Anda di halaman 1dari 74

PENGAWASAN MUTU

TERHADAP SEDIAAN TABLET ORAL

(METFORMIN HIDROKSIDA)

Oleh:

INDAH SARI NATALIA 3105001


DESRA FEBRINAL 3105003
YOLANDA ELVIORIVA 3105005
MITRA LESTARI 3105007
RAMA FERISKA PUTRA 3105009
FITRINI 3105011
ALFAJRI ISLAMI 3105013
DESSY KURNIA RISMA 3105015
NAZIVA ANNISA 3105017
FRANDIKA TRI WAHYUDI 3105019

Dosen Pengampu:
apt. DEDI NOFIANDI, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Produksi dan Kendali Mutu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.
Pembuatan makalah mengenai “Pengawasan Mutu Tablet Oral
(Metformin)” dapat diselesaikan berkat kerja seluruh anggota kelompok 1.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Produksi dan Kendali mutu sudah membimbing dan memberikan uraian
mengenai mata kuliah ini. Kami berharap makalah ini sesuai dengan pokok
bahasan serta dapat menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran
pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
mata kuliah Produksi dan Kendali Mutu ini dapat bermanfaat.

Padang, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ……………………………………………………………………
Daftar Isi …………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………..
1.3. Tujuan ………………………………………………………………….
1.4. Manfaat Makalah ………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………….
2.1. Pengertian Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ………………..
2.2. Prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ……………………
2.3. Tujuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) …………………….
2.4. Pengawasan Mutu ……………………………………………………..
2.5. Prinsip Pengawasan Mutu ………………………………………………
2.6. Tugas Pengawasan Mutu ………………………………………………
2.7. Tablet …………………………………………………………………
2.8. Proses Validasi
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………
3.1. Kesimpulan …………………………………………………………….
3.2. Saran ………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah, dan swasta. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
kesehatan yaitu dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia
melalui sarana kesehatan dan kebutuhan akan obat-obatan. Usaha pemerintah
tersebut juga dibantu oleh pihak swasta, khususnya industri farmasi seperti dalam
penyediaan obat-obatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.
(Presiden Republik Indonesia, 2009).

Pada saat ini, pola hidup masyarakat yang tidak sehat menyebabkan
kebutuhan obat terus meningkat sehingga perlu dilakukan pengawasan
menyeluruh pada pembuatan obat agar dihasilkan produk obat yang bermutu,
aman, dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengendalian menyeluruh
merupakan hal yang sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima
obat yang bermutu tinggi. Oleh karena itu, obat yang dibuat tidaklah cukup hanya
sekedar lulus dari serangkaian pengujian akhir tetapi yang lebih penting adalah
bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut mulai dari proses awal
hingga akhir pembuatan obat (CPOB, 2012).

Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi,
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.
Hal tersebut tercantum dan diatur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB). Setiap industri farmasi harus memenuhi persyaratan khasiat, keamanan
dan mutu sesuai yang telah ditetapkan dalam CPOB.

Personil (sumber daya manusia) sangat penting dalam pembentukan dan


penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan
personil yang terkualifikasi, terutama Apoteker. Apoteker merupakan personil
kunci dalam penerapan aspek–aspek yang tercantum dalam Cara Pembuatan Obat
Yang Baik (CPOB). Apoteker tidak hanya membutuhkan pengetahuan teoritis
tetapi juga membutuhkan pengalaman praktis di lapangan.
Berdasarkan uraian di atas, pemakalah melakukan pembahasan mengenai
pengawasan mutu terhadap sediaan tablet metformin.

1.2. Tujuan
1) Mengetahu secara detail terkait Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)?
2) Mengetahu secara detail terkait pengawasan mutu (Quality Control)?
3) Mengetahu secara detail terkait terkait sediaan obat yaitu tablet ?
4) Memvalidasi / Memastikan bahwa bahan baku sebelum memasuki proses
produksi sediaan obat harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk
identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanannya
5) Memastikan tahapan-tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan (In Process Control/IPC) ?
6) Mengevaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produks
(Pemeriksaan laboratorium terhadap suatu batch) ?
7) Mengevaluasi stabilitas sediaan obat sesuai persyaratan mutunya selama
waktu peredaran yang telah ditetapkan ?
1.3 Manfaat Makalah
Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pengawasan mutu yang dilakukan
pada sediaan tablet oral metformin baik selama proses produksi hingga
sampai sediaan jadi yang siap di distribusikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang memastikan obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaan dan persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik atau
spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.

Cara pembuatan obat yang baik adalah suatu system yang menjamin obat yang
dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaanya.

2.1.1 Prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)

CPOB juga memiliki prinsip dasar, antara lain :


1. Semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang ditetapkan
secara konsisten;
2. Tahap kritis dalam proses pembuatan, dan perubahan signifikan dalam
proses divalidasi;
3. Tersedia semua fasilitas CPOB yang diperlukan mencakup:
- Personel terkualifikasi dan terlatih;
- Bangunan-fasilitas dengan luas yang memadai;
- Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;
- Bahan, wadah dan label yang benar;
- Prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem Mutu Industri
Farmasi;
- Tempat penyimpanan dan transportasi memadai.
4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang
tersedia;
5. Prosedur dan instruksi dilaksanakan dengan benar dan operator diberi
pelatihan untuk menerapkannya;
6. Pencatatan dilakukan selama pembuatan baik secara manual dan/atau
dengan alat pencatat yang menunjukkan bahwa semua langkah pembuatan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar dilaksanakan
dan bahwa jumlah serta mutu produk sesuai yang diharapkan;
7. Setiap penyimpangan signifikan dicatat dengan lengkap, diinvestigasi
dengan tujuan untuk menentukan akar masalah dan pelaksanaan tindakan
korektif dan tindakan pencegahan yang tepat;
8. Catatan pembuatan termasuk distribusi obat yang memungkinkan
ketertelusuran riwayat bets, disimpan dalam bentuk yang komprehensif
dan mudah diakses;
9. Cara Distribusi Obat yang Baik memperkecil risiko yang berdampak pada
mutu obat;
10. Sistem penarikan bets obat dari peredaran tersedia; dan
11. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta tindakan tepat diambil terkait cacat produk dan
pencegahan keberulangan keluhan.
2.1.2 Tujuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Cara Pembuatan Obat yang Baik memiliki tujuan yaitu untuk menjamin
obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu.

2.2 Pengawasan Mutu (Quality Control)


Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan
sampel spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan
prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan
relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan
produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya
dinilai memuaskan.
2.2.1 Prinsip Pengawasan Mutu
Berdasarkan pengertiannya, pengawasan juga memiliki prinsip dasarnya,
sebagai berikut :
1. Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui
untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu
untuk pemantauan kondisi lingkungan sesuai tujuan CPOB;
2. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan
menggunakan metode yang disetujui;
3. Metode pengujian telah tervalidasi;
4. Pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian benar-
benar telah dilaksanakan. Tiap penyimpangan dicatat lengkap dan
diinvestigasi;
5. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan
Uji Klinik, memiliki derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas
dalam wadah yang sesuai dan pelabelan yang benar;
6. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
formal dinilai terhadap spesifikasi; dan
7. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
yang cukup sesuai Aneks 11 Sampel Pembanding dan Sampel Pertinggal,
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi
disimpan dalam kemasan akhir.
2.2.2 Tugas Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu memiliki tugas yang meliputi:
1. Pemeriksaan bahan awal
Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan untuk identitas, kekuataan, kemurnian, kualitas dan
keamannya.
2. Pengawasan selama proses produksi (In Proces Control / IPC)
Memastikan bahwa tahapan tahapan proses produksi obat telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan produksi
Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksan
laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch
tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan.
4. Program stabilitas
Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran
yang telah ditetapkan.

2.3 Tablet
2.3.1 Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang di gunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang
cocok. (FI III 1997)
2.3.2 Bahan Tambahan Dalam Formulasi Tablet
Eksipien merupakan bahan bukan bahan aktif yang ditambahkan dalam
formulasi suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Walaupun eksipien
bukan merupakan bahan aktif, eksipien sangat penting untuk keberhasilan
produksi sediaan yang dapat diterima.
a) Bahan pengisi /Fillers / Diluent
Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot
sehingga memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk
memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Bahan pengisi
dapat dibagi berdasarkan katagori: material organik (karbohidrat dan
modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium fosfat dan lainnya),
serta coprocessed diluents. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi,
berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet
yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran
massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan
pengisi.
Tabel 1. Macam-macam bahan pengisi tablet
Tidak larut larut
Kalsium sulfat Laktosa
Kalsium fosfat, dibasic dan Sukrosa
tribasik Kalsium karbonat Dektrosa
Amilum Mannitol
Modifikasi amilum Sorbitol
Mikrokritalin selulosa

Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut


dengan fillerbinders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus
memiliki kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa
tablet. Filler binders digunakan dalam kempa langsung. Persyaratan suatu
material dapat berfungsi sebagai filler-binders adalah mempunyai fluiditas
dan kompaktibilitas yang baik. Material yang mempunyai sifat demikian
biasanya mempunyai ukuran partikel yang relatif besar (bukan fines) dengan
bentuk yang sferis. Bahan pengisi yang dapat berfungsi sebagai filler-binders
biasanya hasil modifikasi, termasuk co-processed diluents. Co-processed
diluents merupakan material hasil modifikasi dan kombinasi 2 atau lebih
material dengan proses yang sesuai. Material co-processed diluents lebih baik
untuk kempa langsung dibandingkan hasil modifikasi 1 macam diluents saja.

b) Pengikat / Binders
Binders atau bahan pengisi dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan
bentuk larutan (lebih pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya
kohesi yang telah ada pada bahan efektif). Bahan pengikat secara umum
dapat dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer sintetik/semisintetik
dan gula. Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam
bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga
ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan
digranul baru ditambahkan pelarut.
Tabel 2. Pengikat yang biasanya digunakan dalam granulasi basah
Nama Konsentrasi (%dari Pelarut
formula)
Selulosa 10-50 Air
mikrokristalin 1-5 Air
Polimer (turunan 2-7 Alcohol
selulosa) 2-5 Alkohol, air
CMC Na 1-3 Air
HPC 2-5 Air
HPMC 10-25 Air (pasta)
MC 2-20 Air
HEC 5-10 Air
EC 5-10 Air
PVP
Gelatin Gom Alam
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam
bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel,
selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel.
Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi
pertumbuhan/pembesaran granul. Setelah proses pengayakan dilakukan
proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat
antara partikel yang saling mengikat membentuk granul. Banyaknya
larutan pengikat yang dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi
tergantung pada: jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas
permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat,
dan cara/metode penggranulan. Pada tabel IV terlihat perkiraan volume
larutan pengikat yang dibutuhkan untuk menggranul berbagai bahan
pengisi Pada pembuatan tablet dengan metode granulasi kering dan kempa
langsung, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk kering.
Tabel 3. Bahan pengikat yang umum digunakan pada kempa langsung
Bahan Pengikat Kelas
Avicel (PH 101) Mikrokristalinselulosa
SMCC (50) Silicified Mikrokristalinselulosa
UNI-PURE(DW) Amilum pregelatin partial
UNI-PURE (LD) Amilum densitas rendah
DC Lactose DC laktosa anhydrous
DI TAB DC-Calsium fosfat dihidrat
dibasa

c) Penghancur /Disintegrans
Bioavailabilitas suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi
obat tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan
permeabilitas obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam
tablet tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi
dan disolusi dari tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka
ditambahkan disintegran/bahan penghancur. Bahan penghancur akan
membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel
partikel penyusun sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi tablet.
Bahan penghancur dapat ditambahkan langsung (pada kempa langsung) atau
dapat ditambahkan secara intragranular, ekstragranular serta kombinasi intra-
ekstra pada granulasi. Aksi bahan penghancur dalam menghancurkan tablet,
ada beberapa mekanisme, yaitu: aksi kapiler,swelling/pengembangan, heat of
wetting, particle repulsive forces, deformation, release of gases,enzymatic
action.

Tabel 4. Jenis dan konsentrasi bahan penghancur

Disintegrant Konsentrasi (%) Disintegrant Konsentrasi (%)


Amilum 5-20
Amilum 1500 5-15
Avicel (mikrokristalin selulosa) 5-10
Solka floc 5-15
Asam alginat 5-10
Explotab (sodium starch 2-8
glycolate) Gom guar 2-8
Policlar AT (Crosslinked PVP) 0,5-5
Amberlite IPR 88 0,5-5
Metilselulosa, CMC, HPMC. 5-10

d) Bahan pelican
Bahan pelicin sebagai eksipien mempunyai 3 fungsi, yaitu:
 Lubricants
Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi friksi antara
permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die selama kompresi
dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada pencampuran akhir/final
mixing, sebelum proses pengempaan. Lubrikan dapat diklasifikasikan
berdasarkan kelarutannya dalam air yaitu larut dalam air dan tidak
larut dalam air. Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada
cara pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang
dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya.
Tabel 5. Lubrikan yang biasa digunakan pada sediaan tablet

Jenis Lubricants Konsentrasi(%)


Water insoluble
lubricants
Stearates(Magnesium 0,25-1
Stearate, Calcium Stearate,
Sodium stearate)
Talc 1-2
Sterotex 0,25-1
Waxes 1-5
Stearowet 1-5
Glyceryl 1-5
behapate(Compritol®888)
Liquid paraffin Sampai 5
Water soluble Lubricants
Boric Acid 1
Sodium Benzoate, Sodium 5
oleate, Sodium acetate
Sodium lauryl Sulfate 1-5
(SLS)
Magnesium Lauryl Sulfate 1-5
(MLS)

 Glidants
Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk
menaikkan/meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa,
sehingga massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang
seragam. Amilum adalah glidan yang paling populer karena
disamping dapat berfunsi sebagai glidan juga sebagai disintegran
dengan konsentrasi sampai 10%. Talk lebih baik sebagai glidan
dibandingkan amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan
disolusi tablet.
Tabel 6. Tipe dan jumlah glidan yang biasa digunakan

Glidants Konsentrasi (%)


Logam stearat <1
Asam stearat 1-5
Talk 1-5
Amilum 1-10
Natrium benzoat 2-5
Natrium klorida 5-20
Natrium dan magnesium 1-3
lauril sulfat 2-5
PEG 4000 dan 6000

 Antiadherents
Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya
(sticking) permukaan tablet padapunch atas dan punch bawah. Talk,
magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang
memiliki sifat antiadherent yang sangat baik.
Tabel 7. Daftar antiadherent yang biasa digunakan
Jenis antiadherents Konsentrasi (%b/b)
Talk 1-5
Magnesium stearat <1
Amilum jagung 3-10
Colloidal silica 0,1-0,5
DL-Leucine 3-10
Natrium Lauril sulfat <1
e) Pewarna dan Pigmen
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna
ditambahkan kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg
kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih
menarik (aesthetic appearance and brand image in the market). Akan
tetapi penggunaan pewarna yang tidak tepat/salah akan mempengaruhi
mutu produk. Pewarna yang digunakan haruslah pewarna yang
diperbolehkan oleh undang-undang untuk digunakan sebagai pewarna
untuk sediaan obat. Bahan pewarna ada yang larut dalam air dan ada tidak
larut. Pewarna ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam
granulasi basah, tergantung apakah pewarna tersebut larut atau tidak.
Penggunaan pewarna yang larut kemungkinan dapat terjadi migrasi zat
warna selama proses pengeringan yang dapat mengakibatkan tidak
meratanya warna. Penggunaan pewarna yang tidak larut dapat
mengurangi resiko interaksi yang kemungkinan terjadi dengan zat aktif
dan bahan tambahan yang lain. Terhadap tablet yang telah diberi pewarna,
sangat penting untuk dilakukan pengukuran keseragaman warna
pengkilapan, serta perubahan warna karena pengaruh cahaya pada
permukaan tablet. Pengukuran dapat dilakukan dengan Reflectance
Spectrophotometry,Tristimulus Colourimetric Measurements dan
Microreflectance Photometer.
Tabel 8. Jenis pewarna (sintetik)
Pewarna Nama umum
Red 3 Erythrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tratrazine
Yellow 6 Sunset Yellow
Blue 1 Brilliant Blue
Blue 2 Indigotine
Green 3 Fast green

f) Pemanis dan Flavors


Penambahan Pemanis dan pemberi rasa biasanya hanya untuk tablet-tablet
kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervescent dan tablet lain yg
dimaksudkan untuk hancur atau larut dimulut.
Tabel 9. Beberapa pemanis yang umum digunakan
Pemanis alami Pemanis sintesis/buatan
Mannitol Sakarin
Lactosa Siklamat
Sukrosa Aspartame
dektrosa

Sakarin 500 kali lebih manis dibandingkan sukrosa, kekurangannya berasa


pahit pada akhir dan bersifat karsinogenik, sama seperti siklamat yang juga
karsinogenik. Aspartame 180 kali lebih manis dibanding sukrosa, tetapi
kurang stabil pada kondisi lembab sehingga tidak dapat digunakan dengan
komponen yang higroskopis.
Flavors digunakan untuk memberi rasa atau meningkatkan rasa pada
tablet-tablet yang dikehendaki larut atau hancur dimulut sehingga lebih dapat
diterima oleh konsumen. Flavors dapat ditambahkan dalam bentuk padat
(spray dried flavors) atau dalam bentuk minyak atau larutan (water soluble)
flavors. Dalam bentuk padat lebih mudah penanganannya dan secara umum
lebih stabil dari pad bentuk minyak. Minyak biasanya ditambahkan pada
tahap lubrikasi sebab minyak sensitif terhadap moisture dan bertendensi
menguap ketika dipanaskan pada pengeringan. Jadi yang paling mungkin
adalah diadsorbsikan ke dalam eksipien dan ditambahkan pada proses
lubrikasi. Maksimum penambahan minyak yang ditambahkan pada granul
tanpa mempengaruhi karakter tablet atau proses penabletan adalah 0,5-0,75.
Aqueous flavors tidak banyak digunakan sebab tidak stabil because pada
penyimpanan.

2.3.3 Pertimbangan Dalam Pemilihan Eksipien Untuk Tablet


Eksipien yang dibutuhkan dalam formulasi sediaan padat begitu banyak
(jenis dan fungsinya), dengan pilihan yang beragam pula. Dalam beberapa
decade terakhir, produsen terus mengembangkan dan meriset berbagai
eksipien generasi baru dengan berbagai sifat kimia-fisika dan keunggulannya.
Dalam memilih eksipien, dituntut kejelian dan kecerdasan dari formulator
sehingga dapat dihasilkan suatu tablet yang bermutu (aman, manjur,
acceptable dan stabil). Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih eksipien seperti: sifat fisika kimia zat aktif dan eksipien,
proses/metode pembuatan, cara/rute pemakaian, dosis dan profil pelepasan
yang dinginkan, dan lain sebagainya. Semua pertimbangan tersebut harus
dikaji secara komprehensif, sehingga akan dapat dihasilkan suatu formula
yang baik. Prinsip dasar yang dapat menjadi landasan adalah penggunaan
eksipien sebaiknya dalam jumlah (jenis dan kuantitas) yang sesedikit
mungkin untuk menghindari interaksi yang lebih besar yang mungkin terjadi
antar komponen yang ada. Sebaliknya suatu ketika mungkin akan dibutuhkan
jumlah (jenis dan kuantitas) yang besar untuk mencapai tujuan tertentu.
2.3.4 Proses Pembuatan Sediaan Tablet
Pembuatan Tablet Saudara mahasiswa, selanjutnya kita akan membahas
proses pembuatan tablet itu sendiri menggunakan metoda granulasi. Terkait
dengan metoda granulasi ini, terdapat 3 (tiga) metoda yang dapat dilakukan
untuk pembuatan tablet. Ketiga metoda yang dimaksud adalah:
a) Metoda Granulasi Basah
b) Metoda Granulasi Kering
c) Metoda Cetak (kempa) Langsung
Tiap-tiap metoda tersebut mempunyai keuntungan dan keterbatasan.
Namun demikian, terdapat cara yang sama pada ketiga metoda tersebut yaitu
pada dua tahap pertama ketika melakukan penghalusan dan pencampuran
komponen formulasi bersifat identic.

Tabel 10. Perbedaan tahap ketiga metoda pembuatan tablet (Charles, 2010)

N0 Granulasi Basah Granulasi Kering Cetak Langsung


1. Mencampur zat aktif Mencampur semua Mencampur semua
dan eksipien serbuk (fase dalam serbuk (semua
(komponen dalam) dan fase luar) atau komponen) dalam
dalam alat campur hanya fase dalam alat campur menjadi
saja dalam alat massa kempa
campur
2 Membuat/menyiapkan Membuat Massa kempa
cairan pengikat gumpalan serbuk dicetak menjadi
dalam mesin tablet jadi dalam
kompaktor mesin tablet
3 Membuat massa Mengecilkan
granulasi serbuk gumpalan
dengan cairan pengikat (mengayak) dengan
dalam alat campur mesin granulator
4 Menggranulasi basah Mencampur granul
massa granul dengan dengan komponen
ayakan nomor mesh 6 – luar (lubrikan,
12 dalam mesin desintegran, dan
granulator glidan) dalam
mesin pencampur
khusus menjadi
massa kempa
5 Granul basah Massa kempa
dikeringkan dikempa menjadi
dikeringkan pada suhu tablet jadi dalam
+ 50 – 60oC dalam mesin tablet
lemari pengering

a) Alur/tahapan pembuatan tablet menggunakan metoda granulasi basah


Yang dimaksud dengan granulasi basah, yaitu proses pencampuran partikel
bahan aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar (agregat) dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa
lembab yang dapat digranulasi. secara prosedur pembuatan tablet
menggunakan metoda granula basah dapat dijelaskan melalui alur atau tahap-
tahapan berikut ini, yaitu:
 Bahan aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan terlebih dahulu
dalam mesin penggiling. Sementara itu, untuk skala laboratorium
dapat dilakukan dengan pengayakan.
 Campurkan bahan aktif, pengisi, pengikat kering, dan penghancur
dalam.
 Tambahkan pelarut (air dan alkohol) untuk mengaktifkan pengikat
kering. Jika pengikat sudah dibuat sebagai cairan yang kental, maka
langsung tambahkan dalam campuran.
 Massa yang lembap dibentuk menjadi granul dengan diayak melalui
pengayak dengan nomor mesh 6 – 12. 5. Granul kemudian
dikeringkan pada suhu 50 - 60ᴼ C atau dalam pengering lapis
mengalir.
 Granul yang kering kemudian diayak dengan pengayak nomor mesh
18 – 20, lalu tambahkan penghancur luar, glidan, dan lubrikan.
 Lalu lakukan pengujian granul. 8. Massa granul siap dicetak.
b) Alur Pembuatan Tablet Metoda Granulasi Kering
Yang dimaksud granulasi kering (slugging) ini adalah memproses partikel
bahan aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat. Setelah menjadi masa padat, selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul).
secara prosedur pembuatan tablet menggunakan metoda granula kering dapat
dijelaskan melalui alur atau tahap-tahapan berikut ini, yaitu:
 Bahan aktif dan eksipien dihaluskan terlebih dahulu.
 Bahan aktif dan semua eksipien (pengisi, pengikat kering, sebagian
penghancur, lubrikan, dan glidan) sampai lebih kurang 50% dari
jumlah yang ada dalam formula.
 Campuran serbuk kemudian dikempa dengan mesin besar khusus
dan kuat yang disebut “mesin bongkah” (slugging machine) yang
menghasilkan bongkahan (slug) atau dengan mesin chilsonator yang
menghasilkan pita/lempeng yang rapuh.
 Bongkahan atau pita/lempeng kemudian diayak melalui pengayak
dengan mesh 18 – 20.
 Serbuk hasil ayakan dilakukan slugging lagi dan di ayak dengan
ayakan yang sama.
 Granul yang dihasilkan dicampurkan dengan fase luar yaitu sisa
lubrikan, penghancur, dan glidan lalu siap dicetak menjadi tablet

c) Alur Pembuatan Metoda Cetak (kempa) Langsung


Yang dimaksud dengan metode cetak (kempa) langsung, adalah suatu
metode pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran bahan aktif
dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Istilah
kempa langsung ini telah lama digunakan untuk memperkenalkan pengempaan
senyawa kristalin tunggal. Senyawa ini biasanya berupa garam garam
anorganik.

Metoda Pembuatan Cetak Langsung Pada pembuatan tablet menggunakan


metoda cetak langsung lebih mudah dan cepat. Bahan-bahan tersebut langsung
dapat dihitung dan ditimbang. Kemudian ayak masing-masing bahan. Campur
bahan tersebut sampai homogen. Lalu lakukan uji granul. Jika pada pengujian
granul telah memenuhi syarat, maka dapat segera dilakukan pencetakan tablet.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tablet Saudara mahasiswa,
dalam melakukan pembuatan tablet dengan metoda cetak (kempa) langsung ini
menurut (Handaya Y, 2015) ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
 Zat aktif
 Pemilihan zat tambahan
 Perbandingan bobot jenis dan jumlah fines
 Bobot tablet
 Dalam evaluasi waktu hancur tablet, dapat ditinjau mekanisme
waktu hancur, surfaktan, dan desintegrator lebih baik yang hidrofob.

2.3.5 Evaluasi terhadap tablet


Syarat tablet kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut :
1. Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih
dari 3x dari tidak kurang dari 1/3 tebal tablet.
2. Keseragaman bobot tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang diteteapkan sebagai berikut :
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata2 tiap tablet. Jika ditimbang 1 per 1,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang mesing - masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata - rata lebih besar ditetapkan kolom A dan
tidak 1 tablet pun yang bobot nya menyimpang dari bobot rata - ratanya
lebih dari harga yang ditetapkan kolam B. Jika tidak mencukupi 20 tablet,
dapat digunakan 10 tablet; tidak 1 tablet pun menyimpang lebih besar dari
bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun besarnya
menyimpang dari kolom B.
Tabel 11. Kelarutan
Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sangat sukar larut 100 sampai 1000
Praktis tidak larut Lebih dari 1000

3. Waktu hancur tablet tidak bersalut enterik


Alat tabung gelas panjamg 8mm – 100mm, diameter dalam lebih kurang
28mm, diameter luar 30mm - 31mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat
tahan karat, lubang sesuai pengayakan no 4 berbentuk keranjang.
Keranjang disispkan searah ditengah-tenga tabung kaca, diameter 40mm,
dicelupkan dulu air bersuhu antara 360 dan 380 sebanyak lebih kurang
100ml, sedalam tidak kurang dari 15cm sehingga dapat dinaik turunkan
dengan teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tertinggi tepat disaat
permukaan air dan permukaan terendah mulut keranjang tepat
dipermukaan air.
Cara memasukkan : 5 tablet kedalam keranjang turun naikkan 30 x
keranjang secara teratur tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika bagian
tablet tidak ada tertinggal diatas kasa. Kecuali fragman dari zat penyalut.
Kecuali dinyatakan lain: Waktu yang perlukan untuk menghancurkan
kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak
lebih 60 menit untuk tablet bersalut gula dan selaput. Jika tablet tidak
memenuhi syarat ini, ulangi pengijian tablet satu persatu kemudian ulangi
lagi 5 tablet dengan cakram penuntun dengan cara pengujian ini tablet
harus memenuhi syarat diatas. Cakram penuntun terdiri dari cakram yang
terbuat dari bahan yang cocok diameter lebih karang 20 mm, tebal 2mm,
permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarak masing –
masing 10mm dari titik pusat. Tiap lubang terdapat kawat tahan katar
dengan diameter 0,45mm yang dipasang tegak lurus permukaan caktram
4. Waktu tablet bersalut enterik
Lakukana pengujian waktu hancur dengan menggunakan alat dan menurut
cara tersebut diatas, air diganti dengan lebih kurang 20ml asam klorida
0,06 N. Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat
penyalut. Angkat keranjang cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan
asam dengan larutan dapar pH 6,8, atur suhu antara 360 dan 380. Celupkan
keranjang kedalam larutan tersebut. lanjutkan pengujian selama 60 menit.
Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet diatas kasa kecuali
fagmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian
dengan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini tablet
harus memenuhi syarat diaatas.
2.3.6 Penyimpanan tablet
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat,ditempat sejuk terlindung dari
cahaya matahari.

2.4 Proses validasi


2.4.1. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku
Dalam melakukan validasi bahan baku dibutuhkan secara bertahap dan
sistematis dalam melakukan validasi. Tujuannya untuk menilai secara tepat
terkait bagaimana melakukan operasi yang diperlukan serta pertimbangan
evaluasi dan keputusan yang diambil harus didokumentasikan, sehingga jika
timbulnya masalah, maka dapat dengan mudah menelusuri langkah dalam
pemecahan masalah tersebut.

2.4.1.1. Membuat daftar semua bahan baku yang dibutuhkan untuk


membuat suatu bentuk produk.

Dalam hal ini terkait semua bahan aktif dan bahan-bahan pembantu
proses yang digunakan dalam produksi dan semua bahan kimia standar yang
telah ditetapkan dan bahan-bahan laboratorium yang digunakan untuk
pengujian.

NO. Bahan Jumlah Fungsi Bahan


1 Metformin hidroklorida 500 mg Zat Aktif
2 Lactose anhydrous 240 mg Pengisi
3 Hydroxypropyl cellulose 250mg Pemanis

4 Koloid silikon dioksida 5 5mg Pengikat

5 Magnesium stearat 5 5 mg Absorben

2.4.1.2. Mencari supplier untuk setiap bahan baku


Setelah menyusun daftar lengkap bahan baku yang dibutuhkan, industri
harus mencari sumber bahan baku tersebut. Untuk mencegah terjadinya
kendala berupa kekurangan bahan baku maka carilah minimal 2 supplier.
Dalam memilih supplier kita harus mempertimbangkan sebagai berikut :
 Pertama : Mereka harus sanggup menyediakan bahan yang dibutuhkan.
 Kedua : Jika lebih dari satu kualitas bahan baku yang dibutuhkan.
 Ketiga : Supplier harus mampu menyediakan kualitas yang dibutuhkan
sehingga rencana produksi dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana.
 Keempat : Supplier harus dievaluasi kemampuan supplier jika permintaan
meningkat dengan cepat sesuai dengan perkembangan produksi.
 Kelima : Industri harus tahu secara pasti apakah supplier tersebut produsen
atau distributor. Karena jika suplier adalah produsen karena industri dapat
dengan cepat dan langsung berhubungan dengan bagian QC dari pada
harus melalui pihak ketiga. Tetapi supplier hanya merupakan penyalur
kemungkinan tidak melakukan kontrol kualitas
 Keenam : Pertimbangan harga bahan baku.
 Ketujuh : Reputasi dan keandalan supplier berdasarkan pengalaman.

2.4.1.5. Memperoleh cuplikan dan sertifikat analisis dari supplier


Pada proses ini yang akan diproduksi adalah sedian tablet metformin
hidroklorida suppalier dari Xi’an geekee biotech co.,ltd yang beralamat di
Sanyuan Cina.
2.4.1.6. Monografi bahan baku zat aktif metformin hidrokklorida
berdasarkan FI IV tahun 1995
Parameter Keterangan
Struktur kimia

Bobot Molekul 165,6

Pemerian Serbuk habrur putih; tidak berbau atau


hampir tidak berbau; higroskopik
Kelarutan Mudah larut dalam air;praktis tidak larut
dalam eter dan kloroform;sukar tidak larut
dalam etanol
Baku Pembanding Metformin Hidroklorida BPFI

Identifikasi A. Spectrum serapan IR,zat yang telah


dikeringkan dan di dispersikan dalam
kalium bromide P, menunjukan maksimum
hanya pada panjang gelombang yang sama
seperti pada metformin hcl BPFI.
B. Larutkan 25 mg dalam 5 ml
air,tambahkan 1,5 ml NaOH 5 N, 1 ml 1-
naftol LP dan tetes demi tetes disertai
pengocokan 0,5 ml larutan natrium
hipoklorid 3,5 % P : Terjadi warna merah
jingga, yang bila di diamkan menjadi lebih
gelap.
C. Larutkan 10 mg dalam 10 ml air,
tambahkan 10 ml larutan yang dibuat
dengan mencampurkan sejumlah volume
sama larutan natrium nitrokrusida P 10%,
larutan kalium heksasianoferat(III) P 10%
dan larutan NaOH P 10%, biarkan selama 20
menit: Terjadi warna merah dalam waktu 3
menit.
D. Menunjukan reaksi klorida cara A
seperti yang tertera pada uji identifikasi
umum.
Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan
pada suhu 105o hingga bobot tetap,
menggunakan 1 g
Suhu lebur Metode II lebih kurang 2250

Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%

Logam berat Metode II tidak lebih dari 20 bpj; lakukan


penetapan kadar dengan menggunakan
larutan 10%
Senyawa sejenis  Lakukan penetapan kadar dengan cara
KCKT seperti yang tertera pada
kromatografi.
 Fase gerak natrium pentanasulfonat 0,005
M, atur pH hingga 3,5 dengan larutan
asam fosfat P 1%, saring dan keringkan.
Larutan uji timbang seksama sejumlah zat,
larutkan dalam air hingga kadar A 0,0010
% dan B 1,0 %.
 Larutan baku timbang seksama sejumlah
disiandi amida P larutkan dalam air hingga
kadar 0,00020 %. System kromatografi
lakukan secara yang tertera pada
kromatografi.
 Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi
dengan detector 218 nm, kolom 30cm x
4mm, berisi bahan pengisi R Bondapak
C18. Laju aliran 1ml per menit.
 Prosedur suntikan secara terpisah sejumlah
volume sama masing-masing larutan uji A
dan larutan uji B serta larutan baku, rekam
respon puncak. Respon puncak larutan uji
B yang menunjukan disiandiamida tidak
boleh lebih besar dari respon puncak
larutan baku dan respon puncak selain
puncak utama tidak boleh lebih dari
larutan uji A.
Penetapan kadar Timbang seksama lebih kurang 250 mg,
larutkan dalam 20 ml raksa(II) asetat LP,
tetapkan titik akhir secara potensiometrik.
1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan
8,281 mg C4H12CIN5
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
2.4.1.7. Skema bahan baku obat yang nantinya akan diproduksi.

Surat penghantar

Pemasok Bahan Awal


Surat permintaan

Karantina

Diberi label
warna kuning

Memenuhi syarat (MS) Tidak memenuhi syarat (TMS)

Diberi label warna hijau Diberi label warna merah

Dimasukkan ke gudang Dikembalikan ke pemasok


bahan awal
Surat permintaan dari bagian produksi yang
ditandatangani oleh penanggung jawab produksi
sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan
Proses Bahan bahan yang diperlukan pada proses
pengolahan ditimbang

Proses pengolahan Produk ruahan


 Contoh – contoh label yang digunakan pada proses skema diatas
Gambar Keterangan
 Label Kuning ( Karantina )
Menyatakan bahwa suatu bahan
atau produk sedang dalam proses
pemeriksaan oleh Pengawasan
Mutu dan belum boleh digunakan.

 Label Hijau
Menyatakan bahwa suatu bahan
atau produk telah lulus dari
pemeriksaan oleh QC setelah
dilakukan pemeriksaan fisik
secara visual. Setelah bahan baku
diluluskan, bagian penyimpanan
akan membuat bukti penerimaan
bahan baku (BPBB). Lalu bahan
baku akan disimpan dalam gudang
sesuai dengan stabilitas bahan
baku. Bahan baku yang diluluskan
diberi label hijau dengan tulisan
diluluskan dan ditempel diatas
label karantina
 Label Merah
Untuk bahan baku yang tidak
memenuhi syarat dan juga hasil
pemeriksaan laboratorium yang
tidak memenuhi kriteria produki.
2.4.2. Pemeriksaan terhadap bahan selama produksi
2.4.2.1. Proses Preformulasi pada produk yang diproduksi
Pada proses ini disebut juga sebagai tahap awal dalam rangkaian proses
pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat
aktif dimana dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu
bentuk sediaan farmasi dan proses ini merupakan penuntu dari sediian
tersebut apakah akan diproduksi dengan skala industri atau tidak.

Preformulasi

IPC melakukan pemeriksaan


terhadap tablet pada saat
proses pembuatan sedang
berjalan

QC melakukan
Evaluasi tablet pemeriksaan
terhadap
preformulasi ini
atas permintaan dari
Pemeriksaan mutu bagian produksi

Memenuhi syarat (MS) Tidak memenuhi


(Release) syarat (reject)
2.4.2.2. Pengujian pada Tablet Metformin
a) Uji mutu fisik tablet
 Uji keseragaman ukuran. Sebanyak lima tablet diukur dengan tepat
panjang/diameter dan tebal tiap tablet menggunakan jangka
sorong, kemudian dihitung koefisien variasinya (CV).
 Uji keseragaman bobot. Sejumlah 20 tablet ditimbang satu per satu
dan dihitung bobot rata-ratanya. Keseragaman bobot dibandingkan
dengan persyaratan yang ada di Farmakope Indonesia serta
dihitung harga CV (Coefficient of Variation).
 Uji kekerasan. Alat pengujian kekerasan tablet adalah Hardness
Tester Erweka TBH 28. Tablet diletakkan pada posisi horizontal
dilandaskan. Kemudian diatur jarak antara landasan dan baut
pegas yang ada di atasnya sehingga tablet pada posisi terhimpit
bila pengungkit ditekan. Skala diatur kekerasannya pada posisi
nol, pengungkit ditekan hingga tablet pecah. Tablet yang
digunakan sebanyak 6 tablet. Ketentuan umum kekerasan tablet
adalah 4-8 kg.
 Uji kerapuhan. Alat pengujian kerapuhan tablet adalah Roche
Friabilator Erweka. Dua puluh tablet dibersihkan dari debu,
ditimbang, kemudian dimasukanke dalam alat friabilator. Alat
dijalankan selama 4 menit sebanyak 100 kali putaran dengan
kecepatan 25 rpm. Setelah batas waktu yang ditentukan tablet
dikeluarkan dari alat dan tablet dibersihkan dari debu kemudian
ditimbang.
Friabilitas (F) = (a -b) /a x 100%
Ketentuan umum : tablet kehilangan berat ≤ 0,8% (voigt 1994))
 Uji waktu hancur. Alat pengujian waktu hancur tablet adalah
Disintegration Tester Erweka. Enam tablet dimasukan ke dalam
alat uji waktu hancur. Setiap tabung diisi satu tablet. Digunakan
air dengan suhu 37° ± 2° C sebagai media. Kemudian alat
dijalankan sampai semua fraksi pecahan tablet lewat ayakan yang
terletak di bagian bawah alat dan dicatat waktunya. Waktu hancur
tablet harus tidak lebih dari 15 menit.
b) Uji Disolusi
 Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat tipe 2 USP (tipe
dayung) dengan medium disolusi dapar phospat p 6,8 sebanyak
900 mL. Kecepatan putar dayung 50 rpm dan suhu medium37
2 C. Sampling dilakukan pada menit ke-5, 10, 15, 30, 45 dan 60,
sebanyak 5 mL. Setiap pengambilan larutan diganti dengan
medium dengan suhu yang sama sebanyak 5 mL sehingga
volumenya tetap sama. Serapan dari larutan uji ditetapkan
kadarnya dengan spektrofotometer UV pada panjang gelombang
maksimum 233nm kemudian dihitung parameter nilai Q30, f2,dan
DE.
c) Uji Penetepan Kadar
 Uji penetapan kadar. Dari masing-masing produk diambil 20
sampel tablet metformin kemudian ditimbang satu persatu dan
diserbuk hingga homogen. Hasil perhitungan rata-rata
penimbangan tablet metformin kemudian ditimbang dan
dimasukan labu takar 100 mL tambahkan HCl 0,1 N sampai tanda
batas labu takar, di baca serapannya pada panjang gelombang
maskimum. Serapan yang diperoleh dimasukkan dalam persamaan
kurva baku dan didapat kadar metformin dalam cuplikan (DepKes
RI 1979).
d) Uji Keseragaman Kandungan
Uji keseragaman kandungan. Pengujian keseragaman dilakukan
dengan sampel sebanyak 10 tablet. Kandungan tiap tablet ditetapkan
dengan cara menggerus satu tablet kemudian dilarutkan didalam labu
takar 100 mL dengan HCl 0,1 N sampai tanda batas labu takar. Larutan
kemudian diencerkan 10x dengan cara diambil 1 ml. Kemudian dibaca
absorbansinya pada spektrofotometer UV pada panjang gelombang
maksimum.
2.4.3. Pemeriksaan Produk Akhir
Produk jadi adalah suatu produk obat yang telah mengalami seluruh
tahap proses, baik tahap pembuatan maupun pengemasan primer dan
sekunder.

