dengan kedudukan Puskesmas
DTP Cimanggis sebagai Puskesmas koordinator tingkat kecamatan (Korcam).
Gedung Puskesmas telah mengalami beberapa kali perbaikan. Pengembangan
yang pesat terjadi pada saat diresmikan menjadi Puskesmas DTP (Dengan Tempat
Perawatan) pada tanggal 17 April 2002 dengan kapasitas lima belas tempat tidur.
Pengembangan menjadi Puskesmas DTP ini merupakan yang pertama di Kota
Depok.
Pemugaran terakhir dilakukan pada akhir 2007. Gedung baru secara
keseluruhan dipergunakan pada April 2008 sehingga pelayanan Rawat Inap
menjadi Dua belas tempat tidur Ranap Umum delapan tempat tidur Rawat
Pemulihan Gizi Buruk ( TFC ) dan enam tempat tidur Rumah Bersalin. Lokasi
Puskesmas DTP Cimanggis berada di jalur strategis, yaitu di jalan raya Jakarta –
Bogor Km. 33 dan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan umum sehingga sangat
mudah dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan. Wilayah kerjanya meliputi
tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Curug, Cisalak Pasar dan Mekar Sari dengan
jumlah penduduk binaan 41.512 jiwa. Membina 30 posyandu yang tersebar secara
merata di setiap RW. Sejak Juni 2008 Wilayah kerja Puskesmas DTP Cimanggis
berkurang yaitu menjadi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Curug dan Kelurahan
Cisalak Pasar sebab dengan dibangunnya Puskesmas baru di Wilayah Kelurahan
Mekarsari. UPT Puskesmas Kec.Cimanggis saat ini telah melaksanakan pelayanan
24 jam, pelayanan gawat darurat dan rawat inap dengan 6 tempat tidur, serta
pelayanan persalinan dan poned dengan 6 tempat tidur. Rencana kedepan UPT
Puskesmas Kec.Cimanggis akan menambah 6 tempat tidur di ruang rawat inap
menjadi 12 tempat tidur untuk perawatan umum dan pada tanggal 1 Desember
2013 telah dibuka Puskesmas Cisalak Pasar yang berada diwilayah kerja UPT
Puskesmas Kec.Cimanggis, sudah melaksanakan pelayanan mandiri.
IV.1.4 Organisasi dan Tata Kerja
Saat ini struktur organisasi puskesmas mengacu pada SOTK (Struktur
Organisasi dan Tata Kerja) sesuai dengan buku pedoman kerja puskesmas dari
Depkes, karena sejauh ini belum ada SOTK baru yang diterbitkan oleh Dinkes.
Sampai saat ini struktur yang ada dianggap sudah mampu untuk menjalankan
tugas pokok puskesmas secara baik, namun untuk kedepan perlu ada
pengembangan lebih lanjut mengingat ada beberapa kegiatan yang belum
terakomodasi, seperti kegiatan pemasaran dan fungsi supervisi. Begitu pula dalam
20
pelaksanaan manajemen di puskesmas, saat ini masih belum berjalan sebagaimana
mestinya.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Puskesmas DTP Cimanggis saat ini
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor : 128/MENKES/SK/II/2004, sebagai acuan yang dipergunakan pola
struktur organisasi Puskesmas, terdiri dari :
a. Kepala Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan :
i. Data dan Informasi
ii. Perencanaan dan Penilaian
iii. Keuangan
iv. Umum dan Kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas yaitu :
i. Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
ii. Upaya Kesehatan Perorangan
iii. Upaya Kesehatan Wajib terdiri dari ;
1) Promosi Kesehatan
a) Di dalam gedung
b) Di luar gedung
2) Kesehatan Lingkungan
a) Penyehatan air
b) Sanitasi dan makanan minuman
c) Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban
d) Pengawasan sanitasi dan tempat tempat umum
e) Pengawasan tempat pengelolaan Feftisida
f) Pengendalian vektor
3) KIA dan KB
a) Kesehatan ibu
b) Kesehatan Bayi
c) Upaya kesehatan balita dan anak pra sekolah
d) Upaya kesehatan anak usia sekolah dan remaja
e) Pelayanan KB
4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
21
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a) TB Paru
b) Imunisasi
c) Diare
d) Ispa
e) DBD
6) Upaya pengobatan
a) Pengobatan
b) Laboratorium
7) Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Puskesmas dan Rawat Inap
b) Upaya kesehatan USILA
c) Upaya kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan
d) Upaya Kesehatan telinga/ Pencegahan gangguan pendengaran
e) Kesehatan jiwa
f) Kesehatan Olah Raga
g) Penangguhan dan Penanggulanan Penyakit Gigi
h) Perawatan Kesehata Masyarakat
i) Bina kesehatan Tradisional
j) Bina Kesehatan kerja
8) Jaringan Pelayanan Puskesmas yaitu :
a) Unit Puskesmas Pembantu
b) Unit Bidan di Desa / Komunitas
IV.1.5 Sumber Daya Kesehatan
a. Sumber Daya Manusia (Ketenagaan)
Tabel menggambarkan tentang keadaan tenaga di Puskesmas DTP Cimanggis
berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2009 yaitu:
Tabel 4.5 Keadaan Tenaga di Puskesmas DTP Cimanggis Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2011
No Jenjang Pendidikan Jumlah Keterangan
1 Medis
1 Kepala Puskesmas, 4
- Dokter Umum 9
swakelola
- Dokter Gigi 1
2 Keperawatan
D3 Keperawatan 20 10 PNS, 10 swakelola
22
D3 Kebidanan 16 8 PNS, 8 swakelola
D3 Kesehatan Gigi 2
3 Kefarmasian
- Apoteker 1
- SMF/SAA 3
4 Kesehatan Masyarakat
S1 Kesehatan Masyarakat 3
Sanitarian 3
Gizi 2
1
MPRS
Fisioterapi 1
5 Analis Lab 4
6 Tenaga Non Kesehatan 18
Jumlah Seluruhnya 80
Tenaga Kesehatan 62
Tenaga Non Kesehatan 18
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
Semua tenaga di UPT Puskesmas Kec. Cimanggis sebagian besar adalah
tenaga berlatar belakang kesehatan 77 % sedangkan tenaga yang berlatar belakang non
kesehatan hanya 23 %. Seluruh pegawai yang ada melakukan pelayanan di bagian
rawat jalan, rawat inap, KIA/RB.
b. Sarana Kesehatan dan Prasarana Penunjang.
Puskesmas DTP Cimanggis terdiri dari 3 ( tiga ) buah bangunan. Bangunan
gedung Puskesmas dibangun tahun 1968 dan telah mengalami beberapa kali
perbaikan, terahir pada tahun 2007. Keadaan ruangan terdiri dari :
i. Bangunan Utama ( dibangun tahun 2007 ) terdiri dari :
Lantai I
a. Ruang Pendaftaran 1 Km khusus, 2 Km Umum
b. Ruang UGD
c. Ruang Poli Umum
d. Ruang Isolasi
e. Ruang Obat
f. Ruang Ranap 6 tempat tidur 2 Km
g. Ruang Ranap 3 tempat tidur 1 Km
h. Ruang Perawat dan Dapur 1 Km
Lantai II
a. Ruang Administrasi TU
b. Ruang Kepala Puskesmas 1 Km

