BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Keputusan dari Peraturan Permenkes No. 43 Tahun 2019
Tentang Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Yang dimaksud dengan :
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah-pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan
sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat dan memulihkan
kesehatan perseorangan.
4. Pelayanan Kesehatan
- Kuratif (Pengobatan)
- Preventif (Pencegahan)
- Promotif (Peningkatan Kesehatan)
- Rehabilitatif (Pemulihan Kesehatan)
Semua jenis pelayanan ini ditujukan kepada semua jenis,
golongan umur dan dimulai sejak dimulainya pembuahan dalam
kandungan hingga tutup usia.
Pelayanan Kesehatan Terpadu (Terintegrasi)
Sebelum adanya pelayanan kesehatan terpadu ini, masing-
masing organisasi yang terkait dalam pelayanan kesehatan
melakukan usaha-usaha kesehatannya secara terpisah dan bekerja
sendiri-sendiri. Mereka langsung melaporkan hasil kegiatannya
kepada KaDinKes sehingga mereka saling tidak mengenal
program apa yang akan dijalankan untuk kemajuan kesehatan di
masyarakat.
Dengan adanya peningkatan sistem pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas, maka kegiatan-kegiatan pokok ini dilakukan
bersama dibawah satu koordinasi & satu program. Berbagai jenis
kegiatan pokok Puskesmas dilakukan secara kerja sama, begitu
pula rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pengawasan dan
pengendalian serta evaluasi kegiatan dilakukan bersama di bawah
satu administrator dan satu pimpinan.
Sebagai sarana untuk mempermudah Puskesmas dalam
melakukan tugasnya, maka Puskesmas ditunjang dengan unit
kegiatan yang lebih sederhana dalam bentuk:
1. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas pembantu merupakan unit pelayanan kesehatan
yang sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu
melaksanakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
Tatanan sekolah
Tatanan tempat kerja
Tatanan tempat-tempat umum
Tatanan institusi kesehatan
2. Indikator pemberdayaan masyarakat dan keluarga
Tumbuh kembangnya upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
Tumbuh dan berkembangnya lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang bergerak di bidang kesehatan
Tumbuh dan fungsi Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
Tumbuh dan berkembangnya keluarga sehat
3. Indikator pelayanan kesehatan tingkat pertama
Kualitas pelayanan
Cakupan program kegiatan
Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama dengan Puskesmas
menguraikan indikator diatas lebih operasional sesuai dengan pelaksanaan
kegiatan fungsi Puskesmas dengan pertimbangan keadaan kesehatan di
kabupaten/kota khususnya di daerah wilayah kerja Puskesmas.
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas masing-
masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di
suatu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan
peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKMB
Upaya kesehatan perseorangan
d. Jaringan Pelayanan Perorangan:
Unit Puskesmas Pembantu
Unit Puskesmas Keliling
Unit Bidan di Desa/Komunitas
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit
Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS DESA LALANG
3.1 Sejarah Singkat Puskesmas Desa Lalang
Puskesmas Desa Lalang di dirikan pada tahun 1981/1982 dengan bantuan
dana instruksi presiden No.6 Tahun 1981/1982. Diresmikan pada tanggal 18
Desember 1982 oleh Wali Kota Madya KDH Tk.11 Medan,A.S Rangkuti.
Puskesmas Desa Lalang di ibu kota provinsi Sumatra Utara dengan wilayah kerja
sebanyak 2 kelurahan yaitu kelurahan Lalang dan kelurahan Sei sikambing B.
3.2 Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang
Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas Desa Lalang mempunyai wilayah
kerja kecamatan Medan Sunggal, yaitu :
A. Kelurahan Lalang
B. Kelurahan Sei Sikambing B
Dengan jumlah 35 lingkungan. Pada wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang
terdapatPuskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Balam.
h
/ jiwa
(KM2)
Lalang 1,25 19.081 13 4.451 9.335 9.474
Sei
Sikambing 2,84 24.466 22 5.570 11.850 12.267
B
Total 4,09 43.547 35 10.021 21.185 21.741
Batas-batas wilayah:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan kelurahan Cinta Damai.
