Disusun Oleh :
Disetujui Oleh:
Mengetahui:
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Apoteker
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah
Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon periode Maret 2021 dengan baik dan
dapat menyusun laporan PKPA ini.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di STIKes Bakti
Tunas Husada Tasikmalaya
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama
pelaksanaan PKPA ini:
1. Ibu Hj. Tati Dedah, M.Bsc.,M.Kes selaku ketua Yayasan Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya
2. Ibu Hj. Enok Nurliawati, S.Kp., M.Kep selaku ketua STIKes Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya
3. Ibu apt. Hj. Nur Rahayuningsih, M.Si selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker STIKes BTH Tasikmalaya
4. Ibu apt. Tita Novianti, M.Si selaku pembimbing Internal STIKes BTH
Tasikmalaya, yang telah memberikan arahan dan masukan nya selama
penyusunan laporan ini
5. Bapak. dr. Ismail Jamaludin, Sp.OT. selaku Direktur Rumah Sakit Daerah
Gunung Jati Kota Cirebon, yang telah berkenan memberi izin pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSD Gunung Jati Kota Cirebon
6. Bapak dan Ibu Tim Kordik RSD Gunung Jati Kota Cirebon
7. Bapak Drs. Dedi Tarmadi, Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi RSD Gunung
Jati Kota Cirebon yang senantiasa mengarahkan dan membimbing peserta
pada saat PKPA
ii
8. Bapak Rinto Susilo, S.Farm., M.Sc., Apt selaku Clinical Instructur di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon, yang telah mengarahkan dan membimbing peserta
selama PKPA
9. Ibu Dra. Hj. Retno Indiyati, Apt selaku Clinical Instructur di RSD Gunung
Jati Kota Cirebon, yang telah mengarahkan dan membimbing peserta selama
PKPA
10. Ibu apt. Hanifah, S.Farm selaku Clinical Instructur di RSD Gunung Jati Kota
Cirebon, yang telah mengarahkan dan membimbing peserta selama PKPA
11. Bapak H. Mastani, A.md., Farm selaku Clinical Instructur di RSD Gunung
Jati Kota Cirebon, yang telah mengarahkan dan membimbing peserta selama
PKPA
12. Suami, orang tua kami tercinta yang telah banyak memberikan Do’a dan
dukungan nya baik secara moril maupun materil sehingga proses Praktek
Kerja Profesi Apoteker di RSD Gunung Jati Kota Cirebon sampai dengan
dibuatnya laporan ini dapat berjalan lancar
13. Seluruh sahabat dan teman seperjuangan yakni mahsiswa Apoteker angkatan
III yang sama-sama memperjuangkan gelar Apoteker, atas dukungan,
semangat dan kerjasamanya
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas kebaikan
dan ketulusan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
laporan ini. Untuk itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi
ilmu pengetahuan dan dunia kesehatan khususnya kefarmasian. Semoga
kerjasama yang baik ini dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan di masa
mendatang.
Tasikmalaya, April 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.7 Komite Medik ............................................................................
34
2.8 Rekam Medik .............................................................................
35
2.9 Komite/ Tim Farmasi dan Terapi (KFT).....................................
37
BAB III KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN ..................................
40
3.1 Administrasi Farmasi Rumah Sakit ............................................
40
3.2 Unit Produksi Devisi Farmasi ....................................................
43
3.3 Gudang Devisi Farmasi ..............................................................
44
3.4 Depo Farmasi Rawat Jalan .........................................................
45
3.5 Depo Farmasi Rawat Inap ..........................................................
47
3.6 Depo Farmasi Rawat Darurat .....................................................
48
3.7 Depo Farmasi Rawat Bedah Sentral ...........................................
48
3.8 Farmasi Klinik.............................................................................
49
3.9 CSSD ..........................................................................................
54
3.10 Sanitasi .......................................................................................
54
3.11 Rekam Medis ..............................................................................
55
BAB IV PEMANTAUAN TERAPI OBAT “BEDAH DIGESTIF
v
PERITONITIS” DI RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON ......
57
4.1 Identitas Pasien............................................................................
57
4.2 Riwayat Pasien ..........................................................................
57
4.3 Definisi ......................................................................................
62
4.4 Etiologi........................................................................................
62
4.5 Jenis Peritonitis...........................................................................
63
4.6 Manifestasi Klinis.......................................................................
63
4.7 Penatalaksanaan .........................................................................
64
4.8 Prinsip .........................................................................................
66
4.9 Pembahasan ...............................................................................
66
4.10 Kesimpulan ................................................................................
68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................
69
5.1 Kesimpulan .................................................................................
69
5.2 Saran ...........................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
70
LAMPIRAN ...................................................................................................
vi
71
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ksehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik di
rumah sakit. Pada akhir kegiatan PKPA ini di harapkan mahasiswa dapat:
1. Meningkatkan pemahaman sebagai calon apoteker mengenai peran,
fungsi, posisi dan tanggungjawab apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di rumah sakit.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
leterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat di lakukan dalam
rangka pengembangan praktek farmasi komunitas rumah sakit.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di rumah sakit,terutama di bidang farmasi klinis.
4
5
Kegiatan:
1) penelusuran riwayat penggunaan Obat kepada pasien/
keluarganya; dan
2) melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan Obat
pasien.
Informasi yang harus didapatkan:
1) nama Obat (termasuk Obat non Resep), dosis, bentuk sediaan,
frekuensi penggunaan, indikasi dan lama penggunaan Obat;
2) reaksi Obat yang tidak dikehendaki termasuk riwayat alergi; dan
3) kepatuhan terhadap regimen penggunaan Obat (jumlah Obat
yang tersisa).
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkaninstruksi
pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication
error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau
interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi
pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain,
antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah
Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:
1) memastikan informasi yang akurat tentang Obat yang digunakan
pasien;
2) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya
instruksi dokter; dan
3) mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya
instruksi dokter.
Tahap proses rekonsiliasi Obat yaitu:
1) Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi Obat yang sedang dan
akan digunakan pasien, meliputi nama Obat, dosis, frekuensi,
19
f. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung,
dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi Obat dan
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi Obat
yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar
Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan
program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan
Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan
kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan
mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa
terapi Obat dari rekam medik atau sumber lain.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses
yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman,
efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak
Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
1) pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons
terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
2) pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan
3) pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat.
Tahapan PTO:
1) pengumpulan data pasien;
2) identifikasi masalah terkait Obat;
3) rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat;
4) pemantauan; dan
24
5) tindak lanjut.
Faktor yang harus diperhatikan:
1) kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis terhadap
bukti terkini dan terpercaya (Evidence Best Medicine);
2) kerahasiaan informasi; dan
3) kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat).
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang tidak
dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek Samping
Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan
kerja farmakologi.
MESO bertujuan:
1) menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama
yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang;
2) menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan
yang baru saja ditemukan;
3) mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/
mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO;
4) meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki; dan
5) mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak
dikehendaki.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO:
1) mendeteksi adanya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki
(ESO);
2) mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko
tinggi mengalami ESO;
3) mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo;
25
merupakan organisasi non profit yang mengusung visi untuk menjadi badan
akreditasi tingkat nasional dan internasional. KARS mempunya misi untuk
membimbing dan membantu rumah sakit dalam meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien.
RSD Gunung Jati Kota Cirebon telah memiliki akreditasi dengan
satatus Tingkat Paripurna. Pada Februari tahun 2020, RSD Gunung Jati
Kota Cirebon menerima kunjungan Supervisor Kegiatan Survei Verifikasi 1
SNARS Ed 1 Tahun ke-2 di RSD Gunung Jati. Kunjungan ini bertujuan
untuk melakukan verifikasi akreditasi pertama.
40
41
alkes, dan BMHP yang harus di retur atau kadaluarsa sebelum tanggal dari
perjanjian kepada distribusi farmasi.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan RSD
Gunung Jati Kota Cirebon juga membentuk Komite/Tim Farmasi dan Terapi
(TFT) yang didukung dengan tenaga-tenaga profesional dibidangnya,
dibentuk langsung oleh Direktur RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi (TFT) merupakan penghubung antara staf
medik dan farmasi di rumah sakit. Peran Apoteker dalam Komite/Tim
Farmasi dan Terapi (TFT) sangat strategis dan penting karena semua
kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh
unit di rumah sakit di tentukan oleh Komire/Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
di RSD Gunung Jati Kota Cirebon telah terbentuk dan Apoteker dari bagian
Farmasi telah masuk ke dalam struktur organisasinya.
Komite/Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di RSD Gunung Jati Kota
Cirebon telah menjalankan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Tim Farmasi dan Terapi melaksanakan kegiatan pelaporan apabila ada
obat yang baru ditambahkan dalam formularium, maka ada proses untuk
memantau bagaimana penggunaan obat tersebut dan bila terjadi efek
obat yang tidak diharapkan, efek samping serta medication eror.
2. Melaksanakan pemantauan kepatuhan terhadap formularium baik dari
persediaan maupun penggunaan.
3. Melaksanakan evaluasi formularium sekurang-kurangnya dikaji setahun
sekali berdasarkan informasi tentang keamanan dan efektivitas.
Salah satu kegiatan Komite/Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dalam
menunjang pelayanan medis di rumah sakit adalah mengkaji dan menyususn
formularium RSD Gunung Jati Kota Cirebon telah memiliki formularium
rumah sakit yang menjadi acuan bagi staf medik dan kefarmasian di rumah
sakit baik itu dalam peresepan ataupun pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan Bahan medis habis pakai (BMHP). Pengadaan sediaan
farmasi, alkes dan BMHP yang sesuai dengan formuarium sangat
bermanfaat karena dengan adanya formularium, pengelolaan dana dan
43
2. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan antara
instruksi pengobatan dokter dan obat yang telah didapatkan atau dibawa
pasien sebelum masuk rawat inap.kegiatan ini rekonsiliasi obat di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon sudah dilakukan namun belum sempurna. Hal
ini terjadi dikarenakan pelayanan yang di lakukan di rumah sakit 24 jam,
sedangkan apoteker yang bertugas belum ada 3 shift atau 24 jam,
sehingga diluar jam tersebut kegiatan ini di tangani oleh TTK. Kegiatan
rekonsiliasi obat dilakukan mulai dari pasien datang ke IGD atau pasien
yang perpindahan ruangan, DPJP sampai pasien pulang dilakukan
rekonsiliasi obat menggunakan form rekonsiliasi yang tersedia.
Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya medication error
seperti duplikasi dalam pengobatan, kesalahan dosis dan interkasi obat.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) di RSD Gunung Jati Kota
Cirebon sudah dilaksanakan. Adapun PIO yang dilaksanakan yakni :
a. PIO Pasif
Dengan memberikan informasi mengenai obat dan
penggunaannya kepada tenaga kesehatan lain yang menanyakan
informasi mengenai obat, contoh yang paling sering adalah dari
tenaga perawat yang menanyakan tentang stabilitas dan pelarut yang
tepat dalam iv admixture.
b. PIO Aktif
1) Pemberian penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang
benar pada pasien
2) Pemasangan leaflet yang berisi informasi mengenai penyakit dan
pengobatannya
3) PMKRS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit),
Biasanya dilaksanakan 1 minggu sekali di Poliklinik Rawat Jalan
RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
52
4. Konseling
Kegiatan konseling sudah berjalan di RSD Gunung jati Kota
Cirebon dengan system kombinasi Sentralisasi dan Desentralisasi.
Pelayanan yang dilakukan sekarang bersifat desentralisasi yang mana
tidak terpusat atau dengan kata lain dibagi-bagi menjadi beberapa
bagian, dimana pusat PIO dan konseling memberikan kewenangan.
Seperti halnya pada depo rawat jalan, apoteker di RSD Gunung Jati
sudah melakukan konseling sekaligus dengan PIO yang bertujuan untuk
memudahkan pasien dalam mendapatkan konseling yang ada di Instalasi
Farmasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon.
5. Visite
Kegiatan visite di RSD Gunung Jati terbagi menjadi dua bagian,
yaitu Visite secara Tim dan Visite Mandiri yang dilakukan oleh
Apoteker. Kegiatan visite yang dilakukan oleh Apoteker sudah
dilakukan baik Visite Mandiri ataupun Tim. Kegiatan visite ini
dilakukan terutama pada pasien – pasien dengan kondisi tertentu.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat merupakan kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan
tersebut mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat,
respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Kegiatan PTO di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon sudah dilakukan namun tidak pada semua
pasien. PTO dilakukan terutama pada ruangan intensive.
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan
suatu keilmuan dan aktivitas tentang deteksi, pengkajian, pemahaman
dan pencegahan terkait efek samping obat. Tujuan dari dilakukannya
kajian MESO ini sendiri yaitu untuk Drug Safety atau Keselamatan
Pasien. Kegiatan MESO ini sudah dilakukan di RSD Gunung Jati Kota
Cirebon, dimana pelaporan langsung dilakukan apabila terjadi kasus.
