Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Oleh
Linda Apriyanti
260112170026
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
karena atas izin dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Pedagang Besar Farmasi PT. Kimia Farma Trading and
Distribution Cabang Bandung, yang berlangsung pada periode 1-28 Februari
2018. Laporan PKPA ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Banyak pihak yang telah membantu hingga penulis dapat menyelesaikannya. Oleh
karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ajeng Diantini, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi,
Universitas Padjadjaran.
2. Ibu Dr. Ida Musfiroh, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
3. Bapak Nasrul Wathoni, P.hD., Apt. selaku pembimbing internal dan
Sekretaris Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran.
4. Bapak Heru Supadmo selaku Kepala Cabang PT. Kimia Farma Trading
and Distribution Bandung.
5. Ibu Hilda Syifa, S.Farm., Apt. selaku Apoteker Penanggung Jawab PT.
Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Bandung dan pembimbing
eksternal.
6. Bapak Rizki Dwi Rahmana, S.Si. selaku Penanggung Jawab Alat
Kesehatan PT. Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Bandung.
7. Kepada seluruh karyawan PT. Kimia Farma Trading and Distribution
Cabang Bandung yang telah berbagi ilmu selama PKPA berlangsung.
8. Kedua orang tua dan seluruh keluarga kami yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan baik materil maupun moril sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
iii
iv
dapat membangun untuk pengembangan diri penulis. Penulis berharap laporan ini
dapat bermanfaat dan semua yang telah membantu penulis diberikan balasan yang
baik oleh Allah SWT. Laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian. Akhir kata, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan yang tidak terhingga kepada semua pihak yang
turut berjasa selama berlangsungnya PKPA di PT. Kimia Farma Trading and
Distribution Cabang Bandung.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bandung ............... 6
2.1.3 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bandung
Error! Bookmark not defined.
2.2 Kegiatan PKPA di PT. Kimia Farma Trading & Distribution Bandung ...... 8
2.2.1 Personalia, pelatihan, Tgas dan Tanggung Jawab Setiap Bagian ................. 8
v
vi
2.2.14 Transportasi................................................................................................ 41
1
2
4
5
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan sertifikat ISO 9001, ISO 9002 dan ISO
14001 dari institusi luar negeri.
Hasil produksi yang di buat oleh Pabrik Farmasi perusahaan baik produk
obat-obat kimia, Formulasi dan herbal, dibagi dalam 6 (enam) lini produksi yaitu
etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi dan bahan baku. Hampir semua kelas
terapi diakomodasi oleh produk perusahaan yang terdiri lebih dari 385 item
produk dan dipasarkan keseluruh Indonesia serta di ekspor ke beberapa negara
melalui jaringan distribusi perseroan atau yang memiliki perjanjian dengan
perseroan. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya Kimia Farma
berkomitmen untuk memastikan pasokan obat generik yang tetap ke pasar.
b. Anak Perusahaan (Subsidiaries)
PT. Kimia Farma Tbk. Memiliki 6 anak perusahaan yaitu PT. Kimia
Farma Apotek yang menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi
layanan farmasi (apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik, dengan
konsep One Stop Health Care Solution (OSHcS) sehingga semakin memudahkan
masyarakat mendapatkan layanan kesehatan berkualitas, PT. Sinkona Indonesia
Lestari merupakan perusahaan yang memproduksi kina garam dan turunannya
bagi banyak industri, terutama obat-obatan, minuman, dan industri kimia, PT.
Kimia Farma Diagnostika meliputi pengelolaan dan pengembangan laboratorium
klinik, PT. Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP) merupakan pabrik bahan
baku pertama di Indonesia, PT. Asuransi Inhealth Indonesia yang memiliki usaha
di bidang asuransi, serta PT. Kimia Farma Trading & Distribution.
PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) merupakan anak
perusahaan Perseroan yang bergerak dibidang layanan distribusi dan perdagangan
produk kesehatan dengan wilayah layanan mencangkup 34 provinsi dan 511
kabupaten atau kota. KFTD mendistribusikan aneka produk dari Perseroan,
produk dari keagenan lainnya, serta produk-produk non-keagenan melalui
penjualan reguler ke apotek (apotek Kimia Farma dan apotek non Kimia Farma),
rumah sakit, toko obat, supermarket, restoran, dan cafe.
PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) sebelumnya merupakan
divisi Pedagang Besar Farmasi (PBF) dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Divisi
6
2.1.2 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Trading & Distribution
a. Visi
b. Misi
7
2.2 Kegiatan PKPA di PT. Kimia Farma Trading & Distibution Cabang
Bandung
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan pada
tanggal 1 Februari sampai tanggal 31 Februari 2018 di PT. Kimia Farma Trading
& Distribution Cabang Bandung. PT. Kimia Farma Trading and Distribution
(KFTD) Cabang Bandung beralamat di Jalan Pajajaran Nomor 21 Kota Bandung.
Lokasi yang strategis di pusat kota mempermudah jalur distribusi komoditas.
KFTD Bandung memiliki nomor izin yang baru diperbaharui pada tanggal 12 Mei
2014, yaitu 442/Kep.70/1.99/Cab.PBF-BPPT/2014.
perusahaan.
- Melakukan pengelolaan seluruh harta kekayaan (uang, barang, orang,
gedung, kendaraan) dan harta lainnya milik perusahaan.
- Melakukan evaluasi atas kebenaran kegiatan seluruhtransaksi bisnis sesuai
dengan ketentuan dan SOP yang berlaku.
- Menyusun dan merencanakan program kerja tahunan.
- Bertanggung jawab atas tercapainya total penjualan dan laba sesuai
pertumbuhan dan jumlah yang ditargetkan oleh perusahaan.
- Menjaga dan meningkatkan citra perusahaan di lingkungan kantor dan
seluruh area coverage cabang.
- Melakukan kunjungan dan pembinaan terhadap pelanggan yang potensial
dan pelanggan baru (berdasarkan form kunjungan).
- Melakukan koordinasi dengan principal setempat untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.
- Melaksanakan pengadaan produk berdasarkan stok level yang ditetapkan.
- Menetapkan sistem hataran yang efektif dan efisien.
- Menganalisa mutu persediaan barang dagangan baik barang laku, tidak
laku, kurang laku maupun barang ED.
- Bertanggung jawab terhadap asset cabang.
- Melakukan pembinaan terhadap seluruh Sumber Daya Manusia di cabang.
- Menciptakan dan menjaga suasana yang kondusif dan harmonisasi
hubungan kerja diantara seluruh pegawai yang ada di cabang.
- Melaksanakan seluruh kebijakan dan program yang ditetapkan perusahaan.
- Melakukan pengendalian terhadap seluruh kegiatan administrasi internal
perusahaan meliputi administrasi penjualan, pembelian, piutang dagang,
hutang, kas/bank, serta perpajakan sesuai dengan ketentuan dan SOP yang
berlaku.
- Membantu dan melaksanakan proyek institusi pusat di wilayah kerjanya.
- Menjadi pimpinan koordinasi pemasaran produk antara KF TBK, KFA,
Marketing dan Perseroan.
- Mengelola dan mengkoordinasikan dengan baik seluruh kegiatan cabang
11
obat jadi hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi kepada PBF dan
Instalasi Farmasi Pemerintah.
- PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan.
- PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada
Industri Farmasi, untuk penyaluran Narkotika.
- Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah
Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi
Farmasi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian.
- Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah
Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah
Daerah, dan Puskesmas.
- PBF dapat menyalurkan Prekursor Farmasi golongan obat bebas terbatas
kepada Toko Obat.
KFTD adalah distributor sediaan farmasi yang bertugas untuk
menyalurkan sediaan farmasi kepada pelanggan. Penyaluran harus dilakukan
secara efisien dan efektif sehingga KFTD perlu menerapkan manajemen rantai
pasok atau Supply Chain Management (SPM). Melalui sistem ini, KFTD dapat
mengintegrasikan dan mengontrol penyaluran sediaan farmasi sampai ke
pelanggan dengan baik. SPM diharapkan dapat memenuhi permintaan pelanggan
dengan baik didukung dengan tingkat ketersediaan barang barang di KFTD yang
baik. Tujuan dari penerapan SPM pada PBF KFTD, selain untuk meningkatkan
efektifitas rantai pasokan serta meningkatkan pelayanan seefesien mungkin,
bertujuan juga untuk menghemat biaya.
Manajemen rantai pasok yang telah diterapkan KFTD dilakukan dengan 3
cara, yaitu:
1. Cara tradisional (pabrikan mengirim barang kebutuhan cabang ke Unit
Kerja Logistik (UKL) kemudian UKL mengirimkan barang tersebut ke
cabang).
2. Cara crossdocking (pabrikan langsung mengirim barang ke cabang).
18
pesanan selama menunggu lead-time barang dari pusat. Sedangkan pada tahap
pengendalian dengan membuat suatu sistem yang memberlakukan SOP pada
setiap sub unit distribusi dan dokumentasi untuk setiap prosesnya.
