Anda di halaman 1dari 124

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah sastra lisan memiliki kaitan tertentu dengan tradisi lisan. Ditinjau

dari makna katanya, sastra lisan berarti bentuk-bentuk kesusastraan atau seni

sastra yang diapresiasikan secara lisan, sedangkan tradisi lisan berarti berbagai

bentuk tradisi suatu kebudayaan yang disebabkan dengan tuturan dan tindakan,

(Hutomo, 1991: 4-14). Sastra lisan adalah bagian dari tradisi lisan yang

berkembang di tengah rakyat jelata yang menggunakan bahasa sebagai media

utama yang dituturkan, didengarkan, dan dihayati bersama-sama pada peritiwa

tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu juga.

Sastra lisan merupakan warisan dari nenek moyang kita yang sampai

saat ini masih digunakan masyarakat pada umumnya, begitu juga masyarakat

suku Meto yang berada di wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara. Mereka

masih menggemari nilai-nilai budaya yang diwariskan nenek moyang mereka,

sehingga yang ada pada mereka masih kental.

Sastra lisan juga merupakan ekspresi budaya masyarakat yang

disebarkan dan diwariskan turun temurun secara lisan serta memiliki nilai dan

fungsi tersendiri dalam dinamika kehidupan masyarakat. Sebagai ekspresi

budaya sastra daerah telah turut menggeneralisasikan ciri budaya masyarakat

dari generasi ke generasi dalam suatu jangka panjang. Di dalam sastra lisan,

terungkap kreativitas masyarakat penutur atau manusia sebagai pemiliknya.

1
Manusia disebut sebagai makluk pemiliknya merupakan makluk yang

berhadapan dengan dirinya sendiri, dalam artian menghadapi realitas di luar

dirinya. Di sini menandakan dua sisi manusia yang sangat melekat erat dalam

diri manusia yakni bersatu sekaligus yang berjarak dengan dirinya sendiri dan

realitas lain atau alam. Inilah sesungguhnya yang membedakan kodrat manusia

sebagai anima rationale dan realitas lain di sekitarnya.

Manusia sebagai anima rationale memiliki keunggulan dalam berpikir

dan belajar serta berkembang dalam kepribadiannya. Melalui akal budi,

manusia mampu menciptakan kebudayaan, maka lahirlah homo culturale

inilah yang disebut sebagai evolusi kebudayaan dimana bukan sekedar berpikir

dan belajar, tetapi lebih dari itu selalu hidup dan mengolah dirinya dalam arus

situasi dan lingkungan yang konkret.

Keterbukaan akal budi manusia terhadap realitas diri, dunia atau alam

telah membuka daya pikir manusia untuk memahami hidup bersama atau

kebersamaan dalam realitas sekitarnya. Pemikiran di atas menegaskan bahwa

manusia merupakan pencipta kebudayaan (culturale being). Menurut

Koentjaraningrat, (1985: 527), Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan

manusia dan hasil karya manusia. Kegunaan manusia menciptakan kebudayaan

lebih nampak dalam hubungan manusia dengan yang Ilahi, manusia dengan

sesama dan manusia dengan alamnya. Kesadaran manusia akan ketiga

komponen ini membangunkan pola pikiran manusia tentang suatu perasaan

bersyukur yang berbentuk secara khas dalam upacara-upacara tradisional,

2
seperti Tonis (tuturan adat) pada masyarakat Desa Haumeni di Kabupaten

Timor Tengah Utara dan upacara-upacara adat lainnya.

Walaupun demikian, masih terlalu sedikit kajian yang berusaha

mengungkap kekayaan budaya yang dimiliki oleh Suku Atoni Pah Meto, juga

yang menyebabkan Suku ini kurang dikenal di kalangan yang lebih luas. Oleh

karena itu, tumbuhlah kesadaran baru untuk mengangkat tradisi budaya

masyarakat suku Atoni Pah Meto (terutama dari generasi mudah Atoni Pah

Meto).

Masyarakat Suku Atoni Pah Meto umumnya tidak memiliki budaya

tertulis. Pada mulanya, informasi budaya disajikan dalam budaya lisan.

Keadaan ini tidak saja menjadi tantangan, tetapi lebih dari itu menggugah para

pakar budaya untuk melakukan kajiankajian, setidaktidaknya untuk

menyediakan dokumentasi tertulis, sebab kenyataannya menunjukan bahwa

besar masyarakat Suku Atoni Pah Meto sudah tidak mahir lagi untuk

menggunakan Bahasa Meto yang bernilai sastra dan tinggi nilainya, (Taninas,

2016: 2).

Istilah tonis dalam bahasa Meto secara harafiah berarti tuturan, dan

Natoni berarti kegiatan tuturan, sedangkan orang yang menuturkan disebut

Atonis. Tonis artinya tuturan adat yang dilakukan dalam upacara-upacara

adat yang berlansung sesuai kegiatannya (natoni). Tonis merupakan salah satu

khazanah sastra lisan masyarakat Meto di NTT yang masih tetap dilakukan dan

dihayati sebagai salah satu bentuk sastra lisan yang sangat merakyat. Khusus

masyarakat Meto di Kabupaten TTU, jenis sastra lisan ini hanya dikenal di

3
kalangan orang tua, sebab penutur tonis tidak sering dilakukan oleh generasi

muda sehingga mereka tidak mengetahui tuturan tonis ini. Menurut masyarakat

Desa Haumeni, tonis memiliki kekuatan alam dari Tuhan (Usi Neno), karena

merupakan sebuah pesan dari leluhur. Tuturan Tonis bukan hanya dilakukan

pada saat upacara adat Hot Ninik tetapi juga dilakukan dalam upacara

pernikahan, pembuatan rumah atau peresmian rumah adat, kehilangan barang,

ketika mencapai suatu keberhasilan, ketika sakit, dalam upacara panen, minta

hujan, dan penguburan orang mati atau hari arwah, (Liubana, 2014: 4).

Jenis sastra lisan Tonis mengandung nilai-nilai budaya, karena Tonis

dapat dituturkan pada berbagai kesempatan dan kepentingan ritual.

Kepercayaan tonis yang dilakukan secara benar akan mendatangkan kekuatan

yang bersumber dari para leluhur dan Ilahi, karena Tonis yang dilakukan

bersifat sakral. Pengamatan yang dilakukan saat ini, Tonis kurang diminati oleh

kaum muda. Tonis dipandang hanya sebagai suatu bentuk pertunjukkan yang

bersifat lucu atau tidak penting. Hal ini disebabkan adanya perkembangan

teknologi sehingga tradisi Tonis semakin bergeser.

Tonis adalah sastra lisan Meto yang lahir dan berkembang di tengah

masyarakat, umumnya Kabupaten Timor Tengah Utara yang lebih khusus di

Kecamatan Bikomi Utara Desa Haumeni yang telah diatur oleh tata kehidupan

yang merupakan suatu kepercayaaan yang biasanya dikenal dengan adat

istiadat. Sastra lisan Tonis di Desa Haumeni merupakan tradisi budaya

masyarakat yang tetap dijaga, dipelihara, dan dilestarikan hingga sekarang.

4
Berdasarkan hasil observasi yang didapat oleh Penulis, Tonis berbentuk

puisi yang dituturkan secara lisan melalui tindakan. Tuturan ini hanya bisa

dituturkan oleh tua-tua adat atau orang yang sudah biasa menuturkan tuturan

ini. Penjelasan diatas menunjukkan secara jelas bahwa Tonis mengandung

berbagai fungsi yang sangat menarik dan kearifan masyarakat lokal

diungkapkan secara mendalam. Pengenalan yang lebih mendalam terhadap

struktur dan fungsi kearifan lokal sastra lisan Meto tonis dapat menjadi suatu

kebudayaan adat istiadat masyarakat Meto di Desa Haumeni Kecamatan

Bikomi Utara.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Tonis dalam acara adat Hot Ninik, yakni pesan

leluhur lewat organ tubuh tertentu dari hewan yang dikurbankan, karena sejauh

ini belum ada yang meneliti tentang Tonis Sastra Lisan Meto. Sastra lisan

tersebut akan diteliti dan dikaji dengan judul: STRUKTUR DAN FUNGSI

KEARIFAN LOKAL TONIS SASTRA LISAN METO PADA UPACARA

ADAT HOT NINIK DI DESA HAUMENI KECAMATAN BIKOMI

UTARA KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka Penulis dapat merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur Tonis dalam sastra lisan Meto pada upacara adat Hot

Ninik pada Masyarakat Desa Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten

Timor Tengah Utara?

2. Bagaimanakah fungsi kearifan lokal Tonis pada upacara adat Hot Ninik pada

Masyarakat Desa Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten Timor

Tengah Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dibagi

menjadi dua bagian, yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengkaji

secara menyeluruh tentang struktur dan fungsi kearifan lokal Tonis yang

digunakan dalam Upacara Adat Hot Ninik pada Masyarakat Desa Haumeni

Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten Timor Tengah Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus antara lain:

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan struktur Tonis dalam sastra

lisan meto pada upacara adat Hot Ninik pada Masyarakat Desa

Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten Timor Tengah Utara.

6
b. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan fungsi kearifan lokal dalam

melaksanakan Tonis pada upacara adat Hot Ninik pada Masyarakat

Desa Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten Timor Tengah

Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dibagi atas 2 (dua) bagian, yakni:

1. Manfaat Teoretis

a. Sebagai salah satu usaha untuk melestarikan budaya sastra lisan yang

semakin terkikis oleh perkembangan zaman dan sebagai masukan

kepada generasi muda dalam mempertahankan budaya sendiri terhadap

perkembangan zaman dan teknologi yang canggih, agar budaya sastra

lisan ini tidak punah.

b. Sebagai sumber pengetahuan bagi masyarakat Meto agar lebih

mengetahui tentang Tonis.

c. Sebagai bahan pertimbangan di sekolah baik SD, SMP, maupun SLTA

khususnya dalam mata perlajaran muatan lokal.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis, dapat dijadikan 1) sebagai penunjang

untuk mengetahui dan memahami struktur dan fungsi kearifan lokal bagi

masyarakat, 2) untuk meningkatkan dan melestarikan sastra lisan sebagai

budaya yang dimiliki dengan melakukan penelitian lanjut terhadap

7
kekayaan budaya yang dimiliki dan menjadi sumbangan kepada Dinas

Pariwisata.

1.5 Cakupan Penelitian

Cakupan utama penulisan ini adalah menganalisis Struktur dan fungsi kearifan

lokal Tonis.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN ACUAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah proses umum yang dilakukan oleh Penulis

dalam upaya menemukan teori. Kajian pustaka merupakan prinsip dasar yang

terwujud dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah

Penulis dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Berikut ini akan dijelaskan penulisan lain yang dianggap relevan

dengan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Metropoly Merlin J. Liubana (2014), dengan judul Struktur, Fungsi dan

Simbol Dalam Tonis Puisi Lisan Masyarakat Dawan Kecamatan

Amanuban Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan

a) Masalah penulisannya, yakni:

1) Bagaimanakah Struktur Tonis puisi lisan dalam masyarakat

Dawan.

2) Bagaimanakah Fungsi sosial Tonis puisi lisan dalam masyarakat

Dawan.

3) Bagaimanakah Makna simbolik yang terdapat dalam Tonis puisi

lisan Dawan.

b) Tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui struktur fungsi dan

makna Simbolik Tonis.

9
c) Teori yang digunakan dalam penulisanya adalah teori struktural, teori

fungsi, teori simbol dan teori semiotik.

d) Metode yang digunakannya adalah deskriptif kualitatif.

e) Hasil penulisannya yakni: Sastra lisan ini mengutamakan unsur lahir

puisi yang meliputi pilihan kata, baris, bait, bunyi, dan gaya Bahasa.

Berdasarkan penulisan di atas, maka letak persamaannya dengan

penulisan sekarang ini adalah samasama mengkaji tentang sastra lisan

khususnya struktur dan fungsi dengan menggunakan teori struktural.

Sedangkan letak perbedaannya adalah terletak pada lokasi penelitian.

2. Kristoforus Oematan (2004), dengan judul Analisis Mean, Konten, Dan

Nilai Tonis Yang Dilakukan Oleh Karakter Tradisional Dialek Kupang

Bahasa Dawan (Uab Meto).

a. Masalah Penulisannya, yakni:

1) Apa arti Tonis yang dilakukan dengan karakter tradisional dialek

Kupang Bahasa Dawan (Uab Meto)?

2) Apa isi Tonis yang dilakukan dengan karakter tradisional dialek

Kupang Bahasa Dawan (Uab Meto)?

3) Apa nilai-nilai yang ditemukan di Tonis yang dilakukan dengan

karakter tradisional dialek Kupang bahasa Dawan (Uab Meto)?

b. Tujuan penulisannya adalah untuk mengetahui arti, isi, dan nilai Tonis.

c. Teori yang digunakan dalam penulisanya adalah teori struktural, teori

sastra lisan, dan teori makna.

d. Metode yang digunakannya adalah deskriptif kualitatif.

10
e. Hasil penulisannya yakni: Sastra lisan ini mengutamakan unsur lahir

puisi yang meliputi pilihan kata, baris, bait, bunyi, dan gaya bahasa.

Nilai mengutamakan nilai budaya, religius, sosial, dan edukatif.

Berdasarkan penulisan di atas, maka letak persamaannya dengan

penulisan sekarang ini adalah samasama mengkaji tentang Tonis dengan

menggunakan teori struktural dan teori sastra lisan. Sedangkan letak

perbedaannya adalah terletak pada lokasi penelitian.

Berdasarkan tinjauan pustaka Penulis terdahulu, judul penelitian ini

layak diteliti lebih lanjut.

2.2 Konsep

Konsep di sini dimaksudkan untuk mendeskripsikan istilah-istilah yang

terdapat dalam judul penelitian, sehingga menjadi lebih jelas dan lebih

operasional. Istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

2.2.1 Struktur

Struktur mengandung pengertian yakni sesuatu yang disusun atau

dibangun. Plaget Via Hawkes (dalam Pradopo, 2003: 119), Menjelaskan

bahwa struktur adalah keseluruhan yang bulat, sehingga bagian-bagian

yang bentuknya tidak dapat berdiri sendiri diluar dari struktur.

2.2.2 Fungsi

Secara umum, fungsi sastra lisan dapat dikategorikan atas 4

golongan, yaitu: fungsi religius, fungsi sosial, fungsi edukatif, dan fungsi

kultural, (Semi, 1998: 17). Selain itu, fungsi sastra lisan Meto dapat

11
bernilai apabila sastra lisan itu diterima oleh masyarakatnya. Tonis

memiliki nilai apabila:

1. Karya sastra yang dapat memberi kegembiraan dan kepuasan batin,

2. Karya sastra dapat abadi karena kebenaran-kebenaran hakiki selalu

ada,

3. Karya sastra adalah karya seni yang indah dan memenuhi kebutuhan

manusia terhadap nilai keindahan,

4. Karya sastra memberi penghayatan yang mendalam terhadap apa

yang kita ketahui.

