Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

BUDAYA TU’U BELIS (KUMPUL KELUARGA) DALAM ADAT


PERKAWINAN DI DESA OEHANDI KECAMATAN ROTE BARAT
DAYA KABUPATEN ROTE NDAO

OLEH :

NAMA : RUDION LONA


NIM : 1803040081
KELAS : B
SEMESTER : III

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, Keberagaman kebudayaan di setiap
daerah dan wilayah yang dimilik bangsa Indonesiaa adalah suatu kebanggaan bagi bangsa
Indonesia yang dengan keberagaman kebudayaan itu masyarakatnya tetap bersatu tanpa
memandang perbedaan antar budaya yakni bersatu sebagai bangsa Indonesia. Dari masing-
masing kebudayaan daerah yang dimiliki Bangsa Indonesia memiliki karakteristik yang unik
dan berbeda-beda antar daerahnya. Yakni ciri khas yang hanya dimiliki tiap daerah tersebut.
Inilah yang membuat bangsa indonesia yang unik di mata dunia. Setiap kebudayaan itu
memiliki peran yang sangat kuat dalam menunjang budaya nasional.
Kebudayaan setiap daerah berbeda-beda baik kesenian,bentuk rumah dan pakaian adat
yang berbeda-beda dan istiadatnya yang sangat menarik perhatian masyarakat luar sehingga
menjadi suatu daya tarik yang kuat bagi bangsa asing untuk datang ke Indonesia untuk
mempelajari kebudayaan Indonesia. Namun sangat disayangkan di masa kini, bahkan
generasi muda hanya sedikit yang mau mempelajari kebudayaannya sendiri. Generasi muda
lebih tertarik akan kebudayaan asing yang dipandang lebih moderen. sehingga banyak dari
kebudayaan lokal mulai memudar akan kelestariannya. Meskipun banyak dari pihak-pihak
asing sangat mengagumi akan kebudayaan lokal Indonesia. Namun pemerintah dan
masyrakat kurang menyadari pentingnya melestarikan budayanya sendiri. Tentu hal ini tidak
bisa kita biarkan. Perlu adanya peningkatan akan peran-peran kebudayaan tiap daerah dalam
mempertahaan akan keutuhan dan ketahanan kebudayaan bangsa sehingga tak ada satu
pihakpun dari negara asing yang berani mengklem dan mengakui kebudayaan Indonesia
sebagai kebudayaannya.
Kebudayaan menarik dalam kajian geografi karena geografi mengkaji fenomena yang
terjadi di permukaan bumi secara komprehensif dan pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia melalui pendekatan keruangan, ekologi dankompleks wilayah. Berdasarkan tinjauan
studi geografi, Kebudayaan sebagai suatu sistem keruangan, merupakan perpaduan subsistem
fisis dengan subsistem manusia. subsistem fisis termasuk komponen-komponen tanah, iklim,
hidrografi, topografi dengan segala proses alamiahnya sedangkan subsistem manusia
termasuk tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat, kemampuan ekonomi dan kondisi politik setempat.Kebudayan dalam ilmu
geografi dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan ekologi dalam tema dikaji dengan
menggunakan pendekatan ekologis dengan tema analisis human activity-environment
interactions yang lebih menekankan pada kinerja bentuk-bentuk kegiatan manusia (Yunus,
2008).
Kabupaten Rote Ndao adalah salah satu pulau paling selatan dalam jajaran kepulauan
Nusantara Indonesia. Pulau-pulau kecil yang mengelilingi pulau Rote antara lain Pulau
Ndao,Ndana, Nuse, Usu, Manuk, Doo, Helina, Landu. Sebagian besar penduduk yang
mendiami pulau atau kabupaten Rote Ndao menurut tradisi tertua adalah suku-suku kecil
Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes. Suku-suku tersebut mendiami wilayah
kesatuan adat yang disebut Nusak. Semua Nusak yang ada dipulau Rote Ndao tersebut
kemudian disatukan dalam wilayah kecamatan.
Desa Oehandi merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan RoteBarat Daya,
Kabupaten Rote Ndao, jumlah penduduk di desa Ohandi berjumlah 380 kepala keluarga dan
yang belum berkeluarga 463 jiwa dari jumlah keseluruhan 1223 jiwa. Sebagian besar
masyarakat di desa Oehandi mempuyai mata pencaharian sebagai petani lahan basah dan
lahan kering.
Selama beratus tahun, Tu’u Belis merupakan suatu pesta pora namun bukan pesta biasa,
tetapi ritual minum dan makan daging berhari-hari. Puluhan hingga ratusan domba, babi,
sapi, atau kuda dikorbankan. Kemeriahan pesta adalah mutlak, tak peduli empunya pesta si
kaya atau miskin. Kemeriahan tak mengenal status ekonomi. Semakin tinggi status sosial
keluarga, pesta makin meriah.
Tu’u Belis merupakan suatu budaya gotong royong atau sistem kerja sama antar
anggota masyarakat dalam acara pengumpulan dana untuk proses perkawinan yang ada di
pulau Rote. Manfaat budaya Tu’u Belis bagi masyarakat Rote adalah untuk saling membantu
dalam meringankan biaya dalam urusan perkawinan bagi anggota masyarakat dan menjadi
acara untuk mempererat jalinan hubungan persaudaraan. Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi masyarakat mulai perlahan-lahan meninggalakan budaya Tu’u
Belis dan lebih memilih untuk memperoleh dana atau biaya dengan mengambil kredit pada
lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun koperasi untuk proses perkawinan maka
budaya kerja sama atau Tu’u belis pun secara perlahan-lahan mengalami penurunan dalam
tingkat partisipasi dalam kalangan masyarakat pulau Rote khususnya di Desa Oehandi
Kecamatan Rote Barat Daya Kabupaten Rote Ndao. Kebudayaan selalu berubah-ubah, maka
perubahan dalam kebudayaan mungkin sangat besar dan luas, sehingga dapat
menimbulkan kebudayaan baru. Dengan demikian kebudayaan sekarang ini adalah hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan di waktu yang lalu. Maka untuk mengetahui dan
mengenalnya perlu ditinjau sejarahnya.
Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tidak terlepas dari nilai-nilai
yang telah dibangunya sendiri. Nilai budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat memiliki
kekayaan yang begitu besar nilainya, akan tetapi seiring perkebangan zaman upaya
pelestarian pun mulai luntur yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun faktor internal
masyarakat itu sendiri. Berbagai nilai budaya tersebut sangat berpengaruh bagi kehidupan
masyarakatnya. Karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap
bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman
yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya.

Faktor-faktor penyebab perubahan sosial diantaranya adalah perubahan jumlah penduduk,


penemuan-penemuan baru pertentangan dalam masyarakat, pemberontakan dan revolusi,
lingkungan fisik, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Akan tetapi perubahan-
perubahan yang tidak mesti terjadi mengakibatkan hilangnya kebudayaan asli di suatu daerah,
tergantung bagaimana peranan masyarakat dalam menjaga budaya mereka dan tetap
menerima modernisasi. Untuk mengetahui lebih banyak tentang Budaya Tu’u Belis
masyarakat Rote Ndao, maka peneliti melakukan penelitian tentang “Budaya Tu’u Belis
(Kumpul Keluarga) Dalam Adat Perkawinan Di Desa Oehandi Kecamatan Rote Barat
Daya Kabupaten Rote Ndao”

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah
1.2.1. Bagaimana proses pelaksanaan budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote barat
daya Kabupaten Rote Ndao.?

1.2.2. Apa manfaat budaya Tu’u Belis dalam kehidupan masyarakat di Desa Oehandi Kecamatan
Rote barat daya Kabupaten Rote Ndao.?

1.2.3. Hambatan-hambatan apa yang dialami masyarakat dalam melestarikan budaya Tu’u Belis?

1.2.4. Bagaimana upaya-upaya pelestarian budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote
barat daya Kabupaten Rote Ndao?

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote
barat daya Kabupaten Rote Ndao.

1.3.2. Untuk mengetahui manfaat budaya Tu’u Belis dalam kehidupan masyarakat di Desa
Oehandi Kecamatan Rote barat daya Kabupaten Rote Ndao

1.3.3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dialami masyarakat dalam melestarikan


budaya Tu’u Belis

1.3.4. Untuk mengetahui upayah pelestarian budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote
barat daya Kabupaten Rote Ndao.

