PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit infeksi tertentu. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang
selanjutnya disingkat KIPI adalah kejadian medik yang berhubungan dengan
imunisasi baik berupa efek vaksin ataupun efek simpang, toksisitas, reaksi
sensitifitas, efek farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi
suntikan atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan (Mentri Kesehatan
Republik Indonesia,2005)
Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi
imunisasi wajib dan imunisasi pilihan.
A. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
B. Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang
sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari
penyakit menular tertentu.
A. Imunisasi wajib terdiri atas:
1. Imunisasi rutin;
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi
lanjutan.
Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1 (satu) tahun. Jenis
imunisasi dasar terdiri atas:
Bacillus Calmette Guerin (BCG);
3
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-
Hib);
Hepatitis B pada bayi baru lahir;
Polio; dan
Campak
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi
lanjutan diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia
sekolah dasar dan wanita usia subur. Jenis imunisasi lanjutan yang
diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas Diphtheria
Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau Diphtheria Pertusis Tetanus-
Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) dan Campak.
Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan
pada anak usia sekolah terdiri atas Diphtheria Tetanus (DT), Campak, dan
Tetanus diphteria (Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada wanita
usia subur berupa Tetanus Toxoid (TT).
2. Imunisasi tambahan; dan
Imunisasi tambahan diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling
berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu
tertentu.
3. Imunisasi khusus.
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan pada
persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan perjalanan
menuju negara endemis penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa. Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis Meningokokus,
imunisasi demam kuning, dan imunisasi Anti Rabies (VAR).
B. Imunisasi Pilihan
Jenis imunisasi pilihan dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe b
(Hib), Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella,
Demam Tifoid, Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese
Encephalitis.
4
II.2 Epidemiologi Imunisasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1611/MENKES/SK/XI/2005, program pengembangan imunisasi mencakup satu
kali HB-0, satu kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB, empat kali
imunisasi polio, dan satu kali imunisasi campak.
Cakupan imunisasi lengkap cenderung meningkat dari tahun 2007 (41,6%),
2010 (53,8%), dan 2013 (59,2%). Secara nasional, terdapat 8,7 persen anak 12-23
bulan yang tidak pernah mendapatkan imunisasi dengan persentase tertinggi di
Papua (36,6%) dan terendah di DI Yogyakarta (1,1%). alasan utama tidak
diimunisasi adalah takut anak menjadi panas (28,8%), namun memperlihatkan
bahwa persentase anak umur 12-23 bulan yang mengalami demam tinggi setelah
imunisasi hanya 6,8 persen. Terdapat 26,3 persen yang menyatakan bahwa
keluarga tidak mengizinkan anak diimunisasi. Pada 91,3 persen yang pernah
diimunisasi, terdapat 33,4 persen yang pernah mengalami KIPI. Keluhan yang
sering terjadi adalah kemerahan dan bengkak, sedangkan keluhan demam tinggi
dialami oleh 6,8 persen anak (Riskerdas, 2013).
Bagan 2.1 Persentase keluhan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) pada anak
umur 12-23 bulan, Indonesia 2013
5
Suntikan subkutan pada bayi diberikan pada paha atas bagian anterolateral atau
daerah deltoid untuk anak besar. Kulit dan jaringan di bawahnya dicubit tebal
perlahan dengan mempergunakan jempol dan jari telunjuk sehingga terangkat dari
otot, kemudian jarum ditusukkan pada lipatan kulit tersebut dengan kemiringan
kira-kira 45 derajat. Contoh imunisasi pada subkutan (mis untuk vaksin MMR,
Varicella/cacar air, Campak)
Suntikan intramuskular secara umum di rekomendasikan pada vaksin yang berisi
ajuvan, apabila diberikan secara subkutan atau intradermal dapat menyebabkan
iritasi pada kulit setempat, menimbulkan indurasi, kulit menjadi pucat, reaksi
inflamasi, dan pembentukan granuloma. Menurut pedoman WHO, pada suntikan
intramuskular, jarum harus masuk 5/8 inci atau 16 mm sedangkan FDA
menganjurkan kedalaman 7/8-1 inci atau 22-25 mm. intramuskular (mis untuk
vaksin DPT, Hib, Hep B, Hep A, Tyfus)
Suntikan intradermal diberikan pada BCG dan kadang-kadang pada vaksin rabies
dan tifoid, pada lengan atas atau daerah volar. Untuk vaksin oral, apabila dalam 10
menit anak muntah sebaiknya pemberian vaksin diulang; tetapi bila kemudian
muntah lagi ulangan diberikan pada keesokan harinya. (Satgas Imunisasi IDAI,
2000)
Sumber: Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI. Vol. 2, No. 1. 2000.
Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi pada bayi dengan menggunakan DPT/HB
kombo
9
Tahun 2014 mencapai UCI desa/kelurahan 100 %
BAB III
BAHAN & METODE EVALUASI
11
ada kesenjangan antara keluaran (output) pada program dengan tolak ukur yang telah
ditetapkan.