Produk yang sudah siap release


diisi kedalam plastik blister

Pengambilan sampel untuk pengujian


Permintaan bahan
pengemas

Bagian
Gudang
Pengemasan

Penyerahan bahan
pengemas
Pengemasan primer

Pemeriksaan sampel
oleh QA

Pengemasan sekunder

Karantina obat jadi

Obat jadi yang telah


diluluskan Gudang
2.4.3.1. Tablet metfotmin hidroklorida harus memenuhi syarat
berdasarkan FI III tahun 1979
Tablet metformin hidroklorida adalah tablet bersalut mengandung
metformin hidroksida, C4H11N8HCl, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih
dari 105% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Parameter Keterangan
Identifikasi A. Kocok sejumlah serbuk tablet yang
mengandung 20mg metformin
hidroksida dengan 20ml etanol mutlak
P, saring, uapkan filtrat sampai kering
diatas tangas air. Spektrum serapan
inframerah zat yang telah dikeringkan
pada suhu 105o selama 1 jam dan
didispersikan dalam kalium bromida
P menunjukkan maksimum hanya
pada panjang gelombang yang sama
dengan metformin hidroklorida BPFI.
B. Gerus sejumlah serbuk tablet setara
dengan 50mg metformin hidroklsida
dengan 10 ml air, saring. Pada 5 ml
filtrat tambahan 1,5 ml natrium
hidroksida 5 N, 1 ml 1-naftol LP dan
tetes demi tetes disertai pengocokan,
0,5 ml larutan natrium hipoklorit
klorit 3,5% LP terjadi warna jingga
merah yang bilah dibiarkan
bertambah gelap.
C. Gerus sejumlah serbuk tablet yang
setara dengan 50 mg metformin
hidroksida dengan 10 ml air, saring.
Filtrat menunjukkan reaksi klorida
cara A seperti yang tertera pada
identifikasi umum.

Disolusi Media disolusi : 1000 ml larutan


kalium fosfat monobasa P 0,68%, atur
pH 6,8 dengan menambahkan natrium
hidroksida 1 N.
Alat tipe 1 : 100 rpm
Waktu : 45 menit
Prosedur lakukan penetapan jumlah
C4H11N8HCl yang terlarut dengan
mengukur serapan filtrat larutan uji,
jika perlu diencerkan dengan media
disolusi dan serapan larutan baku
metformin hidroksida BPFI dalam
media yang sama pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih
kurang 233nm.
Toleransi dalam waktu 45 menit harus
larut tidak kurang dari 70%
C4H11N8HCl, dari jumlah yang tertera
pada etiket.
Senyawa jenis Lakukan penetapan kadar seperti pada
metformin hidroksida, tetapi kocok
sejumlah serbuk tablet yang
mengandung 1 g metformin hidroksida
dalam air dan saring. Untuk larutan uji
A encerkan 0,1 ml larutan uji B dengan
air sehingga 100ml.

Penetapan kadar A. Timbang dan serbukkan 20 tablet.


Kocok sejumlah serbuk tablet yang
mengandung 100mg metformin
hidroksida dalam 70ml air selama 15
menit, saring, buang 20 ml filtrat
pertama. Encerkan 10 ml larutan ini
dengan air hingga 100ml.
B. Larutan baku timbang seksama
sejumlah metformin hitroksida BPFI
larutkan dan encerkan dengan air
hingga kadar lebih kurang 14 μg per
ml. Ukur serapan larutan uji dan
larutan baku menggunakan air sebagai
blangko pada panjang gelombang
serapan maksimum 232 nm. Hitung
kadar C4H11N8HCl dalam larutan uji

dengan rumus : ( )

C. keterangan rumus C adalah kadar


metformin hidroksida BPFI dalam μg
per ml larutan baku Au dan As berturut
- turut adalah serapan larutan uji dan
larutan baku.

2.4.3.2. Syarat pelulusan produk jadi obat oleh bagian QA adalah


a. Memenuhi persyaratan pengawasan mutu dalam semua spesifikasi
pengolahan dan pengemasan
b. Bagian pengawasan mutu obat telah menyimpan produk jadi dalam
jumlah cukup untuk 2x analisis sebagai contoh pertinggal yang
akan digunakan untuk pengujian dimasa mendatang.
c. Kemasan akhir atau penandaan memenuhi persyaratan sesuai hasil
pemeriksaan bagian pengawasan mutu obat
d. Produk jadi obat yang diterima didalam daerah karantina sesuai
dengan jumlah yang tertera pada dokumen pemindahan bahan
e. Telah dilakukan evaluasi kesesuaian pengisian dan catatan batch
2.4.3.3. Pengemasan
Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan kemasan primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal.
Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada bahan cetak. Bahan cetak
tersebut hendaklah disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai dan
orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Label lepas dan bahan cetak
lepas lain hendaklah disimpan dan diangkut dalam wadah tertutup untuk
menghindarkan campur baur. Bahan pengemas hendaklah diserahkan kepada
orang yang berhak sesuai prosedur tertulis yang sudah disetujui. Tiap
penerimaan atau tiap bets bahan pengemas primer hendaklah diberi nomor
yang spesifik atau penandaan yang menunjukkan identitasnya. Bahan
pengemas primer, bahan pengemas cetak atau bahan cetak lain yang tidak
berlaku lagi atau obselet hendaklah dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat.
Bahan yang akan dimusnahkan hendaklah ditempatkan di area terpisah, diberi
label “Ditolak” dan dikeluarkan dari sistem persediaan. Tindakan ini untuk
menghindari kesalahan pengambilan bahan pengemas. Sistem persediaan
dapat dibuat secara manual atau elektronis yang mencakup antara lain:
 Nomor kode dan nama bahan atau produk
 Tanggal penerimaan dan pengeluaran atau penyerahan
 Jumlah penerimaan atau penyerahan dan sisa persediaan
 Nomor bets/lots
 Nama pemasok
 Tanggal daluarsa atau uji ulanh
 Status bahan, apakah karantina, diluluskan atau ditolak
Untuk menghindari campur baur, hanya satu jenis bahan pengemas
cetak tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempet
kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang
memadai antar tempat kodifikasi tersebut. Yang diperbolehakan masuk
ruang kodifikasi pada saat yang sama hanya bahan pengemas cetak.
Penentuan expired date produk dilakukan dengan cara stabilitas
dipercepat dengan suhu 45OC dan RH 75. Produk disimpan pada suhu
ekstrim selama 3 bulan, jika produk tidak rusak selama penyimpanan 3
bulan maka kadaluarsa produk bertahan selama 1 tahun, jika produk masih
bertahan selama 3 bulan ke 2,maka kadaluarsa produk selama 2 tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pembuatan sediaan tablet metformin harus didasarkan pada farmakope
Indonesia. Penambahan bahan pengisi ditambahkan sesuai dengan sifat dan zat
aktif sehingga secara organoleptis tidak merusak tablet. Proses pengujian pada
tablet metformin dilakukan untuk meningkatkan kualitas hasil pembuatan tablet
3.2. Saran
Mahasiswa profesi apoteker sebaiknya mengetahui segala hal yang berkaitan
dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) seperti pengawasan mutu tablet
metformin, bukan hanya tablet oral tetapi juga mengetahui sediaan farmasi
lainnya, sehingga mahasiswa profesi apoteker nantinya diharapkan mampu untuk
menerapkan dilapangan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI, 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta

Farmakope Indonesia edisi I tahun 1995

Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979

Farmakope Indonesia edisi V tahun 2012

Handbook of pharmacetical manufacturing formulation compressed solid products


volume 1
PENGAWASAN MUTU TERHADAP SEDIAAN TABLET ORAL
(Metformin)
Nama kelompok 1 Kelas A:
Indah Sari Natalia (3105001)
Desra Febrinal (3105003)
Yolanda Elvioriva (3105005)
Mitra Lestari (3105007)
Rama Feriska Putra (3105009)
Fitrini (3105011)
Alfajri Islami (3105013)
Dessy Kurnia Risma (3105015)
Naziva Annisa (3105017)
Frandika Tri Wahyudi (3105019)
Apa itu CPOB?

Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)


adalah Suatu sistem yang menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Tujuan dari penerapan CPOB :

1. Adanya jaminan terhadap khasiat,


keamanan dan mutu obat produksi industri
farmasi Indonesia.
2. Sebagai upaya pemerintah (BPOM) untuk
meningkatkan kemampuan Industri Farmasi
Indonesia sesuai dengan standard
internasional agar lebih kompetitif baik
untuk pasar domestik maupun untuk pasar
ekspor
3. Mendorong industri farmasi di Indonesia
agar lebih efisien dan fokus dalam
pelaksanaan
produksi obat, termasuk pemilihan fasilitas
produksi yang paling fleksibel untuk
dikembangkan
Bagaimana prinsip pengawasan mutu?

Prinsip Pengawasan Mutu adalah proses


pembuatan sediaan farmasi dibuat berdasarkan
Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.
Memastikan bahwa bahan awal untuk
produksi obat memenuhi spesifikasi yang

Apa saja tugas dari 01 ditetapkan untuk identitas, kekuatan,


kemurnian, kualitas dan keamanannya →
pemeriksaan bahan awal
pengawasan mutu? Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses
produksi obat telah dilaksanakan sesuai
02 dengan prosedur yang telah ditetapkan →
Pengawasan selama proses Produksi (In
Process Control/IPC)
Memastikan bahwa semua pengawasan selama

03 proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu


batch obat telah dilaksanakan dan batch tersebut
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum
didistribusikan → Evaluasi prosedur produksi dan
pengkajian catatan produks

04 Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya


selama waktu peredaran yang telah ditetapkan →
Program stabilitas
Pengertian sediaan tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan
yang di gunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin,
zat pembasah, atau zat lain yang cocok. (FI III
1997)
Bentuk dan ukuran tablet
• Bentuk Tablet
Tablet biasanya berbentuk bundar dengan permukaan datar,
ataukonveks. Bentuk khusus, sepert kaplet, segitiga, lonjong, empat
persegi, dan enam persegi ( heksagonal ) telah di kembangkan oleh
beberapa pabrik untuk membedakan produknya untuk membedakan
produknya terhadap produk pabrik lainnya.
• Ukuran tablet
Menurut R.Voigt : Garis tengah pada umumnya 15-17 mm: Bobot
tablet pada umumnya 0.1-1 gram.
Menurut Lachman : -Tablet oral biasanya berukuran 3/16-1/2 inc-Berat
tablet berkisar antara 120-700 mg ≥ 800 mg- Diameternya 1/4 –7/6 inci
Menurut Dom Martin : Diameternya 1/8 –1 1/5 inci
Menurut FI III dan Formularium Nasional Kecuali dinyatakan lain,
diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali
tebal tablet.
Bahan Tambahan Dalam Formulasi Tablet

a. Zat pengisi contohnya Amilum Manihot,


Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, dan zat
lain yang cocok.
b. Zat pengikat contohnya Musilago 10-20% b
/v, larutan Metilcellulosum 5% b /v
c. Zat penghancur contohnya Amilum
Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat
d. Zat pelicin contohnya Talkum 5% b /b,
Magnesium stearat
Kriteria Umum Yang Esensial Untuk Eksipien

a. Netral secara fisiologis,

b. Stabil secara fisika dan kimia,

c. Memenuhi peraturan perundangan,

d. Tidak mempengaruhi bioavailabilitas obat,

e. Bebas dari mikroba patogen dan tersedia dalam

jumlah yang cukup dan murah.


3 metoda pembuatan tablet

a. Metoda Granulasi Basah

b. Metoda Granulasi Kering

c. Metoda Cetak (kempa) Langsung


Perbedaan tahap ketiga metoda
pembuatan tablet

N0 Granulasi Basah Granulasi Kering Cetak Langsung


1. Mencampur zat aktif dan eksipien Mencampur semua serbuk (fase Mencampur semua serbuk (semua
(komponen dalam) dalam alat campur dalam dan fase luar) atau hanya fase komponen) dalam alat campur menjadi
dalam saja dalam alat campur massa kempa

2 Membuat/menyiapkan cairan pengikat Membuat gumpalan serbuk dalam Massa kempa dicetak menjadi tablet jadi
mesin kompaktor dalam mesin tablet

3 Membuat massa granulasi serbuk dengan Mengecilkan gumpalan (mengayak)


cairan pengikat dalam alat campur dengan mesin granulator

4 Menggranulasi basah massa granul dengan Mencampur granul dengan komponen


ayakan nomor mesh 6 – 12 dalam mesin luar (lubrikan, desintegran, dan glidan)
granulator dalam mesin pencampur khusus
menjadi massa kempa

5 Granul basah dikeringkan dikeringkan pada Massa kempa dikempa menjadi tablet
suhu + 50 – 60oC dalam lemari pengering jadi dalam mesin tablet
VALIDASI BAHAN BAKU
SEDIAAN TABLET METFORMIN
Pengertian validasi

Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan


cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses,
prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi dan
pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan
Langkah-langkah validasi bahan sediaan tablet
metformin

3. Membuat Dokumen Validasi, yaitu protap


(prosedur tetap), protokol serta laporan
validasi.
Pelaksanaan validasi.

1. Membentuk Validation Comitee (Komite


Validasi), yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan validasi di industri farmasi yang
bersangkutan.

4. Melaksanakan Peninjauan Periodik,


Change Control dan Validasi ulang
(revalidation).
2. Menyusun Validation Master Plan (Rencana
Induk Validasi), yaitu dokumen yang menguraikan
(secara garis besar) pedoman pelaksanaan
validasi di industri farmasi yang bersangkutan.
Certificate Of Analysis Metformin
Monografi bahan baku zat aktif metformin hidrokklorida
berdasarkan FI IV tahun 1995
Parameter Keterangan
Struktur kimia
Bobot Molekul 165,6
Pemerian Serbuk habrur putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik
Kelarutan Mudah larut dalam air;praktis tidak larut dalam eter dan kloroform;sukar tidak larut dalam etanol

Baku Pembanding Metformin Hidroklorida BPFI


Identifikasi A. Spectrum serapan IR,zat yang telah dikeringkan dan di dispersikan dalam kalium bromide P,
menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada metformin hcl BPFI.
B. Larutkan 25 mg dalam 5 ml air,tambahkan 1,5 ml NaOH 5 N, 1 ml 1-naftol LP dan tetes demi tetes
disertai pengocokan 0,5 ml larutan natrium hipoklorid 3,5 % P : Terjadi warna merah jingga, yang bila di
diamkan menjadi lebih gelap.
C. Larutkan 10 mg dalam 10 ml air, tambahkan 10 ml larutan yang dibuat dengan mencampurkan
sejumlah volume sama larutan natrium nitrokrusida P 10%, larutan kalium heksasianoferat(III) P 10%
dan larutan NaOH P 10%, biarkan selama 20 menit: Terjadi warna merah dalam waktu 3 menit.
D. Menunjukan reaksi klorida cara A seperti yang tertera pada uji identifikasi umum.

