Anda di halaman 1dari 30

Tugas UAS Take Home

TEORI FITOFARMAKA
CPOTB DAN UJI KLINIK

Oleh:

ARVIL ROHMATURRIZQI
201910410311277
FARMASI F

DOSEN PENGAMPU:

Apt. Amaliyah Dina A., M. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
CPOTB

1. Perbedaan CPOTB 2011 dan CPOTB 2021

CPOTB 2011 CPOTB 2021 Poin Perubahan

BAB 1 (Manajemen BAB 1 ( Sistem Pada CPOTB 2011 menjelaskan Manajemen


Mutu) Mutu Industri Obat Mutu, namun pada CPOTB 2021 merevisi
Tradisional) menjadi lebih kompleks yaitu tentang Sistem
Mutu Industri Obat Tradisional (SMIOT).
SMIOT ini merupakan pengembangan dari
sistem manajemen mutu yang terdapat pada
CPOTB 2011

Pada bagian Unsur dasar manajemen


mutu:

CPOTB 2011

a. suatu infrastruktur atau SMIOT yang


tepat mencakup struktur organisasi
prosedur, proses dan sumber daya;
dan
b. tindakan sistematis yang diperlukan
untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi,
sehingga produk akan memenuhi
persyaratan mutu yang telah
ditetapkan. Keseluruhan tindakan
tersebut disebut Pemastian Mutu.

CPOTB 2021

a. suatu infrastruktur atau SMIOT yang


tepat mencakup struktur organisasi
prosedur, proses dan sumber daya;
dan
b. tindakan sistematis yang diperlukan
untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi,
sehingga produk akan memenuhi
persyaratan mutu yang telah
ditetapkan. Keseluruhan tindakan
tersebut disebut Pemastian Mutu.
c. semua bagian SMIOT hendaklah
didukung dengan ketersediaan
personel yang kompeten, bangunan
dan fasilitas serta peralatan yang
cukup dan memadai. Kepala Bagian
Pemastian Mutu memiliki tambahan
tanggung jawab secara hukum.

Pada CPOTB 2011 terdapat penjelasan


terkait Pemastian Mutu

Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas


yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan
memengaruhi mutu dari obat tradisional
MANAJEMEN MUTU 2 yang dihasilkan.
Pemastian Mutu adalah totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat tradisional dihasilkan
dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu
mencakup CPOTB ditambah dengan faktor
lain di luar Persyaratan Teknis ini, seperti
desain dan pengembangan produk.

Sedangkan pada CPOTB 2021


menjelaskan terkait SMIOT (Sistem Mutu
Industri Obat Tradisional)

Suatu SMIOT yang tepat bagi pembuatan


obat hendaklah menjamin

bahwa:

a) realisasi produk diperoleh dengan


mendesain, merencanakan,
mengimplementasikan, memelihara dan
memperbaiki sistem secara berkelanjutan
sehingga secara konsisten menghasilkan
produk dengan atribut mutu yang tepat;

b) pengetahuan mengenai produk dan proses


dikelola pada seluruh tahapan siklus hidup;

c) desain dan pengembangan obat tradisional


dilakukan dengan cara yang memerhatikan
ketentuan CPOTB;

d) kegiatan produksi dan pengawasan


ditetapkan secara jelas dan mengacu pada
ketentuan CPOTB;

Pada bagian CARA PEMBUATAN OBAT


TRADISIONAL YANG BAIK (CPOTB)

CPOTB 2011

CPOTB adalah bagian dari Pemastian Mutu


yang memastikan bahwa obat tradisional
dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan
dipersyaratkan dalam izin edar dan
Spesifikasi produk.

Persyaratan dasar CPOTB:

a) semua proses pembuatan obat tradisional


dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan
terbukti mampu secara konsisten
menghasilkan obat tradisional yang
memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang telah ditetapkan;

b)tahap proses yang kritis dalam proses


pembuatan, pengawasan dan sarana
penunjang serta perubahannya yang
signifikan divalidasi;

CPOTB 2021

CPOTB adalah bagian dari SMIOT yang


memastikan obat tradisional dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk
mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaan dan persyaratan Izin Edar,
Persetujuan Uji Klinik jika diperlukan atau
spesifikasi produk. CPOTB mencakup
Produksi dan Pengawasan Mutu, serta aspek
Pengembangan Produk dan MRM. Prinsip
dasar CPOTB adalah semua proses
pembuatan obat tradisional ditetapkan secara
jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan
pengalaman dan terbukti mampu
menghasilkan obat tradisional yang
memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang ditetapkan secara konsisten;

Persyaratan dasar CPOTB:

a) validasi dilakukan terhadap tahap kritis


dalam proses pembuatan, dan perubahan
signifikan dalam proses

Pada bagian PENGAWASAN MUTU

CPOTB 2011

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB


yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta
dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian
yang diperlukan dan relevan telah dilakukan
dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum
diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi
syarat. Setiap industri obat tradisional
hendaklah mempunyai fungsi pengawasan
mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari
bagian lain. Sumber daya yang memadai
hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa
semua fungsi Pengawasan Mutu dapat
dilaksanakan secara efektif dan dapat
diandalkan. Persyaratan dasar dari
pengawasan mutu adalah bahwa:

a) sarana dan prasarana yang memadai,


personil yang terlatih dan prosedur yang
disetujui tersedia untuk pengambilan sampel,
pemeriksaan dan pengujian bahan awal,
bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk
pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan
CPOTB

CPOTB 2021

Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB


yang mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta mencakup
organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian
yang diperlukan dan relevan telah dilakukan.
Bahan tidak boleh diluluskan untuk
digunakan dan produk tidak boleh diluluskan
untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya
dinilai memenuhi spesifikasi.

a) prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah


fasilitas memadai, personel terlatih dan
tersedia prosedur yang disetujui untuk
pengambilan sampel, pemeriksaan bahan
awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk
pemantauan kondisi lingkungan sesuai tujuan
CPOTB;

Pada bagian PENGKAJIAN MUTU


PRODUK

CPOTB 2011

Pengkajian mutu produk secara berkala


hendaklah dilakukan terhadap semua obat
tradisional terdaftar, termasuk produk ekspor,
dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi
bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi
perbaikan yang diperlukan untuk produk dan
proses. Pengkajian biasanya dilakukan tiap
tahun dan didokumentasikan

CPOTB 2021

Pengkajian mutu produk secara berkala


hendaklah dilakukan terhadap semua obat
tradisional berizin edar, termasuk produk
ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dengan
spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan
mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan
untuk produk dan proses. Pengkajian mutu
produk secara berkala biasanya dilakukan tiap
tahun dan didokumentasikan,

Pada bagian MANAJEMEN RISIKO


MUTU

CPOTB 2011

Manajemen risiko mutu hendaklah


memastikan bahwa:

a) evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan


berdasarkan pengetahuan secara ilmiah,
pengalaman dengan proses dan pada akhirnya
terkait pada perlindungan konsumen; dan

b) tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi


dari proses manajemen risiko mutu sepadan
dengan tingkat risiko

CPOTB 2021

Prinsip MRM adalah:

a) evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan


berdasarkan pengetahuan secara ilmiah,
pengalaman dengan proses yang sudah
disetujui dan pada akhirnya dikaitkan pada
perlindungan konsumen;

b) tingkat upaya pengambilan tindakan,


formalitas dan dokumentasi dari proses MRM
sepadan dengan tingkat risiko; dan

c) Contoh proses dan aplikasi dari MRM


dapat dilihat di Aneks 4 Manajemen Risiko
Mutu, atau ICH Q9.
BAB 2 (Personalia) BAB 2 (Personalia) –

BAB 3 (Bangunan, BAB 3(Bangunan subbab tentang fasilitas yang awalnya


Fasilitas, dan dan Fasilitas) terdapat pada BAB 3 CPOTB 2011, pada
Peralatan) CPOTB 2021 dihapus dan menjadi subbab
yang menjelaskan tentang Bangunan dan
fasilitas, sementara subbab peralatan menjadi
subbab tersendiri pada BAB 4 CPOTB 2021

Pada bagian AREA PRODUKSI

CPOTB 2011

3.10 Area produksi hendaklah memenuhi


persyaratan CPOTB. Sebagai aturan yang
lazim proses dengan membuat satu produk
dengan bets berturut-turut (campaign work)
perlu diterapkan. Namun, apabila laik, sangat
dianjurkan penggunaan bangunan dan
fasilitas yang diperuntukkan hanya untuk
sejenis bahan/produk. Di samping itu sifat
alamiah yang khas dari produksi obat
tradisional membutuhkan perhatian khusus
yang harus diberikan kepada pemrosesan
produk yang menimbulkan debu. Jika
pemanasan atau pemasakan bahan diperlukan,
mekanisme penghisap udara yang sesuai
hendaklah dipasang untuk menghindarkan
penumpukan asap dan uap.

3.11 Untuk mempermudah pembersihan dan


menghindarkan kontaminasi silang tindakan
pencegahan yang tepat hendaklah diambil
saat mengambil sampel, menimbang,
menggiling, mencampur dan memproses
produk, misal dengan menggunakan sistem
penghisap debu dan sistem penanganan udara
untuk memperoleh perbedaan tekanan dan
aliran udara yang diinginkan.

CPOTB 2021

Kontaminasi silang hendaklah dicegah untuk


semua produk melalui desain dan
pengoperasian fasilitas pembuatan yang tepat.
Tindakan pencegahan kontaminasi silang
hendaklah sepadan dengan risikonya. Prinsip
MRM hendaklah digunakan untuk menilai
dan mengendalikan risiko. Tergantung dari
tingkat risiko, mungkin diperlukan bangunan-
fasilitas dan peralatan yang terdedikasi untuk
kegiatan pengolahan dan/atau pengemasan
guna mengendalikan risiko dari beberapa obat
tradisional. Fasilitas terdedikasi
dipersyaratkan untuk pembuatan obat
tradisional yang berisiko karena:

a) risiko tidak dapat dikendalikan secara


memadai melalui pengoperasian dan/atau
tindakan teknis;

b) data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak


mendukung risiko yang dapat dikendalikan;
dan

c) batas residu relevan berdasarkan hasil


evaluasi toksikologi, tidak dapat ditentukan
secara memuaskan dengan metode analisis
tervalidasi.

Panduan lebih lanjut dapat dilihat di Bab V


Produksi.

BAB 4(Sanitasi dan BAB 4(Peralatan) Subbab Higenie yang awalnya terdapat pada
Higenie) bab 4 CPOTB 2011, Pada CPOTB 2021
dihilangkan dan digabung dengan bab 2
tentang personalia sedangkan sanitasi
digabung dengan BAB 3 tentang Bangunan
dan Fasilitas. Sementara pada bab 4 sendiri
pada CPOTB 2021 menjelaskan tentang
peralatan

PRINSIP SANITASI DAN HYGIENE


pada CPOTB 2011

PRINSIP Tingkat sanitasi dan higiene yang


tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat tradisional. Ruang lingkup
sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan
produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu
yang dapat merupakan sumber pencemaran
produk. Sumber pencemaran potensial
hendaklah dihilangkan melalui suatu program
sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu. Karena sumbernya, bahan obat
tradisional dapat mengandung cemaran
mikrobiologis; di samping itu, proses
pemanenan/pengumpulan dan proses
produksi obat tradisional sangat mudah
tercemar oleh mikroba. Untuk
menghindarkan perubahan mutu dan
mengurangi kontaminasi, diperlukan
penerapan sanitasi dan higiene berstandar
tinggi. Bangunan dan fasilitas serta peralatan
hendaklah dibersihkan dan, di mana perlu,
didisinfeksi menurut prosedur tertulis yang
rinci dan tervalidasi.

PRINSIP PERALATAN pada CPOTB


2021

Peralatan untuk pembuatan obat tradisional


hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat tradisional terjamin sesuai
desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi,
kontaminasi silang, penumpukan debu atau
kotoran dan hal-hal lain yang umumnya
merugikan mutu produk. Peralatan, filter
(penyaring), dan lain-lain, yang digunakan
dalam proses pembuatan harus kompatibel
dengan pelarut yang dipakai, untuk mencegah
pelepasan dan atau absorbsi bahan yang tidak
diinginkan dapat memengaruhi produk.

BAB 5(Dokumentasi) BAB 5(Produksi) Pada CPOTB 2021 tentang dokuemntasi


sendir dijelaskan pada BAB 10 tentang
dokumentasi. subabb tentang produksi yang
awalnya terdapat pada bab 6 CPOTB 2011,
pada CPOTB dimasukkan ke dalam bab 5
tentang produksi.

PRINSIP DOKUMENTASI pada CPOTB


2011

Dokumentasi adalah bagian dari sistem


informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari
pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa
tiap personil menerima uraian tugas yang
relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode
dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas
dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.

PRINSIP PRODUKSI pada CPOTB 2021

Kegiatan produksi harus dilaksanakan


mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin
senantiasa menghasilkan obat tradisional
yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin produksi dan izin
edar (registrasi).

BAB 6(Produksi) BAB 6(Cara Subbab tentang produksi yang terdapat pada
Penyimpanan dan bab 6 pada CPOTB 2011, Pada CPOTB
Pengiriman Obat dimasukkan ke BAB 5 tentang produksi, dan
Yang Baik) BAB 6 pada CPOTB 2021 memasukkan
penjelasan tentang cara penyimpanan dan
pengiriman obat yang baik yang sebelumnya
pada CPOTB 2011 ada di bab 9

PRINSIP PRODUKSI pada CPOTB 2011

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan


mengikuti prosedur tervalidasi yang telah
ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOTB
yang menjamin senantiasa menghasilkan
produk yang memenuhi persyaratan mutu
serta memenuhi ketentuan izin pembuatan
dan izin edar (registrasi). Untuk bahan
mentah - baik yang dibudidayakan maupun
yang hidup secara liar, dan yang digunakan
baik dalam bentuk bahan mentah maupun
sudah melalui tehnik pengolahan sederhana
(misal perajangan atau penghalusan) - tahap
kritis pertama dalam proses produksi, dalam
hal ini di mana persyaratan teknis ini mulai
diterapkan, hendaklah ditentukan dengan
jelas. Penjelasan tentang hal tersebut
hendaklah dinyatakan dan didokumentasikan.
Petunjuk diberikan seperti berikut. Namun
untuk proses seperti ekstraksi, fermentasi dan
pemurnian, penentuannya hendaklah
ditetapkan berdasarkan kasus-perkasus

PRINSIP CARA PENYIMPANAN DAN


PENGIRIMAN OBAT TRADISIONAL
YANG BAIK pada CPOTB 2021

Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian


yang penting dalam kegiatan dan manajemen
rantai pemasokan obat tradisional yang
terintegrasi. Dokumen ini menetapkan
langkah-langkah yang tepat untuk memenuhi
tanggung jawab semua yang terlibat dalam
kegiatan penyimpanan dan pengiriman
produk.Dokumen ini memberikan pedoman
bagi penyimpanan dan pengiriman produk
jadi dari pabrik ke distributor.

BAB 7(Pengawasan BAB 7(Pengawasan


Mutu) Mutu) –

BAB 8(Pembuatan BAB 8(Inspeksi Pada bab 8 CPOTB 2021 tidak menjelaskan
dan Analisis Diri, Audit Mutu, tentang pembuatan dan analisis berdasarkan
Berdasarkan dan Audit & kontrak yang sebelumnya ada di bab 8
Kontrak) Persetujuan CPOTB 2011, namun merevisi menjadi
Pemasok) memasukkan penjelasan tentang inspeksi diri,
audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok.

PRINSIP PEMBUATAN DAN ANALISIS


BERDASARKAN KONTRAK pada
CPOTB 2011

Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak


harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
harus dibuat secara jelas menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak. Kontrak harus menyatakan
secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi
tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

Catatan: Bab ini meliputi tanggung jawab


industri obat tradisional terhadap Badan POM
dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan
obat. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
memengaruhi tanggung jawab legal dari
Penerima Kontrak dan Pemberi Kontrak
terhadap konsumen.

PRINSIP INSPEKSI DIRI, AUDIT


MUTU, DAN AUDIT PERSETUJUAN
PEMASOK pada CPOTB 2021

Tujuan inspeksi diri adalah untuk


mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu IOT memenuhi
ketentuan CPOTB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOTB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara independen dan rinci oleh petugas
yang kompeten dari perusahaan yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOTB secara
objektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan, di samping itu, pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan
produk jadi atau terjadi penolakan yang
berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan hendaklah dilaksanakan. Prosedur
dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif.

BAB 9(Cara BAB 9(Keluhan dan Pada Bab 9 CPOTB penjelasan tentang cara
Penyimpanan dan Penarikan Produk) penyimpanan dan pengiriman yang baik yang
Pengiriman yang sebelumnya terdapat pada bab 9 CPOTB
Baik) 2011, dimasukkan ke dalam bab 6 tentang
cara penyimpanan dan pengiriman yang baik.
kemudian bab 9 CPOTB 2021 sendiri
menjelaskan tentang keluhan dan penarikan
produk.

PRINSIP CARA PENYIMPANAN DAN


PENGIRIMAN OBAT TRADISIONAL
YANG BAIK pada CPOTB 2011

Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian


yang penting dalam kegiatan dan manajemen
rantai pemasokan produk yang terintegrasi.
Dokumen ini menetapkan langkah yang tepat
untuk membantu pemenuhan tanggung jawab
bagi semua yang terlibat dalam kegiatan
pengiriman dan penyimpanan produk.
Dokumen ini memberikan pedoman bagi
penyimpanan dan pengiriman produk jadi
dari pabrik ke distributor.

PRINSIP CARA PENYIMPANAN DAN


PENGIRIMAN YANG BAIK pada
CPOTB 2021

Untuk melindungi kesehatan masyarakat,


suatu sistem dan prosedur yang sesuai
hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai,
menginvestigasi dan mengkaji keluhan
termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu,
segera melakukan penarikan obat tradisional
dari jaringan distribusi secara efektif. Prinsip
MRM hendaklah diterapkan pada investigasi,
penilaian cacat mutu dan proses pengambilan
keputusan menyangkut tindakan penarikan
produk, tindakan korektif dan pencegahan
serta tindakan pengurangan risiko lain.
Pedoman terkait prinsip-prinsip ini
dicantumkan dalam Bab I Sistem Mutu
Industri Obat Tradisional. Semua otoritas
pengawas obat terkait hendaklah diberi
informasi tepat waktu jika terjadi cacat mutu
yang terkonfirmasi (kesalahan pembuatan,
kerusakan produk, temuan pemalsuan,
ketidakpatuhan terhadap Izin Edar atau
spesifikasi produk, atau isu mutu serius lain)
terhadap obat tradisional yang dapat
mengakibatkan penarikan produk atau
pembatasan pasokan. Apabila ditemukan
produk yang beredar tidak sesuai dengan izin
edarnya, hendaklah dilaporkan kepada Badan
POM dan/atau otoritas pengawas obat terkait
sesuai dengan peraturan pemerintah yang
berlaku. Dalam hal kegiatan alih daya,
kontrak hendaklah menguraikan peran dan
tanggung jawab pabrik pembuat, pemegang
Izin Edar dan pihak ketiga lainnya yang
relevan dalam kaitan dengan penilaian,
pengambilan keputusan, dan penyebaran
informasi dan implementasi tindakan mitigasi
yang berkaitan dengan produk cacat.
Pedoman yang terkait dengan kontrak
tercantum pada Bab XI Kegiatan Alih Daya.
Kontrak tersebut hendaklah juga menjelaskan
cara berkomunikasi dengan penanggung
jawab dari masing- masing pihak untuk
pengelolaan masalah cacat mutu dan
penarikan produk.

BAB 10(Penanganan BAB Pada bab 10 CPOTB 2021 tidak menjelaskan


Keluhan Terhadap 10(Dokumentasi) atau menghapus penjelasan tentang
Produk, Penarikan Penanganan keluhan terhadap produk,
Kembali Produk dan penarikan kembali produk dan produk
Produk Kembalian) kembalian yang sebelumnya terdapat pada
CPOTB 2011 bab 10. Bab 10 CPOTB 2021
sendiri memasukkan penjelasan tentang
dokumentasi yang sebelumnya terdapat pada
CPOTB 2011 bab 5

PRINSIP PENANGANAN KELUHAN


TERHADAP PRODUK, PENARIKAN
KEMBALI PRODUK DAN PRODUK
KEMBALIAN pada CPOTB 2011

Semua keluhan dan informasi lain yang


berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti
sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk
menangani semua kasus yang mendesak,
hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu
mencakup penarikan kembali produk yang
diketahui atau diduga cacat dari peredaran
secara cepat dan efektif.

PRINSIP DOKUMENTASI pada CPOTB


2021

Dokumentasi yang baik merupakan bagian


yang esensial dari system pemastian mutu dan
merupakan kunci untuk pemenuhan
persyaratan CPOTB. Berbagai jenis dokumen
dan media yang digunakan hendaklah
sepenuhnya ditetapkan dalam SMIOT.
Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai
bentuk, termasuk media berbasis kertas,
elektronik atau fotografi. Tujuan utama
sistem dokumentasi yang digunakan haruslah
untuk membangun, mengendalikan,
memantau dan mencatat semua kegiatan yang
secara langsung atau tidak langsung
berdampak pada semua aspek mutu produk.
SMIOT hendaklah mencakup penjabaran
rinci yang memadai terhadap pemahaman
umum mengenai persyaratan, di samping
memberikan pencatatan yang cukup dari
berbagai proses dan evaluasi setiap
pengamatan yang memadai, sehingga
penerapan persyaratan yang berkelanjutan
dapat ditunjukkan. Acuan lebih lanjut terkait
penerapan Cara Dokumentasi yang Baik
untuk menjamin integritas dokumen dan
catatan dapat mengacu pada Pedoman WHO
Guidance on Good Data and Record
Management Practices atau pedoman
internasional lain yang relevan. Ada dua jenis
dokumentasi utama yang digunakan untuk
mengelola dan mencatat pemenuhan CPOTB:
prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan
catatan/laporan. Pelaksanaan dokumentasi
yang tepat hendaklah diterapkan sesuai
dengan jenis dokumen. Pengendalian yang
sesuai hendaklah diterapkan untuk
memastikan keakuratan, integritas,
ketersediaan dan keterbacaan dokumen.
Dokumen hendaklah bebas dari kesalahan
dan tersedia secara tertulis. Istilah 'tertulis'
berarti tercatat, atau terdokumentasi di media
tempat data dapat diberikan dalam bentuk
yang mudah terbaca oleh manusia.

BAB 11(Inspeksi BAB 11(Kegiatan Pada bab 11 CPOTB 2021 penjelasan tentang
Diri) Alih Daya) Inspeksi Diri yang sebelumnya terdapat pada
BAB 11 CPOTB 2011, dimasukan ke dalam
bab 8 CPOTB 2021 tentang inspeksi diri,
audit mutu, dan audit & persetujuan pemasok.
Bab 11 sendiri pada CPOTB 2021
menjelaskan tentang kegiatan alih daya.

PRINSIP INSPEKSI DIRI pada CPOTB


2011

Tujuan inspeksi diri adalah untuk


mengevaluasi apakah semua aspek produksi
dan pengawasan mutu industri obat
tradisional memenuhi ketentuan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB). Program inspeksi diri hendaklah
dirancang untuk mendeteksi kelemahan
dalam pelaksanaan CPOTB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang
diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara independen dan rinci oleh petugas
yang kompeten dari perusahaan. Ada
manfaatnya bila juga menggunakan auditor
luar yang independen. Inspeksi diri hendaklah
dilakukan secara rutin dan, di samping itu,
pada situasi khusus, misalnya dalam hal
terjadi penarikan kembali produk jadi atau
terjadi penolakan yang berulang. Semua saran
untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi
diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat
program tindak lanjut yang efektif. Hal-hal
mengenai personalia, bangunan dan fasilitas,
peralatan, dokumentasi, produksi,
pengawasan mutu, distribusi produk jadi,
penanganan keluhan dan penarikan produk
jadi dan inspeksi diri hendaklah diinspeksi
secara berkala mengikuti program yang telah
disusun sebelumnya untuk memverifikasi
pemenuhan terhadap prinsip pemastian mutu.
Semua inspeksi diri hendaklah dicatat.
Laporan hendaklah mencantumkan semua
observasi selama inspeksi dan usul untuk
tindakan korektif yang diperlukan. Laporan
tindak lanjut hendaklah dicatat juga.

PRINSIP KEGIATAN ALIH DAYA pada


CPOTB 2021

Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman


CPOTB yang dialihdayakan hendaklah
didefinisikan, disetujui dan dikendalikan
dengan benar untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang dapat menghasilkan
produk atau pekerjaan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak
tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima
Kontrak yang secara jelas menentukan peran
dan tanggung jawab masing-masing pihak.
SMIOT dari Pemberi Kontrak hendaklah
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan
tiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh Kepala
Bagian Pemastian Mutu.

Catatan : Bab ini meliputi tanggung jawab


IOT terhadap Badan POM dalam pemberian
Sertifikat CPOTB dan Izin Edar. Hal ini tidak
dimaksudkan untuk memengaruhi tanggung
jawab legal dari Penerima Kontrak dan
Pemberi Kontrak terhadap konsumen.

BAB 12 (Kualifikasi Terdapat penambahan bab baru pada CPOTB


dan Validasi) 2021 yaitu tentang Kualifikasi dan Validasi
Terdapat juga kualidikasi sistem
komputerisasi di industri obat tradisional,
yang sebelumnya tidak ada di CPOTB 2011

PRINSIP KUALIFIKASI DAN


VALIDASI pada CPOTB 2021

Bab ini menguraikan prinsip kualifikasi dan


validasi yang diterapkan pada fasilitas,
peralatan, sarana penunjang, dan proses yang
digunakan dalam pembuatan produk dan juga
dapat digunakan sebagai pedoman tambahan
untuk bahan aktif obat tradisional tanpa
persyaratan tambahan pada Aneks 2 Cara
Pembuatan Bahan Aktif Obat Tradisional
yang Baik. CPOTB mempersyaratkan industri
Obat Tradisional mengendalikan aspek kritis
kegiatan yang dilakukan melalui kualifikasi
dan validasi sepanjang siklus hidup produk
dan proses. Tiap perubahan yang
direncanakan terhadap fasilitas, peralatan,
sarana penunjang, dan proses, yang dapat
memengaruhi mutu produk, hendaklah
didokumentasikan secara formal dan dampak
terhadap status validasi atau strategi
pengendaliannya dinilai. Sistem
komputerisasi yang digunakan untuk
pembuatan obat tradisional hendaklah juga
divalidasi sesuai dengan persyaratan Aneks 1
Sistem Komputerisasi. Konsep dan pedoman
yang relevan yang disajikan dalam ICH Q8,
Q9, Q10, dan Q11 hendaklah juga
diperhitungkan.