23
c. Ruang Staf Meeting, dapur kering dan 1 Km
d. Ruang Poli Anak
e. Ruang Gizi
f. Ruang Sekretariat Siaga
g. Ruang Isolasi
h. Aula 2Km Umum
ii. Bangunan RB (dibangun tahun 2001) terdiri dari :
a. 2 Ruang Tindakan Persalinan dan KIA
b. Ruang Rawat A 3 Tempat tidur 1 Km
c. Ruang Rawat B 3 Tempat tidur 1 Km
d. Ruang Jaga Bidan 2 Tempat tidur
e. Ruang Isolasi 1 Tempat tidur
f. Ruang Arsip dan Dapur 1 Km
iii. Bangunan Kedua ( dibangun tahun 2006 ) terdiri dari :
Lantai I.
a. Ruang TB. Paru
b. Ruang Poli Gigi
c. Ruang Bermain Anak TFC
d. Ruang Laboratorium 1 Km
e. Ruang Ranap TFC/ Pemulihan Gizi Buruk 8 Tempat tidur 2 Km
f. Ruang Perawat, Dapur 1 Km
Lantai II
a. Ruang Aula 1
b. Ruang Arsip, 1 Km
c. Ruang Administrasi, 1 Km
d. Ruang Aula 2
iv. Kendaraan
Tabel 4.6 Kendaraan roda empat di Puskesmas Cimanggis
No Jenis Barang Keadaan saat ini Keterangan
1 Ambulance Toyota F.420 F Rusak berat Diusulkan
Tahun 1986 penghapusan.
2. Ambulance Toyota Dyna B1268 Rusak Diusulkan
3 UQ Tahun 2003 Rusak penghapusan
4. Ambulance Siaga Suzuki B 1191 Diusulkan
UQ Tahun 2007 Baik service
Ambulance Operasional Baru
24
Puskesmas APV tahun 2014 B
1013 ZHX
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014

