Metode ilmiah suatu ilmu pengetahuan yaitu segala cara yang dipakai dalam ilmu
tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan. Tanpa metode ilmiah, suatu
ilmu pengetahuan bukanlah suatu ilmu, melainkan suatu himpunan pengetahuan
saja tentang berbagai gejala alam atau masyarakat tanpa ada kesadaran tentang
hubungan antara gejala-gejala yang terjadi. Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai
melalui tiga tingkat, yaitu pengumpulan data, penentuan ciri-ciri umum dan sistem,
serta verifikasi. Untuk antropologi budaya, tingkat ini adalah pengumpulan fakta
mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara
ilmiah. Metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat digolongkan ke
dalam tiga golongan dan masing-masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu
penelitian lapangan, penelitian di laboratorium, dan penelitian dalam perpustakaan.
Verifikasi
Metode untuk verifikasi atau pengujian terdiri dari cara-cara menguji rumusan
kaidah-kaidah atau memperkuat pengertian yang telah dicapai, dilakukan dalam
kenyataan alam atau masyarakat yang hidup. Di sini proses berpikir berjalan secara
deduktif yaitu dari perumusan-perumusan umum kembali ke arah fakta-fakta yang
khusus. Ilmu antropologi yang lebih banyak mengandung pengethauan berdasarkan
pengertian daripada pengetahuan berdasarkan kaidah, mempergunakan metode-
metode verifikasi bersifat kualitatif. Dengan mempergunakan metode kualitatif, ilmu
antropologi mencoba memperkuat pengertiannya dengan menerapkan pengertian
itu dalam kenyataan, yaitu pada beberapa masyarakat yang hidup, tetapi dengan
cara mengkhusus dan mendalam.
Sebagai contoh, mungkin sepuluh tahun yang lalu alat komunikasi yang dipergunakan
masyarakat di sekitarmu tidak seperti yang sekarang? Mungkin juga, alat transportasi
yang menjadi andalan masyarakat luas sepuluh tahun yang lalu berbeda dengan yang
sekarang, ataupun sistem pemerintahan yang diterapkan di dalam kehidupan
bermasyarakat sepuluh tahun yang lalu berbeda dengan sekarang, dan seterusnya.
Nah, tidak sulit kiranya bagi para siswa SMA untuk melakukan penelitian yang berkaitan
dengan kebudayaan. Hasil penelitian tersebut, jika dituangkan dalam bentuk karangan
atau uraian merupakan deskripsi mengenai kebudayaan masyarakat yang disebut
etnografi.
A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti
tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalah deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa
pendapat ahli antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut.
1. Menurut pendapat Spradley dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan
menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan.
2. Menurut pendapat Spindler dalam Yad Mulyadi (1999), etnografi adalah kegiatan
antropologi di lapangan.
3. Menurut pendapat Koentjaraningrat (1985), isi karangan etnografi adalah suatu
deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa.
B. Penelitian Etnografi
Cara untuk melakukan studi tentang etnografi, bukanlah hal yang mudah karena
berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan yang dilakukan oleh anggota suatu suku
bangsa. Padahal ada suku bangsa yang anggotanya sangat banyak bahkan mencapai
jutaan penduduk. Oleh karena itu, seorang ahli antropologi yang menulis tentang
sebuah etnografi tentu tidak mampu mencakup keseluruhan penduduk anggota dari
suku bangsa yang besar tersebut dalam deskripsinya. Dalam penulisan etnografi, pada
umumnya seorang peneliti membatasi objek penelitian dengan mengambil salah satu
unsur kebudayaan yang diteliti pada sekelompok masyarakat tertentu.
Pada zaman sekarang memang tidak mudah untuk memperoleh daerah yang
penduduknya hanya dihuni oleh suku bangsa asli, apalagi jika penelitian dilakukan di
kota besar atau desa yang memungkinkan hadirnya kaum pendatang menetap di daerah
tersebut.
b. Kesatuan masyarakat yang terdiri atas penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau
satu logat bahasa yang sama.
c Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politik-administratif.
e. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan
kesatuan daerah fisik.
h. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dan lainnya
merata tinggi.
Dalam karangan etnografi, lokasi pe-nelitian yang telah ditentukan perlu di deskripsikan.
Deskripsi lokasi penelitian mengenai hal-hal berikut.
a. Ciri-ciri geografis, yaitu mengenai iklim (misal: tropis, sedang, mediteran, dan kutub),
sifat daerah (misal: pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, kepulauan, rawa-rawa,
hutan tropikal, sabana, stepa, gurun, dan sebagainya), keadaan suhu rata-rata dan curah
hujan.
b. Ciri-ciri geologi dan geomorfologi yang berkaitan dengan kondisi tanah.
e. Catatan tentang asal mula sejarah terbentuknya suku bangsa (penduduk di lokasi
pengamatan tersebut).
Untuk melengkapi deskripsi mengenai lokasi penelitian perlu dilengkapi dengan peta-
peta yang memenuhi syarat ilmiah. Peta-peta tersebut melukiskan keadaan lokasi
penelitian.
Setelah lokasi ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan bahan mengenai
kesatuan kebudayaan suku bangsa di lokasi yang dipilih tersebut. Hal itu merupakan
kerangka etnografi. Penelitian etnografi merupakan penelitian yang bersifat holistik atau
menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya kepada
salah satu atau beberapa variabel tertentu saja. Hal itu didasarkan pada pandangan
bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang
tidak dapat dipisahkan.
Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapat dijadikan sebagai
kerangka etnografi sebagai berikut.
a. Bahasa.
b. Sistem teknologi.
c. Sistem ekonomi.
d. Organisasi sosial.
e. Sistem pengetahuan.
f. Kesenian.
g. Sistem religi.
Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan bahasa isyarat saat pertama
bertemu dengan orang asing. Hal yang lazim dilakukan oleh orang saat pertama
bertemu dengan orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi dengan
bahasa lisan yang biasa ia gunakan.
Dengan mengamati interaksi sesama penduduk, dapat ditemukan jenis bahasa lokal
yang mereka gunakan sebagai komunikasi lisan sehari-hari. Dengan menjumpai
pemakaian bahasa ini, peneliti dapat menganalisis tentang kedudukan bahasa lokal
dikaitkan dengan bahasa resmi yang dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam
komunikasi lisan antar penduduk suku bangsa yang berbeda.
Dengan mengamati sistem teknologi yang berkembang di dalam kehidupan penduduk,
peneliti dapat memfokuskan perhatiannya kepada benda-benda kebudayaan dan alat-
alat kehidupan sehari-hari yang sifatnya konkret. Berkaitan dengan sistem ekonomi yang
menjadi perhatian dalam penulisan etnografi, hal yang perlu mendapatkan perhatian
dari peneliti adalah jenis mata pencaharian utama yang dilakukan penduduk dalam
upaya memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Deskripsi tentang sistem kesenian yang ada dalam kehidupan masyarakat mencakup
tentang berbagai bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa
tersebut. Bidang seni yang menunjukkan identitas khas masyarakat/suku bangsa, antara
lain seni bangunan, seni lukis, seni tari, seni musik tradisional, dan seni vokal.
Deskripsi tentang sistem religi yang dianut masyarakat/ suku bangsa di daerah penelitian
berkaitan dengan kepercayaan, gagasan, ataupun keyakinan-keyakinan yang
berkembang di dalam kehidupan masyarakat/suku bangsa tersebut. Oleh karena itu,
peneliti harus tanggap terhadap unsur dalam sistem religi tersebut.
3. Menentukan Metodologi Penelitian Etnografi
Studi etnografi tidak terlepas dari teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan
penelitian etnografi, karena etnografi merupakan sebuah pendekatan penelitian secara
teoritis. Oleh karena itu, seorang peneliti di lapangan terlebih dahulu harus menguasai
metode-metode yang terkait dengan kegiatan penelitiannya.
Banyak metode yang dapat dipilih dalam melaksanakan studi etnografi. Metode yang
paling tepat digunakan, antara lain metode observasi dan metode interview.
a. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam
penelitian. Dalam arti sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti
luas, observasi merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari berbagai proses
biologis maupun psikologis. Dalam metode observasi yang terpenting adalah proses
pengamatan dan ingatan.
1. Menyediakan waktu yang lebih banyak agar dapat melihat objek yang komplek
dari berbagai segi secara berulang-ulang.
2. Menggunakan orang ( petugas pengamat/observers) yang lebih banyak untuk
melihat objeknya dari segi-segi tertentu dan mengintegrasikan hasil-hasil
penyelidikan mereka agar diperoleh gambaran tentang keseluruhan objeknya.
3. Mengambil lebih banyak objek yang sejenis agar dalam jangka waktu yang
terbatas dapat disoroti objek-objek itu dari segi-segi yang berbeda-beda oleh
penyelidik yang terbatas jumlahnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ingatan dalam proses observasi dapat diantisipasi dengan
cara sebagai berikut.
Menurut Rummel, beberapa petunjuk yang dapat diikuti dalam melaksanakan observasi
sebagai berikut.
Menurut Good, observasi dalam metodologi penelitian mengandung enam ciri sebagai
berikut.
b) Waktu dan bentuk pencatatan. Saat pencatatan yang terbaik adalah model "on the
spot", yaitu melakukan pencatatan segera saat pengamatan berlangsung. Tiap
pencatatan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk kronologis dan bentuk
sistematik. Bentuk kronologis didasarkan pada urutan kejadiannya, sedangkan bentuk
sistematik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam kategori-kategori masing-masing
tanpa memerhatikan urutan kejadiannya.
c) Hubungan baik antara observers dengan objek yang diamati (observees). Untuk
mewujudkan hubungan yang baik antara observers dengan observees dapat dilakukan
dengan cara:
d) Intensi dan ekstensi keterlibatan observers dalam partisipasi, yaitu sejauh mana
keterlibatan observers dalam observasi partisipan. Dalam hal ini observers dapat
mengambil bagian dalam kegiatan observasi, yaitu dengan cara sebagai berikut.
Adapun sejauh mana tingkat keterlibatan atau partisipasi peneliti (observers) dalam
setiap kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut.
Adapun observasi non partisipan adalah observasi yang dilakukan di mana observers
sama sekali tidak ikut terjun dalam kegiatan objek yang diamati.
a) Materi yang akan diobservasi. Materi yang akan diobservasi pada umumnya telah
dibatasi, sehingga observers tidak memiliki kebebasan dalam melakukan pengamatan.
1. Observasi pendahuluan.
2. Perumusan sementara (konsep).
3. Adanya uji coba (try out) terhadap konsep yang telah disusun.
4. Perbaikan dari hasil uji coba.
5. Dilakukan uji coba lagi - diperbaiki - diuji cobakan, dan seterusnya hingga
diperoleh rumusan yang final.
Observasi Eksperimental sering disebut sebagai observasi dalam situasi tes. Ciri-ciri
observasi eksperimen sebagai berikut.
b) Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku
yang akan diamati oleh observers.
c) Situasi dibuat sedemikian rupa, sehingga observees tidak mengetahui maksud yang
sebenarnya dari kegiatan observasi tersebut.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni untuk
menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Dalam hal
ini, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkah laku observees telah dikontrol
secermat-cermatnya, sehingga tinggal satu atau dua faktor untuk diamati sejauh mana
pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu dari tingkah laku.
Melalui observasi eksperimental, observers memiliki kesempatan/peluang untuk
mengamati sifatsifat tertentu yang jarang sekali muncul dalam situasi normal. Sebagai
contoh, ketidakjujuran, keberanian, dan reaksi terhadap frustrasi. Observasi
eksperimental merupakan observasi yang distandardisasi secermatcermatnya.
Dengan demikian, hasil observasi dapat dipergunakan untuk menilai reaksi-reaksi khusus
atau perilaku istimewa dari setiap orang. Adapun observasi non eksperimental
merupakan kebalikan dari observasi eksperimental. Hal yang paling utama dalam
kegiatan observasi adalah terkumpulnya hasil observasi sebagai bahan utama yang
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap hasil penelitian. Agar hasil
observasi dapat diperoleh secara optimal, diperlukan beberapa alat yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data hasil pelaksanaan observasi.
Catatan anekdot (anecdotal record) sering disebut sebagai daftar riwayat kelakuan.
Catatan anekdot (Anecdotal record) merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh
observers selama pengamatan berlangsung mengenai kelakuan-kelakuan yang dianggap
luar biasa. Catatan tersebut dibuat secepat-cepatnya setelah terjadi peristiwa yang
dianggap istimewa. Hal yang dicatat adalah kronologis atau bagaimana kejadian
tersebut berlangsung dan bukan mengenai pendapatnya terhadap kejadian tersebut.
Penggunaan catatan anekdot (anecdotal record) memerlukan waktu yang sangat
panjang, sehingga dinilai tidak efektif.
2) Catatan berkala
Catatan berkala dilakukan observers pada waktu tertentu saja secara periodik.
Selanjutnya observers menuliskan kesan/pendapatnya.
Daftar pengamatan (check list) adalah suatu daftar berisi nama-nama subjek dan faktor-
faktor yang akan diselidiki. Pembuatan daftar pengamatan (check list) bermaksud agar
pengamatan berlangsung secara sistematis.
a) Hallo effects error adalah bentuk penyimpangan yang terjadi karena observees
terpikat dengan kesan-kesan umum yang baik/menyenangkan dari observers, padahal
observers tidak sedang menyelidiki kesan umum tersebut. Sebagai contoh, orang
memberikan nilai baik pada orang yang berpenampilan rapi dan memberikan nilai
kurang pada orang yang berpenampilan kurang baik. Padahal penampilan rapi belum
tentu menunjukkan sifat yang baik dan sebaliknya penampilan yang kurang menarik
belum tentu orangnya bersifat jelek/bodoh.
b) Generosity effects adalah bentuk penyimpangan yang terjadi karena adanya keinginan
untuk berbuat baik yang datang dari pihak observers. Dalam situasi yang meragukan
kadangkala pihak observers cenderung memberikan penilaian yang menguntungkan
kepada pihak yang dinilai.
c) Carry-over effects adalah bentuk penyimpangan yang muncul karena observers dalam
memberikan pencatatan terhadap gejala yang muncul terpengaruh oleh pencatatan
terhadap gejala yang muncul sebelumnya.
c) dapat dipergunakan sebagai referensi dalam menyusun bahan penelitian yang akan
datang;
d) dapat dipergunakan untuk merevisi atau memperbaiki hasil penelitian agar lebih
cermat/teliti.
Tinggi rendahnya kadar ilmiah yang terkandung dalam sebuah hasil observasi sangat
ditentukan oleh berbagai hal. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecermatan
hasil observasi sebagai berikut.
1. Tidak semua kejadian dapat diamati secara langsung, misal tentang kehidupan
pribadi seseorang atau adanya perasaan yang dirahasiakan sehingga tidak
nampak dalam perilaku secara konkret.
2. Kemungkinan perilaku yang ditunjukkan observees tidak sebenarnya (pura-pura)
karena tahu sedang diamati/diteliti.
3. Kadangkala timbulnya kejadian sulit diramalkan, sehingga sering muncul kejadian
tanpa diketahui atau tanpa kehadiran observers.
4. Kemungkinan adanya gangguan yang menghalangi proses pengamatan, misal
gangguan cuaca.
5. Berlangsungnya suatu kejadian yang waktunya tidak menentu, kadang sangat
cepat kadang juga memerlukan waktu yang amat lama.
b. Metode Interview
Melalui interview dapat digali pengalaman masa lalu seseorang serta rahasia-rahasia
yang dimiliki dalam hidupnya, sekaligus menangkap ekspresi seseorang. Oleh karena itu,
diperlukan keahlian khusus bagi si pewawancara (interviewer atau information hunter)
untuk memperoleh data yang lengkap dan cermat dari narasumber (interviewee atau
information supplyer). Data yang akurat sangat penting peranannya dalam menghasilkan
penelitian yang objektif. Pada hakikatnya fungsi interview atau wawancara dalam suatu
penelitian dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Sebagai metode primer, inteview digunakan sebagai metode pokok dan satu-
satunya alat pengumpul data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Bagi
seorang jurnalis interview merupakan metode primer.
2. Sebagai metode pelengkap, hasil interview dimaksudkan untuk melengkapi data
hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Bagi seorang peneliti
seringkali interview dilakukan untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan
dari hasil pengamatan.
3. Sebagai kriterium, interview dilakukan untuk menguji kebenaran dan kemantapan
suatu data yang telah diperoleh dengan cara lain. Dalam hal ini interview
berperan sebagai alat pengukur sah tidaknya data yang telah diperoleh
sebelumnya. Teknik cek-ricek interview dengan narasumber merupakan contoh
pemakaian interview sebagai kriterium.
Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin, dalam proses interview harus terjalin
suasana hubungan yang harmonis dalam bentuk hubungan kerja sama antara pihak
pewawancara (interviewer) dengan pihak narasumber atau yang diwawancarai
(interviewee). Suasana yang baik yang diperlukan dalam proses interview adalah suasana
yang saling mempercayai, kerja sama, dan saling menghargai antara interviewer dengan
interviewee.
Oleh karena itu, peran seorang interviewer bukan sekedar sebagai pencari informasi
(information getting) saja, melainkan juga harus berperan sebagai motivator bagi
terbentuknya suasana interview yang sebaik-baiknya.