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao agar melalui
instansi terkait (Dinas Kebudayaan Kabupaten Rote Ndao) dapat memberikan pemahaman
tentang pentingnya budaya Tu’u yang ada di suatu daerah.
1.4.2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Kabupaten Rote Ndao khususnya masyarakat Desa
Oehandi Kecamatan Rote Barat Daya, bahwaTu’u Belis sangat bermanfaat karena dapat
membantu meringankan biaya perkawinan masyarakat yang akan melaksanakan perkawinan.
1.4.3. Sebagai bahan informasi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian lebih lanjut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Telaah Pustaka
Budaya umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang merupakan cirri
khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu.Budaya terdiri dari hal-hal seperti bahasa,ilmu
pengetahuan,hokum-hukum,kepercayaan,agama,musi,kebiasaan pekerjaan dan larangan-
larangan,Sedangkan kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang
manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh
masyarakatdianggap lebih tinggih atau lebih diinginkan.(Ihromi,1997)
Budaya adalah daya budi berupa cipat,rasa dan karsa dan budaya merupakan
perkembanagan bentuk majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi(Zoedmulder,1986).
Budaya adalah dayabudi berupa cipta,karsa dan rasa,Sedangkan kebudayaan adalah segala
hasil cipta,karsa dan rasa (Djojodigoeno, 1986).
Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur
oleh tatakelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 1987)
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat manapun, tidak hanya
mengenai sebagian cara hidup yaitu bagian yang di peroleh masyarakat yang dianggap lebih
atau ditinggikan. Karena itu, tidak ada masyarakat atau individu yang tidak berkebudayaan.
Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan bagaimanapun sederhananya kebudayaan dan
setiap manusia adalah makluk budaya dalam arti menambil bagian dalam suatu
kebudayaan (Ihromi, 1996).
Menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah
kebudayaan karena jumlah tindakan yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat yang
tidak dibiasakannya dengan belajar sangat terbatas ( Koentjaraningrat, 1970).
Tu’u Belis merupakan sala satu budaya khas masyarakat Rote Ndao yang turun-temurun
telah diwariskan oleh suku-suku yang ada di kabupaten Rote Ndao. Pada prakteknya Tu’u
Belis merupakan sala satu kegiatan riil gotong royong di tengah masyarakat, gotong royong
disini bentuknya dalam hal pelaksanaan pesta ( pesta adat perkawinan). Biasanya yang
diundang untuk hadir dalam acara Tu’u Belis adalah keluarga dekat atau keluarga besar,
kerabat dan juga tetangga ( Haning, 2006).
Masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang terdiri dari berbagai suku dan kelompok etnis,
hidup dalam berbagai ragam sosial budaya yang terbesar di seluruh wilayah ini. Khususnya
masyarakat pedesaan, tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang, seperti adat istiadat,
dipegang teguh masing-masing kesatuan sosial baik yang besar, sederhana maupun yang
kecil. Pola hubungan masyarakat ini dilakukan secara baik perorangan maupun secara umum
yang diatur melalui lembaga adat. Lembaga adat memang peran penting dalam kehidupan
masyarakat di Nusa Tenggara Timur terutama di bidang kehidupan religious, sistem
kekerabatan, perkawinan adat dan upacara adat warisan Sajogyo (1994).
Perkawinan adat merupakan urusan suku dan masyarakat dan bukan hanya menjadi
urusan calon suami dan calon istri. Kondisi seperti ini terdapat pada masyarakat Desa
Oehandi di Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao yang memiliki perkawinan
adat yang khas dan sangat penting bagi masyarakat setempat, karena dalam perkawinan ini
terdapat budaya gotong royong yang biasanya dikenal dengan Tu,u Belis. ( Haning, 2006).
Budaya Tu’u Belis merupakan budaya kerja sama yang ada dalam kehidupan
masyarakat Rote sejak dahulu,yakni budaya gotong royong dalam menanggung dan
mengumpulkan materi baik dalam bentuk uang,perabot rumah tanggah maupun hewan dalam
proses perkawinan masyarakat Rote.
Budaya Tu’u Belis dalam acara perkawinan di Desa Oehandi telah berlangsung selama
ratusan tahun dan berujung dengan pesta pora yang ditandai dengan ritual makan dan minum
selama berhari-hari. Kemeriahan pesta adalah mutlak, puluhan hingga ratusan hewan ternak
dikorbankan tanpa mengenal status sosial keluarga makin meriah pula pesta yang digelar.
(Ndolu, 2008).

