Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI ALAT


PERENCANAAN LABA

Dosen Pengampu:
Wenny Desty Febrian, SE, MM

Dibuat oleh:
Nama: Dominggus Kastanya
NIM: 111211186

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Makalah ini berisi tentang uraian break even point dan penerapannya
terhadap perencanaan laba. Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan
dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas
waktu, tenaga dan pikirannya yang telah diberikan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga
laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk kelompok kami
khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Perencanaan Laba........................................................................... 4

B. Break Even Point ............................................................................. 6

C. Penerapan BEP dalam Perencanaan Laba .................................... 14

BAB III PENUTUP

D. Kesimpulan....................................................................................... 17

E. Saran ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laba merupakan faktor terpenting dalam mempertahankan eksistensi
sebuah perusahaan. Untuk bisa tetap hidup dan berkembang, perusahaan harus
didukung oleh laba yang diperoleh usahanya. Untuk mencapai efisiensi dan
laba yang diharapkan, perusahaan melakukan berbagai aktivitas yang
ditetapkan sebelumnya. Perencanaan laba membutuhkan alat berupa analisis
biaya volume laba. Biaya, kuantitas dan keuntungan adalah tiga komponen
utama dari persiapan laporan laba rugi. Dalam menjalankan aktivitasnya,
perusahaan beserta seluruh manajemennya akan berusaha untuk meningkatkan
dan mengalokasikan sumber daya dengan cara termurah dalam hal biaya dan
manfaat terbanyak dalam mencapai tujuan perusahaan.
Memahami penerapan konsep biaya, volume dan keuntungan dapat
digunakan oleh manajer untuk merencanakan komposisi tingkat biaya,
kuantitas dan keuntungan dapat digunakan oleh manajer sebagai dasar untuk
merencanakan kombinasi yang menguntungkan antara biaya, kuantitas dan
tingkat keuntungan. Sebagai elemen yang saling berhubungan, komposisinya
harus berada pada titik optimal. Sebuah studi tentang hubungan antara
pendapatan, biaya dan keuntungan kemudian dikenal sebagai analisis biaya-
manfaat terkait laba.
Pengetahuan dasar yang sangat penting dalam menganalisis biaya,
kuantitas, dan laba adalah pemahaman tentang penyusunan laporan laba rugi
dengan metode biaya variabel. Pendekatan ini menghasilkan model laporan
laba rugi di mana biaya diklasifikasikan menurut perilakunya. Laporan laba
rugi harus dijelaskan dalam bentuk: laporan penjualan total dan penjualan unit
agar hasilnya lebih informative. Selain itu, juga perlu hasil analisis vertikal
untuk menunjukkan rasio biaya variabel dan rasio margin nilai penjualan.
Salah satu alat perencanaan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
laba yang diharapkan serta menetapkan harga jual suatu produk adalah analisis

1
break even point (BEP). Analisis BEP adalah teknik analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan
kuantitas penjualan. Biaya tetap adalah biaya yang secara keseluruhan tetap
stabil dan meningkat dengan perubahan dalam ruang lingkup operasi. Biaya
variabel adalah biaya yang jumlah total berubah secara proporsional dengan
perubahan dalam ruang lingkup operasi.
Analisis break even point sering digunakan dalam perencanaan
keuangan. Namun rumus ini juga dapat digunakan dalam hal lain misalnya
analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba
2. Struktur biaya tetap dan biaya variabel
3. Kemampuan perusahaan dalam memberikan margin untuk menutupi biaya
tetap
4. Kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana
perusahaan tidak mengalami laba atau rugi.

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk pengambilan judul


tentang Break Even Point, karena dengan menggunakan analisis ini kita dapat
mengetahui bagaimana perencanaan laba untuk masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana cara menghitung break even point?
2. Apa tujuan dan manfaat break even point?
3. Bagaimana penerapan analisis break even point untuk menentukan
perencanaan laba?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui cara menghitung break even point.
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat break even point.

