Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

DI APOTEK KIMIA FARMA

Disusun Oleh :
DIO KARUMA FAZA
40120007

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma, pada


tanggal 18 - 28 Januari 2021

Disetujui Oleh :

Pembimbing Praktisi / Preseptor, Dosen Pembimbing Lapangan,

apt. KARTIKA DEWI P, S.Farm apt. DINA WIAYU C, S.Farm

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

apt. YOGI BHAKTI MARHENTA, S.Farm., M.Farm

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma ini dengan baik.
Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek dilaksanakan mulai tanggal 18
Januari – 28 Januari 2021 yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
kemampuan tentang peran, fungsi dan tanggung jawab Apoteker serta pengalaman
untuk melakukan kefarmasian.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada :
1. Dra. Ec. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
3. apt. Dewy Resty Basuki, S.Farm., M.Farm. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti WiyataKediri.
4. apt. Yogi Bhakti Marhenta, S.Farm., M.Farm.selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti WiyataKediri.
5. apt. Dina Wiayu C., S.Farm. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, masukan serta saran dalam penyusunan laporan ini.
6. apt. Kartika Dewi, S.Farm. selaku apoteker penanggungjawab (APA) di Apotek
Kimia Farma Pare dan praesceptor lapangan yang telah memberikan bimbingan,
masukan dan arahan dalam proses Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
7. Rekan-rekan Program Studi Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri angkatan II atas dukungan selama menempuh pendidikan.

Demikian laporan PKPA ini disusun, dengan harapan laporan ini dapat
bermanfaat bagi teman sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi berbagai
pihak.Terimakasih

Ponorogo, Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PKPA ............................................................. 1
B. Tujuan PKPA .......................................................................... 2
C. Manfaat PKPA ........................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Apotek ................................................................... 3
B. Tugas dan Fungsi ..................................................................... 3
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang – undangan ........ 4
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker .................................... 6

BAB III TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA


A. Sejarah Apotek ....................................................................... 11
B. Visi dan Misi Apotek ............................................................. 12
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana ................................................ 12
D. Struktur Organisasi ................................................................ 14

BAB IV KEGIATAN PKPA dan PEMBAHASAN


A. Kegiatan yang Dilakukan ....................................................... 15
B. Tugas yang Dikerjakan selama PKPA ................................... 16
C. Pembahasan ........................................................................... 19

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 23
B. Saran ...................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 24
LAMPIRAN ................................................................................................. 25

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar III.1 Logo Kimia Farma ............................................................11
Gambar III.2 Struktur Organisasi ...........................................................14
Gambar IV.1 E-Brosure...........................................................................16
Gambar IV.2 SP OOT..............................................................................17
Gambar IV.3 SP Prekursor.......................................................................17
Gambar IV.4 SP Psikotropika..................................................................18
Gambar IV.5 SP Narkotika......................................................................18

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Etiket di Kimia Farma...................................................25
Lampiran 2 Copy Resep di Kimia Farma.........................................26

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKPA

Derajat kesehatan merupakan salah satu indikator dari kesejahteraan


suatu bangsa. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009, yang dimaksud
dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal pada masyarakat diperlukan sumber daya dibidang kesehatan untuk
menunjang hal tersebut. Berbagai upaya kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat ialah peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya peningkatan
kesehatan masyarakat adalah apotek. Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian disebutkan bahwa, Apoteker merupakan
tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian, dimana
pekerjaan kefarmasian didefinisikan sebagai pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat, dan obat tradisional.
Pelayanan Apotek saat ini telah berubah orientasi dari drug oriented
menjadi patient oriented dengan berdasarkan pharmaceutical care. Kegiatan
pelayanan farmasi yang tadinya hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi telah diubah menjadi pelayanan yang komprehensif dan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Depkes RI, 2004).

1
2

Program Studi Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata


Kediri melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Kimia Farma secara
daring selama 10 hari. Diharapkan dengan adanya PKPA ini mahasiswa
mampu memahami pengeloaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
di apotek yang meliputi perencanaan hingga pendistribusian serta pelayanan
farmasi klinis di apotek.

B. Tujuan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek bertujuan agar :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam prakteknya di apotek.
2. Memahami tata cara pengelolaan dan pelayanan apotek yang baik melalui
pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan selama PKPA.
3. Melaksanakan dan lebih memahami skrining resep.
4. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien dan
sejawat untuk memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling
mengenai terapi yang diberikan.
5. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional dan lebih memiliki wawasan,
pengetahuan, keterampilan serta pengalaman kefarmasian.

C. Manfaat PKPA
Manfaat PKPA diapotek adalah :
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggungjawab apoteker dalam
mengelola apotek.
2. Mendapatkan pengalaman mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan managemen di apotek.
4. Mendapatkan keterampilan dan gambaran dalam terjun langsung dalam
dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Menurut Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek menyatakan bahwa apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker.
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sedangkan Pelayanan Kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Depkes RI, 2014).
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi :
a) Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan.
b) Pelayanan farmasi klinik yang meliputi pengkajian resep, dispensing,
pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di
rumah (home pharmacy care), pemantauan terapi obat (PIO), dan
monitoring efek samping obat (MESO).

B. TUGAS DAN FUNGSI


Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 menyebutkan tugas dan fungsi
apotek adalah :
1. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.
2. Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika.

3
4

4. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya


kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan
pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.
5. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Depkes
RI, 2009).
Peraturan Menteri Kesehatan no. 9 Tahun 2017 tentang Apotek
Pasal 16 menjelaskan bahwa apotek menyelenggarakan fungsi sebagai
pengelola sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
dan pelayanan farmasi klinik termasuk di komunitas.

C. KETENTUAN UMUM DAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN

Ketentuan umum yang berlaku sesuai dengan Kepmenkes RI No.


35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah
sebagai berikut (Depkes, 2014) :
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
4. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku.
5

5. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
7. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
9. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
10. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
Peraturan perundang – undangan yang mengatur pelayanan
kesehatan masyarakat di apotek meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 Psikotropika
2. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2010 tentang Prekursor
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919 tahun 1993 tentang Kriteria Obat
yang dapat Diserahkan Tanpa Resep
6

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 tahun 2015 tentang Peredaran,


Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika serta
Prekursor Farmasi.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 tahun 2016 tentang Registrasi,
Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2016 tentang Standart
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2017 tentang Perubahan
Penggolongan Psikotropika
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 tahun 2018 tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika
14. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
7 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu yang
disalahgunakan
15. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
4 tahun 2018 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat,
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian.

D. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB APOTEKER


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan
bahwa standar seorang apoteker di apotek dalam melakukan pelayanan
kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP


Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi :
7

a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi perlu diperlihatkan
pola penyakit, kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan digunakan untuk merealisasikan hasil perencanaan.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefamasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Teknis pengadaan dapat
melalui pembelian, pembuatan dan sumbangan. Selain itu teknis
pengadaan merupakan bagian dari kegiatan yang berkesinambungan,
mulai dari pengkajian seleksi obat, penentuan jumlah obat yang
dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan
metode pengadaan, pemilihan waktu pengadaan, pemilihan pemasok
yang baik, penentuan spesifikasi kontrak dan penentuan proses
pengadaan serta pembayaran.
c. Penerimaan
Dalam hal ini untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat atau bahan obat disimpan dalam wadah asli
dari pabrik, sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat disusun secara alfabetis,
pengeluaran obat memakai sistem FEFO dan FIFO.
e. Pemusnahan dan Penarikan
Obat kadaluarsa atau rusak dimusnahkan sesuai jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan dibuktikan dengan adanya berita
acarapemusnahan. Resep dapat dimusnahkan jika telah disimpan
selama lebih dari 5 tahun. Penarikan alat kesehatan dan BMHP
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
8