III. 5. Menetapkan Prioritas Masalah
Penentuan priorotas masalah dilakukan apabila terdapat lebih dari satu masalah.
Tujuan dari penentuan proritas masalah ialah agar masalah yang paling besar dan
mudah diintervensi merupakan masalah yang pertama kali dan terutama dicari
alternatife penyelsaiannya. Dalam menentukan prioritas masalah dibuat system skoring
menggunakan teknik kriteria matriks sebagai berikut.
Priority= Importancy x Technical Feasibility x Resources Availability
Tabel 3.2 Penetapan Prioritas
Kelayakan teknologi Sumber daya yang tersedia
Pentingnya masalah (I)
(T) (R)
Besarnya masalah Makin layaknya Man
(P/Prevalence) teknologi yang Money
Akibat yang ditimbulkan tersedia dan dapat Material
oleh masalah dipakai untuk Makin tersedia sumber
(S/Severity) mengatasi masalah, daya yang dapat dipakai
Kenaikan besarnya makin diprioritaskan untuk mengatasi masalah
masalah (RI/Rate of masalah tersebut makin diprioritaskan
Increase) masalah tersebut.
Derajat kenaikan
masyarakat yang tidak
terpenuhi (DU/ Degree
of Unmeet Need)
Keuntungan sosial
karena selesainya
masalah (SB/ Social
Benefit)
Rasa prihatin masyarakat
terhadap masalah (PB/
Public Concern)
Suasana politik (PC/
Political Climate)
Selanjutnya beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting).
Masalah yang dipilih sebagai prioritas adalah memiliki nilai I x T x R tertinggi.
Sedangkan nilai I dihitung dengan rumus P+S+RI+DU+SB+PB+PC
III. 6. Menyusun Kerangka Konsep
Pembuatan kerangka konsep bertujuan untuk menentukan faktor-faktor
penyebab masalah yang berasal dari komponen sistem lainnya, yaitu komponen
masukan, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan mengetahui penyebab masalah,
12
alternatife pemecahan masalah dapat disusun sebagai evaluasi perencanaan
pelaksanaan program berikutnya.
13
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Memperhatikan keamanan vaksin dan penyuntikan
Melakukan imunisasi sesuai jadwal dengan penyuntikan
yang benar
Pencatatan pelayanan imunisasi dilakukan di buku
pencatatan imunisasi, rekam medis, dan/atau kohort.
Metode non medis Pelaksana pelayanan imunisasi harus memberikan
informasi lengkap tentang imunisasi meliputi vaksin,
cara pemberian, manfaat dan kemungkinan terjadinya
KIPI.
Proses perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan yang sangat penting
sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang
profesional.
Penentuan Sasaran
Perencanaan Kebutuhan Logistik
PerencanaanVaksin
Perencanaan Auto Disable Syringe
Perencanaan Safety Box
Perencanaan Kebutuhan Peralatan Cold Chain
Perencanaan Pendanaan
pengorganisasian Ada struktur organisasi yang jelas dan tertulis beserta
dengan tugas masing-masing bagian, yang dipimpin oleh
kepala puskesmas.
Koordinasi yang jelas antara pelayanan kesehatan lain
yang ada diwilayah puskesmas( bidan dan posyandu)
dengan rincian pembagian tugas dan tanggung jawab
masing-masing tenaga pelaksana.
Penatalaksanaan Kegiatan pelayanan imunisasi dilakukan dengan
prosedur yang terstandar
Mengelola penyimpanan vaksin polio dengan benar
Penyuluhan imunisasi kelompok untuk meningkatkan
tenaga pengelolaan
Pencatatan Pencatatan:
dan pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi
Pencatatan Vaksin
Pencatatan Suhu Lemari Es
Pencatatan Logistik Imunisasi
Disamping vaksin,
logistik imunisasi lain seperti cold chain
Hasil pencatatan imunisasi disampaikan kepada pengelola
program masing- masing tingkat administrasi dan
dilaporkan secara berjenjang ke tingkat atasnya sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
Lingkungan Lokasi pelaksanaan program imunisasi mudah dicapai
dengan
transportasi
Umpan Balik Pencatatan dan pelaporan tahun sebelumnya digunakan
sebagai masukan dalam upaya perbaikan program
selanjutnya
Sumber: Peraturan Mentri Kesehatan RI No.42 tahun 2013 Tentang Penyelengaraan Imunisasi,
Profil Puskesmas 2014 dan Statifikasi Puskesmas Cimanggis 2011
III. 8. Alternatif Pemecehan Masalah
14
Setelah diketahui penyebab masalah, dicari dan dibuat beberapa alternative
pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut dibuat untuk mengatasi
penyebab masalah yang telah ditemukan. Alternatif pemecahan masalah ini dibuat
dengan memperhatikan kemampuan serta situasi dan kondisi Puskesmas.
III. 9. Prioritas Cara Pemecahan Masalah
Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih satu
cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan
prioritas cara pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua
kriteria yang lazim digunakan adalah sebagai berikut ini:
A. Efektifitas Jalan Keluar
Tetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar, yaitu dengan
memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 5 (paling efektif).
Prioritaskan jalan keluar adalah yang nilai efektiftasnya paling tinggi. Untuk
menentukan efektifitasnya jalan keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai
berikut :
a. Besarnya masalah yang didapat diselesaikan (magnitude)
Makin besar masalah yang didapat diatasi, makin tinggi prioritasa jalan
keluar
b. Pentingnya jalan keluar (importancy)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan penyelesaian
masalah. Makin lama masa bebas masalah, makin penting jalan keluar
tersebut.
c. Sensitivitas Jalan keluar (Vulnerability)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah.
Makin cepat masalah diatasi, makin sensitive jalan keluar tersebut.
2. Efisiensi jalan keluar (cost)
Tetapakan nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai
efisiensi biasanya dikaitkan dengan biaya (C/Cost) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, maka makin
tidak efisien jalan keluar tersebut. Nilai prioritas (P) dihitung untuk setiap
alternatif jalan keluar dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan
C. Jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.
III. 10. Cara evaluasi
III. 10. 1. Pengumpulan Data
15
Sumber data untuk evaluasi pelaksanaan program imunisasi dasar di Puskesmas
Cimanggis dilakukan dengan cara:
A. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dengan koordinator
pelaksana program imunisasi dasar Puskesmas Cimanngis Depok
B. Sumber data sekunder diperoleh dengan mempelajari dokumen Puskesmas,
yaitu, laporan bulanan imunisasi dasar di ruang lingkup Puskesmas
Cimanggis tahun 2014.
III. 10. 2. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan secara manual dengan table-tabel yang sudah
dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan secara mekanik untuk
penghitungan
III. 10. 3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tabular. Interpretasi data
dilakukan dengan bantuan kepustakaan.
III. 10. 4. Lokasi
Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Cimanggis uang terletak di kota
Depok
III. 10. 5. Waktu
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2014
16
BAB IV
PENYAJIAN DATA
17
Table 4.1
Situasi Geografi di Wilayah UPT Puskesmas Kec. Cimanggis Tahun 2014
1. Curug 11 15 87 185
Total 11 15 87 185
Tahun 2014
No. Golongan Umur
L P Total
1 0-4 1.205 1.215 2.420
2 5-14 2.040 2.135 4.175
3 15-44 5.616 5.415 11.031
4 45-64 3.205 3.015 6.220
5 >65 350 241 591
Total 12.416 12.021 24.437
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
Pada tahun 2014 jumlah penduduk berdasarkan struktur usia yang paling
dominan adalah kelompok usia 15-44 sejumlah 11.031 jiwa. Total penduduk di
18
wilayah Puskesmas DTP Cimanggis untuk usia produktif dari usia 15-64 tahun
yaitu 17.251 jiwa . Artinya jumlah penduduk usia produktif lebih dari setengah
jumlah penduduk di wilayah Puskesmas DTP Cimanggis dan masih mendominasi
jumlah penduduk pada umumnya. Pada tahun 2014 adalah sebesar 11.031 jiwa atau
70,6 % dari total penduduk di wilayah UPT Puskesmas Kec.Cimanggis artinya
jumlah penduduk usia produktif lebih dari setengah jumlah penduduk di wilayah
Puskesmas Kec.Cimanggis dan masih mendominasi jumlah penduduk pada
umumnya, sedangkan jumlah penduduk usia lanjut ( > 65 tahun ) tahun 2014
sebesar 591 jiwa atau 2,4 %.Berbeda dengan kelompok umum 0-14 tahun dan 15-64
tahun, pada kelompok usia 65 tahun keatas jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan, sehingga rasio jenis kelamin untuk penduduk kelompok
umur ini menunjukan angka 103 %.
B. Jumlah Penduduk Kelompok Rentan
Jumlah penduduk kelompok rentan yang ada di wilayah UPT Puskesmas
Kec. Cimanggis berdasarkan jumlah bumil, bulin, bayi, balita, anak sekolah dan
usila berjumlah 10. 233 orang atau 41 % dari keseluruhan jumlah penduduk.
Sedangkan jumlah terbanyak kelompok rentan adalah dari usila. Untuk lebih
rincinya data jumlah kelompok rentan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kelompok Rentan Di Wilayah UPT Puskesmas Kec.
Cimanggis Tahun 2014
Anak Sekolah
K Kelurahan Bumil Bulin Bayi Balita Usila
SD SMP SMA
Puskesmas DTP Cimanggis didirikan pada tahun 1968, pada waktu itu
merupakan satu-satunya Puskesmas yang ada di Kecamatan Cimanggis dan harus
melayani masyarakat dari seluruh kelurahan. Dalam perkembangannya dibeberapa
Kelurahan didirikan Puskesmas pembantu (Pustu), lalu pustu ini dikembangkan
menjadi Puskesmas induk, hingga sekarang di Kecamatan Cimanggis ada delapan
Puskesmas induk yaitu: Puskesmas Tugu, Puskesmas Pasir Gunung, Puskesmas
Harjamukti, Puskesmas Cilangkap, Puskesmas Sukatani, Puskesmas Tapos,
19
Puskesmas Jatijajar dan Puskesmas Vila Pertiwi, dengan kedudukan Puskesmas
DTP Cimanggis sebagai Puskesmas koordinator tingkat kecamatan (Korcam).
Gedung Puskesmas telah mengalami beberapa kali perbaikan. Pengembangan
yang pesat terjadi pada saat diresmikan menjadi Puskesmas DTP (Dengan Tempat
Perawatan) pada tanggal 17 April 2002 dengan kapasitas lima belas tempat tidur.
Pengembangan menjadi Puskesmas DTP ini merupakan yang pertama di Kota
Depok.
Pemugaran terakhir dilakukan pada akhir 2007. Gedung baru secara
keseluruhan dipergunakan pada April 2008 sehingga pelayanan Rawat Inap
menjadi Dua belas tempat tidur Ranap Umum delapan tempat tidur Rawat
Pemulihan Gizi Buruk ( TFC ) dan enam tempat tidur Rumah Bersalin. Lokasi
Puskesmas DTP Cimanggis berada di jalur strategis, yaitu di jalan raya Jakarta –
Bogor Km. 33 dan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan umum sehingga sangat
mudah dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan. Wilayah kerjanya meliputi
tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Curug, Cisalak Pasar dan Mekar Sari dengan
jumlah penduduk binaan 41.512 jiwa. Membina 30 posyandu yang tersebar secara
merata di setiap RW. Sejak Juni 2008 Wilayah kerja Puskesmas DTP Cimanggis
berkurang yaitu menjadi dua Kelurahan yaitu Kelurahan Curug dan Kelurahan
Cisalak Pasar sebab dengan dibangunnya Puskesmas baru di Wilayah Kelurahan
Mekarsari. UPT Puskesmas Kec.Cimanggis saat ini telah melaksanakan pelayanan
24 jam, pelayanan gawat darurat dan rawat inap dengan 6 tempat tidur, serta
pelayanan persalinan dan poned dengan 6 tempat tidur. Rencana kedepan UPT
Puskesmas Kec.Cimanggis akan menambah 6 tempat tidur di ruang rawat inap
menjadi 12 tempat tidur untuk perawatan umum dan pada tanggal 1 Desember
2013 telah dibuka Puskesmas Cisalak Pasar yang berada diwilayah kerja UPT
Puskesmas Kec.Cimanggis, sudah melaksanakan pelayanan mandiri.
IV.1.4 Organisasi dan Tata Kerja
Saat ini struktur organisasi puskesmas mengacu pada SOTK (Struktur
Organisasi dan Tata Kerja) sesuai dengan buku pedoman kerja puskesmas dari
Depkes, karena sejauh ini belum ada SOTK baru yang diterbitkan oleh Dinkes.
Sampai saat ini struktur yang ada dianggap sudah mampu untuk menjalankan
tugas pokok puskesmas secara baik, namun untuk kedepan perlu ada
pengembangan lebih lanjut mengingat ada beberapa kegiatan yang belum
terakomodasi, seperti kegiatan pemasaran dan fungsi supervisi. Begitu pula dalam
20
pelaksanaan manajemen di puskesmas, saat ini masih belum berjalan sebagaimana
mestinya.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Puskesmas DTP Cimanggis saat ini
sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor : 128/MENKES/SK/II/2004, sebagai acuan yang dipergunakan pola
struktur organisasi Puskesmas, terdiri dari :
a. Kepala Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam
pengelolaan :
i. Data dan Informasi
ii. Perencanaan dan Penilaian
iii. Keuangan
iv. Umum dan Kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas yaitu :
i. Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
ii. Upaya Kesehatan Perorangan
iii. Upaya Kesehatan Wajib terdiri dari ;
