Anda di halaman 1dari 10

IV.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis


Desa Labuhan Bontong merupakan salah satu desa dari 8 (delapan) desa
yang berada di Wilayah Kecamatan Tarano dan terletak ±103 km dari pusat kota
Kabupaten Sumbawalama jarak tempuh dari kota ke kecamatan dengan
kendaraan bermotor 2 jam. Desa Labuhan Bontong dengan luas wilayah 14 km2
memiliki luas wilayah sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Desa Labuhan Aji
 Sebelah Selatan : Desa Bunga Eja (Kecamatan Empang)
 Sebelah Barat : Desa Batu Lanteh
 Sebelah Timur : Desa Gapit (Kecamatan Empang)
Kondisi topografis Desa Labuan Bontong Kecamatan Tarano ini memiliki
benteng wilayah 1,340 ha dataran rendah, dan desa tepi pantai/pesisir 134 ha,
sedangkan desa kawasan rawa dan desa bantaran sungai 943 ha. Kondisi iklim
di sebagian besar Desa Labuhan Bontong beriklim trofis tidak jauh beda dengan
kondisi iklim wilayah Pulau Sumbawa. Desa Labuhan Bontong bertiup angin
musim yang berubah-ubah dua kali dalam setahun. Desa Labuhan Bontong
secara umum dengan dua musim, yaitu musim kemarau (Musim Balit) yang
berlangsung antara bulan Mei hingga November dan musim hujan (Musim Barat)
antara bulan Desember hingga April. Desa ini basis ekonominya bertumpu pada
sektor pertanian dan perikanan dengan luas wilayah pertanian 984,25 Ha,
dimana 237 ha tanah kering, 37 ha tanah basah, dan 185 ha tanah sawah dan
364,85 ha tanah hutan, sedangkan disektor perikanan (Profil Desa Labuhan
Bontong, 2019).

4.2. Keadaan Penduduk Desa Labuhan Bontong


Menurut Sumarsono (2003), Penduduk sebagai sumber daya manusia
merupakan kelompok manusia yang terdiri dari manusia yang memiliki
kemampuan untuk memberikan jasa. Penduduk merupakan salah satu modal
atau aset bagi suksesnya kegiatan pembangunan. Peran yang dilakukan oleh
penduduk dapat menentukan perkembangan wilayah pada suatu daerah baik
bersifat regional maupun nasional.

25
Menurut Soedarno (1992) dalam Dayamasari (2018), Jenis kelamin
mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.
Biasanya pemikiran laki-laki dan perempuan mengenai suatu permasalahan
berbeda sudut pandangnya. Jumlah penduduk di Desa Labuhan Bontong
sebanyak 2.723 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.327 jiwa dan
perempuan sebanyak 1.396 jiwa. Berdasarkan data Profil Desa Labuhan
Bontong jumlah penduduk Desa Labuhan Bontong dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Labuhan Bontong Kecamtan Tarano Tahun
2019 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jeniskelamin Penduduk (jiwa) Persentase (%)


1. Laki-laki 1.327 48,73
2. Perempuan 1.396 51,26
Jumlah 2.723 100
Sumber: Profil Desa Labuhan Bontong, 2019.
Dari Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Labuhan
Bontong sebesar 2.723 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak
1.327 jiwa dengan persentase sebesar 48,73% dan perempuan sebanyak 1.396
jiwa dengan persentase sebesar 51,26%. Dapat dilihat bahwa persentase
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Dimana jumlah
penduduk yang paling banyak di Desa Labuhan Bontong berdasarkan jenis
kelamin yang paling mendominasi adalah perempuan sebanyak 1.396 jiwa
dengan persentase sebesar 51,26%. Jumlah Kepala Keluarga yang ada di Desa
Labuhan Bontong sebanyak 782 KK.
Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano penduduknya dapat dilihat
berdasarkan umur. Menurut Tjiptoherianto (1990) dalam Sulastri (2017), Umur
masyarakat berkaitan erat deangan kemampuan fisik dan produktifitas dari
masyarakat dan merupakan salah satu variabel yang diasumsikan mempunyai
pengaruh besar terhadap pendapatan masyarakat. Adapun data jumlah
penduduk Desa Labuhan Bontong berdasarkan umur dapat dilihat gambar 4.1
berikut:

26
Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
(Jiwa)

0-14 15-60 >60

17% 21%

62%

Gambar 4.1 Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Di Desa Labuhan


Bontong Kecamatan Tarano (Sumber : Profil Desa Labuhan
Bontong, 2019)

