Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

APOTEKER (PKPA) DI
APOTEK AN-NUUR LESTARI
KEDIRI (14 DESEMBER – 26 DESEMBER 2020)

Disusun Oleh :

MEYLISA NURVITA ASTARI


NIM. 40120019

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


DI APOTEK AN-NUUR LESTARI KEDIRI
(14 DESEMBER – 26 DESEMBER 2020)

Disetujui Oleh :

Pembimbing Praktisi / Praseptor Dosen Pembimbing Lapangan

apt. Sekti Endrawati., S.Farm. apt. Dina Wiayu C., S.Farm.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

apt. Yogi Bhakti Marhenta, S.Farm., M.Farm.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek An-Nuur Lestari
Kediri yang dilaksanakan pada tanggal 14 Desember – 26 Desember 2020.
Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu
sarana untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi
sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan sebagai salah satu syarat
yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas
Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada :
1. Dra. Ec. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata
Kediri.
2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri.
3. apt. Dewy Resty Basuki, S.Farm., M.Farm. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4. apt. Yogi Bhakti Marhenta, S.Farm., M.Farm. selaku Ketua Program Studi
Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. apt. Dina Wiayu C., S.Farm. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, masukan serta saran dalam penyusunan laporan ini.
6. apt. Tri Puji Lestari, S.Farm., M.Farm. selaku Pemilik Sarana Apotek (PSA)
yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam proses Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
7. apt. Sekti Endrawati., S.Farm. selaku apoteker penanggungjawab (APA) di
Apotek An-Nuur Lestari Kediri dan praesceptor lapangan yang telah
memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam proses Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA).
8. Margaretha Anindya Hariyono seorang tenaga teknis kefarmasian yang sudah
banyak membantu, sudah menjadi keluarga dan berbagi ilmu serta
pengalaman.
9. Rekan-rekan Program Studi Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri angkatan II atas dukungan selama menempuh pendidikan.
Demikian laporan PKPA ini disusun, dengan harapan laporan ini dapat
bermanfaat bagi teman sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran guna perbaikan dan penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Terimakasih.
Kediri, 23 Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................
iii
DAFTAR ISI......................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang PKPA .................................................................
1
B. Tujuan PKPA ..............................................................................
2
C. Manfaat PKPA ............................................................................
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Apotek .......................................................................
3
B. Tugas dan Fungsi ........................................................................
4
C. Ketentian Umum dan Peraturan Perundang – undangan ............
4
D. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker ........................................
9

BAB III TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA


A. Sejarah Apotek ............................................................................
14
B. Visi dan Misi Apotek ..................................................................
14
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana ......................................................
15
D. Struktur Organisasi .....................................................................
16

BAB IV KEGIATAN PKPA dan PEMBAHASAN


A. Kegiatan yang Dilakukan ............................................................
17

iv
B. Tugas yang Dikerjakan selama PKPA ........................................
18
C. Pembahasan .................................................................................
24

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................
26
B. Saran ............................................................................................
26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................


27
LAMPIRAN ......................................................................................................
28

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Struktur Organisasi .................................................................
16
Gambar IV.1 Logo Obat Bebas ....................................................................
20
Gambar IV.2 Logo Obat bebas terbatas........................................................
21
Gambar IV.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas..................................
21
Gambar IV.4 Logo Obat Keras.....................................................................
22

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Etiket ...........................................................................................
28
Lampiran 2. Copy Resep..................................................................................
29
Lampiran 3. Kwitansi.......................................................................................
30
Lampiran 4. Surat Pesanan Obat Reguler.........................................................
31
Lampiran 5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)...................................
32
Lampiran 6. Surat Pesanan Obat Prekursor......................................................
33
Lampiran 7. Surat Pesanan Obat Narkotika.....................................................
34
Lampiran 8. Surat Pesanan Obat Psikotropika.................................................
35
Lampiran 9. Kartu Stok....................................................................................
36
Lampiran 10. Meja Racik...................................................................................
37

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PKPA

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan dan menjadi suatu


kebutuhan primer bagi masyarakat. Adanya suatu pelayanan dan informasi
kesehatan yang bermutu dan mudah dijangkau akan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya dalam menjaga kesehatan. Fasilitas yang
memadai dan kualitas yang bermutu seperti menyediakan obat-obatan dengan
jumlah yang cukup serta aman digunakan, akan meningkatkan mutu dan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dibeberapa sarana
kesehatan seperti rumahsakit, puskesmas, klinik dan apotek.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 tentang Pelayanan Kefarmasian di Apotek dibagi menjadi 2
kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan
sediaan farmasi dan BMHP di apotek merupakan kegiatan manajerial meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan dan
penarikan, pengendalian, serta pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pelayanan farmasi
klinik merupakan pelayanan kefarmasian secara langsung dan
bertanggungjawab kepada pasien dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien, meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO),
konseling, pelayanan kefarmasian dirumah (homecare), pemantauan terapi
obat (PTO) dan monitoring efek samping obat (MESO).
Saat ini, pelayanan kefarmasian mengalami orientasi dari drug oriented
menjadi patien oriented dan apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup agar dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik. Oleh karena itu, Program
Studi Profesi Apoteker Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

1
2

bekerjasama dengan Apotek An-Nuur Lestari dalam menyelenggarakan


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada tanggal 14 Desember – 26
Desember 2020. Praktek kerja ini diharapkan dapat meningkatkankan
keterampilan dan pengetahuan calon apoteker dalam melakukan pelayanan
kefarmasian diapotek.
B. Tujuan PKPA

Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek An-Nuur Lestari


bertujuan :
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan
tanggungjawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
apotek.
3. Memberikan kesempatan bagi calon apoteker untuk mempelajari strategi
dan kegiatan yang dilakukan dalam praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
C. Manfaat PKPA

Adanya Prakek Kerja Profesi Apoteker di Apotek An-Nuur Lestari


diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat :
1. Dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi dan
tanggungjawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek.
3. Dapat meningkatkan kemampuan calon apoteker untuk mempelajari
strategi dan kegiatan yang dilakukan dalam praktek farmasi komunitas di
apotek.
4. Dapat memingkatkan mental dan pengalaman calon apoteker dalam
memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Apotek
merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktek
kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan tujuan untuk meningkatan kualitas hidup pasien.
Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.
Pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa pekerjaan kefarmasian merupakan
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, pengelolaan obat, pelayanan
obat dengan resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada pasal 1 ayat 3 menjelaskan
tentang tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian, sedangkan
pada pasal 1 ayat 6 menjelaskan mengenai tenaga teknis kefarmasian yang
dimaksud adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi
dan tenaga menengah farmasi / asisten apoteker.
Menurut Permenkes RI Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
perubahan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/per/X/1993
tentang ketentuan dan tatacara pemberian izin apotek, memberikan batasan
tentang apotek yaitu suatu tempat dilakukan pekerjaan farmasi kepada
masyarakat. Apotek pada umumnya memiliki fungsi sebagai tempat
pengabdian seorang apoteker maupun asisten apoteker, pelayanan resep dan
sebagai sarana farmasi dalam melakukan peracikan obat.

3
4

B. Tugas dan Fungsi

Apotek memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi pelayanan kefarmasian


dan fungsi bisnis. Apotek sebagai unit pelayanan kefarmasian berfungsi
menyediakan obat-obatan, informasi yang dbutuhkan oleh pasien untuk
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dengan penggunaan obat
rasional serta dengan melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai . Apotek sebagai aspek bisnis bertujuan untuk
memperoleh keuntungan (profit).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, fungsi dan
tugasnya meliputi :
1. Tempat pengabdian seorang profesi apoteker yang sudah dinyatakan lulus
dan telah mengucapkan sumpah jabatan profesi.
2. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang wajib mendistribusikan obat
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
3. Sarana pelayanan farmasi klinik yang melakukan skrining resep,
dispensing, pelayanan informasi obat, konseling, pemantauan terapi obat,
monitoring efek samping obat.
4. Sarana informasi obat kearah masyarakat dan tenaga kesehatan lainya.
C. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan

1. Ketentuan umum apotek meliputi tatacara pendirian apotek, tenaga kerja


apotek dan surat ijin apotek (SIA).
a. Tata cara pendirian apotek
Persyaratan pendirian apotek sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek,
sebagai berikut :
1). Lokasi
Lokasi pendirian apotek diatur oleh pemerintah kabupaten
atau kota dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.
5

2). Bangunan
Bangunan apotek harus memiliki fungsi keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien serta perlindungan dan keselamatan bagi pemilik
serta karyawan. Bangunan apotek harus bersifat permanen.
3). Sarana dan Prasarana
Sarana apotek paling sedikit memiliki sarana ruang yang
berfungsi untuk penerimaan resep, pelayanan resep dan peracikan,
penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, konseling,
penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta arsip-arsip.
Sedangkan prasarana apotek terdiri atas instalasi air bersih,
instalasi listrik, sistem tata udara, sistem proteksi kebakaran.
b. Tenaga kerja apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2017
tentang apotek, tenaga kerja dalam apotek meliputi :
1). Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
2). Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yang terdiri
atas sarjana farmasi, ahli madya dan analis farmasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 tahun
2016 tentang registrasi, izin praktek dan izin kerja tenaga kefarmasian
bahwa setiap tenaga kerja yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja. Surat izin yang dimaksud seperti SIPA bagi
apoteker dan STRTTK bagi tenaga teknis kefarmasian.
Tata cara untuk memperoleh SIPA dan STRTKK dijelaskan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 tahun 2011 tentang
Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian sebagai
berikut :
1). Untuk memperoleh SIPA apoteker mengajukan permohonan
6

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota tempat


pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Dalam permohonan SIPA
harus melampirkan fotocopy STRA yang dilegalisir oleh KFN,
surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi dari pimpinan
fasilitas pelayanan kefarmasian atau fasilitas produksi distribusi,
surat rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto berwarna
ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar dan 3x4 sebanyak dua lembar.
Dalam pengajuan permohonan SIPA apoteker harus dinyatakan
secara tegas untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua
dan ketiga. Kepala Dinas Kabupaten atau Kota harus menerbitkan
SIPA paling lambat 20 hari kerja sejak surat permohonan diterima
dan dinyatakan lengkap.
2). Untuk mendapatkan SIPTTK, tenaga teknis kefarmasian
mengajukan kepada Kepala Dinas Kabupaten atau Kota tempat
pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPTTK
melampirkan fotocopy STRTKK, surat pernyataan apoteker atau
pimpinan setempat, surat rekomendasi dari organisasi yang
menghimpun tenaga teknis kefarmasian, pas foto berwarna ukuran
4x6 sebanyak 2 lembar dan 3x4 sebanyak dua lembar.
c. Surat ijin apotek (SIA)
Surat Izin Apotek (SIA) dituangkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek. Dalam peraturan
tersebut dijelaskan bahwa :
1). Setiap pendirian apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
2). Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
3). Izin tersebut berupa SIA.
4). SIA berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
syarat.
7

Alur dalam mendapatkan SIA sebagai berikut :


1). Dalam memperoleh SIA, apoteker mengajukan permintaan tertulis
pada pemerintah kabupaten atau kota.
2). Permohonan tersebut ditandatangani oleh apoteker beserta
kelengkapan dokumen administratif (fotocopy STRA asli,
fotocopy KTP, fotocopy NPWP apoteker, fotocopy peta lokasi
dan denah bangunan, daftar sarana prasarana.
3). Paling lama 6 hari kerja sejak menerima permohonan dan
dinyatakan lengkap, pemerintah kabupaten atau kota menugaskan
tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan
apotek.
4). Tim pemeriksa harus melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten
atau kota meliputi tenaga kefarmasian, tenaga lainya yang
menangani bidang sarana dan prasarana.
5). Paling lama 6 hari kerja, tim pemeriksa harus melaporkan hasil
pemeriksaan dilengkapi berita acara pemeriksaan (BAP) kepada
pemerintah kabupaten atau kota.
6). Paling lama 12 hari kerja, sejak pemerintah kabupaten atau kota
menerima laporan dan dinyatakan memenuhi syarat, pemerintah
kabupaten atau kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jendral, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai
POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Organisasi
profesi.
7). Jika dalam hasil pemeriksan masih belum memenuhi syarat, maka
pemerintah kabupaten atau kota mengeluarkan surat penundaan
paling lama 12 hari kerja.
8). Terhadap permohonan yang belum memenuhi persyaratan.
Pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam
waktu 1 bulan sejak penundaan diterima.
9). Apabila pemohon tidak memenuhi kelengkapan persyaratan maka
pemerintah kabupaten atau kota mengeluarkan surat penolakan.
8

10). Apabila pemerintah kabupaten atau kota mengeluarkan SIA


melebihi waktu yang ditentukan maka apoteker dapat
menyelenggarakan apotek dengan menggunakan BAP sebagai
pengganti SIA.
11). Pemerintah kabupaten atau kota menerbitkan SIA bersama dengan
penerbitan SIPA untuk apoteker pemegang SIA.
12). Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
13). Peraturan perundang-undangan tentang Apotek.
2. Peraturan Perundang-undangan tentang Apotek
Apotek merupakan suatu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
diatur dalam berbagai peraturan, seperti :
a. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 Psikotropika
b. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
c. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
d. Peraturan Pemerintah tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
e. Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
f. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2010 tentang Prekursor
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919 tahun 1993 tentang Kriteria
Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 03 tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika serta Prekursor Farmasi.
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 tahun 2016 tentang
Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2016 tentang Standart
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2017 tentang
Perubahan Penggolongan Psikotropika
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek
9

m. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 tahun 2018 tentang


Perubahan Penggolongan Narkotika
n. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat
Tertentu yang disalahgunakan
o. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 4 tahun 2018 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan
Obat, Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian.
D. Tugas dan Tanggungjawab Apoteker

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 tahun 2017,


apoteker merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan bahwa standar seorang
apoteker di apotek dalam melakukan pelayanan kefarmasian meliputi
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
serta pelayanan farmasi klinik.
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi :
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi perlu diperlihatkan
pola penyakit, kemampuan masyarakat dan budaya masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan digunakan untuk merealisasikan hasil perencanaan.
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefamasian maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Teknis pengadaan dapat
melalui pembelian, pembuatan dan sumbangan. Selain itu teknis
pengadaan merupakan bagian dari kegiatan yang berkesinambungan,
mulai dari pengkajian seleksi obat, penentuan jumlah obat yang
10

dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan


metode pengadaan, pemilihan waktu pengadaan, pemilihan pemasok
yang baik, penentuan spesifikasi kontrak dan penentuan proses
pengadaan serta pembayaran.
c. Penerimaan
Dalam hal ini untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat atau bahan obat disimpan dalam wadah asli
dari pabrik, sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan dan kelas terapi obat disusun secara alfabetis,
pengeluaran obat memakai sistem FEFO dan FIFO.
e. Pemusnahan dan Penarikan
Obat kadaluarsa atau rusak dimusnahkan sesuai jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan dibuktikan dengan adanya berita acara
pemusnahan. Resep dapat dimusnahkan jika telah disimpan selama
lebih dari 5 tahun. Penarikan alat kesehatan dan BMHP dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan, penyimpanan dan pengeluaran. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik secara manual ataupun
elektronik.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Dilakukan pada proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai seperti pengadaan (surat
pesanan, faktur), pada penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota
atau struk penjualan) dan pencatatan lain sesuai kebutuhan. Pelaporan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pelaporan internal
11

digunakan untuk kebutuhan managemen apotek (keuangan, barang


dan lain-lain). Sedangkan pelaporan eksternal untuk memenuhi
kewajiban sesuai ketentuan peraturan undang-undangan (pelaporan
narkotika, psikotropika).
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik bertanggungjawab langsung kepada pasien
dan digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan
farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep dilakukan untuk
menganalisa adanya masalah terkait obat. Selain itu, kegiatan ini
dilakukan untuk upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian
obat. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara :
1) Persyaratan administratif meliputi nama dan SIP dokter, alamat
praktek dokter, paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama pasien,
alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2) Persyaratan farmasetik meliputi nama obat, kekuatan, bentuk
sediaan, jumlah obat, stabilitas dan OTT, aturan pakai serta cara
penggunaan obat.
3) Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, waktu/jam
penggunaan obat, duplikasi pengobatan, ROTD, kontra indikasi
dan interaksi obat.
b. Dispensing
Kegiatan dispensing bertujuan untuk menyiapkan, menyerahkan
dan memberikan informasi obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Dalam pelaksanaan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket
yang jelas dan benar.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO dilakukan oleh apoteker dalam penyediaan dan
pemberian informasi obat kepada pasien. Informasi mengenai obat
12

termasuk obat resep, obat bebas dan obat herbal. Informasi yang
disampaikan dapat meliputi dosis, bentuk sediaan, keamanan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping obat, penyimpanan dan harga obat.
d. Konseling
Konseling obat merupakan proses interaktif antara apoteker
dengan pasien atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Dalam pengawali konseling apoteker menggunakan three prime
question serta apoteker harus memverifikasi bahwa pasien atau
keluarga pasien sudah faham terkait obat yang akan digunakan.
Adapun pasien atau keluarga pasien yang dapat diberikan konseling
seperti pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati
dan ginjal, ibu hamil dan menyusui), pasien dengan terapi jangka
panjang (TB, DM, AIDS, Epilepsi), pasien menggunakan obat dengan
instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down),
pasien dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin dan teofilin),
pasien dengan polifarmasi dan pasien dengan tingkat kepatuhan
rendah.
e. Pelayanan Kefarmasian dirumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker diharapkan dapat memberikan pelayanan kefarmasian
yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
pasien dengan penyakit kronis. Dalam melakukan Home Pharmacy
Care apoteker mebawa catatan pengobatan pasien (patient medication
record).
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan PTO digunakan bahwa apoteker dapat memastikan
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping. Apoteker dapat menggali
informasi sebanyak-banyaknya mengenai riwayat penyakit, riwayat
obat dan alergi yang dimiliki pasien sehingga dapat menentukan
13

identifikasi masalah dan memberikan rekomendasi sesuai kondisi


pasien. Apoteker juga harus mendokumentasikan pelaksanaan PTO.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan ini merupakan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
BAB III

TINJAUAN UMUM TEMPAT PKPA

A. Sejarah Apotek

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu


mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi
pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah.
Apotek An-Nuur Lestari berdiri sejak tahun 2017, berdasarkan Surat
Izin Apotek (SIA) nomor 503/0023/APOTEK/419.104/2017 yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. Apotek An-Nuur
Lestari didirikan oleh apt. Tri Puji Lestari, M.Farm selaku pemilik sarana
apotek (PSA) yang bertempat di Jl. Kawi No.19 Ruko Mojoroto, Kediri.
Tujuan didirikan apotek An-Nuur Lestari untuk memberikan pelayanan
kefarmasian bagi masyarakat Mojoroto dan sekitarnya. Apoteker Penanggung
Jawab Apotek (APA) oleh apt. Sekti Endrawati., S.Farm yang dibantu dengan
2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yakni Margaretha Anindya Hariyono
dan Rina Erfina, Amd. Farm. Apotek An-Nuur Lestari melayani pelayanan
kefarmasian mulai hari senin sampai minggu dengan waktu pelayanan pukul
07.00 sampai 21.00.
B. Visi dan Miai Apotek

Visi : Menjadi apotek dengan pelayanan yang berkualitas dari segi


kefarmasian berbasis pharmaceutical care tanpa
mengesampingkan kesejahteraan dan tumbuh kembang apotek,
dengan tidak meninggalkan waktu untuk ibadah kepada Allah
SWT.
Misi : Memberikan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat,
melakukan pelayanan informasi serta konsultasi obat dan
kesehatan kepada masyarakat, menyediakan serta menyalurkan

14
15

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu dan


terjangkau oleh masyarakat serta berkualitas.
C. Lokasi, Sarana dan Prasarana
Lokasi apotek An-Nuur Lestari bertempat di Jl. Kawi No.19 Ruko
Mojoroto, Kediri memberikan pelayanan dari hari senin sampai minggu
mulai pukul 07.00 sampai 21.00. Beberapa sarana dan prasarana apotek :
1. Kasir
Apotek An-Nuur Lestari memiliki kasir yang digunakan untuk
tempat pembayaran dan penyimpanan kwitansi.
2. Tempat penyerahan obat
Tempat penyerahan obat digunakan untuk memberikan obat beserta
KIE kepada pasien.
3. Rak penyimpanan obat
Rak penyimpanan obat untuk menyimpan obat bebas, bebas
terbatas, obat keras dan alat kesehatan. Rak ini menggunakan etalase.
Penataan obat berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan dan farmakoterapi
obat.
4. Meja Racikan
Meja ini digunakan untuk meracik obat dari resep dokter. Dalam
meja racikan terdapat rak untuk penyimpanan kapsul kosong, bungkus
puyer, kertas perkamen, mortir stamper, etiket, copy resep.
5. Meja Konseling
Pada meja konseling diberikan kursi untuk tempat duduk pasien
agar pasien nyaman dan tidak ragu bertanya apabila ada penjelasan yang
belum dimengerti.
6. Lemari Narkotika dan Psikotropika
Pada penyimpanan narkotika dan psikotropika terdapat almari
dengan 2 kunci pintu.
7. Laci penyimpanan
Laci ini digunakan untuk menyimpan berkas penting dan juga
untuk menyimpan buku Farmakope, MIMS dan ISO.
16

8. Wastafel
Wastafel terletak di pintu masuk apotek. Disediakan kran dan
sabun cuci tangan.
9. Ruang Tunggu pasien
Ruang tunggu pasien digunakan untuk pasien sedang menunggu
antrian pembelian obat ataupun menunggu resep obat yang sedang
disiapkan.
D. Struktur Organisasi

PSA

apt. Tri Puji Lestari, M.Farm

APA

apt. Sekti Endrawati., S.Farm

TTK TTK

Margaretha Anindya Hariyono Rina Erfina, Amd. Farm


Gambar III.1 Struktur Organisasi
BAB IV

KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan yang dilakukan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diapotek adalah sarana


pembelajaran bagi mahasiswa program studi profesi apoteker dalam
menjalankan praktek kefarmasian. PKPA dilakukan mulai tanggal 14
Desember sampai 26 Desember 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk
memberikan pengalaman kerja dan memberikan gambaran terkait tugas dan
tanggungjawab seorang apoteker.
Kegiatan yang dilakukan selama PKPA mulai dari mengetahui
penyimpanan resep (umum), mengetahui dokumen-dokumen diapotek (SP,
kwitansi, copy resep, etiket), mengetahui penyimpanan obat (berdasarkan
alfabetis, sediaan obat dan farmakoterapi), mengetahui macam-macam sediaan
alkes (spuit, pipet tetes, kasa, perban, masker, blood lancet, pen needle)
diapotek, mengetahui denah ruangan diapotek, mengetahui macam-macam
obat bebas, bebas terbatas, obat keras dan prekursor, melayani pembelian obat
beserta KIE, mengetahui penyimpanan obat pada suhu dingin (suppositoria,
ovula), mempelajari tentang harga jual apotek, mengetahui struktur organisasi
di apotek, menulis SP obat reguler, mempelajari alur penerimaan obat,
mengetahui penyimpanan faktur, mendapatkan tugas mengenai obat-obat
generik dan paten, dosis dan mekanisme kerja dari obat antidiabetes, obat
antihipertensi, obat antihiperlipid, obat saluran cerna dan obat diare yang ada
diapotek. Mengetahui perencanaan dan pengadaan obat, mengetahui kartu stok
secara manual untuk psikotropika dan narkotika serta secara komputeraise
untuk obat umum dan BMHP, mempelajari pengendalian obat kadaluarsa,
mengetahui mengenai buku defecta, mempelajari mengenai pemusnahan obat,
mengetahui cara memasukkan obat dan barang dari faktur kedalam sistem
komputer, mengetahui pemilihan distributor obat, membantu penerimaan obat
dengan pengecekan sesuai faktur, pemberian tugas analisa abc,
mendokumentasikan etiket, copy resep, kwitansi, SP obat umum, SP OOT, SP

17
18

prekursor, SP psikotropika dan narkotika, diskusi dengan apoteker mengenai


tugas yang diberikan.
B. Tugas yang dikerjakan selama PKPA

1. Mempelajari dokumen diapotek, meliputi :


a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
STRA merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh menteri
kepada apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 tahun sesuai
tanggal lahir apoteker. STRA diperpanjang dengan menggunakan situs
web STRA online. Jika STRA akan diperpanjang dibutuhkan sertifikat
kompetensi apoteker yang masih berlaku.
b. Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA)
SIPA dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota
setempat sesuai dengan tempat pekerjaan kefarmasian. Seperti Apotek
An-Nuur Lestari Kediri SIPA dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Kediri.
c. Surat Ijin Apotek (SIA)
SIA merupakan bukti tertulis yang diberikan pemerintah daerah
atau kota kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik
sarana apotek sebagai izin untuk menyelenggarakan apotek. SIA
dikeluarkan oleh Dinas Perizinan Terpadu.
d. Kartu stok
Kartu stok digunakan untuk mencatat pemasukan maupun
pengeluaran dari obat atau alat kesehatan yang ada diapotek. Kartu
stok diapotek An-Nuur Lestari digunakan untuk obat narkotika dan
psikotropika. Sedangkan, untuk obat reguler menggunakan
komputeraise, sehingga dapat dilihat sisa stok untuk menentukan
apakah obat tersebut slow moving atau fast moving.
e. Buku Defekta
Buku defekta ini digunakan untuk mencatat obat dan alat
kesehatan apa saja yang telah habis agar dapat segera dipesan dan
memenuhi kebutuhan apotek supaya apotek tidak sampai kehabisan
19

stok.
f. Surat Pesanan (SP)
SP atau surat pesanan digunakan untuk memesan kebutuhan obat
yang diinginkan apotek kedistributor atau PBF. SP terdiri dari 5 jenis :
1) Surat Pesanan Reguler untuk pemesanan obat bebas, bebas
terbatas, dan obat keras non narkotika dan psikotropika. SP reguler
terdiri dari 2 rangkap, rangkap pertama untuk PBF dan rangkap
kedua untuk arsip apotek.
2) Surat Pesanan Prekursor digunakan untuk pemesanan obat yang
mengandung prekursor. SP ini terdiri dari 3 rangkap (rangkap
pertama untuk PBF, rangkap dua untuk dinkes, rangkap ketiga
untuk arsip apotek).
3) Surat Pesanan Obat-obat Tertentu (OOT) digunakan untuk
pemesanan obat yang masuk dalam golongan obat-obat tertentu.
SP ini terdiri dari 2 rangkap (rangkap pertama untuk PBF dan
rangkap dua untuk arsip apotek).
4) Surat Pesanan Psikotropika digunakan untuk pemesanan obat yang
mengandung psikotropika . SP Psikotropika terdiri dari 3 rangkap
(rangkap pertama untuk PBF, rangkap dua untuk Dinkes dan
rangkap tiga untuk arsip apotek).
5) Surat Pesanan Narkotika digunakan untuk pemesanan obat yang
mengandung narkotika. Terdiri dari 4 rangkap (rangkap pertama
untuk PBF, rangkap dua untuk BPOM, rangkap tiga untuk Dinkes
dan rangkap empat untuk arsip apotek.
g. Resep dokter
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien. Setiap resep yang akan masuk dilayani dan dihitung harga
resep tersebut lalu meminta persetujuan pasien. Arsip resep disimpan
selama 5 tahun.
20

h. Copy Resep / Salinan Resep


Copy resep atau salinan resep yang dibuat apoteker.
i. Etiket
Etiket adalah penanda yang diberikan oleh apotek untuk
memberikan informasi penggunaan obat bagi pasien yang
menerimanya. Etiket di apotek An-Nuur Lestari terdiri dari 2 etiket
yakni etiket putih (untuk obat dalam) dan etiket biru (untuk obat luar).
j. Faktur
Faktur adalah tanda bukti pengiriman obat maupaun alat
kesehatan yang mencatat daftar obat dan alat kesehatan, jumlah, harga,
bonus/potongan harga, tanggal kadaluarsa, dan tanggal jatuh tempo.
Faktur harus sesuai dengan jumlah obat dan alat kesehatan yang tertera
di surat pesanan serta sesuai dengan obat atau alkes yang diterima.
Setiap faktur yang diterima akan dicek kembali kemudian dimasukkan
kedalam sistem komputer, selanjutnya faktur diarsipkan berdasarkan
bulan.
2. Mempelajari jenis-jenis obat diapotek
Penggolongan obat bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta saat proses distribusi. Penggolongan obat
terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat obat tertentu,
obat wajib apotek (OWA).

a. Obat bebas

Gambar IV.1 Logo Obat bebas


Obat bebas adalah obat yang dijual bebas tanpa resep dokter.
Obat bebas juga disebut obat OTC (Over The Counter). Jenis zat aktif
pada obat bebas relatif aman sehingga pemakaiannya tidak
memerlukan pengawasan tenaga medis selama digunakan sesuai
21

dengan petunjuk yang tertera pada kemasan obat.


Contoh obat bebas diapotek An-Nuur Lestari seperti paracetamol,
antasida, multivitamin. Obat bebas diletak kan dietalase bagian depan
dan yang berbentuk liquid seperti sirup diletakkan dietalase belakang
kasir untuk mempermudah pengambilan.
b. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk obat keras, tetapi
masih dapat dibeli bebas tanpa resep dokter, yang disertai adanya
tanda peringatan. Obat bebas terbatas atau obat yang termasuk dalam
daftar “W”. Menurut bahasa Belanda “W” singkatan dari
(Waarschuwing) artinya peringatan yang selalu tercantum pada
kemasan obat bebas terbatas.

Gambar IV.2 Logo Obat bebas terbatas


Tanda peringatan tersebut berupa empat bersegi panjang dengan
huruf putih pada dasar hitam yang terdiri dari 6 macam peringatan.

Gambar IV.3 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas


22

c. Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli diapotek dengan
resep dokter. Contoh obat keras adalah antibiotik penisillin, tetrasiklin,
sefalosfporin, obat-obatan yang mengandung hormon. Logo obat keras
berupa tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang
didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi.

Gambar IV.4 Logo Obat Keras


3. Mempelajari alur perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
dokumentasi, pencatatan dan pelaporan
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan
obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Perencanaan di Apotek An-Nuur Lestari menggunakan metode
konsumsi. Metode konsumsi yaitu perencanaan perbekalan farmasi
berdasarkan pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari resep
yang masuk dan obat yang habis dan laku keras maka dilakukan
perencanaan pemesanan obat tersebut. Juga menggunakan berdasarkan
buku De Fecta (nama-nama obat yang telah mencapai stok minimal
selama pelayanan untuk segera dipesankan).
b. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi di Apotek An-Nuur Lestari
diterima oleh TTK untuk disesuaikan antara SP dengan barang fisik
yang datang kemudian ditanda tangani oleh apoteker. Setiap
23

penerimaan perbekalan farmasi akan langsung di entery ke komputer


berdasarkan faktur.
c. Penyimpanan
Penyimpanan obat diapotek An-Nuur Lestari berdasarkan
alfabetis, berdasarkan bentuk sediaan , berdasarkan terapi (analgesik,
obat saluran cerna, multivitamin) dan berdasarkan FIFO (First In First
Out) FEFO (First Expired First Out).
d. Pemusnahan
Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung
psikotropika atau narkotika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan
oleh Dinkes Kabupaten/Kota. Pemusnahan resep yang melebihi 5
tahun dimusnahkan dengan cara dibakar atau cara lain dilakukan oleh
apoteker dan disaksikan petugas lain diapotek (TTK) selanjutnya
dibuktikan dengan berita acara dan dilaporkan ke Dinkes
Kabupaten/Kota.
e. Dokumentasi
Dokumentasi yang ada di Apotek An-Nuur Lestari meliputi
copy resep, etiket, SP, faktur, nota penjualan dan kwitansi.
f. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan meliputi pencatatan pengadaan (SP, faktur),
penyimpanan (komputeraise), penyerahan (nota atau struk penjualan)
dan pencatatan lainnya sesuai kebutuhan. Pelaporan internal digunakan
untuk kebutuhan manajemen apotek (keuangan, barang dan obat),
pelaporan eksternal digunakan untuk pelaporan narkotika,
psikotropika.
4. Mempelajari pelayanan obat tanpa resep beserta swamedikasi
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri.
Biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan seperti
demam, nyeri, pusing, batuk, maag, pilek, diare. Jenis obat yang
digunakan untuk swamedikasi yaitu obat bebas, obat bebas terbatas dan
obat wajib apotek (OWA). Apoteker dituntut untuk memberikan informasi
24

yang cukup tentang obat yang digunakan oleh pasien agar menghindari
kesalahan penggunaan obat akibat kurangnya informasi. Alur pelayanan
obat tanpa resep seperti saat pasien datang untuk membeli obat dan
menentukan jenis obat yang digunakan, peran apoteker atau TTK
menggali informasi kepada pasien tersebut (obat digunakan untuk siapa,
usia berapa, keluhan yang dirasakan apa) supaya dapat rasional
pengobatan serta pemberian informasi untuk memberikan pemahaman
mengenai obat yang digunakan kepada pasien.
C. Pembahasan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek An-Nuur Lestari
Kediri yang bertempat di Jl. Kawi No.19 Ruko Mojoroto, Kediri. Kegiatan
PKPA dimulai pada tanggal 14 Desember sampai 26 Desember 2020.
Pengelolaan sediaan farmasi diapotek An-Nuur Lestari meliputi perencanaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, dokumentasi, pencatatan dan
pelaporan. Pengelolaan ini bertujuan untuk menjaga dan menjamin
ketersediaan barang diapotek sehingga meminimalisir adanya kekosongan
barang serta adanya pelayanan farmasi klinik diapotek seperti swamedikasi
dan KIE. Pemberian informasi obat bertujuan untuk tercapainya penggunaan
obat yang rasional (tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat (dosis, waktu
penggunaan, cara pakai, cara penyimpanan obat) dan waspada efek samping).
Di apotek An-Nuur Lestari umumnya memberikan pelayanan informasi obat
mengenai aturan pakai dan cara penggunaan serta tidak jarang disampaikan
mengenai waktu kadaluarsa obat tersebut. Dalam PKPA diapotek diberikan
tugas mengenai nama-nama obat, golongan, dosis dan cara penggunaan dari
obat antidiabetes, obat antihipertensi, obat antireumatik (asam urat), obat
antihiperlipid, obat saluran cerna dan diare.
Obat antidiabetes yang ada diapotek An-Nuur Lestari meliputi
glimepiride 1mg, 2mg, 3mg, 4mg (Amadiab, Amaryl), glimepirid 30mg,
glibenklamide 5mg (Daonil, Latibet, Renabetic), metformin 500mg (Forbates,
Glucopage 500mg,850mg) (Gludepatic, Glikos 500mg), glicaside 5mg,
acarbose 50mg, 100mg.
25

Obat antihipertensi yang ada diapotek An-Nuur Lestari meliputi


amplodipine 5mg, 10mg (Norvask 10mg), captopril 25mg, 50mg (Farmoten
12,5mg), lisinopril 5mg, 10mg, irbesartan 150mg, 300mg, candesartan 8mg,
valsartan 80mg, 160mg, bisoprolol 5mg, propranolol 40mg, nipedipine 10mg.
Obat asam urat yang ada diapotek An-Nuur Lestari yaitu allupurinol
100mg, 300mg (Zyloric) dan obat antihiperlipid yang ada diapotek An-Nuur
Lestari atorvastatin 20mg (Avesco, Lipitar), gemfibrozil 300mg (Lapibroz
600mg), simvastatin 10mg, 20mg (Sinova).
Serta obat saluran cerna dan diare seperti antasida doen, simetidine,
domperidone, lansoprazole, omeprazole, ranitidine, metocloporamide,
antalpulgite dan diberikan tugas mengenai pengendalian menggunakan analisa
ABC sehingga mengetahui obat-obat diapotek yang tergolong dalam kelas A,
kelas B dan Kelas C dimana obat yang masuk dalam golongan kelas A yaitu
obat yang pengeluarannya paling banyak dalam 1 bulan (fast moving) dan
menghabiskan 70% dana. Sedangkan obat kelas B menghabiskan 15-25%
dana dan kelas C menghabiskan 5-15% dana.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi diapotek An-Nuur Lestari meliputi


perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, dokumentasi,
pencatatan dan pelaporan serta adanya pelayanan farmasi klinik seperti
KIE dan swamedikasi kepada pasien.
2. Pengetahuan dan pemahaman mahasiswa mengenai peran, fungsi dan
tanggungjawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
3. Mahasiswa memperoleh kesempatan untuk mempelajari dan melakukan
kegiatan-kegiatan dalam pengembangan praktek kefarmasian.
4. Mahasiswa menjadi lebih siap dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
B. Saran

Apotek perlu menambahkan brosur atau pamflet untuk mengedukasi


masyarakat tentang obat (penggunaan antibiotik, penggunaan obat dengan
sediaan khusus).

26
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2007. Pedoman Penggunaan Obat
Bebas dan Bebas Terbatas. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia. (1981). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No.280 th 1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pengelolaan Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia. (2002). Permenkes RI NO


1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 922/Menkes/per/X/1993 tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia.(1993). Peraturan Menteri Kesehatan


No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia.(2004). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia.(2011). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta : Lembar Negara
Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan republik Indonesia.(2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (1997).Undang-undang Republik Indonesia No.


5 tahun 1997 tentang Psikotropika.Jakarta : Lembar Negara Republik
Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia.(2009). Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009


tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Lembar Negara Republik
Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia.(2009). Undang-undang Republik Indonesia No.


35 tahun 2009 tentang Narkotika.Jakarta : Lembar Negara Republik
Indonesia.

27
28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Etiket
29

Lampiran 2. Copy Resep


30

Lampiran 3. Kwitansi
31

Lampiran 4. Surat Pesanan Obat Reguler


32

Lampiran 5. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)


33

Lampiran 6. Surat Pesanan Obat Prekursor


34

Lampiran 7. Surat Pesanan Obat Narkotika


35

Lampiran 8. Surat Pesanan Obat Psikotropika


36

Lampiran 9. Kartu Stok


37

Lampiran 10. Meja Racik

Anda mungkin juga menyukai