53
3.9 CSSD
CSSD (Central Sterilized Supply Departement) atau instalasi pusat
sterilisasi menyediakan sebuah Rumah Sakit dengan pelayanan di bidan
pasokan prosesing dan distribusi. Departemen ini bertanggung jawab untuk
pembersihan, dekontaminasi dan sterilisasi semua instrument dan
perlengkapan (Anonim,2014)
CSSD (Central Sterilized Supply Departement) mempunyai fungsi
utama yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan
perawatan pasien di Rumah Sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat
sterilisasi adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan, serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di
Rumah Sakit untuk kepentingan perawatan media pasien. (Anonim,2014).
3.10 Sanitasi
Pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit dikelola oleh
Instalasi Sanitasi. Instalasi sanitasi merupakan salah satu instalasi dari
banyak instalasi yang ada di rumah sakit. Berdasarkan tugas, pokok dan
fungsinya dapat dilihat pada tupoksi petugas sanitasi rumah sakit. Pelayanan
sanitasi rumah sakit diselenggarakan dalam kaitan untuk menciptakan
kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyaman, dan mengutamakan
faktor keselamatan sebagai pendukung usaha penyembuhan penderita,
mencegah pemaparan terhadap bahaya-bahaya lingkungan rumah sakit
termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, dan menghindarkan
pencemaran ke lingkungan luar rumah sakit.
Dalam pemusnahan obat di RSD Gunung Jati Kota Cirebon
dilakukan kontrak dengan pihak ke 3 yaitu PT Trisna Aufa Buana Banten.
Pemusnahan dilakukan dengan cara merekap harga dan jumlah semua obat
yang akan di musnahkan. Setelah itu, hasil rekapan tersebut akan diserahkan
kepada bagian penunjang medis untuk disampaikan kepada direktur. Setelah
mendapat approve dari direktur, tim farmasi akan merusak semua obat yang
akan di musnahkan. Kemudian, sediaan yang telah dirusakan tersebut akan
55
KASUS PASIEN
4.1 Identitas Pasien
Masuk
No Pemeriksaan TTV Ruang Mawar
IGD
19/11 20/11 21/11 22/11 23/11
1 Tekanan darah 120/80 130/80 120/80 130/80 130/80
(mmHg)
2 Nadi (x/menit) 96 84 84 86 84
3 Repirasi (x/menit) 20 20 20 20 20
4 Suhu 37,4 36,5 36,2 36,2 36,2
57
58
2. Progres Note
Masuk
No Keluhan Ruang Mawar
IGD
19/11 20/11 21/11 22/11 23/11
1 Nyeri Skala NRS 7 7 5 4 3
3. Data Laboratorium
Masuk
Ruang Mawar
Data Nilai IGD
Laboratorium Normal 19/11 19/11
20/11 21/11 22/11 23/11
9.30 23.00
Haemoglobin 12-16 g/dl 11,4 10
Lekosit 4000-10000/uL 11800 17220
Eritrosit 4,5-6 juta/uL 3,73 3,36
Hematokrit 37-54 % 31,4 28,5
Trombosit 150 – 400 /uL 420 531
RDW-CV 11-16 % 36,4
Eosinofil 5,1
Limfosit 18-34 % 17,4
4. Rekonsiliasi Obat
a. Obat di Bawa Pasien Masuk IGD/ masuk Rawat Inap Dari
Poliklinik.
Obat dilanjutkan saat
No Nama Obat Frekuensi Rute masuk
Ya Tidak
Tidak Ada
6. SOAP
TANGGAL CATATAN SOAP
19-11-2019 S pasien mengeluh luka oprasinya terbuka setelah 1
minggu yang lalu dan nyeri
O O : TD : 120/80, HR : 96, RR: 20, S : 37,4 C
Leukosit : 11. 800
Haemogoblin : 11,4
IGD Eritrosit : 3,73
Hematocrit : 31,4
Trombosit : 420
RDW-CV : 36,4
Limfosit : 17,4
A A : Infus RL, metronidazole inj, ceftriaxon inj,
ketorolac inj dan omeprazole inj. DRP (-).Alergi (-).
