Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI PUSKESMAS PASIRJAMBU

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker


pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

NENG RANI SEPTIANI, S. Farm.


3351211518

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada


Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir yang berjudul “Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di Puskesmas Pasirjambu Bandung” pada periode bulan Agustus 2022.
Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
melaksanakan sidang Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal
Achmad Yani. Serta bekal bagi calon Apoteker agar nantinya dapat bekerja
dengan baik dan kompeten dalam dunia kerja.
Dalam penyusunan dan keberhasilan Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Puskesmas Pasirjambu Jl. Cilame Cibaga No.4, Pasirjambu, Kec.
Pasirjambu, Kabupaten Bandung tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapan
terimakasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Dinas Kesehatan Kab/Kota, Puskesmas Pasirjambu atas kesempatannya
bagi penulis untuk belajar tentang pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
2. Dr. apt. Fahrauk Faramayuda. M.Sc., selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Apt. Linda , M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. apt. Yenni Karlina, M.Si. selaku koordinator Praktik Kerja Profesi
Apoteker Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas
Jenderal Achmad Yani.
5. apt. Widya Solihatri, S.Farm. selaku Pembimbing Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Puskesmas Pasirjambu Jl. Cilame Cibaga
No.4, Pasirjambu, Kec. Pasirjambu, Kabupaten Bandung.
6. Dra. Apt. Eny Margayani selaku pembimbing Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Universitas Jenderal Achmad Yani.
7. TTK dan seluruh karyawan Puskesmas Pasirjambu Jl. Cilame Cibaga
No.4, Pasirjambu, Kec. Pasirjambu, Kabupaten Bandung, yang telah
berbagi ilmu pengalaman dan bantuan selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
8. Seluruh Staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
9. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi do’a, dan motivasi
baik secara materil maupun moril.
10. Rekan - rekan Mahasiswa Angkatan XXX-II Program Studi Profesi
Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani yang selalu
memberikan semangat, bantuan dan dukungan.

i
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan dibalas
dengan kebaikan yang lebih besar dari Allah SWT. Dengan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa mendatang yang lebih baik.

Bandung, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker...........................................................2
1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker..................................................2
BAB II TINJAUAN KHUSUS..............................................................................3
2.1 Definisi Puskesmas.........................................................................................3
2.2 Sejarah Puskesmas Pasir Jambu......................................................................3
2.3 Visi, Misi dan Tata Nilai.................................................................................3
2.3.1 Visi.........................................................................................................4
2.3.2 Misi........................................................................................................4
2.3.3 Tata Nilai...............................................................................................4
2.4 Pengelolaan di Puskesmas Pasi.......................................................................4
2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP...........................................5
2.6 Pemberian Informasi Dagusibu dan Leaflet...................................................10
BAB III TUGAS KHUSUS.................................................................................13
3.1 Pemberian Informasi Dagusibu dan Leaflet...................................................13
3.2 Latar Belakang................................................................................................13
3.3 Tujuan.............................................................................................................13
3.4 Hasil Pembahasan...........................................................................................13
BAB IV PENUTUP.............................................................................................16
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
4.2 Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
LAMPIRAN.........................................................................................................18

3
DAFTAR GAMBAR
Halaman

GAMBAR 1 ..........................................................................................................7
GAMBAR 2 ..........................................................................................................16

4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

LAMPIRAN 1 Struktur Organisasi......................................................................19


LAMPIRAN 2 Pelayanan Farmasi dan penyimpanan Obat................................22
LAMPIRAN 3 Contoh Resep dan Etiket.............................................................27
LAMPIRAN 4 Pencatatan dan Pelaporan............................................................29

5
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan


kebutuhan medis pasien. Fasilitas tingkat pertama (FKTP) pelayanan
kefarmasian adalah puskesmas.

Peraturan tentang Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang


Puskesmas menyebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang
selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya.

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk


mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Selain melaksanakan tugas
tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan
(UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah unit


pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja
(Permenkes 26,2020).
Dalam peraturan Menteri Kesehatan nomor 74 tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di puskesmas, pelayanan kefarmasian terbagi dalam
dua kegiatan yaitu pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
(BMHP) serta pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP serta pelayanan farmasi klinik di puskesmas merupakan satu
rangkaian kegiatan yang saling terikat satu dengan yang lain. Apoteker
sebagai penanggung jawab pelayanan kefarmasian di puskesmas diharapkan
dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Apoteker sebagai orang yang bertanggung jawab dalam pelayanan


kefarmasian didukung dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 51 tahun 2009
pasal 5 tentang pelaksanaan pekerjaan kefarmasian, isinya meliputi pekerjaan
kefarmasian dalam pengadaan sediaan farmasi, produksi sediaan farmasi,
distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, dan pelayanan sediaan farmasi
dengan adanya kegiatan PKPA, diharapkan mahasiswa mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan mengenai peran fungsi apoteker dalam
pelayanan kefarmasian di puskesmas, mampu menjalin komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lain.

1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker di puskesmas bagi
mahasiswa tingkat profesi apoteker adalah :
1) Meningkatkan pemahaman calon Apoteker dan terampil dalam
melaksanakan peran dan tanggung jawab seorang apoteker di puskesmas
dalam pelayanan kefarmasian baik secara praktik maupun dengan
pengetahuan yang didapatkan secara teori, dan dalam aspek manajerial yang
mencakup pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan
pelaporan serta pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan
BMHP), pelayanan farmasi klinik (pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan infoemasi obat (PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat
(PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), pelayanan kefarmasian di rumah
(home pharmacy care)), dan sumber anggaran puskesmas.
2) Mempersiapkan calon Apoteker dalam memasuki dunia kerja sehingga
sesuai standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
3) Memberi gambaran nyata mengenai permasalahan pekerjaan kefarmasiaan
di Puskesmas

1.3 Pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker

Program Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 1 – 31


Agustus 2022 secara offline dari Dinas Kesehatan Kab/Kota dan offline di
Puskesmas Pasirjambu Jl. Cilame Cibaga No.4, Pasirjambu, Kec.
Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40972.

2
BAB II
TINJAUAN KHUSUS

2.1 Definisi Puskesmas


Salah satu sarana kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan
adalah puskesmas. Pusat kesehatan masyarakat disebut puskesmas
adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja (Permenkes RI, 2016).
2.1.1 Tujuan Puskesmas
Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh dan terpadu bagi penduduk yang tinggal di wilayah kerja
puskesmas.

2.1.2 Fungsi Puskesmas


Menurut Permenkes nomor 43 tahun 2019 dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Puskesmas memiliki
fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2.2 Sejarah Puskesmas Pasirjambu


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak
pemerintahan Belanda pada abad ke-16. Kesehatan masyarakat di Indonesia
pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera
yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk di Indonesia
tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia. Kemudian
pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan ternyata efek
yang ditimbulkan penyakit tersebut sangat mengkhawatirkan. Berawal dari
wabah kolera tersebut, pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-
upaya kesehatan masyarakat. Kemudian pada September 1959, wabah malaria
masuk ke Malang. Dengan tekad yang kuat, malaria ditargetkan terberantas
pada tahun 1970. Puskesmas telah menjadi tonggak periode perjalanan sejarah
Dinas Kesehatan Kabupaten di Indonesia. Konsep Puskesmas sendiri
diterapkan di Indonesia pada tahun 1969. Perihal diterapkannya konsep
Puskesmas ini, pada awal berdirinya, sedikit sekali perhatian yang dicurahkan
Pemerintah di Kabupaten pada pembangunan di bidang Kesehatan. Sebelum
konsep Puskesmas diterapkan, dalam rangka memberikan pelayanan terhadap
masyarakat maka dibangunlah Balai Pengobatan (BP), Balai Kesejahteraan Ibu
dan Anak (BKIA), yang tersebar di kecamatan.

Unit tersebut berdiri sendiri-sendiri tidak saling berhubungan dan langsung


melaporkan kegiatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan, umumnya unit

3
tersebut dipimpin oleh seorang Mantri (perawat) senior yang pendidikannya
bisa Pembantu Perawat atau Perawat. Sejalan dengan diterapkannya konsep
Puskesmas di Indonesia tahun 1969, maka mulailah dibangun Puskesmas di
beberapa wilayah yang dipimpin oleh seorang Dokter Wilayah (Dokwil) yang
membawahi beberapa Kecamatan, sedang ditingkat kabupaten ada Dokter
Kabupaten (Dukabu) yang membawahi Dokwil. Pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas tersebut adalah pelayanan kesehatan menyeluruh
(komprehensif) yang meliputi pelayanan: pengobatan (kuratif), upaya
pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif). Puskesmas Pasirjambu merupakan sebuah fasilitas
kesehatan yang didirikan oleh pemerintah untuk masyarakat kecamatan
pasirjambu yang dibangun pada tahun 70-an.

2.3 Visi, Misi dan Tata nilai Puskesmas Pasirjambu

2.3.1 Visi

Mewujudkan masyarakat kecamatan Pasirjambu sehat secara mandiri

2.3.2 Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang merata dan berkualitas


kepada masyarakat.
2. Memberdayakan keluarga untuk hidup sehat secara mandiri.
3. Menyelenggarakan lingkungan tempat tinggal dan tempat beraktivitas
yang sehat.
4. Menyelenggarakan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular serta penyakit tidak menular.
5. Penyelenggarakan manajemen puskesmas Pasirjambu yang bermutu
dan berkesinambungan.

2.3.3 Tata Nilai

CERIA (Cepat, Efektif, Ikhlas, dan Amanah).

2.4 Pengelolaan di Puskemas Pasirjambu

Sumber Daya Manusia (SDM)

Struktur Organisasi dan SDM (Sumber Daya Manusia) di Puskesmas Struktur


Organisasi di Puskesmas Struktur organisasi yang ada di Puskesmas tergantung
dari kegiatan dan beban kerja masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur
organisasi puskesmas di satu kabupaten/ kota dilakukan oleh dinas kesehatan,
sedangkan untuk penetapan dilakukan dengan peraturan daerah. Berdasarkan
Peraturan menteri kesehatan nomor 34 tahun 2019, struktur organisasi
puskesmas paling sedikit terdiri atas :

4
1) Kepala puskesmas
2) Kepala sub bagian tata usaha
3) Penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
4) Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium
5) Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan
6) Penanggung jawab Mutu

Seorang Asisten Apoteker (AA) hendaknya dapat membantu pekerjaan


Apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasiaan tersebut, dan
kompetensi seorang Asisten Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan resep, meliputi:


a. Mengidentifikasi resep
b. Melakukan konsultasi
c. Memastikan resep dapat dilayani
d. Menyiapkan atau meracik sediaan farmasi
e. Memeriksa hasil akhir
f. Menyerahkan sediaan farmasi kepada pasien sesuai resep didertai dengan
informasi yang diperlukan.

2. Data Sumber Daya Manusia di Puskesmas Pasirjambu


a. Dokter umum : 2 orang
b. Dokter gigi : 1 orang
c. Perawat : 2 orang
d. Laboratorium : 1 orang
e. Farmasi : 3 orang

3. Pengelolaan sediaan farmasi, meliputi:


a. Menyusun perencanaan pemasaran dan menerima sediaan obat di
Puskesmas
b. Memeriksa stok sediaan farmasi yang habis atau hamper menipis
c. Memeriksa dan mengendalikan sediaan farmasi yang mendekati waktu
kadaluarsa.

2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan lainnya

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan Kesehatan untuk
menentukan jumlah obat dalam rangka memenuhi kebutuhan Puskesmas.
Perencanaan kebutuhan untuk Puskesmas setiap periode yang dilaksanakan
oleh pengelola obat dan perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Dalam proses
perencanaan kebutuhan obat, Puskesmas Pasirjambu diminta menyediakan
data permakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) fungsinya yaitu untuk Analisis
penggunaan, perencanaan kebutuhan, pengendalian persediaan dan
pemusnahan laporan pengelolaan obat.

5
2. Pengadaan atau Permintaan
Pengadaan atau permintaan obat merupakan suatu proses pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat Kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di Puskesmas. Sumber pengadaan obat di Puskesmas
Pasirjambu dibagi menjadi dua bagian yaitu yang pertama berasal dari
dinas Kesehatan kabupaten/kota, yang kedua pembelin secara mandiri.
Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat
Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain
itu sesuai dengan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar
kesepakatan global maupun keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun
1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat
generik di Pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka 12 hanya obat
generik saja yang diperkenankan pertimbangan dari Kepmenkes tersebut
adalah:
a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan
diseluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.
b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar
pengobatan.
c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi
masyarakat.
d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.
e. Meningkatkan efekivitas dan efisensi alokasi dana obat di
pelayanan kesehatan public.
Berdasarkan Permenkes 73 tahun 2016 tentang pengelolaan sediaan farmasi
dan Bahan Medis Habis Pakai Tenaga Kefarmasian wajib melakukan
pengecekan terhadap Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan
Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
LPLPO,ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala
Puskesmas.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing
Puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan
permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara Periodik
menggunakan LPLPO sub unit. Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat
surat pesanan oleh Tenaga Tekhnis Kefarmasian atau Apoteker berupa
LPLPO, yang kemudian ditanda tangani oleh kepala Puskesmas yang
bersangkutan. LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap, 1 lembar untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota setempat, 2 lembar untuk Gudang Farmasi dan
1 lembar sebagai Arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap akhir bulan dan
permintaan barang akan diterima pada setiap awal bulan. Adapun macam –
macam permintaan obat di Puskesmas Pasirjambu, sebagai berikut:
a. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :
kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian

6
Luar Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.
c. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
d. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan selanjutnya diproses oleh UPOPPK
Kabupaten/Kota.

3. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan menurut
Permenkes 74 tahun 2016 Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bentuk dan jenis sediaan;
b. kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban;
c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar;
d. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
e. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
Peraturan penyimpanan obat di Puskesmas pasirjambu:
a. Obat disusun secara bentuk sediaan.
b. Obat disusun secara alfabetis.
c. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO.
d. Penyimpanan narkotik dan psikotropika disimpan di lemari
terpisah sesuai dengan pertauran yang berlaku

Aspek khusus yang perlu diperhatikan salam penyimpanan, yaitu :

a. Obat High Alert Obat High Alert adalah obat yang persentasenya
tinggi dalam menyebabkan kesalahan/error dan menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).

Gambar 1 High Alert

7
b. LASA LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat-obat yang
memiliki nama, rupa dan ucapan yang mirip dan perlu diwaspadai
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan obat (Dispensing
Error) oleh Apoteker. Contoh obat LASA .
c. Narkotika & psikotropika Obat narkotika, dan psikotropika dibuat
laporan SIPNAP yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan karena dinas
yang melakukan pengadaan. Di puskesmas dilakukan pelaporan
bulanan ke dinkes terkait pemakaian obatnya.
d. Obat emergency Obat emergency adalah obat – obat yang bersifat
life saving atau life threatening beserta alat kesehatan yang
mendukung kondisi emergency.

4. Pendistribusiaan
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan 14
Kesehatan. Tujuan dari pendistribusian itu sendiri merupakan untuk
memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan tepat waktu.
Pendistribusian obat di Puskesmas Pasirjambu, Obat di distribusikan ke:
1. Loket obat
2. Poskesdes Cibodas, Sukasari dan Mekarsari
3. Poli-poli yang terdapat di puskesmas, seperti poli gigi, poli umum,
laboratorium, Ruang Tindakan ,DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcourse), Poned (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar)
dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

5. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
ketersediaan obat dan BMHP. Tujua pengendalian agar obat tidak terjadi
kelebihan dan kekosongan obat dan BMHP di puskesmas. Pengendalian
persediaan obat terdiri dari:
1) Pengendalian ketersediaan
2) Pengendalian penggunaan
3) Penanganan ketika terjadi kehilangan, kerusakan, obat ditarik, dan
kadaluwarsa Pengendalian di puskesmas dilakukan dengan :
a) Kartu stok Kartu stok menjadi dokumen pengendali, karena setiap
obat yang masuk atau keluar akan dicatat di kartu stok.
b) Stok opname stock opname merupakan kegiatan pemeriksaan dan
perhitungan secara fisik atas persediaan barang atau perbekalan
farmasi yang terdapat di puskesmas. kegiatan ini dilakukan setiap 1
(satu) bulan sekali. Tujuan dari stok opname adalah pengendalian
persediaan barang atau perbekalan farmasi atau dapat
meminimalisir pemusnahan. Barang yang rusak, sudah melebihi
tanggal kadaluwarsa dan berubah secara fisik segera dipisahkan.
c) Pencatatan Rekap Harian Puskesmas Pasirjambu

8
6. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas adalah kegiatan dalam
rangka penata laksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat – obatan yang
diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di puskesmas dan atau unit
pelayanan seperti di poli umum, poli gigi, poli KIA dan lainnya. Tujuan
pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan
pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan stok obat meliputi
keluar masuknya obat, baik obat narkotik, psikotropika ataupun jenis obat
lain yang dicatat dalam dan pelaporan merupakan sebagai bukti bahwa
suatu kegiatan telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan
dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan
kartu stok masing – masing.

Pencatatan stok di Puskesmas Pasirjambu dapat dilakukan untuk periode


tertentu, baik per hari, per minggu atau pun per bulan. Pencatatan pada
buku pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek di
puskesmas. Penyelenggaraan pelaporan di Puskesmas Pasirjambu meliputi:
a. Perekapan resep yang dilakukan setiap hari, untuk resep obat psitropika
di rekap terpisah.
b. Kartu stok pencatatan ini dilakukan terhadap obat yang masuk atau
keluar. Pencatatan barang yang masuk dilakukan pada Kartu stok
manual dengan mencatat tanggal, nomor faktur, jumlah barang, nomor
Batch, expired date, dan paraf. Pencatatan barang yang 15 keluar
dilakukan dengan mencatat tanggal, nomor resep, jumlah barang, dan
sisa barang.
c. Pelaporan obat- obat tersebut dilaporkan secara online melalui aplikasi
Simpus.
d. Pelaporan obat psikotropika dilaporkan secara online juga melalui
aplikasi SIPNAP (Sistem Informasi Penggunaan Narkotika dan
Psikotropika).
e. Pelaporan penggunaan dan permintaan obat dilakukan pada LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan obat) yang dikirim ke
Dinas Kabupaten setiap bulannya melalui aplikasi SIMPUS (Sistem
Puskesmas).
f. Laporan 10 besar penyakit dan obat yang diresepkan oleh puskesmas
Pasirjambu dalam 1 bulan.
g. Laporan Pemantauan Penulisan Resep Obat Generik
h. Laporan Jumalh pasien puskesmas setiap hari selama 1 bulan.
i. Laporan Kesesuaian peresepan terhadap formularium
j. Laporan POR
k. Laporan Jumlah kunjungan resep
l. Laporan PIO.

7. Pemusnahan

9
Pemusnahan obat adalah suatu tindakan perusakan dan pelenyapan
terhadap obat, kemasan, dan/atau label yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu, dan label sehingga tidak
dapat digunakan lagi.
Pemusnahan obat kadaluarsa dilakukan dengan cara dicatatat terlebih
dahulu nama obatnya, jumlah, tanggal expired, dan no batch.
Pemusnahan resep dilakukan setiap 5 tahun sekali, jika belum 5 tahun
maka resep tersebut harus diarsipkan terlebih dahulu. Pemusnahan
Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain.

8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi dan


Bahan Medis Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai (BMHP) di puskesmas Pasirjambu dilakukan
dengan tujuan yang sesuai pada PERMENKES NO. 74 tahun 2016.
Kartu stock, stock opname,Laporan Rekap Harian dan LPLPO adalah
salah satu bentuk pemantauan pada pengelolaan sediaan farmasi.
Semua kegiatan kefarmasian yang dilakukan di puskesmas Pasirjambu
dilakukan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SOP) yang
berlaku di puskesmas.

2.6 Pelayanan di Puskesmas Pasirjambu Jenis Pelayanan dan


Program Kesehatan.

1. Pelayanan Pemerikasaan Umum.


2. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut.
3. Pelayanan DOTS/TB Paru.
4. Pelayanan KIA/KB.
5. Pelayanan Labolatorium.
6. Pelayanan Farmasi.
7. Pelayanan Konsultasi Terpadu (Keperawatan, Kesehatan sanitasi, gizi,
ibu hamil dan obat.
8. Pelayanan PONED.
9. Pelayanan Imunisasi.
10. Pelayanan balita/MTBS.
11. Pelayanan pemeriksaan Haji.
12. Pelayanan Prolanis.
13. Pelayanan Tindakan P3K.

Adapun pelayanan penerimaan resep adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan resep Penerimaan resep di Puskesmas Pasirjambu berasal


dari pasien umum dan BPJS.
2. Pengkajian Resep
Pengkajian dan pelayanan Resep Kegiatan pengkajian resep dimulai
dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

10
a) Persyaratan administrasi meliputi:
1. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Nama, dan paraf dokter.
3. Tanggal resep.
4. Ruangan/unit asal resep.
b) Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).

c) Persyaratan klinis meliputi:


1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.

3. Penyiapan Obat
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai
dengan yang tertulis pada resep. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan
Nama Obat, Dosis, Dan Expire Date Obat tersebut. Jika obat telah siap,
kemudian dilakukan penulisan nama pasien dan cara penggunaan obat
pada etiket. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kembali jenis dan jumlah
obat, Lalu dikemas dalam plastik klip dan disertakan etiket didalamnya.

4. Penyerahan Obat
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas apotek yang
mengerjakan resep tersebut harus memeriksa kembali kesesuaian antara
jenis, jumlah serta aturan pakai dengan yang tertulis pada resep. Setelah
memastikan kesesuaian resep kemudian petugas akan menyiapkan obat
yang sesuai dengan resep, apabila obat yang tertera pada resep tidak
tersedia di apotek puskesmas maka petugas mengkonsultasikan dan
menyerahkan kembali resep kepada dokter untuk mengganti obat tersebut.
Setelah selesai diganti petugas menyiapkan obat dan memanggil nama
pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dengan menanyakan
kembali identitas pasien baik Nama maupun Umur Pasien apakah sudah
sesuai dengan yang tertulis pada resep, hal tersebut dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan penyerahan obat 17 terhadap pasien
dengan Nama yang sama, sehingga tidak berakibat fatal terhadap kondisi
pasien.

5. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Informasi obat kepada pasien sangat penting disampaikan oleh tenaga
farmasis yang melakukan penyerahan obat kepada pasien. Karena
meskipun obat yang diberikan kepada pasien sudah benar dan tepat, akan
tetapi masih banyak pasien yang tidak mengerti bagaimana cara

11
penggunaan obat yang baik dan benar. Selain tujuan terapi tidak tercapai,
hal ini juga dapat memunculkan resiko resistensi terhadap obat. Sehinnga
peran tenaga farmasis disini sangatlah diperlukan guna tercapainya terapi
yang diharapkan untuk pasien. Informasi obat dapat meliputi cara
penggunaan obat yang benar, efek samping obat, interaksi obat, serta cara
penyimpanan obat yang benar.

6. Konseling
Konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat
pasien rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan
dilakukannya konseling adalah memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
1) Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2) Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-
ended question), misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai
Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang diharapkan dari
Obat tersebut, dan lain-lain.
3) Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan
Obat.
4) Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan cara penggunaan Obat untuk mengoptimalkan tujuan
terapi.

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


a. Tujuan MESO, yaitu :
1. Menentukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, dan frekuensi nya jarang
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal
dan baru saja ditemukan
3. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki
4. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki

b. Manfaat MESO, yaitu :


1. Tercipta data based ESO puskesmas sebagai dasar
penatalaksanaan ESO
2. Mendukung pola insidensi ESO nasional

c. Pelaksana
1. Apoteker
2. TTK dan tenaga kesehatan lain di puskesmas

12
3. Kolaborasi apoteker, TTK dengan perawat dan dokter

d. Persiapan
1) Data ESO puskesmas
2) Referensi ESO
3) Resep, rekam medis
4) Obat pasien
5) Kertas kerja atau formulir MESO

e. Pelaksanaan
1) Menganalisis laporan efek samping obat (ESO)
2) Mengidentifikasi obat – obatan dan pasien yang mempunyai
risiko tinggi mengalami ESO
3) Melaporkan ke Pusat Monitoring Obat Nasional setiap kejadian
ESO dilaporkan dalam form MESO maupun secara elektronik
ke BPOM.

f. Evaluasi Konsistensi laporan MESO ke BPOM

13
BAB III
TUGAS KHUSUS
3.1 Pemberian Informasi DAGUSIBU dan Cara Penggunaan Obat dengan
Leaflet
3.2 Latar Belakang
Dagusibu (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) merupakan program Gerakan
Keluarga Sadar Obat yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia dalam
mencapai pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat
dengan benar (PP IAI, 2014). Adanya gerakan tersebut karena masih banyak
masalah terkait penggunaan obat yang terjadi di masyarakat. Hal ini terlihat
pada penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satunya pada penggunaan
obat keras dan antibiotik dalam upaya swamedikasi, dimana masih adanya
rumah tangga yang menyimpan obat keras tanpa resep 81,9% dan antibiotik
86,1% (Riskesdas, 2013).

Untuk menjamin keefektifan suatu obat, perlu sistem penyimpanan yang baik
dan benar. Penelitian terkait penyimpanan obat dilakukan oleh Jasim (2010), di
Iraq menunjukan bahwa 57,46% obat tidak disimpan di tempat yang sesuai.
Kesalahan dalam menyimpan obat akan mempengaruhi kondisi zat aktif dalam
obat tersebut.

Upaya edukasi kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode


edukasi salah satunya yaitu pembuatan leaflet Kesehatan.

Leaflet adalah selembar kertas cetak yang dilipat berisi informasi pendek dan
ringkas. Leaflet biasanya digunakan dalam bisnis sebagai media untuk
mengiklankan produk dan jasa yang mereka tawarkan. Menurut Drs. Onong
Uchjana Effendy, MA dalam kamus komunikasi ditulis bahwa leaflet adalah
lembaran kertas berukuran kecil yang mengandung pesan tercetak untuk
disebarkan kepada khalayak ramai yang bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai suatu hal atau peristiwa.
3.3 Tujuan
1. Pasien mengetahui Informasi cara mendapatkan, menggunakan,
menyimpan, dan membuang suatu obat dengan benar.
2. Pasien mengetahui cara penggunaan tetes mata dengan benar
3.4 Hasil dan Pembahasan
Leaflet DAGUSIBU ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat atau pasien
mengenai pentingnya memahami penggunaan obat dengan baik dan benar.

14
Penggunaan obat yang semakin meningkat perlu didukung pengetahuan
masyarakat yang baik tentang pengelolaan obat yang didapatkan, baik melalui
resep dokter ataupun membeli sendiri di apotek atau warung obat.

Leaflet yang dibuat berisi tentang DAGUSIBU sendiri merupakan sebuah


singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang yang ditujukan agar
masyarakat lebih paham mengenai obat. Penjelasan dari singkatan tersebut
adalah :

1. DAPATKAN Pastikan kita mendapat obat di tempat yang terjamin mutu dan
kualitasnya (obat asli dan berkhasiat). Tempat yang paling terjamin di
Indonesia adalah Apotik dan Instalasi Farmasi di rumah sakit. Selain obat lebih
terjamin, di tempat tersebut kita juga mendapat informasi mendetail mengenai
obat yang akan kita konsumsi dari apoteker yang berpraktek. Untuk menunjang
mendapatkan pelayanan terbaik, pastikan apotik tersebut berijin dan memiliki
apoteker yang siap melayani.

2. GUNAKAN. Pastikan obat digunakan dengan benar sesuai dengan etiket


yang tertera atau sesuai petunjuk dari dokter dan apoteker. Apabila kurang jelas
bertanyalah mengenai obat tersebut, baik itu khasiat, cara pakai ataupun efek
samping. Contoh :

a. Obat minum ( Tablet, pil, kapsul, serbuk atau sirup )


bisa mengkonsumsi tablet, pil, atau kapsul secara langsung, anda dapat
menggunakan cara lain dengan mengkonsumsi roti atau buah secara Obat
diminum dengan air putih (kecuali bila ada petunjuk lain seperti dihisap,
dikunyah, diletakkan di bawah lidah, atau di kumur), dan untuk anda yang
tidak bersamaan supaya rasa pahit dari obat tersebut dapat teratasi perhatikan
waktu minum sesuai yang tertera pada brosur atau kemasan obat atau etiket
obat (sebelum, bersamaan atau sesudah makan). Apabila Anda
mengkonsumsi obat sirupsebaiknya di kocok terlebih dahulu dan gunakanlah
sendok takar untuk memudahkan minum obat serta untuk ketepatan dosis atau
aturan minum obat

b. Obat Kulit ( salep, krim, gel atau pasta)


 Cuci Tangan terlebih dahulu kemudian keringkan.
 Oleskan obat secara tipis dan rata pada bagian yang sakitsesuai dengan
jam pemakaian

c. Obat Tetes Mata dan Salep Mata


Obat ini merupakan obat steril, maka usahakan penetes ujung pada obat jangan
tersentuh tangan atau terkena permukaan lain dan tutup rapat setelah obat
digunakan. Jangan gunakan 1 obat tetes mata digunakan lebih dari satu orang,
karena dikhawatirkan bisa terjadi penularan infeksi jika digunakan lebih dari 1
orang.

15
Cara penggunaan obat mata yang benar adalah :

1) Cucilah tangan anda terlebih dahulu


2) Tengadahkan kepala anda agar memudahkan pemberian obat
3) Tarik Kelopak mata bagian bawah
4) Teteskan atau oleskan pada bagian dalam kelopak mata bawah.
5) Tutup mata dan biarkan hingga 1 sampai 2 menit agar obat dapat
diserap dengan baik.

3. SIMPAN. Agar Obat bisa digunakan hingga masa kadarluasanya maka kita
harus menyimpan sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang tepat. Simpan
di tempat yang tidak terkena matahari langsung, kering dan tidak lembab.
Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan yang jauh dari jangkauan
anak-anak. Sebagian besar kemasan obat mencantumkan kondisi ideal
penyimpanan masing-masing obat. Simpanlah obat sesuai dengan kemasan
aslinya dan pastikan obat tersebut tertutup rapat agar terhidar dari
kontaminasi.

4. BUANG. Salah satu hal yang kurang diperhatikan oleh masyarakat adalah
proses membuang obat yang kadaluwarsa. Ciri-ciri obat kadaluwarsa
adalah telah melewati tanggal waktu kadaluwarsa dan obat tersebut telah
berubah rasa, bau dan warnanya. Obat kadaluwarsa tidak boleh dibuang
secara sembarangan karena beresiko disalahgunakan atau tidak sengaja
terminum oleh orang. Oleh karena itu hendaknya obat dapat dibuka dahulu
kemasannya kemudian dihancurkan lalu dibuang ke tempat sampah.

Gambar 2 Leaflet DAGUSIBU

16
3.5 Kesimpulan
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.
Leaflet DAGUSIBU dan Cara Penggunaan Obat tetes mata menjadi
salah satu bentuk Pemberian Informasi mengenai Obat dari mulai obat
didapatkan dan digunakan dengan baik dan benar.

3.6 Saran
Memberikan penyuluhan secara langsung terkait DAGUSIBU dan Cara
penggunaan obat yang terdapat pada leaflet.

17
Daftar Pustaka

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga


Kesehatan
Menteri Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan RI 43
tahun 2019 tentang Puskesmas

Menteri Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan RI 43


tahun 2019 tentang Fungsi Puskesmas

Menteri Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan RI 43


tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Menteri Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor


75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
Menteri Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 74
tahun 2016 tentang Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai

RISKESDAS. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992. Tentang


Kesehatan.

18
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1
Puskesmas Pasirjambu

Gambar 1.1
Stuktur organisasi Puskesmas Pasirjambu

Apoteker

apt. Widya Solihatri, S.Farm

Asisten TTK Asisten TTK

Dea Suhaenah,S.Farm Anisa Nurilahi,S.Farm

Gambar 1.2

Stuktur Organisasi instalasi farmasi Puskesmas Pasirjambu

19
Gambar 1.3

Alur Pelayanan Puskesmas Pasirjambu

Gambar 1.4

Alur Pelayanan Farmasi Puskesmas Pasirjambu

20
21
Gambar 1.5
Puskesmas Pasirjambu

Gambar 1.6
Logo Puskesmas Pasirjambu

22
Lampiran 2
Pelayanan Farmasi dan Penyimpanan Obat
Puskesmas Pasirjambu

Gambar 2.1

Ruangan Pelayanan Farmasi Puskesmas Pasirjambu

Gambar 2.2

Tempat Penyimpanan Obat di Puskesmas Pasirjambu

23
Gambar 2.3

Penyimpanan obat Tablet

Gambar 2.4

Penyimpanan obat sirup

24
Gambar 2.5
Penyimpanan Obat

Gambar 2.6
Lemari Penyimpanan Obat Psikotropika

25
Gambar 2.7

Gambar 2.8
Gudang obat
BLUD

26
Gambar 2.9
Tempat Pengambilan obat

27
Lampiran 3
Contoh resep dan etiket

Gambar 3.1
Contoh obat non racikan

Gambar 3.2

plaktik klip dan etiket untuk obat dalam dan obat luar

28
Gambar 3.3
Etiket obat sirup

29
Lampiran 4
Catatan dan Pelaporan

Gambar 4.1
Buku pengeluaran obat BLUD

Gambar 4.2

30
Buku pengeluaran obat APBD dan APBN

31
Gambar 4.3
buku pengeluaran obat psikotropika

Gambar 4.4
Kartu stok

32
33
34

Anda mungkin juga menyukai