Anda di halaman 1dari 13

Masyarakat Pesisir Ditinjau Dari Segi Budaya

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya (62%)
merupakan perairan laut, selat dan teluk; sedangkan 38 % lainnya adalah daratan yang
didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk.
Demikian luasnya wiliyah laut di Indonesia sehingga mendorong masyarakat yang hidup di
sekitar wilayah laut memanfaatkan sumber kelautan sebagai tumpuan hidupnya. Ketergantungan
masyarakat terhadap sektor kelautan ini memberikan identitas tersendiri sebagai masyarakat
pesisir dengan pola hidup yang dikenal sebagai kebudayaan pesisir (Geertz, H., 1981: 42).
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di Eropa pada
abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya
ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka
menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara
pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu
kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya. Pada akhir abad ke-19, para ahli
antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan-kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari
kebudayaan induknya-mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Sebuah
kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan, yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki
sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya
sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas,
kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Berbicara masalah budaya, Indonesia mempunyai berbagai macam suku ras, adat, dan budaya
serta alam lainnya. Indonesia juga kaya akan budaya. Namun seiring dengan perkembangan
jaman era globalisasi. Kebudayaan Indonesia mulai luntur. Hal ini dikarenakan semakin
berkembangnya teknologi. Dengan demikian pola pikir Indonesia menjadi terpengaruh
kehidupan barat atau pola budaya Barat, sehingga mereka melupakan kebudayaannya sendiri.
Desa pesisir merupakan entitas sosial,ekonomi, ekologi dan budaya, yang menjadi batas antara
daratan dan lautan, di mana di dalamnya terdapat suatu kumpulan manusia yang memiliki pola
hidup dan tingkah laku serta karakteristik tertentu. Masyarakat pesisir ini menjadi tuan rumah di
wilayah pesisir sendiri. Mereka menjadi pelaku utama dalam pembangunan kelautan dan
perikanan, serta pembentuk suatu budaya dalam kehidupan masyarakat pesisir. Banyak
diantaranya faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat pesisir menjadi suatu komunitas yang
terbelakang atau bahkan terisolasi sehingga masih jauh untuk menjadikan semua masyarakat
setempat sejahtera. Dilihat dari faktor internal masyarakat pesisir kurang terbuka terhadap
teknologi dan tidak cocoknya pengelolaan sumberdaya dengan kultur masyarakat setempat.
Sebagai usaha untuk menindak lanjuti masalah tersebut, pemerintah seharusnya membekali
masyarakat dengan Ilmu pengetahuan Budaya, agar manusia dapat menjadi manusia yang
berbudaya dan agar tidak melupakan budayannya sendiri.
Oleh karena itu, kebudayaan Pesisir dapat diartikan sebagai sistem-sistem pengetahuan yang
isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan yang dipunyai dan dijiwai oleh
masyarakat pendukungnya. Perangkat model-model pengetahuan tadi, berisi konsep-konsep,
teori-teori, dan metode atau teknik . Keseluruhannya itu digunakan secara selektif untuk
melangsungkan kehidupan, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan: fisik, sosial, dan integratifnya
dalam lapangan: bahasa, agama, seni, ilmu pengetahuan, organisasi sosial (politik), teknologi,
dan ekonomi.
Dengan demikian, makalah ini akan membahas lebih lanjut pada bab pembahasan mengenai
masyarakat pesisir yang ditinjau dari segi budayanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu masyarakat pesisir?
2. Apa itu budaya?
3. Apa wujud dan komponen budaya?
4. Apa unsur-unsur budaya?
5. Apa bentuk perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat?
6. Apa contoh gambaran budaya dan tradisi pada masyarakat pesisir?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami definsi masyarakat pesisir
2. Untuk memahami definisi budaya
3. Untuk memahami wujud dan komponen budaya
4. Untuk memahami unsur-unsur budaya
5. Untuk memahami perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat
6. Untuk memahami gambaran budaya dan tradisi pada masyarakat pesisir

II. PEMBAHASAN

A. MASYARAKAT PESISIR
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut,
angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air
tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang
Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan
sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke
arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan
propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Secara teoritis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan melakukan aktifitas
sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian,
secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan
kondisi sumberdaya pesisir dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat
pula didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir tanpa
mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan
potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
Menurut Fahmi, Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau
suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya
bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.

B. BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
(http://id.wikipedia.org)
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa pengertian kebudayaan oleh beberapa ahli adalah :
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu
yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
2. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi
ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
3. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
4. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
5. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat. (http://id.wikipedia.org)
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu
yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

D. WUJUD DAN KOMPONEN BUDAYA


a. Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yakni:
1. Gagasan (Wujud ideal) adalah wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka
itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
(http://id.wikipedia.org)

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur
dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
b. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
(http://id.wikipedia.org)

E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau
teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan
unsur kebudayaan fisik), yaitu: (1) alat-alat produktif; (2) senjata; (3) wadah; (4) alat-alat
menyalakan api; (5) makanan; (6) pakaian; (7) tempat berlindung dan perumahan; (8) alat-alat
transportasi.
b. Sistem Mata Pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata
pencaharian tradisional saja, di antaranya: (1) Berburu dan meramu; (2) Beternak; (3) Bercocok
tanam di ladang; (4) Menangkap ikan.
c. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes
mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk
menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Dalam kajian sosiologi-
antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil
hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum
kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga
bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana
partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu
hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
d. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang
lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata
krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk
mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk
mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai
cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana
hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
f. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan
mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan
adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup
bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama
(bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti "menambatkan"),
adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of
Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai Sebuah
institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan
menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus
diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun
Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti
misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga mempengaruhi kesenian.
g. Sistem Ilmu Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda,
sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia.
Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut
logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi: (1) pengetahuan tentang alam; (2)
pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya; (3) pengetahuan tentang tubuh
manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia; (4) pengetahuan tentang
ruang dan waktu. (http://id.wikipedia.org)
F. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan
kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya
merupakan penyebab dari perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial yakni: (1) tekanan kerja dalam
masyarakat; (2) keefektifan komunikasi; (3) perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat,
penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es
berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru
lainnya dalam kebudayaan.
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara yakni:
1. Penetrasi damai (penetration pasifique) adalah Masuknya sebuah kebudayaan dengan
jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.
Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya
khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara
damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan
asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang
berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan
asli.
2. Penetrasi Kekerasan (penetration violante) adalah Masuknya sebuah kebudayaan dengan
cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang
merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya
dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat
di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.

G. CONTOH GAMBARAN BUDAYA DAN TRADISI MASYARAKAT PESISIR

Masyarakat Pesisir meyakini bahwa lautan yang dimiliki oleh mereka berdasarkan pembagian
kawasan laut yang disahkan oleh Raja Desa itu merupakan suatu sumberdaya alam yang
dijadikan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lebihnya dijual untuk keuntungannya.
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat agraris atau petani.
Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen
yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk
mencapai hasil pendapatan yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir
yang mata pencahariannya didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut dengan laut untuk
mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol.
Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan beresiko tinggi. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan memiliki karakter yang tegas, keras, dan
terbuka (Satria, 2002).
Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya, aspek
pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial. Dilihat dari aspek pengetahuan,
masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya mereka
untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka menggunakan rasi bintang.

Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut
memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah
laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya terhadap adat-
adat seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk formalitas
semata. Begitu juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya, nelayan bergolong kasta
rendah.
Kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangatlah
beragam. perkembanagan sosial budaya ini secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh
faktor alam. Perkembangan selanjutnya memberikan karakteristik dalam aktifitasnya mengelola
SDA. Tidaklah jarang ditemukan bahwa masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil belum tentu
memilih laut sebagai lahan mata pencarian utama. Demikian pula, pada menunjukan pola dan
karakter yang berbeda dari kawasan perairan satu ke kawasan lain memiliki pola yang berbeda.
Adat istiadat suku yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sangatlah beragam
pula. Di beberapa tempat sering dijumpai adanya budaya pengaturan lahan laut atau sering
disebut Hak ulayat laut. Aturan-aturan semacam ini merupakan satu kearifan local yang perlu
dihargai sesuai dengan UUD 1945 Pasal 18B ayat 2 yang disebutkan bahwa Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dengan Undang-Undang.
Kebudayaan masyarakat pesisir dapat diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan atau sistem
kognisi yang ada dan berkembang pada masyarakat pesisir, yang isinya adalah perangkat-
perangkat model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan yang dihadapi untuk mendorong dan menciptakan kelakuan-
kelakuan yang diperlukan.
Dalam pengertian, kebudayaan adalah suatu model pengetahuan yang dijadikan pedoman atau
pegangan oleh manusia untuk bersikap atau bertindak dan beradaptasi dalam menghadapi
lingkungannya untuk dapat melangsungkan kehidupannya (lihat Suparlan 1983:67).
Masyarakat pesisir memerlukan bentuk kegiatan nyata yang dapat membangun ekonomi mereka
tanpa menghilangkan kultur dan karakteristik dari masyarakat pesisir tersebut. Maka diperlukan
bentuk kegiatan yang berbasis masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang no.22 tahun 1999
tentang desentralisasi dan otonomi daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk
mengurus sendiri segala urusan daerahnya. Begitu juga dengan wilayah pesisir, ketua masyarakat
atau kepala suku dapat bekerjasama dengan penduduk untuk mengurus pesisir dan lautnya sesuai
dengan adat mereka.
Kerajinan tangan, tarian, silat tradisional dan masih banyak lainnya telah menjadi bukti betapa
masyarakat pesisir ini seperti masyarakat kaledupa memiliki beragam budaya yang tak kalah
dengan daerah lain. Jenis dan penggunaannya pun terasa sangat jelas dan memiliki nilai yang
besar dikalangan masyarakat. Penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya tentu
harus menjadi sesuatu yang mendasar demi tercapainya kelestarian budaya masyarakat karena
betapapun modernnya suatu masyarakat rasanya sangat sulit untuk mencapai sebuah
keharmonisan tanpa adanya nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman hidup disamping Al-
Quran dan Al-Hadits serta pertaturan-peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat dan
pemerintah.
Penghargaan terhadap nilai budaya di lingkungan kehidupan masyarakat Kaledupa terlihat dari
masih banyaknya padepokan-padepokan yang mempelajari silat tradisional khas daerah serta
taman belajar tarian yang mempelajari berbagai jenis tarian dan kesenian tradisional daerah yang
bersangkutan. Melestarikan berbagai kesenian daerah bukan berarti bahwa mereka tidak mau
mengikuti perkembangan zaman yang serba modern ini tetapi hanya ingin agar budaya warisan
dari leluhur mereka tidak punah ditelah waktu dan keadaan yang serba modern seperti sekarang
ini.
Tradisi sedekah laut juga merupakan sebuah bentuk rasa syukur yang hampir dimiliki banyak
masyarakat pesisir di Nusantara. Tradisi sedekah laut dihelat sebagai wujud syukur kepada
Tuhan atas limpahan kekayaan laut yang dapat menghidupi para nelayan. Di Karimunjawa tradisi
sedekah laut dikenal dengan nama Pesta Lomba dan dilaksanakan pada hari ketujuh setelah Idul
Fitri.
Tradisi masyarakat pesisir didaerah pantai utara jawa yaitu Indramayu, dan Cirebon juga terdapat
upacara nadran yaitu mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu
untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut,
sekaligus merupakan ritual tolak bala (keselamatan). Sesajen yang diberikan, disebut ancak, yang
berupa anjungan berbentuk replika perahu yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-
buahan, makanan khas, dan lain sebagainya. Sebelum dilepaskan ke laut, ancak diarak terlebih
dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan sambil diiringi dengan berbagai
suguhan seni tradisional, seperti tarling, genjring, barongsai, telik sandi, jangkungan, ataupun
seni kontemporer (drumband).