2
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis break even point untuk
menentukan perencanaan laba.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Penulis mengharapkan agar makalah ini memberikan kontribusi pemikiran
bagi manajemen dalam melaksanakan analisa break even point
2. Sebagai tambahan inforrmasi pada perusahaan sebagai pengambilan
keputusan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khusunya di bidang
keuangan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Laba
Dalam menjalankan bisnis tentunya tujuan utama dari sebuah
perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Laba merupakan dasar pengukuran kinerja atau kemampuan manajemen
dalam mengelola aset perusahaan. Keuntungan harus direncanakan dengan
hati-hati sehingga perusahaan dapat mencapainya secara efektif. Penyusunan
perencanaan laba merupakan titik awal bagi suatu perusahaan untuk
mengambil keputusan yang berkaitan dengan umur operasional perusahaan.
Perencanaan laba yang baik akan menentukan keberhasilan operasi
perusahaan.
Perencanaan laba (profit planning) sering disebut perencanaan biaya
(budget planning) atau rencana operasi (operating planning) adalah rencana
dari manajemen yang mencakup semua tahapan operasi di masa depan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Perencanaan laba bertujuan untuk tujuan akhir perusahaan/lembaga dan
berguna sebagai pedoman untuk mempertahankan kegiatan tertentu.
Perencanaan laba yang baik tidak mudah karena dipengaruhi oleh kekuatan
eksternal. Kekuatan ini meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan pesaing,
ekonomi, demografi, selera dan preferensi pelanggan, perilaku sosial, dan
faktor politik. Kekuatan-kekuatan ini umumnya tidak dapat dikelola oleh
manajer dan seringkali sulit untuk memprediksi tingkat dan arah perubahan.
Untuk mengatasi hal tersebut, manajer harus didorong untuk berusaha keras
menetapkan tujuan pribadi yang konsisten dengan tujuan
perusahaan/organisasi.
Perencanaan laba, sebaiknya perusahaan mempertimbangkan beberapa
faktor seperti yang di ungkapkan oleh Carter (2009 : 5) yakni :
1. Laba atau rugi yang di akibatkan dari volume penjualan.

4
2. Volume penjualan yang di perlukan untuk menutup semua biaya dan
menghasilkan laba yang mencukupi untuk membayar deviden serta
menyediakan kebutuhan bisnis masa depan.
3. Titik impas / Break even point.
4. Volume penjualan yang dapat di capai dengan kapasitas operasi sekarang.
5. Kapasitas operasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan laba.
6. Tingkat pengembalian atas modal yang di gunakan.
Perencanaan laba memiliki manfaat atau keuntungan yaitu:
1. Perencanaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin atas
identifikasi dan penyelesaian masalah.
2. Perencanaan laba menyediakan pengarahan ke semua tingkatan
manajemen.
3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi antar sesama manajer.
4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan kerja
sama dari set iap tingkatan manajemen.
5. Anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja
aktual dan meningkatkan kemampuan dari individu-individu.
Dalam bukunya, Carter ( 2009 : 7 ) menguraikan beberapa manfaat
perencanaan
laba, yakni :
1. Perencaaan laba menyediakan suatu pendekatan yang disiplin terhadap
identifikasi dan penyelesaian masalah.
2. Perencanaan laba menyediakan arahan ke semua tingkat manajemen.
3. Perencanaan laba meningkatkan koordinasi.
4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memperoleh ide dan
kerjsama dari semua tingkatan manajemen.
5. Anggaran menyediakan suatu tolak ukur untuk mengevaluasi kinerja
aktual dan meningkatkan kemampuan individu-individu.

Perencanaan juga memiliki keterbatasan dan kekurangan berikut ini:


1. Prediksi bukanlah suatu ilmu pasti; ada sejumlah pertimbangan dan
estimasi. Karena suatu anggaran harus didasarkan pada prediksi atau

5
kejadian masa depan, maka revisi atau modifikasi dari anggaran sebaiknya
dilakukan ketika variasi dari estimasi membenarkan adanya perubahan
dalam rencana.
2. Anggaran dapat memfokuskan perhatian manajemen dalam cita-cita
(seperti tingkat produksi yang tinggi atau tingkat penjualan kredit yang
tinggi) yang tidak selalu sesuai dengan tujuan keseluruhan dari
perusahaan/organisasi.
3. Perencanaan laba harus memperoleh komit men dari manajemen puncak
dan kerja sama dari semua anggota manajemen.
4. Penggunaan anggaran secara berlebihan sebagai alat evaluasi dapat
menyebabkan perilaku disfungsional. Manajer mungkin mencoba
menggunakan anggaran untuk mencapai anggaran pribadi.
5. Perencanaan laba tidak menghilangkan atau menggantikan peran
administrasi.
6. Penyusunannya memakan waktu.