1) Promosi Kesehatan
a) Di dalam gedung
b) Di luar gedung
2) Kesehatan Lingkungan
a) Penyehatan air
b) Sanitasi dan makanan minuman
c) Penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban
d) Pengawasan sanitasi dan tempat tempat umum
e) Pengawasan tempat pengelolaan Feftisida
f) Pengendalian vektor
3) KIA dan KB
a) Kesehatan ibu
b) Kesehatan Bayi
c) Upaya kesehatan balita dan anak pra sekolah
d) Upaya kesehatan anak usia sekolah dan remaja
e) Pelayanan KB
4) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
21
5) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
a) TB Paru
b) Imunisasi
c) Diare
d) Ispa
e) DBD
6) Upaya pengobatan
a) Pengobatan
b) Laboratorium
7) Upaya Kesehatan Pengembangan
a) Puskesmas dan Rawat Inap
b) Upaya kesehatan USILA
c) Upaya kesehatan Mata/ Pencegahan Kebutaan
d) Upaya Kesehatan telinga/ Pencegahan gangguan pendengaran
e) Kesehatan jiwa
f) Kesehatan Olah Raga
g) Penangguhan dan Penanggulanan Penyakit Gigi
h) Perawatan Kesehata Masyarakat
i) Bina kesehatan Tradisional
j) Bina Kesehatan kerja
8) Jaringan Pelayanan Puskesmas yaitu :
a) Unit Puskesmas Pembantu
b) Unit Bidan di Desa / Komunitas
IV.1.5 Sumber Daya Kesehatan
a. Sumber Daya Manusia (Ketenagaan)
Tabel menggambarkan tentang keadaan tenaga di Puskesmas DTP Cimanggis
berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2009 yaitu:
Tabel 4.5 Keadaan Tenaga di Puskesmas DTP Cimanggis Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2011
No Jenjang Pendidikan Jumlah Keterangan
1 Medis
1 Kepala Puskesmas, 4
- Dokter Umum 9
swakelola
- Dokter Gigi 1
2 Keperawatan
D3 Keperawatan 20 10 PNS, 10 swakelola
22
D3 Kebidanan 16 8 PNS, 8 swakelola
D3 Kesehatan Gigi 2
3 Kefarmasian
- Apoteker 1
- SMF/SAA 3
4 Kesehatan Masyarakat
S1 Kesehatan Masyarakat 3
Sanitarian 3
Gizi 2
1
MPRS
Fisioterapi 1
5 Analis Lab 4
6 Tenaga Non Kesehatan 18
Jumlah Seluruhnya 80
Tenaga Kesehatan 62
Tenaga Non Kesehatan 18
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
Semua tenaga di UPT Puskesmas Kec. Cimanggis sebagian besar adalah
tenaga berlatar belakang kesehatan 77 % sedangkan tenaga yang berlatar belakang non
kesehatan hanya 23 %. Seluruh pegawai yang ada melakukan pelayanan di bagian
rawat jalan, rawat inap, KIA/RB.
b. Sarana Kesehatan dan Prasarana Penunjang.
Puskesmas DTP Cimanggis terdiri dari 3 ( tiga ) buah bangunan. Bangunan
gedung Puskesmas dibangun tahun 1968 dan telah mengalami beberapa kali
perbaikan, terahir pada tahun 2007. Keadaan ruangan terdiri dari :
i. Bangunan Utama ( dibangun tahun 2007 ) terdiri dari :
Lantai I
a. Ruang Pendaftaran 1 Km khusus, 2 Km Umum
b. Ruang UGD
c. Ruang Poli Umum
d. Ruang Isolasi
e. Ruang Obat
f. Ruang Ranap 6 tempat tidur 2 Km
g. Ruang Ranap 3 tempat tidur 1 Km
h. Ruang Perawat dan Dapur 1 Km
Lantai II
a. Ruang Administrasi TU
b. Ruang Kepala Puskesmas 1 Km
23
c. Ruang Staf Meeting, dapur kering dan 1 Km
d. Ruang Poli Anak
e. Ruang Gizi
f. Ruang Sekretariat Siaga
g. Ruang Isolasi
h. Aula 2Km Umum
ii. Bangunan RB (dibangun tahun 2001) terdiri dari :
a. 2 Ruang Tindakan Persalinan dan KIA
b. Ruang Rawat A 3 Tempat tidur 1 Km
c. Ruang Rawat B 3 Tempat tidur 1 Km
d. Ruang Jaga Bidan 2 Tempat tidur
e. Ruang Isolasi 1 Tempat tidur
f. Ruang Arsip dan Dapur 1 Km
iii. Bangunan Kedua ( dibangun tahun 2006 ) terdiri dari :
Lantai I.
a. Ruang TB. Paru
b. Ruang Poli Gigi
c. Ruang Bermain Anak TFC
d. Ruang Laboratorium 1 Km
e. Ruang Ranap TFC/ Pemulihan Gizi Buruk 8 Tempat tidur 2 Km
f. Ruang Perawat, Dapur 1 Km
Lantai II
a. Ruang Aula 1
b. Ruang Arsip, 1 Km
c. Ruang Administrasi, 1 Km
d. Ruang Aula 2
iv. Kendaraan
Tabel 4.6 Kendaraan roda empat di Puskesmas Cimanggis
No Jenis Barang Keadaan saat ini Keterangan
1 Ambulance Toyota F.420 F Rusak berat Diusulkan
Tahun 1986 penghapusan.