Dari Gambar 4.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan umur


di Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano dengan komposisi: umur 0-14
tahun sebanyak 567 jiwa atau (21%), umur 15-60 tahun sebanyak 1.697 jiwa
atau (62%) dan umur >60 tahun sebanyak 459 jiwa atau (17%).
Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano, terdapat macam-macam jenis
mata pencaharian. Menurut Daldjoeni (1987) mata pencaharian adalah salah
satu yang paling berpengaruh menentukan pendapatan masyarakat. Hasil dari
pekerjaan tersebut yang akan menghidupi keluarga mereka sebagian besar
penduduk Desa Labuhan Bontong sebagai petani. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Profil Desa Labuhan Bontong disajikan dalam gambar 4.2 berikut ini:

27
Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Labuhan Bontong Jum-
lah (Orang)
6%
8% Petani dan buruh Tani
Nelayan dan beternak
pengusaha dan Lain-
lain

86%

Gambar 4.2 Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Labuhan Bontong Kecamatan


Tarano (Sumber: Profil Desa Labuhan Bontong, 2019).

Dari Gambar 4.2 Menunjukkan bahwa mata pencaharian masyarakat


Desa Labuhan Bontong terbesar yaitu sebagai petani dan buruh tani sebanyak
790 orang atau (86%),nelayan dan beternak petani sebanyak 78 orang atau (8%)
pengusaha dan lain-lain sebanyak 55 orang atau (6%). Desa Labuhan Bontong
merupakan sebuah desa dengan kondisi topografi yang beragam yaitu wilayah
dengan topografi pegunungan serta wilayah topografi daratan rendah yang
meliputi wilayah pesisir. Sehingga mata pencaharian masyarakatnya pun sangat
beragam mulai dari petani, nelayan, pengusaha kecil menengah dan lain-lain.

4.3. Infrastruktur Ekonomi


Menurut Kodoatie (2005) infrastruktur adalah suatu sistem sosial dan
ekonomi yang secara sekaligus menjadi penghubung sistem lingkungan, dimana
sistem ini bisa digunakan sebagai dasar dalam mengambil kebijakan. Fasiltas
pelayanan sosial ekonomi adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
yang mendukung secara langsung pada kegiatan ekonomi dan produksi
sehingga memberikan keuntungan finansial. Infrastruktur pendukung adalah
berbagai pelayanan yang mendukung kelancaran kegiatan sosial maupun
ekonomi, maupun mendorong peningkatan produksi dan mampu meningkatkan
kesejahtraan masyarakat pada umumnya.
Sarana dan prasarana sosial ekonomi di Desa Labuhan Bontong terdiri
dari usaha perdagangan, kios, pengecer gas dan BB minyak, pangkalan minyak
tanah dan air dengan skala pelayanan lokal dan regional. Kegiatan perdagangan
pada umumnya ditentukan oleh pola pergerakan barang dan ketersediaan

28
fasilitas perdagangan. Kedua aspek tersebut di atas saling berkaitan dan
membentuk struktur wilayah dan jangkauan pelayanannya. Sarana dan
prasarana jasa yang terdapat di Desa Labuhan Bontong dititik beratkan pada
pelayanan jasa untuk kegiatan pertanian yang diperankan oleh
individu/perorangan sedangkan untuk memenuhi tambahan modal bagi usaha,
kios,pengecer gas dan BB minyak, pangkalan minyak tanah dan air melalui
simpan pinjam BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dan koperasi. (Profil Desa
Labuhan Bontong, 2019).
Mengiringi derap langkah pembangunan dalam era reformasi ini
kebutuhan pendidikan bukan semata merupakan milik segelintir orang, akan
tetapi sudah merupakan kebutuhan bagi hampir setiap manusia. Adanya
gambaran kearah itu setidaknya mulai terlihat diwilayah Desa Labuhan Bontong
Kecamatan Tarano. Jumlah sarana pendidikan yang ada pada tahun 2019 di
Kecamatan Tarano ini adalah 4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 2 Taman
Kanak-Kanak (TK), 2 Sekolah Dasar dan 1 sekolah menengah pertama .
Di lihat dari segi penduduk di Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano
sebagian besar sudah pernah mengecap pendidikan. Keadaan ini tentunya
mempengaruhi pendidikan perekonomian didaerah ini dimana kita ketahui
sebagian besar masyarakat sangat tergantung dari sektor pertanian.
Penduduk di Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano mayoritas
memeluk agama Islam. Sehingga sarana ibadah yang terdapat diKecamatan ini
hanya ada sarana ibadah untuk pemeluk agama Islam saja yaitu sebanyak 3
Masjid dan 3 mushola (Profil Desa Labuhan Bontong, 2019).

