Anda di halaman 1dari 42

PROFIL PUSKESMAS KEDAI TIGA BARUS KABUPATEN TAPANULI TENGAH

2020
-1-

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami Panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatNya “Profil
Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2020” telah dapat disusun dengan baik.
Dalam upaya memenuhi tuntutan masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas
serta jangkauan ke fasilitas kesehatan rujukan yang cukup jauh dari beberapa kecamatan sekitar
Barus, Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah telah menambah fasilitas kesehatan rujukan
yaitu Puskesmas Kedai Tiga Barus

Tersusunnya laporan ini berdasarkan kerjasama yang baik dari seluruh komponen yang ada
di Puskesmas Kedai Tiga Barus, dan semua sektor yang mendukung terutama Pemerintah Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang mendukung sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang

Barus, Januari 2021


An.Kepala UPTD Puskesmas Kedai Tiga Barus
Kepala Urusan Tata Usaha

Boksa Riko Bondar S,Kep,Ners


NIP. 19900601 201903 1 001
-2-

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatanmengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi untuk mencapai
keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, diselenggarakan pembangunan di bidang
kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan yang rendah juga berpengaruh terhadap
rendahnya produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah.
Pembangunan Nasional di bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan kepada semua lapisan
masyarakat. Namun pada operasionalnya ditujukan untuk golongan tertentu dan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan skala prioritas.
Visi Puskesmas Kedai Tiga Barus adalah “Menjadi Puskesmas dengan pelayanan prima”
dan Misi yang ditetapkanPuskesmas Kedai Tiga Barus untuk mencapai visi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan prima
2. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas
3. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan Berkelanjutan
4. Melengkapi sarana dan prasarana secara berkelanjutan menuju klasifikasi
Puskesmas yang lebih baik
Pengelolaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dilakukan
melalui sistem manajemen kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan agar lebih
berhasil guna dan berdaya guna. Puskesmas Kedai Tiga Barusmerupakan salah satu instansi yang
bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan Barus . Kami akan
melakukan upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi permasalahan kesehatandi wilayah
Kecamatan Barus. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan
indikator. Indikator yang dipakai adalah Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal bidang
Kesehatan. Agar penyelenggaraan pembangunan kesehatan, khususnya dalam melakukan kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasandan penilaian dapat berjalan efektif dan
efisien sangat diperlukan informasi tentang hasil pembangunan kesehatan dan pendukungnya.
-3-

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi, Puskesmas Kedai Tiga Barusmenyusun


profil ini bertujuan untuk memberikan data dan informasi dalam rangka proses perencanaan,
pemantauan, dan mengevaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Kedai Tiga Kecamatan Barus.

1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tersedianya data atau informasi yang ak urat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka
meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna.

B. Tujuan Khusus
1. Tersedianya acuan dan bahan rujukan dalam rangka pengumpulan data, pengolahan,
analisis serta pengemasan informasi
2. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistim
pencatatan dan pelaporan di unit-unit kesehatan
3. Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan informasi dalam menyusun
alokasi dana/anggaran program kesehatan
4. Tersedianya bahan untuk penyusunan profil kesehatan tingkat propinsi dan nasional
-4-

1.2 ISI RINGKASAN PROFIL


Profil kesehatan Puskesmas Kedai Tiga Barus berisi narasi dan gambaran analisis situasi
umum dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan, situasi sumber daya, situasi upaya
kesehatan, situasi derajat kesehatan dan pembiayaan kesehatan. Disamping narasi juga berisi
tabel yang menggambarkan perkembangan atau perbandingan pencapaian program.

1.3 SISTIMATIKA PENYAJIAN


Bab I. Pendahuluan
Bab ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya profil Puskesmas Kedai
Tiga Barus. Dalam bab ini juga diuraikan secara ringkas pula isi dari Profil Puskesmas Kedai
Tiga Barus dan sistimatika penyajian.

Bab II. Gambaran Umum Puskesmas Kedai Tiga Barus


Dalam bab ini diuraikan gambaran secara umumPuskesmas Kedai Tiga Barusyangmeliputi
keadaan geografi, cuaca, keadaan penduduk, tingkat pendidikan penduduk, keadaan ekonomi,
serta perilaku penduduk yang terkait dengan kesehatan.

Bab III. Situasi Derajat Kesehatan


Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup tentang
angka kematian, angka harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.

Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan


Bab ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang tertuang pada tujuan program
pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran upaya kesehatan yang telah diselenggarakan
meliputi pelayanan kesehatan dasar, pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
dan upaya perbaikan gizi masyarakat serta gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup
tentang keadaan sarana atau fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan.

Bab V. Kinerja Pembangunan Kesehatan


Bab ini menyajikan kegiatan multi sektor yang dilaksanakan dalam rangka mencapai
Kelurahan Pedungan Sehat yang dituangkan dalam Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Kesehatan.

Bab VI. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang disajikan dalam bab ini mencakup tentang keadaan umum maupun
pencapaian pembangunan kesehatan dan kinerja pembangunan kesehatan. Saran-saran berisi
rekomendasi dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan dan masalah-masalah kinerja
pembangunan kesehatan yang menonjol
-5-

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum

2.1.1 Geografi

Puskesmas Kedai Tiga Barusterletak Di Jalan Muara Desa Kedai Gedang Kecamatan
Barus Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara. Jarak dari ibukota Kabupaten kira-
kira 75 km, waktu tempuh rata-rata 150 menit (2,5 jam) dengan kendaraan bermotor/ roda empat
dengan luas wilayah 21,81 km², dengan wilayah 2 kelurahan dan 11 Desa. Ketinggian wilayah
berada 0-3 meter diatas permukaan laut, serta terletak pada 02 ⁰02’05”- 02 ⁰09’29” Lintang Utara,
98⁰17’18”- 98⁰23’28” Bujur Timur.Jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas terjauh, yaitu 2 km
dan waktu tempuh menuju Puskesmas 5-10 menit , Jalan yang ditempuh ke Puskesmas dapat
dilalui oleh kendaraan (transportasi cukup lancar) dan tidak ada kendala untuk menjangkau
Puskesmas tersebut.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus yaitu :

Sebelah Utara : berbatasan dengan kecamatan andam dewi

Sebelah Selatan : berbatasan dengan kecamatan sosorgadong

Sebelah Timur : berbatasan dengan kecamatan barus utara

Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudra Hindia

2.1.2 Topografi dan Iklim

Topografi Kecamatan Barus berada di antai barat sumatera dengan ketinggian antara 0-3
km diatas permukaan laut. Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barussecara umum beriklim laut
tropis yang dipengaruhi oleh angina musim. Sebagai daerah tropis wilayah kerja Puskesmas
Kedai Tiga Barus memiliki musim kemarau dan musim hujan yang diselingi dengan musim
panca roba.

2.1.3 Pemerintahan

Kecamatan Barus secara administratif terdiri dari 11 Desa dan 2 kelurahanyang


kemudian terbagi menjadi 2 wilayah kerja instansi kesehatan. Yang merupakan wilayah kerja
Puskesmas Kedai Tiga Barus Yaitu : Desa Sigambo-Gambo, Desa Kedai Gedang, Desa
Gabungan Hasang, Desa Bukit Patupangan , Desa Kampung Solok.
-6-

2.1.4 Kependudukan

Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus berjumlah 7,697 jiwa.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 3,851 orang dan
perempuan sebanyak 3,846 orang. Untuk lebih rinci dapat dilihat di diagram berikut ini.

Tabel 2.1 Banyaknya Penduduk Dirinci Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah


Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

N Desa/ laki-laki Perempu Jumla


o Kelurahan an h

1 Bukit 1036 1030 2066


Patupangan
2 Kedai Gedang 974 887 1861
3 Sigambo-gambo 606 614 1220
4 Kampung Solok 601 641 1242
5 Gabungan 706 745 1451
Hasang
Jumlah 3923 3917 7840
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli
Tengah

Penyebaran penduduk antar Desa di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus terjadi
cukup merata. Pada tahun 2019 jumlah penduduk terbanyak pada wilayah kerja Puskesmas
Kedai Tiga Barus adalah di Desa Bukit Patupangan dengan jumlah penduduk 2,066 jiwa dan
terendah di Desa Sigambo-Gambo sebanyak 1,220 jiwa.