2. Ambulance Toyota Dyna B1268 Rusak Diusulkan
3 UQ Tahun 2003 Rusak penghapusan
4. Ambulance Siaga Suzuki B 1191 Diusulkan
UQ Tahun 2007 Baik service
Ambulance Operasional Baru
24
Puskesmas APV tahun 2014 B
1013 ZHX
Sumber: Narasi Profil Puskesmas Cimanggis 2014
25
Bagan 4.1 Struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Cimanggis tahun 2014
26
IV. 2 Data Khusus
Tabel 4.9 Target pencapaian Imunisasi dasar sepanjang 2014 di Puskesmas Cimanggis
Tolok Ukur
No Variabel Indikator
Keberhasilan
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Hb 0 pada
1 80%
imunisasi Hb0 bayi 91,85 %
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi BCG pada
2 98%
imunisasi BCG bayi 98,24%
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Combo 1
3 98%
imunisasi DPT HB Hib 1 pada bayi 91,37%
Jumlah bayi yang mendapat Cakupan imunisasi Combo II
4 imunisasi DPT HB Hib 2 pada bayi 91,53 % 95%
27
BAB V
EVALUASI DAN PEMBAHASAN
28
Cakupan imunisasi Campak jumlah Bayi yang di Imunisasi Campak
pada bayi 90 % × 100 %
total bayi periode jan − des 2014 (-)
1145/1251x100%= 91,52 %
Keterangan : (+)= Masalah, (-)= Bukan Masalah
Pada indentifikasi masalah dari program imunisasi dasar terdapat beberapa
masalah yang ditemukan dalam program pemberian imunisasi dasar di Puskesmas
Cimanggis periode Januari- Desember 2014, yaitu cakupan imunisasi Combo 1,
Combo 2, Polio 1,2, dan 3.
V.2 Pemilihan Prioritas Masalah
Tabel 5.2 Prioritas Masalah
Daftar masalah Importance T R Jumlah
P S RI DU SB PB PC (I xTxR)
Cakupan Imunisasi Combo 1 5 3 3 1 4 5 2 2 2 92
Cakupan Imunisasi Combo 2 3 3 3 1 4 5 2 2 2 84
Cakupan Imunisasi Polio 1 5 4 4 1 5 4 2 2 2 100
Cakupan Imunisasi Polio 2 2 4 4 1 5 4 2 2 2 88
Cakupan Imunisasi Polio 3 1 4 4 1 5 4 2 2 2 84
29
Pada kenaikan besarnya masalah Rate of Increase/ RI di berikan nilai 4 pada
Polio 1,2, dan 3 karena apabila tidak dilakukan imunisasi Polio 1,2, dan 3 masalah
akan timbul, seperti angka morbiditas yang mengakibatkan menurunnya potensi
sumber daya manusia di masa depan. Sedangkan pada cakupan imunisasi combo 1
dan 2 diberi nilai 3 karena kenaikan besarnya masalah yang dihasilkan tidak sebesar
polio 1,2, dan 3.
Pada derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi, Degree of Unmeet
Need/DU diberikan nilai 1 pada semua imunisasi karena stok vaksin selama 2014
terpenuhi.
Pada butir keuntungan social karena selesainya masalah Social Benefit/SB
diberikan nilai 5 untuk polio 1,2 dan 3 karena apabila masalah tersebut teratasi, maka
sumber daya manusia yang akan dating tidak mengalami morbiditas yang akan
mengakibatkan disfungsi untuk menjalani aktivitasnya. Nilai cakupan imunisasi
combo 1 dan 2 diberi nilai 4 karena mempunyai masalah yang lebih rendah dari
imunisasi polio.
Pada Keprihatian publik Public Concern/PB, diberikan nilai 5 pada combo 1,
dan 2 dilihat dari sikap dan animo masyarakat terhadap masalah kesehatan yang
timbul apabila tidak diberikan imunisasi sedangkan 3 diberikan pada polio 1,2 dan 4.
Pada poin suasana politik Political Climate/PC diberikan skor 2 karena stok
vaksin dari propinsi selalu terpenuhi dan tidak ada masalah.
Kelayakan teknologi, Technical Feasibility/ TF yang tersedia untuk
penyelesaian masalah, di berikan nilai 2 pada setiap masalah karena setap point
memiliki kelayakan teknologi yang sama.
Padas sumber daya yang tersedia, Resources Availbility/ R diberikan skor 2
setiap masalah karena setiap masalah karena sumber daya tersedia pada setiap
pelaksanaan imunisasi adalah sumber daya yang sama.
Hasil perhitungan matriks didapatkan nilai masalah tertinggi terdapat pada
polio 1 dengan nilai100.
V.3 Kerangka Konsep Masalah
Pendekatan sistem digunakan untuk mengetahui penyebab masalah
rendahnya angka cakupan imunisasi polio 1 pada balita Puskesmas Kecamatan
Cimanggis merupakan keluaran (output) yang tidak sesuai dengan target.
Pendekatan sistem juga digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut sehingga
30
harus dilihat kemungkinan adanya keadaan yang berkesinambungan dan dapat
saling mempengaruhi.
