Anda di halaman 1dari 10

KEMISKINAN PERKOTAAN

(Studi Kasus Faktor-Faktor Kemiskinan Masyarakat Pantai


Paradiso
Kelurahan Oesapa Barat Kec. Kelapa Lima, Kota Kupang.
Nusa Tenggara Timur)

OLEH :
YUCEN ENA
1606090134
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS ILMU SAINS & TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah kemiskinan,
kemiskinan dianggap sebagai salah satu permasalahan sosial yang kompleks. Bahkan dalam
setiap pergantian pemimpin kemiskian senantisa menghiasi periode kepemimpinan tersebut.
Padahal setiap mereka yang memimpin Negara Indonesia selalu membawa isu kemiskinan
sebagai misi utama mereka disamping misi-misi yang lain.

Melihat gejala kemiskinan ini, menimbulkan beberapa pertanyaan bahwa apakah


kemiskinan sendiri merupakan sesuatu hal yang sengaja ciptakan ataukah kemiskinan sejatinya
merupakan suatu yang ada dalam masyarakat selama masyarakat ada. atau dalam bahasa yang
lain adalah bahwa kemiskinan adalah sesuatu yang mesti ada dalam masyarakat, lebih jauh
bahwa kemiskinan menunjukan suatu perbedaan status dalam masyarakat sehingga kemiskinan
itu merupakan sesuatu hal yang harus diciptakan ataukah kemiskinan diciptakan untuk
kepentingan produksi seperti yang terjadi pada jaman “kapitalisme yang membutuhkan orang
miskin” sehingga orang miskin diupayakan untuk tetap miskin demi kepentingan produksi
dengan pekerjaan yang kotor.
Secara umum kemiskinan itu timbul bisa dilihat dari perubahan pola pekerjaan dari sektor
agraris ke sektor industri yang mengakibatkan adanya spesialisasi pekerjaan. Hal inilah
menuntut keterampilan hidup (life skill) dari pada setiap orang dalam bersaing mendapatkan
peluang kerja. faktor inilah yang menunjukan bahwa kemiskinan diakibatkan dari tingkat
pendidikan yang rendah yang mempengaruhi keterampilan hidup (life skill) masyarakat sehingga
tersisi dari kesempatan sama pada pekerjaan yang layak.
Levitan (1980 : 3 ) mendefenisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar yang layak. Hal yang
senada pula disampaikan oleh Salim (1980 : 4) mengatakan kemiskinan merupakan sebuah
kondisi kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Berdsarakan apa
yang dikemukan oleh levitan dan Salim maka masyarakat Indonesia sebagian besar
dikategorikan sebagai masyarakat miskin.
Dengan mendasarkan pada pernyataan yang dikemukan oleh levitan dan Salim tidak
bedahnya dengan kondisi rill yang ada di Nusa Tenggara Timur, sehingga bisa dikatakan sebagai
provinsi yang masyararakatnya tergolong masyarakat miskin. Adapun beberapa tempat yang ada
di NTT tepatnya dalam kota Kupang memiliki kemiripan dengan pernyataan diatas. Daerah -
daerah Seperti Oesapa Barat, Oesapa Selatan, Oesapa Tengah dan ada beberapa daerah lainnya.
Daerah – daerah di kota Kupang yang disebutkan diatas salah satu diantaranya yang
cukup memprihatinkan adalah daerah pantai Paradiso Oesapa Barat. Hal ini didasarkan pada
kondisi rill yang jauh dari standar dan syarat kelayakan hidup ditinjauh dari aspek kesehatan,
pendidikan, Ekonomi, ekologis dan sosio-kultural.
Pak Martin (2014) dalam wawancara menuturkan bahwa pendapatan perkapita
masyarakat Oesapa Barat berada pesisir pantai Paradiso dibawa Rp. 750.000/bulan dengan
spesialisasi pekerjaan sebagai penjual kapur, pemulung, nelayan, buruh musiman. Kemudian
hampir sebagian bangunan rumah tempat tinggal masyarakat yang tinggal di daerah pantai
paradiso Oesapa Barat masih menggunakan dinding bebak dengan atap alang.
Selain itu, dari observasi yang dilakukan terlihat letak sumur, kandang ternak, dan rumah
tempat tinggal yang berhimpitan, tidak adanya selokan, dan tempat sampah sehinggga
menimbulkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya jentik-jentik nyamuk yang
berdampak pada sumber-sumber penyakit.
Berdasarkan deskripsi tentang kondisi kemiskinan perkotaan tepatnya pada masyarakat
Oesapa Barat seperti yang dikemukan diatas, peneliti ingin meneliti tentang “Kemiskinan
Perkotaan (Studi kasus Faktor-faktor yang mempengaruhi Terjadinya Kemiskinan
Masyarakat Pantai Paradiso Oesapa Barat. Kec. Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa
Tenggara Timur)”.
1.2 Fokus Penelitian
Setelah melakukan penjelajahan umum (Grant Tour Observation) selama dua minggu
tentang kehidupan masyarakat pantai paradiso Oesapa Barat sebagai tempat (place) penelitian.
Pada daerah ini terdapat orang-orang (actors), yang mengerjakan (Activity), bertahan hidup dari
