2020
-1-
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami Panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkatNya “Profil
Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2020” telah dapat disusun dengan baik.
Dalam upaya memenuhi tuntutan masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas
serta jangkauan ke fasilitas kesehatan rujukan yang cukup jauh dari beberapa kecamatan sekitar
Barus, Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah telah menambah fasilitas kesehatan rujukan
yaitu Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tersusunnya laporan ini berdasarkan kerjasama yang baik dari seluruh komponen yang ada
di Puskesmas Kedai Tiga Barus, dan semua sektor yang mendukung terutama Pemerintah Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang mendukung sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tersedianya data atau informasi yang ak urat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka
meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdayaguna.
B. Tujuan Khusus
1. Tersedianya acuan dan bahan rujukan dalam rangka pengumpulan data, pengolahan,
analisis serta pengemasan informasi
2. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistim
pencatatan dan pelaporan di unit-unit kesehatan
3. Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan informasi dalam menyusun
alokasi dana/anggaran program kesehatan
4. Tersedianya bahan untuk penyusunan profil kesehatan tingkat propinsi dan nasional
-4-
BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1.1 Geografi
Puskesmas Kedai Tiga Barusterletak Di Jalan Muara Desa Kedai Gedang Kecamatan
Barus Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara. Jarak dari ibukota Kabupaten kira-
kira 75 km, waktu tempuh rata-rata 150 menit (2,5 jam) dengan kendaraan bermotor/ roda empat
dengan luas wilayah 21,81 km², dengan wilayah 2 kelurahan dan 11 Desa. Ketinggian wilayah
berada 0-3 meter diatas permukaan laut, serta terletak pada 02 ⁰02’05”- 02 ⁰09’29” Lintang Utara,
98⁰17’18”- 98⁰23’28” Bujur Timur.Jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas terjauh, yaitu 2 km
dan waktu tempuh menuju Puskesmas 5-10 menit , Jalan yang ditempuh ke Puskesmas dapat
dilalui oleh kendaraan (transportasi cukup lancar) dan tidak ada kendala untuk menjangkau
Puskesmas tersebut.
Topografi Kecamatan Barus berada di antai barat sumatera dengan ketinggian antara 0-3
km diatas permukaan laut. Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barussecara umum beriklim laut
tropis yang dipengaruhi oleh angina musim. Sebagai daerah tropis wilayah kerja Puskesmas
Kedai Tiga Barus memiliki musim kemarau dan musim hujan yang diselingi dengan musim
panca roba.
2.1.3 Pemerintahan
2.1.4 Kependudukan
Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus berjumlah 7,697 jiwa.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebanyak 3,851 orang dan
perempuan sebanyak 3,846 orang. Untuk lebih rinci dapat dilihat di diagram berikut ini.
Penyebaran penduduk antar Desa di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus terjadi
cukup merata. Pada tahun 2019 jumlah penduduk terbanyak pada wilayah kerja Puskesmas
Kedai Tiga Barus adalah di Desa Bukit Patupangan dengan jumlah penduduk 2,066 jiwa dan
terendah di Desa Sigambo-Gambo sebanyak 1,220 jiwa.
Tabel 2.1 Luas Kecamatan, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa Di Wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
a. Suku
penduduk kecamatan barus terdiri dari suku yang beragam yaitu Batak, Jawa, Minang, Aceh dan
Nias. Demikian dengan penduduk yang berasal dari keturunan Arab, Cina dan India walau
berbeda keyakinan, etnis dan budaya masyarakat tetap dapat hidup damai berdampingan dalam
kebhinekaan.
b. Agama
menurut sejarah, barus merupakan wilayah awal masuk dan berkembangnya agama islam di
Indonesia. Mayoritas masyarakat barus menganut tiga agama yang diakui di dunia, yakni agama
Islam, Kristen Protestan dan Katolik. Bentuk keyakinan lainnya adalah kepercayaan parmalim
yang merupakan agama nenek moyang suku batak.
Berbagai sarana Fisik kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus. Sarana Kesehatannya
antara lain :
Tabel 2.4 Sarana Kesehatan Yang Terdapat di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun
2019
1 Bukit Patupangan ⁻ ⁻ 2 1 1 ⁻
2 Kedai Gedang 1 1 2 ⁻ ⁻ 1
3 Sigambo-gambo ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ 1
4 Kampung Solok ⁻ ⁻ 1 1 ⁻ ⁻
5 Gabungan Hasang ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ ⁻
Jumlah 1 3 7 2 1 2
Sumber : Data Puskesmas Tahun 2019
Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit infeksi dan non infeksi,
maka setiap rumah tangga yang ada perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Hasil kegiatan pemantauan Rumah Tanggga ber PHBS yang dilaksanakan
berdasarkan sisem sampling di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barusmeliputi 5554 rumah dengan
jumlah rumah dipantai sebanyak 1110 (20%). Jumlah rumah yang termasuk dalam kategori ber
PHBS sebanyak 558 (52%) sedangka yang tidak ber PHBS sebanyak 275 (24%). Dengan demikian
masih ada prosentase rumah tangga yang belum melaksanakan PHBS. Namun demikian puskesmas
telah melaksanakan penyuluhan secara rutin baik didalam gedung maupun diluar gedung. Sebagai
sasaran penyuluhan yang dilaksanakan pada tahun 2017 adalah ibu rumah tangga dan institusi
sekolah terhadap penyakit infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu
diberdayakan untuk melaksanakan PHBS.
-9-
Berikut adalah persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tabel 2.5 Persentase Rumah Sehat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun
2019
b.Aktivitas Posyandu
Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).
Keberadaan posyandu sampai saat ini masih memiliki peranan yang sangat penting dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya pada golongan balita. Tingkat perkembangan
posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018 seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.6 Jumlah Posyandu Balita di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kedai
Tiga Barus adalah sebanyak 7 posyandu yang semuanya masih tergolong madya dan semua termasuk
posyandu aktif. Dengan demikian masih perlu adanya peningkatan strata dari madya menjadi
-10-
Purnama dan Mandiri. Strata ini sangat dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya
posyandu itu sendiri. Upaya yang telah dilakukan puskesmas adalah melalui refreshing kader dan
penyuluhan di Posyandu.
c. Penyuluhan kesehatan
Tabel 2.7 Gambaran Kegiatan PROMKES di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun
2018
d. Keadaan Lingkungan
Kondisi lingkungan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus sangat dipengaruhi oleh perilaku
hidup manusia dalam menata rumah dan alam sekitarnya. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan
puskesmas melalui program Kesehatan Lingkungan antara lain melakukan pembinaan rumah sehat
melalui program STBM dengan cara melakukan pemicuan Desa STBM, Pemantauan dan Evaluasi
Desa STBM DAN Inspeksi Kesehatan lingkungan dan Tempat-Tempat Umum, Tempat Pengelola
Makanan dan Sarana Air Minum. Teknis kegiatan dilaksanakan berkoordinasi dengan lintas sektoral
dengan kader kesehatan. Secara keseluruhan kondisi sanitasi lingkungan rumah tangga penduduk
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus 98,83% telah memenuhi syarat sanitasi dasar dan hanya 0,41%
yang tidak memenuhi syarat sanitasi dasar.
Meskipun secara angka nampak kecil namun upaya penyehatan lingkungan tetap dilakukan
melalui kunjungan rumah dan penyebaran informasi.
-11-
Tabel 2.8 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
Ada beberapa hal yang mempengaruhi keadaan lingkungan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga
Barus, dan kegiatan yang telah dilakukan antara lain :
1. Air Bersih
Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus pada
tahun 2019 mencapai 100%. Dengan adanya seluruh masyarakat yang sudah bisa mengakses air
bersih di wilayah puskesmas, diharapkan penyakit-penyakit menular melalui air (water borne
desease) dapat dicegah atau sedapat mungkin diturunkan kasusnya.
2. Jamban Sehat
Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena dengan adanya
jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang penularannya melalui kotoran
manusia seperti kecacingan, diare dan sebagainya dapat dicegah sedini mungkin.secara umum
penduduk di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus telah mendapat akses sanitasi yang layak, namun
demikian usaha pembinaan dan penyuluhan tentang sanitasi telah dilakukan dengan tujuan
meminimalisasi kondisi lingkungan yang kurang sehat.
Adapun gambaran penduduk Puskesmas Kedai Tiga Barus terhadap akses sanitasi yang layak
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.9 Persentase Rumah Sehat di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tempat sampah dan pengeloaan air limbah di tingkat rumah tangga merupakan faktor yang
ikut berperan penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang sehat di tingkatan yang paling
bawah. Dari hasil pantauan sanitarian dilapangan menunjukkan bahwa seluruh KK di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus belum semua memiliki tempat sampah dan saluran air yang memenuhi
syarat kesehatan.
Tabel 2.10 Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Tempat Sampah dan Pengelolaan Air
Limbah di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
Pemeriksaan terhadap tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan (TPM) secara
berkala meliputi hotel, restoran atau rumah makan, pasar serta TPM lainnya. Pemeriksaan bertujuan
untuk menjamin agar tetap terjaganya kesehatan lingkungan di tempat-tempat yang bersangkutan dan
lingkungan sekitarnya. Data pada tahun 2018 menunjukkan bahwa jumlah TPM di wilayah kerja
Puskesmas Kedai Tiga Barussebanyak 30 buah, dan restoran 5 buah.
Tabel 2.11 Persentase Rumah Tangga Yang Memiliki Tempat Umum Pengelolaan Makanan
(TUPM) di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2018
1 Bukit 0 0 0 1 0 0 0
Patupangan
2 Kedai Gedang 0 0 7 2 0 0 0
3 Sigambo- 0 0 1 1 0 0 0
gambo
4 Kampung 0 0 3 0 0 0 0
Solok
5 Gabungan 1 0 3 2 0 0 0
Hasang
Total 1 0 4 5 0 0 0
Sumber : Program Kesling Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019
A. Fasilitas Sarana
1. Luas
a. Bangunan : 1513,28 M2
b. Tanah : 2,6 Ha
2. Jumlah Ruangan Seluruhnya : 15 Ruangan
dengan rincian ruangan sebagai berikut:
1. Ruangan Kantor
a. Ruangan administrasi kantor
b. Ruangan Kepala Puskesmas
c. Ruang Rapat (Ruang Multifungsi)
2. Ruangan Pelayanan
a. Ruang Pandaftaran dan Rekam Medis
b. Ruang Tunggu
c. Ruang Pemeriksaan Umum (Poli Umum)
d. Ruang Tindakan (UGD)
e. Ruang KIA/KB dan Imunisasi
f. Ruang Asi
g. Ruang Promosi kesehatan (Untuk konsultasi dan konseling)
h. Ruang Farmasi (Ruang penerimaan di gabung dengan ruang penyerahan)
i. Ruang Persalinan
j. Ruang Rawat Pasca Persalinan (1 tempat tidur)
k. Laboratorium
l. Kamar Mandi
m. Gudang Umum
-14-
B. Jenis Pelayanan
1. Rawat Jalan
a) Poliklinik Umum
b) Poliklinik Kebidanan
2. Laboratorium
1 Dokter Umum 1 - - 1
2 S-1 Kesehatan Masyarakat - 1 1
3 S-I Keperawatan 1 - - 1
4 D-III Keperawatan 2 9 2 14
5 D-III Kebidanan 1 17 8 26
6 D-III Fisioterapi 1 - - 1
7 D-III Farmasi 1 1 - 2
8 D-III Gizi 1 - - 1
9 S-1 Manajemen - 1 - 1
10 D-III Akuntansi Keuangan - - 1 1
11 SMA - - 1 1
Jumlah 9 28 13 50
-15-
BAB III
3.1 Mortalitas
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu dikenal denganmortalitas
(Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat menggambarkan keadaan dan derajatkesehatan masyarakat
suatu wilayah dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan dibidang kesehatan. Tingkat kematian
secara umum sangat berhubungan erat dengan tingkatkesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang
dapat diketahui secara langsung dan tidaklangsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
mortalitas dan morbiditas adalahsosial ekonomi, pendapatan perkapita, pendidikan, perilaku hidup
sehat, lingkungan, upayakesehatan dan fertilitas.
Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada
tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan indikatoryang
sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan dapatmencerminkan
tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum, statuskesehatan penduduk secara
keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB secara umum adalah tingkat kesakitan
danstatus gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses penanganan persalinan. Gangguan
perinatalmerupakan salah satu dari sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama
hamilyang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin. Kematian bayi yang dilaporkan di
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2017 sebanyak 7 orang atau angka 7/1000 kelahiran
hidup, namun angka ini tidak menunjukkan AKB yang sebenarnya di populasi tersebut yang
disababkan karena BBLR, dimana secara keseluruhan wilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus
untuk kejadian BBLR sebesar 0%.
-16-
Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi kematian pada bayi meliputi
imunisasi TT pada ibu hamil, persalinan yang bersih, perawatan mata, ASI dini dan eksklusif dan
pemberian antibiotika dan penyebab kematian karna infeksi. Kemudian untuk penyebab kematian
karena asfiksia dan truma kelahiran dilakukan upaya berupa resusitasi dan penghangatan. Sedangkan
untuk mencegah kematian bayi karena kelainan kongenital dilakukan upaya yang meliputi
suplementasi folat pada ibu hamil.
AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian balita dihitung
dengan menjumlahkan kematian bayi dengan kematian balita. Berdasarkan pedoman MDGs
disebutkan bahwa nilai normatif >140 tinggi, 71-140 tinggi, 20-40 sedang dan <20 rendah. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Pada Tahun
2017 di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus angka kematian balita (AKABA) sebesar 0%. AKABA
dipengaruhi oleh gizi balita, sanitasi yang baik serta peranan dari petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu
dengan penyabab kematian yang terkait gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. Indikator ini
secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait kehamilan.
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku
hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan
terutama untuk ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.Keberhasilan pembangunan sektor
kesehatan senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator utamanya.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan rutin melaksanakan pembinaan kepada ibu hamil
dengan pemasangan stiker P4k dan Audit Maternal Perinatal (AMP) untuk mengetahui akar
permasalahan enyebab kematian, bahkan sudah dilaksanakan pembelajaran kasus yang
mengakibatkan kematian ibu tersebut. Strategi kedepannya yang akan dilakukan untuk mengatasi hal
ini adalah selain melibatkan lintas sector dan lintas program agar ikut bersama-sama memantau ibu
hamil, melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu dan program Rumah
Tunggu Kelahiran (RTK) dan Jampersal yang menekankan persalinan wajib dilaksanakan di fasilitas
kesehatan dan dibantu oleh tenaga kesehatan. Melalui program jampersal ini diharapkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Tapanuli Tengah dapat ditekan.
-17-
Derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat juga dapat dilihat dari nilai Umur Harapan
Hidup (UHH). UHH juga merupakan indikator Indeks keberhasilan Pembangunan Manusia.
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dapat dilihat dari peningkatan UHH. Umur Harapan Hidup
diKabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010 berdasarkan data BPS sebesar 73,01 tahun.
Angka ini lebih tinggi dari UHH Provinsi Sumatera Utara berdasarkan kajian Barus sehat
2005 oleh BPS sebesar 72,4 tahun unutk semua jenis kelamin dan lebih tinggi dari proyeksi UHH
Nasional tahun 2007 yang tertulis dalam Profil Kesehatan Indonesia yaitu sebesar 68,7 tahun.
3.2 Morbiditas
Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut morbiditas.
Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu dan
berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Berikut adalah gambaran pola penyakit terbesar di Kecamatan Barus tahun 2017, yang
diperolah dari sisteim pencatatan dan pelaporan bulanan penyakit yang berasal dari rawat jalan
puskesmas untuk semua golongan umur, dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 3.1. : Sepuluh Penyakit Terbesar Di Puskesmas Kedai Tiga Barus Kecamatan Barus
Tahun 2019
Dari tebel diatas, menunjukkan bahwa 10 penyakit terbesar di puskesmas didominasi oleh
penyakit infeksi seperti ISPA, Diare/Disentri. Hal ini berkaitan dengan factor lingkungan yang tidak
menunjang kesehatan seperti penyediaan air bersih, penggunaan jamban, dan rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Disamping permasalahan penyakit infeksi, di wilayah kecamatan barus
juga mengalami masalah yang sama dengan kecamatan lain yang ada di wilayah Kabupaten tapanuli
-18-
tengah yaitu permasalahan penyakit non infeksi yang paling menonjol adalah penyakit hipertensi
(tekanan darah tingi).
Beberapa penyakit biasanya mengalami peningkatan kasus pada bulan atau musim tertentu,
misalnya diare dan ISPA akan terjadi peningkatan pada musim kemarau. Kasus diare banyak
menyerang penduduk yang mengalami krisis air bersih dimana air minum secara kuantitasbdan
kualitas mengalami perubahan. Sebaliknya alternative penggunaan air bersih lain seperti PAM belum
tersedia.peningkatan kasus ISPA erat hubungannya dengan perubahan kebersihan udara di wilayah
kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus yang sebagian besar merupakan daerah tandus dan daerah lintas
transport yang mengagkut hasil-hasil perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.
a. TB Paru Penyakit
TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus ditemukan di Provinsi Suamtera Utara.
Secara nasional TB Paru merupakan penyakit tropis yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan.
TB Paru merupakan penyakit yang masih tinggi angka kejadiannya bahkan merupakan yang tertinggi
ketiga di dunia. MDGs menetapkan penyakit TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang harus
diturunkan selain HIV AIDS dan Malaria.. Pada tahun 2016 angka sukses rate sebesar 100%.
Pada wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus jumlah BTA (+) diobati pada sebanyak 37 kasus,
kesembuhan 80%, dan pengobatan lengkap sebanyak 60 %. Hasil pengobatan penderita TB Paru
dipakai indikator sukses rate, dimana indikator ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah
penderita ditemukan dan diobati.Sukses rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat
menyelesaikan pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Angka penemuan
kasus TB paru BTA ⁺ SEBESAR 13,18%. Angka penemuan ini disebabkan karena semakin
ditingkatkannya jangkauan pelayanna yang mengacu pada manajemen DOTS baik dari Puskesmas,
Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta maupun praktek swasta sehingga semakin banyak
kasus yang dideteksi di masyarakat.
b. Pneumonia
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam
program penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab
kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini
bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan
kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan
tatalaksana kasus adalah salah satu kegiatan program penanggulangan.
-19-
Jumlah kasus pneumona pada balita yang dilaporkan berobat di sarana pelayanan kesehatan
baik di Puskesmas Kedai Tiga Barus pada Tahun 2017 adalah Nihil ,Namun tetap perlu diterus
ditingkatkan upaya penemuan penderita penemonia terutama pada Balita sehingga segera dapat
ditangani. Pneumonia pada balita lebih banyak disebabkan karena faktor seperti kurang gizi, status
imunisasi yang tidak lengkap, terlalu sering membedung anak, kurang diberikan ASI, riwayat
penyakit kronis pada orang tua bayi atau balita, sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang
memenuhi syarat kesehatan, orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah dilakukan
untuk menanggulangi kasus pneumonia pada bayi atau balita adalah menghilangkan faktor penyebab
itu sendiri melalui peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta peningkatan status imunisasi bayi atau
balita.
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit
yang lain.Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif.
HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, dan zero survey dan Survey Terpadu Biologis
dan Perilaku (STBP). Sepanjang Tahun 2017 di Puskesmas Kedai Tiga Barus kasus HIV/AIDS
adalah Nihil, untuk menanggulangi penyebaran kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas Kedai Tiga
Barus salah satunya adalah dengan melakukan skrining terhadap pendonor darah. Disamping itu juga
Puskesmas Kedai Tiga Barus secara aktif melaksanakan penyuluhan/KIE ke tempat-tempat
kerja/perusahaan terutama yag termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti panti-panti pijat.
d. Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih dari tiga kali namun
tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah disebut disentri. Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan di Puskesmas Kedai Tiga Barus, Penyakit gastroenteritis lain seperti
diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di
Puskesmas maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi,
namun angka kematiannya relative rendah. Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong
penderitanya untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan
alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna.
Upaya yang dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh Puskesmas maupun dinas kesehatan
adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan
peningkatan sanitasi lingkungan.
-20-
e. Malaria
Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi merupakan kasus-kasus import
dari penduduk yang berasal dari daerah endemis malaria, Selama tahun 2018 di Puskesmas Kedai
Tiga Barus tidak terdapat kasus malarian positif.
f. Kusta
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium leprae. Bila
penyakit kusta tidak ditangani maka dapat menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada
kulit, saraf, mata dan anggota gerak. Strategi global WHO menetapkan indicator eliminasi kusta
adalah angka penemuan penderita/ new case detection rate (NCDR). Adapun kasus kusta di wilayah
kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus tanhun 2017 sebanyak 0 kasus.
Indikator yang dipakai dalam menilai keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat
tingkat II (cacat yang dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dilihat untuk menilai kinerja petugas,
bila ada proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan penemuan penderita akibat
rendahnya kinerja petuga sdan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda/gejala penyakit
kusta.
Untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus penyakit ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan. Salah satunya adalah dengan imunisasi. Beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini dapat menginfeksi bayi baru lahir apabila pemotongan tali pusat tidak
dilakukan dengan steril. Pada tahun 2017 di Puskesmas Kedai Tiga Barus tidak ditemukan kejadian
tetanus neonatorum.
Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Penyebab penyakit tersebut adalah virus polio yang menyerang system syaraf hingga penderita
mengalami kelumpuhan. Kelompok umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering
diserang penyakit ini, dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di
tungkai dan lengan.
AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot
tanpa penyebab yang jelas dan kemudian berakhir dengan kelumpuhan. Ditjen PP&PL Kementrian
-21-
Kesehatan RI menetapkan indicator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP Rate
minimal sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Hasil surveilans aktif di Puskesmas Kedai Tiga
Barus tahun 2018 tidak ditemukan kasus AFP.
c. Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik pada balita, anak-anak
maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus campak. Penularan campak dapat terjadi melalui
udara yang terkontaminasi dan secret orang yang terinfeksi.Pada tahun 2018 di Puskesmas Kedai
Tiga Barustidak ditemukan kejadian campak. Keberhasilan menekan kasus campak tidak terlepas
dari pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat Puskesmas dan sarana kesehatan
lainnya, penyediaan sarana vaksin yang sudah memadai, tenaga yang mencukupi serta kesadaran
masyarakat untuk mendapatkan imunisasi campak bagi bayi/balitanya.
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia merupakan negara tropis yang secara umum
mempunyai risiko terjangkit penyakit DBD, karena vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti
tersebar luas di kawasan pemukiman maupun tempat-tempat umum, kecuali wilayah yang terletak
pada ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD berimplikasi
luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit dan pengobatan pasien,
kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal adalah kehilangan nyawa. Perjalanan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) di Indonesia. Untuk daerah endemis kriteria kejadian luar biasa (KLB) DBD adalah terjadinya
satu kematian akibat DBD dan terjadinya peningkatan kasus secara bermakna 2 kali lipat dari periode
sebelumnya. Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 diwilayah kerja Puskesmas Kedai Tiga Barus
adalah 0 kasus.
dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk serta tingkat kepadatan
populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih rendahnya peran serta masyarakat dalam
pemberantasan sarang nyamuk. Berbagai upaya telah diambil Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Tengah untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di masyarakat, diantaranya adalah melalui
Foggingmassal maupun fokus, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program 3 M plus,
penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan.
b. Rabies
Kecamatan Barus merupakan daerah yang rawan rabies. Rabies merupakan penyakit dengan
CFR yang sangat tinggi, yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan
hewan seperti anjing, kucing, kera yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies. Pada tahun
2018 di Kecamatan Barus terdapat 3 kasus rabies.Namun demikian petugas puskesmas selalu
melakukan upaya promotif dengan cara penyuluhan digedung maupun penyuluhan langsung ke
rumah-rumah masyarakat bekerjasama dengan kader kesehatan akan pentingnya melakukan
pencegahan dan penanganan awal bila terjadi korban gigitan anjing.
c. Keracunan Makanan
Pada tahun 2018 di Puskesmas Kedai Tiga Barus belum tidak ada kejadian keracunan
makanan. Namun kegiatan penyuluhan tentang penyehatan makanan secara rutin dilaksanakan oleh
petugas kesehatan. Disamping kegiatan penyuluhan oleh sanitarian puskesmas yang dilakukan pada
kantin anak sekolah , PIRT, dll.
3.3 Gizi
Tabel 3.4. Persentase Gizi dan Balita di Puskesmas Kedai Tiga Barus
2 Yang Ditimbang ⁻ ⁻
3 Gizi Kurang 14 ⁻
BAB IV
Salah satu langkah penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
adalah upaya pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan secara tepat
diharapkan dapat mengatasi sebagian besar masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Pelayanan
kesehatan dasar yang dilaksanakan di Puskesmas Kedai Tiga Barus adalah:
Kebijakan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir secara khusus berhubungan pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir yang diberikan di semua jenis fasilitas
pelayanan kesehatan, dari posyandu, puskesmas, Rumah sakit pemerintah maupun jenis pelayanan
kesehatan swasta. Kesehatan anak meliputi bayi, balita dan remaja.
O HAMIL K1 K4
1 Bukit Patupangan 54 15 09
2 Kedai Gedang 50 23 05
3 Sigambo-gambo 33 10 07
4 Kampung Solok 33 18 03
5 Gabungan Hasang 39 12 11
Jumlah 209 68 39
Sumber : Program K1 dan K4 di Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 menunjukkan angka drop out K1-K4, dengan kata
lain jika kesenjangan K1 dan K4 kecil maka hampir semua ibu hamil yang melakukan kunjungan
pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga kunjungan keempat pada trimester ketiga, sehigga
kehamilannya dapat terus dipantau oleh petugas kesehatan. Pada tahun 2018 kesenjangan antara K1
dan K4 sebesar 1,83% ini berrati terdapat 1,2% ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan K1 pada
trimester 1, namun tidak melakukan pemeriksaan sampai K4. Bila kita bandingkan dengan target
standar pelayanan minimal (K1=95% dan K8=98%) maka cakupan K1 dan K4 di Puskesmas Kedai
Tiga Barus sudah melampaui target yang ditetapkan.
Table 4.2 Persentase Jumlah Kematian Ibu Maternal di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tahun 2018
2 Kedai Gedang 50
3 Sigambo-gambo 33
4 Kampung Solok 33
5 Gabungan Hasang 39
Jumlah 209
Table 4.3 Persentase Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Dengan Kompetensi
Kebidanan di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
1 Bukit 51 0 0
Patupangan
2 Kedai 47 0 0
Gedang
3 Sigambo- 32 0 0
gambo
4 Kampung 32 0 0
Solok
5 Gabungan 37 3 0
Hasang
Jumlah 199 3 0
Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019
Dari table 4.2 dan 4.3 diatas , mennjukkan bahwa cakupan persalinan oleh tenaga kesehatna pada
tahun 2018 telah mencapai 100%, bila dibandingkan dengan renstra persalinan oleh nakes tahun 2012
adalah 96% maka pencapaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah mencapai target yang
ditetapkan, capaian ini juga sudah memenuhi target dari Standar Pelayanan Minimal oleh tenaga
yang memiliki kompetensi kebidanan.
