BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup Undang Undang
No 30 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan
sebagai salah satu upaya dan pembangunan nasional diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan
upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat yang ditandai oleh penduduk yang
hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dan memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh
wilayah Republik Indonesia Gambaran keadaan kesehatan masyarakat Indonesia
di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
tersebut dirumuskan sebagai "Indonesia Sehat 2030" Untuk mewujudkan visi
Indonesia Sehat 2030 ditetapkan 4 (empat) misi pembangunan kesehatan, yaitu
1 Meningkatkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2 Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3.Memelihara dan meningkatkan upaya kesehatan yang bermutu, merita dan
terjangkau.
4. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan
Provinsi Sumatera Utara memiliki 5 prioritas pembangunan berdasarkan
RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 2023. Salah satunya mendukung
pembangunan kesehatan nasional yakni penyediaan layanan kesehatan yang
berkualitas Hal ini dilakukan guna mendukung tercapainya sumber daya manusia
berkualitas dalam mencapai visi Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 2023.
Adapun Visinya adalah “Sumatera Utara yang Maju, Aman, dan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 1
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
B. TUJUAN UMUM
Sebagai penjabaran dari Visi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
maka tujuan yang akan dicapai adalah terselanggaranya pembangunan kesehatan
yang berkesinambungan, berhasil guna dan berdaya guna serta serasi dan
seimbang dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-
tingginya.
C. TUJUAN KHUSUS
Mampu bekerja secara profesional sebagai dokter di Puskesmas, mampu
melakukan penyuluhan, mampu bekerja sebagai tim kerja, dan mengetahui
struktur organisasi.
D. MANFAAT
Sebagai proses pembelajaran untuk menambah pengalaman dalam
melakukan sebuah penelitian dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi peserta Kepaniteraan Klinik Senior tentang Program Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 3
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
BAB II
PROFIL KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 4
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
I. Demografi
1.1 Lokasi dan Keadaan Geografis
Secara geografis, Provinsi Sumatera Utara terletak di bagian Barat
wilayah Indonesia, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Barat, Provinsi
Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah
Selatan,serta Malaysia disebelah Timur. Secara astronomis, Provinsi Sumatera
Utara terletak pada garis 1° – 4° Lintang Utara, dan 98° – 100° Bujur Timur. Luas
daratan Provinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23 km2, terdiri dari daratan Pulau
Sumatera dan Kepulauan Nias, Pulau-Pulau Batu, serta pulau-pulau kecil yang
berada dibagian Barat maupun bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Kabupaten
Langkat diketahui memiliki luas wilayah terbesar yaitu 6.262,00 km2 atau sekitar
8,58% dari total luas wilayah Sumatera Utara, dan Kota Tebing Tinggi diketahui
memiliki luas wilayah paling kecil yaitu sebesar 31,00 km2 atau sekitar 0,04%
dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan kondisi
alam, wilayah Provinsi Sumatera Utara dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok
wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi dan Pantai Timur. Provinsi
Sumatera Utara terdiri dari 33 Pemerintahan Kabupaten/Kota, yang terbagi
menjadi 8 kota dan 25 Kabupaten, dengan jumlah kecamatan sebanyak 440 dan
jumlah desa/kelurahan sebanyak 6.129.
Tabel 1.1
Luas Daerah menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara
LUAS / AREA RASIO
NO NAMA KAB/KOTA
(KM2) (%)
1 Nias 1.842,51 2,52
2 Mandailing Natal 6.134,00 8,40
3 Tapanuli Selatan 6.030,47 8,26
4 Tapanuli Tengah 2.188,00 3,00
5 Tapanuli Utara 3.791,64 5,20
6 Toba Samosir 2.328,89 3,19
jiwa per km2, sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk tergolong rendah
adalah Kabupaten Pakpak Bharat yakni sebesar 40,17 jiwa per km2.
Rata-rata jumlah anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2019
adalah sebesar 4,3 per KK yang berarti bahwa setiap keluarga rata-rata memiliki
4-5 anggota keluarga. Kabupaten Nias Barat merupakan wilayah dengan rata-rata
jumlah anggota keluarga terbanyak yaitu 5,1 dan Kabupaten Karo merupakan
wilayah dengan rata-rata jumlah anggota keluarga paling sedikit yaitu 3,7 orang.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering
digunakan untuk mengetahui produktivitas penduduk yaitu Angka Beban
Tanggungan (ABT) atau Dependency Ratio (DR). Angka Beban Tanggungan
(ABT) adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang
berumur tidak produktif (belum produktif/umur di bawah 15 tahun dan tidak
produktif lagi/umur 65 tahun ke atas) dengan yang berumur produktif (umur 15-
64 tahun). Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat
menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase
mengalami peningkatan, dari Rp. 51,46 juta pada tahun 2018 menjadi Rp. 55,05
juta pada tahun 2019.
Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera
Utara tahun 2019 sebesar 5,22%, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,18%.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2019
(dalam persen)
dengan garis kemiskinan. Penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per
bulan kurang dari atau di bawah garis kemiskinan dikategorikan miskin.
Pada bulan Maret 2019, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara
sebanyak 1.282.040 (8,33%) mengalami penurunan sebesar 1,7% (181.630 orang)
bila dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 1.463.670 (10,53 %). Namun bila
dilihat pada bulan September 2019, angka kemiskinan Sumatera Utara mengalami
penurunan sebesar 0,2 persen poin yaitu dari 8,83 persen pada Maret 2019
menjadi 8,63 persen pada September 2019. Angka kemiskinan ini setara dengan
1,282 juta jiwa pada September 2019, atau berkurang sekitar 21 ribu jiwa dalam
satu semester terakhir. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada
September 2019 sebesar 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding Maret
2019 yang sebesar 8,56 persen. Demikian juga penduduk miskin di daerah
pedesaan, turun dari 9,14 persen pada Maret 2019 menjadi 8,93 persen pada
September 2019.
Pada September 2019, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total
sebesar Rp.466.122,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis
kemiskinanannya sebesar Rp.506.538,- per kapita per bulan, sedangkan untuk
daerah perdesaan sebesar Rp. 470.545,- per kapita per bulan. Persebaran
penduduk miskin per kabupaten/kota tahun 2019 dapat dilihat pada grafik berikut
ini.
menjadi 70,19% pada tahun 2019. TPAK merupakan persentase jumlah angkatan
kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini mengindikasikan
besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu wilayah dan
menunjukkan besaran relatif suplai tenaga kerja yang tersedia untuk produksi
barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Jika dilihat dari status pekerjaan
utama, lebih dari sepertiga penduduk berusia 15 tahun ke atas (41,54%), bekerja
menjadi buruh atau karyawan. Adapun yang lainnya berusaha sendiri sebesar
19,82%, berusaha dan dibantu buruh tidak tetap atau buruh tidak dibayar sebesar
14,25%, dan pekerja keluarga atau tidak dibayar sebesar 13,94%, pekerja bebas
sebesar 7,13% serta sebagian kecil yang menjadi pengusaha dengan
mempekerjakan buruh/karyawan tetap yaitu sebesar 3,30%. Dari sisi lapangan
usaha, sebagian besar penduduk Sumatera Utara bekerja di sector jasa sebesar
47,76%, pertanian (perkebunan, kehutanan dan perikanan), yaitu sebanyak
35,53%, kemudian diikuti sektor industri pengolahan sekitar 16,69%.
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018
Hasil dari gambar diketahui nilai APK untuk SD/MI tahun 2017–2019
melebihi100%, yang menunjukkan masih adanya penduduk yang terlalu cepat
sekolah (pendudukusia di bawah 7 tahun yang sudah bersekolah) atau terlambat
bersekolah (penduduk usia lebih dari 12 tahun masih bersekolah di SD/sederajat).
Hasil dari gambar diatas juga menunjukkan bahwa nilai APK dari tahun 2017–
2019 untuk seluruh kelompok usia sekolah cenderung fluktuatif, dan belum
ditemukan kenaikan yang terus-menerus setiap tahunnya.
Indikator pendidikan lainnya yaitu Angka Partisipasi Murni (APM).
APM merupakan perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada
jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan
usianya, dinyatakan dalam persen. Berbeda dengan APK, APM menggunakan
batasan kelompok umur. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui
banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan yang
sesuai dengan usianya. Semakin tinggi APM menandakan semakin banyak anak
usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah Jika dibandingkan APK, APM
merupakan indikator pendidikan yang lebih baik karena memperhitungkan juga
partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai
dengan standar tersebut.
sekolah sebesar 298 murid per sekolah. Rasio yang tertinggi terdapat di Kota
Tanjung Balai yaitu 386 murid per sekolah dan terendah di Kabupaten Nias
Selatan yaitu 174 murid untuk setiap sekolah. Jumlah perguruan tinggi swasta
pada tahun 2019 sebanyak 264 PTS, yang terdiri dari 36 universitas, 92 sekolah
tinggi, 9 institut, 112 akademi, dan 15 politeknik.
Puskesmas non rawat inap. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018 yaitu
sebanyak 580 unit, dengan jumlah Puskesmas rawat inap sebanyak 170 unit dan
Puskesmas non rawat inap sebanyak 410 unit. Dalam kurun waktu 6 tahun
terakhir, terjadi peningkatan jumlah Puskesmas yang dapat dilihat pada gambar
berikut
Dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017, hanya ada penambahan 1
Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara. Namun pada tahun 2018, terdapat
penambahan 9 Puskesmas baru, dan di tahun 2019 bertambah lagi sebanyak 21
sumber daya-sumber daya yang lain. Hal yang penting diperhatikan dalam
pengadaan sumber daya manusia kesehatan adalah jumlah, jenis, distribusi dan
rasionya terhadap jumlah penduduk.
Definisi operasional untuk data ketenagaan dibedakan atas 2 (dua)
kategori, yaitu tenaga kesehatan yang melayani masyarakat/pasien dan tenaga
kesehatan yang melaksanakan kegiatan pengelolaan program/
managemen/administrasi/ struktural. Pada bab ini, akan dibahas mengenai SDMK
terutama fokus kepada jumlah, rasio dan registrasi, tenaga kesehatan.
tenaga kesehatan yang paling sedikit yaitu tenaga teknik biomedika 0,54% dari
total tenaga kesehatan. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi SDMK di
Sumatera Utara dapat dilihat gambar berikut:
Rekapitulasi Sumber Daya Manusia Kesehatan di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2019
Jumlah Sumber Daya Manusia di Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019
Jumlah Puskesmas yang Memiliki Lima Jenis Tenaga Kesehatan Promotif dan Preventif
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019
Pada tahun 2019 terdapat 160 Puskesmas dari 600 puskesmas yang ada
di provinsi Sumatera Utara (31,67%) yang memiliki lima jenis tenaga kesehatan
promotif dan preventif . Kabupaten/kota dengan jumlah tertinggi Puskesmas yang
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 41
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
memiliki lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif adalah Medan (20
puskesmas), Deli Serdang (18 Puskesmas), Langkat (15 Puskesmas). Sedangkan
ada 4 Kabupaten/Kota yang melaporkan semua Puskesmasnya belum memiliki
lima jenis tenaga kesehatan promotif dan preventif yaitu; Tapanuli Selatan,
Padang Lawas Utara, Tanjung Balai dan Gunungsitoli.
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan UPT Dinas
adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
2. Sekretariat, membawahi 3 Sub Bagian yaitu :
- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
- Sub Bagian Keuangan
- Sub Bagian Program, Akuntabilitas dan Informasi Publik
3. Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahi 3 Seksi yaitu :
- Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
- Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
- Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja
4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahi 3 Seksi yaitu :
- Seksi Surveilans dan Imunisasi
- Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
- Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
5. Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahi 3 Seksi, yaitu :
- Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
- Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
- Seksi Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
6. Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahi 3 seksi yaitu :
- Seksi Kefarmasian
- Seksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
- Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
a. UPT Rumah Sakit Khusus Mata
b. UPT Rumah Sakit Khusus Paru
c. UPT Rumah Sakit Kusta Lao Simomo
d. UPT Laboratorium Kesehatan
e. UPT Pelatihan Kesehatan
f. UPT Rumah Sakit Indrapura
8. Kelompok Jabatan Fungsional
3.1.2 Sekretaris
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 46
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
22. Pemberian masukan yang perlu kepada Sekretaris sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
23. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada
Sekretaris sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
3.1.4
3.1.5 Kepala Sub Bagian Program
Kepala Sub Bagian Program mempunyai uraian tugas:
1. Membantu Sekretaris dalam melaksanakan urusan-urusan dalam ruang
lingkup yang meliputi perencanaan, penyusunan program, anggaran
dan pelaporan, penyelenggaran penelitian dan pengembangan
kesehatan yang mendukung perumusan kebijakan Provinsi,
pengelolaanSurvei Kesehatan Daerah (Surkesda), Pemantauan
Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) Kesehatan,
Penyelenggaraan kerjasama luar negeri, Peningkatan Pengawasan dan
Akuntabitas, Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK), Promosi
Kesehatan, pendampingan dan fasilitasi masyarakat dalam
pemberdayaan dan peran serta masyarakattingkat Provinsi.
2. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
3. Melaksanakan penyusunan, penyempurnaan dan pengendalian
penerapan/pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok dan fungsi
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
Sub Bagiannya.
4. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebajikan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan Sub Bagiannya.
5. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan Sub Bagiannya..
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 55
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
staf, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan indikator kinerja
seksinya.
4. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan studi
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait dalam
penanganan urusan seksinya.
5. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
6. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
7. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Bidang sesuai dengan
Bidang tugas dan fungsinya.
8. Pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
9. Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada Kepala
Bidang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.
dasar perkotaan, upaya kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak tingkat
pelayanan kesehatan dasar; surveilans gizi buruk dan pemantauan
penanggulangan gizi buruk tingkat pelayanan kesehatan dasar dan
pemenuhan standar pelayanan kesehatan dasar tingkat Provinsi.
b. Melaksanakan inventarisasi, pembinaan, pengendalian, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, advokasi, dan penegakan sanksi, terhadap
penerapan/pelaksanaan pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk
teknis, tata laksana standar, Standard Operating Procedure (SOP),
kebijakan, regulasi, Perda/Ranperda, norma, kriteria ataupun ketentuan
lainnya dalam penanganan urusan seksinya.
c. Melaksanakan pembinaan, pengendalian, pengawasan, peningkatan
mutu pelayanan kesehatan dasar Pemerintah dan Swasta sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan.
d. Melaksanakan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan standar
ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan terkait
dalam penanganan urusan seksinya.
e. Melaksanakan pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan seksinya.
f. Melaksanakan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan seksinya.
g. Melaksanakan penyusunan perencanaan jangka menengah dan rencana
tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran, penyediaan
data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan Kabupaten/Kota
terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam penanganan urusan
seksinya.
h. Melaksanakan pengembangan District Team Problem Solving (Tim
Pemecah Masalah Kabupaten/Kota) Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir
dan Anak (DTPSKIBBLA).
i. Melaksanakan pengembangan manajemen Puskesmas berbasis
sertivikasi ISO (International Sertivication Organization).
fungsi Jabatan struktural dan staf, standar teknis tata hubungan kerja
organisasi dan indikator kinerja Bidangnya.
● Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait dalam penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaran pengintegrasian sistem teknologi informasi dalam
penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
Kabupaten/Kota dalam penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
Kabupaten/Kota terhadap perencanaan tingkat Provinsi dalam
penanganan urusan Bidangnya.
● Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup Bidangnya dan
penyelenggaraan arahan dan bimbingan kepada Pejabat Struktural
di Bidangnya.
● Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai
dengan Bidang tugas dan fungsinya dan pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
● Pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan.
3. Kepala Bidang Seksi Akreditasi dan Jaminan Kesehatan mempunyai
uraian tugas:
1. Melaksanakan urusan-urusan dalam ruang lingkup yang meliputi
registrasi, akreditasi, sertifikasi dan uji kompetensi Pejabat
struktural, fungsional dan Sumber Daya Manusia Kesehatan
pemerintah/swasta; registrasi, akreditasi, sertifikasi dan perizinan
tenaga medis, paramedis, tenaga non medis/tradisional terlatih,
tenaga kesehatan asing dan Lembaga Swadaya Masyarakat
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 73
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
struktural dan staff, standar teknis tata hubungan kerja organisasi dan
indikator kinerja UPT-nya
4. Penyelenggaraan dan pelatihan kesehatan yang pendidikan bersifat
langsung maupun tidak langsung sesuai standar mutu pelayanan
yang ditetapkan, terkait urusan UPT-nya
5. Penyelenggaraan analisis, pemetaan, penelitian, kajian-kajian dan
studi ilmiah manajemen pembangunan dan kebijakan kesehatan
terkait urusan UPT nya dan pengintegrasian sistem teknologi
informasi dalam penanganan urusan UPT nya berbasis sistem
informasi pelayanan dan kesehatan
6. Penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan, evaluasi, dan
fasilitasi Kabupaten/Kota dalam penangnnan urusan UPT-nya
7. Penyelenggaraan penyusunan perencanaan jangka menengah dan
rencana tahunan, dan koordinasi penyusunan program, anggaran,
penyediaan data, informasi dan mensinkronisasikan perencanaan
UPT-nya dengan perencanaan Kabupaten/kota yang terkait dengan
urusan UPT-nya terhadap perencanaan Dinas Kesehatan Provinsi
8. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup UPT-nya dan
penyelenggaran arahan dan bimbingan kepada pejabat di
seksi/subbag-nya
9. Penyelenggaraan koordinasi, konsultasi dan sinkronisasi dengan
Bidang terkait pada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera dalam
penanganan urusan UPT-nya.
10. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugas dan fungsinya serta pemberian masukan yang
perlu kepada Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya
11. Penyelenggaraan pelaporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Dinas sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan.
Kepala UPT Laboratorium kesehatan mempunyai uraian tugas:
1. Menyelenggarakan urusan pelayanan pemeriksaaan laboratorium
kesehatan tingkat Provinsi, serta mendukung bidang terkait pada
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 89
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
BAB IV
MATERI BIMBINGAN
Program ini bertujuan meningkatkan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga
kesehatan termasuk SDM kesehatan lainnya, serta pemberdayaan profesi kesehatan,
sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
9. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
Tujuan:
Program ini bertujuan mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan
kesehatan guna mendukung penyelenggaraan Sistem Kesehatan Provinsi (SKP).
10. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Tujuan:
Program ini bertujuan meningkatkan penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan.