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing B
c. Sebelah Barat : berbatasan dengan kab Deli Serdang
d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Simpang Tanjung
13 Ruang Promkes 1
POLI LANSIA
PENDAFTARAN
GUDANG OBAT
KTU
APOTEK
a. Alat-alat kesehatan
Alat-alat pemeriksaan pasien umum
Alat-alat pemeriksaan pasien gigi
Alat-alat P3K
Timbangan bayi (dacin) dan dewasa
Lemari pendingin tempat bahan-bahan Imunisasi
Alat-alat laboratorium
b. Alat-alat kebersihan
3.7.6 Fasilitas Obat-Obatan
Puskesmas Desa Lalang dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya
memulihkan kesehatan dan pengobatan penyakit didukung oleh perlengkapan
obat-obatan antara lain:
a. Obat-obat Umum
b. Obat-obat BPJS
DAFTAR OBAT-OBATAN PUSKESMAS DESA LALANG 2019
No Nama Obat Satuan
46. GG Tablet
BAB IV
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
02 FEBRUARI 2022 S/D 12 FEBRUARI 2022
40
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
DI PUSKESMAS DESA LALANG
a. Diabetes Militus
b. Hipertensi
c. TB
d. Imunisasi
e. Jamban Sehat
f. Asi Eksklusif
g. ISPA
h. 12 Indikator Keluarga Sehat
i. DBD
j. PHBS Sekolah
k. Bahaya merokok
l. Cuci tangan pakai sabun
m. Kantin sehat
n. Diare
o. KB (Keluarga Berencana)
p. Kesehatan dan kunjungan ke rumah-rumah
6. Mewujudkan peran serta masyarakat melalui posyandu, kesehatan dan
kunjungan ke rumah-rumah. Cara-cara yang dilakukan dengan mengadakan
penyuluhan perorangan, perkelompok, dan massal.Metode yang dilaksanakan
yaitu, bimbingan dan konseling, ceramah, diskusi kelompok, demonstrasi dan
lain-lain.
Sasaran
a. Daerah yang rawan air bersih.
b. Daerah yang rawan penyakit menular.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
02 FEBRUARI 2022 S/D 12 FEBRUARI 2022
43
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
DI PUSKESMAS DESA LALANG
angsa
2. Plengsengan 154 19
3. Jamban cemplung 24 26
4. Lain-lain 197 1115
3 Pengolahan 1.Dikelola PD
2.282 3.507
Sampah Kebersihan
2.Lubang
403 183
sampah/dibakar
3. Lain-lain 175 23
4 Fisik Rumah 1. Permanen 2.788 3.884
(KK) 2. Semi permanen 1.237 1.059
3. Darurat 83 86
4. Lain-lain 58 213
3. Menerima akseptor dan calon akseptor yang dirujuk dari pos-pos KB dan
Posyandu wilayah kerja Puskesmas.
4. Memotivasi calon akseptor dan akseptor KB agar menjadi motivator KB.
5. Melayani konsultasi dan konsultasi Kontap.
6. Membuat laporan kegiatan KB bulanan, triwulan dan tahunan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Se Okt Nov De
No Kegiatan Sasaran Target Jlh %
p s
1 K1 AKSES 716 716 62 58 71 52 36 23 76 37 42 82 95 82 716 100
4.2.3.3 Imunisasi
Pengertian
Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan kekebalan kepada tubuh
terhadap penyakit tertentu.
Tujuan
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian.
Mencegah terjadinya cacat pada bayi, anak, ibu hamil dan pencegahan
penyakit.
Sasaran
Bayi, Balita, Ibu Hamil, Anak Sekolah, dan Pasangan Usia Subur (PUS).
Macam-macam Imunisasi
BCG (Bacillus Calmatte Guerin)
Kegunaan
Menghindarkan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC
terhadap anak.
