Anda di halaman 1dari 1

RUANG LINGKUP PERUNDANG-UNDANGAN

DAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNANAN PETERNAKAN

Oleh: drh. Luky Wayu Sipahutar, M.Si

Peraturan perundangan dan kebijakan pembangunan peternakan sebagai bagian integral dari sistem
pembangunan secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi sistem pembangunan nasional,
output dan outcomenya. Oleh sebab ituberbagai peraturan perundangan dalam industri peternakan serta
faktor-faktor ekstertnal yang mempengaruhinya perlu dipahami dan dimengerti. Di Indonesia, tata urutan
perundang-undangan dan kebijakannya diatur berdasarkan Ketetapan MPR Nomor III /MPR/2000 ( Pasal 2 )
sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR RI
3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ( Perpu )
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
Besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan pengembangan sektor
peternakan yang menjadikan sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia. Pemerintah terus berbenah
memperbaiki industri peternakan dan peternakan rakyat di dalam negeri dalam lingkup kebijakan,
perencanaan, dan pengambilan keputusan yang salah satu parameter nya yaitu melahirkan UU No. 18 tahun
2009 serta UU No. 41 2014 yang pelaksanaannya memperluas kebijakan para pelaku peternakan.
Munculnya UU No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui pengesahan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tanggal 12 Mei 2009 ini dimotifasi oleh semangat untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan bahan pangan protein hewani asal ternak sapi melalui impor daging dari luar negeri.
Meski terus mendapat kritikkan tanpa memperdulikan kondisi peternakan dalam negeri yang hidupnya dari
penghasilan beternak sapi perah, unggas, produsen susu, pemerintah juga ikut berupaya memperbaiki diri
hingga lahirlah UU No. 41 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan. Dari sektor ini, Undang-undang
sangat lebih tajam terhadap terhadap mekanisme impor ternak dan kesehatannya. Terutama, lahirnya UU No.
41 2014 sangat fokus terhadap keamanan kawasan dan zoonosis dan juga memiliki nilai yang ekonomis
dengan harapan timbulnya daya beli masyarakat dan daya saing para pebisnis di bidang peternakan.
Sebuah synopsis dari penulis di artikel Satwa Serial : “Jurus-jurus Membentengi Serangan
Penyakit”, Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Merupakan salah satu strategi pencegahan dalam
memelihara Satwa kesayangan dari serangan penyakit antara lain dengan menerapkan manajemen
lingkungan, cara pemeliharaan yang benar serta mengatur pola makan yang seimbang. Dari sinopsis singkat
tersebut, harusnya kita juga paham tentang ancaman-ancaman yang bisa menjadi bumerang untuk
pemerintah dan pegiat dibidang peternakan. Undang-undang dilahirkan selain untuk memperhatikan
kebutuhan, mendorong pembangunan peternakan dan juga rencana jangka panjang-menengah dan juga
jangka pendek, juga harus menjadi benteng penyelamat. Dari kesemua itu, sisi ilmiyah dan juga fakta harus
diperhatikan terutama melibatkan unsur-unsur profesinalisme dalam melahirkannya karena undang-undang
juga harus memperhatikan unsur kesehatan dan keselamatan masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai