Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan zaman akhir-akhir ini dan diera globalisasi dimana
semuanya serba instan ternyata dibalik kemudahan yang selalu kita temui ini terdapat
pelanggaran-pelanggaran etika didalamnya. Seperti makanan, dan minuman yang
menjadi konsumsi masyarakat umum jaman sekarang mulai mencemaskan masyarakat
itu sendiri. Hal ini dapat terjadi dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat itu
sendiri akan standar makanan, dan minuman yang layak bagi mereka dan minimnya
informasi/ himbauan serta pengawasan yang dilakukan pemerintah kepada masyarakat
disinyalir merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya pelanggaran kode etik
dalam makanan, dan minuman.
Dan akhir-akhir ini kita sering menyaksikan laporan berita yang berisi tentang
makanan yang telah dicampurin oleh zat-zat yang tidak selayaknya terdapat dalam
makanan itu sendiri atau minuman yang seharusnya bersih tercemar oleh zat-zat yang
malah merusak fungsi dari minuman itu sendiri yang marak menyebar ke masyarakat
yang disalah pergunakan untuk tujuan personal yang mana malah membahayakan
kesehatan orang itu sendiri.
Dari maka itu disini kelompok kami mencoba untuk mencari tahu lebih lanjut
tentang etika dan hukum terhadap produksi makanan dan minuman baik dari segi
hukum pemerintah dan hukum masyarakat sebagai persyaratan tersendiri, standar
kesehatan yang bagaimana yang sebenarnya layak didapatkan oleh masyarakat dan
mengapa penyalahgunaan zat kimia tersebut dapat dibiarkan lolos begitu saja masuk
kedalam lingkungan masyarakat tanpa mendapatkan penanganan yang lebih ketat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pelanggaran etika terhadap makanan, dan minuman?
2. Bagaimana hukum dari masyarakat akibat pelanggaran tersebut?
3. Bagaimana pula hukum dari pemerintah akibat pelanggaran tersebut?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah :
1. Mendiskripsikan macam-macam pelanggaran etika terhadap makanan, dan
minuman.
2. Mengemukakan hukum dari pemerintah akibat ditimbulkannya pelanggaran etika
terhadap makanan dan minuman.
3. Mengemukakan hukum dari pemerintah akibat ditimbulkannya pelanggaran etika
terhadap makanan dan minuman.
4. Menjelaskan upaya-upaya dalam menanggulangi pelanggaran etika terhadap
makanan, dan minuman.

1.4 Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran dan kepustakaan
bagi pembuatan makalah selanjutnya.
2. Makalah ini turut berupaya untuk mengingatkan kita akan bahaya atau dampak yang
ditimbulkan dari adanya pelanggaran etika terhadap makanan, dan minuman

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup


tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati
dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud
pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat
agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya
serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat
kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.
Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Pengertian
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan
yang buruk.

2.2 Hukum

Dasar hukum pengaturan pengamanan peredaran makanan dan minuman yang


dikonsumsi oleh masyarakat yaitu: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan dan peraturan perundangundangan lainnya. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 tahun 2012 Tentang Pangan, Pasal 1 angka 26: Peredaran
Pangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran
Pangan kepada masyarakat, baik diperdagangkan maupun tidak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
mengatur mengenai Pengamanan Makanan dan Minuman. Pasal 109: Setiap orang

3
dan/atau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan
dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi
rekayasa genetik yang diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan
yang dimakan manusia, dan lingkungan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan,
Pasal 1 angka 33: Rekayasa Genetik Pangan adalah suatu proses yang melibatkan
pemindahan gen (pembawa sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang
berbeda atau sama untuk mendapatkan
jenis baru yang mampu menghasilkan produk Pangan yang lebih unggul. Ayat 34:
Pangan Produk Rekayasa Genetik adalah Pangan yang diproduksi atau yang
menggunakan bahan baku, bahan tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang
dihasilkan dari proses rekayasa genetik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2012 Tentang Pangan, Pasal 1 angka 19: Pangan Olahan adalah makanan atau
minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan
tambahan. Pasal 73: Bahan tambahan Pangan merupakan bahan
yang ditambahkan ke dalam Pangan untuk mempengaruhi sifat dan/atau bentuk
Pangan. Penjelasan Pasal 73: Sifat Pangan, antara lain, rasa dan warna Pangan.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian
 Etika adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
 Pelanggaran adalah suatu tindakan yang menyimpang dari norma-norma atau
aturan (norma agama, norma hukum, adat-istiadat, dan lain sebagainya) yang
berlaku di dalam kehidupan.
 Makanan adalah sumber energi dan berbagai zat gizi untuk mendukung hidup
manusia dan kebutuhan pokok manusia karena perannya sangat penting untuk
sumber tenaga, pertumbuhan tubuh, serta melindungi tubuh dari penyakit.
 Minuman adalah zat berupa cairan yang dapat diminum dan dapat
menghapuskan rasa dahaga.
Jadi pelanggaran etika terhadap makanan dan minuman adalah suatu tindakan
yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
mengenai kesehatan makana dan minuman mulai dari proses pembuatan,
pengolahan, pengadaan, sampai dengan pengedaran/penyebarluasannya.