2.2.Definisi Konsep
2.2.1. Pelaksanaan Tu’u Belis
Pelaksanaan Tu’u Belis akan berlangsung saat kedua keluarga calon mempelai
memastikan tanggal pernikahan. Saat itulah besaran Belis (mas kawin) diketahui yang
ditanggung keluarga besar calon mempelai pria. Melalui tahapanTu’u Belis untuk
memastikan kesanggupan kerabat soal besaran sumbangan. Sumbangan yang diberikan oleh
kerabat baik uang maupun ternak, dicatat nama penyumbang, jumlah uang, hingga kondisi
ternak (lingkar perut atau gemuk-tidaknya ternak). Setidaknya ada tiga tahapan Tu’u Belis,
yakni Tu’u Daftar (mendaftar keluarga yang akan diundang), Tu’u Kumpul Keluarga
(membicarakan sumbangan yang akan diberikan), dan Tu’u Penyetoran (menyerahkan
sumbangan). Barulah acara pesta nikah dilangsungkan (Ndolu, 2008).
2.2.2. Manfaat Tu’u Belis
Manfaat budaya Tu’u Belis bagi masyarakat Rote adalah untuk saling membantu
dalam meringankan biaya dalam urusan perkawinan bagi anggota masyarakat dan menjadi
acara untuk mempererat jalinan hubungan persaudaraan ( Haning, 2006).
2.2.3. Hambatan Tu’u Belis
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat mulai perlahan-
lahan meninggalakan budaya Tu’u Belis dan lebih memilih untuk memperoleh dana atau
biaya dengan mengambil kredit pada lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun koperasi
untuk proses perkawinan maka budaya kerja sama atau Tu’u Belis pun secara perlahan-lahan
mengalami penurunan dalam tingkat partisipasi dalam kalangan masyarakat pulau Rote
khususnya di Desa Oehandi Kecamatan Rote Barat Daya Kabupaten Rote Ndao (Sinlae 2012)
2.2.4. Pelestarian Tu’u Belis
Pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat
dibangun dengan mengkedepankan tiga pilar utama yaitu pilar pengembangan ekonomi
masyarakat, pilar pelestarian dan pilar kemandrian masyarakat. Pilar pertama menyangkut
aspek nilai guna adat istiadat bagi tumbuh kembangnya ekonomi masyarakat untuk
menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pilar yang kedua menyangkut aspek
kebertahanan identitas sosial budaya masyarakat yang menyokong pada integrasi nasional.
Pilar ketiga berkaitan dengan kemampuan masyarakat melaksanakan pengorganisasian
potensi adat istiadat dan nilai sosial budaya secara otonom, mandiri dan profesional
(Wahyudi.2011).
Upaya pelestarian budaya Tu’u Belis perlu adanya partisipasi antara pemerintah daerah
dan masyarakat agar dapat membangun kelompok pemerhati budaya sehingga dengan
demikian maka budaya Tu’u Belis dapat terus di laksanakan.

2.3.Kerangka Konsep
Berdasarkan hal tersebut, maka adapun kerangka konsep dalam proposal ini,sebagai
berikut:
BUDAYA TU’U BELIS (KUMPUL KELUARGA) DALAM ADAT PERKAWINAN DI
DESA OEHANDI KECAMATAN ROTE BARAT DAYA KABUPATEN ROTE NDAO
2.4.Operasional Konsep