B. Break Even Point

1. Pengertian Break Even Point


Break even point adalah keadaan dimana suatu perusahaan tidak
memperoleh laba atau rugi dalam operasinya, dengan kata lain biaya yang
dikeluarkan sama dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Dwi
Prastowo Darminto dan Rifka Julianty berpendapat, “Break Even Point
adalah titik dimana total biaya sama dengan total pendapatan.” Menurut
Henry Simamora, “Break Even Point adalah volume penjualan dimana
total pendapatan dan total pengeluaran adalah sama, tidak ada untung atau
rugi”.
Sedangkan menurut Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti, “Break
Even Point atau titik impas, dimana perusahaan/organisasi tidak
memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian”.

6
Menurut Bambang Riyanto, “Analisis Break Event Point adalah
teknik analitis untuk menguji hubungan antara biaya biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan aktivitas”.
Mulyadi menyatakan dalam bukunya Management Accounting bahwa
analysis break even point adalah suatu cara untuk mengetahui berapa
volume penjualan minimum agar perusahaan tidak merugi, tetapi juga
tidak memperoleh laba (profit = 0).
Dari berbagai pengertian Break Event Point dan Analisis BEP di
atas dapat disimpulkan bahwa, Break Event Point atau Titik Impas adalah
suatu kondisi yang dapat dinyatakan sebagai total penjualan (jasa) lembaga
sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut dan laba lembaga
tersebut sama dengan nol. Sedangkan Analisis Break Event Point atau
Analisis Titik Impas adalah suatu teknik analisa yang digunakan untuk
merencanakan tingkat penghasilan agar dapat menutupi seluruh biaya,
sehingga perusahaan/organisasi berada dalam keadaan impas atau tidak
mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh laba.

2. Tujuan dan Manfaat Break Even Point


Break Even Point bagi pimpinan perusahaan sangatlah penting
untuk mengetahui pada tingkat berapa jumlah biaya dan pendapatan akan
sama. Selain itu Break Even Point bisa di gunakan untuk mengetahui
hubungan antara biaya, volume penjualan dan laba. Secara umum, struktur
laba suatu perusahaan sering digambarkan dalam break even point (BEP)
agar mudah dalam memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan,
dan laba. Setiap perusahaan pasti menginginkan keuntungan atau laba dari
kegiatan usahanya yang dijalankan. Untuk mencapai tersebut, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan terkait dengan break even point (BEP).
Berikut ini beberapa tujuan dari BEP, yaitu:
a. Untuk menekan biaya produksi dan operasional dan membuatnya
serendah mungkin tanpa mengesampingkan kualitas dan kuantitas.
b. Untuk mempertahankan tingkat harga produk perusahaan.

7
c. Untuk menentukan harga produk dengan penuh perhitungan sehingga
harga produk sesuai dengan keuntungan dan target yang telah
direncanakan.
d. Untuk meningkatkan volume kegiatan semaksimal mungkin.
Secara rinci, manfaat Break Even Point sebagai berikut :
a. Break Even Point di berguna bagi manajemen untuk membantu dalam
penyusunan anggaran.
b. Break Even Point di gunakan manajemen untuk merencanakan laba
yang di inginkan.
c. Untuk mengetahui kemapuan perusahaan dalam menekan biaya dan
batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
d. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
e. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang di peroleh.

Menurut Bustami dan Nurlela (2006), manfaat BEP antara lain:


a. Manfaat BEP bagi perusahaan adalah dapat mengetahui jumlah
penjualan minimum yang harus dipertahankan agar tidak mengalami
kerugian.
b. Manfaat BEP selanjutnya adalah perusahaan dapat mengetahui jumlah
penjualan yang harus dicapai agar memperoleh keuntungan.
c. Bagi sebuah perusahaan, manfaat break even point ini dapat
mengetahui nilai berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
d. Selanjutnya manfaat break even point dalam sebuah perusahaan ialah
dapat mengetahui dampak perubahan harga jual produk, biaya, dan
volume penjualan.
e. Manfaat BEP terakhir menurut Bustami dan Nurlela ialah perusahaan
dapat menentukan ragam produk yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkat keuntungan yang telah ditargetkan dalam perencanaan.
Selain itu, Carter dan Usry, berpendapat bahwa terdapat 2 manfaat BEP
bagi suatu perusahaan, yaitu:

8
a. Manfaat BEP dalam sebuah perusahaan adalah memberikan sebuah
informasi dan pedoman dalam menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapi seperti penambahan/penggantian fasilitas produksi atau
investasi dalam aktiva tetap lainnya.
b. Manfaat break even point bagi sebuah perusahaan ialah perusahaan
mendapat informasi yang dapat digunakan untuk membantu proses
pengambilan keputusan untuk menutup usaha atau tidak, dan saat yang
tepat bagi suatu perusahaan untuk dihentikan.

3. Kelemahan Break Even Point


Kelemahan utama dari analisis titik impas ini adalah: asumsi
tentang linearitas, klasifikasi biaya, dan penggunaan terbatas jangka
pendek:
a. Asumsi tentang Linearitas
Secara umum, baik harga jual per unit maupun biaya variabel per unit
tidak berdiri sendiri dalam hal volume penjualan. Dengan kata lain,
tingkat penjualan di atas titik tertentu dicapai hanya dengan
menurunkan harga jual satu unit. Ini tentu saja berarti bahwa garis
pendapatan tidak akan lurus, tetapi melengkung. Selain itu, variabel
biaya operasional per unit juga akan meningkat dengan meningkatkan
volume penjualan hingga mencapai kapasitas penuh. Hal ini dapat
disebabkan oleh pengurangan tenaga kerja atau kenaikan upah lembur.
b. Klasifikasi biaya
Kelemahan lain dari analisis titik impas adalah kesulitan dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya biaya semi-variabel, karena
biaya ini tetap sampai batas tertentu dan kemudian berubah setelah
waktu itu.
c. Periode penggunaan
Kelemahan lain dari analisis titik impas adalah waktu penggunaan yang
terbatas, biasanya hanya digunakan untuk membuat rencana operasi
selama satu tahun. Jika perusahaan mengeluarkan biaya untuk iklan

9
atau biaya lain yang cukup tinggi sebagai akibat dari pengeluaran
tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu dekat
sementara biaya operasional meningkat, maka jumlah pendapatan yang
perlu dicapai.
Kelemahan dari analisa break even point yang lain adalah bahwa
hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari
satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix)
akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan
untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak produk,
jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang
tidak akan berubah berapa pun, jumlah satuan barang yang dijual, atau
tidak ada perubahan harga secara umum.Analisa break even pointjangka
waktu penerapanya terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam
pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang
cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi)
tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost
sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus
dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua
biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.

4. Asumsi-asumsi dalam Analisis Break Even Point


Terdapat beberapa asumsi yang mendasari analisis break even
point. Hansen dan Mowen mengatakan bahwa asumsi atau anggapan dasar
yang digunakan dalam analisis break even point adalah sebagai berikut:
a. Analisis mengasumsikan fungsi pendapatan dan fungsi biaya berbentuk
linier.
b. Analisis mengasumsikan harga, total biaya tetap dan biaya variabel per
unit dapat diidentifikasikan secara akurat dan tetap konstan sepanjang
rentang yang relevan.
c. Analisis mengasumsikan apa yang diproduksi dapat dijual.

10
d. Untuk analisis multiproduk, diasumsikan bauran penjualan (sales mix)
diketahui.
e. Diasumsikan harga jual dan biaya diketahui secara pasti.

Sedangkan menurut Mulyadi asumsi yang mendasari break even


point adalah:
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang
diramalkan. Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang
dipakai dalam perhitungan break even point, sedangkan biaya variabel
berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan
penurunan harga jual atau dengan memberikan potongan harga, maka
hal ini mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan.
Penambahan fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya
tetap dan akan mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.
d. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan
baku dan tarif upah menyimpang terlalu jauh dibanding data yang
dipakai sebagai dasar perhitungan break even point, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.
e. Efisiensi produk dianggap tidak berubah. Apabila terjadi penghematan
biaya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih
rendah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya-volume-laba.
f. Perubahan jumlah sediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah. Jika
perusahaan/organisasi menjual lebih dari satu macam produk, maka
meskipun volume penjualan sama tetapi apabila komposisinya
berbeda, maka hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap pendapatan
penjualan.

