OLEH :
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah
1.2.1. Bagaimana proses pelaksanaan budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote barat
daya Kabupaten Rote Ndao.?
1.2.2. Apa manfaat budaya Tu’u Belis dalam kehidupan masyarakat di Desa Oehandi Kecamatan
Rote barat daya Kabupaten Rote Ndao.?
1.2.3. Hambatan-hambatan apa yang dialami masyarakat dalam melestarikan budaya Tu’u Belis?
1.2.4. Bagaimana upaya-upaya pelestarian budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote
barat daya Kabupaten Rote Ndao?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote
barat daya Kabupaten Rote Ndao.
1.3.2. Untuk mengetahui manfaat budaya Tu’u Belis dalam kehidupan masyarakat di Desa
Oehandi Kecamatan Rote barat daya Kabupaten Rote Ndao
1.3.4. Untuk mengetahui upayah pelestarian budaya Tu’u Belis di Desa Oehandi Kecamatan Rote
barat daya Kabupaten Rote Ndao.
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao agar melalui
instansi terkait (Dinas Kebudayaan Kabupaten Rote Ndao) dapat memberikan pemahaman
tentang pentingnya budaya Tu’u yang ada di suatu daerah.
1.4.2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Kabupaten Rote Ndao khususnya masyarakat Desa
Oehandi Kecamatan Rote Barat Daya, bahwaTu’u Belis sangat bermanfaat karena dapat
membantu meringankan biaya perkawinan masyarakat yang akan melaksanakan perkawinan.
1.4.3. Sebagai bahan informasi peneliti lain yang hendak mengadakan penelitian lebih lanjut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Telaah Pustaka
Budaya umumnya mencakup cara berpikir dan cara berlaku yang merupakan cirri
khas suatu bangsa atau masyarakat tertentu.Budaya terdiri dari hal-hal seperti bahasa,ilmu
pengetahuan,hokum-hukum,kepercayaan,agama,musi,kebiasaan pekerjaan dan larangan-
larangan,Sedangkan kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang
manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh
masyarakatdianggap lebih tinggih atau lebih diinginkan.(Ihromi,1997)
Budaya adalah daya budi berupa cipat,rasa dan karsa dan budaya merupakan
perkembanagan bentuk majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi(Zoedmulder,1986).
Budaya adalah dayabudi berupa cipta,karsa dan rasa,Sedangkan kebudayaan adalah segala
hasil cipta,karsa dan rasa (Djojodigoeno, 1986).
Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur
oleh tatakelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan bermasyarakat (Koentjaraningrat, 1987)
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat manapun, tidak hanya
mengenai sebagian cara hidup yaitu bagian yang di peroleh masyarakat yang dianggap lebih
atau ditinggikan. Karena itu, tidak ada masyarakat atau individu yang tidak berkebudayaan.
Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan bagaimanapun sederhananya kebudayaan dan
setiap manusia adalah makluk budaya dalam arti menambil bagian dalam suatu
kebudayaan (Ihromi, 1996).
Menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan
miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah
kebudayaan karena jumlah tindakan yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat yang
tidak dibiasakannya dengan belajar sangat terbatas ( Koentjaraningrat, 1970).
Tu’u Belis merupakan sala satu budaya khas masyarakat Rote Ndao yang turun-temurun
telah diwariskan oleh suku-suku yang ada di kabupaten Rote Ndao. Pada prakteknya Tu’u
Belis merupakan sala satu kegiatan riil gotong royong di tengah masyarakat, gotong royong
disini bentuknya dalam hal pelaksanaan pesta ( pesta adat perkawinan). Biasanya yang
diundang untuk hadir dalam acara Tu’u Belis adalah keluarga dekat atau keluarga besar,
kerabat dan juga tetangga ( Haning, 2006).
