Anda di halaman 1dari 15

Masyarakat Pesisir Ditinjau Dari Segi Budaya

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-
sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang
terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah
darat dan laut. Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan, seperti nelayan,
pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut.
Masyarakat dikawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai
nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya
yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal,
nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi
menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang
selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya. Seperti juga
masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah sosial
ekonomi yang begitu komplek. Selain permasalahan yang dimiliki oleh nelayan
diatas, “nelayan juga identik dengan keterbatasan aset, lemahnya kemampuan
modal”.
Memanfaatkan potensi laut yang ada sudah menjadi kebiasaan dan cara
utama untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pesisir. Namun kondisi
masyarakat pesisir secara umum lebih-lebih adalah masyarakat nelayan yang
masih tradisional berada dalam kondisi atau di bawah garis kemiskinan.
Berdasarkan uraian diatas Desa Siri-Siri merupakan salah satu Desa yang
terdapat di Kecamatan Inanwatan Kabupaten Sorong Selatan yang menjadi obyek
penulisan karena pada umumnya Desa Siri-Siri dan
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu masyarakat pesisir?
2. Apa itu budaya?
3. Apa wujud dan komponen budaya?
4. Apa unsur-unsur budaya?
5. Apa bentuk perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat?
6. Apa contoh gambaran budaya dan tradisi pada masyarakat pesisir?
C. TUJUAN
1. Untuk memahami definsi masyarakat pesisir
2. Untuk memahami definisi budaya
3. Untuk memahami wujud dan komponen budaya
4. Untuk memahami unsur-unsur budaya
5. Untuk memahami perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat
6. Untuk memahami gambaran budaya dan tradisi pada masyarakat pesisir

II. PEMBAHASAN

A. MASYARAKAT PESISIR
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari
garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan
propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi
kabupaten/kota.
Secara teoritis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang tinggal dan
melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan sumberdaya wilayah
pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir
dan lautan. Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula
didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di wilayah pesisir
tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki aktifitas sosial ekonomi yang
terkait dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
Menurut Fahmi, Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan
sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada
pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.

B. BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
(http://id.wikipedia.org)
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa pengertian kebudayaan oleh beberapa ahli adalah :
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.
2. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
3. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian
nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan
artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
4. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
5. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah
sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. (http://id.wikipedia.org)
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
D. WUJUD DAN KOMPONEN BUDAYA
a. Wujud
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yakni:
1. Gagasan (Wujud ideal) adalah wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan
yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan,
dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam
bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut
pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret
diantara ketiga wujud kebudayaan. (http://id.wikipedia.org)
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang
satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas)
dan karya (artefak) manusia.
b. Komponen
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama:
1. Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,
konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan,
senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar
langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional. (http://id.wikipedia.org)
E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara
segala peralatan dan perlengkapan.
Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat,
dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-
hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang
hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional
(disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu: (1) alat-alat
produktif; (2) senjata; (3) wadah; (4) alat-alat menyalakan api; (5) makanan; (6)
pakaian; (7) tempat berlindung dan perumahan; (8) alat-alat transportasi.
b. Sistem Mata Pencaharian
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada
masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya: (1) Berburu dan
meramu; (2) Beternak; (3) Bercocok tanam di ladang; (4) Menangkap ikan.
c. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur
sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat
dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang
bersangkutan. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam
kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar seperti
keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita
juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas,
keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk
oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum,
yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa
dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak
dapat mereka capai sendiri.
d. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan
diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus
mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum
dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan
berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian
yang kompleks.
f. Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam
menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad
raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan


kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin
religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang
penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and
Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai “Sebuah
institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk
beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang
terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati”.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama
Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama
dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.
Agama juga mempengaruhi kesenian.
g. Sistem Ilmu Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh
semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-
percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi: (1) pengetahuan
tentang alam; (2) pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di
sekitarnya; (3) pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan
tingkah laku sesama manusia; (4) pengetahuan tentang ruang dan waktu.
(http://id.wikipedia.org)
F. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan
kontak dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala
berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang
masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan
sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial yakni: (1)
tekanan kerja dalam masyarakat; (2) keefektifan komunikasi; (3) perubahan
lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan
masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh,
berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan
kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke
kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara yakni:
1. Penetrasi damai (penetration pasifique) adalah Masuknya sebuah
kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan
Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut
tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat
setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya
unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan
menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah bersatunya
dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa menghilangkan
unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk
kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang
berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan
kebudayaan asli.
2. Penetrasi Kekerasan (penetration violante) adalah Masuknya sebuah
kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam
masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda
yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih
melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.
G. CONTOH GAMBARAN BUDAYA DAN TRADISI MASYARAKAT
PESISIR
Masyarakat Pesisir meyakini bahwa lautan yang dimiliki oleh mereka
berdasarkan pembagian kawasan laut yang disahkan oleh Raja Desa itu
merupakan suatu sumberdaya alam yang dijadikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan lebihnya dijual untuk keuntungannya.
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik masyarakat
agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani mempunyai pendapatan yang
dapat dikontrol karena pola panen yang terkontrol sehingga hasil pangan atau
ternak yang mereka miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan
yang mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang mata
pencahariannya didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut dengan laut untuk
mendapatkan penghasilan, maka pendapatan yang mereka inginkan tidak bisa
dikontrol. “Nelayan menghadapi sumberdaya yang bersifat open acces dan
beresiko tinggi. Hal tersebut menyebabkan masyarakat pesisir sepeti nelayan
memiliki karakter yang tegas, keras, dan terbuka” (Satria, 2002).
Selain itu, karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek
diantaranya, aspek pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial.
Dilihat dari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari
warisan nenek moyangnya misalnya mereka untuk melihat kalender dan penunjuk
arah maka mereka menggunakan rasi bintang.

Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih


menganggap bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering
melakukan adat pesta laut atau sedekah laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari
sebagian penduduk yang tidak percaya terhadap adat-adat seperti pesta laut
tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk formalitas semata.
Begitu juga dengan posisi nelayan sosial, pada umumnya, nelayan bergolong
kasta rendah.
Kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di
Indonesia sangatlah beragam. perkembanagan sosial budaya ini secara langsung
dan tidak langsung dipengaruhi oleh faktor alam. Perkembangan selanjutnya
memberikan karakteristik dalam aktifitasnya mengelola SDA. Tidaklah jarang
ditemukan bahwa masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil belum tentu memilih
laut sebagai lahan mata pencarian utama. Demikian pula, pada menunjukan pola
dan karakter yang berbeda dari kawasan perairan satu ke kawasan lain memiliki
pola yang berbeda.
Adat istiadat suku yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sangatlah beragam pula. Di beberapa tempat sering dijumpai adanya budaya
pengaturan lahan laut atau sering disebut Hak ulayat laut. Aturan-aturan semacam
ini merupakan satu kearifan local yang perlu dihargai sesuai dengan UUD 1945
Pasal 18B ayat 2 yang disebutkan bahwa Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dengan Undang-Undang.
Kebudayaan masyarakat pesisir dapat diartikan sebagai keseluruhan
pengetahuan atau sistem kognisi yang ada dan berkembang pada masyarakat
pesisir, yang isinya adalah perangkat-perangkat model pengetahuan yang secara
selektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang
dihadapi untuk mendorong dan menciptakan kelakuan-kelakuan yang diperlukan.
Dalam pengertian, kebudayaan adalah suatu model pengetahuan yang
dijadikan pedoman atau pegangan oleh manusia untuk bersikap atau bertindak dan
beradaptasi dalam menghadapi lingkungannya untuk dapat melangsungkan
kehidupannya (lihat Suparlan 1983:67).
Masyarakat pesisir memerlukan bentuk kegiatan nyata yang dapat
membangun ekonomi mereka tanpa menghilangkan kultur dan karakteristik dari
masyarakat pesisir tersebut. Maka diperlukan bentuk kegiatan yang berbasis
masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang no.22 tahun 1999 tentang desentralisasi
dan otonomi daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus
sendiri segala urusan daerahnya. Begitu juga dengan wilayah pesisir, ketua
masyarakat atau kepala suku dapat bekerjasama dengan penduduk untuk
mengurus pesisir dan lautnya sesuai dengan adat mereka.
Kerajinan tangan, tarian, silat tradisional dan masih banyak lainnya telah
menjadi bukti betapa masyarakat pesisir ini seperti masyarakat kaledupa memiliki
beragam budaya yang tak kalah dengan daerah lain. Jenis dan penggunaannya pun
terasa sangat jelas dan memiliki nilai yang besar dikalangan masyarakat.
Penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya tentu harus menjadi
sesuatu yang mendasar demi tercapainya kelestarian budaya masyarakat karena
betapapun modernnya suatu masyarakat rasanya sangat sulit untuk mencapai
sebuah keharmonisan tanpa adanya nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman
hidup disamping Al-Qur’an dan Al-Hadits serta pertaturan-peraturan yang
ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah.
Penghargaan terhadap nilai budaya di lingkungan kehidupan masyarakat
Kaledupa terlihat dari masih banyaknya padepokan-padepokan yang mempelajari
silat tradisional khas daerah serta taman belajar tarian yang mempelajari berbagai
jenis tarian dan kesenian tradisional daerah yang bersangkutan. Melestarikan
berbagai kesenian daerah bukan berarti bahwa mereka tidak mau mengikuti
perkembangan zaman yang serba modern ini tetapi hanya ingin agar budaya
warisan dari leluhur mereka tidak punah ditelah waktu dan keadaan yang serba
modern seperti sekarang ini.
Tradisi sedekah laut juga merupakan sebuah bentuk rasa syukur yang hampir
dimiliki banyak masyarakat pesisir di Nusantara. Tradisi sedekah laut dihelat
sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas limpahan kekayaan laut yang dapat
menghidupi para nelayan. Di Karimunjawa tradisi sedekah laut dikenal dengan
nama Pesta Lomba dan dilaksanakan pada hari ketujuh setelah Idul Fitri.
Tradisi masyarakat pesisir didaerah pantai utara jawa yaitu Indramayu, dan
Cirebon juga terdapat upacara nadran yaitu mempersembahkan sesajen (yang
merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada
penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut, sekaligus merupakan ritual tolak
bala (keselamatan). Sesajen yang diberikan, disebut ancak, yang berupa anjungan
berbentuk replika perahu yang berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-
buahan, makanan khas, dan lain sebagainya. Sebelum dilepaskan ke laut, ancak
diarak terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan sambil
diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional, seperti tarling, genjring,
barongsai, telik sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer (drumband).
Tradisi masyarakat pesisir sangat kental dengan aktivitas bahari, jauh
sebelum teknologi mesin modern menempel di perahu-perahu mereka, jauh
sebelum itu mereka ber-panggayo dari satu tempat ke tempat lainnya. Panggayo
(Bahasa yang digunakan masyarakat pesisir Maluku), atau dalam bahasa
Indonesia berarti mendayung yang merupakan salah satu bentuk kearifan lokal
dan adaptasi masyarakat pesisir wilayah yang dikelilingi laut tersebut dalam
menyambung rantai kehidupan mereka.
Bagi masyarakat daerah pesisir, menangkap ikan dengan cara yang tradisional
selain untuk melestarikan budaya pendahulu juga dianggap sebagai cara yang
tepat untuk tetap bisa bersahabat dengan alam sekitar yang telah menjadi tempat
menggantungkan hidup mereka. Kedekatan mereka dengan alam sekitar telah
terbukti dengan tetap lestarinya fauna dan flora yang tersebar luar disepanjang
pantai dan lautan tempat mereka menghabiskan waktu untuk mencari
penghidupan.
III. RANGKUMAN