Tabel 2.1 Luas Kecamatan, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa Di Wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

N Desa/ Luas (Km²) Jumlah Kepadat


o Kelurahan an
Pendud Penduduk
uk
1 Bukit 1,92 2066 1076
Patupangan
2 Kedai Gedang 2,32 1861 802
3 Sigambo-gambo 1,05 1220 1162
4 Kampung Solok 0,31 1242 4006
-7-

5 Gabungan 3,30 1451 440


Hasang
Jumlah 8,9 7840 7486
Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli
Tengah
Jumlah kepadatan penduduk tertinggi adalah di Desa Kampong Solok (4006 jiwa/km²) dan
terendah di Desa Gabungan Hasang (440 jiwa/km²).

2.1.5 Sosial ekonomi

Pertumbuhan perekonomian di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus, sebagian besar


disokong oleh sektor laut, pertanian dan perkebunan.

2.1.6 Adat istiadat

a. Suku

penduduk kecamatan barus terdiri dari suku yang beragam yaitu Batak, Jawa, Minang, Aceh dan
Nias. Demikian dengan penduduk yang berasal dari keturunan Arab, Cina dan India walau
berbeda keyakinan, etnis dan budaya masyarakat tetap dapat hidup damai berdampingan dalam
kebhinekaan.

b. Agama

menurut sejarah, barus merupakan wilayah awal masuk dan berkembangnya agama islam di
Indonesia. Mayoritas masyarakat barus menganut tiga agama yang diakui di dunia, yakni agama
Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Bentuk keyakinan lainnya adalah kepercayaan parmalim
yang merupakan agama nenek moyang suku batak.

Tabel 2.3Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut Di Wilayah Puskesmas


Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Desa Agama yang Dianut Jumlah


Islam Katolik Kristen Lainnya
Protestan

1 Bukit Patupangan 1774 154 34 - 1962


2 Kedai Gedang 911 423 449 2 1785
3 Sigambo-gambo 677 309 290 ⁻ 1276
4 Kampung Solok 983 107 15 1105
5 Gabungan Hasang 195 421 749 1 1366
Jumlah 4540 1414 1537 3 7494
Sumber : Koordinator Statistik Kecamatan Barus
-8-

Sarana Fisik Puskesmas

Berbagai sarana Fisik kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus. Sarana Kesehatannya
antara lain :

Tabel 2.4 Sarana Kesehatan Yang Terdapat di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun
2019

No Desa Puskesmas Puskesmas Posyandu Polindes Poskesdes BKIA


Induk Pembantu

1 Bukit Patupangan ⁻ ⁻ 2 1 1 ⁻
2 Kedai Gedang 1 1 2 ⁻ ⁻ 1
3 Sigambo-gambo ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ 1
4 Kampung Solok ⁻ ⁻ 1 1 ⁻ ⁻
5 Gabungan Hasang ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ ⁻
Jumlah 1 3 7 2 1 2
Sumber : Data Puskesmas Tahun 2019

2.2 Perilaku Penduduk

a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi,
maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Hasil kegiatan pemantauan Rumah Tanggga ber PHBS yang dilaksanakan
berdasarkan sisem sampling di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barusmeliputi 5554 rumah dengan
jumlah rumah dipantai sebanyak 1110 (20%). Jumlah rumah yang termasuk dalam kategori ber
PHBS sebanyak 558 (52%) sedangka yang tidak ber PHBS sebanyak 275 (24%). Dengan demikian
masih ada prosentase rumah tangga yang belum melaksanakan PHBS. Namun demikian puskesmas
telah melaksanakan penyuluhan secara rutin baik didalam gedung maupun diluar gedung. Sebagai
sasaran penyuluhan yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah ibu rumah tangga dan institusi
sekolah terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu
diberdayakan untuk melaksanakan PHBS.
-9-

Berikut adalah persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus

Tabel 2.5 Persentase Rumah Sehat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun
2019

No Desa Jumlah 2018 2019


Seluruh Rumah Jumlah Rumah Rumah Rumah
Rumah Memenuhi Rumah yang Dibina Dibina Memenuhi
Syarat (Rumah Belum Memenuhi Syarat (Rumah
Sehat) Memenuhi Syarat Sehat)
Syarat
Jumlah % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Bukit 1677 98 5,8 1587 80 5,0 52 3,2 22 53,8
Patupangan
2 Kedai Gedang 1277 295 23,1 988 70 7 50 5 35 70
3 Sigambo- 1243 215 17,2 1042 90 8,6 50 5 32 80
gambo
4 Kampung 873 215 24,6 670 55 8,2 30 4,4 16 64
Solok
5 Gabungan 484 82 16,9 414 60 14,4 40 9,6 24 80
Hasang
Sumber : Petugas PHBS Puskesmas Kedai Tiga Barus,2019

b.Aktivitas Posyandu

Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).
Keberadaan posyandu sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita. Tingkat perkembangan
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018 seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 2.6 Jumlah Posyandu Balita di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus

No Desa Nama Posyandu Strata Posyandu


1 Bukit Patupangan MAWAR I Madya
MAWAR II
2 Kedai Gedang MAHONI I Madya
MAHONI II
3 Sigambo-gambo ANGGREK Madya
4 Kampung Solok MELATI Madya
5 Gabungan Hasang DAHLIA Madya
Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kedai
Tiga Barus adalah sebanyak 7 posyandu yang semuanya masih tergolong madya dan semua termasuk
posyandu aktif. Dengan demikian masih perlu adanya peningkatan strata dari madya menjadi
-10-

Purnama dan Mandiri. Strata ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya
posyandu itu sendiri. Upaya yang telah dilakukan puskesmas adalah melalui refreshing kader dan
penyuluhan di Posyandu.

c. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan merupakan upaya untuk merubah perilaku masyarakat melalui


penyebaran informasi tentang masalah kesehatan sehingga masyarakat paham dan dapat mencari
solusi pemecahan masalah kesehatan dengan berperilaku atau mengubah perilaku ke arah yang dapat
menunjang kesehatannya. Cakupan penyuluhan di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2017 meliputi
penyuluhan kesehatan sebanyak 36 kali sedangkan kunjungan rumah sebanyak 4500 kali setiap bulan
diseluruh wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus.

Tabel 2.7 Gambaran Kegiatan PROMKES di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun
2018

No Desa Kegiatan Kunjungan Rumah


Penyuluhan (Home Visite)/ Bulan
Kesehatan
1 Bukit Patupangan 7 900
2 Kedai Gedang 7 900
3 Sigambo-gambo 7 900
4 Kampung Solok 7 900
5 Gabungan Hasang 8 900
Jumlah 36 4500
Sumber : Program Promkes Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

d. Keadaan Lingkungan

Kondisi lingkungan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus sangat dipengaruhi oleh perilaku
hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan
puskesmas melalui program Kesehatan Lingkungan antara lain melakukan pembinaan rumah sehat
melalui program STBM dengan cara melakukan pemicuan Desa STBM, Pemantauan dan Evaluasi
Desa STBM DAN Inspeksi Kesehatan lingkungan dan Tempat-Tempat Umum, Tempat Pengelola
Makanan dan Sarana Air Minum. Teknis kegiatan dilaksanakan berkoordinasi dengan lintas sektoral
dengan kader kesehatan. Secara keseluruhan kondisi sanitasi lingkungan rumah tangga penduduk
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus 98,83% telah memenuhi syarat sanitasi dasar dan hanya 0,41%
yang tidak memenuhi syarat sanitasi dasar.

Meskipun secara angka nampak kecil namun upaya penyehatan lingkungan tetap dilakukan
melalui kunjungan rumah dan penyebaran informasi.
-11-

Tabel 2.8 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Desa/ Kelurahan Jumlah Rumah Yang Memenuhi Syarat


Seluruh (Rumah Sehat
Rumah
Jumlah %
1 Bukit Patupangan 1679 92 18,2
2 Kedai Gedang 1280 290 22,6
3 Sigambo-gambo 1645 203 12,3
4 Kampung Solok 875 20 2,2
5 Gabungan Hasang 486 72 14,8
Jumlah 5965 677 12,34
Sumber : Program Kesling Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

Ada beberapa hal yang mempengaruhi keadaan lingkungan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga
Barus, dan kegiatan yang telah dilakukan antara lain :

1. Air Bersih

Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus pada
tahun 2019 mencapai 100%. Dengan adanya seluruh masyarakat yang sudah bisa mengakses air
bersih di wilayah puskesmas, diharapkan penyakit-penyakit menular melalui air (water borne
desease) dapat dicegah atau sedapat mungkin diturunkan kasusnya.

2. Jamban Sehat

Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena dengan adanya
jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang penularannya melalui kotoran
manusia seperti kecacingan, diare dan sebagainya dapat dicegah sedini mungkin.secara umum
penduduk di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus telah mendapat akses sanitasi yang layak, namun
demikian usaha pembinaan dan penyuluhan tentang sanitasi telah dilakukan dengan tujuan
meminimalisasi kondisi lingkungan yang kurang sehat.

Adapun gambaran penduduk Puskesmas Kedai Tiga Barus terhadap akses sanitasi yang layak
dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.9 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus

No Desa JSP JSSP SHARING OD

1 Bukit Patupangan 24 118 114 262


2 Kedai Gedang 44 98 100 96
3 Sigambo-gambo 200 55 55 58
4 Kampung Solok 64 50 50 56
5 Gabungan Hasang 55 58 58 58
Jumlah
-12-

Sumber : Program Kesling Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

3. Tempat Sampah dan Pengelolaan Air Limbah

Tempat sampah dan pengeloaan air limbah di tingkat rumah tangga merupakan faktor yang
ikut berperan penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang sehat di tingkatan yang paling
bawah. Dari hasil pantauan sanitarian dilapangan menunjukkan bahwa seluruh KK di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus belum semua memiliki tempat sampah dan saluran air yang memenuhi
syarat kesehatan.

Tabel 2.10 Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Tempat Sampah dan Pengelolaan Air
Limbah di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Desa/ Kelurahan Jumlah Rumah Yang Memiliki


Seluruh Tempat Sampah
Rumah
Jumlah %
1 Bukit Patupangan 1685 70 ⁻
2 Kedai Gedang 1280 75 ⁻
3 Sigambo-gambo 1655 215 ⁻
4 Kampung Solok 880 75 ⁻
5 Gabungan Hasang 488 80 ⁻
Jumlah 5408 515
Sumber : Program Kesling Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

4. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan (TPM) secara
berkala meliputi hotel, restoran atau rumah makan, pasar serta TPM lainnya. Pemeriksaan bertujuan
untuk menjamin agar tetap terjaganya kesehatan lingkungan di tempat-tempat yang bersangkutan dan
lingkungan sekitarnya. Data pada tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah TPM di wilayah kerja
Puskesmas Kedai Tiga Barussebanyak 30 buah, dan restoran 5 buah.

Tabel 2.11 Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Tempat Umum Pengelolaan Makanan
(TUPM) di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2018

N Desa/ Jumla TPM Memenuhi Syarat Higiene Sanitasi


o Kelurahan h TPM Jasa Rumah Depot Makana Total %
Boga Makan Air n
Restoran Minum Jajanan
(DAM)
-13-

1 Bukit 0 0 0 1 0 0 0
Patupangan
2 Kedai Gedang 0 0 7 2 0 0 0
3 Sigambo- 0 0 1 1 0 0 0
gambo
4 Kampung 0 0 3 0 0 0 0
Solok
5 Gabungan 1 0 3 2 0 0 0
Hasang
Total 1 0 4 5 0 0 0
Sumber : Program Kesling Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

2. 3 Fasilitas Sarana Dan Pelayanan Di Puskesmas Kedai Tiga Barus

A. Fasilitas Sarana
1. Luas
a. Bangunan : 1513,28 M2
b. Tanah : 2,6 Ha
2. Jumlah Ruangan Seluruhnya : 15 Ruangan
dengan rincian ruangan sebagai berikut:
1. Ruangan Kantor
a. Ruangan administrasi kantor
b. Ruangan Kepala Puskesmas
c. Ruang Rapat (Ruang Multifungsi)
2. Ruangan Pelayanan
a. Ruang Pandaftaran dan Rekam Medis
b. Ruang Tunggu
c. Ruang Pemeriksaan Umum (Poli Umum)
d. Ruang Tindakan (UGD)
e. Ruang KIA/KB dan Imunisasi
f. Ruang Asi
g. Ruang Promosi kesehatan (Untuk konsultasi dan konseling)
h. Ruang Farmasi (Ruang penerimaan di gabung dengan ruang penyerahan)
i. Ruang Persalinan
j. Ruang Rawat Pasca Persalinan (1 tempat tidur)
k. Laboratorium
l. Kamar Mandi
m. Gudang Umum
-14-

B. Jenis Pelayanan
1. Rawat Jalan
a) Poliklinik Umum
b) Poliklinik Kebidanan

2. Laboratorium

C. Sumber Daya Manusia (SDM)


Rincian Sumber Daya Manusia (SDM) yang saat ini ada di Puskesmas Kedai Tiga Barus adalah
sebagai berikut.
NO KUALIFIKASI STATUS KEPEGAWAIAN JUMLAH

PENDIDIKAN PNS HONOR PEGAWAI TIDAK


TETAP/TKS

1 Dokter Umum 1 - - 1
2 S-1 Kesehatan Masyarakat - 1 1
3 S-I Keperawatan 1 - - 1
4 D-III Keperawatan 2 9 2 14
5 D-III Kebidanan 1 17 8 26
6 D-III Fisioterapi 1 - - 1
7 D-III Farmasi 1 1 - 2
8 D-III Gizi 1 - - 1
9 S-1 Manajemen - 1 - 1
10 D-III Akuntansi Keuangan - - 1 1
11 SMA - - 1 1
Jumlah 9 28 13 50
-15-

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang


dapatdigunakan, seperti kondisi morbiditas, mortalitas dan status Gizi. Derajat kesehatan
masyarakadipengaruhi oleh multi faktor. Faktor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan
ketersediaansarana dan prasarana kesehatan sangat menentukan derajat kesehatan masyarakat. Faktor
laindiluar kesehatan yang tak kalah penting berperan dalam peningkatan derajat kesehatanmasyarakat
adalah keadaan sosial ekonomi, pendidikan, lingkungan social, keturunan dan faktorlainnya (Depkes,
2010). Pada bagian ini derajat kesehatan masyarakat di Kelurahan Pedunganakandigambarkan
melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka KematianIbu
(AKI) dan angka morbiditas beberapa penyakit yang ada di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus

3.1 Mortalitas

Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu dikenal denganmortalitas
(Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat menggambarkan keadaan dan derajatkesehatan masyarakat
suatu wilayah dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan dibidang kesehatan. Tingkat kematian
secara umum sangat berhubungan erat dengan tingkatkesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang
dapat diketahui secara langsung dan tidaklangsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
mortalitas dan morbiditas adalahsosial ekonomi, pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup
sehat, lingkungan, upayakesehatan dan fertilitas.

3.1.1 Angka Kematian Bayi (AKB)

Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada
tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan indikatoryang
sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan dapatmencerminkan
tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum, statuskesehatan penduduk secara
keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB secara umum adalah tingkat kesakitan
danstatus gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan persalinan. Gangguan
perinatalmerupakan salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama
hamilyang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin. Kematian bayi yang dilaporkan di
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2017 sebanyak 7 orang atau angka 7/1000 kelahiran
hidup, namun angka ini tidak menunjukkan AKB yang sebenarnya di populasi tersebut yang
disababkan karena BBLR, dimana secara keseluruhan wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus
untuk kejadian BBLR sebesar 0%.
-16-

Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi kematian pada bayi meliputi
imunisasi TT pada ibu hamil, persalinan yang bersih, perawatan mata, ASI dini dan eksklusif dan
pemberian antibiotika dan penyebab kematian karna infeksi. Kemudian untuk penyebab kematian
karena asfiksia dan truma kelahiran dilakukan upaya berupa resusitasi dan penghangatan. Sedangkan
untuk mencegah kematian bayi karena kelainan kongenital dilakukan upaya yang meliputi
suplementasi folat pada ibu hamil.

3.1.2 Angka Kematian Balita (AKABA)

AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita dihitung
dengan menjumlahkan kematian bayi dengan kematian balita. Berdasarkan pedoman MDGs
disebutkan bahwa nilai normatif >140 tinggi, 71-140 tinggi, 20-40 sedang dan <20 rendah. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Pada Tahun
2017 di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus angka kematian balita (AKABA) sebesar 0%. AKABA
dipengaruhi oleh gizi balita, sanitasi yang baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.

3.1.3 Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu
dengan penyabab kematian yang terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini
secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan.

Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.Keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan rutin melaksanakan pembinaan kepada ibu hamil
dengan pemasangan stiker P4k dan Audit Maternal Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar
permasalahan enyebab kematian, bahkan sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang
mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan dilakukan untuk mengatasi hal
ini adalah selain melibatkan lintas sector dan lintas program agar ikut bersama-sama memantau ibu
hamil, melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu dan program Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) dan Jampersal yang menekankan persalinan wajib dilaksanakan di fasilitas
kesehatan dan dibantu oleh tenaga kesehatan. Melalui program jampersal ini diharapkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat ditekan.
-17-

3.1.4 Umur Harapan Hidup (UHH)

Derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat juga dapat dilihat dari nilai Umur Harapan
Hidup (UHH). UHH juga merupakan indikator Indeks keberhasilan Pembangunan Manusia.
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari peningkatan UHH. Umur Harapan Hidup
diKabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010 berdasarkan data BPS sebesar 73,01 tahun.

Angka ini lebih tinggi dari UHH Provinsi Sumatera Utara berdasarkan kajian Barus sehat
2005 oleh BPS sebesar 72,4 tahun unutk semua jenis kelamin dan lebih tinggi dari proyeksi UHH
Nasional tahun 2007 yang tertulis dalam Profil Kesehatan Indonesia yaitu sebesar 68,7 tahun.

3.2 Morbiditas

Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut morbiditas.
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

Berikut adalah gambaran pola penyakit terbesar di Kecamatan Barus tahun 2017, yang
diperolah dari sisteim pencatatan dan pelaporan bulanan penyakit yang berasal dari rawat jalan
puskesmas untuk semua golongan umur, dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 3.1. : Sepuluh Penyakit Terbesar Di Puskesmas Kedai Tiga Barus Kecamatan Barus
Tahun 2019

No Nama Penyakit Kode Kunjungan %


1 Hipertensi I10 597 26,5
2 Gastritis, unspecified K29.7 404 17,8
3 Infksi saluran pernafasan akut J00 329 12,8
4 Non-insulin-dependent E11.9 232 10,4
5 Headache R51 204 7,51
6 Cough R05 203 6,74
7 Rheumatoid arthritis, unspecified M06.9 187 6,11
8 Low vision, both eyes H54.2 151 5,02
9 Urticaria L50.9 141 4,03
10 Myalgia M79.1 139 3,07
Jumlah 2587 100
Sumber : Pengelola SP2TP Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

Dari tebel diatas, menunjukkan bahwa 10 penyakit terbesar di puskesmas didominasi oleh
penyakit infeksi seperti ISPA, Diare/Disentri. Hal ini berkaitan dengan factor lingkungan yang tidak
menunjang kesehatan seperti penyediaan air bersih, penggunaan jamban, dan rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Disamping permasalahan penyakit infeksi, di wilayah kecamatan barus
juga mengalami masalah yang sama dengan kecamatan lain yang ada di wilayah Kabupaten tapanuli
-18-

tengah yaitu permasalahan penyakit non infeksi yang paling menonjol adalah penyakit hipertensi
(tekanan darah tingi).

Beberapa penyakit biasanya mengalami peningkatan kasus pada bulan atau musim tertentu,
misalnya diare dan ISPA akan terjadi peningkatan pada musim kemarau. Kasus diare banyak
menyerang penduduk yang mengalami krisis air bersih dimana air minum secara kuantitasbdan
kualitas mengalami perubahan. Sebaliknya alternative penggunaan air bersih lain seperti PAM belum
tersedia.peningkatan kasus ISPA erat hubungannya dengan perubahan kebersihan udara di wilayah
kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus yang sebagian besar merupakan daerah tandus dan daerah lintas
transport yang mengagkut hasil-hasil perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.

3.2.1 Penyakit Menular

a. TB Paru Penyakit

TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus ditemukan di Provinsi Suamtera Utara.
Secara nasional TB Paru merupakan penyakit tropis yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan.
TB Paru merupakan penyakit yang masih tinggi angka kejadiannya bahkan merupakan yang tertinggi
ketiga di dunia. MDGs menetapkan penyakit TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang harus
diturunkan selain HIV AIDS dan Malaria.. Pada tahun 2016 angka sukses rate sebesar 100%.

Pada wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus jumlah BTA (+) diobati pada sebanyak 37 kasus,
kesembuhan 80%, dan pengobatan lengkap sebanyak 60 %. Hasil pengobatan penderita TB Paru
dipakai indikator sukses rate, dimana indikator ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah
penderita ditemukan dan diobati.Sukses rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat
menyelesaikan pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Angka penemuan
kasus TB paru BTA ⁺ SEBESAR 13,18%. Angka penemuan ini disebabkan karena semakin
ditingkatkannya jangkauan pelayanna yang mengacu pada manajemen DOTS baik dari Puskesmas,
Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta maupun praktek swasta sehingga semakin banyak
kasus yang dideteksi di masyarakat.

b. Pneumonia

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam
program penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab
kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini
bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan
kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan
tatalaksana kasus adalah salah satu kegiatan program penanggulangan.
-19-

Jumlah kasus pneumona pada balita yang dilaporkan berobat di sarana pelayanan kesehatan
baik di Puskesmas Kedai Tiga Barus pada Tahun 2017 adalah Nihil ,Namun tetap perlu diterus
ditingkatkan upaya penemuan penderita penemonia terutama pada Balita sehingga segera dapat
ditangani. Pneumonia pada balita lebih banyak disebabkan karena faktor seperti kurang gizi, status
imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering membedung anak, kurang diberikan ASI, riwayat
penyakit kronis pada orang tua bayi atau balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang
memenuhi syarat kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah dilakukan
untuk menanggulangi kasus pneumonia pada bayi atau balita adalah menghilangkan faktor penyebab
itu sendiri melalui peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta peningkatan status imunisasi bayi atau
balita.

c. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired Immuno Deficiency Syndrome


(AIDS)

HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit
yang lain.Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif.
HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, dan zero survey dan Survey Terpadu Biologis
dan Perilaku (STBP). Sepanjang Tahun 2017 di Puskesmas Kedai Tiga Barus kasus HIV/AIDS
adalah Nihil, untuk menanggulangi penyebaran kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Kedai Tiga
Barus salah satunya adalah dengan melakukan skrining terhadap pendonor darah. Disamping itu juga
Puskesmas Kedai Tiga Barus secara aktif melaksanakan penyuluhan/KIE ke tempat-tempat
kerja/perusahaan terutama yag termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti panti-panti pijat.

d. Diare

Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih dari tiga kali namun
tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah disebut disentri. Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan di Puskesmas Kedai Tiga Barus, Penyakit gastroenteritis lain seperti
diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di
Puskesmas maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi,
namun angka kematiannya relative rendah. Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong
penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan
alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna.

Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh Puskesmas maupun dinas kesehatan
adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan
peningkatan sanitasi lingkungan.
-20-

e. Malaria

Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi merupakan kasus-kasus import
dari penduduk yang berasal dari daerah endemis malaria, Selama tahun 2018 di Puskesmas Kedai
Tiga Barus tidak terdapat kasus malarian positif.

f. Kusta

Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Bila
penyakit kusta tidak ditangani maka dapat menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada
kulit, saraf, mata dan anggota gerak. Strategi global WHO menetapkan indicator eliminasi kusta
adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate (NCDR). Adapun kasus kusta di wilayah
kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus tanhun 2017 sebanyak 0 kasus.

Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat
tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dilihat untuk menilai kinerja petugas,
bila ada proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat
rendahnya kinerja petuga sdan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda/gejala penyakit
kusta.

3.2.2 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dasar

Untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus penyakit ada beberapa langkah yang dapat

dilakukan. Salah satunya adalah dengan imunisasi. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi antara lain:

a. Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini dapat menginfeksi bayi baru lahir apabila pemotongan tali pusat tidak
dilakukan dengan steril. Pada tahun 2017 di Puskesmas Kedai Tiga Barus tidak ditemukan kejadian
tetanus neonatorum.

b. Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh Layuh Akut

Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyebab penyakit tersebut adalah virus polio yang menyerang system syaraf hingga penderita
mengalami kelumpuhan. Kelompok umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering
diserang penyakit ini, dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan lengan.

AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot
tanpa penyebab yang jelas dan kemudian berakhir dengan kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementrian
-21-

Kesehatan RI menetapkan indicator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate
minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Hasil surveilans aktif di Puskesmas Kedai Tiga
Barus tahun 2018 tidak ditemukan kasus AFP.

c. Campak

Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada balita, anak-anak
maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus campak. Penularan campak dapat terjadi melalui
udara yang terkontaminasi dan secret orang yang terinfeksi.Pada tahun 2018 di Puskesmas Kedai
Tiga Barustidak ditemukan kejadian campak. Keberhasilan menekan kasus campak tidak terlepas
dari pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat Puskesmas dan sarana kesehatan
lainnya, penyediaan sarana vaksin yang sudah memadai, tenaga yang mencukupi serta kesadaran
masyarakat untuk mendapatkan imunisasi campak bagi bayi/balitanya.

3.2.3 Penyakit berpotensi KLB/Wabah

a. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia merupakan negara tropis yang secara umum
mempunyai risiko terjangkit penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti
tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak
pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi
luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien,
kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa. Perjalanan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat.

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) di Indonesia. Untuk daerah endemis kriteria kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah terjadinya
satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode
sebelumnya. Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 diwilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus
adalah 0 kasus.

Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah :

1) Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor,

2) diagnosis dini dan pengobatan dini,

3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.

Upaya pemberantasan vektor yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga


Barusadalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan
mengubur) plus menabur larvasida. Terjadinya kasus DBD umumnya disebabkan oleh lingkungan
-22-

dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan
populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Tengah untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui
Foggingmassal maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program 3 M plus,
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan.

b. Rabies

Kecamatan Barus merupakan daerah yang rawan rabies. Rabies merupakan penyakit dengan
CFR yang sangat tinggi, yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan
hewan seperti anjing, kucing, kera yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies. Pada tahun
2018 di Kecamatan Barus terdapat 3 kasus rabies.Namun demikian petugas puskesmas selalu
melakukan upaya promotif dengan cara penyuluhan digedung maupun penyuluhan langsung ke
rumah-rumah masyarakat bekerjasama dengan kader kesehatan akan pentingnya melakukan
pencegahan dan penanganan awal bila terjadi korban gigitan anjing.

c. Keracunan Makanan

Pada tahun 2018 di Puskesmas Kedai Tiga Barus belum tidak ada kejadian keracunan
makanan. Namun kegiatan penyuluhan tentang penyehatan makanan secara rutin dilaksanakan oleh
petugas kesehatan. Disamping kegiatan penyuluhan oleh sanitarian puskesmas yang dilakukan pada
kantin anak sekolah , PIRT, dll.

3.3 Gizi

Dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebabkan tujuan


perbaikan gizi di puskesmas, baik pada puskesmas rawat inap maupun pada puskesmas non rawat
inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitive, harus berjalan
sinergisitas. Di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus sepanjang bulan januari s/d desember
ditemukan 38 orang gizi kurang. Berikut adalah rincian data gizi dan hasil pendataan gizi balita
selama tahun 2018.

Tabel 3.4. Persentase Gizi dan Balita di Puskesmas Kedai Tiga Barus

NO KETERANGAN BULAN JUMLAH

1 Gizi Buruk Januari + Juli 1

1 Jumlah (s) 0-23 Bulan ⁻ ⁻

2 Yang Ditimbang (d) ⁻ ⁻

3 Yang Memiliki Kartu (k) ⁻ ⁻


-23-

1 Jumlah (s) 24-59 Bulan ⁻ ⁻

2 Yang Ditimbang ⁻ ⁻

3 Gizi Kurang 14 ⁻

Sumber : Program Gizi Puskesmas Kedai Tiga Barus


-24-

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Salah satu langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
adalah upaya pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan secara tepat
diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan di Puskesmas Kedai Tiga Barus adalah:

4.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas
pelayanan kesehatan, dari posyandu, puskesmas, Rumah sakit pemerintah maupun jenis pelayanan
kesehatan swasta. Kesehatan anak meliputi bayi, balita dan remaja.

a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K1 dan K4)


Pelayanan kesehatan ibu hamil (antenatal) adalah pelayanan kesehatan yang diberikann
kepada ibu hamil oleh petugas kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Pelayanan
antenatal yang sesuai standar meliputi timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, tekanan darah,
nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janit dan
denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan memberikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test
laboratorium (Hb), tatalaksana kasus, serta konseling, termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K), serta KB pasca persalinan. Pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut.
Ditetapkan pula bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan pemberian pelayanan yang dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada
triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Standar waktu
pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa
deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Cakupan K1 menggambarkan
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal. Cakupan K4 menggambarkan besaran ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit empat kali kunjungan yaitu 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil.

Tabel 4.1 Cakupan Kunjungan K1 dan K4 di Puskesmas Kedai Tiga Barus

N NAMA DESA/KEL JUMLAH IBU JUMLAH KUNJUNGAN


-25-

O HAMIL K1 K4
1 Bukit Patupangan 54 15 09
2 Kedai Gedang 50 23 05
3 Sigambo-gambo 33 10 07
4 Kampung Solok 33 18 03
5 Gabungan Hasang 39 12 11
Jumlah 209 68 39
Sumber : Program K1 dan K4 di Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019

Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata
lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan
pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada trimester ketiga, sehigga
kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2018 kesenjangan antara K1
dan K4 sebesar 1,83% ini berrati terdapat 1,2% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada
trimester 1, namun tidak melakukan pemeriksaan sampai K4. Bila kita bandingkan dengan target
standar pelayanan minimal (K1=95% dan K8=98%) maka cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Kedai
Tiga Barus sudah melampaui target yang ditetapkan.

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kompetensi Kebidanan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang
dilakukan oleh petugas kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Berikut cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2018 di Puskesmas Kedai Tiga Barus.

Table 4.2 Persentase Jumlah Kematian Ibu Maternal di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tahun 2018

N NAMA DESA/KEL JUMLAH IBU JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL


O HAMIL
KEMATIA KEMATIA KEMATIA
N IBU N IBU N IBU
HAMIL BERSALIN NIFAS
1 Bukit Patupangan 54

2 Kedai Gedang 50

3 Sigambo-gambo 33

4 Kampung Solok 33

5 Gabungan Hasang 39

Jumlah 209

Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019


-26-

Table 4.3 Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi
Kebidanan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Nama Desa Jumlah Ibu Melahirkan Di Melahirkan Jumlah Jumlah Jumlah


Bersalin Puskesmas Dirujuk Lahir Bayi Balita
Mati Mati Mati

1 Bukit 51 0 0
Patupangan
2 Kedai 47 0 0
Gedang
3 Sigambo- 32 0 0
gambo
4 Kampung 32 0 0
Solok
5 Gabungan 37 3 0
Hasang
Jumlah 199 3 0
Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019

Dari table 4.2 dan 4.3 diatas , mennjukkan bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatna pada
tahun 2018 telah mencapai 100%, bila dibandingkan dengan renstra persalinan oleh nakes tahun 2012
adalah 96% maka pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target yang
ditetapkan, capaian ini juga sudah memenuhi target dari Standar Pelayanan Minimal oleh tenaga
yang memiliki kompetensi kebidanan.
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka
Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dalam 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari
seluruh kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan
resiko kematian ibu saat persalinan karna ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada saat persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.

c. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)


Pelayanan kesehatan ibu nifas merupakan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang
diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan
kunjungan ibu nifas didefinisikan sebagai kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan baik didalam
gedung maupun diluar gedung fasilitas kesehatan ( termasuk bidan di Desa/polindes/ poskesdes) dan
kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
3. Pemeriksaan lochia dan pengeluaran pervagina lainnya
-27-

4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Eksklusif 6 bulan


5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali
6. Pelayanan KB pasca persalinan.
Puskesmas Kedai Tiga Barus sudah melampaui target yang ditetapkan. Salah satu pelayanan
yang diberikan saat pelayanan ibu nifas adalah pemberian Vitamin A . pencapaian pemberian vitamin
A terhadap ibu nifas telah mencapai 100%. Pemberian vitamin A pada ibu nifas di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2017 per Desa bisa dilihat pada table berikut :

Tabel 4.4 Persentase Vitamin A Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

NO KETERANGAN BULAN JUMLAH


1 6-11 Bulan Februari 125
2 12-59 Bulan 373
Jumlah 498

Sumber : Program Gizi Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

d. Penanganan Komplikasi Obstetri dan Neonatal


Komplikasi kebidanan adalah penyimpangan dari normal, yang secara langsung dapat
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Komplikasi kebidanan antara lain ketuban
pecah dini, perdarahan pervagina, hipertensi dalam kegamilan (systole >140 mmHg, diastole
>90mmHg) dengan atau tanpa edema pre tibial, ancaman persalinan premature, infeksi berat dalam
kehamilan, distosia (persalinan macet, persalinan tidak maju), dan infeksi masa nifas (Depkes, 2010)
Jumlah sasaran bumil risti/ komplikasi diperolher dari proyeksi supas yaitu sebesar 20% dari
seluruh sasaran ibu hamil. Jumlah seluruh ibu hamil si wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus
berdasarkan data proyeksi supas sebesar 209 orang, sehingga jumlah bumil risti/komplikasinya
diprediksi sebesar 42 orang. Selama tahun 2017 ditemukan ibu hamil dengan komplikasi sebesar 34
orang (81%) orang dan seluruhnya sudah ditangani.

e. Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan
(dokter, bidan, perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu 1 kali pada umur 29 hari, 1 kali pada
umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. Pelayanan kesehatan
yang diberika meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan campak),
stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.
-28-

Cakupan pelayanan kesehatan bayi di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus pada tahun 2018
sebesar 94,9%, dari jumlah sasaran sebanyak 84%. Dengan demikian target cakupan pelayanan
kesehatan bayi di di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus sudah terpenuhi. Cakupan kunjungan bayi
dalam setahun dapat dilihat pada table berikut:

Table 4.5 Cakupan Kunjungan Bayi di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Nama Desa Jumlah Bayi Kunjungan Bayi

L P
1 Bukit Patupangan 49 6 8
2 Kedai Gedang 45 6 8
3 Sigambo-gambo 30 7 3
4 Kampung Solok 30 5 6
5 Gabungan Hasang 35 3 6
Jumlah 189 27 31
Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019

Desa dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Desa bukit patupangan sebanyak 49
kunjungan sedangkan terendah di Desa sigambo-gambo dan kampong solok dengan total masing-
masing 30 kunjungan. Secara keseluruhan kunjungan bayi di Puskesmas Kedai Tiga Barus sebesar
99,9%. Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu
tiap bulannya, peran kader dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu serta keaktifan
tenaga puskesmas dalam membina posyandu.

f. Cakupan ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) saja pada bayi mulai lahir sampai
berumur 6 bulan tanpa diberi tambahan makanan apapun karena sampai umur tersebut kebutuhan zat
gizi bayi bisa dipenuhi dari ASI atau Air Susu Ibu saja. Cakupan ASI Eksklusif di di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus seperti pada table dibawah ini:

Tabel 4.6 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Yang Di Pantau Di Wilayah Puskesmas
Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Nama Desa Jumlah Bayi Jumlah Bayi yang


Diberikan ASI Eksklusif
-29-

1 Bukit Patupangan 38 14
2 Kedai Gedang 45 14
3 Sigambo-gambo 25 10
4 Kampung Solok 24 11
5 Gabungan Hasang 13 09
Jumlah 145 58
Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 98
orang dari jumlah seluruh bayi sebanyak 145 orang. Dari hasil pantauan petugas Puskesmas Kedai
Tiga Barus dapat disimpulkan bahwa cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Kedai Tiga Barus belum
mencapai target yang ditentukan, baik secara nasional (80%) maupun untuk target yang ditentukan
secara local (70%) juga belum memenuhi target.
Beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak lulus ASI Eksklusif adalah keadaan sosial
ekonomi keluarga yang tidak mendukung seperti ibu-ibu yang harus bekerja baik di swasta maupun
pemerintah untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga tidak mungkin ibu-ibu yang
melahirkan diberikan cuti bersalin lebih dari 3 bulan. Kadang-kadang diberikan cuti 2 – 3 bulan
kecuali harus berhenti bekerja. Disamping itu pula tidak banyak atau sedikit sekali suatu instansi baik
negeri maupun swasta yang mempunyai TPA (Tempat Penitipan Anak), sehingga seorang ibu bisa
setiap saat menyusui bayinya sambil bekerja di kantornya.Rencana Tindak lanjut adalah penyuluhan
langsung pada ibu nifas dan meningkatkan penyuluhan dalam gedung pada ibu balita saat imunisasi
dan di posyandu.

4.2 Pelayanan Imunisasi


Pelayanan imunisasi baik yang sifatnya rutin maupun gebrakan dari pemerintah merupakan
upaya untuk mencegah atau menanggulangi penyekit-penyakit melalui imunisasi baik pada bayi
maupun Wanita Usia Subur.
a. Imunisasi pada Bayi
Bayi dan anak-anak memiliki resiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat
mematikan, seperti: Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang selaput otak, Radang Paru-paru. Salah
satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok beresiko ini terlindungi adalah melalui
imunisasi. Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat Dari cakupan Desa
yang mencapai Universal Child Imunization (UCI) yaitu 80% sasaran medapatkan imunisasi lengkap.
Target keberhasilan program imunisasi adalah minimal 80% Desa mencapai UCI. Cakupan esa UCI
di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus pada tahun 2017 sudah mencapai 100%, meliputi program
imunisasi dasar lengkap (LIL/Lima Imunisasi Dasar Lengkap) pada bayi yang dicanangkan
-30-

pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis
Campak. Campak merupaka penyebab utama kematian pada balita, oleh karena itu pencegahan
campak merupakan factor penting dalam mengurangi angka kematian balita.
Di Indonesia imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan merupakan imunisasi terakhir
yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya. Berikut adalah prsentase imunisasi di
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus.

Tabel 4.7 Cakupan Imunisasi Pada Bayi Di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2018

No Nama Desa Jumlah Bayi Jumlah Bayi yang


di Imunisasi

1 Bukit Patupangan 49 40
2 Kedai Gedang 45 38
3 Sigambo-gambo 30 25
4 Kampung Solok 30 26
5 Gabungan Hasang 35 30
Jumlah 189 159
Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai dengan umurnya,
sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat
optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
Anak-anak ini disebut dengan Drop Out (DO) Imunisasi. Drop out rate imunisasi dihitung
berdasarkan persentase penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT-Hb1.
Untuk Puskesmas Kedai Tiga Barus DO rate sebesar 9,40%, ini menunjukkan tidak ada masalah
yang signifikan karena masih diatas target (10%).

b. Imunisasi pada Ibu Hamil

Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi (maternal dan neonatal tetanus
elimination/MNTE), maka diperlukan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada Wanita Usia Subur
(WUS) termasuk ibu hamil. Sejak tahun 1988 dengan mulai diperkenalkan kebijakan TT 5 dosis,
maka pemberian imunisasi pada ibu hamil dilakukan berdasarkan hasil skrining, yang artinya tidak
selalu harus mendapatkan suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal. Cakupan
Imunisasi pada ibu hamil di Puskesmas Kedai Tiga Barus seperti pada table dibawah ini.

Tabel 4.8 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tahun 2019
-31-

No Nama Desa Jumlah Ibu Imunisasi TT


Hamil

1 Bukit Patupangan 54 30
2 Kedai Gedang 50 36
3 Sigambo-gambo 33 25
4 Kampung Solok 33 40
5 Gabungan Hasang 39 19
Jumlah 209 150
Sumber : Proram KIA Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

Berdasarkan table diatas diketahui bahwa 40,6% ibu hamil di Puskesmas Kedai Tiga Barus
sudah mendapatkan imunisasi TT2+. namun beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yag dimulai dari
kohort WUS (baik kohor ibu maupun WUS yang tidak hamil) belum seragam, dan cakuoan imunisasi
TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4.

a. Penanganan KLB > 24 Jam


Berdasarkan pemantauan KLB yang sering terjadi di masyarakat adalah Rabies, AFP, DBD
dan Keracunan Makanan. Untuk tahun 2017 di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus tidak terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB).

b. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Pelayanan kesehatan gigi dasar meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi
tetap. Di tingkat sekolah dasar, pelayanan dasar gigi dilaksanakan melalui Program Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS). pelayanan dasar gigi ini dilaksanakan pada murid kelas I – VI sekolah dasar.
Selama kurun waktu tahun 2018 pelayanan kesehatan gigi dan mulut nihil berhubung dokter gigi
tidak ada.

c. Jaminan pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Jaminan pemeliharaan kesehatan prabayar di Puskesmas Kedai Tiga Barus meliputi