3.2 Macam-Macam Pelanggaran Etika Terhadap Makanan, Dan Minuman


B.1Pelanggaran etika terhadap makanan.
1. Penggunaan bahan aditif makanan yang mengandung zat-zat kimia berbahaya
yang dapat merusak sistem organ dalam tubuh manusia.
Contoh :Rodamin-B atau yang lebih dikenal sebagai pewarna tekstil, sering
digunakan untuk memberi warna pada makanan, minuman, kecap, dan lain
sebagainya.
2. Formalin atau yang lebih dikenal sebagai pengawet mayat, sering digunakan
untuk mengawetkan makanan, seperti ; tahu, bakso, dll. Penggunaan bahan
tambahan makanan melebihi dosis normal.
Contoh :

5
Penggunaan sakarin atau zat pemanis buatan pada konsentrasi tinggi dapat
menimbulkan rasa pahit-getir (nimbrah) dan dapat menyebabkan rasa mual dan
pusing.

B.2 Pelanggaran etika terhadap minuman.


1. Penggunaan zat pewarna tekstil pada minuman.
2. Penggunaan zat pemanis buatan yang berlebihan dan membuat rasa manis
minuman yang terlalu tajam.
3. Pengoplosan minuman beralkohol dengan berbagai jenis zat-zat kimia yang
berbahaya bagi tubuh manusia.
4. Mengkonsumsi minuman beralkohol dengan dosis yang berlebihan, sehingga
menyebabkan hilangnya kesadaran.
5. Penyebarluasan dan penjualan minuman beralkohol secara illegal, tidak
mempunyai ijin bea-cukai
Macam-Macam Zat Berbahaya serta dampak yang ditimbulkan dari zat – zat
yang membahayakan, yang kebanyakan dipakai sebagai bahan tambahan produk
pangan tersebut yaitu :

B.3 Penyebab Timbulnya Pelanggaran Etika Terhadap Makanan, Dan Minuman


Faktor yang menyebabkan timbulnya pelanggaran etika :
a. Faktor ekonomi
Tingkat ekonomi yang rendah biasanya cenderung mendorong seseorang untuk
menghalalkan segala cara agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Faktor sosial
Lingkungan tempat tinggal, organisasi, dan pergaulan sangat berperan dalam
menunjang pembentukan karakter suatu individu.
c. Faktor psikis atau mental
Banyaknya permasalahan, baik dari dalam keluarga, diri sendiri, maupun masalah
antar individu dapat menyebabkan kondisi psikis seseorang menjadi labil.

6
d. Faktor rohani
Kurangnya pendidikan agama yang ditanamkan kepada anak sejak dini, dapat
membuat anak menjadi kehilangan arah dan pedoman hidup.

3.3 Hukum Terhadap Para Pelanggar Etika Produksi Makanan, Dan Minuman
a. Hukum Masyarakat
Seorang ahli sosial bernama Koentjaraningrat mengemukakan beberapa
tindakan masyarakat terhadap pelanggar etika agar menaati aturan-aturan yang
yang berlaku, seperti :
o Mempertebal keyakinan para anggota masyarakat akan kebaikan adat
istiadat yang ada. Jika warga yakin pada kelebihan yang terkandung dalam
aturan sosial yang berlaku, maka dengan rela warga akan mematuhi aturan
itu.
o Memberi ganjaran kepada warga masyarakat. Pemberian ganjaran
melambangkan penghargaan atas tindakan yang dilakukan individu. Hal ini
memotivasi individu untuk tidak mengulangi tindakan tersebut.
o Pendidikan moral dapat dilakukan dengan memantapkan pelaksanaan
pendidikan agama.
o Dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat intregrated, yaitu dengan
melibatkan seluruh disiplin ilmu pengetahuan.
o Harus didukung oleh kemauan, kerjasama yang kompak dan usaha yang
sungguh-sungguh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.

b. Hukum Pemerintah
Pemerintah berperan mencegah terjadinya penyalahgunaan etika dalam
masyarakat serta menjaga keamanan dengan cara mengeluarkan aturan hukum
yang jelas dan tegas. Di samping itu, setiap penyalahguna, pengedar, pemasok,
pengimpor, pembuat, dan penyimpan untuk pengolahan makanan dan minuman
perlu diberikan sanksi atau hukuman yang membuat efek jera bagi si pelaku dan
mencegah yang lain dari kesalahan yang sama.