Sumber : Elisa Sembiring, SKM, M.Kes
Hari/Tanggal : Senin/ 14 Februari 2022
Berfoto bersama setelah bimbingan dengan Bapak Elisa Sembiring, SKM, M.Kes
Dengan topik
Program Pembangunan Kesehatan
KEBIJAKAN PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
Pembimbing : Sahat Simanjuntak, S.Kep
Definisi Kesehatan
Menurut Undang Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, Kesehatan adalah
keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal ini merupakan unsur
kesehatan paripurna.
serebrovaskular
Jenis-Jenis NAPZA
1. Putau
Gejala sakau (kecanduan) putau:
a. Gejala emosional
● Kecemasan
● Gelisah
● Mudah marah
● Insomnia
● Sakit kepala
● Sulit konsentrasi
● Depresi
● Pengasingan diri
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 105
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
b. Gejala fisik
● Berkeringat
● Jantung berdebar
● Detak jantung keras
● Otot menegang
● Dada terasa sesak
● Sulit bernapas
● Tremor
● Mual, muntah, dan diare
2. Sabu-Sabu
Gejala kecanduan sabu-sabu akan timbul setelah memakai sabu-sabu selama lebih 5
tahun.
3. Tembakau Gorilla
Komposisi tembakau gorilla :
● Tembakau
● Ekstrak cengkeh
● Ekstrak dagga liar / ekor singa
Leonotis leonorus :
● Memiliki kandungan sedative (penenang tinggi)
● Digunakan sebagai substitusi ganja dibeberapa negara
● Sering disebut gors / gori di kalangan pelanggan
AB-Chminaca :
● Zat yang ditemukan sama dengan zat didalam ganja sintesis.
Efek pengonsumsian :
● Badan terasa mengambang (ngefly)
● Berhalusinasi
● Perasaan tenang
● Pergerakan badan terbatas
Pelayanan kesehatan jiwa dimulai dari :
1. Pelayanan PUS dan WUS → konseling pra nikah
2. Pemeriksaan kehamilan :
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 106
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
PENGERTIAN LANSIA
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998, berisi
tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keberhasilan pembangunan diberbagai
bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan Usia Harapan
Hidup penduduk di dunia termasuk di Indonesia. Namun dibalik keberhasilan
peningkatan UHH terselip tantangan yang harus dikuasai, yaitu kedepannya Indonesia
akan menghadapi beban tiga (Triple burden) yaitu disamping meningkatnya angka
kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak menular, juga akan terjadi peningkatan
Angka Beban Tanggungan penduduk usia produktif terhadap kelompok usia tidak
produktif.
Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok usia akan mengalami penurunan derajat
kesehatan baik secara alamiah ataupun akibat penyakit. Oleh karena itu sejalan dengan
meningkatnya penduduk lansia maka sejak sekarang kita harus mempersiapkan dan
merencanakan berbagai program kesehatan yang ditujukan bagi kelompok usia. Usia
Harapan Hidup menjadi salah satu indicator keberhasilan Indonesia Sehat.Pembangunan
terutama dibidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin panjangnya
harapan hidup penduduknya.
g) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan dukun bayi serta
kader kesehatan.
Antenatal Care (ANC)
1. Definisi
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan,
kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.
2. Manfaat
1. Memantau pertumbuhan janin dengan menimbang berat badan ibu
sebelum dan setelah hamil
2. Mengetahui penyulit apa saja yang bisa timbul, misalnya dengan
pengukuran tekanan darah ibu
3. Gold Standard ANC ( Antenatal Care )
Pada dasarnya ANC sebaiknya dilakukan > 10 kali selama kehamilan, yaitu :
- Trimester I : 1 kali dalam 4 minggu
- Trimester II : 1 kali dalam 2 minggu
- Trimester III : 1 kali dalam 1 minggu
Akan tetapi di Indonesia hanya mewajibkan minimal 4 kali selama
kehamilan, yaitu :
- Trimester I : K1
- Trimester II : K2
- Trimester III : K3 dan K4
4. Program Kesehatan pada Ibu Hamil
1) Pelayanan atau Asuhan Standar ANC ( 10 T )
1. Timbang Berat Badan
2. Ukur Tekanan Darah
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
4. Tentukan Presentase janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
5. Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 114
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
g) Kunjungan Remaja
Kunjungan ini dapat dilakukan pada Puskesmas PKPR (Pelayanan
KesehatanPeduli Remaja). Pada Puskesmas ini dilakukan penyuluhan-
B. POSYANDU
1. PENGERTIAN POSYANDU
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan antara lain: gizi,
imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan penanggulangan diare. Definisi lain
Posyandu adalah salahsatu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
2. TUJUAN POSYANDU
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur. Posyandu direncanakan dan
dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa dan Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang
KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina
LKMD tingkat kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan mampu
bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan mempunyai cukup
waktu untuk bekerja bagi masyarakat.
Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Biasanya
dilaksanakan satu kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
danditentukan masyarakat sendiri.
3. KEDUDUKAN POSYANDU
Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau kelurahan atau
nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat berlokasi di tiap RW, dusun,
atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan Posyandu adalah:
a. Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh
pemerintah desa atau kelurahan.
b. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan
aspek administrasi, keuangan dan program Pokja.
c. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.
d. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi yang
mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan.
e. TerhadapPuskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
5. KEGIATAN POSYANDU
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan atau pilihan, yaitu:
KEGIATAN UTAMA
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu hamil Pelayanan meliputi:
i. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besiyang
dilakukan oleh kader kesehatan.
ii. Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang
periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila
ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas.
iii. Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada
hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain: penyuluhan
tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan
menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan
pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan
senam ibu hamil.
b) Ibu nifas dan menyusui
Pelayanannya meliputi:
i. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan
lahir.
ii. Pemberian vitamin A dan tablet bes
iii. Perawatan payudara
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 120
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
4) Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya meliputi
penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi,
pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi (Fe). Untuk ibu
hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis
gondok.
5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare
KEGIATAN PENGEMBANGAN
Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya:
perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai
program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu demikian disebut dengan
Posyandu Plus.Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan
kegiatan utamanya di atas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung.
Kegiatan bulanan di Posyandu mengikuti pola keterpaduan KB-Kesehatan dengan
sistem lima meja:
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan bayidan anak balita.
Meja III : Pengisian KMS.