kondisi kemiskinan yang terjadi.
1.      Pekerjaan masyarakat pantai Paradiso Oesapa Barat.
2.      Fakor-Faktor yang mempengaruhi kemiskinan Masyarakat pantai paradiso Oesapa Barat.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang ditetapkan tersebut, maka maslah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.      Apa pekerjaan masyarakat miskin pantai Paradiso Oesapa Barat ?
2.      Faktor apa saja yang mempengaruhi kemiskinan masyarakat Pantai paradiso Oesapa Barat ?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi terjadinya kemiskinan masyarakat pantai Paradiso Oesapa Barat, kecamatan
Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan dari pada penelitian diatas adapun manfaat dari pada penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Kemiskinan Perkotaan masyarakat Pantai
paradiso Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur dapat
diklasifikasi sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.      Semoga hasil penelitian ini mernajdi referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
judul tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan perkotaan.
2.      Semoga hasil dalam penelitian ini bisa dijadikan pengebangan ilmu pengetahuan.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.      Semoga hasil penelitian ini dijadikan rekomendasi kepada pemerintahan setempat untuk
melakukan pembangunan di daerah pantai paradiso Oesapa Barat dalam menuntaskan
permasalahan kemiskinan tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Penjelasan Konsep
2.1.1 Pengertian kemiskian
Kemiskinan dalam berbagai kepustakaan diartikan sebagai suatu standar hidup yang paling
rendah. Levitan (1980 : 3 ) mendefenisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar yang layak. Hal yang
senada pula disampaikan oleh Salim (1980 : 4) mengatakan kemiskinan merupakan sebuah
kondisi kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
Berdasarkan defenisi kemiskinan yang dikemukan oleh Levitan dan Salim maka sebagian
besar masyarakat Indonesia dapat dikatakan sebagai masyarakat yang miskin, dengan merujuk
kepada unsur-unsur yang
dikemukan yaitu kemiskinan adalah 1. Kurangnya barang-barang 2. Pelyanan-pelayan, dan 3.
Pendapatan rendah dalam memenuhi kebutuhan pokok hidup secara layak.
Suyanto (1990 : 5-7) mengatakan ada tujuh faktor penyebab kemiskinan antara lain :
  Pertama, kemiskinan terjadi adalah disebabkan oleh faktor alam (naturally poor).
  Kedua, kemiskinan terjadi dipengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianut.
  Ketiga, kemiskinan terjadi modal pembangunan.
  Keempat, negara tidak memiliki orang yang terlatih, terddidk, atau tidak mempunyai pengelaman
teknis dan administratif.
  Kelima, penyebab kemiskinan selalu dikaitkan dengan dengan kecenderungan suatu bangsa.
  Keenam. Negara menjadi miskin dikarenakan oleh begara-negara industri.
  Ketujuh, kemiskinan disebabkan oleh latar belakang sejarah masa lampuh.
Kemiskinan tidak mudah didefenisikan secara objektif, namun dapat dipahami dengan
tolak ukur. Sayogyo (1978 : 3) mengatakan kemiskinan diukur dengan hasil panen beras. Selain
itu collin (1992) mengukur kemiskinan dengan konsumsi giji yang dibutuhkan setiap hari.
2.1.2        Faktor-Faktor Kemiskinan
Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya yang menyebabkan
timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh
negara Indonesia. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan menurut Hartomo
dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29) yaitu :

1).   Pendidikan yang Terlampau Rendah

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan


tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang
dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia
kerja.

2).   Malas Bekerja

Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang
bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.

3).   Keterbatasan Sumber Alam

Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan
keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena
sumberdaya alamnya miskin.

4).   Terbatasnya Lapangan Kerja

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat.


Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual
hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan
keterampilan.

5).   Keterbatasan Modal

Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun
bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk
memperoleh penghasilan.