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar terhadap Angka
Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dalam 1 minggu pertama diperkirakan 60% dari
seluruh kematian ibu. Persalinan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan dapat menurunkan
resiko kematian ibu saat persalinan karna ditempat tersebut persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
dan tersedia sarana kesehatan yang memadai sehingga dapat menangani komplikasi yang mungkin
terjadi pada saat persalinan yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Tabel 4.4 Persentase Vitamin A Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
Cakupan pelayanan kesehatan bayi di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus pada tahun 2018
sebesar 94,9%, dari jumlah sasaran sebanyak 84%. Dengan demikian target cakupan pelayanan
kesehatan bayi di di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus sudah terpenuhi. Cakupan kunjungan bayi
dalam setahun dapat dilihat pada table berikut:
Table 4.5 Cakupan Kunjungan Bayi di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
L P
1 Bukit Patupangan 49 6 8
2 Kedai Gedang 45 6 8
3 Sigambo-gambo 30 7 3
4 Kampung Solok 30 5 6
5 Gabungan Hasang 35 3 6
Jumlah 189 27 31
Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019
Desa dengan cakupan kunjungan bayi tertinggi adalah Desa bukit patupangan sebanyak 49
kunjungan sedangkan terendah di Desa sigambo-gambo dan kampong solok dengan total masing-
masing 30 kunjungan. Secara keseluruhan kunjungan bayi di Puskesmas Kedai Tiga Barus sebesar
99,9%. Terpenuhinya target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu
tiap bulannya, peran kader dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu serta keaktifan
tenaga puskesmas dalam membina posyandu.
Tabel 4.6 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Eksklusif Yang Di Pantau Di Wilayah Puskesmas
Kedai Tiga Barus Tahun 2019
1 Bukit Patupangan 38 14
2 Kedai Gedang 45 14
3 Sigambo-gambo 25 10
4 Kampung Solok 24 11
5 Gabungan Hasang 13 09
Jumlah 145 58
Sumber : Program BKIA Puskesmas Kedai Tiga Barus 2019
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebanyak 98
orang dari jumlah seluruh bayi sebanyak 145 orang. Dari hasil pantauan petugas Puskesmas Kedai
Tiga Barus dapat disimpulkan bahwa cakupan ASI Eksklusif di Puskesmas Kedai Tiga Barus belum
mencapai target yang ditentukan, baik secara nasional (80%) maupun untuk target yang ditentukan
secara local (70%) juga belum memenuhi target.
Beberapa hal yang menyebabkan bayi tidak lulus ASI Eksklusif adalah keadaan sosial
ekonomi keluarga yang tidak mendukung seperti ibu-ibu yang harus bekerja baik di swasta maupun
pemerintah untuk membantu kebutuhan ekonomi keluarga. Sehingga tidak mungkin ibu-ibu yang
melahirkan diberikan cuti bersalin lebih dari 3 bulan. Kadang-kadang diberikan cuti 2 – 3 bulan
kecuali harus berhenti bekerja. Disamping itu pula tidak banyak atau sedikit sekali suatu instansi baik
negeri maupun swasta yang mempunyai TPA (Tempat Penitipan Anak), sehingga seorang ibu bisa
setiap saat menyusui bayinya sambil bekerja di kantornya.Rencana Tindak lanjut adalah penyuluhan
langsung pada ibu nifas dan meningkatkan penyuluhan dalam gedung pada ibu balita saat imunisasi
dan di posyandu.
pemerintah meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis
Campak. Campak merupaka penyebab utama kematian pada balita, oleh karena itu pencegahan
campak merupakan factor penting dalam mengurangi angka kematian balita.
Di Indonesia imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan merupakan imunisasi terakhir
yang diberikan kepada bayi diantara imunisasi wajib lainnya. Berikut adalah prsentase imunisasi di
wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus.
Tabel 4.7 Cakupan Imunisasi Pada Bayi Di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2018
1 Bukit Patupangan 49 40
2 Kedai Gedang 45 38
3 Sigambo-gambo 30 25
4 Kampung Solok 30 26
5 Gabungan Hasang 35 30
Jumlah 189 159
Sumber : Program Imunisasi Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019
Idealnya seorang anak mendapatkan seluruh imunisasi dasar sesuai dengan umurnya,
sehingga kekebalan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat
optimal. Namun kenyataannya, sebagian anak tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap.
Anak-anak ini disebut dengan Drop Out (DO) Imunisasi. Drop out rate imunisasi dihitung
berdasarkan persentase penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi DPT-Hb1.
Untuk Puskesmas Kedai Tiga Barus DO rate sebesar 9,40%, ini menunjukkan tidak ada masalah
yang signifikan karena masih diatas target (10%).