Meja IV : Penyuluhan perorangan
Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan KIA, KB,
Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan.
6. STRATIFIKASI POSYANDU
Semua Posyandu didata tingkat pencapaiannya, baik dari segi pengorganisasian
maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalah melakukan kategorisasi atau
stratifikasi posyandu, yang bisa dikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut
dari terendah sampai tertinggi sebagai berikut:
● Posyandu Pratama, dengan warna merah
● Posyandu Madya, dengan warna kuning
● Posyandu Purnama, dengan warna hijau
● Posyandu Mandiri, dengan warna biru
Penggolongan diatas dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat
pencapaian programnya, dalam hal ini digunakan 8 indikator yaitu:
1. Frekuensi penimbangan pertahun
7. Program Tambahan
Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu: KIA, KB, Perbaikan
Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya dapat
ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat seperti: Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin Desa, dan
sebagainya.
8. Dana Sehat
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 123
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
% Kepesertaan : 75,86%
Ket : Data Dirjen Dukcapil s.d Semester I 2020
Dasar perhitungan iuran segmen penduduk yang didaftarkan pemerintah daerah
• Iuran sesuai Perpres 82 Tahun 2018 Iuran Rp 23.000
• Iuran Sesuai Perpres 75 Tahun 2019 Iuran Rp 42.000
• Iuran sesuai Perpres 64 Tahun 2020 Iuran Rp 25.500
• Iuran sesuai Perpres 64 Tahun 2020 Iuran Rp 42.000
Kepesertaan Penerima Bantuan Iuran JKN APBD Provinsi Sumatera Utara (PBPU
Provsu) Tahun 2021
1. 2019 : jumlah 425.789 jiwa
2. 2020 : jumlah 177.920 jiwa
3. TMT Agustus : jumlah 175.813 jiwa
Penurunan jumlah kepesertaan PBI APBD (sekarang disebut PBPU/BP Pemda
Provsu) terjadi diakibatkan adanya penyesuaian pembiayaan iuran sesuai Peraturan
Presiden Nomor 64 Tahun 2020. Dimana hal tersebut mengakibatkan Pemprovsu
menonaktifkan s/d 60 % peserta PBI Sebelumnya pada tahun 2020.
Tindak lanjut pemerintah daerah provinsi SUMUT didalam menyiasati
penonaktifan kepesertaan PBI PROVSU periode juli tahun 2020
Pemerintah Provinsi Sumatera ditengah tengah keterbatasan Alokasi Dana Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan PBI Provinsi Sumatera Utara yang mengakibatkan non
aktifnya kepesertaan JKN PBI Provinsi Sumatera Utara s/d 60 % dari jumlah
kepesertaan Total (dari 425,789 menjadi 177.920 jiwa), dimana disamping hal
tersebut juga ternyata masih banyak didapati masyarakat miskin dan tidak mampu
yang belum memiliki kepesertaan JKN yang membutuhkan solusi dan kehadiran
dari negara.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Dinas kesehatan berinisiatif
mengeluarkan alternatif Pembiayaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Non
Register lewat SK Gubernur Nomor 188.44/299/KPTS/2020 tentang Penetapan
Pengelola Penyediaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Non Register tahun
2020.
STRUKTUR PERMENKES
I. KETENTUAN UMUM
2. Tugas Puskesmas
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya, yaitu:
a. Mencapai tujuan pembangunan kesehatan
b. Mengintegrasikan program yang dilaksanakannya dengan pendekatan keluarga
c. Pendekatan keluarga
d. Meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga
3. Fungsi Puskesmas
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
4. Wewenang Puskesmas
a. menyusun perencanaan kegiatan berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
masyarakat dan kebutuhan pelayanan yang diperlukan
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap institusi, jaringan pelayanan
Puskesmas dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
f. melaksanakan perencanaan kebutuhan dan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
III. PERSYARATAN
1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas
2. Puskesmas haus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik meliputi:
a. Geografis
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi
c. kontur tanah
d. fasilitas parker
e. fasilitas keamanan
f. ketersediaan utilitas public
g. pengelolaan kesehatan lingkungan
h. tidak didirikan di area sekitar Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi
3. Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung
Negara meliputi :
b. persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja serta
persyaratan teknis bangunan
c. bangunan bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain
-nutrisionis
-tenaga apoteker
-ahli teknologi laboratorium medic
d. Tenaga nonkesehatan
IV. KATEGORI PUSKESMAS
Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan:
a. karakteristik wilayah kerja
1. Puskesmas kawasan perkotaan
2. Puskesmas kawasan perdesaan
3. Puskesmas kawasan terpencil
4. Puskesmas kawasan sangat terpencil.
b. kemampuan pelayanan
1. Puskesmas nonrawat inap
2. Puskesmas rawat inap.
V. PERIZINAN DAN REGISTRASI
1. Perizinan
1. Diberikan oleh Pemda kab/kota setelah memenuhi persyaratan
2. Persyaratan ketenagaan dan peralatan untuk izin operasional pertama kali:
a. Persyaratan ketenagaan harus memenuhi
• Dokter dan/atau DLP
• 75% dari (dokter gigi dan jenis tenaga kesehatan lainnya)
• Tenaga nonkesehatan
b. Persyaratan peralatan telah terpenuhi paling sedikit 60%
3. Masa berlaku 5 tahun, dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
4. Persyaratan untuk perpanjangan izin operasional harus memenuhi
persyaratan ketenagaan dan peralatan sesuai PMK 43/2019.
5. Kelengkapan dokumen:
1. Fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah
2. Kajian kelayakan
3. Dokumen pengelolaan lingkungan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 132
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
1.Setiap Puskesmas harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.
Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
a. kepala Puskesmas;
b. kepala tata usaha; dan
c. penanggung jawab.
Puskesmas dipimpin oleh Kepala Puskesmas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2.Kepala Puskesmas diangkat dan diberhentikan oleh bupati/wali kota.