29
4.4. Gambaran UmumUsaha Kelompok Olahan Udang Rebon Menjadi
Terasi
Usaha produk olahan udang rebon menjadi terasi berlokasi di Desa
Labuhan Bontong Kecamatan Tarano Kabupaten Sumbawa. Berdirinya
Kelompok Rebon II tersebut merupakan motivasi dari Ibu Nur Nani terhadap
potensi keberadaan udang rebon dan untuk menambah nilai pada udang rebon
yang semulanya tidak bernilai untuk dipasarkan. Selain hal tersebut, untuk
mengangkat khas produk lokal dan memberdayakan ibu-ibu rumah tangga dan
ibu-ibu kepala kelurga dalam menambah penghasilan rumah tangga. Adanya
motivasi dan keinginan ibu-ibu serta dukungan dari Ibu Nur Nani, sehingga
dibentuk kelompok usaha produk olahan udang rebon. Pembagian dan
pembentukan kelompok usaha produk olahanan udang rebon ditinjau dari
keberadaan ibu-ibu di rumah dan kelompok usaha tersebut mulai berdiri tahun
1994 serta langsung mengolah udang rebon menjadi produk olahan yang siap
dijual.
Pada kelompok usaha tersebut Kelompok Rebon II, kelompok Rebon II
Desa Labuhan Bontong, produksi olahan udang rebon dilaksanakan di rumah
ketua, kemudian hasil olahan disimpan di rumah ketua. Pada setiap olahan,
bahan baku yang digunakan dalam memproduksi produk olahan adalah udang
rebon kering yang berasal dari laut yang berada di Desa Labuhan Bontong
Kecamatan Tarano Kabupaten Sumbawa. Hasil olahan tersebut berbentuk terasi.
Adapun proses pengolahan produk udang rebon menjadi terasi dapat dilihat pda
gambar 4.3 berikut :

30
a) Rumah Produksi Terasi b) Udang Rebon Kering

c) Terasi yang sudah di tubuk d) Pengemasan


Gambar 4.3 Proses Pengolahan Terasi (Sumber : Dokumentasi 2020).

Dari Gambar 4.3 Proses pengolahan persiapan bahan baku udang rebon
yang sudah di jemur sampai kering selanjutnya dimasukan ke dalam baskom
untuk persiapan ditumbuk, penumbukan dilakukan masih menggunakan alat
moderen seperti lesung setelah ditumbuk dalam proses penumbukan ditamahkan
air sedikit sampai benar-benar hancur, terasi yang sudah selsai ditubuk sudah
siap dikemas dengan pengemasan tradisional berupa daun lontar dan dilabeli
dengan bentuk khas kemasan berbentuk copok (buka) dari daun Lontar.
Selanjutnya, pemasaran hasil olahan dilakukan dengan cara secara online
maupun offline. Secara online, kelompok Rebon II Desa Labuhan Bontong,
memanfaatkan haenphone untuk melayani pesanan. Sedangkan secara offline
pengecer membeli ke tempat olahan untuk dijual kembali kepada konsumen
ataupun dikonsumsi secara pribadi. Setiap 1 kali hasil produksi semuanya habis