Tabel 4.7 Kendaraan roda dua di Puskesmas Cimanggis


No Jenis Barang Keadaan saat Keterangan
ini
1. Sepeda Motor Yamaha YT 115 Rusak berat Diusulkan
F 26884 F Tahun 1986 penghapusan
2. Sepeda Motor Yamaha RX K135 Baik -
B 3862 UQ Tahun 2006
3. Sepeda Motor Suzuki EN 125 Baik -
4. B 3895 UQ Tahun 2006 Baik
Sepeda motor honda Beat
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
v. Tanah
Puskesmas DTP Cimanggis dibangaun diatas tanah Bekas Tanah Negara yang
terletak di Jalan Raya Bogor KM 33 Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Kota
Depok seluas 1.919 M2 dengan Status Tanah Hak Pakai Sertifikat No. 00006 Tanggal
14 Februari 2002
Adapun jumlah sarana penunjang kesehatan di lingkungan Puskesmas DTP
Cimanggis baik yang didirikan oleh pemerintah daerah maupun yang dimiliki oleh
pihak swasta dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Sarana Kesehatan di Wilayah Puskesmas DTP Cimanggis Tahun
2014
No SARANA JUMLAH
1. Puskesmas 1
2. RSU Swasta -
3. BP Swasta 26
4. RB Swasta 5
5. Dokter Gigi 12
6. Dokter Praktek Swasta 32
7. Bidan Praktek Swasta 25
8. Apotik 6
9. Laboratorium 4
10. Klinik 24 jam 3
11. Optik 6
12. Pengobat Tradisional 6
13. Toko Obat 15
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014

25
Bagan 4.1 Struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cimanggis tahun 2014

Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014

26
IV. 2 Data Khusus
Tabel 4.9 Target pencapaian Imunisasi dasar sepanjang 2014 di Puskesmas Cimanggis

Tolok Ukur
No Variabel Indikator
Keberhasilan
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Hb 0 pada
1 80%
imunisasi Hb0 bayi 91,85 %
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi BCG pada
2 98%
imunisasi BCG bayi 98,24%
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Combo 1
3 98%
imunisasi DPT HB Hib 1 pada bayi 91,37%
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Combo II
4 imunisasi DPT HB Hib 2 pada bayi 91,53 % 95%

Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Combo III


5 90%
imunisasi DPT HB Hib 3 pada bayi 91,37 %
6 Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Polio I pada
98%
imunisasi Polio 1 bayi 91,45 %
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Polio II pada
7 95%
imunisasi Polio 2 bayi 91,53 %
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Polio III
8 93%
imunisasi Polio 3 pada bayi 91,45 %
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Polio IV
9 90%
imunisasi Polio 4 pada bayi 91,61 %
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Campak
10 95%
imunisasi Campak pada bayi 91,53 %
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
Tabel 4.10 Presentase Hasil Cakupan imunisasi bayi Puskesmas Cimanggis Periode
Januari- Desember 2014
No Jenis Imunisasi Target UCI
1 Hb0 80% 100%
2 BCG 98% 100%
3 DPT HB Hib 1 98% 100%
4 DPT HB Hib 2 95%
5 DPT HB Hib 3 90% 100%
6 Polio 1 98% 100%
7 Polio 2 95%
8 Polio 3 93%
9 Polio 4 90% 100%
10 Campak 95% 100%
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014

27
BAB V
EVALUASI DAN PEMBAHASAN

V.1 Identifikasi Masalah


Masalah adalah selisih antara haraoan dan kenyataan, dikaitkan dengan
keterkaitan dengan pihak yang bersangkutan. Sedangkan masalah menurut
pendekatan system adalah kesenjangan antara tolak ukur dengan hasil pencapaian,
pada unsur keluaran atau output.
Tabel 5.1 Tabel Keluaran Hasil Imunisasi pada bayi Januari-Desember pada bayi di
Puskesmas Cimanggis periode Januari- Desember 2010
Tolak Ukur Pencapaian Puskesmas Masalah
Cakupan imunisasi Hb 0 pada jumlah Bayi yang di Imunisasi Hb0
bayi 80 % × 100%
total bayi periode jan − des 2014 (-)
1149/1251x100%= 91,8 %
Cakupan imunisasi BCG pada jumlah Bayi yang di Imunisasi BGC
bayi 98% × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (-)
1229/1251x100%= 98,24 %
Cakupan imunisasi Combo 1 jumlah Bayi yang di Imunisasi Combo 1
pada bayi 98% total bayi periode jan − des 2014 (+)
× 100%
1143/1251x100% = 91,3 %
Cakupan imunisasi Combo II jumlah Bayi yang di Imunisasi Combo 2
pada bayi 95 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (+)
1145/1251x100% =91,5 %
Cakupan imunisasi Combo III jumlah Bayi yang di Imunisasi Combo 3
pada bayi 90 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (-)
1143/1251x100%= 91,3 %
Cakupan imunisasi Polio I jumlah Bayi yang di Imunisasi Polio I
pada bayi 98 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (+)
1144/1251x100%= 91,4 %
Cakupan imunisasi Polio II jumlah Bayi yang di Imunisasi Polio 2
pada bayi 95 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (+)
1145/1251x100%= 91,53 %
Cakupan imunisasi Polio III jumlah Bayi yang di Imunisasi Polio 3
pada bayi 93 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (+)
1144/1251x100%= 91,4 %
Cakupan imunisasi Polio IV Jumlah Bayi yang di Imunisasi Polio 4
pada bayi 90 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (-)
1146/1251x100%= 91,6 %