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan, penyimpanan dan pengeluaran. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik secara manual ataupun
elektronik.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan pada proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai seperti pengadaan (surat
pesanan, faktur), pada penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota
atau struk penjualan) dan pencatatan lain sesuai kebutuhan. Pelaporan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan internal
digunakan untuk kebutuhan managemen apotek (keuangan, barang
dan lain-lain). Sedangkan pelaporan eksternal untuk memenuhi
kewajiban sesuai ketentuan peraturan undang-undangan (pelaporan
narkotika, psikotropika).
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik bertanggungjawab langsung kepada pasien
dan digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk
menganalisa adanya masalah terkait obat. Selain itu, kegiatan ini
dilakukan untuk upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
obat. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara :
1) Persyaratan administratif meliputi nama dan SIP dokter, alamat
praktek dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama pasien,
alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2) Persyaratan farmasetik meliputi nama obat, kekuatan, bentuk
sediaan, jumlah obat, stabilitas dan OTT, aturan pakai serta cara
penggunaan obat.
3) Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, waktu/jam
9

penggunaan obat, duplikasi pengobatan, ROTD, kontra indikasi


dan interaksi obat.
b. Dispensing
Kegiatan dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan
dan memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Dalam pelaksanaan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket
yang jelas dan benar.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO dilakukan oleh apoteker dalam penyediaan dan
pemberian informasi obat kepada pasien. Informasi mengenai obat
termasuk obat resep, obat bebas dan obat herbal. Informasi yang
disampaikan dapat meliputi dosis, bentuk sediaan, keamanan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping obat, penyimpanan dan harga obat.
d. Konseling
Konseling obat merupakan proses interaktif antara apoteker
dengan pasien atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Dalam pengawali konseling apoteker menggunakan three prime
question serta apoteker harus memverifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah faham terkait obat yang akan digunakan.
Adapun pasien atau keluarga pasien yang dapat diberikan konseling
seperti pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan ginjal, ibu hamil dan menyusui), pasien dengan terapi jangka
panjang (TB, DM, AIDS, Epilepsi), pasien menggunakan obat dengan
instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down),
pasien dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin dan teofilin),
pasien dengan polifarmasi dan pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah.
e. Pelayanan Kefarmasian dirumah (Home Pharmacy Care)
10

Apoteker diharapkan dapat memberikan pelayanan kefarmasian


yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan penyakit kronis. Dalam melakukan Home Pharmacy
Care apoteker mebawa catatan pengobatan pasien (patient medication
record).
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan PTO digunakan bahwa apoteker dapat memastikan
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping. Apoteker dapat menggali
informasi sebanyak-banyaknya mengenai riwayat penyakit, riwayat
obat dan alergi yang dimiliki pasien sehingga dapat menentukan
identifikasi masalah dan memberikan rekomendasi sesuai kondisi
pasien. Apoteker juga harus mendokumentasikan pelaksanaan PTO.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan ini merupakan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA

A. SEJARAH
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama
perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp &
Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di
masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan
Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus
1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT),
sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). PT.
Kimia farma (Persero) pada saat itu bergerak dalam bidang usaha:
a. Industri Farmasi
b. Industri Kimia dan Makanan Kesehatan
c. Perkebunan Obat
d. Pertambangan Farmasi dan Kimia
e. Perdagangan Farmasi, Kimia dan ekspor-impor

Gambar III.1 Logo Kimia Farma

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah


statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam
penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan
tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek
Indonesia). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah

11
12

berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di


Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan
dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat
Indonesia.
PT. Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT. Kimia Farma
(Persero) TBL sejak 4 Januari 2003. Pada tahun 2010 dibentuk PT. Kimia
Farma Diagnostika dan merupakan anak perusahaan PT. Kimia Farma
Apotek yang melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha Perseroan di bidang
laboratorium klinik. Selanjutnya PT. Kimia Farma Apotek bertransformasi
menjadi healthcare provider company suatu perusahaan jaringan layanan
kesehatan terintegrasi dan terbesar di Indonesia.

B. VISI DAN MISI


Visi
Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan
Misi
1. Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,
perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasiaset.
2. Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan operational
excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) profesional.
3. Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.

C. LOKASI, SARANA DAN PRASARANA


Menurut PerMenKes RI No. 922/MenKes/PER/X/1993, lokasi apotek
tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana
apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya di luar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah
penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang
13

higienis, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat banyak dengan


kendaraan dan faktor-faktor lainnya.
Bangunan dan kelengkapannya
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.922/Menkes/Per/X/1993, luas apotek tidak diatur lagi, namun harus
memenuhi persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin.
Persyaratan teknis apotek adalah bangunan apotek setidaknya terdiri dari:
1. Ruang tunggu pasien.
2. Ruang peracikan dan penyerahan obat.
3. Ruang administrasi.
4. Ruang penyimpanan obat.
5. Ruang tempat pencucian alat.
6. Kamar kecil (WC).
Selain itu bangunan apotek harus dilengkapi dengan:
1. Sumber air yang memenuhi persyaratan kesehatan.
2. Penerangan yang cukup sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan
fungsi apotek.
3. Alat pemadam kebakaran minimal dua buah yang masih berfungsi
dengan baik.
4. Ventilasi dan sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan hygiene lainnya
5. Nama apotek, yang memuat nama apotek, nama APA, nomor Surat Izin
Apotek (SIA), alamat apotek dan nomor telpon apotek (bila ada). Papan
nama apotek dibuat dengan ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm
dengan tulisan hitam diatas dasar putih dengan tinggi huruf minimal 5 cm
dan tebal 5 cm.
Perlengkapan apotek
Perlengkapan yang wajib dimiliki oleh apotek adalah:
1. Alat pembuatan, pengelolaan, peracikan obat, seperti: timbangan, mortir,
gelas piala dan sebagainya.
14

2. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus, seperti: etiket,


wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat.
3. Perlengkapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari
dan rak untuk penyimpanan obat, lemari pendingin, lemari untuk
penyimpanan narkotika dan psikotropika.
4. Alat administrasi seperti blanko pemesanan obat, kartu stok obat, faktur,
nota penjualan, salinan resep, alat tulis dan sebagainya.
Pustaka, seperti Farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan perundang-
undangan serta buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan apotek.

D. STRUKTUR ORGANISASI

Gambar III.2 Struktur Organisasi


BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. KEGIATAN YANG DILAKUKAN


Kegiatan yang dilakukan selama PKPA Online Kimia Farma pada tanggal
18 Januari – 28 Januari 2021 meliputi :
1. Kegiatan pertama kali pengenalan Apotek Kimia Farma dan diberikan
materi tentang Pengelolaan Sediaan Farmasi di Kimia Farma
(Perencanaan Obat, Pengadaan Obat, Penerimaan Obat, Penyimpanan
Obat), Manajemen (Pemusnahan Obat ED di Apotek Kimia Farma,
Pemusnahan Resep di Apotek Kimia Farma), Pengendalian (Kartu Stok),
Pencatatan dan Pelaporan.
2. Kegiatan kedua diberikan materi tentang Pelayanan Farmasi Klinis di
Apotek Kimia Farma (Pengkajian Resep di Apotek Kimia Farma tentang
obat rasional, Dispensing di Apotek Kimia Farma mulai dari penyiapan
obat – penyerahan obat – pemberian informasi obat, PIO di Apotek Kimia
Farma, Konseling, Pemantauan Terapi Obat (PTO) di Apotek Kimia
Farma tentang factor – factor yang mempengaruhi efikasi Obat, dan
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) tentang pelaporan meso melalui
web e-meso.
3. Kegiatan ketiga diberikan materi tentang cara penggunaan dan
penyimpanan sediaan khusus seperti Insulin, Inhaler, Tetes Mata, Tetes
Telinga, Suppositoria dan Ovula.
4. Kegiatan ke empat diberikan materi tentang Daftar Obat Wajib Apotek
(DOWA) di Apotek Kimia Farma.
5. Kegiatan ke lima diberikan materi tentang Penyakit Degeneratif (Diabetes
Militus, Hypertensi dan Jantung) dan cara menghitung insulin pen untuk
pasien.
6. Kegiatan ke enam diberikan materi tentang Obat Off Label dan Beyond
Use Date (BUD).