31
terjual dalam waktu 1-3 Bulan, bahkan masih banyak konsumen yang berminat
untuk membeli kemudian memesan pada waktu sebelum produksi, sehingga
kelompok Rebon II Desa Labuhan Bontong, berjalan hingga sampai saat ini.
Desa Labuhan Bontong Kecamatan Tarano, Umur kelompok Rebon II
memiliki 5 pengrajin olahan dengan kriteria kelompok diketuai oleh satu ketua.
Kelompok Rebon II Desa Labuhan Bontong pengrajin olahan yang secara aktif
dalam memproduksi produk olahan udang rebon berjumlah 5 orang yang terdiri
dari 1 orang ketua berumur 50 tahun dan 4 anggota adapun rata-rata berumur
dari 35-50 tahun.
Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik seseorang dalam
mengelolah usaha. Setelah melewati umur tertentu, maka kemampuan kerjanya
relative menurun. Di samping itu, umur juga merupakan salah satu faktor yang
menentukan produktivitas responden dalam menjalankan usahanya untuk
memperoleh hasil dan keuntungan yang maksimal. Struktur umur dibedakan
menjadi 3 kelompok, yaitu : kelompok umur muda (dibawah 15 tahun), kelompok
umur produktif atau usia kerja (15-65 tahun) dan kelompok umur tua yaitu 65
tahun keatas (Tjiptoherijanto, 2008).
Kelompok Rebon II memiliki pendidikan tingkat pendidikan yang berbeda.
Menurut Rusastra (2000), tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir
individu, maka semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang
mereka untuk menjalankan usahanya. Tingkat pendidikan terakhir responden
pada kelompok Rebon II Desa Labuhan Bontong Kecamatan tarano rata-rata
pendidikan SD berjumlah 4 orang dengan persentese sebesar 80% dan tamatan
SMP berjumlah 1 orang dengan persentase sebesar 20%. Dilihat dari tingkat
pendidikan yang mayoritas responden adalah tingkat pendidikan SD, maka perlu
ditingkatkan mengingat bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi pola pikir individu. Namun, selain dilihat dari tingkat pendidikan
responden tetapi juga bisa dilihat dari kemauan dan semangat kerja ibu-ibu
rumah tangga dan bapak bapak dalam menjalankan usahanya, sehingga dalam
pengolahan Terasi tingkat pendidikan tidak terlalu mempengaruhi. Semangat
kerja merupakan keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan
pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang
maksimal (Hasibuan 2009). Hal ini dibuktikan dengan semangat dari kelompok
Rebon II dalam melakukan pengolahan dari sebuah olahan yang sedikit

32
mempunyai nilai jual sehingga mempunyai nilai jual dan hasil produksi habis
terjual di dalam maupun di luar daerah.
Dengan jumlah tanggungan ketua Kelompok Rebon II berjumlah 3 orang,
anggota 1 berjumlah 2 orang, anggota 2 berjumlah 1 orang, anggota 3 berjumlah
2 orang, anggota 4 berjumlah 3 orang.

4.5. Tahap-Tahap Kegiatan Produksi Olahan Udang Rebon Menjadi


Terasi
1) Penyediaan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk terasi
merupakan bahan baku yang memenuhi standarisasi pada terasi, dengan
ciri-ciri udang rebon yang sudah kering dan siap diolah. Penyediaan
bahan baku dilakukan dengan membeli langsung bahan baku ke tempat
nelayan yang berada di Desa Labuhan Jamu menggunakan transportasi
dengan kisaran waktu perjalanan 1 jam dari Desa Labuhan Bontong,
bahan baku yang di siapkan berjumlah 200 kg udang rebon kering
dengan jumlah harga Rp.20.000/kg.
2) Proses Produksi
Adapun proses produksi pengolahan terasi sebgai berikut:
 Persiapan Bahan Baku
Persiapan bahan baku meliputi persipan bahan-bahan yang
akan dibuat menjadi terasi yaitu udang rebon yang sudah di
jemur sampai kering.
 Persiapan Penumbukan
Udang rebon yang sudah di jemur sampai kering, kemudian di
tumbuk sampai halus dengan menggunakan alat tumbuk lesung
dengan jangka waktu 5 jam dan di tambahkan sedikit air, Setelah
selesai di tumbuk sampai halus udang rebon kering sudah
menjadi terasi
 Penggumpalan (Cetak) Dan Pengemasan
Setelah Udang Rebon Kering yang sudah menjadi terasi lalu
melakukan proses penggumpalan (cetak) lalu di timbang dan
dikemas menggunakan kemasan yang masi tradisional yaitu
menggunakan Daun Lontar sebagai kemasan dengan jangka

33
waktu 2 jam, Terasi yang sudah dikemas dengan berbagai berat
dan ukuranyang berbeda yaitu kemasan 1,kg, kemasan 0,5kg,
kemasan 0,2kg, kemasan 0,1kg. Selsai dikemas, Terasi siap
dipasarkan.
3) Tahap Pemasaran
Proses pemasaran hasil olahan udang rebon menjadi terasi
dilakukan dengan cara secara online maupun offline. Secara online,
kelompok Rebon II Desa Labuhan Bontong, memanfaatkan haenphone
untuk melayani pesanan. Sedangkan secara offline pengecer membeli ke
tempat olahan untuk dijual kembali kepada konsumen ataupun
dikonsumsi secara pribadi.

34

Anda mungkin juga menyukai