7
Beberapa undang – undang yang mengatur tentang pangan dan narkotika :
 Menurut undang-undang RI No 7 Tahun 1996 tentang Pangan, pada Bab II
mengenai Keamanan Pangan, pasal 10 tentang Bahan Tambahan Pangan
dicantumkan :
 Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang
menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang
dinyatakan terlarang atau melampau ambang batas maksimal yang telah
ditetapkan.
 Pemerintah menetapkan lebih lanjut bahan yang dilarang dan atau dapat
digunakan sebagai bahan tambahan pangan dalam kegiatan atau proses
produksi pangan serta ambang batas maksimal sebagaimana dimaksud
pada ayat 1.
 Pasal 8 ayat (1) yaitu : “ pelaku usaha dilarang memproduksi dan atau
memperdagangkan barang dan /atau jasa yang :
 Tidak memenuhi atau sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan
ketentuan peraturan perundang undangan
 Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,
gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan pada
label atau keterangan barang dan atau jasa tersebut
 Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan, atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut
 Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu penggunaan
atau pemanfaatan yang paling baik atau barang tertentu
 Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan halal yang dicantumkan dalam label
 Tidak memasang label atau memuat informasi penjelasaan mengenai
barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto,
komposisi, aturan pakai, tanggal perbuatan, efek samping , nama dan
alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang
menurut ketentuan harus dipasang/dibuat

8
 Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa indonesia sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku
 Pasal 62 ayat (1) yaitu : “ pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000 (dua miliyar rupiah)
 Menurut UU 9 Tahun No. 1976 tentang narkotika, pasal 23 ayat 7, disebutkan
bahwa penyalahguna/ pemakai (drug abusers) narkotik itu selain sebagai
korban narkotika, juga sebagai pelaku kejahatan (affender), sehingga dapat
dijatuhi hukuman pidana seperti diatur dalam undang-undang tersebut.

9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka kami menyimpulkan bahwa hingga saat
ini pengawasan terhadap keamanan pangan baik makanan dan minuman masih
menjadi hal yang harus diperhatikan. Konsumen sering kali dirugikan dengan
pelanggaran-pelanggaran oleh produsen atau penjual, serta penjualan secara illegal
yang semakin marak di lingkungan masyarakat umum. Pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi saat ini bukan hanya pelanggaran dalam skala kecil, namun sudah tergolong
kedalam skala besar. Dalam hal ini seharusnya pemerintah lebih siap dalam mengambil
tindakan. Pemerintah harus segera menangani masalah ini sebelum akhirnya
pelanggaran – pelanggaran tersebut semakin merusak moral bangsa dan menghambat
pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia. Serta adanya penghukuman dari
masyarakat sendiri yang memberikan efek jera dan beban moral yang tinggi dalam
masyarakat terhadap para pelanggar etika prosuksi makanan dan minuman

B. Saran
Dari uraian yang ada, maka kami akan menyampaikan beberapa hal yang
mungkin dapat dipertimbangkan sebagai syarat tingkat peredaran bahan makanan yang
berbahaya dimasa mendatang saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
 Hukum masyarakat lebih tegas dikarenakan menimbukkan sanksi moral, sosial
dalam masyarakat
 Para penegak hukum harus lebih berani dalam memberikan sanksi yang berat
kepada pelaku usaha yang telah melakukan pelanggaran hukum perlindunga
konsumen agar sanksi yang diberikan benar-benar dapat membuat pelaku usaha
menjadi jera.
 Untuk menjaga mutu dan keamanan pangan / makanan dan minuman, maka harus
benar-benar diperhatikan oleh produsen.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.p3i-pusat.com/rambu-rambu/peraturan/peraturan-pemerintah/201-
keputusan-kepala-badan-pengawasan-obat-dan-makanan-tentang-promosi-obat-
nomor-hk0000302706-tahun-2002

http://www.surabayapagi.com/index.php?3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962a5309d
2f76593b6a616774b9f2292c12

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_8_prp_1962.htm

http://wwwbpomcom.blogspot.com/2011/05/ijin-depkes-pada-makanan-makanan-
sudah.html

http://wwwbpomcom.blogspot.com/2011/05/food-additives-e-numbers.html

http://mahjiajie.wordpress.com/2011/08/13/makalah-penyalahgunaan-bahan-
berbahaya-pada-makanan/

11
MATA KULIAH : KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1

ASPEK ETIKA DAN HUKUM TERHADAP


PRODUKSI MAKANAN DAN MINUMAN

DI BUAT OLEH :
KELOMPOK 5

1. YULPIN MOTO (KETUA)


2. NELINCE RUMADAS
3. NURAMI JAWATURU
4. PASKALINA THERESIA
5. PAPUA RUMANASEN

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA(YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PAPUA - SORONG
TAHUN 2019
12
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 3
2.1 Etika .......................................................................................................... 3
2.2 Hukum ....................................................................................................... 3
Bab III Pembahasan ........................................................................................... 4
3.1 Pengertian ................................................................................................. 5
3.2 Macam-Macam Pelanggaran Etika Terhadap Makanan, Dan Minuman ... 5
3.3 Hukum Terhadap Para Pelanggar Etika Produksi Makanan, Dan
Minuman .................................................................................................... 7
Bab IV Penutup ................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran ......................................................................................................... 10
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 13

ii
13

Anda mungkin juga menyukai