15
16

7. Kegiatan ke tujuh diberikan materi tentang Surat Pesanan Obat (SP) di


Apotek Kimia Farma (SP Obat – Obat Tertentu, SP Prekursor, SP
Psikotropika, SP Narkotika) dan pelaporan Psokotropika Narkotika lewat
web SIPNAP.
8. Kegiatan ke delapan diberikan materi tentang swamedikasi (farmasetik
dan non farmasetik), swamedikasi nyeri demam, diare dan batuk flu.
9. Kegiatan ke sembilan yaitu tentang tanya jawab, tentang polifarmasi,
kasus swamedikasi, dan skrining resep.
10. Kegiatan ke sepuluh yaitu penutupan PKPA Kimia Farma secara online
oleh Bu Eko Wahyu dan Bu Dewi Resty.

B. TUGAS YANG DIKERJAKAN


1. Tugas pertama mereview dan merangkum video di youtube bu Dian
Gisandi tetang Mengenal Obat Cair.
2. Tugas kedua membuat e – brosure cara pemakaian Tetes Mata dan Salep
Mata (Kelompok)

Gambar IV.1 e-brosur


17

3. Tugas ketiga menulis merek dan fungsi obat OWA, Gastrointestinal,


Antibiotik, dan Antihistamin
4. Tugas keempat membuat video tentang pemberian swamedikasi penyakit
degenerative (Kelompok)
5. Tugas kelima membuat daftar nama obat off label dan beyond use date
sediaan padat, steril dan insulin
6. Tugas ke enam cara menulis di SP OOT, Prekursor, Psikotropika dan
Narkotika serta skrining resep yang ada obat OOT, Prekursor,
Psikotropika dan Narkotika

Gambar IV.2 SP OOT (Obat Obat Tertentu)


18

Gambar IV.3 SP Prekursor

Gambar IV.4 SP Psikotropika

Gambar IV.5 SP Narkotika


7. Tugas ke tujuh membuat alur swamedikasi pada pasien alergi, scabies dan
jamur (Kelompok)
19

C. PEMBAHASAN
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Pemerintah
Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi
menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma.
Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF
diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah
menjadi PT Kimia Farma (Persero). Kimia Farma Apotek, dijalankan oleh
seorang Apoteker penanggung jawab yang bertanggung jawab dalam proses
pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) hingga
pelayanan farmasi klinis di Apotek.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di
apotek meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, penarikan, pengendalian, pencataan dan pelaporan. Pada
pelayanan farmasi klinis yaitu meliputi pengkajian serta pelayanan resep,
Dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling, Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah, Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring
Efek Samping Obat (MESO).
Perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP merupakan
tahap awal untuk menetapkan jenis serta jumlah sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa metode
yang digunakan dalam proses perencanaan yaitu metode konsumsi yang
didasarkan atas penggunaan obat periode sebelumnya dengan
menyesuaikan kebutuhan, metode morbiditas yang didasarkan atas pola
penyakit, dan metode proxy consumption yang didasarkan atas perhitungan
kebutuhan obat menggunakan data kerjadian penyakit, konsumsi obat,
permintaan, penggunaan atau pengeluaran obat yang telah memiliki sistem
20

pengelolaan obat, biasanya digunakan untuk apotek baru yang tidak


memiliki data konsumsi tahun sebelumnya. Selain itu, di apotek Kimia
Farma juga menggunaan perencanaan dengan sistem pareto untuk
membantu perencanaan agar dapat disesuaikan dengan barang yang akan
disediakan dan dana yang ada.
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Pengadaan sediaan
farmasi dilaksanakan berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani
Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor SIPA. Ada
beberapa macam pengadaan di Kimia Farma, yaitu Pengadaan Rutin dan
Pengadaan Antar Apotek Kimia Farma
Proses penerimaan obat di Apotek Kimia Farma dilakukan dengan
memeriksa obat-obatan yang telah diterima mencakup jumlah kemasan,
jenis dan jumlah obat, sesuai dengan isi faktur yang ada dengan BPBA
yang telah dikirim, nomor Batch, dan Exp. Date. Bila isi faktur tidak sesuai
dengan obat yang diorder maka obat dikembalikan kepada PBF yang
mengirim.
Penyimpanan di Apotek Kimia Farma yaitu berdasarkan dan bentuk
sediaan (tablet, cair, salep) dan kelas terapi farmakologis dengan
pengeluaran obat dengan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
(First In First Out). Khusus untuk obat narkotik penyimpanan diletakkan di
lemari khusus yang terbuat dari kayu dengan pintu rangkap 2 disertai 2
kunci yang berbeda. Untuk obat Psikotropika ditaruh di dalam lemari OKT
(Obat Keras Tertentu). Untuk obat yang membutuhkan penyimpanan
khusus di letakkan di lemari es.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan meliputi Pencacatan
penjualan harian yang dicatat dalam Laporan Ikhtisar Penjualan Harian
(LIPH), Pencatatan pada kartu stok yang dilakukan setiap kali mengambil
obat dari kotak penyimpanannya, Pencatatan pada buku defecta untuk obat
yang habis atau hampir habis, Pencatatan stok opname obat-obat. Untuk
21

pencatatan obat golongan narkotika dan psikotropika dibuat lebih rinci.


Pelaporan narkotika dilakukan oleh apoteker sebagai pimpinan apotek.
Pelayanan Farmasi klinik di Apotek meliputi Pengkajian dan
Pelayanan Resep, Dispensing, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling,
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan Monitoring Efek Samping Obat
(MESO). Kegiatan pengkajian Resep meliputi administratif (nama pasien,
umur, jenis kelamin dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetis (bentuk
dan kekuatan sediaan, stabilitas, kompatibilitas) dan pertimbangan klinis
(ketepatan indikas dan dosis, aturan, cara dan lama penggunaan obat,
duplikasi dan atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra
indikasi dan interaksi). Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil
pengkajian maka Apoteker harus menghubungi dokter penulis Resep.
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi Obat. Setelah pengkajian resep, menyiapkan obat sesuai dengan
permintaan Resep, melakukan peracikan Obat bila diperlukan, memberi
etiket, memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama
pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah Obat.
Selanjutnya Obat diserahkan pada pasien dengan memanggil nama pasien
yang bersangkutan dengan tetap sopan dan santun serta memberikan
informasi yang jelas.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) dilakukan oleh Apoteker. Informasi
yang diberikan meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
metode pemberian, keamanan, farmakologi, efek samping, interaksi,
keamanan pada ibu hamil dan menyusui.
22

Konseling dilakukan Apoteker untuk meningkatkan pengetahuan,


pemahaman, kesadaran dan kepatuhan pasien dalam minum obat. Apoteker
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan.
Pemantauan Terapi Obat (PTO) dilakukan untuk memastikan pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif untuk meminimalkan efek samping.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan untuk pemantauan
respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan.
23

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Setelah menjalankan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Kimia Farma secara daring (online) mulai tanggal 18 – 28 Januari 2021,
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Apotek Kimia Farma sebagai salah satu sarana kesehatan, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi
2. Pengelolaan obat di Apotek Kimia Farma dilakukan dengan baik dan
terstruktur seperti perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan
hingga pelaporan.
3. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan
kebijakan pengelolaan apotek serta melaksanakan fungsi pengawasan dan
pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek.

B. SARAN

Saran yang dapat diberikan selama menempuh PKPA di Apotek Kimia


Farma secara daring (online) adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan PKPA cukup singkat dan dilakukan secara daring sehingga


durasi lebih diperpanjang agar mahasiswa dapat menyerap ilmu lebih
banyak lagi
2. Kerjasama yang sudah terjalin dengan baik antara Fakultas Farmasi
Profesi Apoteker dengan Kimia Farma dapat dikembangkan lagi dan
dipertahankan
24

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI, p441-448.

Depkes RI, 2009, Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Menkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tentang Apotek. Jakarta. Kementerian Republik Indonesia

Menkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Kementerian
Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta.

Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Kementerian
Republik Indonesia

Kimia Farma. 2012. Merchandise Structure and Display Manual “Pedoman


Pengelompokkan dan Penyajian Produk di Apotek Kimia Farma. Jakarta:
Dept Principal & Merchandise KFA

Kimia Farma . Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek. Diakses dari:
https://www.kimiafarma.co.id/ .
25

LAMPIRAN

Lampiran 1 Etiket Kimia Farma

Etiket Syrup

Etiket Tablet

Etiket Obat Pemakaian Luar


26

Lampiran 2 Copy Resep

Anda mungkin juga menyukai