Perbedaan CPOTB 2021 dan CPOTB 2011


Perubahan-perubahan penting

1. Tanggung jawab pelaksanaan cpotb, pada cpotb 2011 mengatur bahwa yang memiliki
tanggung jawab disini adalah Quality Assurance atau penjaminan mutu untuk mencapai
tujuan mutu dan mengingkorporasi cara pembuatan obat tradisional yang baik termasuk
pengawasan mutu dan manajemen resiko mutu. Pada cpotb 2021 tanggung jawab dan
implementasi pelaksanaan CPOTB diserahkan kepada manajemen puncak yang berkaitan
dengan sasaran mutu, mengarahkan, dan memobilisasi sumber daya perusahaan untuk
mencapai kepatuhan regulasi termasuk dalam hal ini mencakup cara pembuatan obat
tradisional yang baik dan manajemen resiko mutu.
2. Pada personalia, personel kunci pada cpotb 2011 mencakup kepala bagian produksi, kepala
bagian pengawasan mutu, kepala bagian pengawasan mutu, dan kepala bagian manajemen
mutu (pemastian mutu) dan posisi utama tersebut dijabat oleh personil purna waktu. pada
cpotb 2021 personel kunci dibawah koordinasi manajemen puncak yang kemudian
menunjuk personel kunci yang mencakup kepala produksi, kepala pengawasan mutu,
dan kepala pemastian mutu. kepala pemastian mutu dijabat oleh apoteker purnawaktu dan
kepala produksi & kepala pengawasan mutu harus independen satu sama lain.
3. Pada CPOTB 2011 menjelaskan tentang bangunan , fasilitas dan peralatan. sedangkan pada
CPOTB menjelaskan tentang bangunan dan fasilitas. adapun peralatan masuk bab tersendiri
yaitu pada BAB 4 tentang peralatan. pada cpotb 2011, acuan klasifikasi ruangan terkait
produksi belum diatur, namun pada CPOTB 2021 acuan kelas kebersihan mengacu pada
CPOB 2018 yaitu pada ruang kelas E.
4. Pada persoalan peralatan, CPOTB 2011 pada bagian umum menyebutkan Peralatan untuk
pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran
yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat tradisional
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan
serta perawatan. sedangkan pada CPOTB 2021 terdapat penambahan redaksi yaitu terkait
tujuan dari peralataan tersebut yaitu agar dapat mencegah kontaminasi, kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal lain yang umumnya berdampak buruk pada mutu
produk. selain itu, terdapat penambahan dimana Peralatan, filter (penyaring), dan lain-lain,
yang digunakan dalam proses pembuatan harus kompatibel dengan pelarut yang dipakai,
untuk mencegah pelepasan dan atau absorbsi bahan yang tidak diinginkan dapat
mempengaruhi produk. peralatan pada cpotb 2011 membolehkan menggunakan peralatan
tanah liat, kayu, dan peralatan tradisional lainnya, namun pada cpotb 2021 alat-alat tersebut
tidak direkomendasikan atau tidak diperbolehkan.
5. Pada bagian produksi terdapat beberapa perbedaan antara cpotb 2011 dan cpotb 2021
terutama dalam hal ini berkaitan dengan persyaratan bahan awal pada cpotb 2011 :

 Pengadaan bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan.
 Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan
hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot/QC, tanggal penerimaan atau
penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal daluwarsa bila ada.
 Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan
diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama
yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai.

6. Sedangkan pada cpotb 2021 :


Seleksi, kualifikasi, persetujuan dan pemeliharaan pemasok bahan awal, beserta pembelian dan
penerimaannya, hendaklah didokumentasikan sebagai bagian dari Sistem Mutu Industri Obat
Tradisional (SMIOT). Tingkat pengawasan hendaklah proporsional dengan risiko yang
ditimbulkan oleh masing-masing bahan, dengan mempertimbangkan sumbernya, proses
pembuatan, kompleksitas rantai pasokan, dan penggunaan akhir di mana bahan awal tersebut
digunakan dalam produk obat tradisional.