Untuk mempermudah mengidentifikasi penyebab masalah maka diperlukan
kerangka konsep sebagai alur piker penyebab masalah dengan pendekatan sistem
sebagai berikut:
Sarana Non-
medis
Pencatatan pelaksanaan
dan Metode Non-
pelaporan medis
Metode
pengorganisasi medis
an Dana
perencanaan tenaga
proses
Sarana masuk
Medis an
Data hasil
kegiatan
Transportasi
Umpan Lingkungan
balik
31
Gambar 5.1 Kerangka konsep cakupan imunisasi
32
Memperhatikan keamanan vaksin
dan penyuntikan
Melakukan imunisasi sesuai jadwal
dengan penyuntikan yang benar
Pencatatan pelayanan imunisasi
dilakukan di buku pencatatan
imunisasi, rekam medis, dan/atau
kohort.
Metode non medis Pelaksana pelayanan imunisasi Metode penyuluhan perorangan selalu (-)
harus memberikan informasi diberikan sebagai konseling
lengkap tentang imunisasi meliputi
vaksin, cara pemberian, manfaat
dan kemungkinan terjadinya KIPI.
2 Proses
perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan yang Terdapat perencanaan kegiatan (-)
sangat penting sehingga harus pelayanan imunisasi yang sesuai
dilakukan secara benar oleh petugas
yang profesional.
Penentuan Sasaran
Perencanaan Kebutuhan Logistik
PerencanaanVaksin
Perencanaan Auto Disable
Syringe
Perencanaan Safety Box
Perencanaan Kebutuhan
Peralatan Cold Chain
Perencanaan Pendanaan
pengorganisasian Ada struktur organisasi yang jelas Ada struktur organisasi yang jelas (-)
dan tertulis beserta dengan tugas dan tertulis beserta dengan tugas
masing-masing bagian, yang masing-masing bagian, yang
dipimpin oleh kepala puskesmas. dipimpin oleh kepala puskesmas.
Koordinasi yang jelas antara Koordinasi yang jelas antara
pelayanan kesehatan lain yang ada pelayanan kesehatan lain yang ada
diwilayah puskesmas( bidan dan diwilayah puskesmas( bidan dan
posyandu) dengan rincian posyandu) dengan rincian
pembagian tugas dan tanggung pembagian tugas dan tanggung
jawab masing-masing tenaga jawab masing-masing tenaga
pelaksana. pelaksana.
Penatalaksanaan Kegiatan pelayanan imunisasi Kegiatan pelayanan imunisasi (+)
dilakukan dengan prosedur yang dilakukan dengan benar
terstandar Mengelola penyimpanan vaksin
Mengelola penyimpanan vaksin polio dengan benar
polio dengan benar Penyuluhan kesehatan imunisasi
Penyuluhan imunisasi kelompok belum dilakukan sempurna
untuk meningkatkan tenaga
pengelolaan
Pencatatan dan Pencatatan: Adanya pencatatan dan pelaporan (-)
pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi yang teratur dan sistematis dalam
Pencatatan Vaksin
periode waktu tertentu di wilayah
Pencatatan Suhu Lemari Es
puskesmas.
Pencatatan Logistik
Imunisasi
Disamping vaksin,
logistik imunisasi lain seperti cold
chain
Hasil pencatatan imunisasi
disampaikan kepada pengelola
program masing- masing tingkat
administrasi dan dilaporkan secara
33
berjenjang ke tingkat atasnya sesuai
waktu yang telah ditetapkan.
3 Lingkungan
Lokasi pelaksanaan program Jarak terjauh dari puskesmas 2, 04
Imunisasi mudah dicapai dengan km dan jarak tempuh 15 menit (-)
Transportasi
4 Umpan Balik Pencatatan dan pelaporan tahun Terdapat pencatatan dan pelaporan (-)
sebelumnya digunakan sebagai tahun sebelumnya digunakan sebagai
masukan dalam upaya perbaikan masukan dalam upaya perbaikan
program selanjutnya program selanjutnya
34
yang mendapatkan skor tertinggi karena dari penyuluhan pengetahuan serta kesadaran
pun muncul dari orang tua.
Pada poin Technical Feasibility/T diberikan masing-masing skor 3 pada semua
poin dikarenakan timbulnya masalah yang terjadi kemungkinan disebabkan struktur
perencanaan teknis program yang belum berjalan dengan baik.
Pada Resources/R diberikan skor yang besar pada semuanya karena sumber
daya yang ada mempunyai pengaruh besar terhadap timbulnya masalah. Namun tetap
lebih berpengaruh pada poin 2 karena yang berperan adalah tenaga medis langsung.
Penentuan prioritas masalah lebih pada penyuluhan kelompok yang tidak rutin.