Peran interviewer sebagai motivator dalam proses interview dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
Agar terjalin hubungan baik antara interviewer dengan narasumber (interviewee), maka
seorang interviewer harus bersedia mengorbankan sebagian waktu interviewnya untuk
mengantarkan interaksinya ke dalam situasi interview yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menciptakan hubungan baik antara
interviewer dengan interviewee sebagai berikut.
Lancar tidaknya suatu proses wawancara sangat bergantung pada keahlian interviewer
dalam melontarkan pertanyaan dan memancing jawaban yang sejujur-jujurnya dari
narasumber. Oleh karena itu, untuk dapat menjadi seorang interviewer yang handal
perlu adanya latihan-latihan, terutama dalam menjalin komunikasi dengan orang lain.
1) Pertanyaan-pertanyaan pembukaan
Untuk menciptakan suasana dan hubungan yang baik diperlukan keahlian dari pihak
interviewer dalam menjalin interaksi sosial. Pada awal wawancara diajukan pertanyaan-
pertanyaan yang netral, ringan dan menarik minat narasumber. Hindarkan kesan awal
yang seram, tegang, penuh tekanan atau berkesan menyelidiki/curiga. Dengan demikian,
narasumber akan menjawab dengan hangat dan akrab.
2) Gaya bicara
Gaya bicara sangat menentukan suasana wawancara sekaligus memengaruhi hubungan
interviewer dengan narasumber. Berbicaralah terus terang, secara sederhana serta
hindari pembicaraan yang berbelit-belit dan tidak jelas akar permasalahannya.
Suasana rileks dalam proses wawancara ditentukan pula oleh nada dan irama
pembicaraan yang diucapkan oleh interviewer. Hindari nada suara yang monoton,
membentak-bentak, kasar, dan cenderung menginterogasi. Hal tersebut akan
menimbulkan suasana tegang dan tidak menyenangkan, sehingga dapat mengakibatkan
narasumber tidak mau diwawancarai. Irama pertanyaan pun perlu diatur, jangan terlalu
lamban atau terlalu cepat, sehingga narasumber dapat memahami apa yang diinginkan
interviewer.
4) Sikap bertanya
Suasana yang menyenangkan dalam wawancara adalah suasana yang rileks. Proses
pembicaraan, seperti berbicara dengan sahabat dan tidak kaku. Sikap interviewer yang
perlu dihindari dalam interview sebagai berikut.
5) Mengadakan paraphrase
Prodding atau probing artinya mengadakan penggalian yang lebih dalam atau
melakukan penyelidikan secara menyeluruh dan saksama. Interviewer harus mampu
memancing narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat agar narasumber
bersedia memberikan penjelasan/informasi sedalam mungkin.
7) Mengadakan pencatatan
Mencatat hasil wawancara merupakan bagian yang penting dari suatu proses
wawancara. Jika memungkinkan, cara yang terbaik adalah melakukan pencatatan
sesegera mungkin untuk menghindari kesesatan-kesesatan recording. Oleh karena itu,
interviewer perlu mengembangkan kecakapan mencatat on the spot. Di era sekarang ini
pencatatan hasil wawancara bisa dikesampingkan mengingat adanya sarana perekam
yang cukup canggih. Namun kadangkala narasumber merasa tidak nyaman, jika dalam
pelaksanaan wawancara disertai dengan adanya alat perekam, sehingga dalam
mengemukakan pendapat atau menyampaikan informasi bisa terlalu hati-hati atau
bahkan terkesan dibatasi.
Akan tetapi, jika pencatatan hasil wawancara tidak dilakukan sesegera mungkin atau
tidak secara on the spot, maka akan terjadi kelemahan sebagai berikut.
b) Adanya sikap factual, artinya tidak terkurung oleh alur pemikirannya sendiri dan tidak
menarik kesimpulan tanpa dilandasi fakta yang objektif.
Topik interview disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Dalam hal ini
peneliti sebagai calon interviewer harus mampu menyusun kisi-kisi yang memuat
jabaran tentang data yang akan dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan penelitian.
Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat, maka diperlukan narasumber yang
tepat. Misal: seorang peneliti ingin mengetahui berapa tingkat kelulusan siswa setiap
tahun di suatu kabupaten, maka narasumber yang cocok adalah pejabat di dinas
pendidikan dan bukannya mencari data ke kelurahan. Sebaliknya jika ingin mengetahui
sejauh mana tingkat mobilitas warga desa, narasumber yang paling tepat adalah pejabat
yang berwenang di kantor kelurahan, bukan di kantor dinas kesehatan. Oleh karena itu,
diperlukan kejelian peneliti untuk mengaitkan data dengan narasumber yang tepat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini memungkinkan setiap saat
interviewer mengecek kesiapan dan kesediaan narasumber untuk melakukan interview
sesuai janji yang telah disepakati sebelumnya.
Sebagai langkah terakhir dalam persiapan proses interview adalah menyusun pedoman
wawancara atau interview guide yang berisi daftar pertanyaan yang akan ditanyakan
kepada narasumber.
a) Sebagai pedoman atau panduan tentang pokok pembicaraan agar tidak menyimpang
dari tujuan penelitian.
Untuk menyusun pedoman wawancara yang baik dan lengkap, peneliti perlu
mempersiapkan kisi-kisi yang menjabarkan data-data yang akan diperlukan dalam
penelitian untuk ditanyakan kepada narasumber. Misal: peneliti memerlukan data
tentang natalitas (angka kelahiran) penduduk, maka hal yang ditanyakan antara lain
mencakup:
d) jumlah puskesmas;
e) jumlah bidan;
f) dan sebagainya yang berkaitan dengan masalah kelahiran, secara lengkap sehingga
dari hasil wawancara tersebut peneliti dapat menganalisis data yang berkaitan dengan
data pokok yang dibutuhkan.
Dalam metode interview beberapa teknik yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai
berikut.
a) Proses wawancara berlangsung kaku, kurang dapat disesuaikan dengan suasana yang
ada.
c) Data yang diperoleh kurang mendalam, karena hanya terbatas pertanyaan yang telah
disiapkan dan tidak memberikan kesempatan interviewer untuk mengembangkan materi
pertanyaan meskipun kemungkinan terbuka peluang untuk menggali informasi lebih
dalam dari narasumber.
Teknik interview tak terpimpin sering disebut sebagai nondirective interview atau
unguided interview. Teknik interview tak terpimpin merupakan bentuk wawancara yang
berlangsung spontan, banyak dikuasai oleh keinginan atau kecenderungan interviewer
tanpa dikendalikan oleh suatu pedoman interview, sehingga cenderung mengarah
kepada pembicaraan bebas atau free talk.
Meskipun demikian pelaksanaan teknik interview tak terpimpin ini memiliki kebaikan.
Kebaikan pelaksanaan teknik interview tak terpimpin sebagai berikut.
a) Merupakan teknik interview yang cocok digunakan pada tahap penelitian awal.
d) Memungkinkan diperoleh data yang khusus dan mendalam, karena suasana yang
bebas mengakibatkan narasumber merasa leluasa untuk mengungkapkan apa yang ada
dalam isi hatinya tanpa ragu.
3) Teknik interview bebas-terpimpin
Merton dan Kendall yakin bahwa focussed interview merupakan jenis interview yang
serba guna, karena dengan menerapkan teknik ini, peneliti dapat:
a) mengetes validitas suatu hipotesis yang bersumber pada suatu analisis dan teori sosial
psikologis;
b) memperoleh respon-respon yang tak diduga terhadap situasi tertentu, sehingga
muncul hipotesishipotesis baru yang masih segar.
Jika ditinjau dari jumlah interviewee (narasumber) yang dihadapi, teknik interview dapat
dibedakan menjadi dua yakni interview pribadi dan interview kelompok.
a) Interview pribadi atau personal interview adalah wawancara yang dilakukan secara
berhadap-hadapan atau face to face antara interviewer dengan interviewee. Pelaksanaan
interview pribadi ini memberikan suasana privacy yang maksimal, sehingga
kemungkinan untuk memperoleh data yang intensif sangatlah besar. Selain itu ketelitian
dan kemantapan hasil interview dapat diperoleh secara maksimal, jika pada saat
wawancara berlangsung dilakukan cecking. Interviewer dapat secara mudah mengawasi
segala bentuk gerak-gerik narasumber, sehingga interviewer mudah memberikan
penilaian terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber. Berdasarkan
penilaian jawaban itu, interviewer dapat memutuskan perlu tidaknya melakukan probing
atau tidak, melakukan paraphrasering ataukah tidak.
b) Interview kelompok atau group interview adalah wawancara yang dilakukan oleh
interviewer terhadap beberapa orang interviewee (narasumber) sekaligus. Penerapan
interview kelompok ini sangat berguna sebagai alat pengumpulan data yang sekaligus
difungsikan sebagai proses check-cross check. Di mana para anggota dapat saling
mengontrol jawaban rekan-rekannya, melengkapi mana yang kurang dan lebih
menjelaskan mana yang nampak masih samar-samar.