2.2.3 Kearifan Lokal

Kearifan lokal jika diartikan secara leksikal merupakan suatu

terminologi perpaduan antara dua kata yaitu arif artinya bijak, cerdik,

pandai dalam mengambil suatu hikmah, sedangkan lokal dapat diartikan

sebagai tempat, wilayah, daerah tertentu. Konsep kearifan lokal dapat

diartikan sebagai sikap atau cara mengambil hikmah dari berbagai

peristiwa yang terjadi baik dalam diri pribadi, keluarga, masyarakat,

maupun bangsa dan negara.

2.2.4 Sastra Lisan

Pada hakekatnya, sastra lisan memiliki kaitan tertentu dengan

tradisi lisan. Ditinjau dari makna katanya, satra lisan berarti bentuk-bentuk

kesusastraan atau seni sastra yang diekspresikan secara langsung atau

lisan. Sedangkan tradisi lisan berarti berbagai bentuk tradisi suatu

kepercayaan yang disebarkan dengan tuturan. Tindakan sastra lisan hanya

12
mengacu pada teks-teks sastra lisan, teknologi tradisional, hukum adat,

tarian rakyat dan makanan khas, (Bdk. Hutomo, 1991: 4-4; Danandjaya,

1991: 2-5).

2.2.5 Tonis

Istilah Tonis (bahasa Meto) secara harafiah berarti tuturan, dan

Tatoen berarti kegiatan bertutur, sedangkan orang yang menuturkan

disebut Atonis. Tonis artinya tuturan adat yang dilakukan dalam

upacara-upacara adat yang berlangsung sesuai kegiatannya (Tatoin).

2.2.6 Hot Ninik

Istilah Hot Ninik secara harafiah berasal dari 2 kata, yakni hot

yang berarti bakar dan ninik yang berarti lilin. Hot ninik memiliki arti

bakar lilin. Jadi, Hot Ninik adalah tuturan adat sebagai upaya komunikasi

antara anak cucu dengan roh-roh orang tua dan para leluhur yang sudah

meninggal dunia dengan tujuan tertentu, misalnya: pemberitahuan atau

undangan permohonan ijin, permohonan perlindungan, penyertaan dan

berkat. Jawaban atas permohonan ini biasanya di buat pada usus dan hati

hewan persembahan.

2.2.7 Meto

Istilah Meto secara harafiah artinya kering. Meto juga merupakan

sebutan terhadap suku yang mendiami Pulau Timor bagian Barat yang

kebanyakan menyebutnya dengan suku Dawan. Akan tetapi, dalam

penelitian ini, Peneliti lebih cenderung menyebutnya dengan suku Meto,

13
artinya orang Dawan yang mendiami daratan pedalaman dengan mata

pencahariannya adalah pertanian atau pengolahan lahan kering.

2.2.8 Desa Haumeni

Kata Haumeni berasal dari 2 kata, yakni hau yang berarti kayu dan

meni yang berarti cendana. Haumeni memiliki arti kayu cendana.

Dinamakan desa Haumeni, karena pada zaman dahulu banyak pohon

cendana yang tumbuh di desa tersebut.

2.2.9 Kecamatan Bikomi Utara

Kecamatan Bikomi Utara merupakan salah satu kecamatan

pemekaran dari 24 Kecamatan dalam lingkup wilayah Kabupaten Timor

Tengah Utara, pada tahun 2008. Kecamatan Bikomi Utara terdapat 9 desa,

yakni: Desa Banain A, Desa Banain B, Desa Banain C, Desa Faenake,

Desa Haumeni, Desa Baas, Desa Napan, Desa Sainoni, dan Desa Tes.

Secara geografis, letak Kecamatan Bikomi Utara, yaitu:

a. Utara berbatasan dengan RDTL (Distrik Oecusse);

b. Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bikomi Tengah;

c. Timur berbatasan dengan Kecamatan Miomaffo Timur; dan

d. Barat berbatasan dengan RDTL (Distrik Oecusse)

14
2.3 Acuan Teori

Teori yang digunakan dalam mengkaji masalah penelitian ini adalah teori

Sastra Lisan dan Pendekatan struktural.

2.3.1 Teori Sastra Lisan

Pada hakekatnya, sastra lisan memiliki kaitan tertentu

dengan tradisi lisan. Ditinjau dari makna katanya, satra lisan berarti

bentuk-bentuk kesusastraan atau seni sastra yang diekspresikan secara

langsung atau lisan. Sedangkan tradisi lisan berarti berbagai bentuk

tradisi suatu kepercayaan yang disebarkan dengan tuturan. Tindakan

sastra lisan hanya mengacu pada teks-teks sastra lisan, teknologi

tradisional, hukum adat, tarian rakyat dan makanan khas, (Bdk.

Hutomo, 1991: 4-4; Danandjaya, 1991: 2-5).

Dari penjelasan ini, dapat diterima pandangan bahwa sastra

lisan dalam arti tertentu merupakan bagian dari tradisi lisan. Namun

demikian, patut diperhatikan bahwa sastra lisan tidak seluruhnya

mengacu atau tercakup dalam tradisi lisan, terutama jika yang

dimaksudkan dengan tradisi lisan itu adalah berbagai bentuk tuturan

yang memberikan informasi mengenai masa lalu. Artinya bahwa

banyak kebudayaan di Indonesia, sastra lisan masih tetap dituturkan

dan dihayati sebagai sarana komunikasi yang memainkan peran

penting yang mengandung prinsip kekunoan dan kekinian. Prinsip

kekunoan artinya, bahwa teks-teks lisan tetap dituturkan dan dihayati

sebagai sarana komunikasi di dalam situasi masa kuno, yang

15
diwariskan secara lisan dari mulut ke mulut sehingga dikenal dengan

sastra lisan. Sedangkan sastra lisan mengandung prinsip kekinian

artinya bahwa sastra lisan tetap dituturkan dan dihayati sebagai

komunikasi yang memainkan peran penting dalam situasi masa kini.

Hal ini, berarti bahwa teks-teks sastra lisan dapat dialihkan ke dalam

tulisan yang disebut teks tulis.

Nurjamin, (1998: 8), Berpendapat bahwa sastra lisan adalah

bagian dari tradisi lisan yang disusun berdasarkan tujuan estetis yang

menggunakan bahasa sastra yang berbeda dengan konteks

kesusastraan dan hanya tradisi lisan yang bernilai kesusastraan yang

dapat dikelompokkan dalam sastra lisan. Di samping itu, A. Teeuw

(dalam Danandjaya, 1984: 135), Mengatakan bahwa analisis

struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat,

seteliti mungkin yang berkaitan dengan aspek karya sastra yang

bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

2.3.2 Teori Struktural

Teeuw (dalam Pradopo, 2003: 125), Menegaskan bahwa

setiap penelitian sastra, analisis struktur karya sastra yang ingin diteliti

dari segi manapun merupakan tugas prioritas atau pekerjaan

pendahuluan karena hanya karya sastra yang mempunyai kebulatan

makna intrinsik yang dapat kita gali dari karya sastra itu sendiri.

Dalam artian bahwa kata tergantung pada kata dan makna unsur-unsur

itu hanya dapat kita pahami dan nilai sepenuhnya atas dasar

16
pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya

sastra.

Jadi, analisis struktur adalah suatu tahap dam penelitian sastra

yang sukar dihindari sebab analisis semacam ini baru memungkinkan

pengertian yang optimal sama atau persis dalam ilmu bahasa dimana

pengetahuan tentang stuktur bahasa juga merupakan syarat mutlak

untuk sosiolinguistik, psikolinguistik, ilmu sejarah bandingan bahasa

dan lain-lain.

Selanjutnya, Abraham (dalam Nurgiyantoro, 1995: 36),

Berpendapat bahwa sebuah karya sastra menurut kaum strukturalisme

adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi oleh berbagai

unsur (pembangunannya). Di satu pihak struktur karya sastra dapat

diartikan sebagai susunan, penegasan, gambaran semua bahan, dan

bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama mebentuk

kebulatan yang indah. Di pihak lain, struktur karya sastra juga

menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang

bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang

secara bersama-sama membentuk suatu kesatuan yang utuh.

Abraham (dalam Nurgiyantoro, 1995: 36), Menegaskan

bahwa dalam dunia kesusastraan, strukturalisme dapat dipandang

sebagai salah satu pendekatan kesusastraan yang menekan pada kajian

antara unsur pembangun karya sastra yang bersangkutan. Jadi,

17
strukturalisme dapat disamakan dengan pendekatan obyektif sebagai

lawan dari pendekatan mimetik, ekspresif, dan pragmatik.

Berdasarkan penulisan ini, Penulis menggunakan istilah

bangun struktur puisi meliputi diksi atau pilihan kata, larik atau baris,

bait, bunyi, dan gaya bahasa.

a. Diksi/ Pilihan Kata

Diksi adalah pemilihan kata yang baik untuk

mengungkapkan suatu gagasan. Pilihan kata merupakan hal

yang mendasar dalam struktur puisi, karena kata merupakan

ekspresi utama. Diksi yang baik berhubungan dengan pemilihan

kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana,

(Aminuddin, 1987: 143).

b. Larik/ Baris

Larik/baris adalah satuan yang lebih besar dari pada kata

dan telah mendukung satuan makna tertentu yang mengandung

arti, (Aminuddin, 2000: 145).

c. Bait

Bait merupakan kesatuan larik yang berada dalam satu

kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok

pikiran yang terpisah dari kelompok larik atau bait lainnya,

(Aminuddin, 2000: 145).

18
d. Bunyi

Bunyi adalah sesuatu yang kedengaran (didengar) atau

ditangkap oleh telinga. KBBI, terbitan Balai Pustaka (1990: 138

-1). Unsur Bunyi meliputi:

a. Rima

Rima adalah bumyi yang berselang atau berulang yang

menciptakan konsentrasi dalam kekuatan bahasa.

b. Irama

Irama adalah pergantian keras lembut, tinggi

rendah atau panjang pendek bunyi secara berulang-ulang

dengan tujuan menciptakan gelombang yang

memperindah puisi, (Waluyo, 2003: 12). Unsur- unsur

bunyi lainnya antara lain sebagai berikut:

a) Bunyi Euphony

Bunyi Euphony adalah satu ragam bunyi yang

mampu menuansakan suasana keriangan, vitalitas,

maupun gerak berupa bunyi-bunyi vocal,

(Aminuddin, 2000: 139).

b) Bunyi Cacophony

Bunyi Cacophony adalah bunyi yang menuansakan

Susana keterkunan batin, kebekuan, kesepian atau

kesedihan, (Aminuddin, 2000: 139).

19
e. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi

karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang

menimbulkan satu perasaan tertentu dalam hati pembaca,

(Tarigan, 1989: 144).

2.3.3 Fungsi Kearifan Lokal

Teeuw (1978: 76) menegaskan bahwa karya sastra dapat

digali berdasarkan pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam

keseluruhan karya sastra. Tentunya ini merupakan dasar bagi

peneliti dalam menggali sastra lisan yang terpendam pada

masyarakat dawan khususnya Desa Haumeni melalui tradisi tuturan

(Tonis) yang merupakan salah satu tuturan yang dilakukan dengan

cara melihat organ tubuh hewan yang ingin kita kurbankan kepada

nenek moyang. Sebagai bahan kajian, lebih lanjut Peneliti

mempublikasikan fungsi kearifan lokal melalui tuturan lisan yang

diterjemahkan menjadi sebuah terjemahan tulisan.

Fungsi kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang

digunakan masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu

lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma,

budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut

dalam jangka waktu yang lama, (Gunawan dalam Liubana, 2014:

13). Fungsi kearifan lokal merupakan suatu kebijakan yang

20
mengandung nilai-nilai kehidupan pada masyarakat pemiliknya.

Kearifan lokal tidak terlepas dari kehidupan setiap masyarakat yang

tumbuh dan berkembang sejalan dengan pemahaman dan pemikiran

mereka. Pemikiran dan pemahaman masyarakat terwujud dalam

kearifan lokal. Keberagaman itu dapat muncul dalam budaya

masyarakat itu sendiri diantaranya dalam tradisi lisan.

Haba (dalam Liubana, 2014: 33-35), Mengemukakan enam

signifikansi dan peran vital kearifan lokal. Pertama, sebagai penanda

identitas sebuah komunitas. Identitas tersebut menunjukan bahwa

komunitas yang dimaksud memiliki budaya. Kedua, sebagai ruang

untuk melunturkan kepercayaan. Ketiga, tidak bersifat memaksa

tetapilebih merupakan kesadaran dari dalam diri. Keempat, memberi

warna kebersamaan sebuah komunitas yang berfungsi mendorong

terbangunnya kebersamaan, apresiasi, sekaligus kepercayaan yang

tumbuh di atas kesadaran bersama. Kelima, mengubah pola fikir dan

hubungan timbal balik individu dan kelompok dan meletakkanya di

atas kebudayaan yang dimilikinya. Keenam, dapat mendorong

proses apresiasi, partisipasi sekaligus meminimalkan solidaritas

kesadaran dari berbagai pihak yang memegang pentingnya nilai-

nilai lokal dalam pemikiran dan pemahamannya serta tindakannya.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian tentang struktur dan fungsi kearifan lokal Tonis, dilakukan

dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan pendekatan

etnografi. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat

diamati, (Moleong, 1990: 3). Selanjutnya, Nasir (1986: 63) mengatakan bahwa

metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta serta sifat-sifat hubungan antara fenomena yang

diselidiki. Penggunaan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini karena,

data-data yang digunakan dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan

angka-angka. Menurut Moleong (2009: 25), Pendekatan etnografi berasal dari

bidang antropologi. Penekanan pada etnografi adalah pada studi keseluruhan

budaya. Etnografi merupakan bidang yang sangat luas dengan variasi yang

sangat besar dari praktisi dan metode.

22
3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Data dalam penelitian Tonis ini merupakan data yang diperoleh secara

langsung dari tempat terjadinya kegiatan dan informasi diperoleh dari

informan.

3.2.2 Sumber Data

Narasumber dalam penelitian ini adalah tua-tua atau pemuka masyarakat

di Desa Haumeni yang mengetahui betul tentang Tonis itu sendiri. Di

samping itu juga, tidak menutup kemungkinan bagi Penulis untuk memilih

informasi mengenai Tonis lewat kegiatan wawancara. Penulis memilih

tokoh adat di Desa Haumeni yang sekaligus adalah penggemar Tonis

sebagai informan yang memenuhi beberapa syarat-syarat sebagaimana

yang dikemukakan oleh Samarin, (1998: 46-63).

1. Pria dan wanita yang telah berusia 50 sampai dengan 60 tahun

2. Asli orang Dawan dan tidak tuna wicara

3. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu

serta jarang atau tidak pernah meningggalkan desanya

4. Menguasai bahasa daerah dan bahasa Indonesia

5. Menguasai Tonis

6. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP)

7. Bersedia untuk memberikan informasi

8. Sehat jasmani dan rohani.

23
9. Jumlah informan yang berjumlah 4 orang dengan informan utama 2

orang, dan informan pendamping 2 orang.

Syarat-syarat di atas ditetapkan agar Penulis memperoleh data yang akurat

dan tidak asal memilih informan. Menurut Samarin seorang informan yang

baik adalah penutur yang dianggap mewakili aturan yang diperlukan secara

tetap dan selalu mengadakan interaksi dengan anggota lain dari masyarakat.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian, yaitu di Desa Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten

Timor Tengah Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan oleh Penulis dalam mengumpulkan data adalah:

3.4.1 Teknik Observasi atau Pengamatan

Observasi atau Pengamatan adalah menyaksikan dan mengamati suatu

kejadian (tari, nyanyian, tuturan, dan lain-lain) dari gejala awal hingga

yang terakhir serta menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat

hasil observasi atau pengamatannya, (Taum, 2011: 239). Demikian juga

dengan pendapat Spardley, (dalam Liubana, 2014: 12) Bahwa teknik

pengamatan merupakan strategi untuk mendengarkan masyarakat dan

menyaksikan masyarakat dalam setting yang wajar. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa dalam Penelitian ini, Penulis melakukan

pengamatan secara langsung terhadap proses berlangsungnya kegiatan

Tonis.

24
3.4.2 Teknik Rekam

Penulis menggunakan alat perekaman dengan tujuan agar bisa

mentranskripsikan hasil rekaman menjadi bahan tertulis dan merekam

Tonis yang dituturkan ketika upacara Hot ninik oleh

masyarakat/informan yang dipilih.

3.4.3 Teknik Catat

Setelah selesai merekam maka Penulis harus mencatat semua istilah-

istilah khusus yang terdapat pada Tonis, sehingga dapat memudahkan

Penulis pada saat menganalisis hasil rekaman tersebut. Catatan yang harus

dibuat adalah catatan lapangan, buku harian pengalaman lapangan, catatan

kronologis dan daftar cek, (Moleong, 2010: 181).

3.4.4 Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan tanyajawab dengan

informan berdasarkan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (orang yang

mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (orang yang memberikan

jawaban atas pertanyaan, (Moleong, 2010: 186).

25
3.5 Teknik Analisis Data

Data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan

menggunakan teknik sebagai berikut:

3.5.1 Transkripsi

Penulis dalam penelitian akan mengkaji dan menganalisis struktur dan

fungsi kearifan lokal dari tonis yang dituangkan dalam terjemahan dan

catatan. Terjemahan teks ini bertujuan untuk menjelaskan semaksimal

mungkin tentang struktur dan fungsi kearifan lokal dari tonis yang

dituturkan oleh para informan atau narasumber

3.5.2 Terjemahan

Tonis yang diarsipkan itu selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Terjemahannya itu dilakukan secara harafiah dan secara bebas.

3.5.3 Analisis

Hasil terjemahan serta wawancara dan pencatatan kemudian dianalisis

dengan menggunakan teori sastra lisan yang dikemukakan oleh Teeuw

(1991: 76) yang dianut oleh Aminuddin (2000: 130) untuk memperoleh

pemahaman berdasarkan masalah yang ada. Langkah-langkah yang

diambil untuk menganalisis data, yakni :

1. Identifikasi. Kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan,

meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari

kebutuhan lapangan;

2. Klasifikasi. Penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan

menurut kaidah atau standar yang ditetapkan;

26
3. Penafsiran. Menjelaskan arti atau kata-kata yang kurang jelas;

4. Pendeskripsian. Penguraian dengan kata-kata yang jelas dan

terperinci; dan

5. Penyimpulan. Menarik keputusan yang tepat.

3.6 Teknik Penyediaan Hasil Analisis Data

Data-data yang dikumpulkan oleh Penulis selama masa penelitian, akan

dianalisis dengan metode informal. Metode informal adalah metode yang

penyajian hasil kajiannya berupa kata-kata biasa, (Sudaryanto, 1993:

145). Jadi, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata bukan

angka, bukan bagan, gambar, tabel, maupun grafik.

27
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Penulis pada saat penelitian,

maka akan dianalisis hasil penelitian tentang Tonis pada upacara adat Hot Ninik

yaitu unsur pembentuk Tonis dan fungsi kearifan lokal. Khusus unsur

pembentukan Tonis meliputi bangun struktur, yakni: diksi atau pilihan kata

terdiri dari makna konotasi dan makna denotasi, baris atau larik, bait atau

kuplet, bunyi terdiri dari unsur bunyi yang meliputi: rima dan irama dan unsur

bunyi lainnya, yakni: euphony dan cacophony, dan gaya bahasa atau majas

terdiri dari majas alegori, majas repetisi, dan majas antanaklasis. Sedangkan

fungsi kearifan lokal meliputi fungsi religius, fungsi sosial, fungsi edukatif, dan

fungsi kultural.

4.1.1 Teks atau Data

Neno mnanu funan mnanu


Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Hai mtoet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oe tene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka

Mana mnes neu apinat aklahat


Neu askaut amnaifat
Neno i mantonan masine
Humaf tenon
Het toet sensene fua fan
Ulan fua fan
He nasaonton nanebton
Neu batan neu ainuan

28
Mana mnes neu an feto an mone
Neu pilu nakia soit nakia
Natuin on i neu an feto an mone
Malomen ma sinmakan
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
Hukut nahel naat nahel
Neu lele tofan tuae helen
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
Hen oinsok tiulsok
Neu ume nuban
Ala manikin ma oe tene
Neu tukan ala manikin oe tene

Mana mnes net sen


Neu ena ama, neu apinat aklahat
Ka ekfa non saan tau saan
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
Neu an feto an mone
He na sulat nahel naman
Hena nek hit humak, nek hit masak
Neu an feto an mone
Hen senan haen he naat te pen hitu, te pen fanu
Nokaten toni ma lasi i,
Ateb toni ateb lasi, ala a hoin tini askautini
Amnaistini, es ena es ama
Hina miteb toni lasi, neu ahuntini afintini
Neu apinat neu aklahat

Mana mnes net sen neu apinat aklahat


Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone
Natuin afi manatan mahuktan
Abnon melu ainluik none

Tonje ona le i, lasi ona le i


Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
Neu ama neu ena,
Neu apinat neu aklahat

29
4.1.2 Terbitan Teks dan Terjemahan Harafiah Teks Tonis Dalam Bentuk

Puisi

Neno mnanu funan mnanu


hari panjang bulan panjang
Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata, dan engkau muka
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki
Hai mtoet kit mfe kai lalan
Kami minta kamu beri kami jalan
Mfe kai manikin ma oe tene
beri kami dingin dan air dingin
Mfe kai mepu naleok
beri kami kerja baik
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang

Mana mnes neu apinat aklahat


terima beras untuk bernyala membara
Neu askaut amnaifat
untuk penggendong pemangku
Neno i mantonan masine
hari ini memberitahu mengundang
Humaf tenon
macam tiga
He toet sensene fua fan
untuk minta hujan es butir delapan
Ulan fua fan
hujan butir delapan
He nasaonton nanebton
supaya menurunkan merendahkan
Neu batan neu ainuan
untuk teras untuk api terjun

Mana mnes neu an feto an mone


terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki
Neu pilu nakia soit nakia
supaya destar melekat sisir melekat
Natuin on i neu an feto an mone
karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki
Malomen ma sinmakan
saling suka dan saling senang
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang

30
Hukut nahel naat nahel
pegang kuat pegang erat
Neu lele tofan tuae helen
untuk kebun siangan arak irisan
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair
Hen oinsok tiulsok
supaya mondar-mandir perkumpulan
Neu ume nuban
pada rumah dua
Ala manikin ma oe tene
hanya dingin dan air dingin
Neu tukan ala manikin oe tene
untuk hanya dingin air dingin

Mana mnes net sen


terima beras dipersembahkan sudah
Neu ena ama, neu apinat aklahat
kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara
Ka ekfa non saan tau saan
tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
karena hanya surat dari batas arang dengan batas
Neu an feto an mone
untuk anak perempuan anak laki-laki
Hena sulat nahel naman
supaya surat kuat teguh
Hena nek hit humak, nek hit masak
supaya bawa kita muka, bawa kita wajah
Neu an feto an mone
untuk anak perempuan anak laki-laki
Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu
supaya tanam kaki supaya nanti sampai lapis tujuh, sampai lapis delapan
Nokan ten toni ma lasi i,
bersama lagi tutur dan perkara ini
Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini
penyampai tutur penyempurna, hanya yang melahirkan yang
menggendong
Amnaistini, es ena es ama
orang tua, yakni ibu, yakni bapak
Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini
kamu menyampaikan tutur masalah, kepada para pendahulu para petinggi
Neu apinat neu aklahat
kepada yang bernyala kepada yang membara

31
Mana mnes netsen neu apinat aklahat
terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara
Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy perempuan laki-laki
Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone
itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki
Natuin afi manatan mahuktan
karena kemarin perjanjian peneguhan
Abnon melu ainluik none
benang gulung bersisir perak

Tonje ona le i, lasi ona le i


tutur hanya ini, masalah seperti ini
Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah
Neu ama neu ena
kepada bapak kepada ibu
Neu apinat neu aklahat
kepada yang bernyala kepada yang membara

4.1.3 Terbitan Teks dan Terjemahan Bebas

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho
humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata, dan engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak

32
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya

/Mana mnes neu apinat aklahat/


/terima beras untuk bernyala membara/
Artinya Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
/Neu askaut amnaifat/
/untuk penggendong pemangku/
Artinya Para Leluhur
/Neno i mantonan masine/
/hari ini memberitahu mengundang/
Artinya Hari ini kami memberitahu dan mengundangmu sekalian
/Humaf tenon/
/macam tiga/
Artinya Tiga permohonan
/He toet sensene fua fan/
/untuk minta hujan es butir delapan/
Artinya Memohon berkat hujan secukupnya
/Ulan fua fan/
/hujan butir delapan/
Artinya Hendak memohon berkat yang melimpah
/He nasaonton nanebton/
/supaya menurunkan merendahkan/
Artinya Hujan secukupnya
/Neu batan neu ainuan/
/untuk teras untuk api terjun/
Artinya Pada dataran pada lembah

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi

33
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/
/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami

34
/Neu ena ama, neu apinat aklahat/
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha Kuasa
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neuba ha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu/
/supaya tanam kaki supaya nanti sampai lapis tujuh, sampai lapis delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, hanya yang melahirkan yang
menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak

35
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini/
/kamu menyampaikan tutur masalah, kepada para pendahulu para petinggi/
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidikan

/Tonje ona le i, lasi ona le i/


/tutur hanya ini, masalah seperti ini/
Artinya Tutur seperti ini masalah sebatas ini
/Hi ateb toni ki, ateb lasi ki/
/kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah/
Artinya Para pengantara penyampai permohonan
/Neu ama neu ena/
/kepada bapak kepada ibu/
Artinya Para leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

36
4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengertian Tonis

Tonis merupakan salah satu jenis sastra lisan yang hanya dapat

dituturkan oleh seorang penutur, karena Tonis merupakan sarana utama

dalam melakukan setiap ritual adat. Tonis adalah tuturan adat sastra lisan

masyarakat Meto Haumeni yang disampaikan dalam bentuk terikat pada

pilihan kata, larik, bait, rima, irama, gaya bahasa dan fungsi kearifan lokal.

Tonis pada umumnya terdiri atas beberapa baris yang merupakan

pengantar dan baris-baris berikut merupakan isi.

Kelompok masyarakat penikmatnya sering mengidentifikasi Tonis

dengan puisi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Tonis

memiliki ciri intrinsik. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek

Tonis terlebih dahulu dikaji Tonis sebagai struktur yang bermakna dan

bernilai estetis.

4.2.2 Unsur Pembentuk Tonis

4.2.2.1 Diksi atau Pilihan Kata

Diksi adalah pemilihan kata yang baik untuk mengungkapkan

suatu gagasan. Pilihan kata yang dimaksud di sini adalah pilihan serta

penggunaan kata-kata yang tepat, yang dapat mencerminkan ruang,

waktu, falsafah, amanat, efek dan nada suatu Tonis dengan tepat

(Tarigan, 1993: 28). Diksi atau pilihan kata juga merupakan kata-kata

37
yang dipilih atau disusun dengan cara yang sedemikian rupa sehingga

artinya menimbulkan imajinasi pembaca, (Pradopo, 2003: 54).

Sastra lisan Tonis pada upacara adat Hot Ninik, kata-katanya

disebut fuaf oleh masyarakat penikmat atau pemiliknya, tertuang pada

kata-kata berikut ini:

Mana mnes
Apinat aklahat
(Korpus data, 1: 1, 2)
Sesuai dengan kata-kata di atas, pilihan kata yang mendasar

dalam tuturan ini ada dua, yakni kata mana mnes dan kata apinat

aklahat. Mana mnes berarti terima beras. Kata terima beras

mengandung arti bahwa membagikan hasil panen kepada leluhur dan

pencipta. Sedangkat apinat aklahat berarti pencipta langit dan bumi.

Kata pencipta langit dan bumi yang dimaksud oleh penutur adalah

segala permohonan, permintaan, dan semua hasil kerja hanya Tuhan

yang bisa mengabulkannya lewat perantaraan leluhur. Kedua kata ini

merupakan pilihan kata yang sangat mendasar dalam struktur Tonis

Hot Ninik yang merupakan alat ekspresi utama yang memiliki fungsi

dan makna. Oleh karena itu, pilihan kata-kata yang dimaksud untuk

mengungkapkan Tonis, tidak hanya sekedar bagaimana suatu makna

bisa diungkapkan, melainkan bagaimana kata-kata itu benar-benar

mampu mengungkapkan ekspresi yang melahirkan pesan-pesan

tertentu tanpa meninggalkan aspek estetisnya.

38
Diksi atau pilihan kata meliputi makna denotasi dan makna

konotasi. Hal ini dapat dijelaskan di bawah ini:

1. Makna Denotasi

Makna denotasi adalah makna yang mengandung makna

sebenarnya atau makna yang terdapat dalam kamus, (Aminuddin,

2002: 140).

Mana mnes net sen neu apinat aklahat


Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone
Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone
Tentang garis keturunan
Natuin afi manatan mahuktan
Demi cita cita
Abnon melu ainluik none
Ilmu dan gelar pendidikan
(Korpus data, 1: 1)

Berdasarkan data di atas, kata-kata yang bermakna denotasi

adalah Mana mnes net sen neu apinat aklahat afi nabela naen toni

nok lasi neu matob feto mone na in naket matob taen kuk neuba

feto mone natuin afi manatan mahuktan abnon melu ainluik none.

Kata-kata di atas, mengandung arti bahwa Tuhan yang

menciptakan kita baik dari suku, agama, ras, dan adat istiadat yang

berbeda kita adalah sama di mata Tuhan. Jadi, walaupun kita

berbeda dalam hal apa saja tapi kita harus saling mengikat tali

persaudaraan yang erat.

39
2. Makna Konotasi

Makna konotasi adalah makna yang tidak mengandung makna

sebenarnya atau makna yang tidak terdapat pada kamus,

(Aminuddin, 2002: 140). Makna konotasi dibagi menjadi tiga,

yakni:

a. Blank Symbol adalah simbol acuan yang maknanya bersifat

konotatif dan tidak perlu ditafsirkan karena maknanya sudah

bersifat umum. Pada larik pertama Tonis di atas, Neno

mnanu funan mnanu (hari panjang bulan panjang) pada

masyarakat Haumeni tidak perlu ditafsirkannya sebab

maknanya sudah bersifat umum. Kata neno mnanu funan

mnanu mengandung arti secara leksikal adalah Tuhan Yang

Dimuliakan. Jadi, si penutur lebih cenderung menggunakan

istilah ini yang sudah umum semua masyarakat pahami,

(Korpus data, 2: a)

b. Natural Symbol, yaitu simbol yang menggunakan realitas

alam. Seperti dalam larik Tonis berikut: Ulan fua fan (hujan

butir delapan). Penulis mengklasifikasikannya ke dalam

natural simbol karena merupakan realitas alam. Kata ulan fua

fan mengandung arti secara leksikal adalah berkat yang

berlimpah, (Korpus data, 2: b)

c. Private Symbol, yaitu simbol yang digunakan oleh penyair

atau penuturnya. Seperti dalam kutipan Tonis berikut: Hukut

40
nahel naat nahel (pegang kuat pegang erat). Penulis

mengklasifikasikannya kedalam private symbol karena hal ini

hanya diciptakan penuturnya dan maksud dari kata di atas,

adalah sebah ikatan yang kuat harus dibawa sampai akhir

hayat dan semua itu Tuhan yang mengaturnya.

(Korpus data, 2: c)

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa kata-kata atau fuaf dalam Tonis tidak

diletakkan secara acak tetapi harus dipilih, dan ditata oleh

penutur Tonis secara tepat. Diksi atau pilihan kata dalam

Tonis yang baik akan berhubumgan dengan pilihan kata atau

fuaf yang tepat dan padat, sehingga kaya akan nuansa makna

dan mampu mengembangkan daya khayal pendengar atau

penikmat.

4.2.2.2 Baris atau Larik

Baris adalah satuan yang lebih besar dari pada kata sebagai suatu

kelompok kata yang telah mendukung satuan makna tertentu,

(Aminuddin, 2000: 145). Terlihat pada data di bawah ini:

Neno mnanu funan mnanu


Tuhan yang dimuliakan
Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Seraya memohon
Haim toet kit mfe kai lalan
Berilah petunjukMu

41
Mfe kai manikin ma oe tene
Berilah kesehatan jiwa dan raga
Mfe kai mepu naleok
Berilah kami pekerjaan yang layak
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
Hindarkan kami dari segala marabahaya (Korpus data, 2)

Baris-baris dari Tonis di atas, adalah baris pertama yakni Neno

mnanu funan mnanu yang terdiri atas kata-kata Neno (hari), mnanu

(panjang), funan (bulan), mnanu (panjang). Kata-kata baris kedua

adalah Neno i ho totafa kai mtola mbi matam, ma ho humam Neno

(hari), i (ini), ho (kamu), to (rakyat), tafa (jelata), kai (kami), mtola

(berkumpul), mbi (di), matam (mata), ma (dan), ho (engkau), humam

(muka). Kata-kata baris ketiga adalah Mtoet neuba amoet apakaet ma

bei nai Mtoet (minta), neuba (untuk), amoet (pencipta), apakaet

(pengukir), ma (dan), bei (leluhur perempuan) nai (leluhur lelaki).

Kata-kata baris keempat adalah Hai mtoet kit mfe kai lalan Hai

(kami), mtoet (minta), kit (kamu), mfe (beri), kai (kami), lalan (jalan).

Kata-kata baris kelima adalah Mfe kai manikin ma oe tene Mfe (beri),

kai (kami), manikin (dingin), ma (dan), oe (air), tene (dingin). Kata

kata baris keenam adalah Mfe kai mepu naleok. Mfe (beri), kai

(kami), mepu (kerja), naleok (baik). Kata-kata baris ketujuh adalah He

kaisa nmui atuas naika nmui eka. He (supaya), kaisa (jangan), nmui

(ada), atuas (hambatan), naika (jangan), nmui (ada), eka (penghalang).

42
Kata-kata tersebut terangkai dalam satu larik dan

mendukung kesatuan makna dan membentuk kesatuan gagasan yang

utuh, yaitu:

Tuhan yang dimuliakan

Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu

Seraya memohon

Berilah petunjukMu

Berilah kesehatan jiwa dan raga

Berilah kami pekerjaan yang layak

Hindarkan kami dari segala marabahaya

Artinya bahwa mintalah kepada sang pencipta dan leluhur

agar ia dapat memberikan jalan yang baik dan semangat sehingga

apapun yang kita lakukan selalu berkenan dihati-Nya sesuai apa

yang Ia kehendaki.

a. Jumlah dan Panjang Baris

Jumlah dan panjang baris dalam puisi Tonis pada umumnya berjalan

tidak tetap, yaitu terdiri atas bait pertama 7 baris bait kedua 8 baris, bait

ketiga 12 baris, bait keempat 14 baris, bait kelima 5 baris, bait enam 4

baris. Akan tetapi, jumlah suku kata tidak sama. Berikut ini akan

dipaparkan pola-pola suku kata setiap baris tuturan Tonis. Tertuang pada

data di bawah ini:

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan

43
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul dimata, dan engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya

/Mana mnes neu apinat aklahat/


/terima beras untuk bernyala membara/
Artinya Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
/Neu askaut amnaifat/
/untuk penggendong pemangku/
Artinya Para Leluhur
/Neno i mantonan masine/
/hari ini memberitahu mengundang/
Artinya Hari ini kami memberitahu dan mengundangmu sekalian
/Humaf tenon/
/macam tiga/
Artinya Tiga permohonan
/He toet sensene fua fan/
/untuk minta hujan es butir delapan/
Artinya Memohon berkat hujan secukupnya

44
/Ulan fua fan/
/hujan butir delapan/
Artinya Hendak memohon berkat yang melimpah
/He nasaonton nanebton/
/supaya menurunkan merendahkan/
Artinya Hujan secukupnya
/Neu batan neu ainuan/
/untuk teras untuk api terjun/
Artinya Pada dataran pada lembah

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
/Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/
/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan

45
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami
/Neu ena ama, neu apinat aklahat/
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha Kuasa
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neuba ha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya

46
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu/
/supaya tanam kaki supaya sampai lapis tujuh, sampai lapis delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, yang melahirkan yang menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini/
/kamu menyampaikan masalah, untuk para pendahulu para petinggi/
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita

47
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidikan

/Tonje ona le i, lasi ona le i/


/tutur hanya ini, masalah seperti ini/
Artinya Tutur seperti ini masalah sebatas ini
/Hi ateb toni ki, ateb lasi ki/
/kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah/
Artinya Para pengantara penyampai permohonan
/Neu ama neu ena/
/kepada bapak kepada ibu/
Artinya Para leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa
(Korpus data, 2:a)

Dari data Tonis pada Hot Ninik di atas, terdapat baris atau larik

dengan suku kata yang berbeda mulai dari baris pertama hingga akhir pada

baris tersebut. Analisis ini, Penulis tidak membahas suku kata pada setiap

baris, akan tetapi membahas suku kata pada semua baris yang berada dalam

bait.

Untuk lebih jelasnya, kita melihat pola suku kata tiap larik Tonis

sebagai berikut:

1. Berpola 6 suku kata

Neno mnanu funan mnanu


hari panjang bulan panjang
Neu askaut amnaifat
untuk penggendong pemangku
Neu an feto an mone
untuk anak perempuan anak laki-laki

48
2. Berpola 7 suku kata

Neu apinat neu aklahat


untuk bernyala untuk membara
Ka ekfa non saan tau saan
tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa
He na sulat nahel naman
supaya surat kuat teguh

3. Berpola 8 suku kata

Mfe kai manikin ma oe tene


beri kami dingin dan air dingin
He toet sensene fua fan
untuk minta hujan es butir delapan
He nasaonton nanebton
supaya menurunkan merendahkan
Hukut nahel naat nahel
pegang kuat pegang erat
Neu lele tofan tuae helen
untuk kebun siangan arak irisan
Ala manikin ma oe tene
hanya dingin dan air dingin
Amnaistini, es ena es ama
orang tua, yakni ibu, yakni bapak
Tonje ona le i, lasi ona le i
tutur hanya ini, masalah seperti ini

4. Berpola 9 suku kata

Hai mtoet kit mfe kai lalan


Kami minta kamu beri kami jalan
Mana mnes neu apinat aklahat
Terima beras untuk menyala membara
Neno i mantonan masine
hari ini memberitahu mengundang
Neu pilu nakia soit nakia
supaya destar melekat sisir melekat
Neu ena ama, neu apinat aklahat
kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara
Nokan ten toni ma lasi i,
bersama lagi tutur dan perkara ini
Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah

49
5. Berpola 10 suku kata

Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam


hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata,dan engkau muka
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang
Mana mnes neu an feto an mone
terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki
Neu tukan ala manikin oe tene
untuk hanya dingi air dingin
Hena nek hit humak, nek hit masak
supaya bawa kita muka, bawa kita wajah
Natuin afi manatan mahuktan
karena kemarin perjanjian peneguhan
Abnon melu ainluik none
benang gulung bersisir perak

6. Berpola 12 suku kata

Natuin on i neu an feto an mone


karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair
Mana mnes netsen neu apinat aklahat
terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara

7. Berpola 13 suku kata

Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon


masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang

8. Berpola 14 suku kata

Neu baha sulat noba tian atu noba tian


karena hanya surat dari batas arang dengan batas

9. Berpola 15 suku kata

Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu


supaya tanam kaki supaya nanti sampai lapis tujuh, sampai lapis
delapan
Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini
Penyampai tutur penyempurna, yang melahir yang menggendong
Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone
itu dia hubung masya. karena perempuan laki-laki

50
10. Berpola 16 suku kata

Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho


humam
Hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata , engkau muka

b. Hubungan Antar Baris

Selain panjang baris, yakni jumlah suku kata dalam setiap bait Tonis,

Penulis juga dapat menemukan adanya hubungan makna antarlarik atau

baris. Hubungan itu juga terjadi berupa hubungan bunyi tetapi dapat

pula berupa hubungan makna.

1. Hubungan Bunyi

Hubungan bunyi dalam Tonis Hot Ninik, dapat dilihat pada

penjelasan berikut ini:

Neno mnanu funan mnanu


Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Haim toet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oe tene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka

Tuhan yang dimuliakan


Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
Seraya memohon
Berilah petunjukMu
Berilah kesehatan jiwa dan raga
Berilah kami pekerjaan yang layak
Hindarkan kami dari segala marabahaya

Berdasarkan kutipan di atas, dapat terlihat dengan jelas

bahwa adanya hubungan bunyi antar kata dalam satu larik maupun

hubungan bunyi antar larik. Hal ini dapat kita lihat pada larik

51
pertama terdapat pertentangan bunyi-bunyi vokal. Pada kata funan

terjadi pertentangan vokal /u/ dengan vokal /a/. pada kata to tafa

terjadi pertentangan vokal /o/ dengan /a/. Pada kata humam terjadi

pertentangan vokal /u/ dengan /a/. Pada kata bei terjadi

pertentangan vokal /e/ dengan /i/. Pada kata nai terjadi

pertentangan vokal /a/ dengan /i/. Pada kata manikin terjadi

pertentangan vokal /a/ dengan /i/. Pada kata oe tene terjadi

pertentangan vokal /o/ dengan /e/. Pada kata mepu terjadi

pertentangan vokal /e/ dengan /u/. Pada kata atuas terjadi

pertentangan vokal /a/ dengan /u/. Pada kata naika terjadi

pertentangan vokal /a/ dengan /i/.

Berdasarkan hasil analisis di atas, Penulis dapat

menyimpulkan bahwa bunyi sebagai salah satu peran antar larik

dalam tuturan Tonis dapat terbuki terjadi pertentangan bunyi baik

vokal maupun konsonan.

2. Hubungan Makna

Apabila dilihat dari pertalian atau hubungan maknanya, maka

larik pertama merupakan pengantar, baris kedua, ketiga, keempat, dan

kelima merupakan isi, sedangkan larik keenam merupakan penutup

dalam tuturan Tonis menurut masyarakat Haumeni sebagai

penikmatnya. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui bahwa

larik pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam memiliki

hubungan.

52
4.2.2.3 Bait atau Kuplet

Bait adalah kesatuan baris yang berada dalam satu kelompok dalam

rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang terpisah dari

kelompok larik (bait) lainnya. Dapat dilihat pada data berikut ini:

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul mata, dan engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
(Korpus data, 3)

Baris pertama, kedua, dan ketiga merupakan kesatuan larik yang

berada dalam satu kelompok bait. Masing-masing baris dirangkai

dalam satu bait untuk mendukung suatu kesatuan pokok pikiran.

Berdasarkan data yang telah dianalisis, diketahui bahwa jumlah baris

dalam satu bait terdiri dari 4 sampai empat belas baris.

a. Jumlah Bait dalam Tonis

Neno mnanu funan mnanu


Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Hai mtoet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oe tene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka

Mana mnes neu apinat aklahat


Neu askaut amnaifat
Neno i mantonan, masine
Humaf tenon

53
Het toet sensene fua fan
Ulan fua fan
He nasaonton nanebton
Neu batan neu ainuan

Mana mnes neu an feto an mone


Neu pilu nakia soit nakia
Natuin on i neu an feto an mone
Malomen ma sin makan
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
Hukut nahel naat nahel
Neu lele tofan tuae helen
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
Hen oinsok tiulsok
Neu ume nuban
Ala manikin ma oe tene
Neu tukan ala manikin oe tene

Mana mnes net sen


Neu ena ama, neu apinat aklahat
Ka ekfa non saan tau saan
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
Neu an feto an mone
He na sulat nahel naman
Hena nek hit humak, nek hit masak
Neu an feto an mone
Hen senan haen he naat te pen hitu, te pen fanu
Nokaten toni ma lasi i,
Ateb toni ateb lasi, ala a hoin tini askautini
Amnaistini, es ena es ama
Hina miteb toni lasi, neu ahuntini afintini
Neu apinat neu aklahat

Mana mnes net sen neu apinat aklahat


Afi nabela naen toni nok lasi, neu matob feto mone
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone
Natuin afi manatan mahuktan
Abnon melu ainluik none

Tonje ona le i, lasi ona le i


Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
Neu ama neu ena,
Neu apinat neu aklahat
(Korpus data, 3: a)

54
Dari data-data Tonis Hot Ninik di atas, terdiri dari 6 bait,

yakni: bait pertama 7 baris, bait kedua 8 baris, bait ketiga 12 baris,

bait keempat 14 baris, bait kelima 5 baris, dan bait enam 4 baris.

b. Hubungan Antar Bait

Tuturan Tonis pada Hot Ninik memiliki hubungan antara

bait yang saling berkaitan karena bait-bait merupakan satu

kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Agar lebih jelas pada

tuturan Tonis pada Hot Ninik sebagai berikut:

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul mata, dan engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya

55
/Mana mnes neu apinat aklahat/
/terima beras untuk bernyala membara/
Artinya Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
/Neu askaut amnaifat/
/untuk penggendong pemangku/
Artinya Para Leluhur
/Neno i mantonan masine/
/hari ini memberitahu mengundang/
Artinya Hari ini kami memberitahu dan mengundangmu sekalian
/Humaf tenon/
/macam tiga/
Artinya Tiga permohonan
/He toet sensene fua fan/
/untuk minta hujan es butir delapan/
Artinya Memohon berkat hujan secukupnya
/Ulan fua fan/
/hujan butir delapan/
Artinya Hendak memohon berkat yang melimpah
/He nasaonton nanebton/
/supaya menurunkan merendahkan/
Artinya Hujan secukupnya
/Neu batan neu ainuan/
/untuk teras untuk api terjun/
Artinya Pada dataran pada lembah

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
/Malomen ma sinmakan/

56
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/
/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami
/Neu ena ama, neu apinat aklahat/
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha Kuasa

57
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neu baha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu/
/supaya tanam kaki supaya sampai lapis tujuh, sampai lapis delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, yang melahirkan yang menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini/
/kamu menyampaikan masalah, kepada para pendahulu para petinggi/
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur

58
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidikan

/Tonje ona le i, lasi ona le i/


/tutur hanya ini, masalah seperti ini/
Artinya Tutur seperti ini masalah sebatas ini
/Hi ateb toni ki, ateb lasi ki/
/kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah/
Artinya Para pengantara penyampai permohonan
/Neu ama neu ena/
/kepada bapak kepada ibu/
Artinya Para leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa
(Korpus data, 3: b)

59
Dari kutipan di atas, terdiri dari 6 bait dengan jumlah larik

yang berbeda. Bait 1 terdiri dari 7 larik, bait 2 terdiri dari 8 larik, bait 3

terdiri dari 12 larik, bait 4 terdiri dari 14 larik, bait 5 terdiri dari 5 larik,

dan bait 6 terdiri dari 4 larik. Oleh karena itu, dari keenam bait ini

memiliki hubungan makna.

Hubungan makna yang terdapat pada keenam bait di atas,

adalah pada bait 1 menggambarkan sebuah sapaan permohonan kepada

Maha Pencipta dan leluhur, pada bait 2 menggambarkan kepada Maha

Pencipta untuk memberikan berkat, rahmat, dan perlindungan, pada bait

3 menggambarkan tentang pendidikan, pada bait 4 memohon kepada

Pencipta dan leluhur untuk menyelesaikan sebuah keberhasilan, pada bait

5 menggambarkan persaudaraan dengan orang lain, dan pada bait 6

menggambarkan akhir dari permohonan. Jadi, hubungan makna dari

keenam bait di atas saling berkaitan antara bait yang satu dengan bait

yang lain.

4.2.2.4 Bunyi

Bunyi adalah sesuatu yang kedengaran (didengar) atau

ditangkap oleh telinga, (Haryanta, 2012: 34). Unsur-unsur bunyi

meliputi:

a. Rima

Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik

dalam larik sajak maupun pada akhir sajak yang berdekatan.

60
Misalnya: neno mnanu funan mnanu, nije nopon bakse nopon, tonje

ona le i lasi ona le i, ateb toni ki, ateb lasi ki.

Dari kutipan di atas perulangan bunyi sama, yakni mnanu,

nopon, ona le i, ki. Perulangan bunyi di atas, dikategorikan kedalam

rima sempurna, rima tak sempurna, rima aliterasi, rima disonansi,

dan rima asonansi.

1. Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada

suku kata terakhir. Terlihat pada kata-kata di bawah ini:

Neno mnanu
Funan mnanu
Nije nopon
Bakse nopon
Tonje ona le i
Lasi ona le i
Ateb toni ki
Ateb lasi ki
(Korpus data, 4: a)

Suku kata yang berirama sempurna adalah mnanu, nopon,

ona le i, dan ki. Suku kata di atas, berima sempurna terlihat

jelas pada akhir kata.

2. Rima tak sempurna, yaitu suku kata akhir kata yang terletak

pada akhir kalimat yang berirama itu tidak sama persis.

Terlihat pada kata-kata di bawah ini:

Askautini
Amnaistini
Neu ahuntini
Neu afintini
Afi manatan
Afi mahuktan (Korpus data, 4: b)

61
Suku kata yang berirama tak sempurna adalah kautini,

naistini, ahuntini, afintini, manatan, dan mahuktan.

Suku kata di atas, berima tak sempurna terlihat jelas pada

akhir kata.

3. Rima Aliterasi, adalah persamaan bunyi-bunyi konsonan

yang awal kata, baik pada satu baris maupun pada baris yang

berlainan. Terlihat pada kata-kata di bawah ini:

Mana mnes neu apinat aklahat


Neu askaut amnaifat
Neno i mantonan, masine
Humaf tenon
Het toet sensene fua fan
Ulan fua fan
He nasaonton nanebton
Neu batan neu ainuan
(Korpus data, 4: c)

Bunyi konsonan yang berima adalah konsonan /m/

pada kata-kata mana, mnes, mantonan, dan masine.

Konsonan /n/ pada kata-kata neu, neno, nasaonton,

nanebton, naifat. Konsonan /t/ pada kata-kata tenon, toet.

Suku kata di atas, berkonsonan yang berbeda terlihat jelas

pada awal, tengah, dan akhir suku kata.

4. Rima Disonansi, adalah pertentangan vokal. Terlihat pada

data di bawah ini:

Hukut nahel naat nahel


Neu lele tofan tuae helen
Lele tofan he namak, tuae helen he naoe
Ka ekfa non saan tau saan

62
Tonje ona le i, lasi ona le i
(Korpus data, 4: d)

Pertentangan vokal di atas, adalah /a/, /e/, /o/, dan /i/. Suku

kata di atas, mengalami pertentangan vokal yang berbeda.

5. Rima Asonansi, adalah persamaan bunyi-bunyi vokal pada

kata-kata yang ada pada sebuah baris. Terlihat pada kata-

kata di bawah ini:

Kaisa nmui atuas


Naika nmui eka
(Korpus data, 4: d)

Vokal-vokal yang berirama pada baris pertama dan

baris kedua adalah vokal /a/ dan vokal /u/ pada kata kaisa

dan kata nmui. Maka jenis-jenis rima dalam Tonis ini

berdasarkan letak baris atau lariknya yakni:

a. Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang berada pada

kata-kata di awal kalimat. Terlihat pada kata-kata di

bawah ini:

Mfe kai manikin ma oetene


Kasih kami dingin dan segar
Mfe kai mepu naleok
Kasih kami kerja baik

Berdasarkan data di atas, terjadi persamaan

bunyi yang disebut rima awal, yakni pada bunyi

konsonan /m/, pada kata mfe di awal kalimat pertama

63
dan awal kalimat kedua dan kalimat ketiga juga di

awali dengan konsonan /m/.

b. Rima Tengah, yaitu persamaan bunyi yang terjadi pada

kata-kata di tengah kedua larik Tonis. Terlihat pada

data di bawah ini:

Afi nabela naen toni nok lasi, neu matob feto mone
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone

Persamaan bunyi ini terjadi pada konsonan /n/,

yaitu pada kata naen pada larik pertama dan kata pada

kata naket pada larik kedua. Persamaan bunyi juga

terjadi pada kata toni dan taen.

c. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terjadi pada

kata-kata yang terletak di akhir kalimat Tonis. Terlihat

pada data di bawah ini:

Mana mnes neu apinat aklahat


Neu askaut amnaifat
Ka ekfa non saan tau saan
Neu baha sulat noba tian atau noba tian
Berdasarkan kutipan bunyi di atas, maka

persamaan bunyi yang terjadi adalah pada suku kata

at dalam kata aklahat, pada larik pertama, dan kata

amnaifat pada larik kedua, dan suku kata an pada

kata saan di larik ketiga dan kata tian pada larik

keempat.

64
b. Irama

Irama merupakan alunan yang terjadi karena perulangan

dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi,

keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada, (Haryanta, 2012:

103).

Penulis menggunakan empat macam tanda yang

dikemukakan oleh Lubis dan Armin Pane (dalam Ukat 2010: 49),

yang meliputi:

1. ---------- : tanda arsis yakni tekanan suku kata yang keras

2. [ ] : tanda thesis yakni tekanan suku kata yamg lembut

3. .........: tanda riak kecil

4. : tanda caesuur/kaeure yakni alunan penghubung

Untuk mengetahui irama Tonis pada Hot Ninik dapat dilihat

pada data berikut:

Neno . . . . . . [mnanu] [funan] . . . . . [mnanu]


Neno i . . . . . . [ho totafa kai]
Mtola mbi [matam ma] [ho humam]
Tonje. . . . . . [ona lei] [lasi ona lei]

Penulis dalam menganalisis irama pada Tonis hanya

mengambil salah satu bait saja dengan alasan bahwa setiap syair

yang dituturkan, berlaku untuk semua yakni: akan dimulai dengan

65
tekanan keras, lembut, dan kemudian kembali ke tekanan keras.

Unsur bunyi Tonis lainnya berupa: euphony dan cacophony.

1. Bunyi euphony adalah bunyi yang mampu menuansakan

suasana kegembiraan, berupa bunyi vokal. Bunyi-bunyi vokal

itu pada dasarnya mengandung sesuatu yang enak di dengar.

Terlihat pada data dibawah ini:

/Mana m nes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
/Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/
/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasy.
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan

66
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang
menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita
(Korpus data, 2:a)

Bunyi euphony yang terdapat pada Tonis di atas yang

menuansakan rasa kegirangan dengan bunyi-bunyi vokalnya:

/a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/.

2. Bunyi cacophony adalah bunyi konsonan yang menuansakan

ketertekanan batin, kebekuan, kesetiaan, ataupun kesedihan.

Terlihat pada data di bawah ini:

Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam


Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Haim toet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oetene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
(Korpus data, 2: b)

Bunyi- bunyi konsonan Tonis yang terdapat pada

kutipan di atas adalah konsonan: /f/, /k/, /t/, /n/, dan /m/. seperti

konsonan /n/, yang terdapat pada baris pertama pada kata-kata:

67
neno, mnanu, funan yang bernuansakan penuh harap. Bunyi

konsonan /m/ pada kata: mbi, mtola, matam, ma humam,

amoet, manikin yang bernuansakan suasana kesedihan. Bunyi

konsonan /f/ pada kata funan yang bernuansakan suasana penuh

harap. Bunyi konsonan /t/ pada kata-kata: totafa, mtola, mtoet,

toet, oetene, atuas bernuansakan suasana kesepian. Bunyi

konsonan /k/ pada kata-kata: kai, kit, kaisa, naika, eka yang

bernuansakan kesepian

4.2.2.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan

perasaan dalam bentuk tulis maupun lisan, (Haryanta, 2012: 78). Gaya

bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang

hidup dan timbul atau hidup dalam hati menimbulkan satu perasaan

dalam hati, (Tarigan, 1989: 114). Dalam kaitan dengan gaya bahasa

Tonis Hot Ninik mempunyai gaya bahasa sebagai berikut:

a. Majas Alegori merupakan majas yang menggunakan ungkapan-

ungkapan yang maknanya secara umum telah diketahui oleh

masyarakat umum atau masyarakat luas. Tertuang pada data

dibawah ini:

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan Yang Dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam/
/Hari ini engkau rakyat kami berkumpul muka , dan engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu, datang kepada-Mu

68
(Korpus data, 5: a)

Majas alegori pada kutipan Tonis di atas memiliki arti Tuhan Yang

Maha Tinggi, hari ini kami umat-Mu berkumpul di hadapan-Mu.

b. Majas Repetisi merupakan majas yang mengulang-ulang kalimat

atau kata-kata untuk memantapkan maksud. Terlihat pada kata-

kata di bawah ini:

neno mnanu funan mnanu, manikin ma oetene, nije nopon bakse

nopon, tonje ona le i lasi ona le i. (Korpus data, 5: b)

Kata-kata di atas, memiliki arti yang berbeda namun

memantapkan maksud dalam tuturan tersebut.

c. Majas Antanaklasis merupakan majas yang memuat pengulangan

kata akan tetapi mempunyai makna yang berbeda. Tertuang pada

data dibawah ini:

Mfe kai lalan


Berilah petunjuk-Mu
Mfe kai manikin ma oe tene
Berilah kesehatan jiwa dan raga
Mfe kai mepu naleok
Berilah kami pekerjaan yang layak
Mana mnes neu apinat aklahat
Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
Mana mnes neu an feto an mone
Dengarkanlah permohonan kami
Mana mnes net sen
Terimalah permohonan kami
Manu mnes net sen neu apinat aklahat
Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa

69
Ala manikin ma oe tene
Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
Neu tukan ala manikin oe tene
Dan pada akhirnya mencapai cita cita
(Korpus, 5: c)

Majas Antanaklasis pada kutipan Tonis di atas, terjadi pengulangan

setiap baris tetapi mempunyai makna yang berbeda.

4.2.3 Analisis Fungsi Kearifan Lokal Sastra Lisan Tonis

Teori strukturalisme menekankan bahwa sastra lisan pada dasarnya

bersifat otonom atau sebagai kesatuan yang utuh. Pada umumnya sastra

lisan Tonis memiliki fungsi kearifan lokal yang secara tidak langsung

mengungkapkan tradisi dalam hidup masyarakat. Untuk mengkaji fungsi

kearifan lokal Tonis Sastra Lisan Meto pada upacara adat Hot Ninik,

Penulis menggunakan teori fungsi kearifan lokal menurut Haba (dalam

Liubana, 2014: 33-35). Adupun fungsi kearifan lokal, yang akan dikaji

oleh Penulis sebagai berikut:

4.2.3.1 Sebagai Penanda Identitas Sebuah Komunitas. Identitas Tersebut

Menunjukkan bahwa Komunitas yang Dimaksud Memiliki Budaya.

Hal ini terbukti pada kata-kata dibawah ini:

a. Neno mnanu funan mnanu


Hari panjang bulan panjang
/Artinya Tuhan yang dimuliakan/

Kata neno mnanu funan mnanu secara leksikal memiliki arti Tuhan

yang dimuliakan. Maksud penutur menggunakan kata ini, karena

70
arti dari kata ini sudah bersifat umum dan sebagai sebutan untuk

Tuhan Maha Kuasa dan pelindung semua makhluk hidup oleh

masyarakat di desa Haumeni.

b. Bei nai
leluhur perempuan leluhur laki-laki
/Artinya Leluhur/

Kata bei nai mengandung arti leluhur perempuan dan leluhur laki-

laki. Penutur menggunakan kata ini sebagai penghormatan dan

penghargaan kepada para leluhur sebagai alikin apean (Leluhur

pertama) .

c. Apinat aklahat
yang menyala yang membara
/Artinya Yang Maha Kuasa/

Kata apinat aklahat mengandung arti bahwa Yang Maha Kuasa,

yakni Pencipta langit dan bumi. Kata ini digunakan oleh penutur

karena segala hal yang kita perbuat, dan yang kita lakukan di dunia

ini merupakan anugerah Tuhan yang patut disyukuri.

d. Ahoin tini askautini ahuntini afintini


yang melahirkan yang menggendong para pendahulu pata petinggi
/Artinya perantara doa, yakni para leluhur/

Kata ahoin tini askautini ahuntini afintini secara harafiah memiliki

arti yang melahirkan yang mengendong, sedangkan secara leksikal

mengandung arti perantara doa, yakni para leluhur pertama yang

telah meninggal dunia. Penutur menggunakan kata ini karena

leluhur disebut juga alikin apean yang telah meninggal dunia

71
sekaligus perantara doa-doa kita kepada Yang Maha Kuasa.

(Korpus data, 1)

4.2.3.2 Sebagai Ruang untuk Melunturkan Kepercayaan. Hal ini terbukti pada

bait berikut ini:

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho
humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul mata, dan engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu/
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya
(Korpus data, 2)

Pada bait di atas, kalimat yang menunjukkan bahwa ruanglah

sebagai tempat untuk melunturkan kepercayaan adalah pada kata mtoet

neuba amoet apakaet ma bei nai. Kata ini sudah jelas mengandung

arti bahwa masyarakat desa Haumeni memiliki dua kepercayaan yang

72
harus dijalani bersamaan, yakni kepercayaan kepada Tuhan dan

kepercayaan kepada leluhur. Kedua kepercayaan ini harus dijalankan

bersamaan karena kata ahointini askautini, bei nai, ahuntini afintini

(para Leluhur) yang telah meninggal dunia diyakini sebagai perantara

doa lebih dekat pada Tuhan Sang Pencipta dan penguasa alam semesta

dan juga lebih dekat pada anak-cucu-cece dan semua keturunan yang

masih hidup di dunia ini sehingga segala masalah dan bencana yang

menimpa keturunan baik anak, cucu maupun cece selalu diyakini

sebagai akibat kesalahan perbuatan, keterlambatan mengabulkan

permohonan para leluhur sehingga menimbulkan kemarahan mereka

berupa sial, sakit penyakit, kehilangan, kematian maupun bencana.

Faktor kedekatan dan keyakinan ini dapat melunturkan kepercayaan

pada Tuhan sebagai Maha pencipta dan Maha Kuasa.

4.2.3.3 Tidak Bersifat Memaksa tetapi Lebih Merupakan Kesadaran dari

Dalam Diri. Tertuang pada baris beriut ini:

/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/


/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
(Korpus data, 3)

Berdasarkan baris atau larik di atas, dapat dikatakan bahwa

kepercayaan akan Tuhan dan leluhur sudah mendarah daging dalam

pribadi setiap orang, khususnya masyarakat di desa Haumeni. Hal ini

sudah terbukti jelas bahwa permohonan, permintaan, dan doa syukur

biasanya mereka sampaikan lewat perantaraan para leluhur dan

jawaban ya-tidak, baik-tidak baik, diterima-tidak diterima permohonan

73
dan rasa syukur anak-cucu-cece dapat dilihat pada bagian dalam tubuh

hewan persembahan. Hal ini menunjukkan bahwa jawaban atas

permohonan, permintaan, dan rasa syukur tidak bersifat memaksa tetapi

lebih merupakan kesadaran dari dalam diri.

4.2.3.4 Memberi Warna Kebersamaan Sebuah Komunitas yang Berfungsi

Mendorong Terbangunnya Kebersamaan, Apresiasi, Sekaligus

Kepercayaan yang Tumbuh di Atas Kesadaran Bersama. Terbukti pada

bait di bawah ini:

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami
/Neu ena ama, neu apinat aklahat/
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha Kuasa
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neu baha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya

74
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu/
/supaya tanam kaki supaya sampai lapis tujuh, sampai lapis delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, melahirkan yang menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini/
/kamu tutur masalah, kepada para pendahulu para petinggi/
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa
(Korpus data, 4)

Berdasarkan bait di atas, dapat disimpulkan bahwa kebersamaan

dalam sebuah komunitas dalam hal ini marga Lake dalam rangka Hot

Ninik sebagai ucapan rasa syukur dan memohon berkat dapat

mendorong terbangunnya kebersamaan sekaligus kepercayaan akan

keberadaan leluhur yang dekat dengan keturunannya sebagai ateb toni

ateb lasi perantara doa kepada apinat aklahat (Tuhan) dan dekat

dengan Tuhan sebagai pendoa, malaikat penolong, dan pembawa

berkat bagi anak-cucu-cece. Kepercayaan bisa dilestarikan, apabila

adanya rasa kebersamaan di antara sesama anggota keluarga pada

75
ritual Hot Ninik khususnya marga Lake di Desa Haumeni. Hal ini

dapat memberi warna kebersamaan sebuah komunitas yang berfungsi

bendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi, sekaligus

kepercayaan yang tumbuh di atas kesadaran bersama.

4.2.3.5 Mengubah Pola Pikir dan Hubungan Timbal Balik Individu dan

Kelompok dan Meletakkannya di atas Kebudayaan yang Dimilikinya.

Tertuang pada bait berikut ini:

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/
/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan

76
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita
(Korpus data, 5)

Berdasarkan bait di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan pola

pikir masyarakat Haumeni tentang pendidikan, sudah berubah dan

mulai terbentuk. Para orang tua mengubah pola pikir mereka tentang

pendidikan sebagai sebuah tradisi yang harus dilaksanakan dan ditaati

oleh anak-anak demi peningkatan kualitas sumber daya manusia

peningkatan kesejahteraan hidup keluarga.

4.2.3.6 Dapat Mendorong Proses Apresiasi, Partisipasi sekaligus

Meminimalkan Solidaritas Kesadaran dari Berbagai Pihak yang

Memegang Pentingnya Nilai-nilai Lokal dalam Pemikiran dan

Pemahamannya serta Tindakannya. Tertuang pada bait berikut:

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu

77
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidikan
(Korpus data, 6)

Berdasarkan bait di atas, dapat disimpulkan bahwa berinteraksi dengan

orang lain sangat dibutuhkan, agar tercipta suasana yang baik. Terbukti

jelas pada kata matobtaenkuk feto mone, yakni hubungan di antara

sesama marga Lake akan terbina, jika di antara sesama marga Lake

hidup rukun, aman, serta dapat saling membantu, saling memahami

dalam berpikir dan bertindak. Hal ini dapat mendorong partisipasi

sekaligus meminimalkan solidaritas kesadaran masyarakat dari

berbagai pihak yang memegang pentingnya nilai-nilai lokal dalam

pemikiran dan pemahamannya serta tindakannya.

78
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka Penulis

menyimpulkan bahwa sastra lisan Tonis merupakan salah satu tuturan lisan

Meto yang ada di Desa Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten Timor

Tengah Utara. Dalam sastra lisan Tonis ini, Penulis menerjemahkan dan

menganalisnya maka terdapat struktur dan fungsi kearifan lokal.

Adapun uraian mengenai struktur dan fungsi kearifan lokal, sebagai

berikut:

I. Struktur

a. Diksi atau Pilihan Kata

Diksi adalah pemilihan kata yang baik untuk mengungkapkan

suatu gagasan. Pilihan kata yang dimaksud di sini adalah pilihan serta

penggunaan kata-kata yang tepat, yang dapat mencerminkan ruang,

waktu, falsafah, amanat, efek dan nada suatu Tonis dengan tepat

(Tarigan, 1993: 28). Diksi atau pilihan kata juga merupakan kata-kata

yang dipilih atau disusun dengan cara yang sedemikian rupa sehingga

artinya menimbulkan imajinasi pembaca, (Pradopo, 2003: 54).

Diksi atau pilihan kata meliputi makna denotasi dan makna

konotasi. Hal ini dapat dijelaskan di bawah ini:

79
1. Makna Denotasi

Makna denotasi adalah makna yang mengandung makna

sebenarnya atau makna yang terdapat dalam kamus, (Aminuddin,

2002: 140).

2. Makna Konotasi

Makna konotasi adalah makna yang tidak mengandung makna

sebenarnya atau makna yang tidak terdapat pada kamus,

(Aminuddin, 2002: 140). Makna konotasi dibagi menjadi tiga,

yakni:

1) Blank Symbol adalah simbol acuan yang maknanya bersifat

konotatif dan tidak perlu ditafsirkan karena maknanya sudah

bersifat umum.

2) Natural symbol, yaitu simbol yang menggunakan realitas

alam.

3) Private symbol, yaitu simbol yang digunakan oleh penyair

atau penuturnya.

b. Baris atau Larik

Baris adalah satuan yang lebih besar dari pada kata sebagai suatu

kelompok kata yang telah mendukung satuan makna tertentu,

(Aminuddin, 2000: 145).

c. Bait atau Kuplet

80
Bait adalah kesatuan baris yang berada dalam satu kelompok dalam

rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran yang terpisah dari

kelompok larik (bait) lainnya.

d. Bunyi

Bunyi adalah sesuatu yang kedengaran (didengar) atau ditangkap oleh

telinga, (Haryanta, 2012: 34). Unsur-unsur bunyi meliputi:

1) Rima

Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam

larik sajak maupun pada akhir sajak yang berdekatan.

Perulangan bunyi di atas dikategorikan kedalam rima sempurna,

rima tak sempurna, rima aliterasi, rima disonansi, dan rima

asonansi.

a. Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat

pada suku kata terakhir.

b. Rima tak sempurna, yaitu suku kata akhir kata yang

terletak pada akhir kalimat yangberirama itu tidak sama

persis.

c. Rima Aliterasi, adalah persamaan bunyi-bunyi konsonan

yang awal kata, baik pada satu baris maupun pada baris

yang berlainan.

d. Rima Disonansi, adalah pertentangan vokal,

81
e. Rima Asonansi, adalah persamaan bunyi-bunyi vokal

pada kata-kata yang ada pada sebuah baris. Rima

asonansi dibagi atas beberapa bagian, yakni:

1) Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang berada pada kata-kata di awal

kalimat.

2) Rima Tengah, yaitu persamaan bunyi yang terjadi pada kata-kata di tengah

kedua larik Tonis.

3) Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terjadi pada kata-kata yang

terletak di akhir kalimat Tonis.

2) Irama

Irama merupakan alunan yang terjadi karena perulangan dan

pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi,

keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada, (Haryanta, 2012:

103). Unsur bunyi Tonis lainnya berupa: euphony dan

cacophony.

a. Bunyi euphony adalah bunyi yang mampu menuansakan

suasana kegembiraan, berupa bunyi vokal. Bunyi bunyi

vokal itu pada dasarnya mengandung sesuatu yang enak di

dengar.

b. Bunyi cacophony adalah bunyi konsonan yang

menuansakan ketertekanan batin, kebekuan, kesetiaan,

ataupun kesedihan.

82
e. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan

dalam bentuk tulis maupun lisan, (Haryanta, 2012: 78). Gaya bahasa

adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang hidup dan

timbul atau hidup dalam hati menimbulkan satu perasaan dalam hati,

(Tarigan, 1989: 114). Dalam kaitan dengan gaya bahasa Tonis Hot Ninik

mempunyai gaya bahasa sebagai berikut:

a. Majas Alegori merupakan majas yang menggunakan ungkapan-

ungkapan yang maknanya secara umum telah diketahui oleh

masyarakat umum atau masyarakat luas.

b. Majas Repetisi merupakan majas yang mengulang-ulang kalimat

atau kata-kata untuk memantapkan maksud.

c. Majas Antanaklasis merupakan majas yang memuat pengulangan

kata akan tetapi mempunyai makna yang berbeda.

II. Fungsi Kearifan Lokal

Teori strukturalisme menekankan bahwa sastra lisan pada dasarnya

bersifat otonom atau sebagai kesatuan yang utuh. Pada umumnya sastra

lisan Tonis memiliki fungsi yang secara tidak langsung

mengungkapkan tradisi dalam hidup masyarakat. Fungsi kearifan lokal

Tonis ada enam yang dianut oleh Haba (dalam Liubana, 2014: 33-35),

yakni:

a. Sebagai Penanda Identitas Sebuah Komunitas. Identitas Tersebut

Menunjukkan bahwa Komunitas yang Dimaksud Memiliki Budaya.

83
b. Sebagai Ruang untuk Melunturkan Kepercayaan.

c. Tidak Bersifat Memaksa tetapi Lebih Merupakan Kesadaran dari

Dalam Diri.

d. Memberi Warna Kebersamaan Sebuah Komunitas yang Berfungsi

Mendorong Terbangunnya Kebersamaan, Apresiasi, Sekaligus

Kepercayaan yang Tumbuh di Atas Kesadaran Bersama.

e. Mengubah Pola Pikir dan Hubungan Timbal Balik Individu dan

Kelompok dan Meletakkannya di atas Kebudayaan yang

Dimilikinya.

f. Dapat Mendorong Proses Apresiasi, Partisipasi sekaligus

Meminimalkan Solidaritas Kesadaran dari Berbagai Pihak yang

Memegang Pentingnya Nilai-nilai Lokal dalam Pemikiran dan

Pemahamannya serta Tindakannya.

5.2 Saran

Berkaitan dengan penelitian ini, Penulis menyarankan agar tradisi sastra lisan

Meto Tonis ini tetap dikaji, khususnya dari generasi muda suku Atoni Pah Meto,

sehingga tetap di pertahankan dan menjaga kepunahannya.

84
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1987. Sastra Apresiasi Karya Sastra. FPBS IKIP Malang.

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.

Aminuddin. 2002. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.

Danandjaya, James. 1984. Folklore Indonesia Ilmu Gosip Dongeng. Yogyakarta:


PT Pustaka Utama Grafiti Press.

Danandjaya, James. 1991. Folklore Indonesia. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti


Press.

Danandjaya, James.1997. Folklor Indonesia; Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.


Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Haryanta, Agung Tri. 2012. Kamus Kebahasaan dan Kesusastraan. Surakarta.


Aksara Sinergi Media.

Hutomo, Sadi Suripan. 1991. Pengantar Studi Sastra Lisan. Surabaya: Jawa Timur.

Koentjaraningrat, 1985. Sejarah Bahasa dan Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta:


Media Pressindo.

Liubana, Metropoly. 2014. Tesis: Struktur, Fungsi Dan Simbol Dalam Tonis
Puisi Lisan Masyarakat Dawan Kecamatan Amanuban Timur Kabupaten
Timor Tengah Selatan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Liubana, Metropoly. 2014. Tesis: Kearifan Lokal Dalam Cerita Rakyat Suku
Dawan Di Kabupaten Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

MPSS, Pudentia.1998. Metode Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Moleong, Leksi. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rasda


Karya.

Moleong. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasir, Mohammad. 1986. Metodologi Penelitian. Jakarta. Ghalia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

85
Nurjamin, 1998. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung: Refika
Aditama.

Oematan, Kristoforus. 2004. Skripsi: Analisis Mean, Konten Dan Nilai Tonis Yang
Dilakukan Oleh Karakter Tradisional Dialek Kupang Bahasa Dawan (Uab
Meto). Kupang: Gita Kasih.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Rafiek, Muhammad. 2010. Teori Sastra: Kajian Teori dan Praktik. Bandung:
Refika Aditama.

Salu, L. Martinus, dkk. 2007. Ungkapan Tradisional Bahasa Meto Suku Atoni Pah
Meto. Kupang: Gita Kasih.

Samarin, William S.1988. Ilmu Bahasa Lapangan. Yogyakarta: Kanisius.

Semi, Atar. 1998. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Widyatama

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknis Analisis Bahasa. Yogyakarta. Duta
Wacana Nusantara.

Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra
Wacana.