Susut pengeringan Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu 105o hingga bobot tetap, menggunakan 1 g

Suhu lebur Metode II lebih kurang 2250


Sisa pemijaran Tidak lebih dari 0,1%
Logam berat Metode II tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan kadar dengan menggunakan larutan 10%
Lanjutan Monografi bahan baku zat aktif metformin
hidrokklorida berdasarkan FI IV tahun 1995

Senyawa sejenis  Lakukan penetapan kadar dengan cara KCKT seperti yang tertera pada
kromatografi.
 Fase gerak natrium pentanasulfonat 0,005 M, atur pH hingga 3,5 dengan larutan
asam fosfat P 1%, saring dan keringkan. Larutan uji timbang seksama sejumlah
zat, larutkan dalam air hingga kadar A 0,0010 % dan B 1,0 %.
 Larutan baku timbang seksama sejumlah disiandi amida P larutkan dalam air
hingga kadar 0,00020 %. System kromatografi lakukan secara yang tertera pada
kromatografi.
 Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detector 218 nm, kolom
30cm x 4mm, berisi bahan pengisi R Bondapak C18. Laju aliran 1ml per menit.
 Prosedur suntikan secara terpisah sejumlah volume sama masing-masing
larutan uji A dan larutan uji B serta larutan baku, rekam respon puncak. Respon
puncak larutan uji B yang menunjukan disiandiamida tidak boleh lebih besar
dari respon puncak larutan baku dan respon puncak selain puncak utama tidak
boleh lebih dari larutan uji A.
Penetapan kadar Timbang seksama lebih kurang 250 mg, larutkan dalam 20 ml raksa(II) asetat LP,
tetapkan titik akhir secara potensiometrik.
1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 8,281 mg C4H12CIN5
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik
Proses validasi atau memastikan bahwa bahan baku pada tablet metformin
hidroklorida sesuai

Mencari supplier Monografi bahan baku


untuk setiap zat aktif metformin
bahan baku hidrokklorida
berdasarkan FI IV tahun
1995
2015 2017 2019

2016 2018
Membuat daftar
semua bahan baku
yang dibutuhkan Skema bahan
Memperoleh cuplikan
untuk membuat baku obat yang
dan sertifikat analisis
suatu bentuk produk nantinya akan
dari supplier
diproduksi
Skema bahan baku obat yang nantinya akan
diproduks
Contoh – contoh label yang digunakan pada proses skema di slide
sebelumnya
Gambar Keterangan

 Label Kuning ( Karantina )


Menyatakan bahwa suatu bahan atau produk sedang dalam proses
pemeriksaan oleh Pengawasan Mutu dan belum boleh digunakan.

 Label Hijau
Menyatakan bahwa suatu bahan atau produk telah lulus dari
pemeriksaan oleh QC setelah dilakukan pemeriksaan fisik secara
visual. Setelah bahan baku diluluskan, bagian penyimpanan akan
membuat bukti penerimaan bahan baku (BPBB). Lalu bahan baku akan
disimpan dalam gudang sesuai dengan stabilitas bahan baku. Bahan
baku yang diluluskan diberi label hijau dengan tulisan diluluskan dan
ditempel diatas label karantina

 Label Merah
Untuk bahan baku yang tidak memenuhi syarat dan juga hasil pemeriksaan
laboratorium yang tidak memenuhi kriteria produki.
Proses Preformulasi pada produk yang diproduksi
Pemeriksaan Produk Akhir
Tablet metfotmin hidroklorida harus memenuhi syarat
berdasarkan FI III tahun 1979

Parameter Keterangan
Identifikasi A. Kocok sejumlah serbuk tablet yang mengandung 20mg
metformin hidroksida dengan 20ml etanol mutlak P, saring,
uapkan filtrat sampai kering diatas tangas air. Spektrum serapan
inframerah zat yang telah dikeringkan pada suhu 105o selama 1
jam dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama dengan
metformin hidroklorida BPFI.
B. Gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan 50mg metformin
hidroklsida dengan 10 ml air, saring. Pada 5 ml filtrat tambahan
1,5 ml natrium hidroksida 5 N, 1 ml 1-naftol LP dan tetes demi
tetes disertai pengocokan, 0,5 ml larutan natrium hipoklorit klorit
3,5% LP terjadi warna jingga merah yang bilah dibiarkan
bertambah gelap.
C. Gerus sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 50 mg
metformin hidroksida dengan 10 ml air, saring. Filtrat
menunjukkan reaksi klorida cara A seperti yang tertera pada
identifikasi umum.
Lanjutan Tablet metfotmin hidroklorida harus memenuhi syarat
berdasarkan FI III tahun 1979
Disolusi Media disolusi : 1000 ml larutan kalium fosfat monobasa P 0,68%, atur pH 6,8 dengan
menambahkan natrium hidroksida 1 N.
Alat tipe 1 : 100 rpm
Waktu : 45 menit
Prosedur lakukan penetapan jumlah C4H11N8HCl yang terlarut dengan mengukur
serapan filtrat larutan uji, jika perlu diencerkan dengan media disolusi dan serapan
larutan baku metformin hidroksida BPFI dalam media yang sama pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 233nm.
Toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 70% C4H11N8HCl, dari
jumlah yang tertera pada etiket.
Senyawa jenis Lakukan penetapan kadar seperti pada metformin hidroksida, tetapi kocok sejumlah serbuk
tablet yang mengandung 1 g metformin hidroksida dalam air dan saring. Untuk larutan uji A
encerkan 0,1 ml larutan uji B dengan air sehingga 100ml.

Penetapan kadar A. Timbang dan serbukkan 20 tablet. Kocok sejumlah serbuk tablet yang mengandung
100mg metformin hidroksida dalam 70ml air selama 15 menit, saring, buang 20 ml filtrat
pertama. Encerkan 10 ml larutan ini dengan air hingga 100ml.
B. Larutan baku timbang seksama sejumlah metformin hitroksida BPFI larutkan dan
encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang 14 μg per ml. Ukur serapan larutan uji
dan larutan baku menggunakan air sebagai blangko pada panjang gelombang serapan
maksimum 232 nm. Hitung kadar C4H11N8HCl dalam larutan uji dengan rumus :

Au
𝐶 As

C. keterangan rumus C adalah kadar metformin hidroksida BPFI dalam μg per ml larutan
baku Au dan As berturut - turut adalah serapan larutan uji dan larutan baku.
Syarat pelulusan produk jadi obat oleh bagian QA
Telah dilakukan evaluasi
05 kesesuaian pengisian dan
catatan batch

Memenuhi persyaratan
01 pengawasan mutu dalam semua
spesifikasi pengolahan dan
pengemasan

Kemasan akhir atau penandaan


03 memenuhi persyaratan sesuai
hasil pemeriksaan bagian
pengawasan mutu obat

Bagian pengawasan mutu obat


02 telah menyimpan produk jadi
dalam jumlah cukup untuk 2x
analisis sebagai contoh
pertinggal yang akan digunakan
untuk pengujian dimasa Produk jadi obat yang diterima
mendatang didalam daerah karantina sesuai
04 dengan jumlah yang tertera
pada dokumen pemindahan
bahan
Hal yang harus dicantumkan dalam proses
pengemasan

Jumlah penerimaan atau


penyerahan dan sisa
persediaan
Tanggal penerimaan dan
pengeluaran atau F
penyerahan Option
Nomor kode dan nama E
bahan atau produk Option
D
Option
C Tanggal daluarsa atau uji
Option ulang dan Status bahan,
apakah karantina, diluluskan
B Nama pemasok atau ditolak
Option
A
Option Nomor bets/lots
Insert the Sub Title of Your Presentation
Fully Editable Shapes

Your Picture Here


Fully Editable Shapes
Fully Editable Icon Sets: A
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets: B
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com
Fully Editable Icon Sets: C
You can Resize without
losing quality
You can Change Fill
Color &
Line Color

FREE
PPT
TEMPLATES
www.allppt.com

Anda mungkin juga menyukai