Cara Pemberian
1. Diberikan pada bayi umur 0-11 bulan, diberikan sekali.
2. Lokasi pemberian pada lengan kanan atas.
3. Dengan injeksi sc.
4. Dosis 0.05 cc
DPT(Difteri Pertussis Tetanus)
Kegunaan
Untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus.
Cara Pemberian
1. Diberikan pada bayi umur 2-11 bulan, sebanyak 3 kali.
2. Dosis 0.5 ml dengan interval minimal 4 minggu, sebanyak 3
kali
3. suntikan.
4. Lokasi suntikan dipaha luar.
5. Injeksi IM.
Polio
Kegunaan
Memberikan kekebalan aktif terhadap Penyakit Polio.
Cara Pemberian
1. Diberikan pada bayi umur 2-11 bulan, sebanyak 4 kali.
2. Diberikan dengan meneteskan kedalam mulut
Campak
Kegunaan
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Cara Pemberian
1. Diberikan pada bayi umur 9-11 bulan, sebanyak 1 kali.
Pencapaian %
Sasaran
No Program Kegiatan
L P L P
1 Pemberian vitamin A
1832 90 780 806 86 87
Bayi 6-59 bulan
2 Pemberian vitamin A
30 80 - 26 - 86
Bufas
Target % Pencapaian %
Sasaran
No Program Kegiatan
L P L P
1 Pemberian vitamin A
2338 90 1005 1000 88 84
Usia 6-59 bulan
2 Pemberian vitamin A
33 80 - 30 - 91
Bufas
1.
2.
3.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
02 FEBRUARI 2022 S/D 12 FEBRUARI 2022
52
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
DI PUSKESMAS DESA LALANG
4.
4.3
4.3.2 Upaya Kesehatan Olahraga
1. Pemeliharaan kesehatan berkala,
2. Penentuan takaran latihan,
3. Pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi,
4. Pengobatan akibat cedera latihan,
5. Pengawasan selama pemusatan latihan.
4.3.3 Upaya Perawatan Kesehatan
1. Asuhan keperawatan kepada individu di puskesmas maupun dirumah
berbagai tingkat umur, kondisi kesehatan, tumbuh kembang, dan jenis
kelamin.
2. Asuhan keperawatan yang diarahkan kepada keluarga sebagai unit
terkecil dari masyarakat (Keluarga Binaan).
3. Pelayanan perawatan kepada kelompok khusus. Khusus diantaranya ibu
hamil, anak balita, usia lanjut, dan sebagainya.
4. Pelayanan keperawatan pada tingkat masyarakat.
4.3.4 Upaya Kesehatan Kerja
Identifikasi masalah meliputi :
1. Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala untuk para pekerja
2. Pemeriksaan kasus terhadap pekerjaan yang datang berobat ke
puskesmas
3. Peninjauan tempat kerja untuk menentukan bahaya akibat kerja.
4.3.5 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Upaya kesehatan gigi dan mulut (UKGM) adalah upaya pokok yang
menjadi beban puskesmas yang bertujuan untuk mencegah dampak
pengobatan serta dapat diartikan pula kesehatan gigi dasar paripurna yang
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah
khususnya kelompok masyarakat awam.
BAB V
LAPORAN KEGIATAN
Laporan Kegiatan di UPT Puskesmas Desa Lalang
Senin, 31 Januari 2022
NO NAMA WAKTU KEGIATAN
Pengarahan dan bimbingan
1 Seluruh anggota kelompok 09.00-10.00 pembekalan di Dinas Kesehatan
Kota Medan
13.30 – 15.00
13.30 – 15.00
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan umum dan
khusus
2. Inti 1. Mengetahui pengertian imunitas Ceramah
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster
Leafleat
VII. Dokumentasi
I. Tujuan Umum
Setelah mendapat penjelasan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk selama 20
menit, diharapkan siswa kelas III SDN 066655 dapat mengerti dan memahami
tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Tanya
2.3 Tanya Jawab Memberikan kesempatan kepada Jawab
peserta untuk bertanya
Ceramah
Menyimpulkan bahan penyuluhan
2.3 Kesimpulan
yang telah diberikan
Ceramah
3. Penutup Salam Penutup
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster
Leafleat
VII. Dokumentasi
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Olahraga Sehat maka yang
diharapkan adalah seluruh peserta dapat memahami manfaat yang dapat diperoleh
dari melakukan olahraga sehat (aktivitas fisik).