7. Bukti pendukung untuk setiap persetujuan pemasok/bahan awal hendaklah disimpan.Personel


yang terlibat dalam kegiatan ini hendaklah memiliki pengetahuan termutakhir tentang
pemasok, rantai pasokan, dan risiko yang terkait.Jika memungkinkan, bahan awal hendaklah
dibeli langsung dari pabrik pembuat.poin yang dapat diambil dalam hal ini yaitu pada
cpotb 2021 lebih menekankan tentang kajian resiko mutu.
8. Terkait tentang bagian pengawasan. pada cpotb 2011 dalam hal ini tentang prinsip berbunyi
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat Tadisional
yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. sedangkan pada cpotb 2021 dalam prinsipnya
berbunyi Bab ini hendaklah dibaca bersama dengan semua Butir Pedoman CPOTB yang
relevan. dalam hal ini dikarenakan berkaitan antara bab yang satu dengan yang lain.
kemudian ada penambahan pada bagian cara berlaboratorium yang baik yaitu Peralatan
laboratorium tidak boleh dipindah-pindahkan secara rutin di antara area berisiko tinggi untuk
menghindarkan kontaminasi silang secara tidak sengaja. Khusus, laboratorium mikrobiologi
hendaklah diatur sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang.kemudian
selain itu terdapat perubahan peraturan personalia dalam pengambilan sampel yaitu Personel
yang mengambil sampel hendaklah menerima pelatihan awal dan reguler dalam disiplin ilmu
yang relevan dengan pengambilan sampel yang benar.
2. Buatlah Rancangan Skema CPOTB 2021 Untuk IOT!
Uji Klinik
1. Jelaskan Aturan-aturan apa saja yang mengatur tentang uji klinik di Indonesia!
Jawab:
Pelaksanaan uji klinik herbal harus mengacu kepada prinsip-prinsip CUKB, Kualitas data
yang telah menganut CUKB diperlukan sebagai data dukung saat registrasi, sehingga keputusan
registrasi yang dihasilkan tidak bias. Selain ditujukan untuk memperoleh data dengan kualitas
sebagaimana disebutkan di atas, prinsip CUKB juga dimaksudkan untuk melindungi peserta atau
subjek manusia yang berpartisipasi dalam uji klinik.
Untuk dapat menjalankan peran secara optimal, para pihak yang terlibat dalam uji klinik untuk
memperhatikan hal-hal seperti:

 Sponsor dan ORK:


 Memiliki sumber daya yang kompeten dan memahami prinsip GCP serta regulasi yang
berlaku.
 Mengetahui dokumen yang harus tersedia saat uji klinik dan memahami fungsi dari setiap
dokumen tersebut.
 Komisi Etik dan Regulator:
 Memiliki sumber daya yang kompeten dalam rangka mengawal bahwa protokol uji serta
dokumen uji lainnya dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan ilmiah untuk
dilaksanakan serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan uji tersebut.
 Peneliti:
 Memiliki latar belakang yang sesuai dan memahami GCP/CUKB serta memiliki sertifikat
GCP/CUKB.
 Memiliki sumber daya yang kompeten dan memahami prinsip GCP serta regulasi yang
berlaku.
 Tempat Penelitian:
 Harus memiliki fasilitas yang cukup, seperti ketersediaan ruang–ruang sesuai fungsi
masing–masing, peralatan medis serta obat untuk keadaan darurat, peralatan elektronik
yang menunjang pelaksanaan uji klinik.
Sesuai dengan prinsip GCP/CUKB bahwa uji klinik yang akan dilaksanakan harus dilengkapi
dengan protokol yang jelas, rinci dan lengkap. Peneliti beserta sponsor harus memahami isi dari
protokol uji klinik.

Langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai acuan dalam rangka persiapan pelaksanaan uji
klinik:

1. Karakteristik produk uji:


Kebenaran identitas untuk tumbuhan yang digunakan, tidak termasuk dalam daftar
tumbuhan yang dilarang di Indonesia, riwayat penggunaan harus dapat ditelusur apakah
herbal yang akan diuji klinik memiliki riwayat empiris baik untuk indigenus ataupun
nonindigenus, bagian tumbuhan yang digunakan, serta identifikasi senyawa aktif/senyawa
identitas untuk keperluan standardisasi
2. Standardisasi bahan baku dan produk uji:
Cara penyiapan bahan baku dan produk uji dapat dilakukan dengan metode ekstraksi,
metode analisa kualitatif dan kuantitatif senyawa aktif atau senyawa identitas. Proses
standardisasi dilakukan agar produk uji di tiap fase uji serta bila kemudian
dipasarkan/diedarkan memiliki keterulangan yang sama.
3. Pihak sponsor ataupun produsen harus memahami bahwa proses
Pembuatan produk uji harus konsisten pada setiap tahap atau fase, dan proses pembuatan
tersebut harus mengacu kepada standar CPOTB.
4. Lakukan penilaian terhadap data nonklinik yang ada/telah dilakukan,
Profil keamanan dan/atau aspek lainnya. bagaimana LD50, data toksisitas akut, subkronik
dan atau kronik sesuai kebutuhan untuk kondisi yang diujikan.
5. Pertimbangkan untuk mengontrak ORK bila diperlukan. Bila melakukan kontrak dengan
ORK, lengkapi dengan surat perjanjian kontrak dan dijelaskan fungsi sponsor apa yang
dikontrakkan kepada ORK.
6. Persiapkan kompetensi monitor (sponsor/ORK).
7. Pemilihan tempat pelaksanaan uji klinik dan pemilihan peneliti serta persiapkan tempat
pelaksanaan tersebut. Sponsor memiliki peran penting dalam pemilihan tempat uji klinik.
8. Pembuatan/penyusunan protokol uji klinik.
Protokol uji klinik yang disusun harus jelas dan lengkap, dimulai dari hal administratif
seperti judul, nomor/versi dan tanggal, nama Peneliti Utama, Nama Koordinator Peneliti
(bila ada), hingga yang bersifat ilmiah, seperti mendeskripsikan desain uji, subjek uji,
tujuan pengujian, parameter keberhaslilan uji klinik.
9. Penyediaan dokumen uji lain terkait dengan pelaksanaan uji klinik.
10. Mempersiapkan penjaminan mutu pelaksanaan uji klinik dan untuk dapat dihasilkannya
data yang akurat dan terpercaya.
11. Pengajuan persetujuan untuk dokumen/ pelaksanaan uji klinik.
12. Pertimbangan/peninjauan dan persetujuan uji klinik oleh Komisi Etik dan regulator.
13. Persetujuan subjek (Informed Consent) dan rekrutmen subjek Sebelum dimulainya uji
klinik. Hal prinsip yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa (calon) subjek tidak
boleh dilakukan tindakan apapun yang terkait dengan prosedur uji klinik sebelum subjek
mendapat penjelasan dan menyatakan persetujuan yang ditandai dengan menandatangani
informed consent. Pelanggaran terhadap proses informed consent merupakan pelanggaran
yang bersifat kritis.
14. Penapisan (screening) dan penyertaan (enrollment) subjek.
15. Pengelolaan pelaporan Kejadian Tidak Diinginkan maupun pelaporan lain.
16. Pengelolaan data penelitian
17. Laporan akhir penelitian
2. Sebut dan jelaskan produk-produk dari bahan alam yang telah melewati UK ke-3!
Jawab:
Beberapa produk yang telah melewati fase 3 seperti:

1. New Divens PT. Ferron Par Pharmaceuticals

2. New Divens Rasa Jeruk Beri PT. Ferron Par Pharmaceuticals


3. Stimuno Forte | PT. Dexa Medica

4. Stimuno Forte | PT. Dexa Medica

5. Disolf | PT. Dexa Medica


6. Diabetadex 100 | PT. Ferron Par Pharmaceuticals

7. Nodiar (POM FF 031 500 361)


Komposisi:
- Attapulgite, 300 mg
- Psidii folium ekstrak (daun jambu biji), 50 mg
- Curcumae domesticae rhizoma ekstrak (kunyit), 7.5 mg

Khasiat: untuk pengobatan diare non spesifik

Produksi: PT. Kimia Farma

8. Rheumaneer (POM FF 032 300 351)


Komposisi:
- Curcumae domesticae rhizoma, 95 mg
- Zingiberis rhizoma ekstrak, 85 mg
- Curcumae rhizoma ekstrak, 120 mg
- Panduratae rhizoma ekstrak, 75 mg
- Retrofracti fructus ekstrak, 125 mg

Khasiat: pengobatan nyeri sendi ringan

Produksi : PT. Nyonya Meneer

9. Stimuno (POM FF 041 300 411, POM FF 041 600 421)


Komposisi:
- Phyllanthi herba ekstrak (meniran), 50 mg

Khasiat: Membantu memperbaiki dan meningkatkan daya tahan tubuh (sebagai


imunomodulator)

Produksi: PT. Dexa Medica

10. Tensigard Agromed (POM FF 031 300 031, POM FF 031 300 041)
Komposisi:
- Apii Herba ekstrak (seledri), 95 mg
- Orthosiphon folium ekstrak (daun kumis kucing), 28mg
Khasiat: Membantu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita
hipertensi ringan hingga sedang

Produksi: PT. Phapros

11. X-Gra (POM FF 031 300 011, POM FF 031 300 021)
Komposisi:
- Ganoderma lucidum (jamur ganoderma), 150 mg
- Eurycomae radix (akar pasak bumi), 50 mg
- Panacis ginseng radix (akar ginseng), 30 mg
- Retrofracti fructus (buah cabe jawa), 2.5 mg
- Royal jelly 5 mg

Khasiat: Meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh, membantu meningkatkan


stamina pria, membantu mengatasi disfungsi ereksi dan ejakulasi dini.

Produksi: PT. Phapros

12. Ardium
Komposisi:
- Tiap tablet ardium mengandung micronized flavonoid fraction 500 mg yang
setara dengan: Diosmin 450 mg dan Hesperidin 50 mg.
Khasiat : Nyeri tungkai, bengkak/edema terutama pada malam hari dan pada gejala-
gejala fungsional yang diakibatkan oleh wasir

Produksi : Darya Varia

Uji klinik fase III pada kombinasi ekstrak erba seledri (Apii graveolentis herba) dan
ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphonis staminei folium) berdasarkan formularium
fitofarmaka

a) Komposisi Fitofarmaka
Tiap kapsul 250 mg mengandung:
- 92 mg ekstrak Apii graveolentis herba
- 28 mg ekstrak Orthosiphonis staminei folium
b) Indikasi
Menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik pada penderita hipertensi
ringan hingga sedang tanpa mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid
plasma maupun kadar gula darah
c) Uji Klinik Fase III
Dosis pemberian: Fitofarmaka diberikan 3 x 1 kapsul 250 mg sehari, selama
12 minggu
Pembanding: Amlodipin diberikan 1 x 5 mg sehari, selama 12 minggu
Cara pemberian: Oral
Subjek: Pasien dengan hipertensi: tekanan darah sistolik 160-199 mmHg
dan/atau tekanan darah diastolik 95-114 mmHg.
Jumlah: 282 pasien yang tersebar di 12 center uji
Metode: Randomized triple blind control study
Parameter: Tekanan darah sistolik dan diastolik, kadar elektrolit plasma, dan
EKG.
Hasil:
- Penurunan tekanan darah sistolik kelompok amlodipin sedikit lebih baik
dibandingkan dengan kelompok fitofarmaka (128,71±11,43 mmHg vs
131,72±13,63 mmHg, p=0,046).
- Tekanan darah diastolik kelompok fitofarmaka 82,49±8,09 mmHg
sedangkan kelompok amlodipin 80,78±7,24 mmHg, p=0,062.
- Kadar elektrolit pada kelompok fitofarmaka tidak ada perbedaan
signifikan dengan kelompok amlodipin.

Anda mungkin juga menyukai