Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 12 BANDUNG GEDUNG


ASABA JL. MERDEKA NO.68 BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Praktik Kerja Profesi Apoteker


pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi

GHINA RAMDHANI, S.Farm UNJANI


NIA SUWARTININGSIH, S.Farm UNJANI
RANY LINDIANA, S.Farm ITB
MUCHAMAD LUTHFI FADHILLAH, S.Farm UNIGA

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya, sehingga
penyusunan Laporan Praktik Kerja Profesi di Apotek Kimia Farma No. 12 jalan
Merdeka Bandung pada tanggal 5 April 2021 sampai dengan 30 April 2021 dapat
diselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Ujian Profesi Apoteker pada Pogram Studi Profesi Apoteker.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Muhardiman, S.Si Selaku Manager Bisnis Bandung yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 12.
2. Bapak apt. Aris Yulita Aprianto, S.Farm selaku Pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apoteker dan Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek Kimia
Farma No. 12 yang telah memberikan semangat, ilmu dan pengalaman
selama berlangsungnya Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia
Farma No. 12.
3. Segenap staff dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 12 jalan Merdeka
Bandung atas segala ilmu, bantuan dan kerjasama selama berlangsungnya
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 12.

Semoga segala bentuk kebaikan yang diberikan mendapat balasan yang terbaik
oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, kami menyadari masih


banyak kekurangan dalam menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang yang lebih baik.

Akhir kata, semoga penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, dan berbagai pihak yang membutuhkan.

Cimahi, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halama

n
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker.......................................................2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker...............2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
2.1 Definisi Apotek............................................................................................3
2.2 Profil Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung...............................................3
2.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.12 Bandung.........................4
2.4 Sistem Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Kimia Farma No.12
Bandung........................................................................................................4
2.5 Pelayanan Farmasi Klinik..........................................................................13
2.6 Pengelolaan Obat Narkotik, Psikotropik dan Prekursor.............................16
2.7 Laporan Keuangan.....................................................................................17
BAB III TUGAS KHUSUS.................................................................................19
3.1 Latar Belakang...........................................................................................19
3.2 Tinjauan Pustaka........................................................................................19
3.3 Pelaksanaan Kegiatan.................................................................................22
3.4 Hasil dan Pembahasan................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................25
LAMPIRAN.........................................................................................................26

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
II.1 Logo PT. Kimia Farma ............................................................................ 8
II.2 Denah Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung........................................... 31
II.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung...................... 32
II.4 Swalayan Farmasi dan Rak Putar Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung 33
II.5 Kartu Stok Kimia Farma No. 12 Bandung................................................ 34
II.6 Formulir UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).................................... 35
II.7 Formulir Telefarma Dan Pemantauan Terapi Obat (PTO)........................ 36
II.8 (a) Surat Pesanan Narkotika (b) Surat Pesanan Psikotropika.................... 37
II.9 Surat Pesanan Prekursor Farmasi.............................................................. 38
II.10 Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)............................................... 39
II.11 (a) Etiket Obat Dalam (b) Etiket Obat Luar.............................................. 40
II.12 Copy Resep Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung.................................. 41
II.13 Contoh Faktor Penjualan........................................................................... 42

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. DENAH APOTEK KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG......................... 31
2. STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA NO. 12
BANDUNG................................................................................................. 32
3. SWALAYAN FARMASI DAN RAK PUTAR APOTEK KIMIA FARMA
NO.12 BANDUNG..................................................................................... 33
4. KARTU STOK APOTEK KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG.............. 34
5. FORMULIR UPDS (UPAYA PENGOBATAN DIRI SENDIRI) APOTEK
KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG......................................................... 35
6. FORMULIR TELEFARMA DAN PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
APOTEK KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG........................................ 36
7. SURAT PESANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA APOTEK
KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG......................................................... 37
8. SURAT PESANAN PREKURSOR FARMASI APOTEK KIMIA FARMA
NO.12 BANDUNG..................................................................................... 38
9. SURAT PESANAN OBAT-OBAT TERTENTU (OOT) APOTEK KIMIA
FARMA NO.12 BANDUNG...................................................................... 39
10. ETIKET OBAT LUAR DAN ETIKET OBAT DALAM APOTEK KIMIA
FARMA NO.12 BANDUNG...................................................................... 40
11. COPY RESEP APOTEK KIMIA FARMA NO. 12 BANDUNG............... 41
12. CONTOH FAKTOR PENJUALAN APOTEK KIMIA FARMA NO.12
BANDUNG................................................................................................. 42

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu aspek terpenting untuk menunjukkan tingkat
kesejahteraan manusia. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan tidak dapat
dilepaskan dari obat sebagai komoditas yang dapat menunjang kesehatan
masyarakat, selain itu dalam menjamin kesehatan setiap orang perlu adanya suatu
sarana kesehatan yang salah satunya adalah apotek (Kementerian Kesehatan RI,
2009).

Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, apotek adalah sarana pelayanan


kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Yang dimaksud
dengan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sediaan
farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Maka dari itu,
apotek sebagai sarana distribusi dan penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat harus mampu menyediakan pelayanan kefarmasian yang memadai dan
terjangkau bagi seluruh masyarakat (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien (Kementerian
Kesehatan RI, 2016). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan orientasi yang
semula hanya berfokus pada pengelolaan obat (drug oriented) menjadi pelayanan
yang berfokus pada pasien (patient oriented) dengan mengacu pada
Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian tidak terbatas hanya pada
penyiapan obat dan penyerahan obat pada pasien, tetapi perlu melakukan interaksi
dengan pasien dan professional kesehatan lainnya. Sebagai konsekuensi
pergeseran orientasi tersebut seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi
langsung dengan pasien. Tuntutan terhadap pelayanan kesehatan yang baik juga
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan dan ekonomi
masyarakat. Hal ini akan menyebabkan makin meningkamya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kefarmasian. Perubahan paradigma tersebut
memuntut seorang Apoteker memiliki kemampuan dasar tentang ilmu
kefarmasian serta keterampilan dalam berkomunikasi terutama dalam pelayanan

1
farmasi klinis. Dimasa pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia
khususnya Indonesia dan perkembangan ilmu teknologi maka pelayanan klinis
seperti Home Pharmacy Care, Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan konseling bisa
dilakukan via daring atau telpon yang disebut Telefarma.

Dalam upaya untuk meningkatkan wawasan, keterampilan dan mempersiapkan


calon apoteker dalam melakukan pelayanan kefarmasian di apotek, maka dari itu
Program Studi Profesi Apoteker Universitas Jendral Achmad Yani bekerja sama
dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
pengalaman kepada calon apoteker dalam mengenal ruang lingkup pekerjaannya
di Apotek serta dapat memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Apotek.
Karena adanya pandemi COVID-19 maka Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Jenderal Achmad Yani bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek
Bisnis Manajer Bandung untuk menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Apotek secara daring sebagai upaya untuk mencegah penyebaran
COVID-19. Tetapi diharapkan semua ilmu dan pengalamannya sama seperti
pelaksanaan PKPA secara luring.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Adapun tujuan dari dilaksanakannya PKPA adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.
2. Memberi gambaran nyata tentang berbagai macam kegiatan pelayanan
pekerjaan kefamasian di Apotek.
3. Mempelajari proses pengelolaan Apotek sesuai dengan peraturan dan etika
yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Membekali calon apoteker agar memiliki keterampilan, dan pengalaman
praktis untuk melakukan kegiatan kefarmasian di Apotek.
5. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 5 April 2021 sampai
tanggal 30 April 2021, di Apotek Kimia Farma No.12, Jalan Merdeka Nomor 68
Bandung.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apotek


Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker menurut Permenkes nomor 9 tahun 2017. Praktek atau
Pekerjaan Kefarmasian menurut Permenkes RI nomor 73 tahun 2016 pasal 3
tentang standar pelayanan kefarmasian adalah pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang meliputi perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
Pelayanan farmasi klinik yang meliputi pengkajian resep, dispensing, pelayanan
informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah (home
pharmacy care), pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat
(MESO).