Tradisi masyarakat pesisir sangat kental dengan aktivitas bahari, jauh sebelum teknologi mesin
modern menempel di perahu-perahu mereka, jauh sebelum itu mereka ber-panggayo dari satu
tempat ke tempat lainnya. Panggayo (Bahasa yang digunakan masyarakat pesisir Maluku), atau
dalam bahasa Indonesia berarti mendayung yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dan
adaptasi masyarakat pesisir wilayah yang dikelilingi laut tersebut dalam menyambung rantai
kehidupan mereka.
Bagi masyarakat daerah pesisir, menangkap ikan dengan cara yang tradisional selain untuk
melestarikan budaya pendahulu juga dianggap sebagai cara yang tepat untuk tetap bisa
bersahabat dengan alam sekitar yang telah menjadi tempat menggantungkan hidup mereka.
Kedekatan mereka dengan alam sekitar telah terbukti dengan tetap lestarinya fauna dan flora
yang tersebar luar disepanjang pantai dan lautan tempat mereka menghabiskan waktu untuk
mencari penghidupan.
III. RANGKUMAN
Adapun rangkuman dari isi pembahasan di atas adalah:
a. Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu
komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung
secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.
b. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
c. Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yakni: (1) gagasan
(wujud ideal); (2) aktivitas (tindakan); (3) artefak (karya). Berdasarkan wujudnya tersebut,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama yaitu kebudayaan material dan
kebudayaan nonmaterial.
d. Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain: (1) peralatan
dan perlengkapan hidup (teknologi); (2) sistem mata pencaharian; (3) sistem kekerabatan dan
organisasi sosial; (3) bahasa; (4) kesenian; (5) sistem kepercayaan; dan (6) sistem ilmu
pengetahuan.
e. Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan
kebudayaan asing. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial yakni: (1) tekanan
kerja dalam masyarakat; (2) keefektifan komunikasi; (3) perubahan lingkungan alam. Penetrasi
kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi
kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara yakni, penetrasi damai (penetration pasifique) dan
Penetrasi Kekerasan (penetration violante).
f. Kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia sangatlah
beragam. perkembanagan sosial budaya ini secara langsung dan tidak langsung dipengaruhi oleh
faktor alam. Perkembangan selanjutnya memberikan karakteristik dalam aktifitasnya mengelola
SDA. Tidaklah jarang ditemukan bahwa masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil belum tentu
memilih laut sebagai lahan mata pencarian utama. Demikian pula, pada menunjukan pola dan
karakter yang berbeda dari kawasan perairan satu ke kawasan lain memiliki pola yang berbeda.
g. Berdasarkan Undang-Undang no.22 tahun 1999 tentang desentralisasi dan otonomi daerah
yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus sendiri segala urusan daerahnya.
Begitu juga dengan wilayah pesisir, ketua masyarakat atau kepala suku dapat bekerjasama
dengan penduduk untuk mengurus pesisir dan lautnya sesuai dengan adat mereka. Kerajinan
tangan, tarian, silat tradisional dan masih banyak lainnya telah menjadi bukti betapa masyarakat
pesisir ini seperti masyarakat kaledupa memiliki beragam budaya yang tak kalah dengan daerah
lain. Penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya tentu harus menjadi sesuatu
yang mendasar demi tercapainya kelestarian budaya masyarakat karena betapapun modernnya
suatu masyarakat rasanya sangat sulit untuk mencapai sebuah keharmonisan tanpa adanya nilai-
nilai budaya yang menjadi pedoman hidup disamping Al-Quran dan Al-Hadits serta pertaturan-
peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Borut, F., 2011, Kebudayaan Masyarakat Maluku,


http://fitrianiborut.blogspot.com/2011/11/kebudayaan-masyarakat-maluku.html, Diakses tanggal
12 September 2013
Nurrachmawati, Anggraeni, 2008, Tradisi Keppercayaan Masyarakat Pesisir Mengenai
Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Tanjung Limau Muara Badak Kalimantan Timur, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Samarinda.
Mudjahirin, 2010, Sosiologi Pedesaan Masyarakat Jawa Pesisiran, Universitas Diponegoro,
Bandung.
Sulviyana, dkk. 2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir. Fakultas Kedokteran
Universitas Haluoleo Kendari.
Yusrizal, 2008, Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Terhadap Status Gizi
Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Hireuen, Universitas Sumatera Utara, Medan.
_______, 2013, Karakteristik Masyarakat Pesisis,
http://zafiraafriza.blogspot.com/2013/06/karakteristik-masyarakat-pesisir-di.html, Diakses
tanggal 12 September 2013.
_______, 2013, Budaya, http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Diakses Tanggal 18 September
2013.
_______, 2013, Pesisir, http://id.wikipedia.org/wiki/Pesisir, Diakses Tanggal 18 September 2013.

Anda mungkin juga menyukai