Adapun rangkuman dari isi pembahasan di atas adalah:


a. Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan sebagai kelompok orang atau
suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan
perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut
dan pesisir.
b. Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
c. Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yakni:
(1) gagasan (wujud ideal); (2) aktivitas (tindakan); (3) artefak (karya).
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua
komponen utama yaitu kebudayaan material dan kebudayaan nonmaterial.
d. Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
(1) peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi); (2) sistem mata pencaharian;
(3) sistem kekerabatan dan organisasi sosial; (3) bahasa; (4) kesenian; (5) sistem
kepercayaan; dan (6) sistem ilmu pengetahuan.
e. Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan
kontak dengan kebudayaan asing. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan sosial yakni: (1) tekanan kerja dalam masyarakat; (2) keefektifan
komunikasi; (3) perubahan lingkungan alam. Penetrasi kebudayaan adalah
masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi
kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara yakni, penetrasi damai (penetration
pasifique) dan Penetrasi Kekerasan (penetration violante).
f. Kehidupan sosial budaya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia
sangatlah beragam. perkembanagan sosial budaya ini secara langsung dan tidak
langsung dipengaruhi oleh faktor alam. Perkembangan selanjutnya memberikan
karakteristik dalam aktifitasnya mengelola SDA. Tidaklah jarang ditemukan
bahwa masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil belum tentu memilih laut sebagai
lahan mata pencarian utama. Demikian pula, pada menunjukan pola dan karakter
yang berbeda dari kawasan perairan satu ke kawasan lain memiliki pola yang
berbeda.
g. Berdasarkan Undang-Undang no.22 tahun 1999 tentang desentralisasi dan
otonomi daerah yang memberikan wewenang kepada daerah untuk mengurus
sendiri segala urusan daerahnya. Begitu juga dengan wilayah pesisir, ketua
masyarakat atau kepala suku dapat bekerjasama dengan penduduk untuk
mengurus pesisir dan lautnya sesuai dengan adat mereka. Kerajinan tangan, tarian,
silat tradisional dan masih banyak lainnya telah menjadi bukti betapa masyarakat
pesisir ini seperti masyarakat kaledupa memiliki beragam budaya yang tak kalah
dengan daerah lain. Penghargaan dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya
tentu harus menjadi sesuatu yang mendasar demi tercapainya kelestarian budaya
masyarakat karena betapapun modernnya suatu masyarakat rasanya sangat sulit
untuk mencapai sebuah keharmonisan tanpa adanya nilai-nilai budaya yang
menjadi pedoman hidup disamping Al-Qur’an dan Al-Hadits serta pertaturan-
peraturan yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Borut, F., 2011, Kebudayaan Masyarakat


Maluku, http://fitrianiborut.blogspot.com/2011/11/kebudayaan-masyarakat-
maluku.html, Diakses tanggal 12 September 2013
Nurrachmawati, Anggraeni, 2008, Tradisi Keppercayaan Masyarakat Pesisir Mengenai
Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Tanjung Limau Muara Badak Kalimantan
Timur, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Samarinda.
Mudjahirin, 2010, Sosiologi Pedesaan Masyarakat Jawa Pesisiran, Universitas Diponegoro,
Bandung.
Sulviyana, dkk. 2012. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir. Fakultas Kedokteran
Universitas Haluoleo Kendari.
Yusrizal, 2008, Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Terhadap Status
Gizi Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Hireuen, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
_______, 2013, Karakteristik Masyarakat
Pesisis, http://zafiraafriza.blogspot.com/2013/06/karakteristik-masyarakat-pesisir-
di.html, Diakses tanggal 12 September 2013.
_______, 2013, Budaya, http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya, Diakses Tanggal 18
September 2013.
_______, 2013, Pesisir, http://id.wikipedia.org/wiki/Pesisir, Diakses Tanggal 18 September
2013.

Anda mungkin juga menyukai