28
Cakupan imunisasi Campak jumlah Bayi yang di Imunisasi Campak
pada bayi 90 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (-)
1145/1251x100%= 91,52 %
Keterangan : (+)= Masalah, (-)= Bukan Masalah
Pada indentifikasi masalah dari program imunisasi dasar terdapat beberapa
masalah yang ditemukan dalam program pemberian imunisasi dasar di Puskesmas
Cimanggis periode Januari- Desember 2014, yaitu cakupan imunisasi Combo 1,
Combo 2, Polio 1,2, dan 3.
V.2 Pemilihan Prioritas Masalah
Tabel 5.2 Prioritas Masalah
Daftar masalah Importance T R Jumlah
P S RI DU SB PB PC (I xTxR)
Cakupan Imunisasi Combo 1 5 3 3 1 4 5 2 2 2 92
Cakupan Imunisasi Combo 2 3 3 3 1 4 5 2 2 2 84
Cakupan Imunisasi Polio 1 5 4 4 1 5 4 2 2 2 100
Cakupan Imunisasi Polio 2 2 4 4 1 5 4 2 2 2 88
Cakupan Imunisasi Polio 3 1 4 4 1 5 4 2 2 2 84

Diberikan nilai 1(tidak penting) sampai 5 (sangat penting). Masalah yang


dipilih sebgaia prioritas adalah yang memiliki nilai IXRXT tertinggi.
Pada besarnya masalah Prevalence/ P, diberi nilai 1 pada angka cakupan polio
3, karena dari hasil olahan data yang didapatkan untuk menentukan besarnya
masalah, selisih presentase antara target dan pencapaian imunisasi menempati urutan
ke lima dengan nilai 1,6 %. Cakupan imunisasi Polio 2 diberi nilai 2 karena selisih
presentase atara target dan pencapaian imunisasi menempati urutan ke empat dengan
nilai 3,47 %. Cakupan imunisasi Combo 2 diberi nilai 3 karena selisih presentase
atara target dan pencapaian imunisasi menempati urutan ke tiga dengan nilai 3,5 %.
Cakupan imunisasi Polio 1 dan Combo 1 diberi nilai 5 karena selisih presentase
antara target dan pencapaian imunisasi menempati selisih yang berdekatan dengan
nilai 6,6 % dan nilai 6,7 %.
Pada Severity/ S, dinilai dari tingkat kegawatan masalah akan timbulnya
morbiditas dan mortalitas apabila tidak dilaksanakan imunisasi. Nilai 3 diberikan
untuk cakupan imunisasi combo 1 dan 2 yaitu untuk penyakit Difteri, Pertussis,
Tetanus serta Hepatitis B sedangkan untuk cakupan imunisasi polio 1,2, dan 3 diberi
nilai 4 dilihat dari efek terhadap tingkat morbiditas dan mortalitas yang akan
ditimbulkan apabila imunisasi tersebut tidak dilaksanakan.

29
Pada kenaikan besarnya masalah Rate of Increase/ RI di berikan nilai 4 pada
Polio 1,2, dan 3 karena apabila tidak dilakukan imunisasi Polio 1,2, dan 3 masalah
akan timbul, seperti angka morbiditas yang mengakibatkan menurunnya potensi
sumber daya manusia di masa depan. Sedangkan pada cakupan imunisasi combo 1
dan 2 diberi nilai 3 karena kenaikan besarnya masalah yang dihasilkan tidak sebesar
polio 1,2, dan 3.
Pada derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi, Degree of Unmeet
Need/DU diberikan nilai 1 pada semua imunisasi karena stok vaksin selama 2014
terpenuhi.
Pada butir keuntungan social karena selesainya masalah Social Benefit/SB
diberikan nilai 5 untuk polio 1,2 dan 3 karena apabila masalah tersebut teratasi, maka
sumber daya manusia yang akan dating tidak mengalami morbiditas yang akan
mengakibatkan disfungsi untuk menjalani aktivitasnya. Nilai cakupan imunisasi
combo 1 dan 2 diberi nilai 4 karena mempunyai masalah yang lebih rendah dari
imunisasi polio.
Pada Keprihatian publik Public Concern/PB, diberikan nilai 5 pada combo 1,
dan 2 dilihat dari sikap dan animo masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
timbul apabila tidak diberikan imunisasi sedangkan 3 diberikan pada polio 1,2 dan 4.
Pada poin suasana politik Political Climate/PC diberikan skor 2 karena stok
vaksin dari propinsi selalu terpenuhi dan tidak ada masalah.
Kelayakan teknologi, Technical Feasibility/ TF yang tersedia untuk
penyelesaian masalah, di berikan nilai 2 pada setiap masalah karena setap point
memiliki kelayakan teknologi yang sama.
Padas sumber daya yang tersedia, Resources Availbility/ R diberikan skor 2
setiap masalah karena setiap masalah karena sumber daya tersedia pada setiap
pelaksanaan imunisasi adalah sumber daya yang sama.
Hasil perhitungan matriks didapatkan nilai masalah tertinggi terdapat pada
polio 1 dengan nilai100.
V.3 Kerangka Konsep Masalah
Pendekatan sistem digunakan untuk mengetahui penyebab masalah
rendahnya angka cakupan imunisasi polio 1 pada balita Puskesmas Kecamatan
Cimanggis merupakan keluaran (output) yang tidak sesuai dengan target.
Pendekatan sistem juga digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga

30
harus dilihat kemungkinan adanya keadaan yang berkesinambungan dan dapat
saling mempengaruhi.
Untuk mempermudah mengidentifikasi penyebab masalah maka diperlukan
kerangka konsep sebagai alur piker penyebab masalah dengan pendekatan sistem
sebagai berikut:

Cakupan imunisasi Polio


belum terpenuhi

Sarana Non-
medis

Pencatatan pelaksanaan
dan Metode Non-
pelaporan medis

Metode
pengorganisasi medis
an Dana

perencanaan tenaga

proses
Sarana masuk
Medis an

Data hasil
kegiatan
Transportasi

Umpan Lingkungan
balik

31
Gambar 5.1 Kerangka konsep cakupan imunisasi

V.4 Identifikasi Penyebab Masalah


Berdasarkan kerangka konsep dari masalah di atas, ditentukan beberapa
penyebab masalah, yaitu unsur input, proses, umpan balik dan lingkungan.
Identifikasi tersebut dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 5.3 Identifikasi penyebab masalah dari semua unsur system
Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah
1. Masukan
a. Tenaga 1orang koordinator imunisasi dan Terdapat 1 orang bidan yang (-)
surveilans KIPI bertanggung jawab penuh sekaligus
1 atau lebih pelaksana imunisasi sebagai petugas kordinator dan 2
(vaksinator) bidan sebagai pelaksana dan
1orang petugas pengelola vaksin pengelola vaksin
b. Dana tingkat kabupaten/kota bersumber dari Didapat dari APBN dan APBD dengan (-)
APBN (tugas perbantuan) dan APBD jumlah yang cukup dan lancar
kabupaten/kota berupa DAU (Dana
Alokasi Umum) dan DAK (Dana
Alokasi Khusus).
c. Sarana medis Set Imunisasi: Set Imunisasi, Bahan habis pakai (-)
 Vaksin Carrier 1 buah dan pelengkapan tersedia dalam
 Vaccine Refigerator 1 buah jumlah cukup
Bahan Habis Pakai:
 Alat suntik 1 ml dan 3 ml
 Alkohol Swab
 Vaksin
Pelengkapan:
 Kotak penyimpan jarum bekas
 Tas kanvas tempat kit
d. Sarana non Terdapat kartu pecatatan pemberian  Terdapat kartu pecatatan pemberian (-)
medis imunisasi, ruangan tunggu, periksa dan imunisasi
tempat tidur, status, buku pencatatn,  Ruangan tunggu, periksa dan tempat
kertas resep dan leaflet, transportasi tidur, status, buku pencatatan, kertas
untuk distribusi vaksin. resep dan leaflet yang berfungsi
untuk penunjang pemberian
imunisasi serta penyuluhan ibu.
 Transportasi untuk distribusi vaksin
ada 2 sepeda motor dan 1 mobil
ambulan
e. Metode Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh Pemeberian vaksin di lakukan oleh (+)
medis dokter dan dokter spesialis atau bidan bidan
Pemberian imunisasi harus dilakukan Keamanan dan pencatatn selalu
berdasarkan standar pelayanan, standar dilakukan namun pemberian vaksin
prosedur operasional dan standar kadang tidak sesuai jadwal karena
profesi sesuai ketentuan peraturan masih ada pasien yang datang tidak
perundang-undangan. sesuai jadwal

32
 Memperhatikan keamanan vaksin
dan penyuntikan
 Melakukan imunisasi sesuai jadwal
dengan penyuntikan yang benar
 Pencatatan pelayanan imunisasi
dilakukan di buku pencatatan
imunisasi, rekam medis, dan/atau
kohort.
Metode non medis Pelaksana pelayanan imunisasi Metode penyuluhan perorangan selalu (-)
harus memberikan informasi diberikan sebagai konseling
lengkap tentang imunisasi meliputi
vaksin, cara pemberian, manfaat
dan kemungkinan terjadinya KIPI.
2 Proses
perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan yang Terdapat perencanaan kegiatan (-)
sangat penting sehingga harus pelayanan imunisasi yang sesuai
dilakukan secara benar oleh petugas
yang profesional.
 Penentuan Sasaran
 Perencanaan Kebutuhan Logistik
 PerencanaanVaksin
 Perencanaan Auto Disable
Syringe
 Perencanaan Safety Box
 Perencanaan Kebutuhan
Peralatan Cold Chain
 Perencanaan Pendanaan
pengorganisasian  Ada struktur organisasi yang jelas  Ada struktur organisasi yang jelas (-)
dan tertulis beserta dengan tugas dan tertulis beserta dengan tugas
masing-masing bagian, yang masing-masing bagian, yang
dipimpin oleh kepala puskesmas. dipimpin oleh kepala puskesmas.
 Koordinasi yang jelas antara  Koordinasi yang jelas antara
pelayanan kesehatan lain yang ada pelayanan kesehatan lain yang ada
diwilayah puskesmas( bidan dan diwilayah puskesmas( bidan dan
posyandu) dengan rincian posyandu) dengan rincian
pembagian tugas dan tanggung pembagian tugas dan tanggung
jawab masing-masing tenaga jawab masing-masing tenaga
pelaksana. pelaksana.
Penatalaksanaan  Kegiatan pelayanan imunisasi  Kegiatan pelayanan imunisasi (+)
dilakukan dengan prosedur yang dilakukan dengan benar
terstandar  Mengelola penyimpanan vaksin
 Mengelola penyimpanan vaksin polio dengan benar
polio dengan benar  Penyuluhan kesehatan imunisasi
 Penyuluhan imunisasi kelompok belum dilakukan sempurna
untuk meningkatkan tenaga
pengelolaan
Pencatatan dan Pencatatan:  Adanya pencatatan dan pelaporan (-)
pelaporan  Hasil Cakupan Imunisasi yang teratur dan sistematis dalam
 Pencatatan Vaksin
 periode waktu tertentu di wilayah
 Pencatatan Suhu Lemari Es
 puskesmas.
 Pencatatan Logistik
Imunisasi
Disamping vaksin,
logistik imunisasi lain seperti cold
chain
Hasil pencatatan imunisasi
disampaikan kepada pengelola
program masing- masing tingkat
administrasi dan dilaporkan secara