3.Untuk dapat diangkat sebagai kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada harus
memenuhi persyaratan: a. berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara; b. memiliki
pendidikan bidang kesehatan paling rendah sarjana S-1 (strata satu) atau D-4 (diploma
empat); c. pernah paling rendah menduduki jabatan fungsional tenaga kesehatan jenjang
ahli pertama paling sedikit 2 (dua) tahun; d. memiliki kemampuan manajemen di bidang
kesehatan masyarakat; e. masa kerja di Puskesmas paling sedikit 2 (dua) tahun; dan f.
telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
4.Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak tersedia seorang
tenaga kesehatan dengan kualifikasi pendidikan sebagaimana dimaksud pada huruf b
dan huruf c, kepala Puskesmas dapat dijabat oleh pejabat fungsional tenaga kesehatan
dengan tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga
UKM ESENSIAL
a. Promosi kesehatan
b. Kesehatan lingkungan
c. Kesehatan keluarga
d. Gizi
e. Pencegahan dan pengendalian penyakit.
VIII. PENDANAAN
Sumber pendanaan:
• APBD
• APBN
• Sumber lain yang sah dan tidak mengikat
• Pendanaan ditujukan dengan mengutamakan penyelenggaraan UKM
• Pengelolaan dana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang
IX. SISTEM INFORMASI PUSKESMAS
1. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan Sistem Informasi Puskesmas.
2. Sistem Informasi Puskesmas bagian dari sistem informasi kesehatan
kabupaten/kota.
3. Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana
4. dapat diselenggarakan secara elektronik dan/atau nonelektronik.
5. Sistem Informasi Puskesmas paling sedikit mencakup: a. pencatatan dan
pelaporan kegiatan Puskesmas dan jaringannya; b. pencatatan dan pelaporan
keuangan Puskesmas dan jaringannya; c. survei lapangan; d. laporan lintas sektor
terkait; dan e. laporan jejaring Puskesmas di wilayah kerjanya.
6. Dalam menyelenggarakan Sistem Informasi Puskesmas, harus menyampaikan
laporan kegiatan Puskesmas secara berkala kepada dinas kesehatan daerah
kabupaten/kota.
7. Laporan kegiatan Puskesmas merupakan sumber data dari pelaporan data
program kesehatan yang diselenggarakan melalui komunikasi data
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, untuk memperelok badan
atau bagian badan manusia.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 6 tahun 2016 obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional terbagi 3, yaitu:
● Jamu.
Jamu adalah bahan dasar yang belum terstandarisasi atau belum dilakukan uji klinis
maupun pre-klinis.
● Obat Herbal Terstandar (OHT).
Bahan dasar pada obat herbal standar sudah dilakukan uji pre-klinis, namun belum
dilakukan uji klinis.
● Fitofarmaka.
Bahan dasar pada fitofarmaka sudah dilakukan uji klinis dan uji pre-klinis.
Kementerian Kesehatan dalam mendukung pelayanan kesehatan menggunakan
ramuan tradisional, memandang perlu untuk membuat suatu acuan dalam pemilihan
pemanfaatan jenis obat tradisional yang dapat berupa formularium. Formularium ini
akan terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi bidang kesehatan.
Hal ini didukung pula dengan keberadaan Sentra Pengembangan dan Penerapan
Pengobatan Tradisional (SP3T), Badan Litbangkes serta Institusi Pendidikan yang
senantiasa melakukan penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan kesehatan
tradisional.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 6 tahun 2016 obat
Herbal Terstandar adalah sediaan bahan yang telah distandardisasi bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi, harus memenuhi persyaratan aman dan mutu sesuai
dengan persyaratan yang berlaku serta klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik.
Menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 6 tahun 2016
fitofarmaka adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk
jadinya telah distandardisasi.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 140
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Menurut BPOM Republik Indonesia kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut,
kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
I. Menggunakan bahan yang memenuhi standar dan persyaratan mutu serta persyaratan
lain yang ditetapkan;
II. Diproduksi dengan menggunakan cara pembuatan kosmetik yang baik;
III. Terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
FORMULARIUM NASIONAL
Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perlu menjamin
aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan
jumlah yang cukup, dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional perlu
disusun daftar obat dalam bentuk Formularium Nasional.
Formularium Nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang Formularium Nasional
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/636/2016, perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan hukum sesuai kajian pola penyakit yang
terjadi di masyarakat.
Formularium Nasional dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/107/2017 tentang Komite Nasional Penyusunan Formularium
Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu formularium nasional
merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan
kesehatan dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 141
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
Contoh : Jarum suntik, Kasa Steril, Benang bedah, IV Catheter, Infuse set dll
4. Alat Kesehatan Non Elektromedik Non Steril adalah alat kesehatan yang
penggunaannya tidak memerlukan sumber listrik AC/D dan produknya tidak steril,
Contoh : Plester, timbangan bayi, kursi roda,dll
5. Produk Diagnostik In Vitro adalah alat kesehatan yang digunakan untuk
pemeriksaan spesimen dari dalam tubuh manusia untuk diagnosa dan pemantauan
Contoh : Alat Gula Darah, Tes kehamilan, Tes Asam Urat, Alat Tes Kimia Klinik
KLASIFIKASI ALKES
Berdasarkan risiko yang ditimbulkan selama penggunaan alat kesehatan :
1. kelas A adalah Alat Kesehatan Yang Memiliki risiko Rendah Dalam Penggunaannya
Contoh : Film viewer, Instrument bedah, Sarung tangan bedah, Oxygen Mask
2. kelas B adalah alat kesehatan yang memiliki risiko rendah sampai sedang dalam
penggunaannya
Contoh : Blood Plessure Cuff ( Sphygmomanometer), Steam Sterilizer
3. kelas C adalah alat kesehatan yang memiliki risiko sedang sampai tinggi dalam
penggunaannya
Contoh : Patient monitor, Mesin X-Ray
4. kelas D adalah alat kesehatan yang memiliki risiko tinggi dalam penggunaannya
Contoh : Stent Jantung, Pacemaker ( Pacu detak jantung )
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KLASIFIKASI ALKES
1. Lamanya waktu kontak alat terhadap tubuh
2. Derajat dan tempat masuknya dalam tubuh
3. Kombinasi Alat Kesehatan
4. Maksud penggunaan sebagai alat diagnosis atau untuk pemeliharaan
5. Efek lokal terhadap sistemik
6. Efek biologi terhadap tubuh (jika sesuai)
7. Kontak dengan kulit yang luka (jika sesuai)
8. Kemampuan alat dapat untuk digunakan kembali atau tidak
Kegunaan
Untuk Tujuan Memberikan Informasi dengan Memperhatikan Keadaan Fisiologis atau
Patologis atau Kelainan Bawaan, Untuk Menentukan Keamanan dan Kesesuaian Setiap
Darah atau Donor Jaringan dengan Penerima yang Potensial, atau Untuk Memantau
Ukuran Terapi dan Mewadahi Spesimen
Berfoto bersama dengan dr. Jhony Siburian Setelah bimbingan dengan topik
“ PENGENALAN ALAT PRODUK KESEHATAN ”
POST-TEST
Oleh: Gustini, STT
Hari/Tanggal: Jumat / 29 Oktober 2021
Pukul: 10.00 – 13.00 WIB
PERTANYAAN :
1. Jelaskan bagaimana proses penanganan ibu dan anak dalam masalah kesehatan di
era pandemic covid-19 ini?