Spardley. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wavcan.

Taninas, Ubaldus. 2016. Skripsi: Struktur, Fungsi, Dan Makna Oebani Sastra
Lisan Meto Pada Masyarakat Meto Di Desa Naekake A Kecamatan
Mutis Kabupaten Timor Tengah Utara. Kefamenanu: Universitas Timor.

Taum, Yosep Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan Sejarah, Teori, Metode, Pendekatan
Disertai Contoh Penerapannya.Yogyakarta: Lamalera.

Tarno, dkk. 1993. Sastra Lisan Dawan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tarigan, H. G. 1985. Pengajaran sintaksis. Bandung: Angkasa.

Tarigan. 1993. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Teeuw, A. 1978. Sastra dan Ilmu Sastra (Pengantar Teori Sastra).
Bandung: Pustaka Jaya Girimukti Pustaka.

Teeuw, A. 1978. Sastra dan Ilmu Sastra (Pengantar Teori Sastra). Bandung:
Pustaka Jaya Girimukti Pustaka.

86
Teeuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra: Kumpulan Karangan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Ukat, Yohana. 2010. Analisis Struktur, Fungsi dan Makna Sastra Lisan Takanab
Hanik Uem Fam. Universitas Timor

Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

87
Lampiran 01

IDENTITAS INFORMAN UTAMA

DAN INFORMAN PENDAMPING

A. Informan Utama
1. Nama : Petrus Bait Lake
Tempat dan Tanggal Lahir : Haumeni, 12 Juli 1950
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 67 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Haumeni
Bahasa yang dikuasai : Meto dan Indonesia

2. Nama : Alfonsius Kolo


Tempat dan Tanggal Lahir : Haumeni, 30 September 1969
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 48 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Haumeni
Bahasa yang dikuasai : Meto dan Indonesia

88
B. Informan Pendamping
1. Nama : Alfridus Nusin Nule
Tempat dan Tanggal Lahir : Haumeni, 16 Oktober 1946
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 70 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Haumeni
Bahasa yang dikuasai : Meto dan Indonesia

2. Nama : Baltasar Lake


Tempat dan Tanggal Lahir : Haumeni, 31 Desember 1932
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 85 Tahun
Pendidikan : S1 (Strata satu)
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Desa Haumeni
Bahasa yang dikuasai : Meto dan Indonesia

89
Lampiran 02

DAFTAR WAWANCARA

A. Petunjuk Umum
Kuisioner ini digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan Struktur
dan Fungsi kearifan Lokal Tonis Sastra Lisan Meto Pada Upacara Adat Hot
Ninik Di Desa Haumeni Kecamatan Bikomi Utara Kabupaten Timor Tengah
Utara. Untuk mendapatkan data yang akurat, para informan dimohon untuk
menjawab semua pertanyaan sesuai dengan kenyataan yang ada.

B. Petunjuk Khusus
Mohon para informan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan dengan
melingkari nomor jawaban yang dipilih, dan apabila pilihan tidak sesuai dengan
jawaban yang sebenarnya, silahkan diisi sendiri!

Lingkari jawaban (O) sesuai dengan pilihan anda (bisa memilih/melingkari lebih
dari satu)

1. Bahasa apa yang anda kuasai?


a. Bahasa Tetun Dili
b. Bahasa Tetun Terik
c. Bahasa Dawan
d. Bahasa Bunaq
e. Bahasa Kemak
f. Bahasa Indonesia
g. Bahasa Inggris
2. Apabila anda berkomunikasi dalam rumah tangga dengan sesama anggota
keluarga, (orang lain maupun masyarakat umum) bahasa apa yang
digunakan?
a. Bahasa Tetun Dili
b. Bahasa Tetun Terik
c. Bahasa Dawan
d. Bahasa Bunaq
e. Bahasa Kemak
f. Bahasa Indonesia
g. Bahasa Inggris
3. Apakah anda mengetahui Tonis pada upacara adat Hot Ninik?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda bisa menuturkan Tonis pada upacara adat Hot Ninik?
a. Ya
b. Tidak

90
5. Apakah anda penutur asli bahasa Meto sub dialeg Bikomi?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah kegiatan Tonis masih dipertahankan sampai saat ini?
a. Ya
b. Tidak
7. Menurut pengetahuan anda, apakah Tonis pada saat upacara Hot Ninik
memiliki fungsi bagi masyarakat Bikomi?
a. Ya
b. Tidak
8. Menurut anda, apakah istilah Tonis dalam upacara adat Hot Ninik dikenal
masyarakat Bikomi khususnya Desa Haumeni?
a. Ya
b. Tidak
9. Kapan saja Tonis pada upacara Hot Ninik dilaksanakan?
a. Setiap hari
b. Kadang-kadang
c. Kepentingan khusus
10. Menurut anda, apakah Tonis Hot Ninik sudah ada peneliti terdahulu?
a. Ya
b. Tidak
11. Bagaimana tanggapan anda terhadap Tonis bila diajarkan pada murid-
murid?
a. Setuju, karena mereka merupakan generassi penerus yang diharapkan
dapat mewariskan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam Tonis.
b. Tidak Setuju.
12. Bagaimana cara anda mengetahui tuturan Tonis?
a. Belajar secara khusus dari orang tua yang mengetahui
b. Mendengar saja
c. Lansung menuturkan
13. Fungsi kearifan lokal apa saja yang ada dalam tuturan Tonis?
a. Fungsi religius, fungsi edukatif, fungsi sosial, dan fungsi budaya
b. Fungsi moral dan fungsi keindahan
c. Fungsi budaya dan fungsi politik

91
Lampiran 03

Terbitan Teks

Neno mnanu funan mnanu


Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Haim toet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oe tene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka

Mana mnes neu apinat aklahat


Neu askaut am naifat
Neno i mantonan, masine
Humaf tenon
Het toet sensene fua fan
Ulan fua fan
He nasaonton nanebton
Neu batan neu ainuan

Mana mnes neu an feto an mone


Neu pilu nakia soit nakia
Natuin on i neu an feto an mone
Malomen ma sin makan
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
Hukut nahel naat nahel
Neu lele tofan tuae helen
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
Hen oinsok tiulsok
Neu ume nuban
Ala manikin ma oe tene
Neu tukan ala manikin oe tene

Mana mnes net sen


Neu ena ama, neu apinat aklahat
Ka ekfa non saan tau saan
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
Neu an feto an mone
He nasulat nahel naman
Hena nek hit humak, nek hit masak
Neu an feto an mone
Hen senan haen he naat te pen hitu, te pen fanu
Nokanten toni ma lasi i,
Ateb toni ateb lasi, ala a hoin tini as kautini
Amnaistini, es ena es ama

92
Hina miteb toni lasi, neu ahuntini afintini
Neu apinat neu aklahat

Mana mnes net sen neu apinat aklahat


Afi nabela naen toni nok lasi, neu matob feto mone
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone
Natuin afi manatan mahuktan
Abnon melu ainluik none

Tonje ona le i, lasi ona le i


Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
Neu ama neu ena,
Neu apinat neu aklahat

93
Lampiran 04

Terbitan Teks dan Terjemahan Harafiah

Neno mnanu funan mnanu


hari panjang bulan panjang
Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata, dan engkau muka
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki
Hai mtoet kit mfe kai lalan
Kami minta kamu beri kami jalan
Mfe kai manikin ma oe tene
beri kami dingin dan air dingin
Mfe kai mepu naleok
beri kami kerja baik
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang

Mana mnes neu apinat aklahat


terima beras untuk bernyala membara
Neu askaut amnaifat
untuk penggendong pemangku
Neno i mantonan masine
hari ini memberitahu mengundang
Humaf tenon
macam tiga
He toet sensene fua fan
untuk minta hujan es butir delapan
Ulan fua fan
hujan butir delapan
He nasaonton nanebton
supaya menurunkan merendahkan
Neu batan neu ainuan
untuk teras untuk api terjun

Mana mnes neu an feto an mone


terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki
Neu pilu nakia soit nakia
supaya destar melekat sisir melekat
Natuin on i neu an feto an mone
karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki
Malomen ma sinmakan
saling suka dan saling senang
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang

94
Hukut nahel naat nahel
pegang kuat pegang erat
Neu lele tofan tuae helen
untuk kebun siangan arak irisan
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair
Hen oinsok tiulsok
supaya mondar-mandir perkumpulan
Neu ume nuban
pada rumah dua
Ala manikin ma oe tene
hanya dingin dan air dingin
Neu tukan ala manikin oe tene
untuk hanya dingin air dingin

Mana mnes net sen


terima beras dipersembahkan sudah
Neu ena ama, neu apinat aklahat
kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara
Ka ekfa non saan tau saan
tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
karena hanya surat dari batas arang dengan batas
Neu an feto an mone
untuk anak perempuan anak laki-laki
Hena sulat nahel naman
supaya surat kuat teguh
Hena nek hit humak, nek hit masak
supaya bawa kita muka, bawa kita wajah
Neu an feto an mone
untuk anak perempuan anak laki-laki
Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu
supaya tanam kaki supaya nanti sampai lapis tujuh, sampai lapis delapan
Nokan ten toni ma lasi i,
bersama lagi tutur dan perkara ini
Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini
Penyampai tutur penyempurna, hanya yang melahirkan yang menggendong
Amnaistini, es ena es ama
orang tua, yakni ibu, yakni bapak
Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini
kamu menyampaikan tutur masalah, kepada para pendahulu para petinggi
Neu apinat neu aklahat
kepada yang bernyala kepada yang membara

95
Mana mnes netsen neu apinat aklahat
terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara
Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masyarakat perempuan laki-laki
Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone
itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki
Natuin afi manatan mahuktan
karena kemarin perjanjian peneguhan
Abnon melu ainluik none
benang gulung bersisir perak

Tonje ona le i, lasi ona le i


tutur hanya ini, masalah seperti ini
Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah
Neu ama neu ena
kepada bapak kepada ibu
Neu apinat neu aklahat
kepada yang bernyala kepada yang membara

96
Lampiran 05

Terbitan Teks dan Terjemahan Bebas

Neno mnanu funan mnanu


Tuhan yang dimuliakan
Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Seraya memohon
Haim toet kit mfe kai lalan
Berilah petunjukMu
Mfe kai manikin ma oe tene
Berilah kesehatan jiwa dan raga
Mfe kai mepu naleok
Berilah kami pekerjaan yang layak
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
Hindarkan kami dari segala marabahaya

Mana mnes neu apinat aklahat


Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
Neu askaut amnaifat
Para Leluhur
Neno i mantonan, masine
Hari ini kami memberitahu dan mengundangmu sekalian
Humaf tenon
Tiga permohonan
Het toet sensene fua fan
Memohon berkat hujan secukupnya
Ulan fua fan
Hendak memohon berkat yang melimpah
He nasaonton nanebton
Hujan secukupnya

97
Neu batan neu ainuan
Pada dataran pada lembah

Mana mnes neu an feto an mone


Dengarkanlah permohonan kami
Neu pilu nakia soit nakia
Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
Natuin on i neu an feto an mone
Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
Malomen ma sin makan
Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
Melalui dunia pendidikan
Hukut nahel naat nahel
Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
Neu lele tofan tuae helen
Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
Neu tukan ala manikin oe tene
Ketika mengenyam pendidikan
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
Hen oinsok tiulsok
Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
Neu ume nuban
Dua tugas
Ala manikin ma oe tene
Dan pada akhirnya mencapai cita cita
Mana mnes net sen
Terimalah permohonan kami
Neu ena ama, neu apinat aklahat
Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha Kuasa

98
Ka ekfa non saan tau saan
Tidak mempersembahkan yang lainnya
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
Hanyalah permohonan pengambilan data
Neu an feto an mone
oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
He na sulat nahel naman
agar datanya valid datanya sahih
Hena nek hit humak, nek hit masak
agar kita dikenal dan dipercaya
Neu an feto an mone
melalui anak cucu
Hen senan haen he naat te pen hitu, te pen fanu
turun temurun
Nokaten toni ma lasi i,
Juga permohonan ini
Ateb toni ateb lasi, ala a hoin tini as kautini
Para penyampai doa dan perantara doa
Amnaistini, es ena es ama
para Tetua, yakni ibu bapak
Hina miteb toni lasi, neu ahuntini afintini
Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
Neu apinat neu aklahat
Kepada Yang Maha Kuasa

Mana mnes net sen neu apinat aklahat


Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone
Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
Na in naket matob taen kuk neu ba feto mone
Tentang garis keturunan

99
Natuin afi manatan mahuktan
Demi cita cita
Abnon melu ainluik none
Ilmu dan gelar pendidikan

Tonje ona le i, lasi ona le i


Tutur seperti ini masalah sebatas ini
Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
Para pengantara penyampai permohonan
Neu ama neu ena,
Para leluhur
Neu apinat neu aklahat
Kepada Yang Maha Kuasa

100
Lampiran 06

Tabel Korpus Data

No Jenis Data Data


1 Struktur 1. Diksi atau Pilihan Kata
1) Mana mnes
2) Apinat aklahat
Diksi atau p
ilihan kata meliputi:
1) Makna Denotasi
Mana mne s net sen neu apinat aklahat
Afi nabela naen toni nok lasi, neu matob feto mone
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone
Natuin afi manata n mahuktan
Abnon melu ainluik none
2) Makna Konotasi, dibagi menjadi 3, yakni:
a. Blank Symbol
Neno mnanu funan mnanu
b. Natural Symbol
Ulan fua fan
c. Private Symbol
Hukut nahel naat nahel
2. Baris atau Larik
Neno mnanu funan mnanu
Neno i ho to tafa kai mtola mbi matan, ma ho humam
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Hai mtoet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oeten
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka
a. Jumlah dan Panjang Baris

101
/Neno mnanu funan mnanu/
/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho t tafa kai mtola mbi matam, ma ho
humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata, dan
engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya

/Mana mnes neu apinat aklahat/


/terima beras untuk bernyala membara/
Artinya Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
/Neu askaut amnaifat/
/untuk penggendong pemangku/
Artinya Para Leluhur

/Neno i mantonan masine/


/hari ini memberitahu mengundang/
Artinya Hari ini kami memberitahu dan mengundangmu sekalian
/Humaf tenon/

102
/macam tiga/
Artinya Tiga permohonan
/He toet sensene fua fan/
/untuk minta hujan es butir delapan/
Artinya Memohon berkat hujan secukupnya
/Ulan fua fan/
/hujan butir delapan/
Artinya Hendak memohon berkat yang melimpah
/He nasaonton nanebton/
/supaya menurunkan merendahkan/
Artinya Hujan secukupnya
/Neu batan neu ainuan/
/untuk teras untuk api terjun/
Artinya Pada dataran pada lembah

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki
Artinya Dengarkanlah permohonan kam
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
/Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu

/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/


/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai/
Neu lele tofan tuae helen/

103
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raganya menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami
/Neu ena ama, neu apinat aklaha/t
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha
Kuasa
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neuba ha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone
/untuk anak perempuan anak laki-laki
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/

104
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen fanu/
/supaya tanam kaki supaya nanti sampai lapis tujuh, sampai lapis
delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, hanya yang melahirkan yang
menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini/
/kamu menyampaikan tutur masalah, kepada para pendahulu para
petinggi/
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa

105
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-
laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidikan

/Tonje ona lei, lasi ona le i/


/tutur hanya ini, masalah seperti ini/
Artinya Tutur seperti ini masalah sebatas ini
/Hi ateb toni ki, ateb lasi ki/
/kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah/
Artinya Para pengantara penyampai permohonan
/Neu ama neu ena/
/kepada bapak kepada ibu/
Artinya Para leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

b. Hubungan antar Baris


/Neno mnanu funan mnanu/
/hari panjang bulan panjang/
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam/
/Hari ini engkau rakyat kami berkumpul di mata , dan engkau
muka/
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/

106
/beri untuk pembuat pekerja dan leluhur/
3. Bait atau Kuplet
a. Jumlah Bait dalam Tonis
Neno mnanu funan mnanu
Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam
Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Haim toet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oe tene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka

Mana mnes neu apinat aklahat


Neu askaut amnaifat
Neno i mantonan, masine
Humaf tenon
Het toet sensene fua fan
Ulan fua fan
He nasaonton nanebton
Neu batan neu ainuan

Mana mnes neu an feto an mone


Neu pilu nakia soit nakia
Natuin on i neu an feto an mone
Malomen ma sin makan
Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon
Hukut nahel naat nahel
Neu lele tofan tuae helen
Lele tofan he namak, tua helen he naoe
Hen oinsok tiulsok
Neu ume nuban
Ala manikin ma oe tene
Neu tukan ala manikin oe tene

Mana mnes net sen


Neu ena ama, neu apinat aklahat
Ka ekfa non saan tau saan
Neu baha sulat noba tian atu noba tian
Neu an feto an mone
He nasulat nahel naman
Hena nek hit humak, nek hit masak
Neu an feto an mone
Hen senan haen he naat te pen hitu, te pen fanu
Nokaten toni ma lasi i,
Ateb toni ateb lasi, ala a hoin tini as kautini
Amnaistini, es ena es ama

107
Hina miteb toni lasi, neu ahuntini afintini
Neu apinat neu aklahat

Manu mnes net sen neu apinat aklahat


Afi nabela naen toni nok lasi, neu matob feto mone
Na in naket matobtaenkuk neu ba feto mone
Natuin afi manatan mahuktan
Abnon melu ainluik none

Tonje ona le i, lasi ona le i


Hi ateb toni ki, ateb lasi ki
Neu ama neu ena,
Neu apinat neu aklahat

b. Hubungan Antar Bait

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho
humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata, dan
engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya

108
/Mana mnes neu apinat aklahat/
/terima beras untuk bernyala membara/
Artinya Terimalah persembahan kami Yang Maha Kuasa
/Neu askaut amnaifat/
/untuk penggendong pemangku/
Artinya Para Leluhur

/Neno i mantonan masine/


/hari ini memberitahu mengundang/
Artinya Hari ini kami memberitahu dan mengundangmu sekalian
/Humaf tenon/
/macam tiga/
Artinya Tiga permohonan
/He toet sensene fua fan/
/untuk minta hujan es butir delapan/
Artinya Memohon berkat hujan secukupnya
/Ulan fua fan/
/hujan butir delapan/
Artinya Hendak memohon berkat yang melimpah
/He nasaonton nanebton/
/supaya menurunkan merendahkan/
Artinya Hujan secukupnya
/Neu batan neu ainuan/
/untuk teras untuk api terjun/
Artinya Pada dataran pada lembah

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/

109
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
/Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu

/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/


/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami
/Neu ena ama, neu apinat aklaha/t
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/

110
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha
Kuasa
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neu baha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen
fanu/
/supaya tanam kaki supaya nanti sampai lapis tujuh, sampai lapis
delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, hanya yang melahirkan yang
menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/

111
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini afintini/
/kamu menyampaikan tutur masalah, kepada para pendahulu para
petinggi/
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-
laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidikan

/Tonje ona le i, lasi ona le i/


/tutur hanya ini, masalah seperti ini/
Artinya Tutur seperti ini masalah sebatas ini
/Hi ateb toni ki, ateb lasi ki/
/kamulah penyampai tutur, penyempurna masalah/
Artinya Para pengantara penyampai permohonan
/Neu ama neu ena/
/kepada bapak kepada ibu/
Artinya Para leluhur

112
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa

4. Bunyi
1) Rima
Neno mnanu funan mnanu
Nije nopon bakse nopon
Tonje ona le i lasi ona le i
Ateb toni ki ateb lasi ki
Perulangan bunyi dikategorikan menjadi 5, yakni:
a. Rima sempurna
Neno mnanu
Funan mnanu
Nije nopon
Bakse nopon
Tonje ona le i
Lasi ona le i
Ateb toni ki
Ateb lasi ki
b. Rima tak sempurna
Askautini
Amnaistini
Neu ahuntini
Neu afintini
Afi manatan
Afi mahuktan
c. Rima aliterasi
Mana mnes neu apinat aklahat
Neu askaut amnaifat
Neno i mantonan, masine
Humaf tenon
Het toet sensene fua fan
He nasaonton nanebton
Neu batan neu ainuan
d. Rima disonansi
Hukut nahel naat nahel
Neu lele tofan tuae helen
Lele tofan he namak, tuae helen he naoe
Ka effa non saan tau saan

113
Tonje ona le i, lasi ona le i

e. Rima asonansi
Kaisa nmui atuas
Naika nmui eka
2) Irama
Neno . . . . . . [mnanu] [funan] . . . . . [mnanu]
Neno i . . . . . . [ho to tafa kai]
Mtola mbi [matam ma] [ho humam]
Tonje. . . . . . [ona le i] [lasi ona le i]
Unsur bunyi Tonis lainnya berupa: euphony dan cacophony.
a. Bunyi euphony

/Mana mnes net sen/


/Buang beras pergi sudah/
Artinya Tuhan Alah Pencipta
/Neu ena ama, neu apinat aklahat/
/Untuk mama bapak, untuk menyala arang/
Artinya bagi leluhur, yang maha tinggi
/Ka ekfa non saan tau saan/
/Tidak bawa apa-apa/
Artinya tidak bermaksud untuk menyampaikan banyak
permintaan/

/Neu baha sulat noba tian atu noba tian/


/Untuk sebuah surat cukup/
Artinya hanya untuk masa depan
/Neu anfeto anmone/
/Untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya anak perempuan dan anak laki-laki
/He na sulat nahel naman/
/Supaya surat kuat keras/
Artinya agar masa depan mereka cerah
/Nek hit humak Hena, nek hit masak/
/Supaya bawa kita pun muka, bawa kita wajah/

114
Artinya sehingga tetap menjunjung tinggi nama dan
keabadianmu
/Hen senan haen he nat tepen hitu, tepen fanu/
/Supaya tanam kaki untuk sampai lapis tujuh,
sampai lapis delapan/
Artinya tetap memperoleh berkat sampai selamanya
b. Bunyi cacophony

Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam


Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai
Hai mtoet kit mfe kai lalan
Mfe kai manikin ma oetene
Mfe kai mepu naleok
He kaisa nmui atuas, naika nmui eka

3. Gaya Bahasa atau Majas


a. Majas Alegori
/Neno mnanu funan mnanu/
/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan Yang Dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho humam/
/Hari ini engkau rakyat kami berkumpul di muka , dan engkau
muka/
Artinya Hari ini kami umatmu, datang kepada-Mu
b. Majas Repetisi
Neno mnanu funan mnanu, manikin ma oe tene, nije nopon
bakse nopon, tonje ona le i lasi ona le i
c. Majas Antanaklasis
Mfe kai lalan
Berilah petunjuk-Mu
Mfe kai manikin ma oe tene
Berilah kesehatan jiwa dan raga
Mfe kai mepu naleok
Berilah kami pekerjaan yang layak

115
Mana mnes neu apinat aklahat
Berilah persembahan kami Yang Maha Kuasa
Mana mnes neu an feto an mone
Dengarlah permohonan kami
Mana mnes net sen
Terimalah permohonan kami
Mana mnes net sen neu apinat aklahat
Sampaikanlah permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
Ala manikin ma oe tene
Hanya berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
Neu tukan ala manikin ma oe tene
Dan pada akhirnya mencapai cita-cita
2 Fungsi 1. Sebagai penanda identitas sebuah komunitas. Identitas tersebut

menunjukkan bahwa komunitas yang dimaksud memiliki budaya.

Hal ini terbukti pada kata-kata dibawah ini:

1) Neno mnanu funan mnanu


2) Bei nai
3) Mana mnes neu apinat aklahat
4) Mana mnes net sen neu apinat aklahat
5) Ahoin tini askautini
6) Ahuntini afintini
2. Sebagai ruang untuk melunturkan kepercayaan. Hal ini terbukti

pada bait berikut ini:

/Neno mnanu funan mnanu/


/hari panjang bulan panjang/
Artinya Tuhan yang dimuliakan
/Neno i ho to tafa kai mtola mbi matam, ma ho
humam/
/hari ini engkau rakyat jelata kami berkumpul di mata, dan
engkau muka/
Artinya Hari ini kami umatmu datang ke hadapanMu
/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/

116
/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
/Hai mtoet kit mfe kai lalan/
/Kami minta kamu beri kami jalan/
Artinya Berilah petunjukMu/
/Mfe kai manikin ma oe tene/
/beri kami dingin dan air dingin/
Artinya Berilah kesehatan jiwa dan raga
/Mfe kai mepu naleok/
/beri kami kerja baik/
Artinya Berilah kami pekerjaan yang layak
/He kaisa nmui atuas, naika nmui eka/
/supaya jangan ada hambatan, jangan ada penghalang/
Artinya Hindarkan kami dari segala marabahaya
3. Tidak bersifat memaksa tetapi lebih merupakan kesadaran dari

dalam diri. Tertuang pada baris beriut ini:

/Mtoet neuba amoet apakaet ma bei nai/


/minta untuk pencipta pengukir dan leluhur perempuan lelaki/
Artinya Seraya memohon
4. Memberi warna kebersamaan sebuah komunitas yang berfungsi

mendorong terbangunnya kebersamaan, apresiasi, sekaligus

kepercayaan yang tumbuh di atas kesadaran bersama. Terbukti

pada bait di bawah ini:

/Mana mnes net sen/


/terima beras dipersembahkan sudah/
Artinya Terimalah permohonan kami
/Neu ena ama, neu apinat aklahat/
/kepada ibu bapak, kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Dengan perantaraan para leluhur kepada Tuhan Maha
Kuasa
/Ka ekfa non saan tau saan/
/tidak bawa tali apa-apa batang apa-apa/

117
Artinya Tidak mempersembahkan yang lainnya
/Neu baha sulat noba tian atu noba tian/
/karena hanya surat dari batas arang dengan batas/
Artinya Hanyalah permohonan pengambilan data
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Oleh anak-cucu laki laki dan perempuan
/Hena sulat nahel naman/
/supaya surat kuat teguh/
Artinya Agar datanya valid datanya sahih
/Hena nek hit humak, nek hit masak/
/supaya bawa kita muka, bawa kita wajah/
Artinya Agar kita dikenal dan dipercaya
/Neu an feto an mone/
/untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Melalui anak cucu
/Hen senan haen he nat te pen hitu, te pen
fanu/
/supaya tanam kaki supaya sampai lapis tujuh, sampai lapis
delapan/
Artinya Turun temurun
/Nokan ten toni ma lasi i/
/bersama lagi tutur dan perkara ini/
Artinya Juga permohonan ini
/Ateb toni ateb lasi, ala ahointini askautini/
/penyampai tutur penyempurna, hanya melahirkan yang
menggendong/
Artinya Para penyampai doa dan perantara doa
/Amnaistini, es ena es ama/
/orang tua, yakni ibu, yakni bapak/
Artinya Para Tetua, yakni ibu bapak
/Hi namiteb toni lasi, neu ahuntini
afintini/
/kamu tutur masalah, kepada para pendahulu para
petinggi/

118
Artinya Sampaikanlah permohonan kami, kepada para Leluhur
/Neu apinat neu aklahat/
/kepada yang bernyala kepada yang membara/
Artinya Kepada Yang Maha Kuasa
5. Mengubah pola fikir dan hubungan timbal balik individu dan

kelompok dan meletakkanya di atas kebudayaan yang dimilikinya.

Tertuang pada bait berikut ini:

/Mana mnes neu an feto an mone/


/terima beras untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Dengarkanlah permohonan kami
/Neu pilu nakia soit nakia/
/supaya destar melekat sisir melekat/
Artinya Berilah kecerdasan otak dan keluhuran budi
/Natuin on i neu an feto an mone/
/karena begini untuk anak perempuan anak laki-laki/
Artinya Bagi kami anak-cucu laki-laki dan perempuan
Malomen ma sinmakan/
/saling suka dan saling senang/
Artinya Demi kebahagiaan dan masa depan anak-cucu
/Tatam sinen neu nije nopon, bakse nopon/
/masukkan mereka di tiang lubang, akar lubang/
Artinya Melalui dunia pendidikan
/Hukut nahel naat nahel/
/pegang kuat pegang erat/
Artinya Bekal ilmu pengetahuan yang memadai
/Neu lele tofan tuae helen/
/untuk kebun siangan arak irisan/
Artinya Mampu mengamalkan ilmu dalam hidup bermasyarakat
/Lele tofan he namak, tua helen he naoe/
/kebun siangan supaya bernasi, arak irisan supaya berair/
Artinya Ketika mengenyam pendidikan
/Hen oinsok tiulsok
/supaya mondar-mandir perkumpulan/

119
Artinya Ketika menyelesaikan tugas ini di sini dan di kampus
/Neu ume nuban /
/pada rumah dua/
Artinya Dua tugas
/Ala manikin ma oe tene/
/hanya dingin dan air dingin/
Artinya Hanyalah berkat kesehatan jiwa dan raga yang menyertai
/Neu tukan ala manikin oe tene/
/untuk hanya dingin air dingin/
Artinya Dan pada akhirnya mencapai cita cita
6. Dapat mendorong proses apresiasi, partisipasi sekaligus

meminimalkan solidaritas kesadaran dari berbagai pihak yang

memegang pentingnya nilai-nilai lokal dalam pemikiran dan

pemahamannya serta tindakannya. Tertuang pada bait berikut:

/Mana mnes netsen neu apinat aklahat/


/terima beras persembahan kepada yang bernyala yang membara/
Artinya Sampaikan permohonan kami kepada Yang Maha Kuasa
/Afi nabela naen toni lasi, neu matob feto
mone/
kemarin simpan telah tutur masalah, kepada masy. perempuan laki-
laki/
Artinya Awal mulanya adalah sabda, tentang beranak-cucu
/Na in naket matobtaenkuk neuba feto mone/
/itu dia hubung masyarakat karena perempuan laki-laki/
Artinya Tentang garis keturunan
/Natuin afi manatan mahuktan/
/karena kemarin perjanjian peneguhan/
Artinya Demi cita cita
/Abnon melu ainluik none/
/benang gulung bersisir perak/
Artinya Ilmu dan gelar pendidika

120
Lampiran 07

FOTO PENELITIAN

121
122
123
124

Anda mungkin juga menyukai