ASKES/BPJS/JKN dan KIS. Pada tahun 2018 penduduk ecamatan barus sebanyak 18.578 jiwa.
Penduduk yang tercakup Asuransi Kesehatan (Askes) sebanyak 15.500 jiwa (32,9%) KIS sebanyak
12.968 (27,5%).

d. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


a. Akses terhadap Sarana Kesehatan
Dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus dalam memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal maka
-32-

diperlukan sarana kesehatan yang memadai. Berikut gambaran sarana kesehatan yang ada di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018:

Tabel 4.9 : Sarana Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Desa Puskesmas Puskesmas Posyandu Polindes Poskesdes BKIA


Induk Pembantu

1Bukit ⁻ ⁻ 2 1 1 ⁻
Patupangan
2 Kedai Gedang 1 1 2 ⁻ ⁻ 1
3 Sigambo-gambo ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ 1
4 Kampung Solok ⁻ ⁻ 1 1 ⁻ ⁻
5 Gabungan ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ ⁻
Hasang
Jumlah 1 3 7 2 1 2
Sumber : Data Sarana Kesehatan Puskesmas Barus, 2019

Secara umum seluruh sarana pelayanan kesehaan yang ada, baik milik pemerintah maupun
swasta secara geografis mudah dijangkau serta penyebarannya hampir merata di weluruh wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus dan merupakan factor yang sangat mendukung peningkatan status
derajat kesehatan masyarakat.

b. Sumber Daya Kesehatan


Table 4.10 Sumber Daya Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Kedai Tiga Barus

NO KUALIFIKASI STATUS KEPEGAWAIAN JUMLAH

PENDIDIKAN PNS HONOR PEGAWAI TIDAK


TETAP/TKS
1 Dokter Umum 1 - - 1
2 S-1 Kesehatan Masyarakat 1 - - 1
3 D-III Keperawatan 5 9 2 16
4 D-III Kebidanan - 18 5 23
5 D-III Fisioterapi 1 - - 1
6 D-III Farmasi 1 1 - 2
7 D-III Gizi 1 - - 1
8 D-III Perawat Gigi 1 - - 1
9 D-III Kesehatan Lingkungan 1 - - 1
10 S-1 Manajemen - 1 - 1
11 D-III Akuntansi Keuangan - - 1 1
12 SMA - - 1 1
Jumlah 13 29 9 50
Sumber : Data Kepegawaian Kesehatan Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019
-33-

e. Upaya Promosi Kesehatan


Kegiatan upaya promosi kesehatan meliputi : penyuluhan dan pembinaan Desa siaga dengan
jumlah Desa sehat sebanyak 5 Desa (100%). Kegiatan penyuluhan meliputi penyuluhan perorangan
terhadap setiap pengunjung puskesmas oleh petugas terkait, penyuluh ke Desa, penyuluh ke sekolah-
sekolah meliputi materi: PHBS,DBD,TB, ISPA, Malaria, Thypoid, Imunisasi, Diare dan HIV/AIDS,
Kesehatan Gigi dan Mulut serta penyuluhan terhadap lansia dalam kegiatan posyandu lansia dan
program prolanis dan program pemicuan oleh petugas bagi perorangan meliputi program STOP
BABS (Stob Buang Air Besar Sembaranangan) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus.

f. Apotik
Apotik Puskesmas Kedai Tiga Barus untuk tahun 2018 jumlah kunjungannnya meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya, setelah diberlakukannya pengobatan gratis di seluruh Desa dengan
diberikannya kartu JKN berupa BPJS dan KIS secara gratis kepada seluruh masyarakat. Untuk
pendistribusian obat, apotik Puskesmas Kedai Tiga Barus tiap sebulan sekali mengajukan permintaan
ke gudang Farmasi. Setelah obat diterima dimasukkan dalam gudang obat puskesmas yang kemudian
dikeluakan untuk apotik puskesmas. Puskesmas pembantu (Pustu) dan pusling sesuai dengan
keperluan. Berikut ini adalah daftar 10 penggunaan obat terbanyak kurun waktu 12 bulan di
Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018.

Table 4. 11 Daftar 10 Pemakaian Obat Terbanyak di Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018

NO NAMA OBAT JUMLAH


1 Ranitidine 13170
2 Asam Mefenamat 50 mg 12350
3 Amixiin 500 mg 10450
4 Paracetamol 500 mg 10300
5 Thiamin HCL 50 mg 9950
6 Vitamin B Komplek 9990
7 Antasida 8590
8 Prednison 7000
9 Kalsium Laktat 6010
10 Chlorpheniramin Maleas (CTM) 5630
Sumber : Bag. Obat Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019

g. Target Tahunan Program


-34-

Target yang harus dicapai program kesehatan setiap tahunnya telah tertuang dalam Standar
Pelayanan Minimal Kesehatan. Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada hakekatnya merupakan
bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah
Kabupaten/Kota, yang merupakan jenis pelayanan yang bersifat spesifik daerah yang merupakan
permasalahan jesehatan masyarakat dan terkait dengan kesepakatan global. Untuk tahun 2018
Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
43 Tahun 2016.

BAB V
-35-

KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN

5.1 Standar Pelayanan Minimal


Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah tolok ukur untuk mengukur inerja daerah dalam
penyelenggaraan kewenangan wajib, dimana berisi standar dengan batas-batas tertentu yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat. Pada profil Puskesmas Kedai Tiga Barus ini
SPM yang dipakai adalah mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor :
741/Menkes/Per/VII/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota.
Adapun pencapaian dari masing-masing indicator tersebut seperti terlihat pada table dibawah ini :

Tabel 5.1 Hasil Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No INDIKATOR TARGET REALISASI


2018 2018

PROMOSI KESEHATAN
A Penyuluhan PHBS pada :
1 Rumah Tangga 218 KK/Desa 980 KK
2 RT yang Memenuhi Syarat PHBS 79% 80,8%
3 Instutusi Pendidikan (Sekolah) 85% 100%
4 Institusi Sarana Kesehatan (RS, Puskesmas, Pustu, Lab, 100% 100%
Klinik)
5 Institusi TTU 85% 96,4%
6 Institusi Tempat Kerja 85% 100%
B Terbinanya Upaya Kesehatan Bersumber dari Masyarakat
1 Posyandu Purnama dan Mandiri 35% 0%
2 Posyandu Madya 100% 100%
C Penyuluhan Napza 20% 100%
D Penyuluhan HIV/AIDS 85% 100%
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
A Penyehatan Air
1 Penduduk yang memiliki akses air minum yang berkualitas 96% 100%
2 inspeksi sanitasi air minum 20% 47%
3 kualitas air minum yang memenuhi syarat 70% 90%
B Penyehatan Tempat Pembuangan Sampah
1 Pengendalian kepadatan vektor lalat pada TPS 100%
C Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga
1 pemeriksaan penyehatan lingkungan rumah 20% 47%
2 cakupan rumah memenuhi syarat 85% 99%
3 cakupan penduduk yang menggunakan jamban sehat 85% 99%
4 penduduk STOP BABS Sembarangan 95% 99%
-36-

5 inspeksi sarana pembuangan air limbah rumah 20% 47%


6 cakupan saran pembuangan air limbah yang memenuhi 85% 99%
syarat

D Hygene Sanitasi Makanan dan Minuman


1 Inspeksi sanitasi dan pembinaan tempat pengelola makanan 80% 99%
jajanan
2 cakupan tempat pengelolaan makanan jajanan yang memenuhi 15% 92%
syarat Kesehatan
3 inspeksi sanitasi dan pembinaan rumah makan/restaurant 90% 100%
4 cakupan rumah makan/restauran yang memenuhi syarat kesehatan 95% 100%
5 inspeksi sanitasi dan pembinaan jasa boga 90%
6 cakupan jasa boga yang memenuhi syarat kesehatan 95%
7 inspeksi sannitasi dan pembinaan kantin sekolah 100% 100%
8 cakupan kantin sekolah yang memenuhi syarata kesehatan 60% 92%
9 inspesksi sanitasi dan pembinaan pangan industri rumah tangga 80% 100%
(PIRT)
1 cakupan pangan industri rumah tangga (PIRT) yang memenuhi 80% 90%
0 syarat Kesehatan
E Pengawasan Sanitasi
1 persentase pendidikan dasar mendapatkan pelayanan kesehatan 100% 100%
lingkungan
2 cakupan TTU lainnya yang memenuhi syarat kesehatan 100% 100%
F Pengamanan Tempat Pengelolaan Pestisida
1 inspeksi sanitasi sarana pengelolaan pestisida 100%
2 cakupan tempat pengelolaan pestisida yang memenuhi syarat 100%
UPAYA KESEHATAN IBU
A pelayanan kesehatan bagi bumil sesuai standar untuk kunjungan 100% 100%
lengkap (K4)
B Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki 100% 100%
kompetensi
C pelayanan nifas lengkap (ibu & neonatus) sesuai standar (KN3) 98% 99,80%
D Pelayanan dan atau rujukan bumil/komplikasi 80% 100%
UPAYA KESEHATAN BAYI
A pelayanan dan atau rujukan neonatus resiko tinggi 80% 100%
B Cakupan BBLR ditangani 100% 100%
UPAYA KESEHATAN BALITA DAN PRA SEKOLAH
A pelayanan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang 100% 100%
balita di posyandu
B pelayanan stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak 100% 100%
pra sekolah (TK)
UPAYA PELAYANAN KB
A Akseptor KB Aktif di Puskesmas 80%
B Akseptor Aktif MKJP di Puskesmas 70% 53%
C Akseptor MKJP dengan komplikasi tertangani
-37-

