Disusun oleh:
No. Nama Kelompok NPM
1. Pasca Cirtra Unsyiah 2016001229
2. Rike Yulianingtyas Nauri Putrie 2016001237
3. Sarah Marissa 2016001245
4. Suci Rahma Putri 2016001248
Kelompok: 1
5. Tubagus Adhit Dwisapta 2016001253 Kelas: C
6. Yuni Dwi Mustikawati 2016001261
7.
8.
Yeyen BR Simbolon
Siti Rochmah Wargiyanti
2016001311
2016001303
9. Syahril Hermawan 2016001305
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2017
PENDAHULUAN
• Konsep CPOB yang bersifat dinamis yang memerlukan penyesuaian dari
waktu ke waktu mengikuti perkembangan teknologi di bidang farmasi. Aspek-
aspek yang merupakan cakupan CPOB tahun 2006 meliputi 12 aspek yang
dibicarakan, yaitu: Manajemen Mutu, Personalia, Bangunan dan Fasilitas,
Peralatan, Sanitasi dan Hygiene, Produksi, Pengawasan Mutu, Inspeksi Diri
dan Audit Mutu, Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali
Produk dan Produk Kembalian, Dokumentasi, Pembuatan dan Analisis
Berdasarkan Kontrak, serta Kualifikasi dan Validasi.
PRINSIP
2
SECARA UMUM
• Di samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru
hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.
Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas
penerapannya hendaklah dinilai secara berkala. Hendaklah tersedia program
pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Catatan pelatihan
hendaklah disimpan.
Lanjutan
Kesehatan Personil
Pada saat perekrutan hendaklah dipastikan bahwa semua calon karyawan (mulai petugas
pembersihan, pemasangan dan perawatan peralatan, personil produksi dan pengawasan
hingga personil tingkat manajerial) memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik sehingga
tidak akan berdampak pada mutu produk yang akan dibuat. Di samping itu hendaklah dibuat
dan dilaksanakan program pemeriksaan kesehatan berkala yang mencakup pemeriksaan
jenis-jenis penyakit yang dapat berdampak pada mutu dan kemurnian produk akhir. Untuk
masing-masing karyawan hendaklah ada catatan tentang kesehatan mental dan fisiknya.
Bagi tingkat atas penentuan jumlah personil tidak sederhana, karena biasanya
jam kerja personil pada posisi ini tidak dibatasi oleh jam kerja yang reguler dan
aktivitas/tugasnya lebih kompleks daripada tugas/kegiatan personil tingkat
operator. Tapi proses penentuannya dapat dimulai dengan melakukan analisis
tugas (job analysis) dan kemudian mengalokasikan waktu dalam seminggu
untuk tiap tugas yang harus diselesaikan.
STRUKTUR ORGANISASI
DI INDUSTRI FARMASI
Model D
STRUKTUR ORGANISASI
DI INDUSTRI FARMASI
• Model struktur organisasi yang diterapkan adalah tergantung pada ukuran dan
kebijakan industri. Model D menampilkan suatu struktur organisasi yang seakan-
akan “melanggar” prinsip independensi kepala bagian Produksi terhadap kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Tapi, apabila dalam hal ini
kewenangan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) terbatas pada
bidang mutu (saja), maka model ini justru lebih merefleksikan penerapan prinsip
pemastian mutu.
• Kewenangan biasanya dirumuskan sementara sarana, yang diperlukan untuk
dapat melaksanakan tugas secara efektif, mencakup mulai dari ketersediaan
ruang kerja yang memadai, sehat dan aman hingga sarana komunikasi internal
dan eksternal.
• Pengaturan dan ketentuan yang membatasi dan/atau mencegah personil
melakukan kegiatan dan kepentingan lain di luar organisasi, yang dapat
menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung-
jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial,
biasanya dirumuskan dalam perjanjian/kontrak kerja antara perusahaan dan yang
bersangkutan.
CONTOH STRUKTUR ORGANISASI
DI PT KIMIA FARMA
1. Direksi
Direksi terdiri dari satu orang direktur utama, tiga orang wakil direktur utama
dan enam orang direktur. Tugas utama dari direksi :
• Menentukan usaha sebagai pimpinan umum dalam mengelola
perusahaan.
• Memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab terhadap
pengembangan perusahaan secara keseluruhan.
• Menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan, melakukan
penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.
4. Direktur keuangan
• Direktur keuangan dapat membentuk organ setingkat di bawahnya
yang jumlahnya di tetapkan dengan persetujuan Dewan Direksi.
• Mengawasi Operasional mengenai keuangan perusahaan.
• Melakukan pengecekan lapangan mengenai bagian keuangan
• Meminta pertanggungjawaban dari tiap-tiap bagian yang ada
dibawahnya
• Mempertanggungjawabkan kegiatan yang ada mengenai bagian
keuangan
• Menetapkan prosedur pelaksanaan secara rinci tentang keuangan
• Menetapkan standar pekerjaan lapangan untuk menjamin tidak
adanya kebocoran dalam bagian keuangan.
Tugas Untuk Setiap Posisi
5. Direktur Personalia
• Mengembangkan system perencanaan personalia dan pengendalian
kebijakan pegawai
• Melaksanakan Kebutuhan administrasi dan kepagawaian.
• Membina pengembangan staff administrasi
Tugas Untuk Setiap Posisi
6. Manager
• Pengarahan (direction) yang mencakup pembuatan
keputusan, kebijaksanaan, supervisi, dan lain-lain.
• Rancangan organisasi dan pekerjaan.
• Seleksi, pelatihan, penilaian, dan pengembangan.
• Sistem komunikasi dan pengendalian.
• Sistem reward.
Tugas Untuk Setiap Posisi
7. Manager personalia
• Pengorganisasian, perencanaan program & pengendalian Unit Personalia
• Flow Process Administrasi seluruh kegiatan Personalia
• Proses & Prosedur Rekrutmen : searching, interview, test and selection.
• Remuneration Management : Struktur dan Skala Gaji, Basic Salary,
Allowance, Incentive & Overtime.
• System Penilaian Kinerja Karyawan
• Seluruh Perizinan Ketenaga Kerjaan
• Promosi, Mutasi & Demosi serta PHK
• Handling karyawan Tetap, Kontrak & Harian serta PKL
• Perjalanan Dinas dalam/luar negeri serta fasilitasnya
• Training & Evaluasi
• Medical, Hospital, Asuransi & Dana Pensiun karyawan
Lanjutan
8. Manager Pemasaran
• Menetapkan prosedur operasional Informasi yang lebih efisien
Setiap pemimpin pada bagian produksi dan pengawasan mutu PT. Berlico
Mulia Farma telah dipimpin oleh Apoteker (farmasis) orang yang berbeda dan
tidak ada keterkaitan tanggung jawab satu sama lain, sehingga dapat
bertangggung jawab pada unitnya masing-masing.
CONTOH PENERAPAN PERSONALIA
Di PT Berlico Mulia Farma
• Personil baru mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan dan
berkesinambungan, serta efektifitas juga dinilai secara berkala. Ada
dokumentasi setiap pelatihan.
• Jumlah personil pada tiap tingkatan harus memadai dan memiliki pengetahuan,
keterampilan serta kemampuan sesuai dengan tugasnya.
Ada dua faktor utama yang melatar belakangi masalah ini yaitu
rendahnya tanggung jawab management terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja dan rendahnya tingkat
kesadaran para pekerja dalam menggunakan APD.
ALAT PERLINDUNGAN DIRI
Ada beberapa alasan klasik yang selalu ditemukan oleh pihak manajemen
terhadap para pekerja dalam penyediaan APD
APD yang tersedia sudah mencukupi karena banyak perusahaan lain juga
menggunakan APD yang sama, Meskipun sebenarnya APD tersebut tidak
memenuhi standar yang dipersyaratkan.
Kondisi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan tidak ada masalah.
Beberapa alasan akan rendahnya kesadaran
para pekerja dalam penggunaan APD