2. Apa yang dimaksud dengan obat herbal, generik, paten dan berikan contohnya?
3. Apa yang harus anda lakukan dengan pasien ODGJ?
4. Jelaskan prosedur alat kesehatan yang baik dan benar untuk digunakan ?
5. Berdasarkan analisis, kekurangan dan kelebihan BPJS Kesehatan antara lain?
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 146
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
JAWABAN:
1. Jelaskan bagaimana proses penanganan ibu dan anak dalam masalah kesehatan di
era pandemic covid-19 ini?
Pembahasan:
Pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap layanan kesehatan ibu dan anak.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI baru-baru ini, terjadi penurunan kunjungan
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan bayi, balita dan anak. Menyikapi
kondisi tersebut, PP IAKMI (Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat
Indonesia), PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia), DPP PPNI (Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia) dan GKIA (Gerakan Kesehatan
Ibu dan Anak Indonesia) Menyerukan :
Pertama, menghimbau semua pihak untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan
dalam pemenuhan akses terhadap layanan kesehatan ibu dan anak selama pandemi
COVID-19.
Kedua, mengajak masyarakat untuk tetap mengakses layanan kesehatan ibu dan
anak seperti pemeriksaan kehamilan, bersalin di fasilitas kesehatan, imunisasi, dan
kunjungan posyandu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti
memakai masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan.
Ketiga, menghimbau fasilitas pelayanan kesehatan menjalankan pelayanan dan
program kesehatan masyarakat dengan lebih menerapkan dan mematuhi protokol
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Untuk posyandu tetap memberikan upaya
kesehatan ibu dan anak di masyarakat dengan menerapkan protokol kesehatan
seperti:
menerapkan prinsip jaga jarak minimal 1 meter;
pemberlakuan ketat sistem triase yang memastikan sasaran imunisasi dan
orang tua pengantar dalam keadaan sehat dan menghimbau agar bagi
yang sakit untuk menunda waktu kunjungan ke Posyandu.
mengatur jam kedatangan sehingga tidak terjadi penumpukan orang
dalam waktu yang bersamaan;
2. Apa yang dimaksud dengan obat herbal, generik, paten dan berikan contohnya?
Pembahasan :
a. Obat herbal Obat jadi yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral atau sediaan
galenik, obat berdasarkan pengalaman empiris turun temurun. Contoh: inggu,
bengle, kencur, sambiloto, tapak liman
b. Obat generik Obat dengan nama generik sesuai dengan penamaan zat aktif sediaan
yang ditetapkan oleh farmakope indonesia dan INN (International non-propietary
Names) dari WHO, tidak memakai nama dagang maupun logo produsen. Contoh
amoksisilin, metformin
c. Obat paten Hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang
ditemukannya berdasarkan riset Industri farmasi tersebut diberi hak paten untuk
memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis
sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah diberi hak
paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh
industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak
paten. . Contoh yang cukup populer adalah Norvask. Kandungan Norvask (aslinya
Norvasc) adalah amlodipine besylate, untuk obat antihipertensi.
a. Orang Dengan Gangguan Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta
dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia.
b. Upaya kesehatan jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan
jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang diselenggarakan
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.
1. Upaya Promotif Upaya promotif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk:
Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat secara
optimal
Menghilangkan stigma, diskriminasi, pelanggaran hak asasi ODGJ sebagai
bagian dari masyarakat
Meningkatkan pemahaman dan peranan serta masyarakat terhadap kesehatan
jiwa
Meningkatkan penerimaan dan peran serta masyarakat terhadap kesehatan jiwa.
2. Upaya Preventif Upaya preventif kesehatan jiwa ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
Mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa
Mengurangi factor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara umum
atau perorangan, dan/atau
Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial
3. Upaya Kuratif Upaya kuratif kesehatan jiwa ditujukan untuk :
Penyembuhan atau pemulihan
Pengurangan penderitaan
Pengendalian disabilitas
Pengendalian gejala penyakit.
c. Proses penegakan diagnosis terhadap orang yang diduga ODGJ dilakukan untuk
menentukan:
Kondisi kejiwaan
Tindak lanjut penatalaksanaan
d. Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan kriteria diagnostic oleh :
Dokter umum
Psikolog
Dokter spesialis kedokteran jiwa.
e. Penatalaksaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di fasilitas pelayanan di
bidang kesehatan jiwa.
Penatalaksaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan dengan cara:
Rawat jalan
Rawat inap
f. Upaya Rehabilitatif:
Motivasi dan diagnostic psikososial
Perawatan dan pengasuhan
Pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan
Bimbingan mental spiritual
Bimbingan fisik
Bimbingan social dan konseling psikososial
Pelayanan aksesibilitas
Bantuan social dan asistensi social
Bimbingan resosialisasi
Bimbingan lanjut
Rujukan.
4. Jelaskan prosedur alat kesehatan yang baik dan benar untuk digunakan ?
Pembahasan:
Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, perkakas, dan/atau implan,
reagen in vitro dan kalibrator, perangkat lunak, bahan atau material yang digunakan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 150
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
2. Perusahaan harus:
mengidentifikasi dan menetapkan proses yang dibutuhkan untuk CPAKB
menentukan urutan dan interaksi dari proses di atas
menentukan kriteria dan metode yang dibutuhkan untuk menjamin efektifitas
implementasi dan kendali dari proses
menjamin ketersediaan sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk
mendukung pelaksanaan dan pemantauan proses ini
memantau, mengukur dan menganalisis proses ini
mengimplementasikan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang
direncanakan dan mempertahankan keefektifan proses ini
menentukan bagian-bagian atau fungsi-fungsi pada perusahaan yang
memiliki tugas dan tanggung jawab yang ditetapkan secara jelas dan tegas.