11
5. Cara Perhitungan Break Even Point
Pada umumnya, perhitungan break even point dilakukan dengan tiga
metode, yaitu sebagai berikut.
a. Metode Persamaan
Penentuan titik impas dengan menggunakan metode persamaan di
lakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan
biaya di tambah laba (Mulyadi : 2001:233). Rumus perhitungan Titik
Impas adalah :
1) Break even point dalam satuan produk penjualan
Biaya Tetap
BEP 
Harga Jual per Satuan-Biaya Variabel per Satuan
2) Break even point dalam satuan uang penjualan
Biaya Tetap
BEP 
Harga Jual per Satuan-Biaya Variabel per Satuan
1-
Harga Jual per Satuan
Selain itu, break even point juga dapat dihitung dengan pendekatan
matematis sebagai berikut.
1) Break even point dalam satuan uang penjualan
FC
BEP 
VC
1-
S
Di mana:
FC = biaya tetap keseluruhan (Fixed Cost)
VC = biaya variabel keseluruhan (Variable Cost)
S = hasil penjualan keseluruhan
I = konstanta
2) Break even point berdasarkan unit penjualan
FC
BEP 
P  VC
Di mana:
FC = biaya tetap keseluruhan (Fixed Cost)
VC = biaya variabel keseluruhan (Variable Cost)

12
P = harga jual per unit

b. Metode Grafik
Metode grafik di lakukan dengan menentukan titik pertemuan
antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu
grafik. Titik pertemuan antara kedua garis tersebutlah yang kita sebut
dengan Titik Impas.
Penentuan titik impas, kita harus membua t grafik dengan sumbu datar
menunjukkan volume penjualan, dan sumbu tegak menunjukkan biaya
dan pendapatan. Berikut contoh grafik impas.

c. Metode Kontribusi Unit


Menurut Simamora Metode Kontribusi Unit merupakan variasi
metode persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang terjual akan
menghasilkan jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup
biaya tetap. Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana
harus diketahui nilai margin kontribusi. Margin Kontribusi adalah hasil
pengurangan pendapatan dari penjualan dengan biaya
variabel.Sedangkan rasio margin kontribusi adalah margin kontribusi

13
dibagi dengan penjualan. Untuk mencari titik Impas rumusnya adalah
sebagai berikut
Biaya Tetap
BEP 
Margin Kontribusi per Unit
Biaya Tetap
BEP 
Margin Kontribusi Tertimbang

C. Penerapan BEP dalam Perencanaan Laba


1. Perhitungan BEP
Pada bagian ini akan dilakukan analisis BEP pada CV Langgeng
Makmur Bersama dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2014
sebagai berikut.
Tabel 1 Margin Kontribusi dan Laba Operasi CV. Langgeng Makmur
Bersama 2014 (dalam rupiah)

Keteran Blackboa
Veneer Barcore Playwood Total
gan rd
Penjuala 4.330.092. 5.005.613. 4.063.624. 4.096.032. 17.320.367.
n 200 574 800 500 874
Biaya 3.830.329. 4.428.884. 3.594.616. 3.613.284. 15.321.316.
variabel 410 674 663 091 384
Kontribu 499.762.7 576.728.9 469.008.1 482.748.4 1.999.051.0
si margin 90 00 37 09 32
Biaya 593.692.34
- - - -
tetap 1
Laba 1.405.358.6
- - - -
Operasi 91

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh:


FC
BEP 
VC
1-
S
593.692.341
BEP 
15.321.316.842
1-
17.320.367.874

14
BEP  5.143.925.585
Jadi, diperoleh BEP sebesar RP 5.143.925.585

Tabel 2 Margin Kontribusi Tertimbang CV. Langgeng Makmur


Bersama Tahun 2014

Jenis Blackboar
Veneer Barcore Playwood
Produk d
Veneer 3.377 3.377/11.475 Rp170.52 Rp50.184,721
Barcore 2.664 2.664/11.475 Rp175.669 Rp40.782,764
Playwood 2.340 2.340/11.475 Rp205.861 Rp41.979,498
Blackboard 3.092 3.092/11.475 Rp161.213 Rp43.439,703
Total 11.475 - - Rp176.386,687

Dari tabel di atas, diperoleh BEP dalam unit sebagai berikut.