58. Prosedur Penyimpanan Obat yang Menjamin Obat Tidak Mencemari dan
Tercemar
2.2.4 Manajemen Resiko Mutu
Manajemen risiko mutu adalah proses sistematis untuk menilai,
mengendalikan, mengkomunikasikan, dan mengkaji risiko terhadap mutu produk.
Manajemen risiko mutu dapat dilaksanakan secara proaktif dan retrospektif.
Penilaian risiko dilakukan secara periodik untuk menilai risiko yang mungkin
dapat berpengaruh terhadap mutu dan integritas obat. Pada KFTD Bandung
manajemen mutu risiko dilakukan melalui pengendalian dan pengukuran melalui
proses formal secara berkala. Standar Operating Procedures (SOP) disusun
sebagai bentuk pengendalian terhadap risiko mutu. SOP tersebut dikaji ulang dan
direvisi secara berkala. Pengukuran terhadap mutu dilakukan dengan inspeksi diri
setiap satu tahun sekali, stok opname setiap tiga bulan sekali, serta inspeksi oleh
badan yang berwenang (BPOM, akuntan publik, atau Satuan Pengawas Internal).
Pada CDOB disebutkan bahwa evaluasi risiko didasarkan pada
pengetahuan ilmiah, pengalaman terhadap proses yang dievaluasi dan berkaitan
erat dengan perlindungan pasien. Prosedur yang mengatur pembuatan dan
pengelolaan dokumentasi yang terkait dengan informasi obat, serta prosedur
identifikasi secara visual terhadap produk yang diduga palsu juga harus ada.
Manajemen risiko mutu di KFTD Cabang Bandung dibedakan menjadi
dua, yaitu manajemen risiko untuk persediaan dan untuk piutang. Kegiatan ini
manajemen risiko mutu dilakukan oleh Tata Usaha (TU), bagian penjualan, dan
bagian gudang/logistik. Pada manajemen risiko mutu persediaan, apabila terdapat
produk yang sudah melewati atau mendekati tanggal kadaluarsa maka barang
tersebut harus dilakukan retur. Jika produk tersebut rusak maka akan menjadi
tanggung jawab KFTD cabang. Waktu yang disarankan untuk retur yaitu 6 bulan
sebelum kadaluarsa. Pada manajemen resiko mutu untuk piutang, apabila terdapat
piutang yang sudah lebih dari 3 bulan maka akan dikenakan biaya penyisihan
persediaan. Biaya penyisihan persediaan yaitu sebesar 2,5%, kemudian apabila
sudah lebih dari 6 bulan maka KFTD pusat akan memberikan memo atau surat
peringatan.
23
diantaranya pembuatan Stock Transfer Order (STO) ketika akan memesan obat ke
Unit Kerja Logistik (UKL), pemindahan barang dari satu gudang ke gudang lain
atau Transfer Posting Other (TPO), dan Input Stock ketika KFTD telah purchase
barang sehingga stock bertambah.
2.2.6 Operasional
Tahapan operasional :
a. Kualifikasi Pemasok
Kualifikasi pemasok bertujuan untuk memastikan bahwa produk
berasal dari industri atau distributor yang mempunyai izin sesuai dengan
peraturan yang berlaku, sehingga dapat dipastikan bahwa produk yang
diterima berkualitas. Kualifikasi pemasok di KFTD dilakukan oleh KFTD
pusat dikarenakan pengadaan barang di KFTD cabang harus melalui KFTD
pusat. Kualifikasi pemasok yang dilakukan KFTD pusat khususnya untuk
produk non Kimia Farma (non KF). Untuk produk KF pengadaannya langsung
dari Unit Logistik Sentral (ULS) yaitu gudang produk yang ada di pabrik
Kimia Farma. Jalur pengadaan di KFTD saat ini yaitu dari ULS langsung
disalurkan kepada KFTD cabang. Jalur pengadaan yang seharusnya dilakukan
yaitu dari ULS diberikan kepada KFTD pusat, kemudian KFTD pusat yang
akan mendistribusikan kepada KFTD cabang.
b. Kualifikasi Pelanggan
Kualifikasi pelanggan bertujuan untuk memastikan bahwa pemesan
(apotek, rumah sakit, puskesmas, toko obat, distributor, dinas kesehatan)
mempunyai izin, mempunyai apoteker kepala atau apoteker penanggung jawab
yang memiliki SIPA/SIKA, mempunyai NPWP. Untuk menjadi pelanggan,
pihak calon pelanggan mendaftarkan diri kepada KFTD cabang kemudian
26
produk lain dan tidak boleh digunakan oleh menyimpan produk lain. Gudang
tersebut hanya bisa diakses oleh APJ dan TTK sesuai izin dari APJ. Gudang
penyimpanan dilengkapi pendingin udara serta alat pengontrol suhu dan
kelembaban ruangan. Di dalam gudang narkotika, terdapat beberapa lemari dan
rak penyimpanan barang sesuai jenis sediaannya, yakni sediaan tablet dan injeksi.
Terdapat pula lemari untuk barang reject yang harus dimusnahkan saat lemari
sudah penuh.
terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat untuk
didistribusikan. KFTD Cabang Bandung melakukan pemusnahan pada produk
yang sudah melewati ED atau kemasan sediaan yang mengalami kerusakaan.
Setiap pemusnahan yang dilakukan harus dibuat berita acara. Proses pemusnahan
dilakukan dengan menggunakan jasa pihak ketiga, yaitu PT. Jasa Madivest yang
terdapat di Bekasi. Walaupun pemusnahan dilakukan dengan jasa pihak ketiga,
proses pelaporan pemusnahan ke BPOM tetap dilakukan oleh PBF KFTD Cabang
Bandung dan PT. Jasa Madivest.
Alur perencanaan pada penjualan produk non farma di PBF KFTD Cabang
Bandung dilakukan dengan rencana kunjungan, setiap salesman memiliki bagian
outlet masing-masing. Kunjungan dilakukan sesuai dengan rute outlet hal ini
dilakukan agar lebih efisien dari segi penagihan dan pengiriman barang yang
dipesan oleh outlet, kemudian dari rencana kunjungan ini dapat ditentukan
estimasi. Setelah proses ini dilakukan, maka dihasilkan rencana terakumulatif
dengan logistik akan memesan sesuai dengan produk yang dibutuhkan oleh
penjualan. Pada setiap awal tahun terdapat anggaran perusahaan, penentuan
estimasi dilakukan berdasarkan pencapaian target penjualan produk setiap outlet.
Setelah dilakukan rencana kunjungan, kemudian dilakukan rencana
penyusunan penjualan dalam pembagian target produk untuk setiap outlet
berdasarkan pada tipe outlet, dan sistem pembagiannya berdasarkan sistem pareto,
terbagi ke dalam 3 kelompok outlet yaitu:
- Outlet dengan pareto A
Outlet membeli produk untuk dijual kembali, kunjungan dilakukan setiap
1 minggu sekali
- Outlet dengan pareto B
Kunjungan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
penjualan institusi di KFTD Cabang Bandung pada tahun 2009 dengan cara tender
langsung kemudian setelah adanya Lembaga Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE) peserta tender dapat mengajukan penawaran dengan mengunggah
dokumen akan tetapi dengan cara seperti ini terjadi cukup banyak kecurangan
maka setelah LPSE dibuat, kemudian dibuatlah Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang Jasa Pemerintah (LKPP) pada tahun 2012. Sehingga dari sini ada yang
disebut dengan e-katalog.
Adapun mekanisme pengadaan untuk penjualan institusi, dari Kementerian
Kesehatan membuat rencana kebutuhan obat secara nasional, kemudian yang
melakukan penawaran pada prinsipal. Setelah itu dilakukan pengecekan untuk
harga dan volume produksi pabrik tersebut, mencukupi atau tidak untuk
memenuhi kebutuhan obat tersebut, apabila sesuai dan disetujui pemerintah maka
dimasukkan ke dalam e-katalog.
Penggunaan sistem e-katalog lebih memudahkan karena dari segi harga
dan spesifikasi sudah ada, tidak ada pengeluaran biaya pada tahapan distribusi
barang hanya ada biaya kirim barang. Tujuan penggunaan e-katalog adalah untuk
menekan penyalahgunaan anggaran. Untuk tender sendiri tetap berpotensi
dilakukan namun hanya untuk barang yang tidak atau belum terdapat didalam e-
katalog, pada umumnya produk e-katalog merupakan produk pihak ketiga,
namun untuk keputusan tender diambil dengan melihat kelayakan terlebih dahulu
seperti profit margin dan nilai tender. Untuk pemesanan satu produk hanya
dilakukan negosiasi, namun untuk pemesanan lebih dari satu produk maka
dilakukan lelang. Untuk KFTD Cabang Bandung pada tahun 2013 sudah tidak
mengikuti sistem tender. Hal ini dikarenakan diberlakukannya audit yang ketat
untuk sistem tender, KFTD Cabang Bandung merupakan perusahaan BUMN yang
menggunakan anggaran negara, maka sistem berlakunya audit pun lebih ketat.
Kemudian untuk pengadaan obat dan alat kesehatan pada program BPJS
rumah sakit swasta dengan e-purchasing. Sistem e- purchasing dalam setiap
pengadaan harus diawasi oleh Dinas Kesehatan untuk izin pengadaan obat dan
alat kesehatan. Untuk alur pengadaannya yaitu terdapat satuan kerja yang
didalamnya terdiri dari Unit Layanan Pengadaan (ULP), Kuasa Penggunaan
33
Anggaran (KPA), dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Bagian PPK merupakan
bagian yang berhubungan langsung dengan distribusi dan melakukan belanja
administrasi. Pengadaan e-katalog diadakan melalui e-purchasing untuk semua
produk yang terdapat di e-katalog. E-katalog obat adalah sistem informasi
elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis, dan harga obat dari
berbagai penyedia barang/jasa.
Untuk harga Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di e-katalog dilakukan
review setiap 3 bulan sekali atau minimal setiap tahunnya. Setelah dilakukan review
kemudian dibuat surat pengajuan dan berita acara. Hal ini dilakukan bila ada
kemungkinan mengalami kenaikan harga. KFTD Cabang Bandung
mendistribusikan BMHP kelas menengah. Selain itu, dalam melakukan purchase
dengan e-katalog harus memiliki identity (ID), termasuk pabrik yang
menyediakan produk e- katalog harus memiliki ID. ID didapatkan dengan
melakukan registrasi melalui LKPP. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa
produk tersebut legal dan juga untuk memastikan pembeli dari produk tersebut.
Adapun contoh produk e-katalog yaitu produk-produk dari Nipro, Bioaksion,
Busana Utama, dan Karindo Alkestron.Untuk contoh produk non e- katalog yaitu
Meditol Hand Sanitizer dan kassa.
2.2.7 Distribusi Produk Rantai Dingin
a. Penerimaan
Dilakukan pemeriksaan terhadap nama produk, jumlah produk, kondisi
fisik, nomor bets, tanggal kadaluarsa, kondisi alat pemantauan suhu, jumlah
produk yang diterima harus sama dengan jumlah yang tertera pada faktur atau
surat pengantar barang. Setelah diterima, produk rantai dingin segera dimasukkan
ke dalam tempat penyimpanan sesuai dengan suhu yang dipersyaratkan. Faktur
atau surat pengantar barang atau dokumen lain ditandatangani penerima, yang
menyatakan produk rantai dingin diterima dalam kondisi baik dan utuh.
b. Penyimpanan
Obat albumin dan obat kanker disimpan dalam jarak 1-2 cm satu sama lain
dan ditempel di dinding refrigerator/freezer dan disimpan dengan kondisi suhu
2°-8°C. Suhu dicatat 3x sehari di kartu kontrol harian suhu.
34
c. Pengiriman
Obat albumin dan obat kanker disiapkan sesuai invoice. Di catat di kartu
stok nomor invoice, tanggal, nama outlet, no bets, kadaluarsa, jumlah produk yang
keluar dan sisa. Mencatat suhu saat akan dikirim, mengirim obat ke outlet dan
meminta tanda tangan serta stempel outlet sebagai bukti barang diterima serta
mencatat suhu saat obat diterima oleh outlet.
2.2.8 Distribusi Narkotika dan Psikotropika
Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika pelaksanaan distribusi
terpisah dengan produk lainnya.
a. Pengadaan
Apoteker penanggung jawab membuat perencanaan kebutuhan tahunan
dalam pengadaan narkotika atau psikotropika, untuk selanjutnya diusulkan kepada
branch manager. Pemesanan dari KFTD Cabang ditujukan ke Unit Logistik
Sentral PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Pemesanan dilakukan tersendiri
menggunakan form khusus yaitu Form SP N-9 yang ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab Narkotika dan dilengkapi dengan nama jelas dan
nomor surat ijin kerja apoteker (SIKA), mencantumkan nama dan alamat lengkap,
nomor telepon, nomor ijin dan stempel kantor cabang, mencantumkan nama
industri farmasi atau kantor cabang pemasok beserta alamat lengkap.
Mencantumkan nama narkotika atau psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi
kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan huruf, Diberi nomor urut dan
tanggal dengan penulisan jelas. Form SP N-9 harus bernomor urut, bertanggal dan
dibuat rangkap 4 (empat), lembar 1 (satu), lembar 2 (dua) dan lembar 3 (tiga)
diserahkan ke Unit Logistik Sentral (ULS) sedangkan lembar 4 (empat) diarsipkan
oleh bagian logistik KFTD Cabang. Setiap lembar SP N-9 hanya untuk satu jenis
item obat narkotik, tidak boleh lebih dari satu.
b. Penerimaan
Dilakukan pemeriksaan terhadap kebenaran nama, jenis, nomor bets,
tanggal kadaluarsa, jumlah dan kemasan harus sesuai dengan surat
pengantar/pengiriman narkotika/psikotropika beserta faktur penjualan. Kondisi
kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label dan/atau penandaan
35
dalam kondisi baik kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat
pengantar/pengiriman narkotika dan/atau psikotropika beserta faktur penjualan
harus sesuai dengan arsip SP. Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan
sesuai, apoteker penanggung jawab menandatangani surat pengantar/pengiriman
narkotika dan/atau psikotropika beserta faktur penjualan dan dibubuhi stemple
kantor cabang. Jika setelah dilakukan pemeriksaan terdapat item narkotika
dan/atau psikotropika yang tidak sesuai dengan SP atau kondisi kemasan tidak
baik, maka narkotika dan/atau psikotropika tersebut harus dikembalikan dengan
disertai bukti retur dan SP asli, dan segera meminta bukti terima pengembalian
dari pemasok. Jika terdapat ketidaksesuaian no bets, tanggal kadaluarasa dan
jumlah antara fisik dengan dokumen pengadaan harus dibuat dokumentasi untuk
mengklarifikasi ketidaksesuaian dimaksud ke ULS (pihak pemasok).
c. Penyimpanan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan sesuai, narkotika dan/atau
psikotropika langsung disimpan ditempat penyimpanan khusus dan mencatatkan
tanggal, jumlah, nomor bets dan tanggal kadaluarsa pada kartu stok kolom
penerimaan. Psikotropika harus disimpan dalam lemari atau gudang terkunci serta
tidak boleh digunakan menyimpan narkotika dan/atau psikotropika selain
psikotropika untuk menjamin keamanan.
d. Penyaluran
Salesman menerima SP narkotika atau psikotropika dari pelanggan dan
menyerahkan SP tersebut kepada apoteker penanggung jawab PBF/Narkotika
untuk diperiksa kewajaran jumlah dan frekuensi pesanan. Setelah diperiksa
kelengkapan SP, untuk pengeluaran narkotika dan psikotropika harus dicatat
dalam kartu stok kebenaran nama, nama narkotika dan psikotropika, jenis dan
kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah, nomor bets, tanggal kadaluarsa dan
nama industri farmasi, kondisi kemasan termasuk penandaan dan segel dari
narkotika dan psikotropika, kelengkapan dan keabsahan dokumen serta kebenaran
tujuan pengiriman dan disahkan dengan paraf pelaksana penyimpanan.
Selanjutnya narkotika dan atau psikotropika diserahkan kepada pelaksana
pengirim narkotika dan atau psikotropika dengan tanda terima narkotika dan atau
36
ruangan sudah sesuai dengan ruang penyimpanan obat. Chiller digunakan untuk
penyimpanan obat dengan suhu 2-8°C. Obat dengan kondisi penyimpanan khusus
disimpan pada suhu 15-250C di gudang sejuk dengan pemantauan suhu secara
berkala. Pemeliharaan dan kalibrasi termometer paling lambat satu kali satu tahun
di BMKG/badan lain yang diakui.
2.2.11 Kualifikasi, Kalibrasi, dan Validasi
Fasilitas distribusi harus menetapkan kualifikasi dan/atau validasi yang
diperlukan untuk pengendalian kegiatan distribusi. Ruang lingkup dan metode
validasi harus ditetapkan berdasarkan pendekatan analisis risiko. Sebelum
pelaksanaan dan jika ada perubahan yang signifikan atau upgrade, sistem harus
divalidasi, untuk memastikan kebenaran instalasi dan operasional. Laporan
validasi harus memuat hasil validasi dan semua penyimpangan yang terjadi serta
tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang perlu dilakukan. Jika peralatan
memerlukan perbaikan atau perawatan yang mengakibatkan perubahan secara
signifikan, harus dilakukan kualifikasi ulang dengan menggunakan pendekatan
analis risiko. Chiller/cold room/freezer dikualifikasi pada awal penggunaan atau
dalam hal terjadi perubahan kondisi sesuai dengan spesifikasinya. Termometer
dikalibrasi sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun terhadap standar yang
tersertifikasi. Validasi proses pengiriman perlu dilakukan untuk memastikan suhu
pengiriman tidak menyimpang dari yang dipersyaratkan.
2.2.12 Penanganan Keluhan, Obat Kembalian, Obat Diduga Palsu
a. Keluhan
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat
berpotensi rusak dikumpulkan, dikaji, dan diselidiki sesuai prosedur.
b. Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian
Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian harus berdasarkan surat
pengiriman barang dari outlet. Penerimaan obat dan/atau bahan obat kembalian
sesuai dengan persyaratan dari industri farmasi atau PBF dengan melakukan
konfirmasi melalui telepon untuk selanjutnya membuat surat penolakan
barang/retur. Obat dan/atau bahan obat kembalian disimpan terpisah di ruang
produk retur serta diberi label keterangan retur sampai ada keputusan status dan
39
tindak lanjut dari pusat. Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus
melalui persetujuan dari APJ dan BM. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan
kondisi suhu penyimpanan yang rendah tidak dapat dikembalikan karena
dikhawatirkan kerusakan disebabkan dari penyimpanan di outlet tidak sesuai
ketentuan.
c. Obat dan/atau Bahan Obat Diduga Palsu
Obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu ditandai, dicatat, dan disimpan
secara terpisah untuk selanjutnya diidentifikasi dan tindak lanjut. PBF melaporkan
obat dan/atau bahan obat palsu kepada BPOM setempat. Apabila produk obat
dan/atau bahan obat diduga palsu, maka pendistribusiannya ditarik kembali dan
dihentikan. Setelah pemastian obat atau bahan obat tersebut diduga palsu, maka
harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dari BPOM. Semua kegiatan
didokumentasikan.
2.2.13 Penarikan Kembali Obat dan/atau Bahan Obat
a. Penanganan Produk Retur Penjualan
Apabila pada saat pengiriman barang terjadi penolakan atas barang yang
dipesan, maka outlet harus mengisi Surat Penolakan Kiriman Barang/retur yang
dilengkapi alasan penolakan, cap resmi dari outlet, penanggung jawab outlet, serta
telah mendapatkan persetujuan dari salesman dan Formulir Permohonan Retur
Barang. Formulir penolakan yang telah sampai di KFTD Cabang Bandung akan
diproses dan dibuatkan Nota Retur yang akan dijadikan arsip atau tanda bukti
bahwa telah terjadi retur barang dari pelanggan. Tahapan penanganan produk retur
pembelian, karena berasal dari prinsipal, maka harus ada persetujuan dari bagian
marketing sebagai perwakilan dari prinsipal terkait. APJ membuat surat pengajuan
retur untuk produk terkait, nama barang, batch, jumlah, dan alasan retur pada
produk terkait. Setelah semuanya terpenuhi, dilakukan persetujuan untuk dikirim
ke UKL untuk barang dari pihak ketiga atau ULS untuk produk Kimia Farma atas
sepengetahuan Supervisor Logistik, Supervisor Tata Usaha, dan BM. Penerimaan
obat kembalian harus sesuai dengan dokumen yang ada dan tertelusur agar produk
yang dikembalikan benar berasal dari KFTD Cabang Bandung, dengan syarat
bahwa waktu pengembalian selambat-lambatnya 3 bulan sebelum tanggal
kadaluarsa produk yang dilakukan retur, dengan persetujuan dari bagian
marketing.
sama yaitu dengan menitikberatkan pada dokumentasi yang jelas seperti harus
adanya surat permohonan retur dengan mencantumkan nama barang, nomor batch,
dan alasan retur.
2.2.14 Transportasi
Selama proses transportasi harus diterapkan metode transportasi
yangmemadai. Metode transportasi yang dipilih harus dapat menjamin bahwa obat
dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang
dapat mengurangi mutu. Hal hal yang perlu diperhatikan :
a. Transportasi dan produk dalam transit
Obat dan/atau bahan obat dan kontainer dilengkapi dengan dokumentasi.
Kendaraan dan peralatan yang digunakan berupa kontainer/boc sehingga
mencegah obat dan/atau bahan obat kena paparan yang dapat mempengaruhi mutu
obat. Obat dan/atau bahan obat harus disimpan dan diangkut sesuai SPO.
Pengemudi pengiriman telah dilatih CDOB dalam bidang yang terkait dalam
pengiriman. Obat dan/atau bahan obat dalam transit harus disertai dengan
dokumentasi yang sesuai.
b. Obat dan/atau bahan obat dalam pengiriman
Identitas obat dan/atau bahan obat ditangani dengan baik. Tidak tercemar
oleh produk lain. Harus aman dan tidak terpengaruh oleh cahaya, suhu,
kelembaban, dan kondisi buruk lain yang tidak sesuai. Transportasi yang sensitif
terhadap suhu harus sedemikian rupa sehingga CCP tetap terjaga. Obat dan/atau
bahan obat yang mengandung narkotika dan zat yang menyebabkan
ketergantungan diangkut sesuai perundang-undangan. Tersedia SPO terkait
keamanan obat dan/atau bahan obat.
c. Kontainer, pengemasan, dan pelabelan
Obat dan/atau bahan obat harus disimpan dan diangkut dalam kontainer
yang tidak mempengaruhi mutu, dapat memberi perlindungan memadai terhadap
pengaruh eksternal termasuk kontaminasi. Pemilihan kontainer dan kemasan harus
didasarkan pada persyaratan penyimpanan dan transportasi dari obat dan/atau
bahan obat. Kontainer harus mempunyai label yang memberi informasi yang
cukup tentang penanganan, persyaratan penyimpanan, dan tindakan pencegahan
42
untuk memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat ditangani benar dan aman.
Tersedia SPO terkait penanganan kontainer pengiriman yang rusak.
d. Transportasi obat dan/atau bahan obat dengan kondisi khusus
Obat dan/atau bahan yang memerlukan kondisi khusus selama transportasi
industri farmasi harus mencantumkan kondisi khusus tersebut pada penandaan.
Transportasi dan penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang mengandung zat
berbahaya harus disimpan dalam area terpisah dan aman. Pengangkutan harus
pada kendaraan dengan desain sesuai.
e. Kendaraan dan Peralatan
Kendaraan dan peralatan yang digunakan untuk mengirimkan, menyimpan,
dan menangani obat dan/atau bahan obat harus sesuai persyaratan dan lengkap
untuk mencegah terjadinya paparan obat dan bahan obat pada kondisi yang dapat
mempengaruhi stabilitas dan integritas kemasan serta untuk mencegah
kontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk pemantauan kondisi (suhu dan
kelembaban) dalam kendaraan dan kontainer dikalibrasi secara berkala.
f. Kontrol suhu selama transportasi
Kontrol suhu yang tervalidasi untuk memastikan kondisi transportasi
dipertahankan antara fasilitas distribusi dan pelanggan. Termometer untuk
pemantau suhu selama transportasi harus dipelihara dan dikalibrasi secara berkala
setiap minimal 1 tahun sekali. Jika menggunakan coolpack dalam kotak
terlindung harus diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan langsung
dengan obat dan/atau bahan obat. Adanya SPO yang menjelaskan tentang
pengiriman obat dan/atau bahan obat yang sensitif terhadap suhu.
2.2.15 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan.
a. Harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang ditetapkan dan mencakup
semua aspek CDOB.
b. Harus dilakukan dengan cara independen dan rinci oleh personil yang
ditunjuk oleh perusahaan.
43
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan pengamatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di PT. Kimia Farma Trading & Distribution, terdapat beberapa
masukan diantaranya :
1. Mahasiswa apoteker harus lebih berperan aktif untuk meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan mengenai tanggung jawab apoteker di PBF.
2. Pemasangan CCTV di dalam gudang penyimpanan narkotik dan
psikotropik untuk meningkatkan pemantauan dan keamanan terhadap
produk.
45
BAB IV
TUGAS KHUSUS
46
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan
Repubik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.11.7542 Tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
47
Lampiran 1
Denah Gedung KFTD Cabang Bandung
48
Lampiran 2
Layout Gudang Lantai 1
49
Lampiran 3
Layout Gudang Lantai 2
50
Lampiran 4
Denah Rak Gudang Lantai 1
51
Lampiran 5
52
Lampiran 6
53
Lampiran 7
Invoice Local/Faktur
54
Lampiran 8
55
Lampiran 9
56
Lampiran 10
57
Lampiran 11
58
Lampiran 12
E- Purchasing
59
Lampiran 13
60
Lampiran 14
Faktur Pembelian Barang ke Pusat
61
Lampiran 15
62
Lampiran 16
63
Lampiran 17
64
Lampiran 18
Surat Pesanan Narkotika
65
Lampiran 19
Surat Pesanan Psikotropik
66
Lampiran 20
Contoh Standar Prosedur Operasional
67