3. Apabila perusahaan memilih untuk menyerahkan kepada pihak lain sebagian
proses yang mempengaruhi kesesuaian produk dengan persyaratan, maka
perusahaan harus menjamin keseluruhan proses kendali yang dimaksud. Proses
kendali yang diserahkan kepada pihak lain tersebut harus diidentifikasi dalam
CPAKB.
a. Kelebihan
Lebih menguntungkan dibandingkan asuransi komersial, yang mana BPJS
kepesertaannya wajib bukan sukarela, BPJS Kesehatan bukan profit (mencari
keuntungan) tetapi bersifat non-profit, dan manfaat yang didapat bersifat
komprehensif.
Tanpa Medical Check Up Apabila Anda mendaftar pada asuransi kesehatan
swasta, maka Anda akan dikenai medical check up terlebih dahulu sebelum
menggunakan fasilitas asuransi. Jika Anda terkena penyakit kritis dan sudah
berumur di atas 40 tahun, maka premi Anda akan menjadi semakin mahal karena
kemungkinan akan sangat besar untuk menggunakan asuransi dalam waktu dekat.
Kemungkinan terburuk seperti pengajuan polis yang ditolak juga sangat mungkin
terjadi. Namun, bila Anda mendaftar BPJS, di umur berapa pun Anda boleh
mendaftar dan tanpa medical check up, bahkan bayi yang masih dalam
kandungan pun juga sudah bisa di daftarkan.
Jaminan Kesehatan Seumur Hidup Sepertinya hanya BPJS yang berani
menanggung proteksi peserta hingga seumur hidup. Dalam pengamatan sejauh
ini, diketahui asuransi swasta hanya bisa melindungi pesertanya maksimal pada
usia 100 tahun. Hal ini yang akhirnya membuat masyarakat semakin jatuh hati
untuk memilih BPJS Kesehatan sebagai jaminan kesehatan yang menjanjikan.
Tidak ada pengecualian Asuransi swasta cenderung menolak seseorang yang
sudah terkena penyakit kronis. Jika pun diterima, premi yang dibebankan akan
mahal atau bahkan polis bisa ditolak kalau muncul kebohongan. Klaim dana juga
dapat menjadi sangat sulit ketika pesertanya dianggap melakukan pembohongan
saat mendaftar. Sedangkan, BPJS tidak membedakan pesertanya, tanpa
menanyakan penyakit yang telah diderita oleh peserta.
b. Kekurangan:
Fasilitas Kesehatan yang tersedia belum sebanding
Faskes yang ditawarkan kepada pasien ada dua, yaitu Faskes I dan Faskes II.
Pasien hanya diperbolehkan untuk memilih satu dari tiap-tiap Faskes sesuai
dengan wilayah pasien tinggal. Satu Faskes I dan satu Faskes II. Kondisi ini tentu
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
14 Februari 2022 – 18 Februari 2022 154
LAPORAN KEGIATAN
DI DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA
saja merugikan. Sebab kalau Faskes I yang berada di wilayah pasien tinggal tidak
memuaskan, pasien tidak bisa berobat di Faskes I lainnya, kecuali mengurus
kepindahan Faskes. Lokasi Faskes juga dapat menimbulkan masalah baru.
Bayangkan saja jika jarak lokasi Faskes dengan lokasi tempat tinggal pasien
sangat jauh, hal ini tentu saja akan memakan waktu berjam-jam. Akibatnya,
pasien bisa mendapatkan pelayanan yang tidak memuaskan.
Jumlah Faskes rekanan yang belum maksimal
Pasien hanya diperbolehkan untuk mendapat pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang dirujuk pihak BPJS Kesehatan. Bila rumah sakit tersebut tidak bekerja sama
dengan BPJS, pasien yang mau berobat akan ditolak. Mau tidak mau pasien harus
berusaha mencari daftar rumah sakit rekanan demi mendapat pelayanan rumah
sakit yang cepat dan memuaskan.
Pemberlakukan rujukan berjenjeng
Kendala terakhir yang paling sering dialami pasien adalah kesulitan untuk
mengajukan rujukan ke rumah sakit. Sistem yang diberlakukan BPJS Kesehatan
adalah sistem rujukan jenjang tertentu. Pasien yang ingin menikmati fasilitas
kesehatan dari rumah sakit harus mendapat surat rujukan terlebih dahulu dari
Fasilitas Kesehatan I (Faskes I), seperti puskesmas, dokter keluarga, dan klinik
BPJS. Surat rujukan tersebut mendapat pengecualian untuk pasien yang sedang
dalam kondisi gawat darurat. Beruntunglah jika Faskes I sedang tidak sibuk
melayani sejuta masyarakat. Bila Faskes I sedang sibuk, pasien yang
membutuhkan pertolongan dari pihak rumah sakit pun bisa saja sekarat karena
sudah kelamaan menunggu surat rujukan tersebut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup. Pembangunan kesehatan
sebagai salah satu upaya dan pembangunan nasional diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat hidup sehat.
2. Dengan adanya Dinas Kesehatan Provinsi, UPT Dinas Kesehatan Provinsi dan
Seksi-Seksi UPT Dinas Kesehatan Provinsi berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota serta tim kesehatan lain mampu mengatasi masalah kesehatan di
Indonesia.
3. Melalui program-program di Dinas Kesehatan membantu untuk kelancaran
pelaksanaan tugas sesuai dengan wewenang masing-masing UPT Seksi Dinas
Kesehatan.
4. Pelaksanaan program menuju INDONESIA SEHAT 2025, Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Utara mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
kepada seluruh masyarakat.
5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah suatu program pemerintah dan
masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup
sehat, produktif dan sejahtera.
6. Sebagai Mahasiswa Kedokteran dapat mengetahui struktur organisasi dan
management Kesehatan serta mampu bekerja sama sebagai individu dan tim
sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai langkah untuk merealisasikan
perilaku hidup bersih dan sehat untuk menuju INDONESIA SEHAT 2025.
5.2 SARAN
LAMPIRAN