Dalam melaporkan hasil interview kadangkala terjadi banyak kesalahan. Adapun sumber
kesalahan tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Error of Recognition
Error of Recognition adalah kesalahan yang disebabkan karena ingatan interviewer yang
tidak bekerja sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi, jika interviewer adalah seorang yang
pelupa, sulit mengingat dan merekonstruksi kembali jawaban narasumber, jarak antara
pelaksanaan wawancara dengan pencatatan hasil wawancara cukup lama, adanya
keinginan yang besar dari interviewer untuk memasukkan hasil pemikiran atau
pendapatnya ke dalam hasil jawaban narasumber, atau penyebab lain yang
menyebabkan kemampuan mengingat interviewer rendah.
2) Error of Omission
Error of Omission adalah kesalahan hasil pertanyaan yang disebabkan oleh adanya hal-
hal yang seharusnya dilaporkan atau dicatat tetapi justru dilewatkan begitu saja oleh
interviewer. Hal itu bisa terjadi jika pencatatan hasil wawancara secara on the spot,
sehingga terburu-buru dan banyak yang terlewatkan.
3) Error of Addition
Error of Addition adalah kesalahan yang terjadi karena interviewer terlalu berlebihan
dalam memasukkan pendapatnya atau terlalu berlebihan dalam mengolah hasil jawaban
narasumber, sehingga justru mengaburkan informasi yang sebenarnya. Hal itu terjadi
karena interviewer ingin menjadikan hasil jawaban narasumber sebagai sesuatu yang
lain, misal lebih didramatisir untuk menarik minat pembaca.
4. Error of Substitution
5) Error of Transpotition
Error of Transpotition adalah kesalahan yang terjadi karena ingatan interviewer tidak
mampu mereproduksi urutan kejadian menurut waktu atau sesuai hubungan antara
fakta-fakta seperti apa adanya, tetapi interviewer menuliskan urutan atau hubungan
tersebut yang tidak sesuai apa adanya. Hal itu terjadi jika interviewer tidak memahami
kronologis suatu kejadian dan mencoba untuk merangkai sendiri menurut
pemahamannya, padahal itu tidak benar.
Berbagai kesalahan dari hasil laporan wawancara tersebut dapat ditekan serendah
mungkin dengan menggunakan alat-alat bantu audio visual yang mendokumentasikan
proses wawancara. Penerapan metode interview dalam mengumpulkan data untuk
penelitian memiliki kebaikan dan kelemahan.
1. Merupakan salah satu metode terbaik yang dipergunakan untuk menilai keadaan
pribadi.
2. Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan tingkatan pendidikan subjek yang diteliti.
3. Dalam penelitian-penelitian sosial, metode interview merupakan metode
pelengkap yang selalu dipergunakan.
4. Dengan unsur fleksibilitas/keluwesan yang dimilikinya, metode interview cocok
sekali dipergunakan sebagai kriterium atau alat verifikasi terhadap data yang
diperoleh dengan metode lain.
5. Dapat dilaksanakan sambil melakukan observasi.
Namun bahasa induk masing-masing orang tadi termasuk keluarga bahasa yang
berlainan. Bahasa orang Muang Thai adalah bahasa Sino-Tibetan, bahasa Khmer
termasuk dalam keluarga bahasa Austro-Asia, sedangkan bahasa Sunda termasuk
keluarga bahasa Austronesia. Demikian halnya kebudayaan dari ketiga suku bangsa
tersebut tidaklah sama. Kebudayaan Thai dan Khmer terpengaruh dalam kebudayaan
Buddha, sedangkan kebudayaan Sunda terpengaruh kebudayaan Islam.
Akan tetapi ada pula suku bangsa yang berbeda ras namun memiliki bahasa induk yang
berasal dari satu keluarga bahasa. Misal: orang Huwa yang tinggal di pedalaman
Madagaskar, orang Jawa di pulau Jawa, dan orang Bgu di pedalaman Papua. Ketiganya
dari ras yang berlainan, yakni orang Huwa dari ras Negroid dengan unsur ras Kaukasoid-
Arab, orang Jawa termasuk ras Mongoloid dan orang Bgu termasuk ras Melanesoid.
Namun, ketiganya menggunakan bahasa yang berasal dari satu induk keluarga bahasa
yang sama yaitu keluarga bahasa Austronesia.
Pada umumnya persebaran bahasa lokal disebabkan oleh faktor sebagai berikut.
Dalam pelaksanaan penelitian, beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti
sebagai berikut.
1. Unsur atau masalah apa yang akan dijadikan objek penelitian. Misal tentang
persebaran bahasa lokal, perlu dibatasi mengenai apa yang akan disoroti, antara
lain tentang logat, kosakata, persamaan atau perbedaannya, dan faktor yang
menentukan persebaran. Dalam menentukan unsur yang terkandung dalam
permasalahan ini perlu didiskusikan dengan bimbingan guru yang berkompeten.
Sebagai contoh, peneliti ingin memilih topik tentang persebaran bahasa, maka
perlu bimbingan khusus dari guru bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa
daerah.
2. Menentukan metode yang akan digunakan. Dalam hal ini dipilih metode yang
tepat untuk memperoleh data sesuai dengan unsur-unsur yang akan diteliti.
3. Menentukan daerah penelitian. Sesuai dengan tema, yaitu mengenai persebaran
bahasa lokal, maka daerah yang dijadikan objek penelitian terutama daerah-
daerah yang menggunakan bahasa lokal tersebut, termasuk daerah lain yang
berbatasan dengan daerah yang masyarakatnya menggunakan bahasa lokal
tersebut.
4. Menyusun kerangka dasar penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam
kegiatan pengumpulan data.
5. Melaksanakan kegiatan penelitian.
6. Menyusun laporan.
Dari keseluruhan urutan kegiatan tersebut sebelumnya disusun proposal atau progam
kerja yang dilengkapi dengan jadwal kegiatan atau "schedule" pelaksanaan kegiatan.
Dengan tersusunnya program kerja, siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai alokasi
waktu dan target yang telah ditetapkan. Penyusunan laporan merupakan tahap akhir dari
rangkaian kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian ditutup dengan presentasi, yaitu
penyajian hasil penelitian. Adapun penyajian hasil penelitian dapat dipaparkan dalam
forum diskusi yang diikuti seluruh siswa di kelas maupun khusus
dipertanggungjawabkan di depan tim penguji.
Dalam presentasi tersebut dibuka kesempatan bagi para peserta diskusi atau tim penguji
untuk menyanggah, memberikan saran ataupun kritikan terhadap hasil penelitian yang
telah dilakukan siswa.
Langkah terakhir dari keseluruhan rangkaian proses penelitian adalah menyusun laporan.
Hasil laporan penelitian merupakan upaya mengomunikasikan hasil penelitian dari
peneliti kepada khalayak umum. Melalui laporan penelitian, masyarakat luas dapat
memetik hasil dari suatu penelitian dan sekaligus memenuhi salah satu syarat penelitian
ilmiah, yaitu bersifat terbuka.
Penyusunan laporan harus ditulis menurut tata tulis penulisan ilmiah. Banyak variasi tata
tulis penulisan ilmiah, namun secara garis besar sebuah laporan penelitian ilmiah
memuat hal-hal berikut.
1. Bagian awal, berisi tentang:
a. Halaman judul: judul ditulis dengan kalimat pernyataan secara ringkas dengan
menggunakan bahasa yang baku.
b. Halaman kata pengantar, memuat kalimat singkat yang mengantarkan pembaca untuk
menikmati hasil laporan, disertai ucapan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu pelaksanaan penelitian dan harapan serta kritikan dari pembaca.
c. Halaman daftar isi, memuat judul tiap bab/subbab dan di halaman mana bab/subbab
tersebut berada.
e. Halaman daftar gambar: jika dalam laporan tersebut terdapat gambar perlu diberi
nomor urut dan diberi judul gambar.
a. Latar belakang masalah: memuat tentang alasan mengapa peneliti memilih topik
penelitian tersebut.
a. Daftar kepustakaan: memuat daftar referensi atau literatur yang dipergunakan sebagai
acuan dalam penelitian tersebut. Penulisan daftar kepustakaan memuat: nama
pengarang, tahun penerbitan, judul buku, penerbit, dan kota tempat penerbitan buku
referensi tersebut.
b. Lampiran-lampiran: semua bukti fisik lampiran yang mendukung penelitian baik dalam
bentuk kelengkapan administrasi (perizinan) maupun lampiran yang dipergunakan
dalam penelitian tersebut.
1. makalah;
2. paper/kertas kerja;
3. gambar-gambar hasil dokumentasi;
4. artikel.
Rangkuman :
b. Metode penelitian etnografi yang utama adalah metode observasi dan metode
interview.
c. Teknik penerapan metode observasi sebagai berikut.
c. Alat observasi meliputi catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala, daftar
pengamatan (check list), skala pengukur (rating scale), dan peralatan penunjang
(mechanical devices).
d. Hal-hal yang perlu dikuasai oleh peneliti dalam pelaksanaan metode interview sebagai
berikut.
1. Interview terpimpin
2. Interview tak terpimpin
3. Interview bebas-terpimpin
1. Halaman Judul
2. Halaman Kata Pengantar
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Daftar Tabel (jika ada)
5. Halaman Daftar Gambar (jika ada)
6. Halaman Lampiran (jika ada)
1. Daftar Kepustakaan
2. Lampiran-lampiran (jika ada)
j. Hasil laporan penelitian dapat berbentuk makalah, kertas kerja, gambar hasil
dokumentasi, dan artikel.
Ada dua orang bertemu yang berasal dari suku bangsa yang berbeda. Mereka berdua
saling menilai. Yang satu berpikir, kok orang ini beda sekali dengan saya, bicaranya
lantang dengan dialek yang tegas dan kuat. Kalau bicara sangat keras seperti orang
marah, bicaranya terus terang dan tidak peduli pada perasaan orang lain. Dari mana asal
orang ini? Yang lainnya berpikir pula, orang ini kok beda sekali dengan saya, bicaranya
pelan dan lembut hampir tidak terdengar, sangat hati-hati dan setiap kalimat diatur
sedemikian rupa. Dari mana asal orang ini, kok beda dengan saya? Karena perbedaan
keduanya bersikap saling hati-hati, bahkan muncul rasa takut yang pada akhirnya
membuahkan permusuhan. Seandainya mereka belajar hasil studi Antropologi,
khususnya mengenai studi Ethnologi, tentu mereka akan dapat saling menerima dan
bersahabat dengan baik.
Masih banyak orang Indonesia yang masih heran ketika orang melihat suku Baduy
Dalam yang lebih suka berjalan kaki pada masa dimana begitu tersedia banyak sarana
transportasi, akibatnya banyak pandangan negatif terhadap mereka. Orang juga masih
sering heran dan bingung ketika melihat suku bangsa Asmat menggunakan koteka, pada
masa dimana berbagai masyarakat sudah menggunakan busana. Hal itu akan bisa
dipahami bila kita mempelajari hasil studi Ethnografi yang berhubungan dengan orang
Baduy dan Asmat, yang akan dapat digunakan untuk mempercepat perkembangan
kebudayaan mereka.
Setiap hari salah satu saluran televisi selalu menyiarkan ramalan cuaca. Adakah kita
mempedulikannya. Menurut ramalan cuaca, suatu daerah akan dilanda hujan yang
hebat, tetapi kita tidak mempedulikannya, bila ada kepentingan, meskipun dapat
ditunda, kita tetap pergi ke daerah itu. Herannya lagi, anak-anak remaja ditengah hujan
lebat yang diserta petir tetap saja asik bermain sepak bola di lapangan. Tidak lama
kemudian tersiar kabar duka cita, seorang anak remaja tewas tersambar petir ketika
bermain sepak bola di lapangan. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?
2. Apa Penyebabnya ?
Apa penyebabnya masih ada orang yang tidak dapat merendahkan kebudayaan suku
bangsa lain? Apa sebabnya masih timbul rasa heran, takut, tidak akrab dan merasa
berbeda bila kita bertemu dengan orang-orang di luar suku bangsa kita? Mengapa
terkadang masih sering muncul sikap anti pati terhadap kebudayaan suku bangsa lain
meskipun kita sesama bangsa Indonesia?
Jawaban yang sebab pertama untuk semua pertanyaan itu adalah ketidaktahuan
terhadap hasil-hasil studi Antropologi. Seandainya setiap orang Indonesia mengetahui
secara umum hasil studi ethnologi Indonesia, tentu mereka akan mengetahui keragaman
budaya sehingga tidak akan heran ketika bertemu berbagai jenis orang dari berbagai
suku bangsa. Mereka akan dapat saling menerima dan bersahabat dengan mesra.
Bagaimana cara memastikan agar orang tahu hasil penelitian sosial budaya? Tindakan
yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan hasil studi Antropologi untuk
memastikan bahwa semua orang mengenal keanekaragaman suku bangsa dan budaya
Indonesia. Mengkomunikasikan dilanjutkan dengan Sosialisasi studi Antropologi.
Sosialisasi hasil studi
b. Sosialisasi; menanamkan data, fakta, nilai-nilai hasil studi Antropologi kepada orang
lain sehingga mengetahui, bersikap dan berperilaku sesuai dengan hasil studi
Antropologi.
c. Motivasi; menjelaskan tujuan, manfaat dan kegunaan hasil studi. Antropologi dalam
kehidupan masyarakat dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dan memotivasi
orang menentukan pilihan dan keinginannya untuk bersikap dan bertindak sesuai
dengan hasil studi Antropologi.
a. Makalah
Setiap makalah setidaknya harus memuat 4 (empat) bagian utama, yaitu pendahuluan,
perumusan masalah, pembahasan masalah dan penutup. Pada prinsipnya keempat
bagian itu merupakan satu kesatuan. Pendahuluan akan menentukan perumusan
masalah, perumusan masalah akan menggiring pembahasan masalah yang selanjutnya
akan dengan Pendahuluan. Kemudian ke Perumusan Masalah, melaju ke Pembahasan
Masalah lalu ke bagian akhir Makalah, yaitu Penutup.
1) Judul
Temukan judul menarik yang berhubungan dengan studi Antropologi dalam kehidupan
peradaban manusia. Judul menunjukkan gambaran umum mengenai permasalahan yang
akan dibahas. Susunlah dengan kata-kata yang baik sehingga mudah dimengerti.
Contoh judul :
MAHALNYA BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
2) Pendahuluan
Pendahuluan berisi fakta-fakta kehidupan budaya manusia yang menjadi latar belakang
suatu pemilihan judul makalah. Pemaparan dapat digunakan dengan cara berpikir
induktif dan deduktif, kalian boleh memilih salah satunya sesuai dengan selera masing-
masing. Pendahuluan juga memaparkan adanya pertentangan-pertentangan dalam
kebudayaan manusia yang layak dipermasalahkan untuk mengembangkan kebudayaan
manusia itu sendiri.
3) Perumusan Masalah
Kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan itu, penulis tuangkan dalam perumusan
masalah sebagai berikut :
a) Apa penyebab terjadinya biaya pendidikan yang mahal pada sekolah menengah atas?
b) Adakah andil birokrasi pendidikan dalam menimbulkan biaya pendidikan mahal pada
sekolah menengah atas?
4) Pembahasan Masalah
Setelah ditemukan masalahnya tentu saja harus dibahas untuk menemukan penyebab
dan jalan keluar dari masalah yang dikemukakan. Pembahasan masalah sangat
tergantung pada tipe studi yang dilakukan. Pada tipe studi kuantitatif, selain didukung
oleh landasan teoritis, juga harus dilengkapi dengan berbagai angket (daftar pertanyaan
yang harus di isi responden yang dapat dipilih dengan acak) dan kuesioner (daftar isian
yang harus diisi oleh responden yang dapat ditentukan dengan pasti), atau wawancara,
kemudian hasil jawaban diolah dengan statistik dengan menggunakan rumus-rumus
tertentu. Pada tipe studi kualitatif, selain didukung oleh landasan teoritis, orang yang
melakukan studi harus terjun langsung ke lapangan untuk mengamati dan melihat
secara langsung kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan permasalahan. Harus
diadakan pengamatan berhari-hari, bahkan bila perlu tinggal bersama dengan
masyarakat yang akan diteliti.
Hasil pengamatan ini memberikan deskripsi dan paparan yang menyeluruh mengenai
kehidupan masyarakat yang bersangkut untuk menemukan sebab-sebab permasalahan
guna mencari dan menemukan jalan keluar yang terbaik. Perhatikan contoh pembahasan
masalah di bawah ini.
Apakah tipe negara hukum dan teori tujuan negara yang dianut negara republik
Indonesia? Menurut alenia 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan negara
Indonesia adalah :
Dari tujuan negara demikian, dapat disimpulkan bahwa tipe negara hukum yang dianut
negara republik Indonesia adalah negara hukum dalam arti luas. Teori tujuan negara
yang dianut negara republik Indonesia adalah teori modern, yaitu mewujudkan
kesejahteraan rakyat (social service state / welfare state).
Indonesia adalah negara hukum. Hukum yang saya maksud pada makalah ini adalah
hukum positive. Kaum positivisme berpendapat bahwa hukum adalah undang-undang,
tidak ada hukum di luar undang-undang. Stufenbau theori Hans Kelsen mengajarkan
suatu sistem hukum merupakan susunan hierarkhis hukum, dimana suatu ketentuan
hukum tertentu bersumber pada ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi.
Hukum yang tertinggi disebut Grundnorm (norma dasar). Stufenbau theori dianut
Indonesia. Menurut Ketetapan MPR nomor III tahun 2000, tata urutan peraturan
perundang-undang RI terdiri dari:
a. Undang-Undang Dasar 1945
c. Undang-Undang
e. Peraturan Pemerintah
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Daerah
Untuk mewujudkan konsep negara hukum modern dan tujuan negara negara, negara
Indonesia mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan dalam berbagai
bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Hukum negara Indonesia dalam
bidang pendidikan dapat dipahami dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Memang di satuan sekolah menengah atas tertentu diperkenalkan juga istilah subsidi
silang. Orang tua peserta didik yang kaya menanggung lebih banyak biaya pendidikan
untuk mensubsidi biaya pendidikan peserta didik dari orang tua yang kurang beruntung
secara ekonomi. Orang tua peserta didik menanggung biaya pendidikan menurut
kemampuannya. Orang tua yang sangat kaya menanggung menurut kemampuannya.
Orang tua kaya menanggung menurut kemampuannya dan orang tua miskin
menanggung menurut kemiskinannya. Tetapi setahu penulis, masih belum ada sekolah
menengah atas yang memberlakukan subsidi silang ini, yang berlaku adalah semua anak
menanggung biaya pendidikan yang sama kuantitasnya.
Kata birokrasi berasal dari kata "bureau" dan "kratein". "Bureau" berarti meja tulis atau
sebagai tepat para pejabat bekerja. "Kratein" bermakna mengatur (Martin Albrow, 2005 :
2). Dapat disimpulkan, birokrasi adalah meja tulis tempat para pejabat bekerja untuk
mengatur. Apa yang diatur? Tentu saja bidang pekerjaannya masing-masing. Bila Ia
seorang birokrat pendidikan Indonesia maka yang diatur adalah masalah pendidikan
untuk mewujudkan idealisme pendidikan sebagai tertulis dalam hukum (peraturan
perundang-undangan) pendidikan Indonesia.
Birokrasi mencakup pembagian tugas dalam lingkup fungsi yang secara relatif berbeda.
Pemisahan kekuasaan berarti pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang sama
antara dua badan atau lebih (Martin Albrow (2005 : 49). Tugas birokrasi adalah
mencegah terjadinya kesewenang-wenang dari pejabat negara, kekuasaan pejabat yang
besar bukanlah masalah, persoalannya adalah metoda dan prosedur standar dalam
melaksanakan kekuasaan itu yang disebut dengan birokrasi.
Birokrasi sangat penting untuk mencegah terjadi kesewenang wenangan. Lord Acton
berkata "orang yang berkuasa cenderung menyalahgunakan kekuasaannya" (Meriam
Budiarjo, 1986 : 15). Kekuasaan yang dimiliki Sekolah Menengah Atas untuk mengelola
penyelanggaraan pendidikan bukan masalah.
Beranjak dari uraian di atas, disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan birokrasi
pendidikan (Sekolah Menengah Atas) adalah:
b. Prosedur dan metode yang digunakan dalam melaksanakan kekuasaan yang dimiliki
pejabat pendidikan (Sekolah Menengah Atas) dalam menyelenggarakan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas. Tujuan birokrasi pendidikan adalah mewujudkan demokratisasi
pada dunia pendidikan (Sekolah Menengah Atas).
Birokrasi harus dijalankan berdasarkan kehendak mayoritas warga sekolah, bila tidak
demikian maka dapat dikatakan bahwa birokrasi mengalami kegagalan. Birokrasi
pendidikan bertujuan juga mewujudkan efesiensi dalam penyelenggaran Sekolah
Menengah Atas dengan biaya yang murah, bila tidak demikian maka birokrasi itu
mengalami kegagalan.
d. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan
i. Pemerintahan desentralisasi
Pada saat seorang peserta didik hendak masuk Sekolah Menengah Atas, Ia dikenakan
biaya siswa baru, besarnya berkisar lima ratus ribu rupiah hingga satu juta rupiah. Bagi
anak dengan orang tua mampu, biaya seperti itu bukanlah masalah, tetapi bagi orang
tua yang tidak mampu, jelas biaya sebesar itu adalah masalah besar. Jangankan uang
lima ratus ribu rupiah, maka sehari-hari saja terancam. Para orang tua berkomentar;
"bukankah para guru digaji negara, untuk apa saja biaya sebanyak itu? " Sebagian besar
pernyataan dibalik pertanyaan itu mengandung kebanaran.
Pada umumnya untuk siswa baru, Sekolah Menengah Atas memungut biaya dengan
perincian:
b. Biaya pembangunan
d. Biaya ekstrakurikuler
Setelah menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Atas, para peserta didik juga masih
harus membayar uang buku (LKS) dan study wisata.
Pada akhir-akhir ini ada kecenderungan, bukan hanya siswa baru SMA yang diwajibkan
membeli seragam sekolah, tetapi juga siswa kelas XI dan XII. Para siswa baru diwajibkan
membeli bahan seragam sekolah dengan biaya antara Rp. 65.000 s.d Rp. 100.000,
meliputi:
Untuk kelas XI dan XII diwajibkan membeli bahan seragam identitas sekolah, dengan
harga berkisar antara Rp. 30.000 s.d Rp. 45.000. Sepintas semua beralan wajar saja, 3 stel
bahan seragam SMA dibeli dengan harga Rp. 65.000 - Rp. 100.000. Tetapi bila
dibandingkan dengan kualitas bahannya dan dibandingkan dengan harga pasar maka
timbul keanehan.
Ternyata bila dibandingkan dengan harga pasar, harga bahan itu sangat mahal, harga
bahan seragam sekolah yang dijual sekolah hanya berharga Rp. 40.000 - Rp. 60.000
tetapi anak harus membayarnya dengan harga Rp. 65.000 - Rp. 100.000. Dengan
demikian terjadi mark up (penggelembungan harga).
b. Biaya Pembangunan
Setiap siswa baru pada umumnya juga dikenai biaya pembangunan untuk melaksanakan
pembangunan fisik sekolah. Besarnya antara Rp. 200.000 s.d Rp. 500.000. Setiap tahun
selalu ada jenis pungutan dan sekolah tidak pernah berhenti melakukan pembangunan
fisik. Ada-ada saja alasan tentang materi yang akan dibangun. Cara menentukan
besarnya uang pembangunan juga sangat demokratis. Biasa berdasarkan rapat orang
tua siswa yang dipimpin oleh pengurus koite sekolah dengan dihadiri pejabat SMA. Biasa
para orang tua yang keberatan pada awalnya menyatakan keberatan, tetapi lama
kelamaan pada akhirnya mereka juga menyetujui permintaan dana pembangunan,
meskipun setelah usai rapat para orang tua yang tidak mampu itu pusing memikirkan
biaya sekolah dan kecewa dalam hati.
Sudah wajar apabila siswa baru juga dikenakan iuran sekolah. Untuk SMA di kabupaten
Karanganyar yang digunakan adalah prinsip sama rata. Setiap peserta didik dikenakan
biaya iuran sekolah yang sama jumlahnya tanpa memperhatikan kemampuan ekonomi
orang tuanya. Cara menentukan besarnya biaya iuran sekolah juga sangat demokratis.
Biasa berdasarkan rapat orang tua siswa yang dipimpin oleh pengurus komite sekolah
dengan dihadiri pejabat SMA. Biasanya lagi, para orang tua yang keberatan dengan
biaya pada akhirnya harus menerima keputusan rapat. Terjadi Diktator mayoritas.
d. Biaya Ekstrakurikuler
Ditinjau dari birokrasinya, keputusan untuk mewajibkan anak membeli bahan seragam
sekolah sangat demokratis, karena keputusan itu diambil dengan persetujuan Komite
Sekolah dan Rapat Orang Tua Siswa. Lalu apa yang salah? Yang salah adalah birokrasi
pengadaan bahan seragam sekolah menengah atas, setidaknya tidak menerapkan
prinsip:
Berapapun besarnya uang ditarik tidaklah menjadi soal selama dilakukan menurut
prosedur demokratis dan bukankah sumber pendanaan pendidikan dasar adalah
masyarakat, khususnya orang tua peserta didik?
Pendidikan dasar berbasis pada masyarakat dihubungan dengan otonomi sekolah diberi
makna bahwa sekolah harus dibangun sesuai dengan kemampuan masyarakatnya,
sekolah akan memberi beban biaya pada setiap peserta didik dari menurut
kemampuannya masing-masing. Sayangnya sampai sekarang masih banyak orang yang
mengartikan pendidikan dasar berbasis pada masyarakat sebagai keleluasaan menarik
dana pendidikan dari masyarakat sebesar-besarnya. Iuran sekolah Sekolah Dasar boleh
saja Rp. 500.000 perbulan asal orang tua peserta didik menyetujuinya melalui suatu
mekanisme demokrasi. Berbagai jenis uang pungutan, dari dana pembangunan, uang
sergam sekolah, uang gizi anak, iuran pelajaran tambahan dapat saja diadakan dan
ditarik, sekali lagi asal disetujui oleh orang tua melalui mekanisme demokrasi. Dan
sampai saat ini, berbagai jenis pungutan dapat digoalkan melalui rapat Komite Sekolah,
dimana para pengurus Komite Sekolah berhasil menggalang opini orang tuanya dengan
mengerahkan segala kemampuannya.
