DI PUSKESMAS PASIRJAMBU
i
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan dibalas
dengan kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT. Dengan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang yang lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker...........................................................2
1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker..................................................2
BAB II TINJAUAN KHUSUS..............................................................................3
2.1 Definisi Puskesmas.........................................................................................3
2.2 Sejarah Puskesmas Pasir Jambu......................................................................3
2.3 Visi, Misi dan Tata Nilai.................................................................................3
2.3.1 Visi.........................................................................................................4
2.3.2 Misi........................................................................................................4
2.3.3 Tata Nilai...............................................................................................4
2.4 Pengelolaan di Puskesmas Pasi.......................................................................4
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP...........................................5
2.6 Pemberian Informasi Dagusibu dan Leaflet...................................................10
BAB III TUGAS KHUSUS.................................................................................13
3.1 Pemberian Informasi Dagusibu dan Leaflet...................................................13
3.2 Latar Belakang................................................................................................13
3.3 Tujuan.............................................................................................................13
3.4 Hasil Pembahasan...........................................................................................13
BAB IV PENUTUP.............................................................................................16
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
4.2 Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
LAMPIRAN.........................................................................................................18
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1 ..........................................................................................................7
GAMBAR 2 ..........................................................................................................16
4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di puskesmas bagi
mahasiswa tingkat profesi apoteker adalah :
1) Meningkatkan pemahaman calon Apoteker dan terampil dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawab seorang apoteker di puskesmas
dalam pelayanan kefarmasian baik secara praktik maupun dengan
pengetahuan yang didapatkan secara teori, dan dalam aspek manajerial yang
mencakup pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP), pelayanan farmasi klinik (pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan infoemasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat
(PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), pelayanan kefarmasian di rumah
(home pharmacy care)), dan sumber anggaran puskesmas.
2) Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sehingga
sesuai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
3) Memberi gambaran nyata mengenai permasalahan pekerjaan kefarmasiaan
di Puskesmas
2
BAB II
TINJAUAN KHUSUS
3
tersebut dipimpin oleh seorang Mantri (perawat) senior yang pendidikannya
bisa Pembantu Perawat atau Perawat. Sejalan dengan diterapkannya konsep
Puskesmas di Indonesia tahun 1969, maka mulailah dibangun Puskesmas di
beberapa wilayah yang dipimpin oleh seorang Dokter Wilayah (Dokwil) yang
membawahi beberapa Kecamatan, sedang ditingkat kabupaten ada Dokter
Kabupaten (Dukabu) yang membawahi Dokwil. Pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan menyeluruh
(komprehensif) yang meliputi pelayanan: pengobatan (kuratif), upaya
pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif). Puskesmas Pasirjambu merupakan sebuah fasilitas
kesehatan yang didirikan oleh pemerintah untuk masyarakat kecamatan
pasirjambu yang dibangun pada tahun 70-an.
2.3.1 Visi
2.3.2 Misi
4
1) Kepala puskesmas
2) Kepala sub bagian tata usaha
3) Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4) Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium
5) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan
6) Penanggung jawab Mutu
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan Kesehatan untuk
menentukan jumlah obat dalam rangka memenuhi kebutuhan Puskesmas.
Perencanaan kebutuhan untuk Puskesmas setiap periode yang dilaksanakan
oleh pengelola obat dan perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Dalam proses
perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Pasirjambu diminta menyediakan
data permakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) fungsinya yaitu untuk Analisis
penggunaan, perencanaan kebutuhan, pengendalian persediaan dan
pemusnahan laporan pengelolaan obat.
5
2. Pengadaan atau Permintaan
Pengadaan atau permintaan obat merupakan suatu proses pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat Kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di Puskesmas. Sumber pengadaan obat di Puskesmas
Pasirjambu dibagi menjadi dua bagian yaitu yang pertama berasal dari
dinas Kesehatan kabupaten/kota, yang kedua pembelin secara mandiri.
Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat
Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain
itu sesuai dengan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar
kesepakatan global maupun keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun
1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat
generik di Pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka 12 hanya obat
generik saja yang diperkenankan pertimbangan dari Kepmenkes tersebut
adalah:
a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan
diseluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.
b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar
pengobatan.
c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi
masyarakat.
d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.
e. Meningkatkan efekivitas dan efisensi alokasi dana obat di
pelayanan kesehatan public.
Berdasarkan Permenkes 73 tahun 2016 tentang pengelolaan sediaan farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai Tenaga Kefarmasian wajib melakukan
pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO,ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing
Puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan
permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara Periodik
menggunakan LPLPO sub unit. Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat
surat pesanan oleh Tenaga Tekhnis Kefarmasian atau Apoteker berupa
LPLPO, yang kemudian ditanda tangani oleh kepala Puskesmas yang
bersangkutan. LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap, 1 lembar untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota setempat, 2 lembar untuk Gudang Farmasi dan
1 lembar sebagai Arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap akhir bulan dan
permintaan barang akan diterima pada setiap awal bulan. Adapun macam –
macam permintaan obat di Puskesmas Pasirjambu, sebagai berikut:
a. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :
kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian
6
Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.
c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh UPOPPK
Kabupaten/Kota.
3. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan menurut
Permenkes 74 tahun 2016 Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bentuk dan jenis sediaan;
b. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
d. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
e. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Peraturan penyimpanan obat di Puskesmas pasirjambu:
a. Obat disusun secara bentuk sediaan.
b. Obat disusun secara alfabetis.
c. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO.
d. Penyimpanan narkotik dan psikotropika disimpan di lemari
terpisah sesuai dengan pertauran yang berlaku
a. Obat High Alert Obat High Alert adalah obat yang persentasenya
tinggi dalam menyebabkan kesalahan/error dan menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
7
b. LASA LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang
memiliki nama, rupa dan ucapan yang mirip dan perlu diwaspadai
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan obat (Dispensing
Error) oleh Apoteker. Contoh obat LASA .
c. Narkotika & psikotropika Obat narkotika, dan psikotropika dibuat
laporan SIPNAP yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan karena dinas
yang melakukan pengadaan. Di puskesmas dilakukan pelaporan
bulanan ke dinkes terkait pemakaian obatnya.
d. Obat emergency Obat emergency adalah obat – obat yang bersifat
life saving atau life threatening beserta alat kesehatan yang
mendukung kondisi emergency.
4. Pendistribusiaan
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan 14
Kesehatan. Tujuan dari pendistribusian itu sendiri merupakan untuk
memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan tepat waktu.
Pendistribusian obat di Puskesmas Pasirjambu, Obat di distribusikan ke:
1. Loket obat
2. Poskesdes Cibodas, Sukasari dan Mekarsari
3. Poli-poli yang terdapat di puskesmas, seperti poli gigi, poli umum,
laboratorium, Ruang Tindakan ,DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse), Poned (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
5. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
ketersediaan obat dan BMHP. Tujua pengendalian agar obat tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di puskesmas. Pengendalian
persediaan obat terdiri dari:
1) Pengendalian ketersediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, obat ditarik, dan
kadaluwarsa Pengendalian di puskesmas dilakukan dengan :
a) Kartu stok Kartu stok menjadi dokumen pengendali, karena setiap
obat yang masuk atau keluar akan dicatat di kartu stok.
b) Stok opname stock opname merupakan kegiatan pemeriksaan dan
perhitungan secara fisik atas persediaan barang atau perbekalan
farmasi yang terdapat di puskesmas. kegiatan ini dilakukan setiap 1
(satu) bulan sekali. Tujuan dari stok opname adalah pengendalian
persediaan barang atau perbekalan farmasi atau dapat
meminimalisir pemusnahan. Barang yang rusak, sudah melebihi
tanggal kadaluwarsa dan berubah secara fisik segera dipisahkan.
c) Pencatatan Rekap Harian Puskesmas Pasirjambu
8
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas adalah kegiatan dalam
rangka penata laksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat – obatan yang
diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di puskesmas dan atau unit
pelayanan seperti di poli umum, poli gigi, poli KIA dan lainnya. Tujuan
pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan
pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi
keluar masuknya obat, baik obat narkotik, psikotropika ataupun jenis obat
lain yang dicatat dalam dan pelaporan merupakan sebagai bukti bahwa
suatu kegiatan telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan
dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan
kartu stok masing – masing.
7. Pemusnahan
9
Pemusnahan obat adalah suatu tindakan perusakan dan pelenyapan
terhadap obat, kemasan, dan/atau label yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label sehingga tidak
dapat digunakan lagi.
Pemusnahan obat kadaluarsa dilakukan dengan cara dicatatat terlebih
dahulu nama obatnya, jumlah, tanggal expired, dan no batch.
Pemusnahan resep dilakukan setiap 5 tahun sekali, jika belum 5 tahun
maka resep tersebut harus diarsipkan terlebih dahulu. Pemusnahan
Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain.
10
a) Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.
b) Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
3. Penyiapan Obat
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai
dengan yang tertulis pada resep. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan
Nama Obat, Dosis, Dan Expire Date Obat tersebut. Jika obat telah siap,
kemudian dilakukan penulisan nama pasien dan cara penggunaan obat
pada etiket. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kembali jenis dan jumlah
obat, Lalu dikemas dalam plastik klip dan disertakan etiket didalamnya.
4. Penyerahan Obat
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas apotek yang
mengerjakan resep tersebut harus memeriksa kembali kesesuaian antara
jenis, jumlah serta aturan pakai dengan yang tertulis pada resep. Setelah
memastikan kesesuaian resep kemudian petugas akan menyiapkan obat
yang sesuai dengan resep, apabila obat yang tertera pada resep tidak
tersedia di apotek puskesmas maka petugas mengkonsultasikan dan
menyerahkan kembali resep kepada dokter untuk mengganti obat tersebut.
Setelah selesai diganti petugas menyiapkan obat dan memanggil nama
pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dengan menanyakan
kembali identitas pasien baik Nama maupun Umur Pasien apakah sudah
sesuai dengan yang tertulis pada resep, hal tersebut dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan penyerahan obat 17 terhadap pasien
dengan Nama yang sama, sehingga tidak berakibat fatal terhadap kondisi
pasien.
11
penggunaan obat yang baik dan benar. Selain tujuan terapi tidak tercapai,
hal ini juga dapat memunculkan resiko resistensi terhadap obat. Sehinnga
peran tenaga farmasis disini sangatlah diperlukan guna tercapainya terapi
yang diharapkan untuk pasien. Informasi obat dapat meliputi cara
penggunaan obat yang benar, efek samping obat, interaksi obat, serta cara
penyimpanan obat yang benar.
6. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-
ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai
Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari
Obat tersebut, dan lain-lain.
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
Obat.
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan
terapi.
c. Pelaksana
1. Apoteker
2. TTK dan tenaga kesehatan lain di puskesmas
12
3. Kolaborasi apoteker, TTK dengan perawat dan dokter
d. Persiapan
1) Data ESO puskesmas
2) Referensi ESO
3) Resep, rekam medis
4) Obat pasien
5) Kertas kerja atau formulir MESO
e. Pelaksanaan
1) Menganalisis laporan efek samping obat (ESO)
2) Mengidentifikasi obat – obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami ESO
3) Melaporkan ke Pusat Monitoring Obat Nasional setiap kejadian
ESO dilaporkan dalam form MESO maupun secara elektronik
ke BPOM.
13
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Pemberian Informasi DAGUSIBU dan Cara Penggunaan Obat dengan
Leaflet
3.2 Latar Belakang
Dagusibu (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) merupakan program Gerakan
Keluarga Sadar Obat yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia dalam
mencapai pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat
dengan benar (PP IAI, 2014). Adanya gerakan tersebut karena masih banyak
masalah terkait penggunaan obat yang terjadi di masyarakat. Hal ini terlihat
pada penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satunya pada penggunaan
obat keras dan antibiotik dalam upaya swamedikasi, dimana masih adanya
rumah tangga yang menyimpan obat keras tanpa resep 81,9% dan antibiotik
86,1% (Riskesdas, 2013).
Untuk menjamin keefektifan suatu obat, perlu sistem penyimpanan yang baik
dan benar. Penelitian terkait penyimpanan obat dilakukan oleh Jasim (2010), di
Iraq menunjukan bahwa 57,46% obat tidak disimpan di tempat yang sesuai.
Kesalahan dalam menyimpan obat akan mempengaruhi kondisi zat aktif dalam
obat tersebut.
Leaflet adalah selembar kertas cetak yang dilipat berisi informasi pendek dan
ringkas. Leaflet biasanya digunakan dalam bisnis sebagai media untuk
mengiklankan produk dan jasa yang mereka tawarkan. Menurut Drs. Onong
Uchjana Effendy, MA dalam kamus komunikasi ditulis bahwa leaflet adalah
lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk
disebarkan kepada khalayak ramai yang bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai suatu hal atau peristiwa.
3.3 Tujuan
1. Pasien mengetahui Informasi cara mendapatkan, menggunakan,
menyimpan, dan membuang suatu obat dengan benar.
2. Pasien mengetahui cara penggunaan tetes mata dengan benar
3.4 Hasil dan Pembahasan
Leaflet DAGUSIBU ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat atau pasien
mengenai pentingnya memahami penggunaan obat dengan baik dan benar.
14
Penggunaan obat yang semakin meningkat perlu didukung pengetahuan
masyarakat yang baik tentang pengelolaan obat yang didapatkan, baik melalui
resep dokter ataupun membeli sendiri di apotek atau warung obat.
1. DAPATKAN Pastikan kita mendapat obat di tempat yang terjamin mutu dan
kualitasnya (obat asli dan berkhasiat). Tempat yang paling terjamin di
Indonesia adalah Apotik dan Instalasi Farmasi di rumah sakit. Selain obat lebih
terjamin, di tempat tersebut kita juga mendapat informasi mendetail mengenai
obat yang akan kita konsumsi dari apoteker yang berpraktek. Untuk menunjang
mendapatkan pelayanan terbaik, pastikan apotik tersebut berijin dan memiliki
apoteker yang siap melayani.
15
Cara penggunaan obat mata yang benar adalah :
3. SIMPAN. Agar Obat bisa digunakan hingga masa kadarluasanya maka kita
harus menyimpan sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang tepat. Simpan
di tempat yang tidak terkena matahari langsung, kering dan tidak lembab.
Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan yang jauh dari jangkauan
anak-anak. Sebagian besar kemasan obat mencantumkan kondisi ideal
penyimpanan masing-masing obat. Simpanlah obat sesuai dengan kemasan
aslinya dan pastikan obat tersebut tertutup rapat agar terhidar dari
kontaminasi.
4. BUANG. Salah satu hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat adalah
proses membuang obat yang kadaluwarsa. Ciri-ciri obat kadaluwarsa
adalah telah melewati tanggal waktu kadaluwarsa dan obat tersebut telah
berubah rasa, bau dan warnanya. Obat kadaluwarsa tidak boleh dibuang
secara sembarangan karena beresiko disalahgunakan atau tidak sengaja
terminum oleh orang. Oleh karena itu hendaknya obat dapat dibuka dahulu
kemasannya kemudian dihancurkan lalu dibuang ke tempat sampah.
16
3.5 Kesimpulan
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.
Leaflet DAGUSIBU dan Cara Penggunaan Obat tetes mata menjadi
salah satu bentuk Pemberian Informasi mengenai Obat dari mulai obat
didapatkan dan digunakan dengan baik dan benar.
3.6 Saran
Memberikan penyuluhan secara langsung terkait DAGUSIBU dan Cara
penggunaan obat yang terdapat pada leaflet.
17
Daftar Pustaka
18
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Puskesmas Pasirjambu
Gambar 1.1
Stuktur organisasi Puskesmas Pasirjambu
Apoteker
Gambar 1.2
19
Gambar 1.3
Gambar 1.4
20
21
Gambar 1.5
Puskesmas Pasirjambu
Gambar 1.6
Logo Puskesmas Pasirjambu
22
Lampiran 2
Pelayanan Farmasi dan Penyimpanan Obat
Puskesmas Pasirjambu
Gambar 2.1
Gambar 2.2
23
Gambar 2.3
Gambar 2.4
24
Gambar 2.5
Penyimpanan Obat
Gambar 2.6
Lemari Penyimpanan Obat Psikotropika
25
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gudang obat
BLUD
26
Gambar 2.9
Tempat Pengambilan obat
27
Lampiran 3
Contoh resep dan etiket
Gambar 3.1
Contoh obat non racikan
Gambar 3.2
plaktik klip dan etiket untuk obat dalam dan obat luar
28
Gambar 3.3
Etiket obat sirup
29
Lampiran 4
Catatan dan Pelaporan
Gambar 4.1
Buku pengeluaran obat BLUD
Gambar 4.2
30
Buku pengeluaran obat APBD dan APBN
31
Gambar 4.3
buku pengeluaran obat psikotropika
Gambar 4.4
Kartu stok
32
33
34