Dalam upaya eliminasi tetanus pada ibu dan bayi (maternal dan neonatal tetanus
elimination/MNTE), maka diperlukan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid pada Wanita Usia Subur
(WUS) termasuk ibu hamil. Sejak tahun 1988 dengan mulai diperkenalkan kebijakan TT 5 dosis,
maka pemberian imunisasi pada ibu hamil dilakukan berdasarkan hasil skrining, yang artinya tidak
selalu harus mendapatkan suntikan imunisasi TT pada saat pemeriksaan antenatal. Cakupan
Imunisasi pada ibu hamil di Puskesmas Kedai Tiga Barus seperti pada table dibawah ini.
Tabel 4.8 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kedai Tiga Barus
Tahun 2019
-31-
1 Bukit Patupangan 54 30
2 Kedai Gedang 50 36
3 Sigambo-gambo 33 25
4 Kampung Solok 33 40
5 Gabungan Hasang 39 19
Jumlah 209 150
Sumber : Proram KIA Puskesmas Kedai Tiga Barus, 2019
Berdasarkan table diatas diketahui bahwa 40,6% ibu hamil di Puskesmas Kedai Tiga Barus
sudah mendapatkan imunisasi TT2+. namun beberapa permasalahan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pada wanita usia subur yaitu pelaksanaan skrining yang belum optimal, pencatatan yag dimulai dari
kohort WUS (baik kohor ibu maupun WUS yang tidak hamil) belum seragam, dan cakuoan imunisasi
TT2 bumil jauh lebih rendah dari cakupan K4.
diperlukan sarana kesehatan yang memadai. Berikut gambaran sarana kesehatan yang ada di wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018:
Tabel 4.9 : Sarana Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
1Bukit ⁻ ⁻ 2 1 1 ⁻
Patupangan
2 Kedai Gedang 1 1 2 ⁻ ⁻ 1
3 Sigambo-gambo ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ 1
4 Kampung Solok ⁻ ⁻ 1 1 ⁻ ⁻
5 Gabungan ⁻ 1 1 ⁻ ⁻ ⁻
Hasang
Jumlah 1 3 7 2 1 2
Sumber : Data Sarana Kesehatan Puskesmas Barus, 2019
Secara umum seluruh sarana pelayanan kesehaan yang ada, baik milik pemerintah maupun
swasta secara geografis mudah dijangkau serta penyebarannya hampir merata di weluruh wilayah
Puskesmas Kedai Tiga Barus dan merupakan factor yang sangat mendukung peningkatan status
derajat kesehatan masyarakat.
f. Apotik
Apotik Puskesmas Kedai Tiga Barus untuk tahun 2018 jumlah kunjungannnya meningkat dari
tahun-tahun sebelumnya, setelah diberlakukannya pengobatan gratis di seluruh Desa dengan
diberikannya kartu JKN berupa BPJS dan KIS secara gratis kepada seluruh masyarakat. Untuk
pendistribusian obat, apotik Puskesmas Kedai Tiga Barus tiap sebulan sekali mengajukan permintaan
ke gudang Farmasi. Setelah obat diterima dimasukkan dalam gudang obat puskesmas yang kemudian
dikeluakan untuk apotik puskesmas. Puskesmas pembantu (Pustu) dan pusling sesuai dengan
keperluan. Berikut ini adalah daftar 10 penggunaan obat terbanyak kurun waktu 12 bulan di
Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018.
Table 4. 11 Daftar 10 Pemakaian Obat Terbanyak di Puskesmas Kedai Tiga Barus tahun 2018
Target yang harus dicapai program kesehatan setiap tahunnya telah tertuang dalam Standar
Pelayanan Minimal Kesehatan. Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada hakekatnya merupakan
bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah
Kabupaten/Kota, yang merupakan jenis pelayanan yang bersifat spesifik daerah yang merupakan
permasalahan jesehatan masyarakat dan terkait dengan kesepakatan global. Untuk tahun 2018
Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
43 Tahun 2016.
BAB V
-35-
Tabel 5.1 Hasil Standar Pelayanan Minimal di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
PROMOSI KESEHATAN
A Penyuluhan PHBS pada :
1 Rumah Tangga 218 KK/Desa 980 KK
2 RT yang Memenuhi Syarat PHBS 79% 80,8%
3 Instutusi Pendidikan (Sekolah) 85% 100%
4 Institusi Sarana Kesehatan (RS, Puskesmas, Pustu, Lab, 100% 100%
Klinik)
5 Institusi TTU 85% 96,4%
6 Institusi Tempat Kerja 85% 100%
B Terbinanya Upaya Kesehatan Bersumber dari Masyarakat
1 Posyandu Purnama dan Mandiri 35% 0%
2 Posyandu Madya 100% 100%
C Penyuluhan Napza 20% 100%
D Penyuluhan HIV/AIDS 85% 100%
UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
A Penyehatan Air
1 Penduduk yang memiliki akses air minum yang berkualitas 96% 100%
2 inspeksi sanitasi air minum 20% 47%
3 kualitas air minum yang memenuhi syarat 70% 90%
B Penyehatan Tempat Pembuangan Sampah
1 Pengendalian kepadatan vektor lalat pada TPS 100%
C Penyehatan Lingkungan Pemukiman dan Jamban Keluarga
1 pemeriksaan penyehatan lingkungan rumah 20% 47%
2 cakupan rumah memenuhi syarat 85% 99%
3 cakupan penduduk yang menggunakan jamban sehat 85% 99%
4 penduduk STOP BABS Sembarangan 95% 99%
-36-
5.2 Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
Rata-rata kunjungan Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019 sebesar 84,16%.