Biaya Tetap
BEP 
Margin Kontribusi Tertimbang
593.692.341
BEP 
176.386.687
BEP  3.365,856  3.366
Jadi, BEP dalam unit adalah 3.366 unit dengan uraian sebagai berikut.
3.377
Veneer   3.366  991
11.475
2.664
Barcore   3.366  782
11.475
2.340
Playwood   3.366  686
11.475
3.092
Blackboard   3.366  907
11.475
2. Perencanaan Laba
Dasar pada perencanaan ini adalah analisis 2014 yang dilanjutkan
dengan menentukan besar laba yang diinginkan pada tahun 2015. CV.
Langgeng Makmur Bersama menargetkan laba sebesar Rp 1.500.000.000
untuk tahun 2015.
Laba Operasi tahun 2014 = Rp 1.405.385.691

15
Laba yang diharapkan tahun 2015 = Rp 1.500.000.000
Setelah diketahui laba yang diinginkan, berikut tingkat penjualan yang
harus dicapai agar perusahaan dapat mencapai laba yang direncanakan.
Penjualan pada laba yang diinginkan (unit):
593.692.341 + 1.500.000.000
Penjualan   11.869
176.386.687 unit
Apabila perusahaan ingin memperoleh laba Rp 1.500.000.000 maka
perusahaan harus mampu menjual produknya sebesar 11.869 unit pada
tahun 2015.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Cara menghitung break even point ada 3 cara, yaitu Metode Persamaan
Metode Grafik dan Metode Kontribusi Unit.
2. Manfaat BEP antara lain:
a. Memberikan sebuah informasi dan pedoman dalam menyelesaikan
berbagai masalah yang dihadapi seperti penambahan/penggantian
fasilitas produksi atau investasi dalam aktiva tetap lainnya.
b. Manfaat break even point bagi sebuah perusahaan ialah perusahaan
mendapat informasi yang dapat digunakan untuk membantu proses
pengambilan keputusan untuk menutup usaha atau tidak, dan saat yang
tepat bagi suatu perusahaan untuk dihentikan.
3. Penerapan analisis break even point sebagai alat untuk perencanaan
laba dilakukan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu
mengklasifikasikan biaya Kedua yaitu mengkelompokan dan
mengidentifikasi biaya semivariabel ke dalam jenis biaya tetap dan
biaya variabel, menentukan kontribusi margin, menentukan, dan
menghitung jumlah unit yang dapat menghasilkan laba yang
diharapkan.
B. Saran
Saran dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan sebaiknya melakukan pengelompokan biaya semivariabel ke
dalam biaya tetap dan biaya variabel sebelum melakukan analisis break
even point agar memudahkan penerapan harga jual dan menginginkan laba
yang dicapai bisa optimal.
2. Perusahaan diharapkan lebih efisien dalam meningkatkan hasil produksi
sehingga dapat menekan biaya variabel yang dapat mempengaruhi
kontribusi margin dan laba yang akan diperoleh.

17
18
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Muhammad Yusuf dkk. 2016. Analisis Break Even Point (Bep)
Sebagai Alat Perencanaan Laba (Studi Pada CV. Langgeng Makmur
Bersama Lumajang Periode 2012-2014). Malang: Fakultas Ilmu
Administrasi.
Bustami B, Nurlela. 2013. Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra Wacana Madia.
Carter, K. William. 2009. Akuntansi Biaya. Jilid Pertama. Dialihbahasakan oleh
Krista. Jakarta: Salemba Empat.
Prawironegoro, Darsono dan Purwanti, Ari,. (2008), Akuntansi manajemen. Edisi
ke-2. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Muliono, Wiwit. 2018. Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan
Laba (Studi Kasus: Ud. Flamboyan Coconut Center Kabupaten Batubara).
Medan: UIN Sumatera Utara.
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta: Sekolah TinggiI
lmuManajemen YKPN.
Prastowo, Dwi. Rifka Julianty, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta:
Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. 2007.
Riyanto, Bambang. Manajemen Keuangan: Dasar-dasar pembelajaran
perusahaan, Yogyakarta: BPFE, 2001.

19

Anda mungkin juga menyukai