Untuk menjembatani antara keinginan pengelola sekolah dengan masyarakat (orang tua
peserta didik) dibentuklah komite sekolah. Tugas komite sekolah adalah memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, prasarana, serta pengawasan
pendidikan. Melihat lebih jauh pada penyelenggaraan pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah, ternyata komite sekolah lebih cenderung bertugas sebagai
lembaga yang menggiring pemikiran orang tua peserta didik untuk menyetujui
permintaan pengelola satuan pendidikan. Akhirnya berapapun biaya yang dibebankan
pengelola sekolah kepada para orang tua, setelah melalui proses demokrasi pada
akhirnya harus ditanggung oleh orang tua.
Komite Sekolah sebagai lembaga yang terdiri dari unsur orang tua dan guru seharusnya
dapat memberi pertimbangan objektif menurut kemampuan perekonomian orang tua
terhadap berbagai permintaan pengelola sekolah yang berhubungan dengan pendanaan
pendidikan. Dapat mengidentifikasi kemampuan setiap orang tua peserta didik,
kemudian memberikan arahan dalam menentukan kebijakan sekolah terhadap besarnya
iuran sekolah dan biaya lainnya yang harus ditanggung oleh setiap peserta didik. Bila hal
ini dapat dijalankan maka dimungkinkan saja adanya peserta didik yang gratis dan
dibebaskan dari berbagai iuran sekolah.
Setelah ditetapkan jumlah uang iuran sekolah dalam rapat Komite Sekolah yang dihadiri
para orang tua peserta didik. Banyak para orang tua merasa berat bahkan tidak mampu.
Diantara mereka tidak mau bersuara karena merasa malu atau merasa bahwa usahanya
akan sia-sia. Ada juga yang berani menyatakan keberatannya, tetapi pada akhirnya suara
itu dikalahkan melalui suara terbanyak. Sepertinya semua berjalan sangat demokratis,
tetapi hasilnya tidak mencerminkan keadilan sosial. Bila kemudian ditemukan ada
peserta didik yang putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah, Komite
Sekolah juga tidak mau tahu, yang penting hanya satu, semua keputusan hasil rapat
Komite Sekolah harus dilaksanakan, bila tidak sanggup mematuhinya, iya jangan
bersekolah.
5) Penutup
Penutup adalah kelanjutan dari pembahasan masalah. Penutup berisi kesimpulan dan
saran, lebih baik lagi bila disertai dengan implikasi. Dalam penutup temukan dan tuliskan
beberapa kesimpulan yang berupa intisari makalah dari pendahuluan, perumusan
masalah hingga pembahasan masalah. Berdasarkan kesimpulan itu buatlah saran
sebagai jalan keluar yang ditawarkan terhadap permasalahan yang dibahas. Kumudian
dapat juga dilengkapi dengan implikasi, yaitu penerapan dari keseimpulan dan saran
yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penguat untuk mencegah terjadinya
masalah sejenis di kemudian hari.
Salah satu perwujudan Indonesia sebagai negara kesejahteraan tercermin dari adanya
pendidikan murah yang dapat dinikmati dan diperoleh setiap warga negara Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam pasal 31 ayat 1 - 3 Undang-Undang Dasar 1945. Dan
dipertegas lebih lanjut dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional. Sampai saat ini, pendidikan murah dan terjangkau adalah suatu
idealisme yang patut diperjungkan. Disebut idealisme karena konsep tersebut masih
merupakan dunia cita (das sein) dan berbeda jauh dari realitas pendidikan (das sollen).
Patut diperjuangkan karena konsep tersebut sesuai dengan nilai-nilai keadilan dan nilai-
nilai demokrasi serta welfare state.
1. Penyebab terjadinya biaya pendidikan yang mahal pada Sekolah Menengah Atas
adalah diterapkannya berbagai keputusan yang dalam proses pembuatannya
terlihat sangat demokratis, melalui penggiringan yang dilakukan oleh para
pejabat Komite Sekolah yang pada akhirnya mengesampingkan aspirasi orang
tua peserta didik dari kelas ekonomi menengah ke bawah. Disamping itu proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pada Sekolah Menengah Atas tidak
memperhatikan prinsip-prinsip mewirausahakan birokrasi yang diajukan oleh
David Osborne dan Ted Gaebler. Akibatnya; timbul birokrasi Sekolah Menengah
Atas yang bersifat inefesiensi organisasi.
2. Dapat dipastikan bahwa birokrasi pada Sekolah Menengah Atas turut andil dalam
mewujudkan biaya pendidikan mahal. Seperti diuraikan sebelumnya, tata cara
pengabilan setiap keputusan pada Sekolah Menengah Atas dilakukan secara
demokratis dengan mengikutsertakan orang tua peserta didik. Dalam proses
demokrasi itu nampak bahwa Komite Sekolah leih berpihak kepada birokrat
sekolah (kepala sekolah) daripada orang tua dari peserta didik, khususnya yang
berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Intinya birokrasi sekolah
(Komite Sekolah) lebih berpihak kepada keinginan kepala sekolah dan pejabat
sekolah lainnya dari pada lebih menanggapi dan merespon keinginan orang tua
peserta didik. Singkatnya; birokrasi sekolah adalah alat bagi pejabat sekolah yang
mengabdi kepada kepada birokrat sekolah, bukan kepada pelanggan (orang tua
peserta didik). Mahalnya biaya sekolah pada Sekolah Menengah Atas memiliki
legalisasi dan diproses secara demokratis oleh birokrat sekolah, dalam hal ini
adalah Kepala Sekolah dan Komite Sekolah.
Untuk mencegah adanya birokrasi sekolah yang bersifat inefesien, yang menyebabkan
mahalnya biaya pendidikan pada Sekolah Menengah Atas, Penulis mengajukan saran
sebagai berikut :
Daftar Pustaka berisi bahan bacan yang menjadi acuan dalam menentukan dan
membahasas masalah. Daftar Pustaka selalu dimulai dengan menulis nama penulis dan
pengarang buku, kemudian judul buku, nama penerbit, Kota penerbit dan tahun
penerbitannya. Penulisan daftar Pustaka memiliki norma tersendiri, yang tergambar pada
contoh di bawah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Albrow Martin. 2005. Birokrasi. PT. Tiara Wacana, Yogyakarta. C.E. Beeby. 1981.
Pendidikan di Indonesia, Penilaian dan Pedoman Pelaksanaan. LP3ES, Jakarta,
H. Subandi Al. Marsudi. 2001. Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi. PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi. 2004. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. PT Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia
Pusat Studi Hukum Tata Negara. Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta
Jacqueline Charbaud. 1984. Mendidik dan Memajukan Wanita. Gunung Agung, Jakarta.
b. Artikel
Menurut Wahyu Wibowo (2006) artikel adalah tulisan atas nama pribadi, yang ciri
khasnya memang mencantumkan nama pribadi penulisnya, di dalam media massa cetak.
Artikel adalah tulisan berbentuk ringkas, padat yang ditulis dalam media massa cetak
berdasarkan opini penulisnya dengan tujuan menerangkan, menjelaskan atau
memberitahukan pembacanya akan sesuatu hal. Artikel dalah tulisna atas nama pribadi
yang ditulis di media massa cetak, dengan ciri-ciri:
Disebut efektif karena dengan menulis artikel, dapat dipastikan bahwa banyak orang
yang membacanya dan mengetahui hasil studi antropologi. Disebut efesien karena
dengan satu kali menulis artikel, hasil studi Antropologi dapat dikomunikasikan secara
luas kepada masyarakat, tidak perlu pergi keberbagai tempat dan berbicara kepada
banyak orang, tulis satu kali artikel dan pasti banyak orang yang membacanya. Sangat
efesienkan?
Menurut Wahyu Wibowo, (2006) secara teoritis struktur artikel terdiri atas teras (lead),
tubuh (body) dan penutup (ending). Seperti halnya dengan makalah, teras beris kalimat
pembukaan dapat berisi latar belakang singkat untuk membawa pembacanya memasuki
pokok permasalah. Tubuh berisi uraian mengenai permasalahan, penyebab dan
akibatnya. Penutup berisi kesimpulan dan jalan keluar yang ditawarkan. Artikel tidaklah
sepanjang lebar makalah, artikel jauh lebih singkat, padat dan langsung menuju sasaran.