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster Buatan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
02 FEBRUARI 2022 S/D 12 FEBRUARI 2022
69
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
DI PUSKESMAS DESA LALANG
Leaflet
VII. LAMPIRAN
Dokumentasi
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster
Leafleat
VII. Dokumentasi
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) maka yang diharapkan adalah seluruh peserta penyuluhan dapat
memahami definisi dan manfaat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
V. Metode
Ceramah
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
02 FEBRUARI 2022 S/D 12 FEBRUARI 2022
75
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
DI PUSKESMAS DESA LALANG
Tanya Jawab
VI. Media
Poster
Leafleat
VII. Dokumentasi
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang demam berdarah (DBD), maka
yang diharapkan adalah Peserta UPT Puskesmas Desa Lalang dapat mengetahui
dan memahami cara pencegahan penyakit demam berdarah.
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster
Leafleat
VII. Dokumentasi
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Olahraga Sehat maka yang
diharapkan adalah seluruh peserta dapat memahami manfaat yang dapat diperoleh
dari melakukan olahraga sehat (aktivitas fisik).
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster Buatan
Leaflet
VII. LAMPIRAN
Dokumentasi
I. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) maka yang diharapkan adalah seluruh peserta penyuluhan dapat
memahami definisi dan manfaat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
V. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
VI. Media
Poster
Leafleat
VII. Dokumentasi
BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
2. Etiologi
Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari
genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus, bordetella, dan
korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya
virus para influenza dan virus campak), adenoveirus, koronavirus,
pikornavirus, herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara
(droplet infection). Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan
mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan
masuk ke saluran pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit
kepala dan sebagainya. (Marni,2014).
3. Patofisiologi
Menurut Amalia Nurin, dkk, (2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4
tahap yaitu : 1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum
menunjukkan reaksi apa-apa. 2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel
dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu
5. Penatalaksanaan
Terapi untuk ISPA atas tidak selalu dengan antibiotik karena sebagian
besar kasus ISPA atas disebabkan oleh virus. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) atas yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan antiviral, tetapi
cukup dengan terapi suportif.
a) Terapi Suportif
Berguna untuk mengurangi gejala dan meningkatkan performa pasien
berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin.
b) Antibiotik
Hanya digunakan untuk terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab, utama ditujukan
pada pneumonia, influenza, dan aureus.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai jenis kuman
b) Pemeriksaan hidung darah (deferential count) : laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia
c) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Saputro, 2013)
7. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan penyebaran
infeksi. (Windasari, 2018)
a. Sinusitis paranasal Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena
pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum
tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan
biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnosis ditegakkan
dengan pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar.
Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah
dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadangkadang disertai
sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus
disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa
sebab yang jelas perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.
Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.
b. Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan
menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-
kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau
diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi
pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering
8. Pencegahan
Menurut Hastuti, D (2013) pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan :
a. Menyediakan makanan bergizi sesuai preferensi anak dan kemampuan
untuk mengkonsumsi makanan untuk mendukung kekebalan tubuh alami.
b. Pemberian imunisasi lengkap kepada anak
c. Keadaan fisik rumah yang baik, seperti: ventilasi dirumah dan
kelembaban yang memenuhi syarat.
d. Menjaga kebersihan rumah, tubuh, makanan, dan lingkungan agar bebas
kuman penyakit.
e. Menghindari pajanan asap rokok, asap dapur.
1. Pengertian
Menurut Kamus Kedokteran Dorland tahun 2012, hipertensi adalah
tingginya tekanan darah arteri, berbagai kriteria untuk ambang batasnya telah
diajukan, berkisar dari sistol 140 mmHg dan diastolnya 90 mmHg hingga
setinggi sistol 200 mmHg dan diastol 110 mmHg. Hipertensi dapat memiliki
penyebab yang tidak diketahui (esential atau idiopathic hypertension) atau
akibat dari penyakit primer lainnya (secondary hypertension).
Menurut WHO Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah
sistolik pada atau diatas 140 mmHg, atau tekanan darah diastolik pada atau
diatas 90 mmHg (WHO, 2013). Hipertensi disebut sebagai silent killer karena
jarang menimbulkan gejala pada stadium awal dan banyak orang tidak
terdiagnosa.
2.Epidemiologi
Hipertensi ditemukan pada semua populasi dengan angka kejadian yang
berbeda-beda, sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu genetik,
ras, regional, sosiobudaya, yang juga menyangkut gaya hidup yang berbeda.
Hipertensi akan makin meningkat bersama dengan bertambahnya usia. Hasil
analisa The Third National and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
blood pressure data, hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu 26%
pada populasi muda (umur ≤ 50 tahun) 74% pada populasi tua (umur > 50
tahun). Hipertensi mengambil 60% dari seluruh kematian dunia. Dengan
bertambahnya usia, angka kejadian hipertensi juga semakin meningkat,
sehingga diatas umur 60 tahun prevalensinya mencapai 65,4% (Yogiantoro,
2014).
Pada tahun 2000 jumlah penderita hipertensi adalah 639 juta kasus.
Diperkirakan pada tahun 2025 kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang sekitar 80% yaitu menjadi 1,15 milyar. Prediksi ini didasarkan
3.Etiologi
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau disebut juga hipertensi ‘esensial’ atau
‘idiopatik’ adalah peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya. Hipertensi jenis ini mencakup 90% dari seluruh kasus
hipertensi (Gray et al., 2007).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah keadaan terjadinya tekanan darah
tinggi akibat penyakit tertentu. Angka kejadian hipertensi sekunder
berkisar 10% dari seluruh kasus hipertensi. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindroma cushing,
feokromositoma, dan lain lain (Guyton, 2014).
4.Klasifikasi
Menurut The Seventh Report of the Joint National Comitte on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), tekanan
darah dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu: tekanan darah normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2.
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau Lebih
5.Faktor risiko
Faktor risiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih rentan
terserang hipertensi dibandingkan orang lain. Faktor risiko bukanlah penyebab
timbulnya penyakit, melainkan pemicu terjadinya penyakit.
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi atas faktor yang dapat
dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi kegemukan, kurang olahraga, merokok, konsumsi garam
berlebih, kolestrol tinggi, dan stress. Sedangkan faktor risiko hipertensi yang
tidak dapat dimodifikasi meliputi genetik, jenis kelamin, dan faktor usia
(Suiroka, 2012).
6.Patogenesis
Hipertensi primer merupakan penyakit yang bukan hanya disebabkan
oleh satu macam mekanisme, akan tetapi bersifat multi-faktorial, yang timbul
akibat interaksi dari berbagai macam faktor risiko. Menurut Kaplan dalam Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam tahun 2014, tekanan darah tinggi adalah hasil
interaksi antara Cardiac Output (CO) dan Total Peripheral Resistance (TPR)
yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berbagai faktor tersebut
antara lain faktor genetik dan lingkungan, mekanisme neural, renal, vaskular,
dan hormonal.
Volume intravaskular merupakan determinan utama untuk kestabilan
tekanan darah dari waktu ke waktu. Tergantung keadaan TPR dalam posisi
vasodilatasi atau vasokonstriksi. Bila asupan NaCl meningkat, maka ginjal akan
merespons agar ekskresi garam bersama urine juga meningkat. Tetapi bila
upaya mengekskresi NaCl ini melebihi ambang kemampuan ginjal, maka ginjal
akan meretensi H2O sehingga volume intravaskular meningkat. Pada gilirannya
juga akan meningkat. Akibatnya terjadi ekspansi volume intravaskular,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR
juga akan meningkat, lalu secara berangsur CO akan turun menjadi normal lagi
akibat autoregulasi. Bila TPR vasodilatasi tekanan darah akan menurun,
sebaliknya bila TPR vasokonstriksi tekanan darah akan meningkat.
2. Diagnosis
Prosedur diagnostik bertujuan untuk menentukan nilai tekanan darah
yang benar, mengidentifikasi penyebab hipertensi sekunder dan mengevaluasi
risiko kardiovaskular secara keseluruhan dengan mencari faktor risiko lain,
kerusakan organ target dan penyakit yang menyertainya.
Selain pengukuran tekanan darah berulang, anamnesis tentang riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium penunjang
diperlukan untuk menegakkan diagnosa hipertensi (Bandiara, 2008).
3. Penatalaksanaan
Menurut JNC VII, rekomendasi tatalaksana untuk hipertensi adalah
sebagai berikut :
Pada populasi umum, terapi farmakologis harus dimulai jika tekanan
darah pada atau diatas 150/90 mmHg untuk populasi usia 60 tahun atau
lebih, dan pada atau diatas 140/90 mmHg untuk populasi usia kurang dari
60 tahun.
4. Pengobatan non-farmakologi
Pengobatan ini dilakukan dengan cara, pengurangan berat badan dan
mengurangi asupan kalori dengan latihan fisik yang teratur, berhenti
merokok, menghindari alkohol, karena dapat meningkatkan tekanan
darah, melakukan aktivitas fisik, dan membatasi asupan garam.
5. Pengobatan farmakologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita hipertensi
memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi,
kelainan organ dan faktor risiko.
Hipertensi dapat diatasi dengan memodifikasi gaya hidup,
pengobatan dengan anti hipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup
tidak berhasil.
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Pada UPT Puskesmas Desa Lalang didapatkan bahwa Infeksi Saluran
Nafas Atas (ISPA) menempati peringkat teratas kejadian yang paling sering
terjadi. Pelayanan ISPA di Puskesmas Desa Lalang sudah dapat dikatakan
baik, karena sering dilakukannya kegiatan-kegiatan yang menunjang
pengobatan dari penyakit ISPA di Puskesmas tersebut. Salah satu contoh
kegiatan nya adalah diadakannya hari yang khusus untuk pengobatan dan
pemeriksaan penyakit TBC setiap satu hari sekali dalam seminggu secara
rutin. Pelayan yang dilakukan juga dalam bentuk menilai kondisi pasien
pasien yang datang dengan cara dilakukan pengukuran tinggi badan, berat
badan serta pemeriksaan tensi dan suhu tubuh. Pada masa pandemi Covid-
19 ini juga, jika terdeteksi adanya suhu tinggi (demam), maka puskesmas
akan melakukan pelayanan untuk swab antigen.
2. Pelayanan Penyakit Hipertensi di Puskesmas Desa Lalang sudah cukup
baik, karena sering dilakukannya kegiatan-kegiatan yang menunjang
pengobatan dari penyakit Hipertensi di Puskesmas tersebut. Salah satu
contoh kegiatan nya adalah UPT Puskesmas Desa Lalang menyediakan poli
Lansia yang diperuntukan untuk meninjau dan mengamati perkembangan
penyakit hipertensi pada golongan berisiko tinggi (lansia).
7.2 Saran
1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan SOP (Standard
Operational Procedure) dalam penanganan pasien dengan gejala ISPA
disertai dilakukan swab antigen covud-19 selama pandemi dan hipetensi
terutama jika terjadi pada golongan lansia.
2. Meningkatkan penyuluhan serta memberikan konseling kepada
Masyarakat tentang pengertian, gejala dan faktor risiko dari Infeksi
LAMPIRAN
Planning Of Action
DOKUMENTASI
PENYULUHAN :
1. IMUNITAS TUBUH
4. KESEHATAN LINGKUNGAN
5. KESEHATAN OLAHRAGA
LEAFLET
POSTER