Efek samping (-)
P P : pantau penggunaan obat dan monitoring tanda-
tanda vital
saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering
menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon (pada kasus ruptura
4.4 Etiologi
1. Peritonitis primer
b. Nefrosis.
c. SLE.
e. Pyelonefritis
2. Peritonitis sekunder
4.9 Pembahasan
Pasien dengan nama ny. Is umur 50 tahun datang ke RS Gunung Jati
pada tanggal 19-11-2019, 09.30. dengan mengeluhkan luka oprasinya
terbuka satu minggu yang lalu dan mengalami nyeri. Pasien bercerita bahwa
satu bulan yang lalu pasien melakukan operasi laporatomi di RS
arjawinangun. Pasien didiagnosa dokter mengalami peritonitis.
Selanjutnya pasien dibawa ke IGD dan diberikan terapi
metronidazole inj, ceftriaxone inj, ketorolac inj dan omeprazole inj.
Pada pukul 23.00 pasien dipindahkan ke rawat inap obat yang
diberikan pada saat di IGD tetep dilanjutkan dengan diberi tambahan terapi
obat Fresofol inj, Fentanyl inj, Terrel inj dan Atracorium inj.
Pada tanggal 20-11 terapi obat yang diresepkan dr ada pengobatan
tanpa indikasi yaitu pemberian albuminar inf, karana didata laboratorium
tidak ada atau tidak dilakukan tes pemeriksaan kadar albumin pasien.
Dan pada tanggal 23 terapi obat yang diberikan kepada pasien terjadi
interaksi obat yaitu metronidazole tab dan metronidazol + isoniazid
(Metronidazol akan meningkatkan kadar atau efek isoniazid dengan
mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP2E1). Interaksi yang terjadi
yaitu minor jadi cukup dilakukan pemantauan pemakaian obat untuk
menghindari sesuatu yang tidak diharapkan dan memonitoring tanda – tanda
vital saja. Dan interakasi antara asam mefenamat + ciprofloxacin
(Mekanisme: tidak diketahui. Meningkatnya risiko stimulasi SSP dan
67
4.10 Kesimpulan
Terapi pengobatan pasien atas nama ny. Is sudah tepat dan sesuai,
akan tetapi karna terjadi adanya interaksi dalam penggunaan obat pasien
maka harus dilakukan pemantauan atau monitoring tanda – tanda vital. Dan
juga perlunya komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien tentang
cara minum obat yang benar. Untuk obat yang mengalami interaksi diatas
supaya dilakukan jeda pemberian obat untuk menghindari efek yang tidak
diharapkan walaupun tergolong minor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah
dilaksanakan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon yang berlangsung dari
tanggal 29 Maret 2021 – 08 Mei 2021 maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Apoteker di RSD Gunung Jati Kota Cirebon telah menjalankan tugas
dan tanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian.
2. Pelayanan farmasi klinis di RSD Gunung Jati Kota Cirebon sudah
dilaksanakan namun belum sempurna. Penerapan farmasi klinis RSD
Gunung Jati Kota Cirebon antara lain pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan inpormasi obat, konseling, rekonsiliasi obat, pemantauan
terapi obat, evaluasi penggunaan obat, monitoring efek samping obat
dan visit pasien yang bersifat incidental.
3. Telah menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
Calon Apoteker sebagai bekal dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
di Rumah Sakit
4. Terapi pengobatan pasien atas nama ny. Is sudah tepat dan sesuai, akan
tetapi karna terjadi adanya interaksi dalam penggunaan obat pasien
maka harus dilakukan pemantauan atau monitoring tanda – tanda vital.
Dan juga perlunya komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien
tentang cara minum obat yang benar.
5.2 Saran
1. Perlu adanya penambahan SDM baik TTK maupun Apoteker di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon.
69
70
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7,
alih bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.
Medscape.
WHO.
71
72
LAMPIRAN 1
Etiket Obat Luar, Etiket Obat Dalam
73
LAMPIRAN 2
Form Pengkajian atau Telaah Resep dan Obat
74
LAMPIRAN 3
Rekap Laporan Narkotika
75
LAMPIRAN 4
Rekap Laporan Psikotropika
76
LAMPIRAN 5
Rak Penyimpanan Obat
77
LAMPIRAN 6
Rak Penyimpanan Obat
78
79
LAMPIRAN 7
Kegiatan PKPA Daring dan Luring
80
81