D Akseptor MKJP mengalami kegagalan yang tertangani 100% 100%


UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
A pemberian kapsul vitamin A pada anak usia 6-59 bulan 2 100% 100%
kali/tahun
B pemberian tablet besi (90 tablet pada bumil) 100% 99
C balita yang ditimbang berat badannya 100% 100%
D bayu usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif 100% 99%
E persentase balita gizi buruk yang mendapat perawatan
F cakupan RT yang mengkonsumsi garam beryodium 100% 97%
G persentase Desa /kelurahan yang melaksanakan surveilans gizi
H persentase ibu hamil dengan kurang energi kronik (KEK) 100% 100%
mendapat makanan tambahan (PMT)
I persentase bayi baru lahir mendapat inisiasi menyusui dini 100% 99%
J persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan 100% 100%
K persentase remaja putri yang mendapat tablet tambah darah 100% 99%
UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT (P2)
A TB PARU
1 jumlah kasus TB 64/100.000 Penduduk
2 penenmuan penderita TB Paru (DOTS) BTA (+) 70 17
3 jumlah penderita TB Paru BTA (+) yang diobati 100% 100%
B PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PMS DAN 100% 99%
HIV/AIDS
C DIARE 90% 83%
D ISPA 95% 95%
E MALARIA 90% 89%
F KUSTA 100% 99%

5.2 Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

Rata-rata kunjungan Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019 sebesar 84,16%.
Secara rinci jumlah kunjungan ke puskesmas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Table 5.2 Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019

No Bulan Jumlah Kunjungan


1 Januari 763
2 Februari 612
3 Maret 654
4 April 703
5 Mei 650
6 Juni 498
Sumber : Bag. SP2TP Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019

BAB VI
-38-

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Puskesmas Kedai Tiga Barus memiliki wilayah kerja sebanyak 5 Desa, jumlah penduduk
Puskesmas Kedai Tiga Barus sebanyak 7697 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk
1469.2 jiwa/km. sedangkan rasio beban tanggungan tahun 2016 : 31 orang per 100 penduduk
produktif. Mengalai penurunan dari tahun 2015 yakni 33 orang per 100 penduduk produktif.

b. Derajat kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus secara umum sudah
cukup baik walaupun masih diperlukan upaya untuklebih meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. pencapaian beberapa indicator derajat kesehattannya sudah berada diartas rata-
rata pencapaian Provinsi Sumatera Utara dan target nasional tahun 2016. Akan tetapi, untuk
angka kematian ibu mengalami peningkatan yaitu sebanyak 2 kasus dengan angka kematian
sebesar 192/100.000. oleh karena itu perlu dilakukan upaya sehingga dapat mencegah
terjadinya peningkatan kasus.

c. Untuk jumlah kematian ibu sebanyak 1 kasus kematian dan bebrapa kasus seperti TBC,
Pneumonia, HIV/AIDS, Kusta, DBD dan Malaria dapat ditekan dan belum ditemukan
kejadian luar biasa. Untuk incidence rate DBD mengalami peningkatan yang sangat tinggi
dari tahun 2015 yaitu: 113 insiden per 100.000 penduduk menjadi 439,6 per 100.000
penduduk tahun 2016.

d. Untuk pelayanan kesehatan seperti : Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan, Pelayanan Ibu Nifas, Penanganan Komplikasi Kebidanan, Penanganan
Komplikasi Neonatal, Pelayanan KB, Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Gizi, Pelayanan
Kesehatan Anak Sekolah, pelayanan kesehatan lansia dan promosi kesehatan telah berjalan
dengan lancar dan telah memenuhi target yang diharapkan.

e. Akses dan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Kedai Tiga Barus mencakup kunjungan
rawat jalan saja sedangkan rawat inap dirujuk ke RSUD Pandan, RS. Metta Medika Sibolga
dan RSU F.L Tobing peserta jaminan pemeliharaan kesehatan berupa JKN sebesar 32,9%,
JKBM 27,5% sedangkan lain-lain sebesar39,5% dianggap masih menggunakan jaminan
kesehatan lainnya dan masih dalam proses ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

f. Perilaku Hidup Masyarakat Di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus tergolong cukup baik,
dimana 80% telah melakukan kebiasaan ber PHBS baik itu di rumah tangga maupun di
lingkungan sekitar. Untuk akses sanitasi terutama air bersih telah mencapai 100%. Sedangkan
untuk kondisi rumah telah memenuhi syarat 98,83% artinya tergolong baik, meski memang
ada beberapa situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan seperti kurangnya lahan di Desa
tertentu.

g. Dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat Puskesmas Kedai Tiga Barus telah
berkolaborasi dengan beberapa sarana kesehatan sepertu RSUD Pandan, Rumah Bersalin,
Praktek Dokter Perorangan, Prakter Dokter Bersama, Puskesmas Pembantu, Apotek Swasta,
Posyandu, Posbindu Dan Desa Siaga. Untuk tenaga yang memberikan pelayanan khususnya
pada Puskesmas Kedai Tiga Barus ada beberapa spesifikasi tenaga seperti : Dokter Umum,
-39-

Dokter Gigi, Bidan, Perawat, Perawat Gigi, Tenaga Farmasi, Tenaga Kesehatan Masyarakat,
Sanitarian, Analis Kesehatan dan beberapa tenaga umum lainnya.

6.2 Saran
a. Saran Upaya Kesehatan
Untuk mempertahankan target upaya kesehatan yang telah dilaksanakan diharapka semua
komponen baik itu petugas kesehatan, masyarakat dan pemerintah agar bahu membahu dan
saling mendukung setiap program yang dicanangkan sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mampu menolong diringa sendiri serta mampu mencegah
terjadinya penyakit melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

b. Saran Penulisan

Untuk meningkatkan Profil Puskesmas Kedai Tiga Barus maka beberapa saran yang perlu
diperhatikan adalah :

1. Ditingkat program agar dilakukan pemutakhiran atau validasi data sebagai data dasar
penyusunan Profil Puskesmas Kedai Tiga Barus.
2. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan kebutuhan data
Profil Kesehatan terutama dengan Desa dan Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota dan Desa.
3. Program-program yang belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan agar melakukan
peninjauan ulang terhadap target yang telah ditetapkan oleh masing-masing program dan
disesuaikan dengan spesifikasi daerah, sehingga target yang ditetapkan tidak menjadi beban
dalam pelaksanaan kegiatan atau program.
4. Untuk program yang telah mencapai target sesuai dengan SPM agar tetap bisa
mempertahankan bahkan meningkatkan kinerjanya.
-40-

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2009, Jakarta, Kemenkes RI

2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2010, Jakarta, Kemenkes RI

3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2007, Jakarta,
Kemenkes RI

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2010, Jakarta,
Kemenkes RI
-41-

PENUTUP

Penyusunan Profil Puskesmas Kedai Tiga Barus ini kiranya dapat bermanfaat sebagai sumber
informasi mengenai gambaran umum puskesmas ini. Profil ini juga kiranya dapat memenuhi
kelengkapan syarat kerjasama dengan BPJS.

Barus, Januari 2021


Pimpinan Puskesmas Kedai Tiga Barus

Boksa Riko Bondar S,Kep,Ners


NIP. 19900601 201903 1 00

Anda mungkin juga menyukai