V. 6. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan Penetapan prioritas penyebab masalah, didapatkan alternatif
pemecahan masalah:
1. Penyuluhan langsung kepada masyarakat agar mereka tahu tentang imunisasi
polio dan dampak jika tidak diberikan imunisasi
2. Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar
penyuluhan kemasyarakat lebih efektif
A. Penyuluhan langsung kepada masyarakat secara kelompok
Latar Belakang
Pelaksanaan program imunisasi dasar di puskesmas cimanggis antara Januari
2014- Desember 2014 yang tidak mencapai target, sehingga diperlukannya suatu upaya
untuk peningkatan angka cakupan imunisasi dengan memberikan Penyuluhan langsung
kepada masyarakat secara berkelompok agar mereka tahu tentang imunisasi polio dan
dampak jika tidak diberikan imunisasi
Tujuan
Meningkatkan keinginan masyarakat untuk melakukan imunisasi
Sasaran
Para ibu yang memiliki bayi dengan jadwal imunisasi wajib
Bentuk Kegiatan
a. Penyuluhan mengenai pelaksaan program imunisasi serta memberikan edukasi
mengenai manfaat, efek samping dan pentingnya imunisasi yang tepat jadwal
b. Melakukan konseling penyebab anak tidak diimunisai
c. Dilakukan rutin setiap 3 bulan
Indikator Keberhasilan
Peningkatan Angka cakupan imunisasi
35
Rinciaan Pengeluaran
Jasa Tenaga Pengajar (Dokter) Rp. 250.000
Fotokopi lefleat 100 Rp. 50.000
Pembuatan poster 10 x Rp. 10.000 Rp. 100.000
Konsumsi @100 Rp. 1.000.000
Biaya tak terduga Rp. 100.000
Total Rp 1,500.000
B. Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader
Latar Belakang
Pelaksanaan program imunisasi dasar di puskesmas cimanggis antara Januari
2014- Desember 2014 yang tidak mencapai target, sehingga diperlukannya suatu upaya
untuk peningkatan angka cakupan imunisasi dengan memberikan penyuluhan serta
pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar penyuluhan kemasyarakat
lebih efektif.
Tujuan
a. Mempersiapkan kader berkualitas untuk meningkatkan angka cakupan
Puskesmas Kecamatan Cimanggis.
b. Melakukan pembinaan kader yang berkelanjutan.
c. Meningkatkan jumlah penjadwalan penyuluhan dari kader kepada masyarakat.
Sasaran
Kader Puskesmas Kecamatan Cimanggis.
Bentuk Kegiatan
a. Penyuluhan mengenai pelaksaan program imunisasi pada kader-kader serta
memberikan edukasi mengenai manfaat, efek samping dan pentingnya imunisasi
yang tepat jadwal
b. Pelatihan dilakukan secara berkala tiap 6 bulan. Setiap kali pelatihan dilakukan
evaluasi
Indikator Keberhasilan
Peningkatan Angka cakupan imunisasi
Rinciaan Pengeluaran
Jasa Tenaga Pengajar (Dokter) Rp. 250.000
Fotokopi lefleat 100 Rp. 50.000
Konsumsi @50 Rp. 500.000
Biaya tak terduga Rp. 100.000
36
Total Rp. 900.000
37
diberikan nilai 4 karena pengadaan media yang baik dan disesuaikan dengan
lingkungan akan membutuhkan dana yang lumayan tidak sedikit.
Berdasarkan uraian pada tabel diatas, maka diperoleh alternatif pemecahan
masalah dengan nilai P tertinggi, yaitu penyuluhan serta pelatihan kepada kader -
kader mengenai imunisasi agar penyuluhan kemasyarakat lebih efektif.
39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dari pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas
Kecamatan Cimanggis periode Januari-Desember tahun 2014 di dapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Masalah dalam pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas Cimanggis tahun
2014, adalah angka cakupan imunisasi polio 1 yang belum mencapai target
2. Penyebab masalahnya ada beberapa, yaitu:
Metode Medis : Pemberian vaksin kadang tidak sesuai jadwal karena masih
ada pasien yang datang tidak sesuai jadwal
Pelaksanaan: Penyuluhan perkelompok tidak ada jadwal rutin
Prioritas penyebab masalah adalah penyuluhan perkelompok tidak ada jadwal
rutin.
3. Alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program imunisasi, yaitu:
Penyuluhan langsung kepada masyarakat agar mereka tahu tentang
imunisasi polio dan dampak jika tidak diberikan imunisasi
Penyuluhan serta pelatihan kepada kader - kader mengenai imunisasi agar
penyuluhan kemasyarakat lebih efektif
Pemecahan masalah yang terpilih adalah Penyuluhan serta pelatihan
kepada kader - kader mengenai imunisasi agar penyuluhan kemasyarakat
lebih efektif
VI.2 Saran
Perlunya pembagian tugas dan pengorganisasian yang sesuai dengan
kualitas dan kuantitas tanggung jawab yang diberikan
40
Diperlukan pemantauan dan evaluasi berkesinambungan terhadap
pelaksanaan program ini.
DAFTAR PUSTAKA
41
42