Anda di halaman 1dari 15

PRODUKSI DAN KENDALI MUTU

QC (QUALITY CONTROL)

Disusun Oleh
Kelompok 3

1. Niwayan Sritanjung (2130122221)


2. Noni Afriva Sari (2120122222)
3. Nur Aulia Batasunah (2130122223)
4. Nurul Masyithoh Disra (2130122224)
5. Octarina R (2130122225)
6. Panji Taruna Anugrah Akbar (2130122226)
7. Rani Yulia Sari BZ (2130122227)
8. Reskia Fiani Ningrum (2130122228)
9. Reza Safitri (2130122229)
10. Sadza Putri A.S (2130122230)

Dosen Pengampu :

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas

rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata

kuliah Produksi dan Kendali Mutu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Pembuatan makalah mengenai “QC (QUALITY CONTROL)” dapat

diselesaikan berkat kerja seluruh anggota Kelompok 3. Tidak lupa kami

mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Produksi dan

Kendali mutu sudah membimbing dan memberikan uraian mengenai mata kuliah

ini. Kami berharap makalah ini sesuai dengan pokok bahasan serta dapat menjadi

referensi bagi pembaca.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,

terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca

demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah

ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan.Akhir kata,

semoga makalah mata kuliah Produksi dan Kendali Mutu ini dapat bermanfaat.

Padang, April 2022

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu tempat apoteker melakukan


pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pembuatan pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengembangan
obat. Industri farmasi sendiri merupakan suatu badan usaha yang secara resmi
terdaftar dan memiliki izin untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan
obat dalam skala yang besar. Produk obat yang berkualitas dipengaruhi oleh
banyak faktor yang terlibat dalam setiap prosesnya, mulai dari bahan baku, bahan
kemas sampai dengan seluruh peralatan yang berkaitan dengan proses produksi
obat tersebut. Guna mendapatkan obat jadi dengan kualitas yang tinggi maka
dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi untuk dapat digunakan sebagai
panduan dalam melakukan proses produksi obat atau yang sering dikenal dengan
istilah CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) adalah pedoman yang


dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan Keputusan Mentri
Kesehatan RI SK Menkes RI No.43/Menkes/SK/II/1998 sebagai suatu persyaratan
dan ketentuan bagi setiap industri farmasi untuk dilaksanakan. Hal ini bertujuan
agar masyarakat dapat terjamin keamanannya dalam mengkonsumsi obat-obatan
yang dihasilkan dan mendapatkan mutu obat yang baik. CPOB menyangkut
seluruh aspek produksi mulai dari manajemen mutu; personalia; bangunan dan
fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; pemastian
mutu; inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan pemasok; penanganan
keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan
dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi. Salah satu aspek dalam
CPOB adalah mengenai pengawasan mutu.

Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan


Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Makalah ini akan
membahas mengenai pengawasan mutu berdasarkan dengan CPOB nomor 13
tahun 2018. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat terjamin keamanannya dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang dihasilkan dan mendapatkan mutu obat yang
baik. Berkaitan dengan pelaksanaan CPOB, sumber daya manusia (personil)
merupakan bagian penting dalam pembentukkan, penerapan sistem pemastian
mutu dan pembuatan obat yang baik, oleh sebab itu perlu mempersiapkan dan
membekali personil agar mempunyai keterampilan serta wawasan yang luas
mengenai industri farmasi dan penerapannya dalam segala aspek CPOB.

Quality Control (pengendalian mutu/kualitas) banyak diperlukan guna sebagai


sistem kualitas dalam dunia produksi, dari manufaktur mobil sampai produksi
pangan. Orang yang bekerja dalam pengendelian kualitas produk tersebut, tugas
umum mereka adalah memeriksa secara visual ataupun dengan bantuan teknologi
modern atau menguji produk secara manual sebelum, selama dan setelah proses
produksi. Untuk memperoleh kualitas dan kuantitas produksi yang baik, Staf
Quality Control juga bertanggung jawab dalam menjalankan dan memantau
peralatan inspeksi, serta merekam dan menganalisis data kualitas suatu produksi.

Quality Control sangat dibutuhkan dalam perusahaan karena mampu menekan


jumlah kerusakan produk. Maka dibutuhkan kebijakan yang diambil oleh
perusahaan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas produk, yaitu pembuatan
prosedur standar operasi (PSO) Quality Control.

1.1 Rumusan Masalah

1) Bagaimana maksud dari QC (Quality Control) ?

2) Apa saja tugas bagian QC (quality control)?

1.2 Tujuan

1) Untuk mengetahui tentang QC (Quality Control)

2) Mengetahui apa saja tugas dan kualifikasi bagian QC


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. BIDANG QC (QUALITY CONTROL)


Pengawasan mutu adalah bagian yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan
relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan
serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri obat tradisional
hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen
dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk
memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara
efektif dan dapat diandalkan.
Persyaratan dasar dari pengawasan mutu adalah bahwa:
1. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur
yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan
pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan
tujuan CPOTB.
2. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang
disetujui oleh pengawasan mutu
3. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu).
4. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur pengambilan sampel, inspeksi dan pengujian benar-benar
telah dilaksanakan tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan
diinvestigasi.
5. Produk jadi berisi bahan atau ramuan bahan yang dapat berupa bahan
nabati, bahan hewani, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut dengan komposisi kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, serta
dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar.
6. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal
dinilai dan dibandingkan terhadap spesifikasi.
7. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk
jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar.

Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah seorang terkualifikasi dan


lebih diutamakan seorang apoteker, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki
pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga
memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian
pengawasan mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam
pengawasan mutu, termasuk:
1. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi.
2. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan.
3. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan
contoh, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain.
4. Memberi persetujuan dan memantau semua kontrak analisis.
5. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
6. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan.
7. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Pengawasan Mutu hendaklah tersedia seorang personil yang mempunyai
keahlian khusus di bidang obat tradisional agar dapat melakukan uji identifikasi
dan mendeteksi penambahan atau penggantian bahan, pertumbuhan
kapang/khamir, gangguan hama, ketidakseragaman dalam pasokan bahan mentah
obat tradisional, dan lain-lain.
Proses pengawasan mutu mulai dari pemeriksaan bahan awal, sampling,
produksi, pengemasan, bahan kemas, labeling, barang jadi, stabilitas barang
pertinggal, dan pengawasan mutu In Pharmaceutical Control.
1. Pemeriksaan bahan awal berupa analisis bahan baku dan bahan kemasan.
Bahan baku harus sesuai dari segi label, nama supplier, kondisi wadah,
organoleptik (bau, warna, rasa) dan harus harus ada hasil analisis
kualitatif, kuantitatif (kadar potensi) dan kemurnia bahan. Bahan kemas
meliputi pemeriksaan on the spot (kondisi wadah, warna, penandaan, dan
bentuk), dan analisis (dengan alat ukur panjang, lebar dan bonding
strength). Jika telah sesuai dengan spesifikasi maka diterima dan
dipindahkan ke gudang dan diberi label kuning. Jika telah melewati uji
laboratorium dan sesuai dengan standar pengujian maka diberi label hijau
yang berarti telah dapat digunakan.
2. Teknik sampling yang dilakukan oleh QC di beberapa industri secara
umum terbagi menjadi tiga jenis yaitu √N+1, WHO, dan American
National Standards Institute (ANSI)/American Society for Quality (ASQ).
Metode sampling √N+1 direkomendasikan oleh FDA dalam FDA’s
Investigations Operations Manual dan Therapeutic Goods Administation,
Australia (TGA) dalam guidelinenya “Sampling and Testing of
Complementary Medicines” mengatakan bahwa √N + 1 dapat digunakan
untuk sampling bahan baku dan sampling bahan aktif. Metode sampling
ini adalah metode yang paling populer dalam melakukan sampling di
industri farmasi rumusnya adalah √N + 1, dimana N adalah jumlah wadah
yang diterima. Biasanya metode ini digunakan untuk sampling bahan baku
(dalam container) atau bahan kemas. Metode ini digunakan untuk
mengurangi jumlah wadah yang akan diperiksa dari keseluruhan populasi.
Beberapa industri mempunyai aturan sendiri dimana ada batas untuk
wadah (container). Bila wadah 10 atau kurang, semua wadah harus
disampling. Metode sampling menurut WHO terdiri dari tiga rencana yaitu
n-plan, p-plan, dan r-plan. n-plan digunakan bila material seragam dan
supplier telah dikenali (sudah sering memasok ke kita ) dan terpercaya.
Sampel dapat dilakukan pada bagian manapun dari kontainer. Sampel
diambil dengan menggunakan rumus √N + 1. Unit sampling dipilih secara
acak dan semua kontainer harus disampling bila jumlahnya 4 atau kurang
dari 4. Teknik p-plan sampling yang dilakukan dengan metode ini bila
material yang diterima datang dari sumber terpercaya dan indentifikasi
material sedang dilakukan. Sampling dilakukan dengan rumus p=0,4√N
dan sampel dikumpulkan dalam wadah yang berbeda. Teknik r-plan
sampling dengan metode ini digunakan bila material mencurigakan dan
diterima dari supplier yang tidak terpercaya/sumber tidak jelas. Sampling
menggunakan rumus r=1,5√N. jumlah yang disampling akan lebih banyak
dari pada n-plan untuk medapatkan tingkat kepercayaan. Semua sampel
dikumpulkan pada wadah terpisah dan dipindah ke laboratorium QC untuk
identifikasi. Jika sampel memenuhi test identifikasi sampel kemudian
dianalisis lanjutan untuk mengetahui kadar. Sampling menggunakan
Standar ANSI/ASQ adalah sistem sampling yang diterima, sistem ini
menyediakan cara normal, diperketat dan rencana pengurangan yang
diaplikasikan inspeksi atribut dalam persen nonconforming dan
nonconformities per 100 unit. pengambilan sampling bahan kemas POPP
jilid 1 Di CPOB 2012 untuk sampling merekomendasikan ANSI/ASQZ.
Selain itu juga terdapat cara sampling menggunakan military standar, tapi
pada februari 1995 US Federal Government membatalkan military standar
(Mil Std 105E) sehingga ANSI/ASQ Z1.4 menjadi pendekatan sampling
yang populer.
3. Pemeriksaan selama proses produksi disebut In Process Control (IPC).
Tujuan IPC untuk memastikan hasil sesuai dengan yang diinginkan,
mengetahui sedini mungkin bila terjadi masalah sehingga lebih mudah
diawasi dan lebih efisien dan efektif, pengendalian mutu produk antara,
ruahan dan produk jadi, pemeriksaan barang kembalian dari distributor,
pemeriksaan ulang pada retained sample, dan memonitor stabilitas. IPC
pada sediaan padat meliputi pengawasan granul (kadar air pada zat aktif
dan peralatan pada three zone sample yang telah ditentukan jumlah
sampelnya), strip (kondisi fisik dan kebocoran), kesesuaian tablet dengan
roll dan isinya, tidak ada tablet yang pecah, potongan simetris, kerekatan
strip, printing tidak meleset, tes kebocoran (prosedurnya yaitu
memasukkan 3 atau 5 strip tablet kedalam bejana kaca yang berisi metilen
blue lalu divakum 15-30 menit setelah itu dibuka stripnya dan diamati
perubahan warna), tinggal cetak hasil lubrikasi (kadar zat aktif dan
peralatan), dan organoleptik meliputi adanya penampakan luar (lengket,
capping, bintik hitam), kekerasan, kerapuhan, keseragaman bobot, waktu
hancur, disolusi. Peran QC dalam proses produksi tidak hanya pada
sediaan melainkan juga pada proses pengemasan, bahan kemas dan
pelabelan.
4. Pengawasan pada proses pengemasan harus memenuhi kriteria berikut ini:
- Hendaknya tersedia prosedur tertulis yang menjelaskan penerimaan,
identifikasi, karantina, pengambilan sampel, pemeriksaan dan/atau
pengujian dan pelulusan serta penanganan bahan kemas dan label.
- Bahan kemas dan label hendaknya sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Jika tidak maka boleh untuk ditolak.
- Catatan hendaklah dipelihara untuk tiap pengiriman label dan bahan
pengemas yang menunjukkan penerimaan, pemeriksaan atau pengujian
dan keputusan diterima atau ditolak.
5. Pemeriksaan bahan pengemas meliputi kriteria berikut:
- Bahan hendaklah memberikan perlindungan yang memadai terhadap
kerusakan atau kontaminasi produk antara yang mungkin terjadi
selama transportasi dan penyimpanan.
- Wadah hendaknya bersih dan tergantung dari sifat produk, disanitasi
untuk memastikan kesesuaian dengan penggunaan yang diinginkan.
Wadah hendaknya bersifat inert, tidak aditif atau adsorptif.
- Wadah yang digunakan secara berulang hendaknya dibersihkan
berdasarkan prosedur yang telah terdokumentasi.
6. Proses labeling harus sesuai dengan standar-standar berikut:
- Hendaknya ada prosedur terdokumentasi yang dirancang untuk
memastikan pelabelan yang benar.
- Kegiatan pelabelan hendaknya dilaksanakan untuk mencegah campur
baur.
- Label yang digunakan pada wasah harus menujukkan nama atau kode
identifikasi, nomor bets, produk dan kondisi penyimpanan.
- Apabila produk ingin dipindahkan diluar pengendalian sistem
manajemen bahan dari pabrik pembuat maka nama dan alamat
pembuat, jumlah isi dan kondisi pengangkutan dan berbagai
persyaratan legas khusus harus dicantumkan pada label. Begitu pula
dengan jika terdapat tanggal daluarsa dan uji ulang.
- Fasilitas pelabelan hendaknya diperiksa sebelum digunakan dan
memastikan seluruh bahan yang tidak digunakan telah dipindahkan
untuk kegiatan pengemasan berikutnya.
- Produk yang dikemas dan dilabel harus diperika untuk memastikan
bahwa wadah dan kemasan pada bets memiliki label yang benar.
- Wadah produ yang diangkut diluar pengendandalian pabrik hendaklah
disegel sedemikian rupa hingga jika segel rusak atau hilang, penerima
akan menyadari bahwa isinya mungkin berubah.
7. Penyimpanan produk jadi dalam kemasan akhir pada kondisi yang
direkomendasikan setelah ditanda tangani oleh Quality Assurance.
8. Barang pertinggal digunakan sebagai counter jika ada keluhan. Kriteria
barang pertinggal adalah jumlah sampel 4 bt/tube perbets atau 48 strip
perbets, terdapat interval pemeriksaan (3,6,12,24 bulan), disimpan pada
kondisi 300C kecuali untuk sediaan yang membutuhkan suhu tertentu, dan
dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif, warna, bau, rasa, konsistensi,
homogenitas, kekerasan, dan mikrobiologi
9. Pengawasan mutu In Pharmaceutical Control dari segi mikrobiologi dan
lingkungan selama proses produksi. Pemeriksaan tersebut meliputi Total
Aerobic Microbial Account (TAMC), metode pour plare (hasilnya dalam
bentuk colony forming unit per gram atau colony forming unit per mL),
identifikasi keberadaan mikroba (E. coli, E. albicans, Salmonella, S.
aureus dan P. aeruginosa), air, pH, kandungan logam, jumlah udara
mikroba (menggunakan settling plate untuk ruang produksi non-steril),
jumlah mikroba permukaan (menggunakan swab test).
Area pengawasan mutu meliputi:
1. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi.
Area pengujian mikrobiologi hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
2. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didesain sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah
campur baur dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat
penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding
(bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
3. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi
perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban
yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi
instrumen.
4. Desain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan bangunan
yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Hendaklah dipasang
unit pengendali udara yang terpisah untuk laboratorium mikrobiologi.
Pengawasan mutu juga memiliki dokumentasi yang terdiri dari:
1. Spesifikasi.
2. Prosedur pengambilan sampel.
3. Prosedur dan catatan pengujian (termasuk lembar kerja analisis dan/atau
buku catatan laboratorium).
4. Laporan dan/atau sertifikat analisis.
5. Data pemantauan lingkungan, bila diperlukan.
6. Catatan validasi metode analisis, bila diperlukan.
7. Prosedur dan catatan kalibrasi instrumen serta perawatan peralatan.
Semua dokumentasi pengawasan mutu yang terkait dengan catatan bets
hendaklah disimpan sampai satu tahun setelah tanggal daluwarsa bets yang
bersangkutan. Beberapa jenis data (misalnya hasil uji analisis, hasil nyata,
pemantauan lingkungan) hendaklah dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan
pelaksanaan evaluasi tren. Selain informasi yang merupakan bagian dari catatan
bets, data asli lain seperti buku catatan laboratorium dan/atau rekaman hendaklah
disimpan dan tersedia.
Tugas dan Tanggung Jawab Quality Control

Seorang Quality Control bertugas menguji produk baik dari segi kualitas dan
kuantitas selama proses produksi, yaitu mulai dari pemilihan bahan baku,
pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi hingga hasil akhir produksi
untuk memperoleh standar kualitas yang diperlukan. Tujuan Quality Control
mencakup pengendalian kualitas dengan cara monitoring dan uji-tes semua proses
produksi yang terlibat dalam produksi suatu produk sesuai standar spesifikasi
pabrik atau perusahaan. Tim QC haruslah memastikan semua standar kualitas
dipenuhi oleh setiap komponen dari produk atau layanan yang disediakan oleh
perusahaan. Dan yang paling penting produk tersebut layak diedarkan di pasaran.

Quality Control memiliki tugas dan kewenangan yang bervariasai, tergantung


pada industri di mana mereka bekerja. Mereka berwewnang untuk menerima atau
menolak produk yang akan dipasarkan. Ketika tim QC menemukan cacat pada
hasil produksi, mereka berwenang untuk meminta produk yang cacat tersebut
ditarik kembali untuk perbaikan. 

Sedangkan berikut ini adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
seorang Quality Control:
1. Memantau dan menguji perkembangan semua produk yang diproduksi
oleh perusahaan.
2. Memverifikasi kualitas produk
3. Memonitor setiap proses yang terlibat dalam produksi produk.
4. Memastikan kualitas barang produksi sesuai standar agar lulus
pemeriksaan.
5. Merekomendasikan pengolahan ulang produk-produk berkualitas rendah.
6. Melakukan dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada produk dari
sebuah perusahaan.
7. Membuat analisis catatan sejarah perangkat dan dokumentasi produk
sebelumnya untuk referensi di masa mendatang.
8. Membuat Pembukuan Personal QC / QCA

Pada saat proses produksi tentunya staff Quality Control memiliki laporan harian
yang digunakan untuk evaluasi perharinya mengenai barang yang akan dikirim
dengan mengontrol dan mengisi formulir pelepasan produk, dimana formulir
tersebut berisi catatan mengenai tanggal, jam, dan nama staff Quality Control
yang menangani pada hari itu dan formulir pelepasan produk tersebut berisikan
keterangan kriteria barang atau produk yang akan dikirim yaitu mengenai kondisi
barang yang akan dikirim, kesesuaian barang dan kesesuaian jumlah barang. Di
dalam keterangan formulir pelepasan produk tersebut maka menghasilkan hasil
inspeksi Quality Control pada produk tentang kondisi baik atau tidak baiknya
barang yang akan dikirim. Di akhir formulir tersebut ditandatangani yang
diketahui oleh manager gudang dan dibuat oleh staff Quality Control.

Persyaratan Pendidikan Quality Control


Persyaratan pendidikan untuk Quality control tergantung pada bidang industri apa
yang dikerjakan oleh perusahaan/pabrik. Misalkan untuk industri kimia,
perusahaan pastinya akan meminta kualifikasi pelamar yang telah menyandang
gelar sarjana Teknik Kimia/Kimia. Jika perusahaan bergerak pada produksi
pangan, maka yang akan diminta adalah staff QC lulusan dari jurusan atau
program studi Teknologi Pangan/Nutrisi/Gizi atau setara. Demikianlah penjelasan
mengenai pengertian Quality Control (QC), tugas dan tanggung jawab staf QC.
Semoga bermanfaat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Quality Control (QC) adalah teknik operasional dan kegiatan yang
digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas. Quality Control dimaksudkan
agar kegiatan yang direncanakan dirancang untuk memberikan produk yang
berkualitas. QC adalah aktifitasnya (pelaksanaa dari prosedur tsb) yang dibuktikan
dengan record-record. Secara singkat QC terfokus pada pemenuhan persyaratan
mutu (produk/service). QC memastikan output dari sistem itu memang benar-
benar memenuhi persyaratan mutu. Perbedaaan antara QC dan QA adalah secara
singkat QC terfokus pada pemenuhan persyaratan mutu (produk/service)
sedangkan QA terfokus pada pemberian jaminan/keyakinan bahwa persyaratan
mutu akan dapat dipenuhi.

3.2 SARAN

Setelah mempelajari hal ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa semua tidaakan
dalam kendali mutu adalah semua tindakan terencana dan sistematis yang
diperlukan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu produk
(jasa) akan memenuhi persyaratan. Meskipun sasaran sama tentang kualitas tetapi
QA dan QC adalah dua pekerjaan bidang yang berbeda, dimana QA itu adalah
prosedur untuk pencapaian mutu.
DAFTAR PUSTAKA

Billis, Alexander. ‘Quality Assurance (QA)’ [daring]. Tautan:


https://searchsoftwarequality.techtarget.com/definition/quality-assurance (Diakses
pada: 01 November 2021)

Get Reskilled. 2019. ‘What is a Quality Assurance Specialist & What Do


They Do?’ [daring]. Tautan: https://www.getreskilled.com/what-is-a-quality-
assurance-associate/ (Diakses pada 02 November 2021)

Yusov, Kirill. ‘Quality Control vs Quality Assurance: Main Differences’


[daring]. Tautan: https://jelvix.com/blog/quality-assurance-vs-quality-control
(Diakses pada: 02 November 2021)

BPOM, 2012, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman
Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Depkes RI, Indonesia, hal. 10,14,15,
28-44.
WHO, 2011, Good Manufacturing Practices For Pharmaceutical Products: Main
Principles,World Health Organization, Anex 7, Ganeva, pp 101, 141-142.

Anda mungkin juga menyukai