2.4.1. Budaya Tu’u Belis merupakan budaya gotong royong dalam menanggung dan
mengumpulkan materi baik dalam bentuk uang,perabot rumah tanggah maupun hewan dalam
proses perkawinan masyarakat Rote. Hal ini biasanya di lakukan oleh piak laki-laki.
2.4.2. Pelaksanaan Tu’u Belis terdapat tiga tahapan yakni; 1) Tu’u daftar (mendaftar nama-nama
keluarga atau kerabat yang akan diundang) biasanya berlangsung setelah kedua keluarga
calon mempelai memastikan tanggal pernikahan. Saat itulah besaran Belis (mas kawin)
diketahui yang ditanggung keluarga besar calon mempelai pria. 2) Tu’u kumpul Keluarga
(membicarakan sumbangan yang akan diberikan) berlangsung sebelum tanggal pernikahan
yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak, agar tidak terjadi kesalah atau kelalayan pada
saat penyetoran maka nama dan biaya penyumbang akan dicatat dalam sebuah buku dan buku
tersebut biasanya di sebut buku Lei. 3) Tu’u Penyetoran (menyerahkan sumbangan)
berlangsung setelah acara pernikahan selesai karena setelah itu keluarga perempuan akan
mengantarkan kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki yang biasanya di kenal
dengan Dododek. Akhir dari acara perkawina ada acara yang biasanya dikenal denga Simbo
Mbule Sion.
2.4.3. Manfaat budaya Tu’u Belis bagi masyarakat Rote Ndao
1) Sosial adalah untuk mempererat jalinan hubungan persaudaraan antara individu dengan
individu, individu dengan kelopok mau pun kelompok dengan kelompok.
2) Ekonomi adalah untuk saling membantu dalam meringankan biaya dalam urusan perkawinan
bagi anggota masyarakat
2.4.4. Hambatan-hambatan yang di alami oleh masyarakat dalam melsetarikan budaya antara lain
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat sendiri, Kurangnya dan pengaruh dari
masuknya budaya asing yang mempengaruhi budaya lokal.
2.4.5. Upaya pelestarian budaya Tu’u Belis dalam upaya pelestarian budaya Tu’u Belis perlu
adanya partisipasi antara pemerintah daerah dan oleh masyarakat dalam membangun
kelompok pelestari budaya sehingga budaya Tu’u Belis dapat terus di laksanakan.
III. METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanaklan di Desa Oehandi Kecamatan Rote Barat Daya Kabupaten
Rote Nado karena daerah tersebut merupakan daerah yang dekat dengan tempat tinggal
peneliti sehingga peneliti lebih memahami karakteristik daerah tersebut dan lebih mudah
dalam melakukan penelitian
3.2.Informan
Sumber informasi utama diperoleh dari pimpinan desa, tua adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat. Dengan jumlah masing-masing sebagai berikut:
1) Kepala Desa dan Sekretaris : 2 Orang
2) Tua Adat : 5 Orang
3) Tokoh Agama : 3 Orang
4) Tokoh
Masyarakat :10 Orang
Jumlah :20 Orang

3.3.Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
3.3.1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan theknik
pengambilan data yang dapat berupa interviu, observasi, maupun penggunaan instruman
pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan tujuannya (Azwar, 2010)
3.3.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi yang terkait dengan masalah yang hendak
dikaji. Data sekunder merupakan data yang menyangkut permasalahan penelitian dari
berbagai instansi maupun sumber lain yang telah didokumen dan dicatat, termasuk data
statistik maupun data dari sumber litaratur yang lain.

3.4.Teknik pengumpulan data


3.4.1. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data berupa catatan peristiwa dalam
bentuk gambar,tulisan dan karya monumental dari seseorang, dan hal-hal apa saja yang
berkaitan dengan masalah penelitian.Dalam penelitian ini studi dokumentasi diarahkan pada
foto, dokumen serta yang berkaitan dengan masalah penelitian.
3.4.2. Observasi merupakan Metode pengambilan data dengan melakukan pengamatan langsung ke
lokasi obyek penelitian.
3.4.3. Wawancara merupakan Teknik yang dilakukan dengan cara memperoleh data langsung dari
informan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam bentuk
panduan wawancara.

3.5.Teknik analisis data


Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yaitu dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Analisis data dilakukan dengan cara mengatur secara sistematis pedoman
wawancara, data kepustakaan, kemudian memformulasikan secara deskriptif. Selanjutnya
memproses data dengan tahapan 1). Mereduksi data, dengan cara pemilahan data yang
menarik, penting, berguna dan baru, 2). Seleksi data, yaitu dengan menganalisis yang
mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, 3). Mengkonstruksikan data yang
diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru, 4).
Menyimpulkan data (Sugiyono, 2013).

Anda mungkin juga menyukai