Masyarakat Nusa Tenggara Timur, yang terdiri dari berbagai suku dan kelompok etnis,
hidup dalam berbagai ragam sosial budaya yang terbesar di seluruh wilayah ini. Khususnya
masyarakat pedesaan, tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang, seperti adat istiadat,
dipegang teguh masing-masing kesatuan sosial baik yang besar, sederhana maupun yang
kecil. Pola hubungan masyarakat ini dilakukan secara baik perorangan maupun secara umum
yang diatur melalui lembaga adat. Lembaga adat memang peran penting dalam kehidupan
masyarakat di Nusa Tenggara Timur terutama di bidang kehidupan religious, sistem
kekerabatan, perkawinan adat dan upacara adat warisan Sajogyo (1994).
Perkawinan adat merupakan urusan suku dan masyarakat dan bukan hanya menjadi
urusan calon suami dan calon istri. Kondisi seperti ini terdapat pada masyarakat Desa
Oehandi di Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao yang memiliki perkawinan
adat yang khas dan sangat penting bagi masyarakat setempat, karena dalam perkawinan ini
terdapat budaya gotong royong yang biasanya dikenal dengan Tu,u Belis. ( Haning, 2006).
Budaya Tu’u Belis merupakan budaya kerja sama yang ada dalam kehidupan
masyarakat Rote sejak dahulu,yakni budaya gotong royong dalam menanggung dan
mengumpulkan materi baik dalam bentuk uang,perabot rumah tanggah maupun hewan dalam
proses perkawinan masyarakat Rote.
Budaya Tu’u Belis dalam acara perkawinan di Desa Oehandi telah berlangsung selama
ratusan tahun dan berujung dengan pesta pora yang ditandai dengan ritual makan dan minum
selama berhari-hari. Kemeriahan pesta adalah mutlak, puluhan hingga ratusan hewan ternak
dikorbankan tanpa mengenal status sosial keluarga makin meriah pula pesta yang digelar.
(Ndolu, 2008).
2.2.Definisi Konsep
2.2.1. Pelaksanaan Tu’u Belis
Pelaksanaan Tu’u Belis akan berlangsung saat kedua keluarga calon mempelai
memastikan tanggal pernikahan. Saat itulah besaran Belis (mas kawin) diketahui yang
ditanggung keluarga besar calon mempelai pria. Melalui tahapanTu’u Belis untuk
memastikan kesanggupan kerabat soal besaran sumbangan. Sumbangan yang diberikan oleh
kerabat baik uang maupun ternak, dicatat nama penyumbang, jumlah uang, hingga kondisi
ternak (lingkar perut atau gemuk-tidaknya ternak). Setidaknya ada tiga tahapan Tu’u Belis,
yakni Tu’u Daftar (mendaftar keluarga yang akan diundang), Tu’u Kumpul Keluarga
(membicarakan sumbangan yang akan diberikan), dan Tu’u Penyetoran (menyerahkan
sumbangan). Barulah acara pesta nikah dilangsungkan (Ndolu, 2008).
2.2.2. Manfaat Tu’u Belis
Manfaat budaya Tu’u Belis bagi masyarakat Rote adalah untuk saling membantu
dalam meringankan biaya dalam urusan perkawinan bagi anggota masyarakat dan menjadi
acara untuk mempererat jalinan hubungan persaudaraan ( Haning, 2006).
2.2.3. Hambatan Tu’u Belis
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat mulai perlahan-
lahan meninggalakan budaya Tu’u Belis dan lebih memilih untuk memperoleh dana atau
biaya dengan mengambil kredit pada lembaga-lembaga keuangan baik bank maupun koperasi
untuk proses perkawinan maka budaya kerja sama atau Tu’u Belis pun secara perlahan-lahan
mengalami penurunan dalam tingkat partisipasi dalam kalangan masyarakat pulau Rote
khususnya di Desa Oehandi Kecamatan Rote Barat Daya Kabupaten Rote Ndao (Sinlae 2012)
2.2.4. Pelestarian Tu’u Belis
Pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat
dibangun dengan mengkedepankan tiga pilar utama yaitu pilar pengembangan ekonomi
masyarakat, pilar pelestarian dan pilar kemandrian masyarakat. Pilar pertama menyangkut
aspek nilai guna adat istiadat bagi tumbuh kembangnya ekonomi masyarakat untuk
menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pilar yang kedua menyangkut aspek
kebertahanan identitas sosial budaya masyarakat yang menyokong pada integrasi nasional.
