Anda di halaman 1dari 25

CPOB (CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
CPOB 2012 membawa perubahan yang cukup significant, terutama untuk
persyaratan fasilitas produksi sediaan steril.Yang paling mencolok adalah adanya
perubahan persyaratan bahwa untuk pembuatan dan pengisian salep, krim,
suspensi dan emulsi umumnya harus dilakukan di ruangan kelas C, sebelum
disterilisasi akhir. Sedangkan CPOB : 2006, proses pembuatan dan pengisian
sediaan salep/krim untuk mata, cukup dikelas D. Perubahan ini membawa dampak
yang sangat luar biasa, sehingga banyak industri farmasi yang menutup fasiitas
produksi sediaan salep/krim untuk mata, karena membutuhkan biaya investasi
yang sangat besar.
Perubahan lain adalah soal BIOBURDEN. CPOB: 2012 menaruh
perhatian yang sangat serius tentang masalah bioburden ini. Terdapat begitu
banyak kasus mengenai bioburden ini, baik sebelum proses sterilisasi maupun
pasca sterilisasi. Selain itu, proses sterilisasi dengan menggunakan sinar UV
sudah tidak diperbolehkan lagi.  Satu hal lagi yang cukup menonjol dari CPOB :
2012 adalah adanya persyaratan yang sangat ketat, terutama untuk produk-produk
yang dibuat secara aseptis (tidak dilakukan sterilisasi akhir).
Demikian sekilas perubahan persyaratan Pembuatan Produk Steril dalam
CPOB : 2012 yang diatur dalam aneks 1.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari produk steril?
2. Bagaimana Proses Pembuatan Produk Steril ?
3. Bagaiamana Tata Letak RuanganProduksi Steril Aseptis & Non-Aseptis ?
4. Bagaimana Klasifikasi Ruang Bersih Dan Sarana Udara Bersih ?
5. Bagaiman cara nelakukan Pemantauan dalam sediaan steril ?
6. Bagaimana personalia pada produk setril ?
7. Bagaiaman air untuk produk steril ?
8. Bagaiamana caravalidasi proses aseptis?
9. Bagaiaman Prosedur/pelaksanaan media fill?
C. Tujuan
Adapun tujuan dibuat makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui Apa pengertian dari produk steril ?
2. Untuk mengetahui Proses Pembuatan Produk Steril ?
3. Untuk mengetahui Tata Letak RuanganProduksi Steril Aseptis & Non-
Aseptis ?
4. Untuk mengetahuiKlasifikasi Ruang Bersih Dan Sarana Udara Bersih ?
5. Untuk mengetahui cara nelakukan Pemantauan dalam sediaan steril ?
6. Untuk mengetahui pada produk setril ?
7. Untuk mengetahui air untuk produk steril ?
8. Untuk mengetahuicaravalidasi proses aseptis?
9. Untuk mengetahui Prosedur/pelaksanaan media fill?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PRODUK STERIL


Produk steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas darimikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam bentuk
sediaan ini antara lain sediaan parentral, preparat untuk mata dan
preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parentral merupakan jenis sediaan yang
unik di antara bentuk sediaan obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan
melalui kulit atau membran mukosa ke bagian tubuh. Karena sediaan ini
mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yaitu
membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi
mikroba dan dari bahan-bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan
produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis
kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis.
Sediaan untuk mata (tetes mata maupun salep mata), meskipun tidak
dimasukkan ke dalam rongga bagian dalam tubuh, namun ditempatkan
berhubungan dengan jaringan-jaringan yang sangat peka terhadap
kontaminasi.Oleh karenanya dibutuhkan standar sejenis dengan preparat (sediaan)
steril lainnya. Larutan irigasi (infus) juga memiliki standar yang sama dengan
larutan parentral lainnya, karena selama pemberian sejumlah zat dari larutan dapat
memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang
terbuka atau membran mukosa yang rusak.
Secara umum, terdapat 6 bentuk sediaan yang digunakan untuk pemberian sediaan
parentral, yaitu :
1. Larutan siap diinjeksikan.
2. Serbuk padat, siap digunakan dengan melarutkan dalam larutan pembawa.
3. Suspensi siap diinjeksikan.
4. Serbuk padat, tidak larut yang dikombinasikan denga pembawa sebelum
digunakan
5. Emulsi
6. Larutan pekat, siap diencerkan sebelum digunakan.
 
Sesuai dengan persyaratan CPOB, produk steril dibuat dengan persyaratan
khusus.tujuannya adalah memperkecil resiko pencemaran mikroba, partikulat, dan
pirogen. pembuatan produk steril sangat tergantung dari keterampilan, pelatihan
dan sikap personalia yang terlibat dalam pembuatan. pembuatan produk steril
harus sepenuhnya mengikuti metode pembuatan dan prosedur yg ditetapkan,
secara ketat, karena risiko yang ditimbulkan dari obat jenis juga sangat besar. 
B. PROSES PEMBUATAN PRODUK STERIL
Secara garis besar, proses pembuatan obat steril dibagi menjadi 2 kategori:
1. Produk disterilkan dalam wadah akhir (Sterilisasi Akhir – post
sterilization)

Skema Produksi Steril – Non Aseptis


2. Produk diproses secara Aseptis, pada sebagian atau semua tahap (Aseptic
Processing)
Skema Produksi Steril Aseptis
 
Proses pembuatan ini merupakan hal penting dalam proses pembuatan
produk steril, karena sangat terkait dengan persyaratan CPOB. Badan POM
membagi sertifikasi CPOB, khusus untuk produk steril sebagai berikut :
Pembagian Sertifikasi CPOB – Steril
Untuk lebih jelasnya silahkan download file berikut :  peraturan Kepala Badan
POM tentang_sertifikasi CPOB tahun 2009
Jadi, sebelum membuat rancangan/lay out pabrik obat steril, penting untuk
diperhatikan, sediaan apa yang akan kita produksi nantinya. Apakah Aseptis atau
non aseptis, volume besar atau kecil, bentuk ampul atau vial, golongan
betalaktam-non betalaktam, dan sebagainya. Pemahaman mengenai bentuk-bentuk
sediaan ini, sangat penting agar jangan sampai sesudah dibangun ternyata tidak
sesuai dengan obat yang akan diproduksi.
C. Lay Out (Tata Letak Ruangan) Produksi Steril Aseptis & Non-Aseptis
Contoh :

Contoh Lay out (tata letak ruangan) produksi steril – Aseptis

Contoh Lay out (tata letak ruangan) produksi steril – Non Aseptis
Perhatikan mengenai kelas ruangan serta perbedaan tekanan udara antar
kelas.Selain itu, perhatikan pula alur barang dan alur personil dari masing-masing
kelas.
 
D. KLASIFIKASI RUANG BERSIH DAN SARANA UDARA BERSIH
Ruang bersih dan sarana udara bersih diklasifikasikan sesuai dengan EN
ISO 14644-1.Klasifikasi harus dibedakan dengan jelas dari pemantauan
lingkungan pada saat operasional. Jumlah maksimum partikulat udara yang
diperbolehkan untuk tiap Kelas kebersihan adalah sebagai berikut:

Klasifikasi Kelas Udara Bersih – Ruangan Bersih


 Sedangkan Rekomendasi Sistem Tata Udara (HVAC) di ruangan steril adalah :

Rekomendasi Sistem Tata Udara (HVAC) di ruang produksi Steril


Contoh Gambar Skematik Sistem Tata Udara Ruang Steril.

Gambar Skematik HVAC ruang kelas A/B

Gambar Skematik HVAC ruang kelas C

gambar Skematik HVAC ruang kelas D/E


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan klasifikasi dan
pemantauan udara bersih di ruang steril, sebagai berikut :
1. Klasifikasi ruangan berbeda dengan pemantauan ruangan
2. Klasifikasi ruangan adalah bagian dari kualifikasi awal fasilitas dan
biasanya juga dilakukan saat rekualifikasi rutin.
3. Perlu mempunyai Protap yang mendefinisikan kondisi nonoperasional dan
operasional yang mungkin berbeda untuk tiap ruangan produksi dan
mencantumkan peralatan yang dipasang dan beroperasi serta jumlah
karyawan yang ada dalam tiap ruangan
4. Klasifikasi dilakukan : operasional dan non-operasional
5. Pengambilan sampel udara mininimal m3 per lokasi untuk Kelas A
 Dipakai alat penghitung portabel selang pendek
 Klasifikasi operasional dapat dilakukan selama : Kegiatan rutin, Media
fill dan Kondisi terburuk
Untuk tujuan klasifikasi zona Kelas A, perlu diambil sampel udara
minimum 1 m3per lokasi pengambilan sampel. Untuk Kelas A klasifikasi
partikulat udara adalah ISO 4.8 ditentukan oleh batas jumlah partikel dengan
ukuran > 5,0 μm. Untuk Kelas B (nonoperasional) klasifikasi partikulat udara
adalah ISO 5 untuk kedua ukuran partikel. Untuk Kelas C, klasifikasi partikulat
udara adalah ISO 7 untuk nonoperasional dan ISO 8 untuk operasional. Untuk
Kelas D (nonoperasional), klasifikasi partikulat udara adalah ISO 8.
Untuk tujuan klasifikasi, metodologi EN/ISO 14644-1 menjelaskan jumlah
lokasi minimal untuk pengambilan sampel udara dan volume sampel berdasarkan
batas ukuran partikel terbesar bagi Kelas kebersihan terkait serta metode untuk
mengevaluasi data yang terkumpul.
Untuk tujuan klasifikasi hendaklah dipakai alat penghitung partikel
portabel dengan selang pendek untuk pengambilan sampel.
Particle Counter Portable selang pendek

Ruang bersih dan sarana udara bersih dinyatakan terkualifikasi setelah


didapat hasil yang stabil dan memenuhi persyaratan selama 5 hari berturut
turut pada kondisi non-operasional
RE-KUALIFIKASI
Sesuai dengan ISO 14644‐2, maka khusus untuk ruang produksi steril
harus di-kualifikasi ulang setiap 6 bulan sekali, dengan ketentuan sebagai berikut :

Frekuensi Pengujian Ulang sesuai ISO 14644‐2


Sedangkan menurut POPP – CPOB 2012, rekualifikasi ruangan diatur
sebagai berikut :
Rekualifikasi Ruangan Steril menurut POPP CPOB 2012
E. PEMANTAUAN
Ruang bersih dan sarana udara bersih hendaklah dipantau secara rutin pada
saat kegiatan berlangsung dan penentuan lokasi pengambilan sampel hendaklah
berdasarkan studi analisis risiko yang dilakukan secara formal dan dari data yang
diperoleh selama penentuan klasifikasi ruangan dan/atau sarana udara bersih.
Untuk zona Kelas A, pemantauan partikel hendaklah dilakukan selama
proses kritis berlangsung, termasuk perakitan alat, kecuali bila dijustifikasi bahwa
kontaminasi yang terjadi dalam proses dapat merusak alat penghitung partikel
atau menimbulkan bahaya, misal organisme hidup dan bahan berbahaya
radiologis. Pada kasus demikian, pemantauan selama kegiatan rutin penyiapan alat
hendaklah dilakukan sebelum terpapar ke risiko kontaminasi tersebut di atas.
Pemantauan selama kegiatan proses yang disimulasikan hendaklah juga
dilakukan. Frekuensi pengambilan sampel dan ukuran sampel dalam pemantauan
zona Kelas A hendaklah ditetapkan sedemikian rupa sehingga mudah diintervensi.
Kejadian yang bersifat sementara dan kegagalan sistem apa pun dapat terdeteksi
dan memicu alarm bila batas waspada terlampaui. Jumlah rendah dari partikel
yang berukuran > 5,0 μm di lokasi di titik pengisian pada saat proses pengisian
berlangsung tidak selalu dapat tercapai. Hal ini dapat diterima karena ada sebaran
partikel atau tetesan produk itu sendiri.
Sistem yang sama dianjurkan untuk Kelas B, walaupun frekuensi
pengambilan sampel dapat dikurangi. Kepentingan akan sistem pemantauan
partikel hendaklah ditetapkan berdasarkan efektivitas pemisahan Kelas A dan
Kelas B yang berdampingan. Pemantauan Kelas B hendaklah dilakukan pada
frekuensi dan jumlah sampel yang memadai sehingga perubahan pola kontaminasi
dan kegagalan sistem dapat terdeteksi dan memicu alarm bila batas waspada
terlampaui
Sistem yang sama dianjurkan untuk Kelas B, walaupun frekuensi
pengambilan sampel dapat dikurangi. Kepentingan akan sistem pemantauan
partikel hendaklah ditetapkan berdasarkan efektivitas pemisahan Kelas A dan
Kelas B yang berdampingan. Pemantauan Kelas B hendaklah dilakukan pada
frekuensi dan jumlah sampel yang memadai sehingga perubahan pola kontaminasi
dan kegagalan sistem dapat terdeteksi dan memicu alarm bila batas waspada
terlampaui.
Sistem pemantauan partikel udara dapat terdiri dari beberapa alat
penghitung partikel yang independen; suatu jaringan dari serangkaian titik
pengambilan sampel yang dihubungkan dengan manifold pada satu penghitung
partikel; atau kombinasi dari kedua sistem tersebut. Sistem yang dipilih hendaklah
disesuaikan dengan ukuran partikel.

Continous Particle Counter – untuk PEMANTAUAN udara bersih


 
Adapun lokasi pemasangan manifold seperti contoh berikut :

Penempatan manifold untuk pengukuran partikel selama proses produksi steril


berlangsung.
Viable Particles
Dimana berlangsung kegiatan aseptis, hendaklah sering dilakukan
pemantauan misal dengan cawan papar, pengambilan sampel udara secara
volumetris, dan pengambilan sampel permukaan (dengan menggunakan cara usap
dan cawan kontak). Pengambilan sampel selama kegiatan berlangsung hendaklah
tidak memengaruhi perlindungan zona. Hasil pemantauan hendaklah menjadi
bahan pertimbangan ketika melakukan pengkajian catatan bets dalam rangka
pelulusan produk jadi. Permukaan tempat kerja dan personil hendaklah dipantau
setelah suatu kegiatan kritis selesai dilakukan.Pemantauan tambahan secara
mikrobiologis juga dibutuhkan di luar kegiatan produksi misal setelah validasi
sistem, pembersihan dan sanitasi.
Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama
kegiatan berlangsung adalah sebagai berikut :

Catatan: (*) Nilai rata-rata


(**) Cawan papar dapat dipaparkan kurang dari 4 jam
F. PERSONALIA
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan
dalam proses pembuatan produk steril, terutama dengan tehnik pembuatan secara
aseptis adalah faktor personalia.
Berikut adalah beberapa persyaratan CPOB yang terkait dengan personalia
yang bekerja di ruang steril :
1. Personil yang bekerja di area bersih dan steril dipilih secara seksama untuk
memastikan bahwa mereka dapat diandalkan untuk bekerja dengan penuh
disiplin dan tidak mengidap suatu penyakit atau dalam kondisi kesehatan
yang dapat menimbulkan bahaya pencemaran mikrobiologis terhadap
produk.
2. Hanya personil dalam jumlah terbatas yang diperlukan boleh berada di
area bersih; hal ini penting khususnya pada proses aseptik. Inspeksi dan
pengawasan dilaksanakan sedapat mungkin dari luar area bersih.
3. Standar higiene perorangan dan kebersihan yang tinggi adalah esensial.
Personil yang terlibat dalam pembuatan produk steril diinstruksikan untuk
melaporkan semua kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan penyebaran
cemaran
4. Pakaian rumah dan pakaian kerja regular tidak boleh dibawa masuk ke
dalam kamar ganti pakaian yang berhubungan dengan ruang ber-Kelas B
dan C. Untuk tiap personil yang bekerja di Kelas A/B, pakaian kerja steril
(disterilkan atau disanitasi dengan memadai) harus disediakan untuk tiap
sesi kerja.
Prosedur Personalia Masuk ke Ruang Produksi Steril

 Sarung tangan secara rutin didisinfeksi selama bekerja. Masker dan sarung
tangan hendaklah diganti paling sedikit pada tiap sesi kerja.
 Personil yang memasuki area bersih atau area steril harus mengganti dan
mengenakan pakaian khusus yang juga mencakup penutup kepala dan kaki.
Pakaian ini tidak boleh melepaskan serat atau bahan partikulat dan hendaklah
mampu menahan partikel yang dilepaskan oleh tubuh.

Personil yang bekerja di ruang steril harus dilengkapi dengan pakaian steril yang
benar
 
 
G. WATER FOR INJECTION (WFI)
Air untuk produksi steril (Water for Injection/WFI) merupakan salah satu
faktor yang memegang peranan PENTING dan KRITIS dalam proses produksi
produk-produk steril. Dalam produk steril, terutama obat suntik cair atau cairan
infus (cairan irigasi), airr merupakan bahan baku, dalam jumlah besar, sehingga
apabial terjadi pencemaran, akan menimbulkan risiko fatal bagi pasien.
Air yang dipakai untuk membuat produk steril, termasuk penyimpanan dan
sistem distribusinya hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa
spesifikasi yang sesuai dicapai tiap pengoperasian.Karena air merupakan bahan
awal yang sangat penting, maka mutunya hendaklah dikendalikan yang dimulai
dengan kualifikasi kinerja Sistem Pengolahan Air, program kualifikasi dapat
dilihat pada Bab 12.Kualifilkasi dan Validasi, Butir 12.16, hingga pengoperasian
dan pemantauannya; lihat Pedoman CPOB 2012, Butir 80.(Penjelasan lengkap
mengenai SPA, lihat di sini).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai persyararan air untuk injeksi
adalah sebagai berikut :
1. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi
melalui carapenyulingan (distilasi) atau cara lain yang akan menghasilkan
mutu yang sama.
2. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan
didistribusikan dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba,
misal disirkulasi dengan konstan padasuhu di atas 70°C (Hot Loop System).
3. Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih,
steril, nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari pencemaran.
4. Sumber air, peralatan pengolahan air dan air hasil pengolahan hendaklah
dipantau secara teratur terhadap pencemaran kimiawi, biologis dan, bila
perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air memenuhi
spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya. Hasil pemantauan dan
tindakan penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.
5. Alat perekam hendaklah digunakan untuk memantau suhu penyimpanan.
 

Distiller for WFI


Persyaratan WFI

Persyaratan Air yang digunakan untuk proses produksi sediaan steril

Salah satu hal penting dalam proses pembuatan produk steril secara aseptis adalah
persyaratan media fill, yang merupakan persyaratan mutlak untuk dapat
memperoleh sertifikat CPOB sediaan aseptis, baik injeksi volume besar maupun
injeksi volume kecil. Banyak sekali industri farmasi di Indonesia yang
mempunyai fasilitas produksi steril Aseptis, gagal dalam hal memenuhi
persyaratan ini.Banyak hal yang menyebabkan gagalnya pelaksanaan Media
Fill.Uraian berikut akan dijelaskan tentang bagaimana persyaratan dan
pelaksanaan Media Fill di industri farmasi.
H. VALIDASI PROSES ASEPTIS (MEDIA FILL)
Validasi proses/pengisian aseptis dilakukan dalam kondisi semirip
mungkin dengan kondisi produksi normal, menggambarkan semua kondisi
terburuk (worst case) misalnya :
1. pergantian personil,
2. frekuensi istirahat, lampu mati,
3. mesin rusak dan teknisi masuk ke dalam ruang aseptis, danlain-
lain.
Bila proses aseptis mencakup proses pencampuran bahan sampai dengan
pengisian, maka proses simulasi mencakup seluruh proses, tangki dan wadah yang
digunakan.
Sediaan tetes mata atau telinga biasanya dikemas dalam wadah plastik
(buram) akan menghambat pendeteksian pertumbuhan, maka seluruh isi wadah
dituang kedalam wadah jernih saat pengamatan.
Validasi awal dan tiap kali terjadi perubahan proses kritis, perubahan shift,
alat dan dan modifikasi sistem tata udara dilakukan 3 kali untuk tiap shift dan
proses/lini.
Revalidasi dapat dilakukan 1 kali untuk tiap shift dan proses/ lini
pengisian tiap 6 bulan sekali.
Ketentuan Umum Dalam Pelaksanaan Validasi Proses Aseptis (Media Fill)
1. Frekuensi
Validasi Awal (Initial Validation)
Validasi Awal terdiri dari 3 bets validasi proses aseptis berurutan dengan
jumlah minimum 5000 ampul. Validasi Awal harus dilakukan apabila:
- ada proses baru
- ada mesin baru
- setelah perubahan kritis pada proses atau peralatan
- setelah modifikasi kritis pada Sistem Tata Udara atau LAF filling hood
2. Revalidasi Periodik (Periodic Revalidation)
Revalidasi Periodik dilakukan tiap 6 bulan dengan 1 bets (jumlah ampul
minimum 5000).
3. Keadaan Khusus
Setelah kegiatan perawatan ruangan yang besar risikonya terhadap
sterilitas ruangan (contoh: pengecatan ruangan) atau overhol mesin: ”Validasi
Awal” (dengan 3 bets berurutan) sebelum fasilitas digunakan kembali
Kualifikasi Personil (Personnel Qualification)
1. Awal
Seorang Operator Pengisian harus memperoleh pelatihan menurut Program
Pelatihan untuk Personil Produksi Steril yang sudah ditetapkan dan pelatihan
dalam pengisian validasi proses aseptis sebanyak 3 bets berturut-turut.
2. Rekualifikasi
 Tiap Operator Pengisian harus melakukan proses pengisian dalam Validasi
Proses Aseptis minimum 1 kali per tahun.
 Operator Pengisian harus melakukan proses pengisian dalam Validasi
Proses Aseptis tiap kali setelah intervensi perbaikan mesin oleh Operator
Teknik.
3.  Tindakan pada Kegagalan Kualifikasi Personil
Apabila hasil dari yang dilakukan oleh seorang Operator tidak memenuhi
persyaratan, maka Operator tersebut harus mengulang 1 kali pengisian validasi
proses aseptis lagi. Apabila hasil Validasi Proses Aseptis yang kedua juga tidak
memenuhi persyaratan maka Operator tersebut tidak diperbolehkan melakukan
proses pengisian dan harus diberi pelatihan kembali. Setelah pelatihan ulang,
operator melakukan kembali pengisian Validasi Proses Aseptis dan setelah
hasilnya memenuhi syarat, Operator tersebut baru diperbolehkan untuk
melakukan kegiatan pengisian kembali.
4.  Catatan Kualifikasi Personil
Kegiatan kualifikasi personil dicatat dalam formulir di Lampiran 3 Catatan
Kualifikasi Personil Pengisian oleh Kepala Bagian Validasi.
 
I. PROSEDUR/PELAKSANAAN MEDIA FILL
1) Larutan steril TSB yang sudah dibuat diinkubasikan pada suhu 20 – 30°C
selama minimal 5 hari di dalam inkubator. Catat suhu inkubasi setiap hari.
Setelah 5hari inkubasi amati apakah larutan tetap jernih.
2) Bila larutan tetap jernih, lakukan pengisian sesuai ”Catatan Pengolahan Bets”
yang telah disiapkan untuk Validasi Proses Aseptis.

Persiapan Media Fill


3) Selama proses pengisian Kepala Bagian Validasi mencatat aktivitas Operator
Pengisian melalui jendela Ruang Pengisian di koridor (Kelas D).
4) Gunakan udara tekan yang dilewatkan melalui filter 0,2 μm sebagai pengganti
penggunaan gas N2 karena dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
5) Lakukan inkubasi larutan sisa pengisian (100 ml). Masukkan larutan yang
tersisa pada tubing ke dalam kolf dan inkubasikan kolf selama 14 hari pada
suhu 20 – 30°C di dalam inkubator. Catat suhu inkubasi tiap hari.
6) Setelah semua ampul diisi, inkubasikan ampul selama 14 hari:
7) sebelum inkubasi semua ampul dibalik balik agar seluruh permukaan
terbasahi larutan media
8) inkubasi 7 hari pada suhu 20 – 25°C,
9) amati apakah terjadi kekeruhan, catat, balik balikkan ampul dan
10) inkubasikan selama 7 hari berikutnya pada suhu 30 – 35°C
11) Lakukan monitoring suhu inkubasi secara kontinu dengan data logger.
12) Lampirkan hasil monitoring pada Catatan Pengolahan Bets.
13) Lakukan inspeksi visual terhadap semua ampul hasil pengisian pada hari ke-7
dan hari ke-14 inkubasi. Amati dan catat jumlah ampul yang keruh.
14) Setelah seluruh ampul diinspeksi oleh Operator Inspeksi Visual, Inspektur
Pengawasan Mutu melakukan pemeriksaan AQL pada ampul hasil inspeksi
tersebut pada hari ke-7 dan hari ke-14.
Intervensi dari Bagian Teknik
Intervensi pada proses simulasi yang dilakukan selama proses pengisian
meliputi kegiatan:
1) membuka tutup samping bagian bawah mesin;
2) simulasi perbaikan kelistrikan (dengan cara memeriksa kekencangan koneksi
kabel beberapa komponen) di dalam panel mesin selama lebih kurang 15
menit;
3) pembersihan mekanisme mesin (hanya bagian bawah) dari sisa pelumas
dengan menggunakan lap bebas serat;
4) menutup kembali;
5) simulasi running test mesin setelah perbaikan selama lebih kurang 5 menit;
6) mengumpulkan dan menyimpan kembali perangkat dan suku cadang;
7) meninggalkan ruangan;
8) operator membersihkan mesin.
Dokumentasikan tiap kegiatan intervensi pada simulasi proses aseptis
dalam Catatan Pengolahan Bets. Setelah intervensi, bersihkan dan sanitasi mesin
pengisi dan ruangan menurut Protap Pembersihan dan Sanitasi Ruang
Steril.Biarkan ruangan tanpa kegiatan selama 30 menit untuk pembersihan
udara.Ganti jarum dan pompa mesin pengisi dengan yang baru dan steril.

Pengisian Ampul
Evaluasi Hasil Validasi Proses Aseptis
1. Target hendaklah dengan pertumbuhan nol dan ketentuan berikut
hendaklah diterapkan:
2. Bila mengisi kurang dari 5.000 unit, tidak boleh ditemukan unit tercemar;
3. Bila mengisi 5.000 sampai dengan 10.000 unit:
 Batas Waspada : Satu (1) unit tercemar hendaklah diikuti dengan
investigasi dan pertimbangan untuk mengulang media fill;
 Batas Bertindak : Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan
untuk dilakukan validasi ulang setelah investigasi;
4. Bila mengisikan lebih dari 10.000 unit:
 Batas Waspada : Satu (1) unit tercemar hendaklah dinvestigasi;
 Batas Bertindak : Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan
untuk dilakukan validasi ulang setelah investigasi.
Media fill merupakan proses pembuktian bahwa sistem produksi yang
digunakan dalam pembuatan produk steril (Aseptis, khususnya) telah memenuhi
semua persyaratan yang telah ditentukan. Tentu saja hal ini memberikan
keyakinan bahwa produk yang kita hasilkan betul-betul terjamin Khasiat,
Keamanan dan Kualitasnya.

Produk Steril
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Produk steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas darimikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam
bentuk sediaan ini antara lain sediaan parentral, preparat untuk mata dan
preparat irigasi (misalnya infus).
2. Secara garis besar, proses pembuatan obat steril dibagi menjadi 2 kategori
yaitu Produk disterilkan dalam wadah akhir (Sterilisasi Akhir – post
sterilization) dan produk aspetis
3. Tata letak ruang utntuk produk steril

Anda mungkin juga menyukai