2.2 Profil Apotek Kimia Farma No.12 Bandung

Gambar II.1 Logo PT. Kimia Farma

Apotek Kimia Farma No.12 terletak di Jalan Merdeka No.68 Kota Bandung Jawa
Barat, terletak pada lokasi yang strategis dengan perumahan, apartemen, hotel,
pusat perbelanjaan, perguruan tinggi dan rumah sakit. Apotek Kimia Farma No.12
Bandung merupakan salah satu Apotek pelayanan PT. Kimia Farma Apotek yang
berada diwilayah Unit Bussines Manager (BM) Bandung. Apotek Kimia Farma
No.12 dapat dijangkau dengan baik menggunaka kendaraan umum maupun
pribadi. Bangunan Apotek terdiri dari satu lantai disertai dengan tempat parkir.
Tata ruang Apotek terdiri dari beberapa ruang diantaranya, ruang praktik dokter
umum dan spesialis, ruang tunggu yang dilengkapi dengan tempat duduk, tempat
penyerahan resep dan pengambilan obat, swalayan farmasi, ruang peracikan obat
yang dilengkapi fasilitas peracikan dan rak obat putar, gudang perbekalan
kesehatan, lemari khusus narkotik dan psikotropik, mushola dan toilet.

Apotek Kimia Farma No.12 memberikan pelayanan setiap hari dengan jam
operasional selama 24 jam. Untuk memberikan pelayanan yang optimal, maka
dibagi menjadi tiga shift pelayanan, yaitu shift pagi pukul 07.30-14.30 WIB, shift
siang pukul 14.30-21.30 WIB, dan shift malam pukul 21.30-07.30 WIB. Selain
itu,
Pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma No.12 antara
lain adalah pelayanan resep, baik resep tunai maupun kredit. Resep tunai baik

3
dari praktek dokter setempat atau lainnya. Lalu, terdapat pelayanan Konsultasi
Informasi dan Edukasi obat (KIE), Pelayanan Upaya Pengobatan Diri Sendiri
(UPDS), pelayanan swalayan farmasi, pengiriman obat (delivery order),
pengiriman barang antar outlet Kimia Farma, dan Home Pharmacy Care.
Apotek Kimia Farma No.12 juga menyediakan pelayanan praktek dokter umum,
dokter spesialis rheumatology, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis
kebidanan dan penyakit kandungan, dokter spesialis kulit dan kelamin serta dokter
spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) yang menunjang keberhasilan
apotek. Gambar denah Apotek Kimia Farma No. 12 dapat dilihat pada Lampiran 1
Gambar II.2 Denah Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung.

2.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No.12 Bandung


Apotek Kimia Farma Merdeka berada dibawah koordinasi Manager Bisnis
Bandung (BM Bandung). Dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA). Dalam menjalankan tugas dan pelayanannya, APA dibantu oleh tiga orang
Apoteker, satu orang supervisor, lima orang tenaga teknis kefarmasian (TTK), dan
satu orang non-TTK yang masing- masing memiliki tugas dan tanggung jawab
terhadap pengelolaan obat, pelayanan kepada pasien serta melakukan proses
administrasi dan keuangan. Bagan struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran
2 Gambar II.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung.

2.4 Sistem Pengelolaan Perbekalan Farmasi Apotek Kimia Farma No.12


Bandung
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di
Apotek meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendaliaan, pencatatan dan pelaporan. Pengelolaan perbekalan
farmasi ini dilakukan untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi yang
bermutu dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan yang ideal, dimana tidak berlebih
dan berkurang (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

2.4.1 Perencanaan
Proses perencanaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat. Tujuan dari suatu perencanaan adalah untuk menentukan jenis,
jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan agar sesuai dengan kebutuhan
dan menghindari terjadinya kekosongan ataupun penumpukan obat. Perencanaan
perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma No. 12 menggunakan beberapa
metode perencanaan, antara lain sebagai berikut:
i) Pola Konsumsi
Metode Konsumsi merupakan analisa penggunaan obat dari data riwayat
konsumsi selama tiga bulan sebelumnya dengan penyesuaian yang dibutuhkan.
Evaluasi perencanaan di Apotek Kimia Farma No. 12 dilakukan dengan cara
Analisis Pareto. Pareto berisi daftar barang yang terjual yang memberikan
kontribusi terhadap jumlah pendapatan. Pareto nilai jual disusun dari barang yang
memiliki nilai penjualan paling tinggi hingga terendah yang terjadi setiap

4
bulannya, sedangkan pareto kuantitas jual disusun mulai dari barang yang
memiliki jumlah penjualan tertinggi hingga penjualan terendah.

ii) Pola Epidemiologi


Perencanaan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit adalah merencanakan
perbekalan farmasi yang dibututkan pada waktu dan kondisi tertentu sesuai
dengan pola penyebaran penyakit yang terjadi pada masyarakat. Metode
epidemiologi dilakukan dengan memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan dari
jumlah dan kejadian penyakit lalu mempertimbangkan pola standar pengobatan
untuk penyakit tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan pada metode ini adalah
perkembangan pola penyakit. Contohnya saat ini sedang terjadi pandemi virus
COVID-19 maka dilakukan perencanaan pengadaan sediaan farmasi untuk
meningkatkan sistem imun lebih banyak dari jumlah pemesanan rutin.
iii) Pola Budaya atau Adat
Perencanaan perbekalan farmasi dengan metode budaya masyarakat dipengeruhi
oleh kebiasaan yang ada pada masyarakat di sekitar apotek. Indonesia merupakan
negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi dengan berbagai suku yang
terbagi pada berbagai daerah yang memiliki kebiasaan atau adat berbeda-beda.
Hal ini akan berpengaruh pada pola penyakit dan kebutuhan pengobatan
kelompok masyarakat tersebut. Sebagai contoh, untuk penduduk daerah Padang
cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan yang menggunakan santan,
rasanya asin dan berbahan dasar daging, sehingga beresiko terkena penyakit
kolesterol dan hipertensi. Maka pada perencanaan obat yang yang dilakukan akan
lebih banyak disediakan untuk obat kolesterol (Simvastatin) dan obat hipertensi
(kaptropil).
iv) Pola Kebutuhan Masyarakat
Perencanaan perbekalan farmasi dengan metode kemampuan masyarakat perlu
diperhatikan daya beli dan status ekonomi masyarakat di sekitar apotek. Faktor
yang mempengaruhi daya beli adalah status sosial, pekerjaan, dan pendidikan.
Sebagai contoh, penduduk yang tinggal ditengah kota cenderung memiliki
perekonomian menengah ke atas dengan daya beli yang tinggi, sehingga Apotek
yang didirikan ditengah kota akan melakukan perencanaan untuk menyediakan
obat dagang atau paten lebih banyak. Sedangkan, untuk masyarakat yang tinggal
di pedesaan cenderung memiliki daya beli yang lebih rendah sehingga Apotek
yang didirikan di pedesaan melakukan perencanaan untuk menyediakan obat
generik lebih banyak.

Evaluasi perencanaan bisa menggunakan analisis VEN, ABC (pareto) atau


campuran
i) Analisis VEN
Metode VEN merupakan pengelompokan obat berddasarkan kepada dampak tiap
jenis obat terhadap kesehatan. Semua jenis obat yang ditencanakan dikelompokan
dalam 3 kategori yaitu:
a. Vital (V) adalah kelompok jenis obat yang sangat esensial (vital), yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain : obat penyelamat (life saving
drug), obat-obatan untuk pelayanan kesehatan pokok dan obat-obatan untuk

5
mengatasi penyakit penyebab kematian terbesar. Contoh obat yang termasuk
jenis obat Vital adalah adrenalin, antitoksin, insulin, obat jantung, dll.
b. Esensial (E) bila perbekalan farmasi tersebut terbukti efektif untuk
menyembuhkan penyakit, atau mengurangi penderitaan pasien, Contoh obat
yang termasuk jenis obat Essensial adalah antibiotik, obat gastrointestinal,
NSAID,dll.
c. Non-esensial (N) meliputi aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakan
untuk penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), perbekalan
farmasi yang diragukan manfaatnya, perbekalan farmasi yang mahal namun
tidak mempunyai kelebihan manfaat dibanding perbekalan farmasi lainnya.
Contoh obat yang termasuk jenis obat Non-essensial adalah vitamin,
suplemen dll.

ii) Analisis Pareto ABC


Analiasis berdasakan jumlah logistik dan nilai pendapatan. Terdapat 3 klasifikasi
berdasarkan analisis pareto, yaitu:
a. Pareto A merupakan barang-barang yang memberikan kontribusi terhadap
omset sebesar 80% dengan kuantitas item 15-20% dari total produk yang
dimiliki.
b. Pareto B merupakan barang-barang yang memberikan kontribusi terhadap
omset sebesar 15% dengan kuantitas item 20-25% dari total produk yang
dimiliki.
c. Pareto C merupakan barang-barang yang memberikan kontribusi terhadap
omset 5% dengan kuantitas item 70-80% dari total produk yang dimiliki.

2.4.2 Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengadaaan perbekalan farmasi merupakan suatu kegiatan
pemesanan dan pembelian yang dilakukan suatu perusahaan untuk menjamin
ketersediaan barang perbekalan farmasi dengan jumlah dan jenis yang sesuai
dengan yang dibutuhkan. Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui Surat Pesanan (SP)
sesuai Undang-Undang Permenkes No 3 Tahun 2015.
Pengadaan perbekalan farmasi di Kimia Farma No. 12 terdiri dari :
i) Pengadaan rutin (forecasting)
Pengadaan rutin dilakukan dua kali dalam satu bulan, yaitu pada minggu
pertama dan minggu ketiga. Pengadaan dilakukan dengan menggunakan
metode forecasting yang terpusat di BM (Bussines Manager), alur proses
pengadaan rutin secara forecasting Apotek Kimia Farma No. 12 adalah
sebagai berikut :
a. Bagian pengadaan BM akan merekapitulasi kebutuhan apotek Kimia
Farma No. 12 berdasarkan data dari sistem yang terhubung langsung ke
BM.
b. Bagian pengadaan BM mengirim surat pemesanan ke apotek Kimia
Farma No.12 untuk dilakukan pengecekan apakah pesanan yang dibuat
oleh BM sesuai dengan kebutuhan apotek Kimia Farma No. 12.

6
c. BM membuat surat pesanan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) melalui
email.
d. PBF mengirimkan barang-barang yang dipesan ke apotek berdasarkan
surat pesanan.
e. Setelah barang sampai di apotek Kimia Farma No. 12, dilakukan
pengecekan kesesuaian barang dengan surat pesanan, selanjutnya pegawai
apotek Kimia Farma No. 12 memberikan surat pesanan asli yang telah
ditandatangani oleh Apotekr Penanggung Jawab kepada PBF.

ii) Pengadaan non rutin (insidentil)


a. Pengadaan CITO
Pengadaan CITO adalah pengadaan yang bersifat segera. Pengadaan
dilakukan jika obat habis diluar perkiraan dan terdapat permintaan dari
pasien. Pengadaan CITO harus dilakukan secepat mungkin maksimal 1x24
jam barang harus sudah diterima oleh Apotek.
b. Dropping
Pengadaan dropping merupakan istilah yang dipakai untuk peminjaman
obat dan perbekalan farmasi antar Apotek Kimia Farma. Sistem ini
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
apotek untuk menghindari penolakan resep yang diakibatkan barang yang
diminta oleh pasien tidak tersedia. Pengadaan dilakukan kepada Apotek
Kimia Farma lain yang memiliki persediaan barang yang diminta dengan
jarak terdekat.
c. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerjasama antara Apotek Kimia
Farma dengan suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan
produknya di apotek. Proses pengadaan konsinyasi yaitu pemasok akan
menitipkan produk dari perusahaan kepada Apotek Kimia Farma No. 12
untuk dijual.
d. Pengadaan Mendesak
Pengadaan mendesak adalah pengadaan yang dilakukan ketika obat yang
dibutuhkan pasien tidak tersedia atau jumlah obat tidak mencukupi di
Apotek dan Apotek Kimia Farma lainnya, sehingga Apotek Kimia Farma
No. 12 harus membeli obat pada Apotek lain untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

iii) Pengadaan khusus


Pengadaan khusus adalah pengadaan yang dilakukan untuk obat narkotika,
psikotropika dan obat yang mengandung prekursor farmasi. Pemesanan narkotika
hanya dapat dilakukan pada PT. Kimia Farma Trading Distribution dengan
membuat Surat Pesanan khusus narkotika, psikotropika, prekursor farmasi dan
obat-obat tertentu.
a. Narkotika dan Psikotropika
Pemesanan narkotika harus menggunakan SP (Surat Pesanan) khusus
menggunakan Formulir N-9 dan untuk psikotropika menggunakan surat
pesanan khusus yang dibuat langsung di Apotek (tidak melalui BM Bandung).
Surat pesanan ditanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan
mencantumkan nama, nomor Surat Izin Apotek (SIA) dan stempel apotek.

7
Pemesanan dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia Farma
Trading Distribution selaku pabrik dan distributor tunggal. Satu SP hanya
diperbolehkan untuk memesan satu jenis produk narkotika. SP dibuat dalam
empat rangkap, tiga rangkap diserahkan ke distributor (satu lembar SP asli dan
dua lembar salinan : berwarna putih, kuning dan merah muda) dan satu lembar
sebagai arsip apotek (berwarna biru).
b. Prekursor dan Obat-obat tertentu
Pemesanan prekursor dan obat-obat tertentu dilakukan dengan menggunakan
SP (Surat Pesanan) khusus yang dapat digunakan untuk satu atau lebih jenis
obat pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang sama. Surat Pesanan dibuat 2
rangkap, yang masing-masing diserahkan pada PBF yang bersangkutan dan
sebagai arsip apotek.
Surat pesanan Narkotika, Psikotropika atau Prekursor Farmasi harus terpisah dari
pesanan barang lain.

2.4.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Apotek Kimia Farma No.12 melakukan
penerimaan telah disesuaikan dengan penerimaan yang didefinisikan Permenkes
RI No. 73 tahun 2016. Semua produk yang datang ke Apotek Kimia Farma No.12
selalu dicek kesesuaiannya antara faktur, Surat Pesanan, dan produk yang datang.
Pengecekan kesesuaian dilakukan meliputi nama Apotek dan alamat pengiriman,
nama produk, bentuk sediaan, kemasan, jumlah barang, tanggal kadaluarsa, nomor
batch, dan kondisi fisik dari produk tersebut.

Setelah proses pemeriksaan dan barang sesuai, maka faktur di tanda tangani oleh
Tenaga Kefarmasian yang menerima dengan menuliskan nama jelas dan nomor
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Praktik Tenaga Teknis
Kefarmasian (SIPTTK) dan di stempel apotek. Faktur asli dikembalikan kepada
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan faktur salinan disimpan sebagai arsip Apotek.
Sedangkan jika hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang tidak sesuai
dengan pesanan seperti jenis barang, kekuatan sediaan, jumlah atau kondisi
kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi dikembalikan (retur). Barang
yang diterima kemudian dicatat pada kartu stok dan di entry pada komputer
meliputi nomor bets, nama barang, jumlah, dan tanggal kadaluwarsa.

2.4.4 Penyimpanan
Menurut Permenkes No 73 tahun 2016 obat atau bahan obat harus disimpan dalam
wadah asli dari pabrik, dalam hal pengecualiaan atau darurat dimana isi
dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan
harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya
memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua obat atau bahan
obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan
stabilitasnya. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi. Tujuan penyimpanan adalah
untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak

8
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan pencarian dan
pengawasan.

Secara garis besar apotek kimia farma No. 12 dibagi menjadi dua bagian, yaitu
area swalayan dan farmasi (ethical). Area swalayan terdiri dari alat kesehatan
serta produk kesehatan lainnya. Secara detail, pada area swalayan seluruh produk
disusun dan dikelompokkan berdasarkan kategori berdasarkan jenis barang,
ukuran barang dan biaya sewa. Kategori tersebut adalah skin care, soap and body
wash, hair care, oral care, personal care, traditional medicine, medicine, vitamin
and mineral, topical, first aid, baby diapers, baby and child care, milk and
nutrition, food supplement, adult diapers dan paper product. Kemudian pada
setiap kategori tersebut, produk disusun berdasarkan alfabetis.

Sedangkan pada area farmasi terdiri dari obat-obat ethical yang terdiri dari obat
bebas, obat bebas terbatas, obat golongan G, narkotika, psikotropika dan obat-obat
yang membutuhkan penanganan khusus seperti sediaan supositoria dan ovula.
Pada area farmasi ini obat-obat dikelompokan berdasarkan :
i) Kelompok pareto
Obat dengan kelompok pareto A yang frekuensi perputarannya tinggi
diletakkan pada rak yang dekat dengan kasir agar memudahkan pencarian
obat.

ii) Kelas terapi

Penyimpanan obat berdasarkan kelas terapi menggunakan kode warna pada


kotak obat seperti warna jingga untuk obat cardio, warna merah muda unuk
obat hormon, warna biru tua untuk obat sistem saraf pusat, warna kuning
untuk antibiotik, warna hijau muda untuk obat saluran kemih, dan warna abu-
abu untuk obat tulang.

iii) Bentuk sediaan


Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan seperti tablet, sirup, salep,
drops, suppositoria, krim.

iv) Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (Fisrt Expired First Out)
Sistem FIFO adalah penyimpanan barang dimana barang yang datang terlebih
dulu akan disimpan di bagian belakang sehingga barang lama akan keluar
terlebih dulu. Sistem FEFO adalah penyimpanan barang berdasarkan tanggal
kadaluwarsa, barang yang tanggal kadaluwarsanya lebih awal maka
diletakkan di bagian depan sehingga akan keluar terlebih dulu.

v) LASA (Look Alike Sound Alike)


Untuk obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik
tampak/kelihatan sama dengan bunyi ucapan sama, atau disebut juga Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM), contohnya tetrasiklin dan tetrakain.
Penyimpanan obat LASA tidak saling berdekatan dan diberi label khusus
sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat LASA untuk
mencegah kesalahan dalam pengambilan obat.

9
Penyimpanan obat-obatan pada rak putar dilengkapi dengan keterangan nama
obat, bentuk dan kekuatan sediaan serta label waktu kadaluarsa. Label waktu
kadaluarsa terbagi menjadi tiga, yaitu label hijau untuk obat yang kadaluarsa 5
tahun lagi, label kuning untuk obat yang kadaluarsa 3 tahun lagi, dan warna merah
untuk obat yang kadaluarsa kurang dari satu tahun. Tampilan swalayan dan rak
putar Apotek Kimia Farma No.12 dapat dilihat pada Lampiran 3 Gambar II.4
Swalayan dan Rak Putar Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung.

Untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika, ditempatkan pada lemari khusus


dengan dua lapis pintu dan dua kunci yang berbeda yang terletak pada sudut
ruangan yang aman, tidak terlihat oleh umum agar terhindar dari penyalahgunaan.

Setiap petugas bertanggung jawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah
ditetapkan, meliputi kerapihan, kebersihan, dan kelengkapan atau stok obat yang
ada di lemarinya masing-masing. Setiap pemasukan dan penggunaan obat atau
barang harus selalu dimasukan ke dalam komputer dan dicatat pada kartu stok,
meliputi tanggal pengisian dan pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang
yang diisi atau diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian
atau pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi
serta diletakkan di masing-masing kotak obat dan barang.

2.4.5 Pemusnahan
Pemusnahan merupakan kegiatan memusnahkan fisik dan atau kegunaan barang.
Kegiatan pemusnahan dilakukan pada obat yang sudah kadaluwarsa atau rusak
sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Obat kadaluwarsa atau rusak harus
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat
kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung dan/atau Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Bandung serta petugas lain di apotek
yang memiliki surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan yang dibuat dalam rangkap 4 (empat) dan tembusannya disampaikan
kepada Kementerian Kesehatan RI, Badan POM RI, Dinas Kesehatan Provinsi
dan pertinggal dengan menggunakan Formulir 10 pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015. Pemusnahan juga dilakukan pada resep yang
telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun. Pemusnahan resep
dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di
Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain dibuktikan dengan Berita
Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 kemudian dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.

2.4.6 Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
peyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma
No. 12 dilakukan melalui beberapa cara yaitu:

10
i) Uji Petik
Uji petik dilakukan untuk memeriksa apakah kesesuaian jumlah fisik obat di
Apotek dengan sistem stok pada komputer. Tujuan dilakukannya uji petik adalah
untuk mengetahui ada atau tidaknya selisih dan untuk meminimalisir terjadinya
kehilangan obat. Uji petik dilakukan dengan mengambil sampling barang dari
Apotek sebanyak 20 item yang terdiri dari 10 obat ethical dan 10 obat swalayan
setiap harinya dan disesuaikan jumlah fisiknya terhadap data di sistem.

ii) Defekta
Defekta merupakan buku khusus untuk mengetahui obat yang stoknya sudah
mencapai jumlah minimal atau kosong, yang selanjutnya akan dilakukan untuk
pengadaan. Pencatatan defekta mengacu pada catatan dalam buku penolakan.
Pencatatan ini dilakukan dengan tujuan meminimalisir penolakan resep.

iii) Stok Opname


Stok opname adalah kegiatan memeriksa jumlah dan kondisi fisik semua
perbekalan farmasi yang ada di Apotek dan dilakukan setiap tiga bulan sekali.
Pemeriksaan dilakukan untuk mengecek kesesuaian jumlah fisik barang dengan
data dalam kartu stok atau data di komputer. Stok opname juga memudahkan
dalam pengendalian barang-barang yang sudah mendekati tanggal kadaluwarsa
sehingga dapat dipisahkan untuk dimusnahkan atau diretur kepada Pedagang
Besar Farmasi (PBF).
iv) Kartu stok
Dilakukan dengan mencatat barang yang masuk dan keluar meliputi tanggal
pengisian dan pengambilan, nomor dokumen, jumlah barang yang diisi atau
diambil, sisa barang, dan paraf petugas yang melakukan pengisian atau
pengambilan barang. Kartu stok harus selalu diisi dengan lengkap dan rapi serta
diletakkan di masing-masing kotak obat dan barang. Gambar kartu stok dapat
dilihat pada Lampiran 4 Gambar II.5 Kartu Stok Apotek Kimia Farma No. 12
Bandung.
2.4.7 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan dan
faktur), penyimpanan (kartu stok). penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan terdiri dari
pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal merupakan laporan yang
diperlukan untuk manajemen Apotek, seperti laporan keuangan dan barang,
sedangkan pelaporan eksternal merupakan laporan yang dibuat untuk memenuhi
ketentuan regulasi, seperti pelaporan narkotika dan psikotropika.

i) Pencatatan dan pelaporan internal


a. Pencatatan Defekta
Defekta adalah buku yang berisi daftar barang yang akan habis selama
pelayanan sehingga harus segera dipesan agar tersedia secepatnya.
Pencatatan defekta mengacu pada catatan dalam buku penolakan.
Pencatatan ini dilakukan dengan tujuan meminimalisir penolakan resep.

11
b. Pencatatan Stok Barang
Pencatatan dilakukan terhadap barang yang masuk dari pembelian, barang
yang keluar dari hasil penjualan, serta barang yang masih tersedia di
apotek. Pencatatan dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap
persediaan obat dan kebutuhan masing-masing obat, serta mengawasi arus
barang agar penyalurannya mengikuti kaidah (First Exipired First Out)
FEFO dan (First In First Out) FIFO sehingga mengurangi obat-obat yang
kadaluwarsa.

c. Pengarsipan Resep
Pengarsipan resep dilakukan setiap bulannya, dimana resep dikumpulkan
dan dipisahkan berdasarkan tanggal dibuat atau dikeluarkannya resep.
Resep asli beserta struk harga obat disimpan sebagai arsip. Untuk resep
yang mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika direkap
secara terpisah dan diberi tanda yang selanjutnya akan digunakan untuk
keperluan pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika. Resep
disimpan selama sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan harus
dirahasiakan. Resep hanya boleh ditunjukkan kepada pasien, dokter yang
menulis resep, dokter yang merawat pasien atau petugas medis lain dan
pihak-pihak yang berwenang sesuai undang-undang.
d. Laporan Stok Opname
Stok opname merupakan pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang
dengan menyesuaikan jumlah yang ada dalam database komputer. Stok
opname dilakukan pada akhir bulan.
e. Pencatatan faktur
Pencatatan faktur dilakukan setiap kali barang datang dari distributor.
Jumlah barang yang bertambah harus segera dimasukkan ke sistem di
komputer agar saldo yang ada di komputer dengan fisik yang ada di apotek
sesuai serta untuk menyesuaikan harga apabila terdapat perubahan harga
dari distributor.
f. Pencatatan dropping barang
Pencatatan dropping barang dilakukan setiap kali ada barang yang di
dropping dari Apotek Kimia Farma lain ke Apotek Kimia Farma No.12
dan sebaliknya.
g. Buku Pencatatan Peresepan Narkotika dan Psikotropika
Buku Pencatatan Peresepan Narkotika dan Psikotropika berisi tentang
informasi mengenai tanggal dan nomor resep, nama, alamat dan nomor
telepon dokter yang meresepkan, nama, alamat dan nomor telepon pasien
yang menerima resep, serta nama, kekuatan, dan jumlah sedian narkotika
atau psikotropika yang diresepkan.
h. Buku Penolakan
Buku Penolakan berisi perbekalan farmasi yang ditolak setiap harinya,
baik barang swalayan farmasi, UPDS (Upara Pengobatan Diri Sendiri)
maupun Resep. Dari masing-masing barang yang ditolak dilihat harganya
kemudian dijumlahkan per tanggalnya.

ii) Pencatatan dan pelaporan eksternal

12
Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan melalui web Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dilakukan setiap bulan sebelum
tanggal 10 di bulan selanjutnya. Program SIPNAP dapat diakses melalui
komputer dengan memasuki website http://sipnap.kemkes.go.id menggunakan
username dan password yang sudah terdaftar. Password dan username untuk
login ke dalam SIPNAP didapatkan setelah melakukan registrasi pada Dinas
Kesehatan setempat. Laporan terdiri dari laporan pemakaian narkotika dan
psikotropika untuk bulan bersangkutan meliputi periode, status pelaporan, jenis
entry, produk, status transaksi, stok awal, pemasukan dari PBF (jika ada
transaksi), pemasukan dari sarana (jika ada transaksi), pengeluaran untuk Resep
(jika ada transaksi), pengeluaran untuk sarana (jika ada transaksi), status
pemusnahan, nomor Berita Acara Pemusnahan (BAP), tanggal BAP, jumlah yang
dimusnahkan, dan stok akhir. Setelah dilakukan input dan pengiriman laporan
dalam SIPNAP, maka selanjutnya rekapitulasi.

2.5 Pelayanan Farmasi Klinik


2.5.1 Pengkajian dan pelayanan Resep
Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Penyelenggaraan
Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat,
dan terjangkau. Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek Kimia Farma No.12 meliputi
:

i) Pelayanan Resep Tunai


Alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No. 12 yaitu sebagai berikut :
a. Penerimaan resep, yaitu :
1. Tenaga teknis kefarmasian atau apoteker menerima resep yang
dibawa oleh pasien dan memeriksa kelengkapan resep (skrining
resep) dan ketersediaan obat yang diminta. Skrining resep
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masalah yang berkaitan
dengan obat yang diberikan oleh dokter dan juga untuk menjamin
keamanan dan kerasionalan dari pengobatan yang diterima oleh
pasien.
2. Jika terdapat kekurangan obat di apotek dapat dilakukan pembelian
dari apotek kimia farma lainnya yang terdekat atau bisa diambil
kekurangannya lain waktu dengan menyerahkan salinan resep yang
dibuat dari apotek.
3. Jika resep telah absah maka diinformasikan harga obat tersebut
kepada pasien. Bila pasien setuju, pasien akan membayar harga
obat, kemudian masing-masing resep dimasukkan ke dalam
komputer, meliputi nomor urut resep, nama dokter, nama pasien,
alamat pasien, harga dan jumlah obat yang dibeli. Kemudian obat
disiapkan oleh bagian peracikan dan diberi etiket beserta aturan
pakainya yang jelas.
b. Penyiapan atau peracikan obat, yaitu:

13
1. Penyiapan obat yang diminta didasarkan pada obat yang dibeli oleh
pasien. Petugas menulis tanggal, nomor resep dan banyaknya
obatyang diambil pada kartu stok obat.
2. Jika resep tersebut adalah racikan, maka dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu oleh apoteker pendamping, baik dari segi dosis,
jumlah obat, penimbangan dan pencampuran yang sesuai dengan
resep. Jika telah disetujui, maka peracikan dapat dilakukan.
c. Penulisan etiket pada obat yang telah disediakan. Etiket putih untuk
obat dalam dan etiket biru untuk obat luar. Pada etiket atau kemasan
ditulis tanggal resep, nomor resep, nama pasien, cara penggunaan dan
nama obat serta label kondisi informasi tertentu.
d. Pemeriksaan akhir, yaitu:
1. Kesesuaian hasil penyajian atau peracikan dengan resep (nama
obat, bentuk, jenis, dosis, jumlah, aturan pakai, nama pasien, umur,
alamatdan nomor telepon).
2. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli (jika diperlukan salinan
resep).
e. Kebenaran kwitansi (jika diperlukan kwitansi atas obat yang dibeli).
f. Penyerahan obat dan Pemberian Informasi Obat.

2.5.2 Pelayanan Obat Resep Kredit


Pelayanan resep kredit di apotek Kimia Farma No. 12 sama seperti pelayanan
resep pada umumnya. Pelayanan resep kredit adalah pelayanan resep yang ditulis
dokter yang bertugas pada suatu instasi atau perusahaan untuk pasien dari instasi
yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek, dimana pembayarannya
dilakuakn dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pengkajian yang telah
disepakati bersama. Apotek Kimia Farma No.12 bekerja sama dengan beberapa
instansi seperti PT. PLN dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia
(YKKBI).

Prosedur layanan resep kredit pada dasarnya sama dengan layanan resep tunai,
perbedaannya hanya pada administrasi dan cara pembayaran. Pembayaran resep
kredit dilakukan oleh perusahaan pada periode yang telah ditetapkan dalam
perjanjian. Pencatatan terhadap pelayanan resep kredit dipisahkan dengan
pelayanan resep tunai. Struk penjualan resep kredit beserta Laporan Ikhtisar
Penjualan Harian (LIPH) kredit serta fotocopy resep yang bersangkutan
diserahkan ke BM untuk selanjutnya dilakukan penagihan kepada perusahaan
bersangkutan. Resep-resep kredit yang dapat dilayani harus disertai dengan
persetujuan perusahaan dan tanda tangan dokter perusahaan.

2.5.3 Pelayanan Obat Non Resep


Pelayanan obat non resep di apotek Kimia Farma No.12 terdiri dari:
i) Pelayanan obat bebas
pelayanan obat bebas merupakan pelayanan obat dan perbekalan farmasi
lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dokter seperti obat Over The Counter
(OTC) baik obat bebas terbatas, kosmetik, alat kesehatan, baby care dan
suplemen makanan.

14
ii) Pelayanan Obat dengan Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS)
Pelayanan UPDS merupakan pelayanan obat tanpa resep dokter yang
dilakukan atas permintaan langsung dari pasien. Pelayanan ini dimulai ketika
pasien datang ke apotek dengan keluhan selanjutnya apoteker atau asisten
apoteker membantu pasien memilihkan obat yang sesuai. Peran apoteker
dalam UPDS yaitu dapat memberi rekomendasi dan informasi tentang obat
yang tepat sesuai keluhan dengan keluhan pasien. Obat-obatan yang dapat
diberikan kepada pasien adalah obat tanpa resep dokter yaitu obat bebas, obat
bebas terbatas, obat keras yang temasuk dalam daftar obat wajib apotek
(DOWA), obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan. Formulir UPDS
(Upaya Pengobatan Diri Sendiri) dapat dilihat pada Lampiran 5 Gambar II.6
UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri).

2.5.4 Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat.
Setelah dilakukan pengkajian resep kemudian menyiapkan obat sesuai dengan
resep permintaan, mengambil obat yang dibutuhkan, dilakukan peracikan jika
perlu, memberikan etiket, memasukan obat kedalam wadah sebelum diserahkan,
dilakukan pengecekan kembali dan menyerahkan obat disertai pemberian
informasi obat.

2.5.5 Pelayanan Informasi Obat (PIO)


PIO di apotek Kimia Farma No. 12 Bandung merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak.
Dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. PIO dilakukan pada
saat apoteker atau asisten apoteker menyerahkan obat kepada pasien. Informasi
tersebut diperoleh melalui brosur atau pustaka lain yang tersedia. Informasi yang
diberikan biasanya meliputi dosis, cara pemakaian dan waktu pemberian yang
benar, adanya kemungkinan efek samping dan kontraindikasi obat (bila ada).

2.5.6 Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien atau
keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan
sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker
menggunakan three prime questions. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa
pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).

2.5.7 Home Pharmacy Care


Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan ke rumah pasien. Khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis, jenis pelayanan
kefarmasian dirumah yang dapat dilakukan oleh apoteker, meliputi penilaian yang
berhubungan dengan pengobatan, identifikasi kepatuhan pasien, konsultasi
masalah obat, dan pendampingan pengelolaan obat atau alat kesehatan, misalnya
cara penmakaian obat asma dan insulin.

15
2.5.8 Monitoring Efek Samping Obat
Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang merugikan atau yang tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan diagnosis atau terapi.

2.5.9 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pemantauan terapi obat adalah proses yang memastikan bahwa pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan
terapi dan meminimalkan efek samping. Formulir telefarma dan Pemantauan
Terapi Obat (PTO) dapat dilihat pada Lampiran 6 Gambar II.7 Formulir telefarma
dan Pemantauan Terapi Obat (PTO).

2.6 Pengelolaan Obat Narkotik, Psikotropik dan Prekursor


Pengelolaan Narkotika, Psikotipika dan Prekusor tercantum pada Peraturan
Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan dan pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
Peraturan Menteri ini meliputi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Apotek merupakan pelayanan kesehatan dibidang kefarmasian
yang dilakukan oleh Apoteker.

2.6.1 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian. Untuk menjamin kualitas
pelayanan kefarmasian maka pengadaan narkotika hanya dapat diperoleh dari PT
Kimia Farma Trading and Distribution, sedangkan pengadaan psikotropika dapat
melalui pemasok lain yang memiliki izin. Pengadaan narkotika dan psikotropika
dilakukan melalui Surat Pesanan (SP) sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
3 Tahun 2015 yang dibuat dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga) rangkap. Surat
pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) jenis Narkotika,
sedangkan surat pesanan Psikotropika dan prekursor golongan obat keras untuk
setiap surat pesanannya dapat digunakan untuk 1 (satu) atau beberapa jenis
psikotropika atau prekursor farmasi dibuat dengan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
rangkap. Surat pesanan narkotik, psikotropika, Prekursor dan Obat-Obat Tertentu
(OOT) dapat dilihat pada Lampiran 7-9 Gambar II 8 – II.10.

2.6.2 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan pemeriksaan merupakan
salah satu kegiatan pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah
dan mutunya berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat Pengiriman Barang
yang sah. Penerimaan obat narkotika dan psikotropika harus dilakukan oleh
Apoteker Penanggung jawab Apotek dan melakukan pemeriksaan barang yang
datang dengan surat pesanan, faktur dan/atau surat pengantar barang yang
memuat:
i) Nama Narkotika atau Psikotropika;

16
ii) Bentuk sediaan;
iii) Kekuatan;
iv) Kemasan;
v) Jumlah;
vi) Tanggal kadaluarsa; dan
vii) Nomor batch.
Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima tidak sesuai
dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan sediaan farmasi, jumlah atau
kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi dikembalikan (retur).

2.6.3 Penyimpanan
Tempat penyimpanan Narkotika dan Psikotropika harus mampu menjaga
keamanan, khasiat, dan mutu. Tempat penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
berupa lemari khusus dengan pintu dua lapis dan dua kunci yang disimpan pada
sudut ruangan dan tidak terlihat oleh umum, sehingga obat-obatan golongan ini
tersimpan aman dan dapat terhindar dari orang yang mungkin akan
menyalahgunakan. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
penyimpanan barang selain Narkotika dan tempat penyimpanan Psikotropika
dilarang digunakan untuk penyimpanan barang selain Psikotropika. Kunci lemari
khusus dipegang oleh Apoteker penanggung jawab, Apoteker yang ditunjuk atau
pegawai lain yang dikuasakan. Penyimpanan obat golongan ini juga dilakukan
pencatatan dengan kartu stok secara manual.

2.6.4 Pemusnahan
Pemusnahan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi hanya dilakukan
dalam hal bila obat diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan atau tidak dapat diolah kembali, telah kadaluarsa, tidak memenuhi
syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan, termasuk sisa penggunaan,
dibatalkan izin edamya, berhubungan dengan tindak pidana. Apoteker
Penanggung Jawab Apotek yang melaksanakan pemusnahan narkotika,
psikotropika, dan prekursor farmasi harus membuat berita acara pemusnahan.

Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau


psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kota
Bandung dan/atau Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota Bandung dan
saksi dari pegawai lain di apotek yang memiliki surat izin kerja. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan yang dibuat dalam rangkap 4 (empat)
dan tembusannya disampaikan kepada Kementerian Kesehatan RI, Badan POM
RI, Dinas Kesehatn Provinsi dan pertinggal yang menggunakan Formulir 10 pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015. Seluruh dokumen pencatatan,
dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan
termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
disimpan secara terpisah paling singkat 3 (tiga) tahun.

2.6.5 Pencatatan dan Pelaporan


Apotek wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran
narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi dalam bentuk obat jadi. Pencatatan
mencantumkan :

17
i) Nama, bentuk sediaan, jumlah dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi dalam persedian.
ii) Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
iii) Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran atau penyerahan
iv) Jumlah yang disalurkan/diserahkan
v) Nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran atau
penyerahan
vi) Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Pelaporan Psikotropika di Apotek Kimia Farma No.12 dilakukan secara online
melalui SIPNAP (Sistem Informasi Penggunaan Narkotika dan Psikotropika).
2.7 Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang rutin dibuat oleh Apotek Kimia Farma No. 12 Merdeka
adalah laporan keuangan harian. Laporan harian merupakan laporan yang dibuat
apotek dan diserahkan setiap harinya ke petugas keuangan di kantor (Bussines
ManagerI) BM, meliputi :

2.7.1 Administrasi Pemasukan Keuangan


Kegiatan administrasi penjualan yang menyangkut pengelolaan kas meliputi
kegiatan penjualan secara tunai dan kredit. Setiap data penjualan pada saat
transaksi dimasukkan ke dalam komputer menggunakan program sehingga dapat
dihitung dengan mudah jumlah pemasukan atau pendapatan Apotek setelah
dikurangi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10%.

2.7.2 Administrasi Pengeluaran Keuangan


Administrasi pengeluaran keuangan meliputi biaya-biaya operasional apotek
seperti pembelian alat tulis kantor, pembelian obat secara mendadak, biaya
perjalanan, biaya listrik, dan biaya-biaya lainnya. Bagian tata usaha melakukan
verifikasi terhadap bukti pengeluaran yang ada seperti bon pembelian mendesak,
bon pembelian alat tulis kantor, bon pembelian BBM, kemudian dibuat
rekapitulasinya ke dalam Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil
(LRPDKK).

2.7.3 Kas Kecil


Kas kecil merupakan sejumlah uang tunai yang disimpan di kas, dapat digunakan
untuk pembelian mendadak atau biaya operasional Apotek, seperti biaya
pembelian BBM dan reparasi kendaraan bermotor, biaya listrik, telepon, air, dan
biaya lain yang termasuk dalam pemeliharaan gedung.

18
BAB III
TUGAS KHUSUS
PEMBUATAN VIDEO PROMOSI PRODUK MOUTHWASH ENAKRIN
DAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN Q-CARD BERTEMA COVID-19

3.1 Latar Belakang


Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien (Pemerintah Republik Indonesia, 2009).
Apotek berfungsi ganda yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan dan unit bisnis.
Apotek sebagai unit pelayanan kesehatan, apotek berfungsi menyediakan obat–
obat yang dibutuhkan masyarakat. Di sisi lain apotek sebagai unit bisnis berfungsi
memperoleh keuntungan (Cecilia, 2012). Berkaitan dengan unit bisnis, apotek
sudah selayaknya menjadikan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama.
Kepuasan yang dirasakan pelanggan akan menciptakan pelanggan yang loyal.
Media promosi untuk sebuah apotek sangat dibutuhkan untuk strategi pemasaran
bagi apotek, dimana suatu produk dikenalkan kepada para calon konsumen yang
ditargetkan dan di tuju. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini media
promosi tidak hanya menggunakan media cetak, melainkan telah menggunakan
media digital sebagai media promosi. Pembuatan video promosi produk adalah
bentuk penayangan informasi yang bersifat audio visual sehingga menjadi sarana
untuk membagikan informasi kepada pelanggan dan konsumen akhir. Oleh karena
itu multimedia dalam bentuk media video merupakan salah satu media yang dapat
menyampaikan informasi yang cukup efektif dan menarik secara visualisasi.
Selain itu, Apotek juga berfungsi sebagai unit pelayanan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien. Seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelayanan kefarmasian telah
mengalami berfokus pada pasien (patient oriented) dengan mengacu pada
Pharmaceutical Care (Permenkes RI No. 35, 2014). Salah satu bentuk inovasi
kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pemberian informasi kesehatan
menggunakan media cetak yaitu Q-card pada pasien.
Apotek Kimia Farma No.12 Bandung adalah salah satu apotek yang
menggunakan video promosi produk mouthwash Enakrin dan media promosi
kesehatan Q-card bertema covid-19.
3.2 Tinjauan Pustaka
3.2.1Media Promosi Kesehatan

19
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui
media cetak, elektronika (berupa radio, TV, komputer dan sebagainya) dan media
luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang kemudian
diharapkan menjadi perubahan pada perilaku ke arah positif di bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2005). Media promosi kesehatan dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

i) Media Cetak
Media cetak dapat sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan
kesehatan, beberapa contohnya seperti booklet, leaflet, rubik dan poster.
Booklet adalah media untuk menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk
buku baik berupa tulisan maupun gambar. Leaflet adalah media penyampaian
informasi yang berbentuk selembar kertas yang dilipat. Rubik adalah media
yang berbentuk seperti majalah yang membahas tentang masalah kesehatan.
Kemudian poster adalah media cetak yang berisi pesan atau informasi
kesehatan yang umumnya ditempel di tembok, tempat umum atau kendaraan
umum.

ii) Media elektronik


Media elektronik merupakan suatu media bergerak yang dinamis, dapat
dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Contoh
dari media elektronik adalah TV, radio, film, vidio film, cassete, CD, dan
VCD.

iii) Media luar ruangan


Media luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar
ruangan secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis,
misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan TV layar lebar.
Papan reklame adalah poster dalam ukuran besar yang dapat dilihat secara
umum di pekerjaan. Spanduk adalah suatu pesan dalam bentuk tulisan dan
disertai gambar yang dibuat pada secarik kain dengan ukuran yang sudah
ditentukan (Notoatmodjo, 2005).

Pada pelaksanaannya, promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media. Karena
melalui media tersebut pesan-pesan kesehatan yang disampaikan menjadi menarik
dan mudah dipahami, sehingga sasaran dapat dengan mudah menerima pesan
yang disampaikan (Notoatmodjo, 2005). Adapun tujuan dari penggunaan media
promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

i) Media dapat mempermudah penyampaian infomasi.


ii) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
iii) Media dapat memperjelas informasi yang disampaikan.
iv) Media dapat mempermudah pengertian.
v) Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistik.
vi) Media dapat menampilkan objek yang dapat ditangkap dengan mata.
vii) Media dapat memperlancar komunikasi, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005).
Pada penggunaanya, media promosi kesehatan memiliki beberapa prinsip. Prinsip
tersebut dianataranya adalah sebagai berikut :

20
i) Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima pesan dan informasi
kesehatan dari sebuah media, maka semakin tinggi atau jelas dalam
memahami pesan yang diterima.
ii) Setiap jenis media yang digunakan sudah pasti memiliki kelemahan dan
kelebihan.
iii) Perlu digunakannya berbagai macam variasi media namun tidak perlu
berlebihan dalam penggunaannya.
iv) Pengguna media dapat memotivasi sasaran untuk berperan aktif dalam
penyampaian informasi atau pesan.
v) Rencanakan secara matang terlebih sebelum media digunakan atau
dikonsumsi oleh sasaran.
vi) Hindari penggunaan media sebagai selingan atau pengisi waktu kosong saja
Persiapan yang cukup dalam penggunaan media (Notoatmodjo, 2005).

Pada pengembangan media promosi kesehatan memiliki banyak inovasi. Inovasi


tersebut diantaranya berupa :
i) Leaflet, poster, audio visual, flipchart, booklet, buku saku
ii) Sms broadcast
iii) Media sosial
iv) Permainan, seperti permainan engklek, ular tangga, puzzle, kartu bergambar
v) Seni, contohnya lagu, jathilan, wayang gantung, besutan
vi) Khotbah (Jatmika et al., 2019).

3.2.2 Strategi Penjualan dan Pemasaran


Strategi adalah arah dan ruang lingkup sebuah organisasi dalam jangka panjang
yang mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber daya
dalam lingkungan yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan
memenuhi harapan-harapan pemangku kepentingan (Johnson & Scholes, 2016).
Sedangkan (Siagian, 2016) menyatakan Strategi adalah serangkaian keputusan
dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan
diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi tersebut.
Penjualan juga memerlukan strategi, sehingga strategi penjualan merupakan cara-
cara di dalam proses penjualan yang dapat memberikan efek peningkatan pada
nilai penjualan. Strategi penjualan dibutuhkan agar pelanggan merasa senang
dengan gaya berjualan yang kita lakukan. Ada orang-orang yang menjalankan
usaha bisnisnya dengan strategi penjualan yang salah, sehingga pihak konsumen
malah merasa tidak nyaman dengan proses penjualan tersebut.
Strategi Pemasaran adalah logika pemasaran, dan berdasarkan itu, unit bisnis
diharapkan untuk mencapai sasaran. Suatu investasi atau bisnis yang akan
dijalankan dapat berhasil dengan baik, maka sebelumnya perlu melakukan strategi
bersaing yang tepat, Unsur strategi persaingan ini adalah menentukan segmentasi
pasar (segmentation), menetapkan pasar sasaran (targeting), dan menentukan
posisi pasar (positioning), atau sering disebut dengan STP (Subagyo, 2014).

3.2.3 Promosi
Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan produk dan membujuk pelanggan
untuk membelinya. Definisi promosi menurut Kotler & Amstrong (2001) adalah

21
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk mengomunikasikan
manfaat dari produknya, membujuk, dan mengingatkan para konsumen agar
membeli produk tersebut. Secara rinci tujuan promosi menurut Tjiptono (2008)
adalah sebagai berikut:
i) Menginformasikan
ii) Membujuk pelanggan sasaran
iii) Mengingatkan

3.3 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan pembuatan video
promosi produk mouthwash Enakrin dan media promosi kesehatan Q-card
bertema covid-19 dilakukan mulai tanggal 5 April 2021 sampai dengan 30 April
2021 di Apotek Kimia Farma No. 12, Gedung ASABA Jalan Merdeka No. 68
Citarum Bandung.

3.4 Hasil dan Pembahasan


COVID-19 atau (Corona Virus Disease -19) dideklarasikan sebagai pandemik
oleh WHO (World Health Organization) pada tanggal 12 Maret 2020. Hal ini
membuat COVID-19 menjadi perhatian utama dunia. Berbagai penelitian telah
dilakukan untuk mengungkap agen penyebab COVID-19 serta patogenesis dan
manifestasi klinis pada pasien COVID-19. Cepatnya penyebaran penyakit disertai
penambahan kasus yang masih terus melonjak, termasuk di Indonesia. Serta
beragamnya manifestasi klinis COVID-19 berpotensi pada kolapsnya sistem
Kesehatan (Fitriani, 2020). Oleh karena itu, Apotek Kimia Farma No.12 membuat
media promosi kesehatan berupa Q-card dengan tema COVID-19.

Tema yang dipilih adalah COVID-19, hal ini dikarenakan edukasi dan promosi
kesehatan memegang peran utama dalam penanganan COVID-19 yang saat ini
merupakan penyakit yang ada diseluruh dunia dan menelan banyak korban jiwa.
Selama masa pandemi, pemerintah telah merekomendasikan seluruh warga untuk
menerapkan 3M yaitu menggunakan Masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak.
Lalu saat ini berkembang lagi menjadi 5M, yaitu Menggunakan masker, Mencuci
tangan, Menjaga jarak, Menjaga mobilitas dan interaksi serta menjauhi
kerumunan. Informasi tersebut bisa disampaikan melalui media promosi yang
lebih menarik pada masyarakat.
Media promosi kesehatan merupakan sebuah sarana yang berguna untuk
menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan ke komunikator.
Media promosi kesehatan bertujuan agar sasaran dapat mendapatkan pengetahuan
dan kemudian mampu merubah perilaku sasaran menjadi lebih positif. Promosi
kesehatan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu, dengan harapan
bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat, kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

Promosi kesehatan mengenai cara pencegahan COVID-19 sangat penting


diberikan kepada masyarakat. Selain itu, pemberian informasi mengenai cara
transmisi dan tingkat keparahan penyakit juga dapat diberikan untuk

22
meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Pemberian informasi dapat diberikan
melalui media sosial dan media cetak, seperti poster, pamflet, leaflet atau Q-card.

Leaflet atau Q-card merupakan salah satu alat peraga yang disusun berdasarkan
pinsip bahwa pengetahuan manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra.
Leaflet yang baik adalah menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti
oleh pembacanya, judul yang digunakan menarik untuk dibaca serta
dikombinasikan antara tulisan dan gambar, serta materinya sesuai dengan target
yang dituju. Leaflet dapat tersebar luas dan merupakan salah satu cara yang
berguna untuk menyampaikan informasi kepada para individu dan keluarganya
atau mendukung informasi yang mereka terima (Yulianti D, yudha KE, 2011).
Kelebihan Leaflet menurut (Notoatmodjo, 2010) adalah tahan lama, mencakup
orang banyak, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemanamana,
dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan, meningkatkan
gairah belajar. Kelemahannya adalah media ini tidak dapat menstimulir efek suara
dan efek gerak, mudah terlipat.

Tujuan dari pengetahuan yang disampaikan pada media promosi kesehatan Q-


card tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilaku.
Dengan kata lain karena adanya promosi kesehatan tersebut, diharapkan dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku dari sasaran. Promosi kesehatan
juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan
keluaran (output). Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan promosi, yakni perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping faktor
masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik
atau petugas yang melakukannya, dan alat bantu atau media yang digunakan
untuk menyampaikan pesan (Notoatmodjo, 2010). Dengan edukasi dan promosi
kesehatan menggunakan media promosi kesehatan Q-card atau leaflet yang baik
maka diharapkan tingkat penyebaran COVID-19 diharapkan dapat ditekan.
Untuk membuat media promosi Kesehatan terdapat beberapa kriteria yang harus
terpenuhi, antara lain yaitu :
i) Technology, ketersediaan teknologi dan mudah menggunakan
ii) Access, media promosi kesehatan harus mudah diakses oleh sasaran
iii) Cost, petimbangan biaya yang digunakan pada media promosi kesehatan
iv) Interractivity, menimbulkan interaksi oleh pengguna media
v) Organization, dukungan organisasi atau instansi
vi) Novelty, kebaruan media yang digunakan, semakin baru media maka akan
semakin menarik (Jatmika et al., 2019).

Selain itu, pada suatu media, pesan yang disampaikan haruslah efektif dan kreatif,
maka dari itu harus memenuhi hal-hal berikut :
i) Command attention, adalah mengembangkan satu ide/pesan pokok yang
dapat direfleksikan menjadi suatu pesan
ii) Clarify the massage, pesan yang digunakan haruslah mudah dimengerti,
sederhana dan jelas

23
iii) Create trust, pesan yang disampaikan harus dapat dipercaya, tidak bohong
dan terjangkau
iv) Communicate a benefit, pesan yang disampaikan dapat memberikan
keuntungan terutama bagi kedua belah pihak
v) Consistency, pesan yang disampaikan harus memiliki satu pesan utama di
media apapun
vi) Cater to the heart and head, pesan yng disampaikan dapat menyentuh akal
dan rasa (emosi) sasaran
vii) Call to action, pesan yang disampaikan dapat mendorong dan mempengaruhi
saran untuk bertindak ke hal positif (Jatmika et al., 2019).
Selain pembuatan promosi kesehatan COVID-19 dengan media cetak Q-card.
Apotek Kimia Farma No.12 menggunakan media elektronik berupa video sebagai
media penyampaian informasi untuk mempromosikan produk Enkasari
mouthwash. Produk tersebut merupakan produk mouthwash halal baru yang
pertama di Indonesia dan di produksi oleh PT. Kimia Farma. Digunakan untuk
mencegah dan mengobati sariawan, membantu menyegarkan mulut dan
mengurangi bau mulut. Enkasari merupakan produk mouthwash yang baru
dikeluarkan, sehingga diperlukan promosi produk sebagai strategi pemasaran
dengan tujuan sebagai brand image dan penjualan produk.
Video dipilih sebagai media promosi produk dikarenakan media audio visual atau
video tidak kalah menarik dengan media cetak. Media audio visual merupakan
jenis media yang mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang
dapat dilihat. Kemampuan media audio visual ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, sebab mengandung kedua unsur, yaitu didengar dan dilihat. Melalui
media audio visual diharapkan promosi kesehatan dan produk akan semakin
efektif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat karena melalui media ini
masyarakat akan dipaparkan secara spesifik tentang materi dan maksud yang ingin
disampaikan (Notoatmodjo, 2010). Dengan adanya perkembangan zaman dan
bermunculan media sosial baru yang dapat digunakan untuk mengupload video
yang sudah dibuat.
Pada media sosial tersebut hampir tidak ada batasan yang berarti untuk melakukan
sebuah postingan, semua orang dapat membagikan foto, artikel, suara, video, link
(tautan), atau apapun yang dikehendaki. Efektifitas media sosial yang dapat
menjangkau ribuan bahkan jutaan sasaran dalam waktu singkat dapat menjadi
primadona baru bagi promotor kesehatan dan produk. Kelebihan dari sosial media
yaitu kecepatannya dapat menjangkau sasaran (Jatmika et al., 2019).
Media sosial dapat digunakan sebagain alat bantu yang efektif sebagai media
promosi kesehatan dan produk. Karena sosial media menggunakan berbagai fitur
yang memudahkan pengguna menerima berbagai komunikasi. Media sosial juga
tidak memiliki batasan dalam penggunaan sehingga dapat diakses dimanapun dan
kapanpun sesuai dengan yang dikehendaki (Jatmika et al., 2019). Oleh karena itu,
dengan adanya video promosi Enkasari mouthwash pada media sosial diharapkan
dapat membangun barand image Enkasari mouthwash di masyarakat umum dan
meningkatkan penjualan produknya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Cecilia. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage


OperasiTerhadap Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 1(5).
Fitriani, N. I. (2020). Tinjauan Pustaka Covid-19 : Virologi, Patogenesis dan
Manifestasi Klinis. Journal of Chemical Information and Modeling, 21(1),
1–9.
Jatmika, S. E. D., Maulana, M., Kuntoro, & Martini, S. (2019). Buku Ajar
Pengembangan Media Promosi Kesehatan.
Johnson, G., & Scholes, K. (2016). Exploring Corporate Strategy-Text and Cases.
Prentice-Hall.
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73
Tahun 2016. Departemen kesehatan RI.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. 1–44.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. (2014). 2008, 203.
Permenkes RI. (2017). No.9 Tahun 2017 Tentang Apotek.
Siagian, S. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.
Subagyo. (2014). Pengembangan Pasar Tenun Serat PT Retota Sakti Kabupaten
Pekalongan, Jawa Tengah. Jurnal Manajemen IKM, 9(1).
Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran (III). CV. Andi Offset.
Yulianti D, yudha KE, H. A. (2011). Promosi kesehatan dalam praktik
kebidanan, Jakarta: buku kedokteran EGC. Buku Kedokteran EGC.

25
LAMPIRAN 1
DENAH APOTEK KIMIA FARMA NO. 12 BANDUNG

Gambar II.2 Denah Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung

26
LAMPIRAN 2
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK KIMIA FARMA NO. 12 BANDUNG

APOTEKER
PENANGGUNGJAWAB
APOTEK (APA)

APOTEKER

SUPERVISOR

TENAGA TEKNIS NON TENAGA TEKNIS


KEFARMASIAN KEFARMASIAN

Gambar II.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung

27
LAMPIRAN 3
SWALAYAN FARMASI DAN RAK PUTAR APOTEK KIMIA NO. 12
BANDUNG

Gambar II.4 Swalayan Farmasi dan Rak Putar Apotek Kimia Farma No.12 Bandung

28
LAMPIRAN 4
KARTU STOK APOTEK KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG

Gambar II.5 Kartu Stok Kimia Farma No. 12 Bandung

29
LAMPIRAN 5
FORMULIR UPDS (UPAYA PENGOBATAN DIRI SENDIRI) APOTEK
KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG

Gambar II.6 Formulir UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)

30
LAMPIRAN 6
FORMULIR TELEFARMA DAN PEMANTAUAN TERAPI OBAT (PTO)
APOTEK KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG

Gambar II.7 Formulir Telefarma Dan Pemantauan Terapi Obat (PTO)

31
LAMPIRAN 7
SURAT PESANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA APOTEK
KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG

(a)

(b)

Gambar II.8 (a) Surat Pesanan Narkotika (b) Surat Pesanan Psikotropika

32
LAMPIRAN 8
SURAT PESANAN PREKURSOR FARMASI APOTEK KIMIA FARMA
NO.12 BANDUNG

Gambar II.9 Surat Pesanan Prekursor Farmasi

33
LAMPIRAN 9
SURAT PESANAN OBAT-OBAT TERTENTU (OOT) APOTEK KIMIA
FARMA NO.12 BANDUNG

Gambar II.10 Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)

34
LAMPIRAN 10
ETIKET OBAT DALAM DAN ETIKET OBAT LUAR APOTEK KIMIA
FARMA NO.12 BANDUNG

(a)

(b)

Gambar II.11 (a) Etiket Obat Dalam (b) Etiket Obat Luar

35
LAMPIRAN 11
COPY RESEP APOTEK KIMIA FARMA NO.12 BANDUNG

Gambar II.12 Copy Resep Apotek Kimia Farma No. 12 Bandung

36
LAMPIRAN 12
CONTOH FAKTUR PENJUALAN APOTEK KIMIA FARMA NO.12
BANDUNG

Gambar II.13 Contoh Faktor Penjualan

37

Anda mungkin juga menyukai