SKRIPSI
Oleh:
IMAM AJI YANSAPUTRA
08121006068
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
i
HALAMAN PENGESAHAN MAKALAH SEMINAR HASIL
Pembimbing:
1. Prof. Dr. Elfita, S.Si., M.Si. (…………………………………..)
NIP. 196903261994122001
2. Fitrya, M.Si., Apt. (…………………………………..)
NIP. 197212101999032001
Pembahas:
1. Dr. Hj. Budi Untari, M.Si., Apt. (…………………………….…….)
NIP. 195810261987032002
2. Dr. Muharni, M.Si. (…………………………………..)
NIP. 196903041994122001
3. Indah Solihah, M.Sc., Apt. (…………………………………..)
NIPUS. 198412292014082201
Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi
Fakultas MIPA, UNSRI
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan karya ilmiah ini
belum pernah diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan strata satu (S1) dari Universitas Sriwijaya maupun perguruan tinggi
lain. Semua informasi yang dimuat dalam skripsi ini yang berasal dari penulis lain
baik yang dipublikasikan atau tidak telah diberikan penghargaan dengan mengutip
nama sumber penulis secara benar. Semua isi dari skripsi ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab saya sebagai penulis.
iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
v
HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO
(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
MOTTO:
“HIDUP itu pilihan. Pilihan untuk memilih, memilih yang pantas untuk
HIDUP”
“ketika otot yang bekerja, akal yang memerintah dan agama sebagai undang-
undang. maka kau adalah manusia”.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang
telah melimpahkan rahmat, berkat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Isolasi Senyawa
Metabolit Sekunder dari Ekstrak Daun Karamuting (Rhodomyrtus tomentosa)”.
Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
Peneliti menyadari dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentu tidak
lepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT, Berkat izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan
studi.
2. Kedua orang tua penulis, Ayah Wahyudi Marwan, S.H. dan Rima Suryanti,
A.md.Farm. serta saudara dan saudari ku Iman Aji Yansaputra dan Virgina
Yuri Antari, S.SI. tersayang, tercinta, dan terkasih yang selalu tanpa henti
memberikan doa, motivasi, cinta, kasih sayang, semangat, serta perhatian
moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
perkuliahan ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE., selaku Rektor Universitas
Sriwijaya, Bapak Prof. Dr. Iskhaq Iskandar selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Bapak Dr.rer.nat.
Mardiyanto, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi atas sarana
dan prasarana yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan
skripsi ini berjalan dengan lancar.
4. Ibu Prof. Dr. Elfita, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing pertama dan
Ibu Fitrya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing kedua atas seluruh
bantuan, ide, bimbingan, doa, dan nasihat yang telah diberikan kepada
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi hingga selesai.
viii
5. Ibu Fitrya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik atas semua
dukungan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama
perkuliahan hingga penyusunan skripsi selesai.
6. Ibu Dr. Hj. Budi Untari, M.Si., Apt., Ibu Dr. Muharni, M.Si. dan Ibu Indah
Solihah, M.Sc., Apt. selaku dosen pembahas atas saran yang telah
diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
7. Seluruh dosen, staf, dan analis laboratorium Program Studi Farmasi dan
Laboratorium Dasar Bersama, Universitas Sriwijaya, atas ilmu, bantuan,
dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis.
8. Sahabat dan keluarga terbaik “MARCOL” Yudhistira Putra (YU), M Herpi
Akbar, M Raedi Ardian (Wak edi), Apridinata (TOD), M Arief Akbar
(Bang Aref), Abdul Malik (Dul), Okta Hafsy, M Nuryadin (Wong Tuo),
Ario Firana, M Fithri (Mpit), Randi Nopyasin, Thio Hasbullah, Iman Aji
Yansaputra (BROSS), Mulla Ali Qori, Irvan Osaka (Aibon), Thio
Gunawan Jaya (UCOK), Risky Akbar PJ (EOk), Agus Saputra, Fx Wendy
(Apek), M Ridho F, Rachman Risky (Maman) dan Adnan yang selalu
memberikan keceriaan, semangat, kebersamaan, doa, dan semua bantuan
yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan semoga tali
persahabatan ini tetap terjaga sampai kapan pun.
9. Sahabat dan keluarga terbaik “Graha UNSRI” Kak Wid, Kak Maman, Kak
Abenk, Kak Marno, Kak Kamal, Kak Jul”listrik”, Kak Jul Kodok, Kak jul
Satgas, Kak Elman, Kak Alam dan Kak Agus yang selalu memberi energi
positif, semangat, motivasi selama keberlangsungan penelitian hingga
skripsi ini selesai.
10. Seluruh keluarga Farmasi UNSRI 2012 yang tak dapat penulis sebutkan
satu per satu terima kasih untuk waktu, kebersamaan, keceriaan, pelajaran
hidup yang telah kita lewati selama 4 tahun menempuh pendidikan di
Farmasi UNSRI ini, semoga tali persahabatan ini tetap terjaga sampai
kapan pun
11. Seluruh mahasiswa farmasi angkatan 2011, 2013, 2014, 2015, dan 2016
serta teman seperjuangan pengurus di Himpunan Keluarga Mahasiswa
Farmasi (HKMF) Universitas Sriwijaya, atas kebersamaan, solidaritas, dan
ix
bantuan kepada penulis selama perkuliahan, kepengurusan himpunan,
penelitian, dan penyusunan skripsi hingga selesai.
12. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
studi hingga selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan. Penulis sangat berharap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan selanjutnya. Hanya kepada
Allah SWT penulis menyerahkan segalanya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan seluruh pembaca.
x
Isolation of Secondary Metabolite Compound of Karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa) Leaves Extract
ABSTRACT
xi
Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstrak Daun Karamunting
(Rhodomyrtus tomentosa)
ABSTRAK
xii
DAFTAR ISI
Halaman
xiii
3.3
Prosedur Penelitian ................................................................... 25
3.3.1 Persiapan Sampel .......................................................... 25
3.3.2 Ekstraksi ........................................................................ 25
3.3.2 Fraksinasi dan Pemurnian ............................................. 25
3.3.2 Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi ................................ 27
3.3.2.3 Spektrofotometri UV-Vis ................................. 27
3.3.2.4 Spektrofotometri FT-IR .................................. 27
3.3.2.5 Spektrometri 1D NMR dan 2D NMR ............. 27
3.4 Analisis Data ............................................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29
4.1 Preparasi Ekstrak ...................................................................... 29
4.2 Skrining Fitokimia ..................................................................... 31
4.3 Isolasi dan Pemurnian ............................................................... 34
4.4 Uji Kemurnian dan Identifikasi Senyawa ................................. 36
4.4.1 Analisis Data Spektrum UV-Vis ................................... 36
4.4.2 Analisis Data Spektrum FT-IR ..................................... 37
4.4.3 Analisis Data Spektrum NMR ...................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 48
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 48
5.2 Saran ......................................................................................... 48
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Skema Kerja Fraksinasi .............................................................. 53
Lampiran 2. Klasifikasi senyawa fenol ........................................................... 54
Lampiran 3. Perhitungan Nilai Rendemen ...................................................... 55
Lampiran 4. Skrining Fitokimia ...................................................................... 56
Lampiran 5. Dokumentasi Proses Ekstraksi.................................................... 57
Lampiran 6. Dokumentasi Proses Fraksinasi dan Isolasi ................................ 58
Lampiran 7. KLT Hasil Kolom Ekstrak N-Heksana....................................... 59
Lampiran 8. Spektrum HMBC ........................................................................ 60
xvii
DAFTAR SINGKATAN
mg : miligram
g : gram
nm : nanometer
cm : centimeter
μm : mikrometer
ml : mililiter
KLT : kromatografi lapis tipis
Rf : retention factor
UV Vis : utraviolet-visible
FT-IR : fourier transform infrared spectroscopy
NMR : nuclear magnetic resonance
GF254 : gypsum fluoresent 254
MHz : megahertz
HSQC : heteronuclear single quantum coherence
HMBC : heteronuclear multiple bond correlation
dd : doublet of doublet
s : singlet
t : triplet
m : multiplet
TMS : tetra metil silan
J : tetapan kopling
1
H : hidrogen-1
13
C : karbon-13
π : phi
π* : phi star
α : alfa
ß : beta
λ : panjang gelombang
δH : delta hidrogen
δc : delta karbon
ƩH : jumlah atom hidrogen
Ø : diameter
M : multiplusitas
xviii
DAFTAR ISTILAH
xix
Triterpenoid : senyawa yang kerangka karbonya berasal dari enam unit
isoprendan secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C-30 asiklik.
Isolasi : suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif
berkhasiat yang terdapat dalam tanaman.
Kanker : penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan
perjalanan hormon yang mengakibatkan tumbuhnya sel
yang tidak normal pada jaringan tubuh yang normal.
Antioksidan : molekul yang mampu memperlambat atau mencegah
proses oksidasi molekul lain.
Fotosintesis : pemanfaatan energi cahaya matahari (cahaya matahari
buatan) oleh tumbuhan berhijau daun atau bakteri untuk
mengubah karbondioksida dan air menjadi karbohidrat.
Asimilasi : pengolahan zat pada tumbuh-tumbuhan yang
mengandung butir hijau daun dengan pertolongan sinar
matahari untuk mengubah zat bertenaga rendah menjadi
zat bertenaga tinggi yang diproses oleh tumbuhan.
Respirasi : pengikatan oksigen oleh butir-butir darah untuk
penyediaan bahan bagi seluruh tubuh melalui permukaan
alat pernapasan (paru-paru, insang) pada binatang
sekaligus mengeluarkan karbon dioksida.
Asam amino : asam organik yang mengandung paling sedikit satu
gugusan amino (NH2) dan paling sedikit satu gugusan
karboksil (COOH) atau turunannya, merupakan molekul
dasar yang diikat satu sama lain melalui ikatan peptida
dalam pembentukan molekul protein yang lebih besar.
Simplisia : bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan
lain.
Metabolit sekunder : senyawa yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme dan ditemukan dalam bentuk yang berbeda-
beda antara spesies yang satu dan lainnya.
Fluoresensi : karakteristik suatu molekul yang ditunjukkan oleh
kemampuanya untuk menyerap suatu cahaya kemudian
memancarkannya lagi dengan warna yang berbeda.
Spektrum : spektrum yang memperlihatkan transisi antara tingkat
energi elektronik, rotasi, dan vibrasi molekul.
Konjugasi : senyawa organik yang atom-atom karbon nya secara
kovalen berikatan tunggal dan ganda secara bergantian
dan mempengaruhi satu sama lainnya membentuk daerah
delokalisasi elektron.
Polisakarida : karbohidrat yang dibentuk oleh penggabungan molekul
monosakarida yang banyak.
Asam lemak : turunan asam karboksilat, terdapat di dalam lemak,
minyak tumbuhan, atau binatang.
xx
Cis : subtituen yang terletak pada bidang yang sama.
Trans : subtituen yang terletak pada bidang yang bersebrangan.
Fenol : senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil yang
terikat pada cincin benzene.
Aromatik : senyawa hidrokarbon dengan ikatan tunggal dan ikatan
rangkap diantara atom-atom karbonnya.
Proton : partikel bermuatan listrik positif yang terdapat di dalam
inti atom.
Ekstraksi : jenis pemisahan suatu zat dari suatu padatan atau cairan
berdasarkan tingkat kepolarannya.
Absolute : tidak terbatas, sepenuhnya.
Fraksi : bagian kecil, pecahan.
Distilasi : proses memanaskan benda cair atau padat hingga
berubah menjadi uap, yang disalurkan ke dalam bejana
yang terpisah, kemudian dikondensasikan dengan
pendingin.
Kromatografi : teknik analisis yang pemisahan komponennya didasarkan
pada perbedaan suatu sifat berpindah antara dua fase.
Mobilitas : gerakan berpindah-pindah.
Adsorbsi : peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-
permukaan partikel keloid.
Partisi : sekat.
Viskositas : ukuran kekentalan fluida yang menunjukan besar
kecilnya gesekan internal fluida.
Linarut : bahan yang terlarut dalam suatu pelarut.
Spektroskopi : ilmu yang mempelajari materi dan atributnya
berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang
dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi
tersebut
Kromofor : suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain,
yang menampakkan spektrum absorbsi dan merupakan
senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap yang
terkonjugasi.
Auksokrom : gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas seperti
hidroksi, metoksi, dan amina yang jika terikat pada
gugus kromofor maka pita absorbsi akan bergeser ke
panjang gelombang yang lebih besar.
Batokromik : pergeseran puncak absorbsi ke arah panjang gelombang
yang lebih besar.
Hipsokromik : pergeseran puncak absorbsi ke arah panjang gelombang
yang lebih kecil.
Monokromator : alat untuk mendapatkan satu jenis panjang gelombang
dari cahaya.
Diffraction grating : komponen optik yang membagi cahaya putih menjadi
berwarna berdasarkan panjang gelombang.
xxi
Beam : suatu instrument yang digunakan untuk meneruskan sinar
yang digunakan pada spektrofotometri.
Inframerah : radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih
panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari
gelombang radio.
Tritium : salah satu isotop radioaktif dari hidrogen yang
mengandung 2 neutron dan 1 proton.
Deuterium : salah satu isotop stabil dari hidrogen yang mengandung 1
neutron dan 1 proton.
Katup : alat untuk membuka atau menutup saluran sehingga
fluida yang mengalir di dalamnya dapat diteruskan atau
dihentikan.
xxii
BAB I
PENDAHULUAN
tumbuh liar dan sering digunakan masyarakat sebagai tanaman obat. Secara
tradisional daun tumbuhan ini digunakan sebagai vitamin, adstringent, anti diare,
anti diabetes, anti mikroba, dan anti malaria. Uji identifikasi golongan senyawa
dan saponin. Katekol dan beberapa golongan senyawa saponin berkhasiat sebagai
anti mikroba, tanin berkhasiat sebagai adstringent dan beberapa senyawa alkaloid
yang berkhasiat sebagai anti diare, anti diabetes, anti mikroba dan anti malaria
Serta golongan triterpenoid lain seperti lupeol, β-amyrin, dan betulin (Hui et al.,
1975). Senyawa organik lain yaitu dari golongan flavon glikosida seperti
flavonoid yang diduga mirisetin dalam bentuk glikosida, serta golongan asam
fenolat yang diduga asam p-hidroksibenzoat dan asam p-kumarat dalam bentuk
ester (Anwar dkk., 1986; Taurhesia, 1987). Isolasi alkaloid pada daun tanaman
1
2
beberapa senyawa alkaloid dari batang karamunting menggunakan uji LC-MS dan
menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis alkaloid yang berbeda pada tanaman
homolycorine.
Berdasarkan hal diatas, penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi dan
adalah:
(Rhodomyrtus tomentosa)?
untuk:
TINJAUAN PUSTKA
dibeberapa negara seperti Vietnam disebut ru’qu sim (Susanty dkk., 2017).
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtceae
Marga : Rhodomyrtus
(b)
(B)
(a) (c)
Gambar 1. (a) tanaman karamunting, (b) bunga karamunting, dan (c) buah karamunting
(Indriyani, 2014)
4
5
daun bersilang berhadapan dan tulang daun tiga dari pangkal, bentuk daun oval,
ujung dan pangkal maruncing, tepi daun rata sedangkan permukaan atas daun
panjang 1 ‒ 1,5 cm. Kulit buah seperti beludru, lunak, dengan 40 ‒ 45 biji
didalamnya. Daging buah seperti anggur, hanya terasa lebih berserat, tak terlalu
yang sering digunakan oleh masyarakat, tumbuhan ini termasuk ke dalam famili
Myrtaceae yang tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Secara tradisional
daun tumbuhan ini digunakan untuk mengobati tuberkulosis, kudis, diare, sakit
kepala, anti mikroba, anti malaria, adstringent dan pendarahan setelah melahirkan
serta sebagai sumber vitamin (Burkill, 1966; Sutomo dkk., 2010; Arya, 2001).
Buahnya digunakan sebagai anti bisa dan obat diare. Sari akarnya digunakan untk
mengobati sakit jantung, mengurangi rasa sakit setelah melahirkan, obat diare,
infeksi kulit dan untuk perawatan bekas luka pada kornea mata (Bailey, 1930;
Burkill, 1966).
dan alkaloid (Sutomo dkk., 2010). Isolasi dari ekstrak etanol 95 % diisolasi
6
golongan flavonoid yang diduga mirisetin dalam bentuk glikosida, serta golongan
asam fenolat yang diduga asam p-hidroksibenzoat dan asam p-kumarat dalam
bentuk ester (Anwar dkk., 1986; Taurhesia, 1987). Hasil isolasi daun karamunting
didapat beberapa senyawa organik antara lain golongan flavon glikosida seperti
menunjukkan bahwa terdapat tujuh jenis alkaloid yag berbeda pada tanaman
H CH3
H3C CH3
O O OH H3C CH3
H CH3
H3C
H CH3 CH3 O O
H H3C
CH3 H O
H
O OH O CH3
H
O OH
H3C H
H3C O HO
H3C CH3
(a) (b)
O
CH3 CH3
CH3
H3C
H3C CH3
O O O
H3C
CH3
H3C
CH3
O O OH
H3C CH3
O
H3C CH3
(c) (d)
H3C CH3 CH3
O
CH3 O CH3
CH3 O O
H3C
CH3 H3C O
O
O CH3
O O
O CH3
O O CH3
H3C CH3 OH
H3C
(e) (f)
OH O CH3
OH
HO O
OH
-
HO O
O-
O
HO
OH OH O
HO OH
O
OH
O O
HO O OH
OH
OH
OH OH
OH
(g) (h)
CH3 R1
O (j) R1 = OH
OH
OH R2 = OCH3
HO O-
HO O- CH3
O
R2
OH
(k) R1 = OH
O
R2 = OH
O
O
OH HO
OH
OH
O
OH
OH (l) R1 = H
HO R2 = H
OH
OH
(i)
Gambar 2. Beberapa senyawa isolasi dari daun karamunting (a) rodomirton (Limsuwan,
2009), (b) rodomirtoson A, (c) rodomirtoson B, (d) rodomirtoson C, (e)
rodomirtoson D (Ashadawut, 2008), (f) cambretol (Dachriyanus, 2004), (g)
cyaniding-3-O-glikosida, (h) peonidin-3-O-glikosida, (i) malvidin-3-O-glikosida,
(j) petunidin-3-O-glikosida, (k) delphinidin-3-O-glikosida, (l) pelargonidin-3-O-
glikosida (Cui et al., 013).
8
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda–
beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
Biosintesis secara umum metabolit sekunder didalam tumbuhan dapat dilihat pada
CO2 H2O
Respirasi
Fotosintesis, Asimilasi
COOH
O2 O2
Polisakarida Monosakarida HO OH
gikosida OH
H3C OH
Asam sikhimat
CH3COCOOH
COOH
asam piruvat
O CO
H
Asam malonat
3,3, Dimetilalil Asam amino aromatik
pirofosfat Alkaloid
2.4.1 Flavonoid
tanaman dan dapat ditemukan pada semua tanaman vaskuler. Flavonoid adalah
9
komponen yang mempunyai berat molekul rendah dan pada dasarnya merupakan
dasarnya, yaitu tiga cincin utama yang saling melekat. Struktur dasar ini terdiri
dari dua cincin benzen (A dan B) yang dihubungkan melalui cincin heterosiklik
piran atau piron (dengan ikatan ganda) yang disebut cincin C (Middleton et
al.,2000). Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri atas 15 atom
A 3
2
1
Gambar 4. Kerangka dasar flavonoid (Kristanti dkk., 2008)
pada tumbuhan. Sebanyak 4.000 flavonoid diketahui berada pada pigmen dari
3'
2' 4'
8
O 5'
7 1'
1 2 6'
3
6
5 4
flavonoid bergantung pada tingkat oksidasi rantai propan (C3). Salah satu jenis
flavanoid yaitu flavanol (katekin). Terdapat tiga jenis katekin yang perbedaannya
10
hanya pada jumlah gugus hidroksil pada cincin B (1, 2 atau 3). Atom H pada C-2
dan C-3 dalam senyawa katekin berposisi trans sedangkan pada epikatekin kedua
isoflavon (Spencer et al., 2003). Flavonol dan flavon merupakan senyawa yang
tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning (Robinson, 1995). Flavonol
dan flavon yang terdapat dalam tanaman, biasanya dalam bentuk O-glikosida.
Perbedaan yang paling utama antara flavonol dan flavon yaitu pada flavonol
terdapat gugus hidroksi pada gugus C3. Kedua senyawa ini banyak terdapat pada
bagian daun dan bagian luar dari tanaman, dan hanya sedikit yang ditemukan pada
bagian tanaman yang berada di permukaan tanah (Hertog et al., 1992). Apabila
dibandingkan dengan jenis flavonoid lain, jenis flavonol dan flavon merupakan
dua dari jenis flavonoid yang paling banyak terdapat dalam tanaman sayur-
2.4.2 Fenol
Senyawa fenol adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang terikat secara langsung ke sebuah cincin aromatik. Senyawa fenol
cenderung mudah larut dalam air karena umumnya berikatan dengan gula sebagai
glikosida dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Fenol dalam banyak hal mirip
alkohol dengan struktur alifatik di mana gugus hidroksil terikat pada rantai karbon
cincin aromatik, hidrogen dari hidroksil fenolik bersifat labil yang menyebabkan
fenol bersifat sebagai asam lemah (Vermerris and Nicholson, 2006). Senyawa
radikal bebas sehingga efektif dalam menghambat oksidasi lipida (Kinsella et al.,
Ada banyak senyawa fenolik, tetapi secara garis besar dibagi dua
kelompok yaitu polifenol dan flavonoid (Cheung et al., 2003). Senyawa fenol juga
karbon di dalam suatu molekul. Klasifikasi senyawa fenol dapat dilihat pada
(a) fenol yang terdistribusi secara luas, terdapat banyak di tanaman, (b) fenol yang
12
kurang terdistribusi secara luas, senyawanya terdapat dalam jumlah terbatas, dan
(c) fenol yang terdapat dalam bentuk polimer (Vermerris and Nicholson, 2006).
2.5 Ekstraksi
pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif yang terdapat dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan
simplisia bertujuan untuk memisahkan senyawa bahan alam dari jaringan kering
oleh tekstur, kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-
senyawa yang akan diisolasi. Substansi yang akan diekstrak terdapat di dalam
(Rusdi, 1998).
kepolarannya rendah. Pelarut yang lebih polar seperti alkohol dan etil asetat
Pemilihan pelarut berdasarkan kaidah like dissolves like, yang berarti suatu
senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan juga sebaliknya, senyawa non-
polar akan larut dalam pelarut non polar (Kristanti dkk., 2008).
13
digunakan seperti metode maserasi. Metode ini merupakan cara ekstraksi yang
cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu lamanya meserat
(Voight, 1994).
2.6 Fraksinasi
senyawa cair dimana zat pencampurannya berupa senyawa cair yang titik
didihnya rendah dan tidak berbeda jauh dengan titik didih senyawa yang akan
suatu campuran yang komponennya memiliki perbedaan titik didih relatif kecil
memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari kandungan yang lain.
Senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar dan senyawa non-polar
2.7 Kromatografi
pemisahan zat yng terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam
14
system yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara
kelarutan, tekanan uap zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode
diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainya bergerak (fase
gerak). Uji kuantitatif yang digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian
kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi cair kinerja tinggi (Depkes
RI,1995).
didasarkan atas penjerapan, partisi atau gabungannya (Harmita, 2006). Metode ini
merupakan salah satu metode untuk tujuan kualitatif yang banyak digunakan.
sensitivitas yang tinggi, dan dapat digunakan untuk berbagai macam sampel
lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam
secara merata, umunya digunakan lempeng kaca. Lempengan yang dilapisi dapat
dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercepat dapat
didasarkan pada absorbsi, partisi, atau kombinasi kedua efek, tergantung dari dua
zat penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang digunakan. Kromatografi
15
lapis tipis dengan lapis tipis penukar ion digunakan untuk pemisahan senyawa
Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan
kromatografi lapis tipis seperti fase diam, fase gerak, penyiapan sampel dan
parameter kualitatif. Penjerap atau fase diam merupakan fase padat (adsorben)
yang dilekatkan pada penyangga padat untuk mendapatkan lapisan tipis stabil dan
homogen dengan ketebalan kurang lebih 0,1 ‒ 0,25 mm atu disesuaikan dengan
Penyangga yang digunakan dapat berupa lempeng tipis yang terbuat dari
bahan gelas, plastik, dan alumunium dengan ukuran standar 20x20 cm dan 20x5
cm. Lempeng dengan ukuran lain yakni 10x20 cm, 20x40 cm atau disesuaikan
dengan jenis percobaan. Untuk pekerjaan dengan skala kecil dapat digunakan
lempeng mikro yang terbuat dari gelas objek mikroskop (Gritter et al., 1991;
perambatan, dimana semakin halus ukuran partikel maka akan semakin lambat
perambatannya. Dalam hal ini, ukuran partikel penjerap dapat berkisar antara 0,1
‒ 40 µm (Harmita, 2006).
Pemisahan yang optimal sangat ditentukan fase gerak dan fase diam yang
cocok untuk campuran yang akan dipisahkan (Harmita, 2006). Komposisi kimia
fase gerak dapat berupa pelarut murni atau campuran dari beberapa macam pelarut
komponen yang relatif larut dalam pelarut tertentu akan terelusi lebih cepat
Pada tahap persiapan sampel diawali dengan pelarutan sampel pada pelarut
atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel yang telah dilarutkan selanjutnya
ditotolkan pada garis mula berupa titik. Pentolan ini sebaiknya memiliki diameter
perambatan suatu zat (komponen) dengan jarak perambatan fase gerak (solven)
dihitung dari titik penotolan larutan zat dinyatakan sebagai Rf zat tersebut. Harga
identifikasi pendahuluan. Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya
dapat ditentukan dua desimal. Harga Rf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h)
secara prepratif dari campuran, tetapi kemudian digunakan untuk pemisahan zat
pada penentuan kuantitatif, untuk pemurnian pelarut organik dari senyawa yang
meserat tentu saja dengan menggunakan bahan absorbsi optik aktif (Harmann,
17
diam dalam pelarut yang sesuai ke dalam kolom dan dibiarkan memadat.
Permukaan pelarut kemudian diturunkan sampai tepat pada bagian atas penyerap,
dan cuplikan yang dilarutkan dalam pelarut yang sesuai diletakkan pada bagian
atas kolom dan dibiarkan mengalilr ke dalam lapisan atas penyerap atau
penyangga.
pelarut) yang merupakan komponen campuran, turun berupa pita dengan laju
yang berlainan dan dengan demikian dipisahkan. Linarut (bahan terlarut) biasanya
mengukur jumlah ikatan rangkap atau konjugasi elektronik dalam suatu molekul
(Supratman, 2010). Menurut Harmita (2007), informasi yang didapat dari alat ini
diserap oleh senyawa sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi. Panjang
18
gelombang serta intensitasnya ini tergantung dari jenis ikatan dan gugus
karakteristik dan molekul (Christian, 2004). Serapan cahaya oleh molekul dalam
biasanya antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital non ikatan
tak jenuh atau orbital anti ikatan. Spektroskopi UV-Vis dalam prakteknya
seperti gugus kromofor, yaitu suatu gugus kovalen tidak jenuh yang dapat
menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis. Gugus auksokrom, yaitu suatu gugus
fungsional bersifat jenuh yang jika terikat pada suatu gugus kromofor maka akan
panjang gelombang yang lebih besar (red shift). Hal ini terjadi karena pengaruh
pelarut atau efek subtitusi. Pergeseran hipsokromik (blue shift), adalah pergesaran
ke arah panjang gelombang yang lebih kecil atau pendek. Efek hiperkromik
adalah efek yang disebebkan suatu gugus sehingga menyebabkan penurunan nilai
monokromator, dan detektor. Sumber cahaya yang biasa digunakan adalah lampu
Cahaya yang melalui sampel mencapai detektor yang merekam intensitas cahaya
transmisi. Detektor yang sering digunakan untuk instrumen modern adalah fotoida
2.8.2 Spektrofotometri IR
Absorpsi molekul pada infrared atau infra merah terjadi ketika molekul
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Suatu molekul hanya menyerap
adalah sebagai sidik jari suatu molekul dan untuk menentukan informasi struktural
dari suatu molekul. Absorpsi dari tiap tipe ikatan (N-H, C-H , O-H, C-X, C=O, C-
O, C–C, C=C, C=N, dan sebagainya) umunya ditemukan hanya dalam porsi yang
sedikit dari area vibrasi inframerah. Rentang kecil dari absorpsi dapat
Skala dasar pada spektra adalah bilangan gelombang, yang berkurang dari
4000 ke sekitar 670 cm-1 atau lebih rendah. Pita-pita inframerah dalam sebuah
medium (m), dan lemah (w, weak). Suatu pita lemah yang bertumpang tindih
dengan suatu pita kuat disebut bahu (sh, shoulder). Banyaknya gugus fungsi yang
identik dalam sebuah molekul, mengubah kuat relatif pita adsorpsinya dalam
pada daerah 4000 ‒ 1300 cm-1 (2,5 ‒ 7,7 μm) dan daerah 909 ‒ 650 cm-1 (11,0 ‒
daerah gugus fungsi. Vibrasi ulur khas untuk gugus fungsi seperti O-H, N-H, dan
C=O terletak pada daerah itu. Sebagai contoh serapan khas untuk gugus karbonil
20
berada pada daerah 1858 ‒ 1540 cm-1 (5,4 ‒ 6,5 μm). Pita adsorpsi yang kuat bagi
senyawa aromatik dan heteroaromatik berada pada daerah 1600 ‒ 1300 cm-1.
Tidak adanya serapan kuat di daerah 909 ‒ 650 cm-1 menunjukkan suatu struktur
tekuk C-H keluar bidang (out of plane). Bagian tengah spektrum yaitu 1300 ‒ 909
cm-1 biasanya disebut daerah sidik jari (Hartomo, 1982). Daerah sidik jari adalah
khas untuk setiap senyawa. Pita-pita di daerah ini dihasilkan dari gabungan
gerakan tekuk dan ulur dari atom-atom yang ada dan khas untuk setiap senyawa
seperti Fourier Transform Infra Red (FT-IR). Teknik ini memberikan informasi
dalam hal kimia seperti struktur dan konformasional pada polimer, perubahan
induksi tekanan dan reaksi kimia. Sampel padatan diuji dengan cara
merefleksikan sinar infra merah yang melalui tempat kristal sehingga terjadi
kontak dengan permukaan cuplikan. Degradasi atau induksi oleh oksidasi, panas,
maupun cahaya, dapat diikuti dengan cepat melalui inframerah. Sensitivitas FTIR
adalah 80 ‒ 200 kali lebih tinggi dari instrumentasi dispersi standar karena
intensitas spektrum dari setiap frekuensi. Informasi yang keluar dari detektor
21
diubah secara digital dalam komputer dan ditransformasikan sebagai domain, tiap-
tiap satuan frekuensi dipilih dari interferogram yang lengkap (fourier transform).
magnet dari inti atom (Sudjadi, 1985). Terkait hal ini, spektroskopi resonansi
atom yang sering dijumpai pada senyawa organik menjadi dasar adanya
spektrometri magnetik inti proton. Atom hidrogen ini memiliki beberapa isotop,
hidrogen dalam lingkungan, dan struktur gugus yang berdekatan dengan atom
hidrogen (Juliana dkk., 2010). Pengukuran dengan metode ini berada pada daerah
gelombang radio 75 ‒ 0,5 m atau pada frekuensi 4 ‒ 600 MHz, yang bergantung
pada jenis inti yang diukur (Hendayana dkk., 1994). Pelarut yang digunakan
merupakan pelarut dengan viskositas yang rendah. Selain itu, pelarut yang
digunakan juga harus dapat melarutkan cuplikan dan tidak memberkan sinyal.
22
Pelarut organik yang umunya digunakan, yaitu seperti CCl4, CS2, CDCl3, D2O,
menentukan stuktur senyawa kimia. Sebab melalui instrumen ini dapat diketahui
sinyal karbon yang tergantung dari jumlah atom hidrogen terikat, jenis karbon,
yaitu spektrum yang menunjukan pola pemisahan spin-spin dan spektrum yang
tidak menunjukan pola tersebut. Pada kedua tipe spektrum tersebut, digunakan
TMS sebagai standar internal dan pergeseran kimia diukur pada medan lemah dari
13
sinyal TMS. Pergeseran kimia pada spektrum C NMR jauh lebih besar
(subtituen), efek pelarut, dan hibridisasi (Harmita, 2007). Atom C sp3 menyerap
pada medan paling kuat dan diikuti oleh C sp dan akhirnya oleh C sp2 yang
telah didapatkan dalam bentuk dua dimensi yang dapat digunakan sebagai
dimensi, baik sumbu x dan y memiliki nilai pergeseran kimia dan spektrum 2D
diplot sebagai grid seperti peta. Informasi diperoleh dari spektra dengan melihat
puncak dalam grid dan mencocokannya dengan sumbu x dan y (Gauglitz and
Vodinh, 2003).
HMQC adalah satu percobaan untuk mendeteksi sinyal proton dan karbon
dimana inti yang terdeteksi secara langsung adalah proton dan inti yang terdeteksi
secara tidak langsung adalah karbon. Hakekat dari percobaan HMQC adalah
12
menghilangkan atau mengeliminasi sinyal proton menyertakan C, hanya sinyal
13
proton C yang terdeteksi, sehingga hanya ada korelasi pergeseran kimia antara
1 13
H dan C. HMBC adalah salah satu multiple bond HMQC, dengan kata lain
merupakan long range kopling 1H – 13C dan dapat dilihat pada over dua atau tiga
ikatan. Penekanan dari kopling satu ikatan tidak sempurna, sehingga percobaan
dioperasikan tanpa dekopling untuk mencirikan suatu residu kopling satu ikatan.
proton (karbonil atau karbon sp3) atau keterangan tentang adanya atom nitrogen
METODOLOGI PENELITIAN
dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan bulan
3.2.1 Alat
spatel, pinset, alat gelas (Pyrex®), timbangan analitik 0,0001 g (Ohaus® PAJ
3.2.2 Bahan
24
25
(Brataco®), kertas saring Whatman® No.1 (GE Healthcare), dan aluminium foil
(Klinpak®).
langsung yang ditutupi dengan kain hitam selama 5 hari. Sebelum dilakukan
sehingga dapat mengurangi jumlah pengotornya yang terbawa oleh bahan uji.
diblender. Lalu disimpan dalam wadah bersih, kering dan terlindung dari cahaya
matahari.
3.3.2 Ekstraksi
Ekstrak metanol awal sebanyak 200 mL dimasukan kedalam corong pisah dan
Ekstrak yang dipilih berdasarkan pola noda mayor dan sederhana yang
dipersiapkan dengan cara basah, yakni bersihkan kolom dan keringkan di oven
pasang secara vertikal pada statif. Bagian bawah kolom dilapisi dengan kapas lalu
silika gel G60 dibuat suspensi dengan bantuan cairan pengelusi, kemudian
kolom dengan batang karet sampai kolom kromatografi padat secara merata.
Selanjutnya sampel disiapkan secara preadsorbsi dengan cara yang sama seperti
sebelumnya.
fase gerak n-heksana dan campuran n-heksana:etil asetat (9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5)
ditampung pada vial 10 mL dan di analisis dengan KLT. Fraksi pada vial yang
27
menunjukkan pola noda yang sama digabungkan menjadi satu fraksi. Fraksi yang
didapat sebanyak 4 fraksi A (vial 1 ‒ 9), fraksi B (vial 10 ‒ 18), fraksi C (vial 19 ‒
43) dan fraksi D (vial 44 ‒ 93). Fraksi B pada vial no 18 didapatkan isolat
lebih lanjut yang ditunjukkan dengan noda tunggal pada KLT menggunakan 3
gugus fungsi dari isolat. Timbang 5 mg sampel lalu digerus homogen dengan 100
gelombang 400 ‒ 4000 cm-1 untuk melihat gugus fungsinya (Puspawati dkk.,
2012).
28
Kemudian dipipet ke dalam tube hingga tinggi 4 cm (± 2 mL). Tutup tube tersebut
lalu ukur pada frekuensi 500 MHz untuk 1H NMR dan 2D NMR dan 13
C NMR
IR dan spektrometer NMR. Spot noda yang berwarna akan diperoleh pada analisis
KLT. Gugus kromofor yang ada pada senyawa dapat diperkirakan dari data UV-
Vis selain itu data IR dapat memberi informasi jenis gugus fungsinya serta data
kopling dan jenis proton dari isolat tersebut sehingga dapat membantu dalam
serbuk bertujuan untuk memperluas permukaan sampel agar kontak antara pelarut
metode maserasi dengan pelarut metanol. Meserasi merupakan salah satu metode
ekstraksi yang dilakukan pada suhu ruang sehingga mencegah rusaknya metabolit
sekunder yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Hal ini dimaksudkan agar pelarut
dengan nilai persen rendemen sebesar 5,874%. Cara perhitungan persen rendemen
cair menggunakan corong pisah dengan dua pelarut yang berbeda kepolarannya.
29
30
bersifat non-polar akan tertarik ke dalam pelarut n-heksana yang terletak pada
lapisan atas. Kedua, ekstrak metanol kemudian ditambahkan air (2:1) lalu dipartisi
kembali menggunakan pelarut etil asetat dengan perlakuan yang sama seperti
5,26 g, fraksi etil asetat sebanyak 18,7 g dan fraksi metanol sebanyak 34,78 g.
bahwa senyawa-senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar lebih banyak dari
pada senyawa non polar atau semi polar sehingga lebih tertarik oleh pelarut
metanol lebih banyak dibandingkan dengan pelarut n-heksana dan etil asetat yang
hanya 0,526 dan 1,87%. Hal ini dikarenakan, pelarut metanol yang digunakan
untuk proses ekstraksi bersifat polar dan akan menarik senyawa metabolit
senyawa tannin dan metabolit sekunder lain yang terdapat pada ekstrak metanol
Pemisahan terhadap fraksi ekstrak ditentukan berdasarkan pola noda mayor dan
31
sederhana. Fraksi etil asetat menunjukan senyawa dengan noda mayor tetapi
Analisis fraksi n-heksana dengan teknik KLT menunjukan bahwa noda pada
mayor, oleh karena itu pemisahan ekstrak dilakukan terhadap fraksi n-heksana.
saponin. Uji fitokimia terhadap ekstrak daun karamunting perlu dilakukan untuk
sederhana dan mudah dilakukan. Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak daun
dan tanin. Terdapat perbedaan tehadap uji skrining yang dilakukan. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh habitat tempat tumbuh, pengolahan pasca panen dan proses
ekstraksi.
perubahan warna jingga yang menunjukan bahwa adanya flavonoid jenis flavon.
akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang elektrofilik. Adanya
perubahan warna menjadi merah, kuning, atau jingga terjadi karena flavonoid
yang tereduksi dengan logam Mg dan HCl. Reaksi flavonoid dengan logam Mg
OH O-
HO O HO O
H+
+ H+ + MgCl2
+2 H2
OH OH
OH O OH OH
O- O-
HO O HO O
+ Mg2+ + 2Cl-
+ Mg+ 2Cl-
+
OH HO OH
OH OH OH
Gambar 7. Reaksi flavonoid dengan HCl dan logam Mg (Arum dkk., 2012)
pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Uji alkaloid dengan
pereaksi Mayer diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion
yang mengendap. Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan
nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium iodida
pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodobimutat
terjadi pada uji Mayer, Wagner, dan Dragendorff ditunjukan pada Gambar 8.
I2 + I- I3
Coklat
+ KI + I2 + I 3-
N N
K+
Kalium-Alkaloid
endapan
Reaksi Uji Wagner
Gambar 8. Reaksi pada uji Mayer, Wagner, dan Dragendorff
dengan perubahan warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman. Sampel uji
bahwa sampel uji positif mengandung senyawa fenolik. Perubahan warna pada
sampel uji terjadi karena FeCl3 bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang
ada pada senyawa fenolik (Susanty, 2014). Reaksi fenolik dan FeCl3 dapat dilihat
pada Gambar 9.
34
OH OH OH
HO OH HO O O OH
Fe
+ FeCl3 O
HO OH
COOH COOH COOH
COOH
Hasil positif apabila terbentuk busa yang konsisten tidak kurang dari 10 menit
setinggi 1 ‒ 10 cm. Sampel uji positif mengandung saponin, hal ini ditunjukkan
dengan terbentuknya busa yang konsisten setinggi 2,5 cm pada saat sampel uji
dikocok dengan air panas dan tetap stabil dengan penambahan HCl. Timbulnya
busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang mempunyai kemampuan
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lain
lebih lanjut menggunakan kromatografi kolom gravitasi (d= ± 2 cm) dengan silika
gel G60 sebagai fase diam dan eluen dengan kepolaran bertingkat n-heksana : etil
asetat (10:0 ‒ 5:5) sebagai fase geraknya. Setiap isolat yang dihasilkan ditampung
setiap vial dengan kelipatan 3 dicek dengan KLT. Vial-vial yang memiliki pola
(FA ‒ FD). Fraksi FB vial no 18 terbentuk kristal putih kekuningan. Kristal ini
dicuci dengan n-heksana sehingga didapatkan senyawa hasil isolasi dengan berat
± 30 mg.
35
Keterangan:
fase diam = plat KLT GF254
fase gerak = n-heksana:etil asetat 7:3
deteksi = UV 366 nm
Gambar 10. Kromatogram fraksi n-heksana daun karamunting
menggunakan eluen yang berbeda kepolaranya. Hasil uji kemurnian senyawa hasil
36
(6:4). Hasil dari KLT dengan berbagai jenis pelarut tersebut menunjukan pola
noda tunggal yang berflurosensi biru tua di bawah lampu UV 254 nm. Hal
tersebut menunjukan bahwa isolat yang didapat sudah murni. Pola kromatografi
lapis tipis senyawa hasil isolasi dengan berbagai pelarut dapat dilihat pada
Gambar 12. Identifikasi struktur senyawa kimia isolat dilakukan melalui analisis
spektrum UV, hal ini dikarenakan senyawa hasil isolasi larut baik dalam metanol.
Hasil analisis dengan spektrum UV-Vis dari senyawa hasil isolasi dalam pelarut
metanol ditunjukan pada Gambar 13. Berdasarkan pita serapan maksimum yang
karena sistem konjugasi ini menyerap cahaya pada panjang gelombang di atas 200
37
nm. Pada panjang gelombang 301 nm menunjukan adanya eksitasi elektron dari n
– π* yang diduga berasal dari gugus C=C-O. Panjang gelombang yang mucul di
berasal dari gugus C=C (Cresswell, 1982). Pelarut metanol yang digunakan dalam
pengukuran muncul dalam satu puncak di daerah panjang gelombang 224 nm.
pada bilangan gelombang yang bisa dilihat pada Gambar 14. Pita-pita tersebut
hidroksi pada bilang gelombang 3271 cm-1. Pita ini merupakan regang -OH yang
terikat dan umumnya terlihat pada bilang gelombang 3450 – 3200 cm-1. Adanya
gugus hidroksil ini juga diperkuat dengan munculnya ulur –C-O- pada daerah
38
1089 – 1170 cm-1. Pita serapan 3000 – 2800 cm-1 menunjukan adanya regang ˗C-
H alifatik dan diperkuat dengan munculnya serapan pada 1429 – 1388 cm-1
menunjukan adanya ulur ˗C-H. Adanya regang ˗C=O karbonil ditunjukan oleh
serapan pada bilang gelombang 1716 cm-1 dan ˗C=C- yang ditunjukan oleh
690.52
90
584.43
524.64
1037.70
889.18
451.34
964.41
%T
829.39
75
2872.01
1716.65
60
3271.27
1089.78
1288.45
2958.80
45
1429.25
1388.75
1589.34
30
1170.79
15
1625.99
-0
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
im2 1/cm
HMBC. Pelarut yang digunakan untuk pengukuran spektrum NMR yaitu CDCl3.
Spektrum 1H NMR, HMQC dan HMBC diukur pada frekuensi 500 MHZ
13
sedangkan spektrum C NMR di ukur pada frekuensi 125 MHz. Spektrum 1H
39
NMR senyawa hasil isolasi (Gambar 15) menunjukan adanya 32 atom H yang
terkhelasi δH 13,06 ppm, serta satu proton aromatik yang terlihat pada δH 6,13
ppm (1 H; s). Nilai pergeseran kimia masing-masing proton senyawa hasil isolasi
dalam CDCl3 dengan frekuensi 500 MHz dapat dilihat seperti pada Tabel 9.
13 14
O O OH
4
3 4a 10a 5 6
12 A B C
2 9a 8a 7 2' 4'
1 9 8 1' 3'
11
O 1" OH O
5'
2"
4"
3"
dari gugus metil. Pergeseran kimia gugus metil yang tampak muncul pada δH
0,98 ppm (3H; s); δH 0,99 ppm (3H; s); δH 0,84 ppm (3H; d; J 5,9 Hz); δH 0,87
ppm (3H; d; J 5,9 Hz); δH 1,38 ppm (3H; s); δH 1,41 ppm (3H; s); δH 1,44 ppm
(3H; s) dan δH 1,55 (3H; s). Terdapat juga tiga sinyal proton yang terikat pada C
sp3 yang tampak pada δH 1,43 ppm (1H; m), δH 2,28 ppm (1H; m) dan δH 4,28
H-11
H-4’ H-5’
H-13 H-12 H-4”H-3”
H-14
H-1”
H-2”
H-9 H-2’
H-3’
13
Spektrum C NMR senyawa hasil isolasi dalam CDCl3 dengan frekuensi
125 MHz (Gambar 17) menunjukan senyawa ini mengandung 26 atom karbon
yang muncul pada δC 22,92 ppm (C-5’), δC 22,98 ppm (C-4’), δC 23,34 ppm (C-
3”), δC 23,67 ppm (C-4”), δC 24,34 ppm (C-12), δC 24,74 ppm (C-11), δC 24,76
ppm (C-13), δC 24,90 ppm (C-14), δC 25,29 ppm (C-2”), δC 25,32 ppm (C-3’), δC
25,36 ppm (C-9), δC 46,00 ppm (C-1”), δC 47,35 ppm (C-4), δC 53,35 ppm (C-2’),
δC 56,22 ppm (C-2), δC 94,98 ppm (C-5), δC 106,70 ppm (C-8a), δC 107,77 ppm
41
(C-7), δC 114,39 ppm (C-9a), δC 155,78 ppm (C-10a), δC 158,65 ppm (C-6), δC
162,77 ppm (C-8), δC 167,35 (C-4a), δC 198,15 ppm (C-1), δC 206,63 ppm (C-1’)
13
Berdasarkan hasil analisis spektrum C NMR terlihat senyawa hasil
isolasi tersebut memiliki 15 atom C sp3 yang terdapat pada pergeseran kimia
dibawah 90 ppm dan 8 karbon berada pada pergeseran kimia di atas 90 ppm yang
merupakan atom karbon sp2. Spektrum gugus karbonil (C=O) terlihar muncul
pada δC 212,25 ppm, δC 206,63 ppm, dan δC 198,15 ppm. Spektrum HMQC
(Gambar 18) menunjukkan bahwa proton aromatik pada δH 6,13 ppm terikat pada
atom karbon sp2 di daerah δC 94,98 ppm, sedangkan proton pada δH 3,00 ppm
terikat pada atom karbon sp3 yaitu pada δC 53,35 ppm. Hal ini dipertegas oleh
spektrum HMQC yang terlihat pada Gambar 19, sedangkan proton pada δH 1,47
Gambar 18. Spektrum HMQC senyawa hasil isolasi proton pada H 6,13 dan 3,00 ppm
Gambar 19. Spektrum HMQC senyawa hasil isolasi proton pada H 3,00 dan 1,47 ppm
Adapun pada gambar 20 terlihat korelasi antara proton pada δH 4,28 ppm
terikat pada δC 25,26 ppm dan korelasi antara proton pada δH 2,28 ppm yang
terikat pada δC 25,32 ppm. Spektrum HMQC (Gambar 21) menunjukkan bahwa
delapan proton yang muncul pada H 0,84; 0,87; 0,98; 0,99; 1,38; 1,41; 1,44 dan
1,55 ppm terikat pada gugus metil yang masing-masing berkorelasi pada karbon
sp3 yang nampak pada C 23,34; 23,67; 22,92; 22,98; 24,34; 24,74; 24,76 dan
43
24,90 ppm. Proton yang muncul pada H 1,43 ppm berkorelasi dengan karbon
Gambar 20. Spektrum HMQC senyawa hasil isolasi proton pada H 2,28 dan 4,28 ppm
Gambar 21. Spektrum HMQC senyawa hasil isolasi proton pada H 0,84 - 1,55 ppm
Data HMBC (Tabel 10) menunjukan korelasi antara proton aromatik pada
H 6,13 ppm dengan karbon yang terletak pada C 106,70; 107,77; 155,78; dan
158,65 ppm. Proton yang muncul pada H 3,00 ppm menunjukan korelasi pada
karbon yang berada di daerah C-4’ (22,98) dan C-1’ (206,63). Proton yang
muncul di daerah δH 0,98 ppm berkorelasi pada karbon yang muncul pada C-2’
(53,35) dan C-4’ (22,98). Proton yang muncul δH 0,99 ppm berkorelasi pada
44
karbon yang muncul pada C-2’ (53,35) dan C-5’ (23,34). Proton yang timbul pada
daerah H 2,28 ppm menunjukkan korelasi terhadap proton yang muncul di daerah
C-4’ (22,98) dan C-2’ (53,35). Bentuk korelasi antara proton dan karbon yang
Tabel 10. Tabel korelasi dari spektrum HMBC senyawa hasil isolasi
Posisi δ1H, ΣH, m, J HMBC
C-5 6.13; 1H;s C-8a; C-7; C-10a; C-6
C-2’ 3.00; 2H; m C-4’; C-1’
C-9 4.28; 1H; t C-8a; C-1; C-9a; C-1”; C-2”; C-10a; C-8; C-4a
C-3’ 2.28; 1H; m C-4’; C-2’
C-14 1.55; 3H; s C-4; C-13; C-4a; C-3
C-13 1.44; 3H; s C-4; C-14; C-4a; C-3
C-11 1.41; 3H; s C-12; C-2; C-1; C-3
C-12 1.38; 3H; s C-11; C-2; C-1; C-3
C-4” 0.87; 3H; d; J 5,9 Hz C-1”; C-3”; C-2”
C-3” 0.84; 3H; d; J 5.9 Hz C-1”; C-4”; C-2”
C-4’ 0.99; 3H; s C-2’; C-5’
C-5’ 0.98; 3H; s C-2’; C-4’
6,13
H
O OH
3,00
155,78 158,65 H H
B C 53,35 22,98
206,63 CH3 0,99
106,70 107,77
22,92 H
2,28
OH O CH3
0,98
Gambar 22. Bentuk korelasi HMBC proton dengan karbonnya cincin B dan C
pada H 0,84; 0,87; 1,38; 1,41; 1,44 dan 1,55 ppm terhadap karbon tetangga yang
berjarak 2 ‒ 3 ikatan. Proton yang muncul H 0,84 ppm berkorelasi pada karbon
yang muncul pada C-1” (46,00), C-4” (23,67) dan C-2” (25,29). Proton yang
muncul didaerah H 0,87 ppm berkorelasi pada karbon yang muncul pada C-1”
(46,00), C-3” (22,92) dan C-2” (25,29). Proton yang muncul H 1,38 ppm
berkorelasi pada karbon yang muncul pada C-13 (24,76), C-2 (56,22), C-1
45
(198,15) dan C-3 (212,25). Proton yang muncul pada H 1,41 ppm berkorelasi
pada karbon yang muncul pada C-12 (24,34), C-2 (56,22) dan C-1 (198,15).
Proton yang muncul pada H 144 ppm berkorelasi pada karbon yang muncul pada
Proton yang muncul di daerah H 1,55 ppm yang berkorelasi pada karbon
yang muncul pada C-4 (47,35), C-13 (24,76), C-4a (167,35) dan C-3 (212,25).
Proton yang muncul pada H 4,28 ppm menunjukan korelasi terhadap proton yang
berada pada C 106,70; 198,15; 114,39; 46,00; 25,29; 155,78; 162,77 dan 167,35
ppm. Berdasarkan data HMBC di atas dapat digambarkan bentuk korelasi yang
terjadi pada Gambar 23. Bentuk korelasi keseluruhan antar proton dan karbon di
dalam struktur senyawa hasil isolasi dapat dilihat pada Gambar 24.
24,76
1,44 24,90 1,55
H3C CH3
47,35
O O 155,78
212,25
A 167,35 B
1,38H24,34 4,28
3C 56,22 H 162,77
198,15 114,39 106,70
25,36
H3C 24,74 H 46,00
1,41
O H OH
23,67
H 3C 25,29
0,87 H
CH3
23,34 0,84
Gambar 23. Bentuk korelasi HMBC proton dengan karbonnya cincin A dan B
Tabel 11. Data perbandingan NMR senyawa hasil isolasi dengan literatur
No δ C
13
δ13C δ1H, ΣH, m, δ1H, ΣH, m, HMBCa
(ppm)a (ppm)b J(Hz)a J(Hz)b
1 198,15 198,56
2 56,22 56,65
3 212,25 212,16
4 47,35 47,23
4a 167,35 167,65
5 94,98 94,77 6,13; 1H; s 6,19; 1H; s C-8a; C-7; C-10a; C-6
6 158,65 158,70
7 107,77 107,63
8 162,77 162,65
8a 106,70 106,0
9 25,36 25,19 4,28; 1H; t 4,30; 1H; t; J 5,5 C-8a; C-1; C-9a; C-1”,
C-2”; C-10a; C-8; C-4a
9a 114,39 114,26
10a 155,78 155,63
11 24,74 24,58 1,41; 3H; s 1,42; 3H; s C-12, C-2”, C-2, C-1
12 24,34 24,21 1,38; 3H; s 1,39; 3H; s C-11; C-2; C-1; C-3
13 24,76 24,58 1,44; 3H; s 1,44; 3H; s C-4; C-14; C-4a; C-3
14 24,90 24,72 1,55; 3H; s 1,56; 3H; s C-4; C-13; C-4a; C-3
1’ 206,63 206,75
2’ 53,35 53,18 3,00; 2H; m 3,03; 1H; dd; J 6,8 C-4’; C-1’
2,97; 1H; dd; J 15,5
3’ 25,32 25,15 2,28; 2H; m 2,28; 1H; m C-4’; C-2’
4’ 22,98 22,74 0.99; 3H; s 0,98; 3H; d; J 6,3 C-2’; C-5’
5’ 22,92 22,81 0.98; 3H; s 0,98; 3H; d; J 6,3 C-2’; C-4’
1” 46,00 45,82 1,47; 2H; m 1,48; 1H; m
2” 25,29 25,10 1,43; 1H; m
3” 23,34 22,53 0.87; 3H; d; J 5,9 0,87; 3H; d; J 5,9 C-1”; C-4”; C-2”
4” 23,67 23,16 0.84; 3H; d; J 5,9 0,84; 3H; d; J 5,9 C-1”; C-3”; C-2”
Keterangan:
a
Senyawa hasil isolasi
b
Dachriyanus 2002
13
Data C NMR senyawa hasil isolasi menunjukan kemiripan yang tinggi
13
dengan data C NMR rodomirton pembanding. Data analisis 1D NMR dan 2D
NMR senyawa hasil isolasi dibandingkan dengan data analisis 1D NMR dan 2D
5.1 Kesimpulan
kesimpulan bahwa:
kekuningan dengan noda ungu tunggal pada plat KLT di bawah lampu UV
phloroglucinol.
5.2 Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Arya, V. 2011, A review on anti-tuberculosis plants, Int J Pharm Tech Res, 3(2):
872 ‒ 80.
Burkill, I.H. 1996, A dictionary of economic product of the malay peninsula, 2nd
edition, Goverment of Malaysia and Singapore by The Ministry of
Agriculture and Cooperatives, Kuala Lumpur, Malaysia.
Cheung, L.M., Peter, C.K., Cheung E.C. & Vincent, O. 2003, Antioxidant activity
and total phenolics of edible mushroom extracts, Food Chemistry, 8(1): 249
‒ 255.
Christian, G.D. 2004, Analytical chemistry, 6th edition, John Wiley and Sons Inc.,
Washington, USA.
Creeswell, C.J. 1982, Analisis spektrum senyawa organik, edisi ke-2, Institusi
Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.
Cui, C., Zhang, S., You, L., Ren, J., Luo, W., Peter, C.K., et al. 2013, Antioxidant
capacity of anthocyanins from Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) and
identification of the maor anthocyanins, J food Chem, 139(1-4); 1 ‒ 8.
Dachriyanus, Salni, Melvyn, V.S., Brian, W.S., Soediro, I., Sutisna, M., et al.
2002, Rhodomyrtone, an antibiotic from Rhodomyrtus tomentosa, Aust J
Chem, 5(5): 229 ‒ 232.
Fessenden, R.J. & Fessenden, J.S. 1986, Kimia organik, edisi ke-3, Erlangga,
Jakarta, Indonesia.
Gritter, R.J., Bobbits, J.M. & Schwarting, A.E. 1991, Pengantar kromatografi,
edisi ke-2, diterjmahkan oleh Padmawinata, K., Institusi Teknologi Bandung,
Bandung, Indonesia.
49
50
Harmann, J.R. 1998, Analisa farmasi, diterjemahan dari bahasa inggris oleh
Sarjono, k. & Slamet, I., Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia.
Hart, H., Craine, L.E. & Hart, D.J. 2003, Kimia organik, edisi ke-11,
diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Achmadi, Erlangga, Jakarta,
Indonesia.
Hertog, M.G.L., Peter C.H.H. & Dini P.V. 1992, Optimization of potentially
anticarcinogenic flavonoids in vegetables and fruits, J Agric Food Chem
(40): 1591 ‒ 1598.
Hou, A.J.L., Wu, Y.J. & Liu, Y. 1999, Flavone glycoside an ellagitannin from
downy rosmyrtle (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk), Zhongcaoyao, 30:
645.
Hui, W.H., Li, M.M. & Luk, K. 1975, Triterpenoids And steroids from
Rhodomyrtus tomentosa, Phytochemistry, 14: 833.
Kinsella, J.E., Frankel, E., German, B. & Kanmer, J. 1993, Possible mekanisme
for the protective role of antioxidants in wine and plant foods, J Food
Technology, 4: 5 ‒ 89.
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. & Kurniadi B. 2008, Buku ajar
fitokimia, Laboratorium kimia organik Fakultas Matematika dan Ilmu
pengetahuan Alam, Airlangga University Press, Surabaya, Indonesia.
51
Limsuwan, S., Trip, E.N., Kouwen, T.R., Piersma, S., Hiranrat, A.,
Mahabusarakam, W., et al. 2009, Rhodomyrtone: A new candidate as natural
antibacterial drug from Rhodomyrtus tomentosa, Phytomedicine, 16(6): 645 ‒
51.
Pavia, D.L., Lampman, G.M. & Kriz, G.S. 2001, Introduction to spectroscopy, 3rd
Edition, Thomson learning, Inc., America, USA.
Pudjaatmaka, A.H. 1982, Kimia organik, edisi ke-3, Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Puspawati, N.M., Simpe, I. & Miwada. I.S. 2012, Isolasi gelatin dari kulit kaki
ayam broiler dan karakterisasi gugus fugsinya dengan spektrofotometri FT-
IR, jpkimia, 3(4): 1907 – 9850.
Silverstain, R.M., Bassler, G.C. & Morril, T.C. 1986. Spectrometric identification
of organic compounds, edisi ke-4, diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh
Hartono., Erlangga, Jakarta, Indonesia.
Singh, A.P. 2002, A Trestie on phytochemistry, Emedia Sience Ltd., New York,
USA.
52
Spencer, J.P.E., Rice-Evans C.A. & Srai S.K.S. 2003, Metabolism in the small
intestine and gastrointinal tract, 2nd edition, Marcel Dekker Publishers Inc.,
New York, USA.
Stahl, E., 1969, Apparatus and general techniques in TLC, Berlin, Springer-
Verlag, Netherland.
Touchstone, J.C. 1992. Pracice of thin layer chromatography, 3𝑟𝑑 edition, Jhon
Wiley & Sons, Inc., Canada, USA.
Touchstone, J.C. & Dobbins, M.F. 1983, Particel of thin layer chromatography,
John wiley & Sons, Inc., Canada, USA.
Pekatkan dengan
evaporator.
Partisi dengan n-
heksana
Partisi dengan
etil asetat
Analisis KLT
Keterangan:
= menunjukan hasil perlakuan dari perlakuan sebelumnya
= perlakuan yang diberikan
53
54
Ekstrak n-heksana
Analisis: KLT
Fraksinasi dengan KK (n-
heksana : etil asetat)
Analisis KLT
Senyawa
Murni
Spektorotometri UV-
Vis, IR, Spektroskopi 1H
13
NMR, C NMR,
HMQC dan HMBC
Keterangan:
= menunjukan hasil perlakuan dari perlakuan sebelumnya
= perlakuan yang diberikan
55
= 5,874%
= 0,526 %
= 1,87%
= 3,478%
56
No Uji Hasil
1 Alkaloid
(+)
3 Triterpenoid
(-)
4 Steroid
(+)
5 Fenolik
(+)
6 Saponin
(+)
7 Tannin
(+)
57
Ekstrak kental metanol hasil dari Pemekatan ekstrak cair hasil ekstraksi
rotary evaporator dengan rotary evaporator
58
A B C
KLT fraksi FB vial no 18 dengn eluen n-heksana : aseton (3:7), n-
heksana : etil asetat (4:6) dan (6:4)
60
Berdasarkan spektrum di samping terlihat proton yang muncul pada H 0,87 dan 0,84 ppm
berkorelasi terhadap atom karbon tetanggga yang muncul di daerah C 46,00 ppm. Proton
yang muncul pada H 0,98 dan 0,99 ppm berkorelasi terhadap atom karbon tetanggga yang
muncul di daerah C 53,35 ppm. Proton yang muncul pada H 1,41 dan 1,38 ppm berkorelasi
terhadap atom karbon tetanggga yang muncul di daerah C 56,63 ppm. Proton yang muncul
pada H 1,55 dan 1,44 ppm berkorelasi terhadap atom karbon tetanggga yang muncul di
daerah C 47,35 ppm
62
NIM : 08121006068
Alam /Farmasi
No Telepon/HP : 082134770835
Email : imamajiy24@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
63