Secara rinci jumlah kunjungan ke puskesmas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Table 5.2 Jumlah Kunjungan Pasien di Puskesmas Kedai Tiga Barus Tahun 2019
BAB VI
-38-
6.1 Kesimpulan
a. Puskesmas Kedai Tiga Barus memiliki wilayah kerja sebanyak 5 Desa, jumlah penduduk
Puskesmas Kedai Tiga Barus sebanyak 7697 jiwa dengan rata-rata kepadatan penduduk
1469.2 jiwa/km. sedangkan rasio beban tanggungan tahun 2016 : 31 orang per 100 penduduk
produktif. Mengalai penurunan dari tahun 2015 yakni 33 orang per 100 penduduk produktif.
b. Derajat kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus secara umum sudah
cukup baik walaupun masih diperlukan upaya untuklebih meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. pencapaian beberapa indicator derajat kesehattannya sudah berada diartas rata-
rata pencapaian Provinsi Sumatera Utara dan target nasional tahun 2016. Akan tetapi, untuk
angka kematian ibu mengalami peningkatan yaitu sebanyak 2 kasus dengan angka kematian
sebesar 192/100.000. oleh karena itu perlu dilakukan upaya sehingga dapat mencegah
terjadinya peningkatan kasus.
c. Untuk jumlah kematian ibu sebanyak 1 kasus kematian dan bebrapa kasus seperti TBC,
Pneumonia, HIV/AIDS, Kusta, DBD dan Malaria dapat ditekan dan belum ditemukan
kejadian luar biasa. Untuk incidence rate DBD mengalami peningkatan yang sangat tinggi
dari tahun 2015 yaitu: 113 insiden per 100.000 penduduk menjadi 439,6 per 100.000
penduduk tahun 2016.
d. Untuk pelayanan kesehatan seperti : Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan, Pelayanan Ibu Nifas, Penanganan Komplikasi Kebidanan, Penanganan
Komplikasi Neonatal, Pelayanan KB, Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Gizi, Pelayanan
Kesehatan Anak Sekolah, pelayanan kesehatan lansia dan promosi kesehatan telah berjalan
dengan lancar dan telah memenuhi target yang diharapkan.
e. Akses dan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas Kedai Tiga Barus mencakup kunjungan
rawat jalan saja sedangkan rawat inap dirujuk ke RSUD Pandan, RS. Metta Medika Sibolga
dan RSU F.L Tobing peserta jaminan pemeliharaan kesehatan berupa JKN sebesar 32,9%,
JKBM 27,5% sedangkan lain-lain sebesar39,5% dianggap masih menggunakan jaminan
kesehatan lainnya dan masih dalam proses ke Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
f. Perilaku Hidup Masyarakat Di Wilayah Puskesmas Kedai Tiga Barus tergolong cukup baik,
dimana 80% telah melakukan kebiasaan ber PHBS baik itu di rumah tangga maupun di
lingkungan sekitar. Untuk akses sanitasi terutama air bersih telah mencapai 100%. Sedangkan
untuk kondisi rumah telah memenuhi syarat 98,83% artinya tergolong baik, meski memang
ada beberapa situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan seperti kurangnya lahan di Desa
tertentu.
g. Dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat Puskesmas Kedai Tiga Barus telah
berkolaborasi dengan beberapa sarana kesehatan sepertu RSUD Pandan, Rumah Bersalin,
Praktek Dokter Perorangan, Prakter Dokter Bersama, Puskesmas Pembantu, Apotek Swasta,
Posyandu, Posbindu Dan Desa Siaga. Untuk tenaga yang memberikan pelayanan khususnya
pada Puskesmas Kedai Tiga Barus ada beberapa spesifikasi tenaga seperti : Dokter Umum,
-39-
Dokter Gigi, Bidan, Perawat, Perawat Gigi, Tenaga Farmasi, Tenaga Kesehatan Masyarakat,
Sanitarian, Analis Kesehatan dan beberapa tenaga umum lainnya.
6.2 Saran
a. Saran Upaya Kesehatan
Untuk mempertahankan target upaya kesehatan yang telah dilaksanakan diharapka semua
komponen baik itu petugas kesehatan, masyarakat dan pemerintah agar bahu membahu dan
saling mendukung setiap program yang dicanangkan sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mampu menolong diringa sendiri serta mampu mencegah
terjadinya penyakit melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Saran Penulisan
Untuk meningkatkan Profil Puskesmas Kedai Tiga Barus maka beberapa saran yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Ditingkat program agar dilakukan pemutakhiran atau validasi data sebagai data dasar
penyusunan Profil Puskesmas Kedai Tiga Barus.
2. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait yang berhubungan dengan kebutuhan data
Profil Kesehatan terutama dengan Desa dan Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota dan Desa.
3. Program-program yang belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan agar melakukan
peninjauan ulang terhadap target yang telah ditetapkan oleh masing-masing program dan
disesuaikan dengan spesifikasi daerah, sehingga target yang ditetapkan tidak menjadi beban
dalam pelaksanaan kegiatan atau program.
4. Untuk program yang telah mencapai target sesuai dengan SPM agar tetap bisa
mempertahankan bahkan meningkatkan kinerjanya.
-40-
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2009, Jakarta, Kemenkes RI
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2010, Jakarta, Kemenkes RI
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2007, Jakarta,
Kemenkes RI
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Riskesdas 2010, Jakarta,
Kemenkes RI
-41-
PENUTUP
Penyusunan Profil Puskesmas Kedai Tiga Barus ini kiranya dapat bermanfaat sebagai sumber
informasi mengenai gambaran umum puskesmas ini. Profil ini juga kiranya dapat memenuhi
kelengkapan syarat kerjasama dengan BPJS.