Dapat menggunakan cara berpikir deduktif maupun induktif, dapat juga menggunakan
studi kuantitatif maupun kualitatif. Syarat-syarat yang sebaik dipenuhi dalam menulis
artikel adalah:
1. Keharmonisan atau kesimbangan antara gagasan (konsep) dan struktur bahasa
yang dipakai, menentukan efektif tidak sebuah kalimat, ciri-cirinya subjek dan
prediketnya jelas; tidak mengandung subjek ganda, dan cermat dalam
menggunakan kata sambung.
2. Kepararelan yaitu kesejajaran atau kesederajatan unsur pembentuk kata atau
klausa yang digunakan dalam kalimat.
3. Ketegasan yaitu upaya sipenulis dalam menonjolkan gagasan baru dan ide pokok
kalimatnya. Tujuannya, memberi ketegasan bahwa ide pokoknya itu merupakan
sesuatu yang penting diketahui pembaca. Tunjukkan ide pokok dengan
menuliskannya di awal kalimat, gunakan rumus dimana, siapa, kapan, mengapa,
apa dan siapa. Urutkan kejadi secara logis, lakukan pengulangan kalimat yang
ingin ditegaskan dan lakukan pertentangan terhadap ide yang ditegaskan itu.
4. Kehematan yakni tidak menggunakan kata, frase atau bentuk lain yang dianggap
tidak diperlukan.
5. Kecermatan, yakni cermat menggunakan kata-kata dalam kalimat, sehingga
kalimat tersebut tidak menimbulkan tafsir ganda.
6. Kelogisan yakni logis dalam megemukakan ide kalimat. Contoh kalimat tidak
logis: "Untuk mempersingkat waktu, marilah kita teruskan acara ini dengan
mengundang kehadiran Bapak Kepala Bidang ke atas podium". (seharusnya,
"untuk menghemat waktu", karena waktu tidak dapat dipersingkat.
7. Kevariasian, gunakan kata dan kalimat secara bervariasi, jangan monoton. (Wahyu
Wibowo, 2006).
Untuk melengkapi pemahaman yang menyeluruh terhadap artikel, berikut ini dikutipkan
satu contoh artikel dari buku "berani menulis artikel" karya Wahyu Utomo yang
diterbitkan tahun 2006.
Contoh artikel :
Makin jelas Cina sejak eranya Deng Xiaoping (1980) dengan keterbukaan kawasan Timur,
tidak mau sembarangan didikte oleh Amerika Serikat. Ketegasan itu makin nyata oleh
penerusny, yakni Ziang Zemin / Zhu Rongji (1992-2002, dan kini generasi keempat
kepemimpinan Hu Jintao / Wen Jiabao. Mentor dari Ziang / Zhu dan Hu / We sejak
1980-an adalah Deng Xiaoping. Deng Xiaoping merintis Cina baru yang sangat berbeda
dengan Cinanya Mao Zedong (1949-1976). Eranya Mao dikenal sebagai era tertutup
konfrontatif terhadap Amerika Serikat dan dunia luar yang tidak sepaham Mao. Era Tirai
Bambu kurang disukai oleh dunia luar (termasuk saya sebagai pemerhati ekonomi/bisnis
Cina), karena kurangnya informasi yang mengalir ke luar tirai itu. Pada zaman Mao, AS
dengan gencar menjelek-jelekkan Cina dari luar, melalui susunan komunikasi pers
maupun radio (waktu itu belum ada TV).
Ketika Deng Xiaoping muncul tahun 1982 sebagai pemimpin Cina dan secara praktis
memegang tapuk pimpinan Pemerintahan Cina, sebagian besar pemerhati di dalam
maupun di luar Cina mulai menyadari kehebatan visi Deng. Proses yang digeluti dan
para murid-muridnya memakan waktu dan tidak selalu mulus. Termasuk pengagum
Deng adalah Dr Mahathir Mohamad (PM Malaysia, 1981-31 Oktober 2003), yang tanpa
tedeng aling-aling dan terus terang menyampaikan kekagumannya sebagaimana
terungkap dalam "Globalization With Common Development" (APEC CEO Summit in
Shanghai, 21 Oktober 2001). Di situ dikatakan antara lain, "Tanpa ragu patut dinyatakan
bahwa salah seorang tokoh abad ke - 20 adalah Deng Xiaoping, Bapak Empat
Modernisasi Cina. Jelas pula tanpa ragu patut disebut bahwa dua dari pernyataan
bijaksananya harus senantiasa ada dalam barisan utama pemikiran kita saat berbicara
mengenai isu besar masa kinikita." (Sumber: Bob Widyahartono, "Cina yang Berani
Berkata Tidak", Suara Pembaruan, 07/11/03; h.9).
c. Karya Foto
Karya foto adalah pengabadian peristiwa dan momen-momen penting dalam kehidupan
manusia melalui kamera yang menghasilak foto-foto tiga dimensi. Foto mewakili sejuta
tulisan dan ungkapan yang mengambarkan kehidupan kehidupan dan kebudayaan
manusia. Berbeda dengan makalah dan artikel yang membutuhkan sangat banyak
untaian kalimat, karya foto hanya memerlukan beberapa kata untuk mempertegas tema
dan makna foto untuk memberikan pemahaman karya foto kepada para penikmatnya.
Tujuan karya foto adalah mengabadikan momen dan peristiwa penting dalam kehidupan
manusia. Pada masa yang akan datang foto-foto ini akan sangat berguna untuk
mendeskripsikan kehidupan yang diwakilinya. Mausia yang melihatnya akan
memperoleh gambaran mengenai kehidupan yang diwakili oleh gambar itu. Satu foto
mewakili seribu bahasa dan kalimat. Salah satu keunggulan foto adalah kesanggupannya
menampilkan gambaran kehidupan manusia dengan jujur dan penuh warna, hal ini
terkadang tidak mampu diwujudkan melalui makalah dan artikel.
Pemahaman terhadap kota-kota tua di Indonesia akan lebih mudah diperoleh dengan
melihat foto-foto kuno dari membaca banyak makalah dan artikel tentang kota tua itu.
Gambaran yang utuh mengenai sesuatu yang tidak dikenal lebih mudah diperoleh
melalui foto dari pada melalui banyak kalimat yang berusaha menggambarkannya.
Untuk memperoleh foto yang baik diperlukan teknik memfoto yang baik dengan
memperhatikan tata cahaya yang tepat.
Makalah dan artikel bersifat subyektif, karena bagaimanapun ketika sang penulisnya
memaparkan ide dan pokok masalah, sudah pasti sangat dipengaruhi oleh pendapat dan
opininya serta rasa sikapnya terhadap masalah yang dibicarakan. Berbeda dengan karya
foto yang hanya menampilkan objek yang difoto, betapa sukanya juru foto terhadap
sebuah objek foto, tetaplah ia menunjukkan sosok aslinya, alami dan apa adanya. Oleh
karena itu salah satu kelebihan karya foto dari dari makalah dan artikel adalah
keobjektifannya.
Makalah dan artikel bersifat jujur, tetapi karena adanya suatu kepentingan bisa saja apa
yang dianggap jujur itu dirangkai dari berbagai kebohongan yang saling berkaitan untuk
mempertegas kejujuran palsu. Lain halnya dengan karya foto yang hanya menampilkan
gambaran objek yang difoto menurut apa adanya, karya foto mengabadikan objeknya
secara jujur dan apa adanya.
Rangkuman :
2. Tujuan dari studi Antropologi yaitu untuk membuat kehidupan manusia lebih aman,
tenteram, sejahtera dan modern. Tujuan akhir dari studi Antropologi adalah
mempergunakan hasil studi tersebut untuk membuat hidup manusia lebih baik dan
mudah bila diabndingkan dengan masa-masa sebelumnya.
3. Hasil studi Antropologi antara lain teori-teori Antropologi yang meliputi: teori evolusi
kebudayaan, teori difusi kebudayaan, teori fungsional, teori akulturasi.
Referensi :
Indriyawati, E. 2009. Antropologi 1 : Untuk Kelas XII SMA dan MA. Pusat Perbukuan
Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 194.
Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk SMA dan MA Program Bahasa Kelas
XII. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p.
240.
Metode Etnografi
Etnografi adalah berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphein yang
berarti tulisan atau uraian. Jadi berdasarkan asal katanya, etnografi berarti tulisan
tentang/ mengenai bangsa. Namun pengertian tentang etnografi tidak hanya sampai
sebatas itu. Burhan Bungin ( 2008:220) mengatakan etnografi merupakan embrio dari
antropologi. Artinya etnografi lahir dari antropologi di mana jika kita berbicara
etnografi maka kita tidak lepas dari antropologi setidaknya kita sudah mempelajari
dasar dari antropologi. Etnografi merupakan ciri khas antropologi artinya etnografi
merupakan metode penelitian lapangan asli dari antropologi ( Marzali 2005:42).
Daftar Buku