33
berjenjang ke tingkat atasnya sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
3 Lingkungan
Lokasi pelaksanaan program Jarak terjauh dari puskesmas 2, 04
Imunisasi mudah dicapai dengan km dan jarak tempuh 15 menit (-)
Transportasi

4 Umpan Balik Pencatatan dan pelaporan tahun Terdapat pencatatan dan pelaporan (-)
sebelumnya digunakan sebagai tahun sebelumnya digunakan sebagai
masukan dalam upaya perbaikan masukan dalam upaya perbaikan
program selanjutnya program selanjutnya

Keterangan: (+)=Penyebab masalah, (-)=Bukan penyebab masalah


Berdasarkan table 5.3 ditetapkan penyebab masalah belum optimalnya program
imunisasi di Puskesmas Cimanggis periode Januari- Desember 2014 adalah:
1. Metode Medis : Pemberian vaksin kadang tidak sesuai jadwal karena masih ada
pasien yang datang tidak sesuai jadwal
2. Pelaksanaan: Penyuluhan perkelompok tidak ada jadwal rutin
V.5 Prioritas Penyebab Masalah
Berdasarkan penyajian data di atas, ditemukan beberapa penyebab dari
masalah yang terjadi. Namun penyebab masalah yang timbul tidak dapat
diselesaikan semuanya secara langsung karena mungkin ada masalah yang saling
berkaitan dan karena adanya keterbatasan kemampuan dalam menyelesaikan semua
masalah. Karena itu harus ditentukan prioritas penyebab masalah dan mencari
alternatif penyelesaian masalah yang telah diprioritaskan. Penetapan prioritas
masalah dilakukan dengan menggunakan teknik kriteria matriks.
Tabel 5.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah
No Masalah Penentu Prioritas Total
Penyebab CxTxR
C T R
1 Pemberian vaksin kadang tidak 4 4 4 64
sesuai jadwal karena masih ada
pasien yang datang tidak sesuai
jadwal
2 Penyuluhan perkelompok tidak ada 5 4 5 100
jadwal rutin
Pada poin Contribution/C kurangnya penyuluhan kepada masyarakat diberikan
skor lebih tinggi karena tenaga medis sangat paham dalam penyuluhan imunisasi polio.
Kesadaran dari orang tua juga penting dalam cakupan polio karena pengetahuan orang
tua yang kurang akan membuat orang tua membawa anaknya ke puskesmas dalam
memberikan imunisasi tidak tepat waktu oleh sebab itu penyuluhan kepada warga lah

34
yang mendapatkan skor tertinggi karena dari penyuluhan pengetahuan serta kesadaran
pun muncul dari orang tua.
Pada poin Technical Feasibility/T diberikan masing-masing skor 3 pada semua
poin dikarenakan timbulnya masalah yang terjadi kemungkinan disebabkan struktur
perencanaan teknis program yang belum berjalan dengan baik.
Pada Resources/R diberikan skor yang besar pada semuanya karena sumber
daya yang ada mempunyai pengaruh besar terhadap timbulnya masalah. Namun tetap
lebih berpengaruh pada poin 2 karena yang berperan adalah tenaga medis langsung.
Penentuan prioritas masalah lebih pada penyuluhan kelompok yang tidak rutin.
V. 6. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan Penetapan prioritas penyebab masalah, didapatkan alternatif
pemecahan masalah:
1. Penyuluhan langsung kepada masyarakat agar mereka tahu tentang imunisasi
polio dan dampak jika tidak diberikan imunisasi
2. Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar
penyuluhan kemasyarakat lebih efektif
A. Penyuluhan langsung kepada masyarakat secara kelompok
Latar Belakang
Pelaksanaan program imunisasi dasar di puskesmas cimanggis antara Januari
2014- Desember 2014 yang tidak mencapai target, sehingga diperlukannya suatu upaya
untuk peningkatan angka cakupan imunisasi dengan memberikan Penyuluhan langsung
kepada masyarakat secara berkelompok agar mereka tahu tentang imunisasi polio dan
dampak jika tidak diberikan imunisasi
Tujuan
Meningkatkan keinginan masyarakat untuk melakukan imunisasi
Sasaran
Para ibu yang memiliki bayi dengan jadwal imunisasi wajib
Bentuk Kegiatan
a. Penyuluhan mengenai pelaksaan program imunisasi serta memberikan edukasi
mengenai manfaat, efek samping dan pentingnya imunisasi yang tepat jadwal
b. Melakukan konseling penyebab anak tidak diimunisai
c. Dilakukan rutin setiap 3 bulan
Indikator Keberhasilan
Peningkatan Angka cakupan imunisasi

35
Rinciaan Pengeluaran
Jasa Tenaga Pengajar (Dokter) Rp. 250.000
Fotokopi lefleat 100 Rp. 50.000
Pembuatan poster 10 x Rp. 10.000 Rp. 100.000
Konsumsi @100 Rp. 1.000.000
Biaya tak terduga Rp. 100.000
Total Rp 1,500.000
B. Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader
Latar Belakang
Pelaksanaan program imunisasi dasar di puskesmas cimanggis antara Januari
2014- Desember 2014 yang tidak mencapai target, sehingga diperlukannya suatu upaya
untuk peningkatan angka cakupan imunisasi dengan memberikan penyuluhan serta
pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar penyuluhan kemasyarakat
lebih efektif.
Tujuan
a. Mempersiapkan kader berkualitas untuk meningkatkan angka cakupan
Puskesmas Kecamatan Cimanggis.
b. Melakukan pembinaan kader yang berkelanjutan.
c. Meningkatkan jumlah penjadwalan penyuluhan dari kader kepada masyarakat.
Sasaran
Kader Puskesmas Kecamatan Cimanggis.
Bentuk Kegiatan
a. Penyuluhan mengenai pelaksaan program imunisasi pada kader-kader serta
memberikan edukasi mengenai manfaat, efek samping dan pentingnya imunisasi
yang tepat jadwal
b. Pelatihan dilakukan secara berkala tiap 6 bulan. Setiap kali pelatihan dilakukan
evaluasi
Indikator Keberhasilan
Peningkatan Angka cakupan imunisasi
Rinciaan Pengeluaran
Jasa Tenaga Pengajar (Dokter) Rp. 250.000
Fotokopi lefleat 100 Rp. 50.000
Konsumsi @50 Rp. 500.000
Biaya tak terduga Rp. 100.000
36
Total Rp. 900.000

V.7 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih satu
cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Menghitung
nilai priorits (P) untuk setiap alternatif jalan keluar dengan membagi hasil perkalian
nilai M x I x V dengan C. jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan
keluar terpilih.
No Daftar alternatif jalan keluar Efktifitas efisiensi Jumlah
M I V C 𝑴×𝑰×𝑽
𝑪
1. Penyuluhan langsung kepada masyarakat agar 4 4 3 3 16
mereka tahu tentang imunisasi polio dan dampak
jika tidak diberikan imunisasi
2. Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader 5 4 4 2 40
mengenai imunisasi agar penyuluhan
kemasyarakat lebih efektif
Dari sisi Magnitude untuk poin 2 diberikan nilai 5 karena hal ini lebih mudah
dilakukan. Jumlah tenaga yang sudah mencukupi lebih baik di maksimalkan
fungsinya. Mungkin dengan system pembagian tugas untuk setiap penyuluhan. Jadi
semua dapat merasakan melakukan dan memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan penyuluhan.
Importancy (I) atau pentingnya jalan keluar pada poin 1 dan 2 diberikan nilai
4 karena denag pemanfaatan sumber daya manusia yang ada sangat penting dalam
terwujudnya penyuluhan. Untuk poin 3 diberikan nilai 3 karena penggunaan media
yang benar dan sesuai sangat penting dengan keadaan lingkungan.
Vulnerability (V) sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar
mengatasi masalah. Makin cepat masalah diatasi, makin sensitive jalan keluar
tersebut. Pada poin 2 diberikan nilai 4 karena pemanfaatan tenaga medis yang ada
di KIA akan lebih mudah mencapai kader-kadernya.
Untuk efisiensi jalan keluar (C), poin 2 diberikan nilai 2 karena dari segi
pendanaan akan lebih sedikit dibandingkan harus melakukan poin 1. Untuk poin 3

37
diberikan nilai 4 karena pengadaan media yang baik dan disesuaikan dengan
lingkungan akan membutuhkan dana yang lumayan tidak sedikit.
Berdasarkan uraian pada tabel diatas, maka diperoleh alternatif pemecahan
masalah dengan nilai P tertinggi, yaitu penyuluhan serta pelatihan kepada kader -
kader mengenai imunisasi agar penyuluhan kemasyarakat lebih efektif.

V.8 Proposal Penyelesaian Masalah


Latar Belakang
UCI (Universal Child Immunization) adalah suatu keadaan tercapainya
imuisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun) dan
pemerintah berkomitmen untuk mencapai target 100 % desa mencapai UCI pada
tahun 2014.
Pelaksanaan program imunisasi dasar di puskesmas cimanggis antara Januari
2014- Desember 2014 yang tidak mencapai target, sehingga diperlukannya suatu
upaya untuk peningkatan angka cakupan imunisasi dengan memberikan
penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar
penyuluhan kemasyarakat lebih efektif.
Tujuan
Tujuan umum
Meningkatkan keberhasilan cakupan program imunisasi di Puskesmas Kecamatan
Cimanggis.
Tujuan khusus
d. Mempersiapkan kader berkualitas untuk meningkatkan angka cakupan
Puskesmas Kecamatan Cimanggis.
e. Melakukan pembinaan kader yang berkelanjutan.
f. Meningkatkan jumlah penjadwalan penyuluhan dari kader kepada
masyarakat.
Pelaksana
a. Ketua Pelaksana: Koordinator program imunisasi puskesmas Cimanggis
b. Pelaksana kegiatan : Tim imunisasi dan promosi kesehatan di Puskesmas
Cimanggis
Sasaran
Kader Puskesmas Kecamatan Cimanggis.
Bentuk kegiatan
38
a. Penyuluhan mengenai pelaksaan program imunisasi pada kader-kader serta
memberikan edukasi mengenai manfaat, efek samping dan pentingnya
imunisasi yang tepat jadwal
b. Pelatihan dilakukan secara berkala tiap 6 bulan. Setiap kali pelatihan
dilakukan evaluasi

Waktu dan Tempat


Puskesmas Kecamatan Cimanggis yang dijadwalkan paling tidak 2 kali setahun.
Alat dan bahan
a. Ruang pertemuan
b. Notebook
c. Proyektor LCD
d. Leaflet
Anggaran dana
Jasa Tenaga Pengajar (Dokter) Rp. 250.000
Fotokopi lefleat 100 Rp. 50.000
Konsumsi @50 Rp. 500.000
Biaya tak terduga Rp. 100.000
Total Rp. 900.000

39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dari pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas
Kecamatan Cimanggis periode Januari-Desember tahun 2014 di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Masalah dalam pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas Cimanggis tahun
2014, adalah angka cakupan imunisasi polio 1 yang belum mencapai target
2. Penyebab masalahnya ada beberapa, yaitu:
 Metode Medis : Pemberian vaksin kadang tidak sesuai jadwal karena masih
ada pasien yang datang tidak sesuai jadwal
 Pelaksanaan: Penyuluhan perkelompok tidak ada jadwal rutin
Prioritas penyebab masalah adalah penyuluhan perkelompok tidak ada jadwal
rutin.
3. Alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program imunisasi, yaitu:
 Penyuluhan langsung kepada masyarakat agar mereka tahu tentang
imunisasi polio dan dampak jika tidak diberikan imunisasi
 Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar
penyuluhan kemasyarakat lebih efektif
 Pemecahan masalah yang terpilih adalah Penyuluhan serta pelatihan
kepada kader - kader mengenai imunisasi agar penyuluhan kemasyarakat
lebih efektif
VI.2 Saran
 Perlunya pembagian tugas dan pengorganisasian yang sesuai dengan
kualitas dan kuantitas tanggung jawab yang diberikan

40
 Diperlukan pemantauan dan evaluasi berkesinambungan terhadap
pelaksanaan program ini.

DAFTAR PUSTAKA

Satgas Imunisasi IDAI.2000. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Vol. 2, No. 1.


Jakarta:Sari Pediatri
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Penyelengaraan Imunisasi di
akses dari www.pppl.depkes.go.id pada tahun 2005
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Gerakan Akselarasi Imunisasi Nasional di
akses dari www.pppl.depkes.go.id pada tahun 2010
Mentri Kesehatan Republik Indonesia. Penyelengaraan Imunisasi di akses dari
www.pppl.depkes.go.id pada tahun 2013Met
Modul materi dasar 2, 2006. P3DI Imunologi dan Vaksin Program Imunisasi.
Dalam : Pelatihan Tenaga Pelaksana Imunisasi Puskesmas. Edisi pertama.
Jakarta: Kerjasama Direktorat Jendral PP & PL dan Departemen Kesehatan
RI.
Natalia, Probandari. Handayani, Selfi. Laksono, Nugroho. .2013. Keterampilan
Imunisasi. FK-UNS
Pelayanan imunisasi. 2008. Dalam: Pelatihan imunisasi dasar bagi pelaksanaan
imunisasi / bidan. Edisi pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI..
Riskerdas. 2013. Riset Kesehatan dasar. Dapat diakses dari
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesda
s2013.PDF
Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik . 2008. Kota depok Dalam
Anggka. Kota Depok: BPS
Staf UPF Puskesmas.2014. Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014.Kota Depok:
Puskesmas Cimanggis

41
42

Anda mungkin juga menyukai