Pilar ketiga berkaitan dengan kemampuan masyarakat melaksanakan pengorganisasian
potensi adat istiadat dan nilai sosial budaya secara otonom, mandiri dan profesional
(Wahyudi.2011).
Upaya pelestarian budaya Tu’u Belis perlu adanya partisipasi antara pemerintah daerah
dan masyarakat agar dapat membangun kelompok pemerhati budaya sehingga dengan
demikian maka budaya Tu’u Belis dapat terus di laksanakan.
2.3.Kerangka Konsep
Berdasarkan hal tersebut, maka adapun kerangka konsep dalam proposal ini,sebagai
berikut:
BUDAYA TU’U BELIS (KUMPUL KELUARGA) DALAM ADAT PERKAWINAN DI
DESA OEHANDI KECAMATAN ROTE BARAT DAYA KABUPATEN ROTE NDAO
2.4.Operasional Konsep
2.4.1. Budaya Tu’u Belis merupakan budaya gotong royong dalam menanggung dan
mengumpulkan materi baik dalam bentuk uang,perabot rumah tanggah maupun hewan dalam
proses perkawinan masyarakat Rote. Hal ini biasanya di lakukan oleh piak laki-laki.
2.4.2. Pelaksanaan Tu’u Belis terdapat tiga tahapan yakni; 1) Tu’u daftar (mendaftar nama-nama
keluarga atau kerabat yang akan diundang) biasanya berlangsung setelah kedua keluarga
calon mempelai memastikan tanggal pernikahan. Saat itulah besaran Belis (mas kawin)
diketahui yang ditanggung keluarga besar calon mempelai pria. 2) Tu’u kumpul Keluarga
(membicarakan sumbangan yang akan diberikan) berlangsung sebelum tanggal pernikahan
yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak, agar tidak terjadi kesalah atau kelalayan pada
saat penyetoran maka nama dan biaya penyumbang akan dicatat dalam sebuah buku dan buku
tersebut biasanya di sebut buku Lei. 3) Tu’u Penyetoran (menyerahkan sumbangan)
berlangsung setelah acara pernikahan selesai karena setelah itu keluarga perempuan akan
mengantarkan kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki yang biasanya di kenal
dengan Dododek. Akhir dari acara perkawina ada acara yang biasanya dikenal denga Simbo
Mbule Sion.
2.4.3. Manfaat budaya Tu’u Belis bagi masyarakat Rote Ndao
1) Sosial adalah untuk mempererat jalinan hubungan persaudaraan antara individu dengan
individu, individu dengan kelopok mau pun kelompok dengan kelompok.
2) Ekonomi adalah untuk saling membantu dalam meringankan biaya dalam urusan perkawinan
bagi anggota masyarakat
2.4.4. Hambatan-hambatan yang di alami oleh masyarakat dalam melsetarikan budaya antara lain
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat sendiri, Kurangnya dan pengaruh dari
masuknya budaya asing yang mempengaruhi budaya lokal.
2.4.5. Upaya pelestarian budaya Tu’u Belis dalam upaya pelestarian budaya Tu’u Belis perlu
adanya partisipasi antara pemerintah daerah dan oleh masyarakat dalam membangun
kelompok pelestari budaya sehingga budaya Tu’u Belis dapat terus di laksanakan.
III. METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanaklan di Desa Oehandi Kecamatan Rote Barat Daya Kabupaten
Rote Nado karena daerah tersebut merupakan daerah yang dekat dengan tempat tinggal
peneliti sehingga peneliti lebih memahami karakteristik daerah tersebut dan lebih mudah
dalam melakukan penelitian
3.2.Informan
Sumber informasi utama diperoleh dari pimpinan desa, tua adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat. Dengan jumlah masing-masing sebagai berikut:
1) Kepala Desa dan Sekretaris : 2 Orang
2) Tua Adat : 5 Orang
3) Tokoh Agama : 3 Orang
4) Tokoh
Masyarakat :10 Orang
Jumlah :20 Orang