6).   Beban Keluarga

Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha
peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota
keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Suryadiningrat dalam Dadan Hudayana (2009:30), juga mengemukakan bahwa kemiskinan
pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai
kebenaran ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan
manusia terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain. Penganiayaan manusia terhadap diri
sendiri tercermin dari adanya :

1) keengganan bekerja dan berusaha,

2) kebodohan,

3) motivasi rendah,

4) tidak memiliki rencana jangka panjang,

5) budaya kemiskinan, dan

6) pemahaman keliru terhadap kemiskinan.

Kartasasmita dalam Rahmawati (2006:4) mengemukakan bahwa, kondisi kemiskinan dapat


disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, diantaranya yaitu :

1.  Rendahnya Taraf Pendidikan

Taraf pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan
meyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Taraf pendidikan yang rendah juga
membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.

2.  Rendahnya Derajat Kesehatan

Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir
dan prakarsa.

3. Terbatasnya Lapangan Kerja

Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh
terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula
ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.

4.  Kondisi Keterisolasian

Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi.
Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan,
kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya.
Nasikun dalam Suryawati (2005:5) menyoroti beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya
kemiskinan, yaitu :

1) Pelestarian Proses Kemiskinan Proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi melalui


pelaksanaan suatu kebijakan diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya
justru melestarikan.

2)    Pola Produksi Kolonial

Negara ekskoloni mengalami kemiskinan karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi
marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

3)    Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Adanya unsur manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian
yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

4)    Kemiskinan Terjadi Karena Siklus Alam.

Misalnya tinggal di lahan kritis, dimana lahan ini jika turun hujan akan terjadi banjir tetapi
jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang
maksimal dan terus-menerus.

5)    Peminggiran Kaum Perempuan

Dalam hal ini perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan
penghargaan hasil kerja yang diberikan lebih rendah dari laki-laki.

6)    Faktor Budaya dan Etnik

Bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara kemiskinan seperti, pola hidup
konsumtif pada petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat
upacara adat atau keagamaan.

2.1.3        Jenis-jenis kemiskinan


Berbicara tentang jenis-jenis kemiskinan, Sumodiningrat (1989) mengklasifikasikan
kemiskinan menjadi lima jenis, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan
kultural, kemiskinan kronis, dan kemiskinan sementara.
1. Kemiskinan absolut adalah apabila tingkat pendapatan seseorang dibawah garis kemiskinan
atau sejumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum (basic
needs), antara lain kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang
diperlukan untuk hidup dan bekerja.
2. Kemiskinan relatif adalah apabila seseorang yang mempunyai pendapatan di atas garis
kemiskinan, namun relatif lebih rendah dibandingkan dengan masyarakat sekitarnya.
Kemiskinan relatif ini erat kaitannya dengan masalah pembangunan yang sifatnya struktural,
yakni kesenjangan akibat kebiijaksanaan pembangunan yang belum menjangkau seluruh
masyarakat.
3. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh acuan pada sikap seseorang
atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya tidak mau berusaha untuk memperbaiki
tingkat kehidupannya meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya.
4. Kemiskinan kronis adalah kemiskinan yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
         Kondisi sosial budaya yang mendorong sikap dan kebiasaan hidup masyarakat yang tidak
produktif.
         Keterbatasan sumberdaya dan keterisolasian (yaitu daerah-daerah kritis sumberdaya alam dan
daerah terpencil)
         Rendahnya taraf pendidikan dan derajat perawatan kesehatan, terbatasnya lapangan kerja, dan
ketidakberdayaan masyarakat dalam mengikuti ekonomi pasar.
5.      Kemiskinan sementara adalah kemiskinan yang terjadi akibat adanya :
         Perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi krisis ekonomi.
         Perubahan yang bersifat musiman seperti dijumpai pada kasus kemiskinan nelayan dan
pertanian tanaman pangan.
         Bencana alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan menurunnya
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Didik, J.Rachbini, 1995. Negara dan Kemiskinan Daerah. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.
Gunawan, Sumodiningrat, 1998. Membangun Perekonomian Rakyat.Yogyakarta : Pustakek Pelajar.
Susanto, Hari, 2006. Dinamika Penanggulangan Kemiskinan Tinjauan Historis Era Orde Baru.
Jakarta : Khanata.
Kleden, Ninuk Probonegoro & Alie Humaedi. Segoro & Negoro, 2010 Kemiskinan dari Perspektif
Kebudayaan. Jakarta:LIPI.
Sugiyono, 2013. Memahami Metode Penelitian kualitatif, Bandung, Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai