Anda di halaman 1dari 61

+

KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN HERBA BERKHASIAT OBAT


DI JALUR ANDONGREJO - BANDEALIT TAMAN NASIONAL
MERU BETIRI JEMBER, JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh:

YANUARSYAH EKA PRIHANA


NIM. 031810401032

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2008
+

KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN HERBA BERKHASIAT OBAT


DI JALUR ANDONGREJO - BANDEALIT TAMAN NASIONAL
MERU BETIRI JEMBER, JAWA TIMUR

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Biologi (SI)
dan mencapai gelar Sarjana Sains

Oleh:

YANUARSYAH EKA PRIHANA


NIM. 031810401032

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2008
PERSEMBAHAN

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, serta Shalawat atas
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW. Skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Ayahanda Sutarto dan Ibunda Tintin Prihartini, yang dengan segenap hati telah
mendidik, memberikan kasih sayang, pengorbanan, semangat dan doa yang selalu
mengiringi setiap langkahku demi kesuksesanku.
2. Dinda Ken Siwi, yang telah memberikan motivasi.
3. Guru dan dosenku yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
4. Almamaterku Universitas Jember yang kubanggakan.
MOTTO

(Tuhan) Yang menciptakan bumi sebagai hamparan bagimu dan


langit sebagai atapnya dan yang menurunkan hujan dari langit (awan),
maka tumbuhlah (keluar) karenanya buah-buahan untuk rezekimu,
sebab itu janganlah kamu adakan sekutu Allah, sedangkan kamu mengetahui.
(QS. Al Baqarah: 22)*

* Departemen Agama Republik Indonesia.1996. Al Qur’an dan Terjemahannya.


Semarang: CV. Toha Putra.
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Yanuarsyah Eka Prihana
NIM : 031810401032
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Komposisi Jenis
Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat di Jalur Andongrejo - Bandealit Taman Nasional
Meru Betiri Jember, Jawa Timur” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali jika
disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada instansi manapun, serta bukan
karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika terjadi
di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, September 2008


Yang menyatakan,

Yanuarsyah Eka Prihana


NIM. 031810401032
SKRIPSI

KOMPOSISI JENIS TUMBUHAN HERBA BERKHASIAT OBAT


DI JALUR ANDONGREJO - BANDEALIT TAMAN NASIONAL
MERU BETIRI JEMBER, JAWA TIMUR

Oleh:

Yanuarsyah Eka Prihana


NIM. 031810401032

Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama : Dra. Umiyah, M.Sc.agr.
Dosen Pembimbing Anggota : Dra. Hari Sulistiyowati, M.Sc.
PENGESAHAN

Skripsi berjudul Komposisi Jenis Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat di Jalur


Andongrejo - Bandealit Taman Nasional Meru Betiri Jember, Jawa Timur ini telah
diuji dan disahkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Jember pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember

Tim Penguji,

Ketua Sekretaris

Dra. Umiyah, M.Sc.agr. Dra. Hari Sulistiyowati, M.Sc.


NIP. 131 577 292 NIP. 131 899 598

Anggota I Anggota II

Drs. Moh. Imron Rosyidi, M.Sc. Dra. Retno Wimbaningrum, M.Si.


NIP. 131 759 525 NIP. 132 046 349
Mengesahkan,
Dekan Fakultas MIPA Universitas Jember

Prof. Drs. Kusno. DEA., Ph.D.


NIP. 131 592 357
RINGKASAN

Komposisi Jenis Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat di Jalur Andongrejo-


Bandealit Taman Nasional Meru Betiri Jember, Jawa Timur: Yanuarsyah Eka
Prihana; 031810401032; 2008; 47 halaman; Jurusan Biologi; Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam; Universitas Jember.

Herba adalah tumbuhan yang umurnya pendek dan berbatang basah karena
banyak mengandung air (Wikipedia, 2008b). Tumbuhan herba dapat dimanfaatkan
untuk obat tradisional, contohnya saga (Abrus precatorius L.) sebagai obat sariawan,
Jarong (Achyranthes aspera L.) sebagai obat rematik, Lidah buaya (Aloe vera L.)
untuk obat asma, dan Tapak liman (Elephanthopus scaber L.) untuk obat batuk
(Yuzniza, 2004). Berdasarkan manfaat tumbuhan herba yang besar tersebut, maka
dilakukan penelitian tumbuhan herba khususnya tentang komposisi jenis tumbuhan
herba berkhasiat obat di Jalur Andongrejo-Bandealit Taman Nasional Meru Betiri
Jember, Jawa Timur. Pemilihan lokasi Jalur Andongrejo-Bandealit dilakukan karena
tumbuhan herba banyak tumbuh di lokasi tersebut dan komposisi jenisnya belum
diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang komposisi jenis tumbuhan ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan herba
barkhasiat obat di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur, dan juga
untuk mengetahui kegunaan masing-masing jenis tumbuhan tersebut sebagai obat.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode jelajah pada area seluas
10 m x 13 km di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur. Data yang
diambil berupa jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat dan kondisi fisik
lingkungan (pH tanah, suhu udara, kelembaban udara, dan tekstur tanah). Komposisi
jenis tumbuhan herba berkhasiat obat ditentukan dengan mendeskripsi dan
mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhannya, kegunaan masing-masing jenis tumbuhan
herba berhasiat obat dintentukan dengan studi literatur, sedangkan data kondisi fisik
lingkungan yang didapat dihitung nilai rata-ratanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis tumbuhan herba
berkhasiat obat yang ada terdiri atas 18 suku, 33 marga, 37 jenis. Jenis-jenis yang
banyak ditemukan adalah dari suku Asteraceae. Bagian-bagian tumbuhan herba yang
dapat digunakan sebagai obat adalah akar, batang, dan daun. Bagian tumbuhan herba
berkhasiat obat yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sekitar kawasan
TNMB sebagai bahan obat adalah daun.
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah (Skripsi) yang berjudul “Komposisi Jenis Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat di
Jalur Andongrejo - Bandealit Taman Nasional Meru Betiri Jember, Jawa Timur”
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diselesaikan guna memenuhi persyaratan
akademik dalam rangka menyelesaikan program kesarjanaan strata satu (S1) pada
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Jember. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan berkat banyak
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
segenap hati, tulus dan ikhlas penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dra. Umiyah, M.Sc.agr., selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dra. Hari
Sulistiyowati, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Anggota yang dengan
kesabarannya memberikan bimbingan, pengarahan, dan nasehat bagi penulis;
2. Drs. Moh. Imron Rosyidi, M.Sc. dan Dra. Retno Wimbaningrum, M.Si., selaku
dosen penguji I dan II yang banyak memberikan saran demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini;
3. Dra. Eva Tyas Utami, S.Si., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima
kasih atas bimbingan dan motivasinya selama ini;
4. Seluruh guru-guru dan dosen-dosenku, terima kasih atas ilmu, bimbingan dan
nasehatnya selama ini;
5. Bapak Budi Setio Purbowo selaku Pembimbing Lapang yang telah memberi
bimbingan dan berbagai informasi yang dibutuhkan selama pengambilan data di
TN Meru Betiri;
6. Rekan-rekan seperjuangan “Biodiversity’03” FMIPA Universitas Jember,
terimakasih atas kebersamaan kalian semua;
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini hingga selesai.
Penulis menyadari kekurangan dalam penyajian maupun penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhirnya penulis
berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak
serta bagi perkembangan penelitian pendidikan dan kesehatan.

Jember, September 2008 Yanuarsyah Eka Prihana


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ii

HALAMAN MOTTO..................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

HALAMAN PEMBIMBINGAN .................................................................. v

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... vi

RINGKASAN ................................................................................................ vii

PRAKATA ..................................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1
1.2 Permasalahan ............................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................ 2
1.5 Batasan Masalah........................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Komposisi Jenis ........................................................................... 4
2.2 Herba ............................................................................................ 4
2.3 Tumbuhan Berkhasiat Obat ....................................................... 5
2.4 Taman Nasional Meru Betiri ...................................................... 6
2.4.1 Geologi dan Tanah ............................................................... 7
2.4.2 Topografi .............................................................................. 8
2.4.3 Iklim .................................................................................... 8
2.4.4 Hidrologi ............................................................................. 9

BAB 3. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................. 10
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................... 10
3.3.1 Pengambilan Data ................................................................. 10
3.3.2 Pengambilan Data Lingkungan Abiotik ................................ 12
3.3.3 Studi Literatur Kegunaan Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat 12
3.4 Analisis Data ................................................................................ 13
3.4.1 Komposisi Jenis .................................................................... 13
3.4.2 Kondisi Lingkungan Abiotik ................................................ 13
3.4.3 Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat ......... 13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 14
4.1.1 Komposisi Jenis .................................................................... 14
4.1.2 Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Sebagai Obat .............. 15
4.2 Pembahasan ................................................................................. 17
4.2.1 Komposisi Jenis ................................................................... 17
4.2.2 Kondisi Lingkungan Abiotik ............................................... 29
4.2.3 Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Sebagai Obat ............. 30
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 33
5.2 Saran.............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34
LAMPIRAN .................................................................................................... 37
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
A. Tekstur Tanah ........................................................................................ 37
B. Pengukuran pH Tanah, Suhu Udara, dan Kelembapan Udara............... 37
C. Gambar Jenis-jenis Herba Berkhasiat Obat di Jalur Andongrejo-Bandealit
TNMB Jember, Jawa Timur ................................................................. 38
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) merupakan salah satu Taman Nasional
di Indonesia yang berada di Propinsi Jawa Timur dengan luas area keseluruhan 58.000
ha. Letak kawasan tersebut secara administratif masuk ke dalam dua kabupaten, yakni
Kabupaten Jember seluas 37.585 ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 ha.
Secara geografis kawasan TNMB berada pada 8°21’ - 8°34’ LS, 113°37’ - 113°58’
BT pada ketinggian 900 - 1.223 meter dpl (TNMB, 1995).
TNMB mempunyai lima tipe ekosistem, yaitu ekosistem hutan mangrove
(±7 ha), ekosistem hutan pantai (±2.229 ha), ekosistem hutan rawa (±25 ha),
ekosistem hutan hujan tropis (±47.783 ha), dan ekosistem hutan bambu (±5.810 ha).
Salah satu tipe ekosistem yang menarik untuk dikaji adalah hutan hujan tropis. Ciri
khas ekosistem hutan hujan tropis di TNMB adalah kaya akan berbagai jenis
tumbuhan. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan 496 jenis tumbuhan yang berperan
penting dalam kehidupan. Sebagian dari tumbuhan tersebut (239 jenis) merupakan
tumbuhan berkhasiat obat (TNMB, 1995).
Tumbuhan berkhasiat obat oleh Zuhud, dkk., (2000) dikelompokkan ke dalam
tiga habitus, yaitu herba, semak, dan pohon. Berdasarkan potensinya, jenis tumbuhan
herba dianggap memiliki nilai daya guna paling besar sebagai tumbuhan berkhasiat
obat, karena jenis herba adalah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
sebagai obat tradisional. Selain itu di kawasan TNMB juga terdapat Home Industry
Kelompok TOGA yang memanfaatkan tumbuhan herba sebagai bahan obat
tradisional. Contohnya adalah saga (Abrus precatorius L.) untuk obat sariawan,
babandotan (Ageratum conyzoides L.) untuk obat luka gores pada kulit, rangga dipa
(Clerodendron indicum (L.) Gaertn.) sebagai obat asma, orang-aring (Eclipta alba
Hassk.) untuk obat sakit gigi dan penyubur rambut, meniran (Phyllanthus niruri L.)
sebagai peluruh air seni dan obat demam, sirih (Piper betle L) sebagai obat hidung
berdarah/mimisan, batuk, dan obat bisul (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa tumbuhan herba berkhasiat obat
memiliki potensi yang besar dalam dunia kesehatan. Maka perlu dilakukan penelitian
mengenai komposisi jenis tumbuhan herba berkhasiat obat di Jalur Andongrejo-
Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur. Jalur Andongrejo-Bandealit dipilih sebagai
lokasi penelitian karena tumbuhan herba berkhasiat obat banyak tumbuh di lokasi
tersebut dan komposisi jenisnya belum diketahui. Atas pertimbangan tersebut maka
dilakukan penelitian mengenai komposisi jenis tumbuhan herba berkhasiat obat guna
memperoleh data pelengkap jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat yang tumbuh
di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur. Dengan demikian
keberadaan tumbuhan herba berkhasiat obat tersebut dapat terpantau dalam data base
biodiversitas flora TNMB.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang ada adalah
bagaimanakah komposisi jenis tumbuhan herba berkhasiat obat di Jalur Andongrejo-
Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan herba
barkhasiat obat di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur, dan juga
untuk mengetahui kegunaan masing-masing jenis tumbuhan herba berkhasiat obat
tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi bagi pihak TNMB dan juga masyarakat umum mengenai jenis-jenis
tumbuhan herba barkhasiat obat yang tumbuh di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB
Jember, Jawa Timur. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
sumber informasi mengenai kegunaan masing-masing jenis tumbuhan herba
berkhasiat obat dalam bidang pengobatan tradisional.

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah dalam penentuan jenis-jenis
tumbuhan herba yang berkhasiat obat hanya menggunakan dua buku, yaitu
Syamsuhidayat dan Hutapea (1991)., Achmadi (1997).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposisi Jenis


Komposisi jenis dalam suatu komunitas adalah campuran berbagai jenis
tumbuhan yang tumbuh pada suatu habitat yang berperan dalam pembentukan
komunitas (Shukla and Chandel, 1977). Umumnya komposisi jenis menunjukkan ciri-
ciri morfologi jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh dalam suatu habitat. Ciri-ciri
morfologi tumbuhan diperoleh melalui pengamatan dan deskripsi bagian-bagian
tumbuhannya, meliputi habitus, akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji (Ekoton,
2007).
Ciri-ciri morfologi tumbuhan dalam suatu lingkungan hidup dipengaruhi oleh
faktor alam, seperti suhu, kelembaban, pH tanah, dan unsur hara (IPB, 2003). Sebagai
contoh adalah tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan gersang dan bersuhu tinggi
umumnya memiliki perakaran yang dalam, memiliki jaringan penyimpan air pada
batang, atau berdaun kecil seperti duri. Sedangkan tumbuhan yang tumbuh pada
lingkungan yang bersuhu rendah dan bercurah hujan tinggi memiliki perakaran
dangkal, berdaun lebar dan lebat (Ilmupedia, 2008). Tumbuhan yang tumbuh pada
lingkungan dengan kelembaban tinggi pada umumnya berdaun tipis dan lebar.
Tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan kelembaban yang rendah salah satu
cirinya adalah memiliki daun yang kecil seperti duri (Elcom, 2008). Selain itu
tumbuhan yang tumbuh di lingkungan yang kekurangan unsur hara dan pH tanah
rendah menyebabkan klorosis sehingga daunnya berwarna kuning (IPB, 2008).
Sebaliknya lingkungan dengan pH tanah tinggi akan menyebabkan daun menjadi
keriput dan pertumbuhan terhambat (Hardjowigeno, 1987).

2.2 Herba
Herba adalah tumbuhan yang mempunyai batang basah karena banyak
mengandung air (Kartika, 2000). Krebs (1985) memberikan definisi, herba merupakan
tumbuhan yang berbatang basah dan berumur pendek. Demikian juga menurut
Wikipedia (2008b), yang dimaksud herba adalah tumbuhan yang umurnya pendek dan
berbatang basah karena banyak mengandung air.
Menurut Sudarnadi (1996), tumbuhan herba dapat dibedakan berdasarkan tipe
arah tumbuh batangnya, contohnya yaitu tumbuh tegak dan merayap. Kelompok herba
yang termasuk tumbuh tegak contohnya adalah Rumput teki (Cyperus rotundus L.),
sedangkan kelompok herba yang termasuk tumbuh merayap contohnya adalah
Kembili (Dioscorea aculeata L.) dan Vanili (Vanila planifolia H.C.).
Ditinjau dari masa hidupnya, herba dikelompokkan menjadi herba tahunan
(parennial), herba setahun (annual), dan herba dua tahunan (biannual). Herba
tahunan mempunyai akar dan batang di dalam tanah yang tetap hidup di musim
kering. Herba jenis ini menunjukkan tajuk baru pada permulaan musim hujan,
misalnya Kumis kucing (Tacca palmata BI.). Herba jenis setahun akan menghasilkan
bunga, buah, dan biji setelah tumbuh selama satu musim, contohnya Bunga lili
(Lilium brownii F.E. Brown). Herba dua tahun akan menghasilkan bunga, buah, dan
biji setelah tumbuh selama dua tahun, contohnya Tempuyung (Sonchus arvensis)
(Sudarnadi, 1996).
Tumbuhan herba juga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, misalnya Bakung (Crinum asiaticum L.) dan Anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis Blume) dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Beberapa jenis tumbuhan herba
juga banyak digunakan untuk obat dalam kategori pengobatan tradisional, contohnya
Saga (Abrus precatorius L.) sebagai obat sariawan, Jarong (Achyranthes aspera L.)
sebagai obat rematik, Lidah buaya (Aloe vera L.) untuk obat asma, dan Tapak liman
(Elephanthopus scaber L.) untuk obat batuk (Yuzniza, 2004).

2.3 Tumbuhan Berkhasiat Obat


Tumbuhan berkhasiat obat adalah segala macam jenis tumbuhan yang
memiliki khasiat obat dalam pengobatan tradisional (Yunus, 2000). Menurut Ong
(2000), tumbuhan berkhasiat obat adalah berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat
sebagai sarana perawatan kesehatan, pengobatan serta untuk mempercantik diri yang
selama ini dikenal sebagai jamu tradisional.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa jenis tumbuhan herba adalah yang paling
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Bagian tumbuhan
herba yang dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah akar, batang, dan daun (Zuhud,
2003). Bagian akar tumbuhan Sangketan (Achyranthes bidentata Blume) dan Pacing
(Costus speciosus Smith) bermanfaat sebagai obat radang, menurunkan tekanan darah,
mengobati sipilis dan sebagai bahan kontrasepsi. Rumput teki (Cyperus rotundus L.)
dan Rumput belulang (Eleusine indica (L.) Gaertn.) berkhasiat untuk obat kejang
perut, peluruh air seni, bahan kosmetika, perut kembung, dan masuk angin
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Bagian batang yang dimanfaatkan adalah kulit
batang, yaitu bermanfaat sebagai obat demam. Contoh tumbuhannya adalah Pulasari
(Alyxia reinwardtii Blume). Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), kulit batang
tumbuhan herba mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, polifenol, dan minyak
atsiri yang bermanfaat sebagai penurun panas tubuh. Bagian daun tumbuhan
Babandotan (Ageratum conyzoides L.), Orang-aring (Eclipta alba Hassk.), Tapak
liman (Elephantopus scaber L.), Gempur batu (Ruellia napifera Zoll. & Mor.), dan
Kejibeling (Strobilanthes crispus Blume) pada umumnya dapat dimanfaatkan sebagai
obat peluruh air seni (Achmadi, 1997).

2.4 Taman Nasional Meru Betiri


Ekosistem di TNMB yang paling mendominasi adalah hutan hujan tropis
dengan luas kawasan ±47.783 ha. Hutan hujan tropis merupakan jenis tipe ekosistem
hutan yang paling subur. Curah hujan yang ada pada hutan hujan tropis adalah sekitar
2.000-4.000 mm dalam satu tahun. Suhu berkisar antara ±27-28°C, dengan
kelembaban udara rata-rata sekitar 80%. Komponen dasar hutan hujan tropis adalah
pohon tinggi dengan tinggi maksimum rata-rata sekitar 30 m. Pada kawasan TNMB,
hutan jenis ini terdapat dalam dua wilayah, yaitu pada Resort Sukamade dan jalur
Andongrejo-Bandealit (TNMB, 1995)
Berdasarkan penelusuran studi pustaka yang dilakukan, sampai saat ini belum
diketahui ciri-ciri khusus kondisi lingkungan hutan hujan tropis pada lokasi penelitian
di Jalur Andongrejo-Bandealit. Akan tetapi pada hutan hujan tropis di kawasan TNMB
secara umum dicirikan oleh adanya diversitas jenis tumbuhan dengan strata yang
kompleks (TNMB, 1995). Umumnya struktur hutan hujan tropis terdiri atas herba,
semak, dan pohon (DEPHUT, 2007). Ciri lain yang terdapat pada hutan hujan tropis di
kawasan TNMB adalah adanya komunitas tumbuhan yang padat dengan daun-daun
lebar yang selalu tampak hijau sepanjang tahun (Ewusie, 1990). Selain ciri-ciri yang
disebut di atas, kawasan hutan hujan tropis TNMB memiliki ciri-ciri umum yang dapat
dilihat dari kondisi fisik lingkungannya, diantaranya:
2.4.1 Geologi dan Tanah
Menurut TNMB (1997), geologi dan tanah di kawasan Taman Nasional Meru
Betiri terdiri dari:
a. Aluvium yaitu: Kerikil, pasir, dan Iumpur.
b. Formasi Sukamade yaitu: Batu lempung bersisipan batu lanau dan batu
berpasir.
c. Formasi Puger yaitu: Batu gunung terumbu bersisipan breksi batu gunung dan
batu gamping hutan.
d. Formasi Batu Ampar yaitu: Perselingan batu pasir dan batu lempung
e. Anggota Batugamping Formasi Meru Betiri yaitu: Batugamping, batugamping
tufan dan napal.
f. Formasi Meru Betiri yaitu: Perselingan breksi gunung api, lava, dan tuf.
g. Formasi Mandiku yaitu: Breksi gunung api, tuf breksi, andesit, dan basal
bersisipan tuf.
h. Batuan Terobosan yaitu: Granodiorit, diorite, dan dasit.
Aluvium, forrnasi sukamade, formasi puger, formasi batu ampar, dan anggota
batu gamping formasi meru betiri berasal dari batuan endapan permukaan dan batuan
sendimen. Untuk formasi meru betiri dan formasi mandiku berasal dari batuan gunung
api. Sedangkan batuan terobosan berasal dari batuan terobosan. Aluvium terbentuk
pada zaman holosan kuartier, formasi batu ampar terbentuk pada zaman oligosen,
formasi mandiku dan formasi puger terbentuk pada zaman akhir miosen tersier, batuan
terobosan terbentuk pada zaman tengah miosen tersier sedangkan formasi meru betiri,
formasi sukamade, anggota batu gamping formasi meru betiri terbentuk pada zaman
awal miosen tersier (TNMB, 1997).
Secara umum keadaan tanah di Taman Nasional Meru Betiri merupakan
gabungan dari jenis Aluvial, Regosol coklat dan sebagian besar merupakan Latosol.
Keadaan tanah yang demikian sangat erat hubungannya dengan proses geologis yang
terjadi, yaitu bahan induk dari tanah tersebut adalah berasal dari batuan Aluvium.
Tanah Aluvial umumnya terdapat di daerah lembah dan area yang rendah sampai
daerah pantai. Regosol dan Latosol umumnya terdapat di lereng gunung (Jamil, dkk.,
2005).
2.4.2 Topografi
Keadaan topografi Taman Nasional Meru Betiri pada umumnya bergelombang,
berbukit, dan bergunung-gunung. Gunung yang terdapat di kawasan ini antara lain
Gunung Permisan (587 m), Gunung Meru (343 m), dan Gunung Betiri (1.233 m).
Sedangkan keadaan topografi di sepanjang daerah pantai umumnya berbukit-bukit
sampai bergunung-gunung dengan tebing yang curam. Pantai datar yang berpasir
hanya sebagian kecil, yang terdiri dari Pantai Rajegwesi, Pantai Sukamade, Pantai
Permisan, Pantai Menu, dan Pantai Bandealit. Sungai-sungai di kawasan TNMB
antara lain Sungai Sukamade yang berair sepanjang tahun, Sungai Permisan, Sungai
Menu, dan Sungai Sekar Pisang yang mengalir dan bermuara di Pantai Selatan Jawa
(Jamil, dkk., 2005).
2.4.3 Iklim
Kawasan TNMB merupakan daerah yang dipengaruhi oleh angin musim. Pada
bulan Nopember sampai Maret bertiup angin barat laut yang menyebabkan hujan,
sedangkan musim kemarau terjadi pada akhir bulan April sampai Oktober.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Taman Nasional Meru
Betiri bagian Utara dan Timur (Sukamade-Malangsani) mempunyai tipe iklim B,
sedangkan bagian Selatan dan Barat mempunyai tipe iklim C. Curah hujan rata-rata
2.000–4.000 mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 4 bulan dan bulan basah 7 bulan
(Jamil, dkk., 2005).
2.4.4 Hidrologi
Keadaan tanah kawasan Taman Nasional Meru Betiri yang berbukit dan
bergunung-gunung mengakibatkan terjadinya aliran sungai yang cukup banyak
tersebar hampir di seluruh bagian kawasan Taman Nasional. Daerah aliran sungai
yang utama adalah Sungai Bandealit, Sungai Menu, dan Sungai Sukamade.
Wilayah daerah aliran sungai yang datar sebagian besar sudah berubah menjadi
kawasan perkebunan, diantaranya perkebunan kopi, karet, dan coklat. Di bagian timur
TNMB, terutama pada bagian lereng, yang awalnya merupakan hutan alam telah
dirubah menjadi hutan jati yang cukup luas, karena iklimnya sesuai dengan tanaman
jati. Pola aliran sungai yang berada dalam kawasan TNMB adalah pola radial, yaitu
anak sungai berasal dari pegunungan yang membentuk satu aliran sungai di lereng
gunung (Jamil, dkk., 2005).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27-30 Desember 2007 yang berlokasi
di tepi Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


a. Tampar ukuran 50 m,
b. Meteran ukuran 100 cm,
c. Kantong plastik,
d. Press tumbuhan,
e. Buku-buku tentang tumbuhan obat: Syamsuhidayat dan Hutapea (1991),
Achmadi (1997), dan Pramudito, dkk., (2006),
f. Kertas Koran,
g. pH meter Model DM-15,
h. Higrometer DRY-WET,
i. Soil digger,
j. Kamera HP Sony Ericsson K750i,
k. Termometer batang,
l. Label,
m. Alat tulis.

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan metode jelajah. Pengambilan sampel dilakukan
pada area seluas 10 m x 13 km dengan cara berjalan menyusuri area lokasi penelitian
di tepi Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur (gambar 3.1).
Tumbuhan herba berkhasiat obat yang ditemukan dideskripsi secara langsung di
lapang ciri-ciri morfologi tumbuhannya meliputi bagian akar, batang, daun, bunga,
buah, dan biji. Selanjutnya diambil spesimen sebanyak lima buah untuk diidentifikasi
di Pos Bandealit TNMB. Jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat yang belum
diketahui namanya, diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium Jemberiense.

10 m
U Pos Andongrejo
5m

5m

13 km

Keterangan:

Jalur Andongrejo-Bandealit

Arah jalan jelajah/tracking


10 m
Lokasi pengambilan sampel
2 km Pemukiman
penduduk
Pos Bandealit
1 km

Pantai Bandealit

Gambar 3.1 Skema jalur tracking pengambilan sampel dengan metode jelajah di Jalur
Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur.
3.3.2 Pengambilan Data Lingkungan Abiotik
Pengukuran faktor lingkungan abiotik (tekstur tanah, pH tanah, suhu udara,
dan kelembaban) dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan abiotik Pengukuran
faktor lingkungan abiotik di lapang tersebut meliputi:
a. Sampel tanah diambil dengan menggunakan soil digger dari lapang, kemudian
dianalisis di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Pengambilan sampel tanah dilakukan
sebanyak tiga kali ulangan di setiap pos (Pos Andongrejo, Krecek, dan Pos
Bandealit).
b. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan cara menancapkan pH meter ke dalam
tanah, kemudian menunggu sampai jarum penunjuk angka menjadi tetap lalu
dibaca skalanya. Pengukuran pH tanah dilakukan sebanyak tiga kali ulangan
pada setiap pos (Pos Andongrejo, Krecek, dan Pos Bandealit).
c. Pengukuran suhu udara dilakukan dengan cara menggantungkan termometer
air raksa setinggi 1 m dari atas permukaan tanah, kemudian menunggu sampai
angka penunjuk menjadi tetap dan mencatat suhu udaranya. Pengukuran suhu
udara dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada setiap pos (Pos Andongrejo,
Krecek, dan Pos Bandealit).
d. Pengukuran kelembaban udara dilakukan dengan cara meletakkan higrometer
di tempat ternaungi, kemudian menunggu sampai angka penunjuk menjadi
tetap dan mencatat nilai kelembabannya. Pengukuran kelembaban udara
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada setiap pos (Pos Andongrejo,
Krecek, dan Pos Bandealit).
3.3.3 Studi Literatur Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai kegunaan dari
masing-masing bagian tumbuhan herba yang berkhasiat obat. Literatur yang
digunakan adalah buku-buku tentang tumbuhan obat oleh Syamsuhidayat dan Hutapea
(1991) dan Achmadi (1997). Studi literatur ini juga bertujuan untuk mengetahui jenis-
jenis tumbuhan herba yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan
TNMB, yaitu dengan mnggunakan buku Pramudito, dkk., (2006).

3.4 Analisis Data


3.4.1 Komposisi Jenis
Jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat yang ditemukan di lapang
dideskripsi secara langsung bagian-bagian tumbuhannya yang meliputi habitus, akar,
batang, daun, bunga, buah, dan biji. Selanjutnya diambil spesimen sebanyak 3-5 buah
yang mewakili masing-masing jenis tumbuhan tersebut untuk diidentifikasi sampai
tingkat jenis. Identifikasi dilakukan di Pos Bandealit TNMB dengan menggunakan
buku-buku tentang tumbuhan obat oleh Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) dan
Achmadi (1997). Jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat yang belum diketahui
namanya, diidentifikasi lebih lanjut di Herbarium Jemberiense. Hasil identifikasi
tersebut diklasifikasikan menurut IPNI melalui media internet.
3.4.2 Kondisi Lingkungan Abiotik
Data faktor lingkungan abiotik (pH tanah, suhu udara, dan kelembaban) hasil
pengukuran di lapang diambil nilai rata-ratanya untuk masing-masing data yang
diperoleh. Analisis khusus untuk tekstur tanah, dilakukan dengan metode pipet di
Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Jember. Analisis tekstur tanah dilakukan untuk mengetahui proporsi
kandungan pasir, debu, dan liat (Staff Jurusan Tanah, 2008).
3.4.3 Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat
Hasil penelusuran studi pustaka tentang kegunaan bagian tumbuhan herba
yang diperoleh dari literatur sebagaimana yang dijelaskan pada poin 3.3.3
dikelompokkan berdasarkan kegunaan bagian-bagian akar, batang, atau daunnya.
Pengelompokkan tersebut dilakukan untuk memudahkan mengetahui kegunaan dari
masing-masing bagian tumbuhan herba tersebut.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Komposisi Jenis
Berdasarkan hasil penelitian di lapang, komposisi jenis tumbuhan herba
berkhasiat obat yang tumbuh di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa
Timur tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Nama Suku, Marga, dan Jenis Tumbuhan Herba Berkhasiat Obat di
Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur.

No. Suku No. Marga No. Jenis


1 Acanthaceae 1. Borreria 1. B. hispida K.Schum.
2. Ruellia 1. R. napifera Zoll. & Mor.
3. Strobilanthes 1. S. crispus Blume
2 Amaranthaceae 1. Achyranthes 1. A. aspera L.
2. A. bidentata Blume
2. Amaranthus 1. A. spinosus L.
3 Apocynaceae 1. Alyxia 1. A. reinwardtii Blume
4 Araceae 1. Homalomena 1. H. javanica V.A.V.R.
5 Asteraceae 1. Ageratum 1. A. conyzoides L.
2. Eclipta 1. E. alba Hassk.
3. Elephantopus 1. E. scaber L.
4. Galinsoga 1. G. parviflora Cav.
6 Commelinaceae 1. Aneilema 1. A. malabaricum Merr.
2. Commelina 1. C. benghalensis L.
7 Convolvulaceae 1. Merremia 1. M. mammosa Chois
8 Cyperaceae 1. Cyperus 1. C. rotundus L.
No. Suku No. Marga No. Jenis
9 Euphorbiaceae 1. Euphorbia 1. E. hirta L.
2. Justicia 1. J. gendarussa Burm.f.
3. Phyllanthus 1. P. niruri L.
10 Malvaceae 1. Urena 1. U. lobata L.
2. Sida 1. S. acuta Burm.f.
11 Mimosaceae 1. Mimosa 1. M. pudica L.

12 Papilionaceae 1. Abrus 1. A. precatorius L.


2. Centrosema 1. C. pubescens Benth.
3. Desmodium 1. D. triflorum (L.) D.C.
2. D. triquetrum (L.) D.C.
13 Piperaceae 1. Peperomia 1. P. pellucida H.B. & K.
2. Piper 1. P. betle L.
2. P. cubeba L.f.
3. P. sarmentosa Roxb.
14 Plumbaginaceae 1. Plumbago 1. P. zeylanica L.
15 Poaceae 1. Eleusine 1. E. indica (L.) Gaertn.
16 Solanaceae 1. Physalis 1. P. angulata L.
17 Verbenaceae 1. Clerodendron 1. C. indicum (L.) Gaertn.
2. Stachytarpheta 1. S. jamaicensis (L.) Vahl.
18 Zingiberaceae 1. Costus 1. C. speciosus Smith
2. Nicolaia 1. N. speciosa Horan
Sumber Nama Ilmiah: IPNI (2005)

4.1.2 Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Sebagai Obat


Berdasarkan hasil studi literatur mengenai kegunaan masing-masing bagian
tumbuhan herba berkhasiat obat, didapat hasil seperti yang tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis-jenis Herba Berkhasiat Obat di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB dan
Khasiat Bagian-bagian Tumbuhannya (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

Bagian Tumbuhan Berkhasiat Obat


No. Nama Latin Nama Daerah
Akar Batang Daun

1 Abrus precatorius L. Saga - - Untuk obat sariawan, obat batuk dan radang tenggorokan

2 Achyranthes aspera L. Jarong - - Mengobati demam, malaria, radang amandel,radang paru-paru, gondongan, radang sendi, bengkak
ginjal, nyeri menstruasi, muntah darah, bisul dan kencing darah
3 Achyranthes bidentata Blume Sangketan Berkhasiat sebagai obat radang dan menurunkan tekanan darah - -

4 Ageratum conyzoides L. Babandotan - - Obat luka baru dan wasir

5 Alyxia reinwardtii Blume Pulasari - Kulit batangnya untuk obat demam -

6 Amaranthus spinosus L. Bayem duri - - Obat bisul, sesak nafas, dan demam

7 Aneilema malabaricum Merr. Brambangan - - Untuk pelancar air seni

8 Borreria hispida K.Schum. Bulu lutung Obat sakit kepala Obat sakit kepala Obat sakit kepala

9 Centrosema pubescens Benth. Sintru - - Mengobati bronchitis, bisul, mata merah, sakit telinga, mencuci darah dan untuk zat warna

10 Clerodendron indicum (L.) Gaertn. Rangga dipa - - Mengobati sakit kencing, asma, rematik dan terkilir

11 Commelina benghalensis L. Gewor - - Berkasiat sebagai obat luka, demam, sakit kepala dan untuk peluruh keringat

12 Costus speciosus Smith Pacing Digunakan untuk obat kencing nanah, obat sipilis, bahan baku kontrasepsi - -

13 Cyperus rotundus L. Teki Umbi akar berkhasiat sebagai obat kejang perut, peluruh air seni dan bahan kosmetika - -

14 Desmodium triflorum (L.) D.C. Jareman Untuk ambeyen Untuk ambeyen Untuk ambeyen

15 Desmodium triquetrum (L.) D.C. Daun duduk - - Untuk obat wasir, dan rematik

16 Eclipta alba Hassk. Orang-aring - - Berkhasiat sebagai penyubur rambut, obat sakit gigi, obat sesak nafas dan obat kurap

17 Elephantopus scaber L. Tapak liman - - Untuk obat mencret, obat batuk dan obat sariawan

18 Eleusine indica (L.) Gaertn. Rumput belulang Mengobati perut kembung dan masuk angin - -

19 Euphorbia hirta L. Patikan kebo - - Eksem, herper, alergi, dermatitis, gatal-gatal, abses payudara, dan bintik pada kornea mata

20 Galinsoga parviflora Cav. Bribil - - Sebagai peluruh air seni

21 Homalomena javanica V.A.V.R. Nampu Perangsang nafsu sek laki-laki - -

22 Justicia gendarussa Burm.f. Gandarusa - - Obat pegel linu, pusing kepala, dan menstruasi tidak teratur

23 Merremia mammosa Chois Bidara upas Umbi sebagai obat demam, batuk, difteri, dan gigitan ular - -

24 Mimosa pudica L. Putri malu - - Mengobati asma, diare, bronchitis kronis, batuk, rematik, gondongan, cacing ascaris, susah tidur

25 Nicolaia speciosa Horan Kecombrang - - Obat luka

26 Peperomia pellucida H.B. & K. Suruhan - - Obat sakit kepala, demam

27 Phyllanthus niruri L. Meniran - - Penyakit ginjal, sariawan, gonorhoea, sakit perut, sakit gigi

28 Physalis angulata L. Ceplukan Obat cacingan, dan demam - -

29 Piper betle L. Sirih - - Obat hidung berdarah, bisul, batuk, sariawan dan obat sakit mata

30 Piper cubeba L.f. Kemukus - - Daun dan buahnya sebagai obat sesak nafas, penghangat badan dan penghilang bau mulut

31 Piper sarmentosa Roxb. Cabean Untuk peluruh air seni dan batu empedu - -

32 Plumbago zeylanica L. Daun encok - - Obat encok dan obat pening

33 Ruellia napifera Zoll. & Mor. Gempur batu - - Berkhasiat sebagai peluruh air seni

34 Sida acuta Burm.f. Sidaguri Obat sariawan, obat bengkak sengatan serangga berbisa - Obat kulit gatal, bisul, eksim, kudis, dan cacingan

35 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Pecut kuda - - Obat kencing nanah, encok, memar, bisul dan mencret

36 Strobilanthes crispus Blume Ngokilo/Kejibeling - - Berkhasiat sebagai peluruh


air seni
37 Urena lobata L. Pulutan - - Mengobati luka/borok
4.2 Pembahasan
4.2.1 Komposisi Jenis
Komposisi jenis tumbuhan pada suatu komunitas ditunjukkan oleh adanya
jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh pada suatu lingkungan (Michael, 1995). Hasil
penelitian yang telah dilakukan di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa
Timur menunjukkan bahwa komposisi jenis tumbuhan herba berkhasiat obat yang ada
terdiri atas 18 suku, 33 marga, 37 jenis (Tabel 1).
Jenis-jenis yang banyak ditemukan adalah dari suku Asteraceae. Berdasarkan
pengamatan langsung di lapang, ciri-ciri morfologi jenis-jenis herba berkhasiat obat
yang ditemukan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Abrus precatorius L.
Habitus herba, membelit. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,1-0,2 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut halus,
warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun majemuk menyirip genap beranak
daun delapan, bentuk anak daun memanjang, panjang 1-3,5 cm, lebar 0,3-1,5 cm,
duduk berhadapan, tepi rata, pangkal dan ujung membulat, permukaan berambut
halus, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang tangkai anak daun muda
sangat pendek sedangkan tangkai anak daun dewasa 0,1 cm, permukaan berambut,
warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
2. Achyranthes aspera L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,7 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur,
warna hijau kemerahan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk jorong,
panjang 1-8 cm, lebar 0,5-4 cm, duduk bersilang berhadapan, tepi rata, pangkal
runcing, ujung meruncing, permukaan berambut, pertulangan menyirip, warna hijau;
tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,7-1,9 cm, diameter 0,1 cm, permukaan
berambut halus, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
3. Achyranthes bidentata Blume
Habitus herba, tumbuhan muda tumbuh tegak setelah dewasa memiliki
percabangan tumbuh merayap. Tumbuhan induk berakar tunggang sedangkan pada
percabangannya di setiap nodus tumbuh akar serabut, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur,
warna hijau kemerahan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk belah
ketupat, panjang 1-7 cm, lebar 0,8-4 cm, duduk bersilang berhadapan, tepi beringgit,
pangkal meruncing, ujung runcing, permukaan berambut, pertulangan menyirip, warna
hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,3-0,9 cm, diameter 0,1 cm,
permukaan berambut, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan; dalam satu
tangkai terdapat dua kuntum; pada percabangan ibu tangkai bunga terdapat daun
pelindung (bractea); permukaan mahkota berambut, warna hijau. Buah dan biji tidak
teramati.
4. Ageratum conyzoides L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter 0,2-0,4 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut, warna
hijau kecuali pada pangkal berwarna merah. Daun tidak lengkap, merupakan daun
tunggal, bentuk bulat telur sampai dengan elips, panjang 0,5-6 cm, lebar 0,2-3 cm, tepi
beringgit, pangkal tumpul, ujung runcing, permukaan berambut, pertulangan menyirip,
warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,5-3 cm, diameter 0,1 cm,
permukaan berambut, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk tabung, susunan malai, di
ujung batang; pada percabangan ibu tangkai bunga terdapat daun pelindung (bractea);
pada tangkai bunga terdapat daun tangkai (bracteola); petal bentuk lanset, pangkal
rata, ujung meruncing, warna ungu. Buah tidak teramati. Biji bentuk lonjong, warna
hitam.
5. Alyxia reinwardtii Blume
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,8 cm, percabangan monopodial, permukaan licin, warna
hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun majemuk beranak daun lima, bentuk anak
daun jorong, panjang 7-10,5 cm, lebar 4,5-5,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung
runcing, permukaan licin, mengkilap, pertulangan menyirip, warna hijau; ibu tangkai
daun bentuk bulat, panjang 6,5-15 cm, diameter 0,2-0,3 cm, permukaan licin, warna
hijau; tangkai anak daun bentuk bentuk bulat, panjang 2-5 cm, diameter 0,1-0,2 cm,
permukaan licin, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
6. Amaranthus spinosus L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan berduri,
warna hijau kecuali pada pangkal berwarna merah. Daun tidak lengkap, merupakan
daun tunggal, bentuk elips, panjang 0,7-7 cm, lebar 0,5-3,5 cm, tepi rata, pangkal
meruncing, ujung tumpul, permukaan gundul, pertulangan menyirip, warna hijau;
tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 1-4 cm, diameter 0,1 cm, permukaan
berambut halus, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun dan di
ujung batang, mahkota berwarna hijau. Buah tidak teramati. Biji bulat, kecil, warna
hitam.
7. Aneilema malabaricum Merr.
Habitus herba, merayap. Akar serabut, warna coklat muda. Batang bentuk
bulat, diameter batang 0,1-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut,
warna hijau sampai dengan hijau kemerahan. Daun tidak lengkap, merupakan daun
tunggal, bentuk elips, panjang 2,5-15 cm, lebar 1,5-3 cm, tepi rata, pangkal tumpul,
ujung runcing, permukaan berambut, pertulangan melengkung, warna hijau; tangkai
anak daun bentuk bulat, panjang 0,2-0,4 cm, diameter 0,1 cm, permukaan berambut
halus, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
8. Borreria hispida K.Schum.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur dan
berambut, warna hijau kemerahan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal,
bentuk elips, panjang 1,5-4,5 cm, lebar 0,5-1,5 cm, duduk berhadapan, tepi rata,
pangkal runcing, ujung meruncing, permukaan berambut, pertulangan menyirip, warna
permukaan atas hijau kemerahan sedangkan permukaan bawah berwarna hijau;
tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,3-0,6 cm, diameter 0,1 cm, permukaan
berambut, warna hijau. Bunga majemuk, di ketiak daun dan di ujung batang; kelopak
bentuk bintang, warna hijau; mahkota terdiri dari empat petal, warna putih. Buah dan
biji tidak teramati.
9. Clerodendron indicum (L.) Gaertn.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,7 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur,
berongga, warna hijau kekuningan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal,
bentuk lanset, panjang 5-21 cm, lebar 1,3-1,5 cm, susunan daun berkarang, dalam satu
nodus terdapat tiga helai anak daun, tepi rata, pangkal runcing, ujung meruncing,
permukaan gundul, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk
bulat, panjang 0,3-0,8 cm, diameter 0,1 cm, permukaan gundul, warna hijau
kekuningan. Bunga majemuk, bentuk tandan, di ketiak daun dan di ujung batang;
tangkai bunga berwarna merah; kelopak bentuk bintang, warna hijau kekuningan;
mahkota bunga terdiri dari lima petal, berwarna merah. Buah dan biji tidak teramati.
10. Centrosema pubescens Benth.
Habitus herba, membelit. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,1-0,2 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur dan
berambut halus, warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun majemuk beranak
daun gasal, helaian anak daun bentuk elips sampai dengan segi tiga, panjang 1-5 cm,
lebar 0,5-3 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung runcing, permukaan berambut,
pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,2- 1,2
cm, diameter 0,1 cm, permukaan berambut, warna hijau. Bunga tunggal, di ketiak
daun; permukaan kelopak berambut halus, warna hijau; mahkota bentuk kupu-kupu,
warna ungu; kepala sari bulat, warna kuning, kepala putik bulat, warna putih. Buah
polong, masih muda berwarna hijau setelah masak hitam. Biji bentuk bulat, masih
muda berwarna hijau setelah masak coklat.
11. Commelina benghalensis L.
Habitus herba, merayap. Akar serabut, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,2-0,4 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut, warna
hijau kemerahan. Daun lengkap, merupakan daun tunggal, berpelepah, bentuk bulat
telur sampai dengan elips, panjang 1,5-7 cm, lebar 1,5-4 cm, duduk berseling, tepi
rata, pangkal dan ujung membulat, permukaan berambut, pertulangan melengkung,
warna hijau; panjang tangkai anak daun 0,5-1,1 cm, permukaan berambut, warna
hijau. Bunga tunggal, terletak diujung batang; bentuk mahkota terompet, berwarna
biru. Buah dan biji tidak teramati.
12. Costus speciosus Smith
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,4-0,6 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut
halus, warna hijau. Daun lengkap, merupakan daun tunggal, berpelepah, bentuk
jorong, panjang 9-18 cm, lebar 3-7 cm, duduk daun membentuk satu spirostik, tepi
rata, pangkal runcing, ujung meruncing, permukaan berambut halus, pertulangan
melengkung, warna hijau; panjang tangkai anak daun 0,2 cm, permukaan berambut,
warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
13. Cyperus rotundus L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar serabut, warna coklat tua. Batang bentuk
segi tiga, diameter 0,1-0,2 cm, permukaan licin, warna hijau. Daun lengkap,
merupakan daun tunggal, pangkal berpelepah, bentuk pita, panjang 4-20 cm, lebar 0,1-
0,2 cm, tepi rata, pangkal rata, ujung meruncing, permukaan berambut halus,
pertulangan sejajar, warna hijau. Spikelet bentuk bulir, warna kecoklatan. Buah dan
biji tidak teramati
14. Desmodium triflorum (L.) D.C.
Habitus herba, merayap. Akar serabut, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter 0,1 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut, warna coklat muda.
Daun tidak lengkap, merupakan daun majemuk beranak daun gasal, helaian anak daun
bentuk pasak (cuneatus), panjang 0,5-1 cm, lebar 0,3-0,5 cm, tepi rata, pangkal
runcing, ujung rata, permukaan berambut, warna hijau; tangkai anak daun bentuk
bulat, panjang 0,2-0,7 cm, permukaan berambut, warna hijau kecoklatan. Bunga, buah,
dan biji tidak teramati.
15. Desmodium triquetrum (L.) D.C.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan simpodial, permukaan kasar, warna
hijau kecoklatan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk lanset, panjang
7-15 cm, lebar 2-3 cm, duduk berseling, tepi rata, pangkal meruncing, ujung
meruncing sampai dengan membulat, permukaan kasar, pertulangan menyirip, warna
hijau; terdapat daun penumpu (stipula) yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai
daun, bentuk elips, pangkal rata, ujung runcing, warna hijau kekuningan; tangkai anak
daun bentuk bulat, panjang 0,1-0,2, diameter 0,1 cm, permukaan berambut halus,
warna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan; kelopak bentuk bintang, permukaan
berambut, warna hijau; mahkota terdiri dari empat petal, permukaan berambut halus,
warna merah. Buah polong, masih muda berwarna hijau setelah masak berwarna
coklat. Biji bentuk bulat, warna coklat muda.
16. Eclipta alba Hassk.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,1-0,2 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut,
warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk elips, panjang 0,8-
3,5 cm, lebar 0,3-1,5 cm, duduk bersilang berhadapan, tepi berombak, pangkal
meruncing, ujung runcing, permukaan berambut, pertulangan menyirip, warna hijau;
tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,2-0,4 cm, diameter 0,1 cm, permukaan
berambut halus, warna hijau; pada ketiak daun terdapat kuncup, warna putih
kehijauan. Bunga majemuk, bentuk pita, di ujung batang; petal bentuk lanset, pangkal
membulat, ujung meruncing, warna putih. Buah dan biji tidak teramati.
17. Elephantopus scaber L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,3-0,5 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut,
warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, daun pada pangkal batang
roset akar, bentuk sudip, panjang 1-15 cm, lebar 0,7-5 cm, tepi berombak, pangkal
meruncing, ujung membulat, permukaan kasap dan berambut, pertulangan menyirip,
warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 1-3,5 cm, diameter 0,2 cm,
permukaan berambut, warna hijau; daun pada batang bagian atas bentuk sudip,
panjang 3-5 cm, lebar 1-2 cm, duduk berseling, tepi berombak sampai dengan bergigi,
pangkal meruncing, ujung membulat, permukaan kasap dan berambut, pertulangan
menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,4- 0,8 cm,
diameter 0,1 cm, permukaan berambut, warna hijau; pada ketiak daun batang bagian
atas terdapat kuncup, warna putih kehijauan. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
18. Eleusine indica (L.) Gaertn.
Habitus herba. Akar serabut, warna coklat muda. Batang pipih, permukaan
berambut, warna hijau keputihan. Daun lengkap, merupakan daun tunggal, pangkal
berpelepah, bentuk pita, panjang 5-20 cm, lebar 0,2-0,4 cm, tepi rata, pangkal rata,
ujung meruncing, permukaan berambut, pertulangan sejajar, warna hijau. Spikelet
bentuk bulir, warna hijau muda. Buah dan biji tidak teramati.
19. Euphorbia hirta L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut,
warna hijau kemerahan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk elips,
panjang 1,1-4,5 cm, lebar 0,3-1,5 cm, duduk berhadapan, tepi rata, pangkal dan ujung
runcing, permukaan berambut, warna permukaan atas hijau kemerahan sedangkan
permukaan bawah hijau; tangkai anak daun sangat pendek, warna hijau. Bunga
majemuk, merupakan bunga telanjang (flos nudus), di ketiak daun dan di ujung
batang; daun tenda bunga warna hijau. Buah dan biji tidak teramati.
20. Galinsoga parviflora Cav.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan simpodial, permukaan berambut,
warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk elips, panjang 0,7-
5,5 cm, lebar 0,2-3,5 cm, duduk berhadapan, tepi beringgit, pangkal runcing, ujung
meruncing, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat,
panjang 1-1,5 cm, diameter 0,1 cm, permukaan berambut, warna hijau. Bunga
majemuk, bentuk tabung, di ujung batang; petal bentuk elips, pangkal rata, ujung
runcing, warna putih. Buah tidak teramati. Biji bentuk bulat, warna hitam.
21. Homalomena javanica V.A.V.R.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 1,5-2,4 cm, percabangan monopodial, permukaan licin, warna
hijau; membentuk rimpang, warna coklat tua. Daun lengkap, merupakan daun tunggal,
berpelepah, bentuk jantung, panjang 10-20,5 cm, lebar 7-19 cm, tepi rata, pangkal
berlekuk, ujung runcing, permukaan licin, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai
anak daun bentuk bulat, panjang 7-37 cm, diameter 0,3-0,5 cm, permukaan licin,
warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
22. Justicia gendarussa Burm.f.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan gundul, warna hijau
kecoklatan. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk lanset, panjang 3- 6
cm, lebar 0,5-3,5 cm, duduk berhadapan, tepi rata, pangkal runcing, ujung meruncing,
permukaan licin, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat,
panjang 0,4-1,3 cm, diameter 0,1 cm, permukaan gundul, warna hijau. Bunga, buah,
dan biji tidak teramati.
23. Merremia mammosa Chois
Habitus herba, membelit. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diamater batang 0,2-0,4 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur, warna
hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk jantung, panjang 1-12 cm,
lebar 0,5-15 cm, tepi rata, pangkal berlekuk, ujung meruncing, permukaan gundul,
pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 3-5,5
cm, diameter 0,1-0,2 cm, permukaan gundul, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak
teramati.
24. Mimosa pudica L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,4 cm, percabangan monopodial, permukaan berduri,
warna hijau sampai dengan coklat kemerahan. Daun tidak lengkap, merupakan daun
majemuk campuran, bentuk anak daun memanjang, panjang 1-2 cm, lebar 0,2-1,4 cm,
duduk berhadapan, tepi rata, pangkal dan ujung runcing, permukaan berambut, warna
hijau; tangkai anak daun sangat pendek, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk
bongkol; mahkota warna merah muda. Buah polong, bentuk pipih, warna hijau
kecoklatan dan jika masak berwarna coklat. Biji pipih, warna hijau dan jika masak
berwarna coklat.
25. Nicolaia speciosa Horan
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar serabut, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,8-1,2 cm, percabangan monopodial, permukaan licin, mengkilap,
warna hijau. Daun lengkap, merupakan daun tunggal, berpelepah, bentuk memanjang,
panjang 4-30 cm, lebar 2,5-15 cm, tepi rata, pangkal dan ujung runcing, permukaan
licin dan mengkilap, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk
bulat, panjang 03-0,5 cm, diameter 0,2-0,3 cm, permukaan licin, warna hijau. Bunga,
buah, dan biji tidak teramati.
26. Peperomia pellucida H.B. & K.
Habitus herba, merambat. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,1-0,2 cm, percabangan monopodial, permukaan licin, warna hijau
muda. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk jantung, panjang 0,9- 4
cm, lebar 0,5-2 cm, tepi rata, pangkal berlekuk, ujung runcing, permukaan licin,
pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,2- 0,6
cm, diameter 0,1 cm, permukaan licin, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak
teramati.
27. Phyllanthus niruri L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,1-0,3 cm, percabangan mopodial, permukaan licin, warna
hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk memanjang, panjang 0,4-
0,8 cm, lebar 0,1-0,3 cm, duduk berseling, tepi rata, pangkal dan ujung membulat,
warna hijau; tangkai anak daun sangat pendek, warna hijau. Bunga tidak teramati,
Buah berbelah tiga, masih muda berwarna hijau jika masak berwarna kuning. Biji
bulat, kecil, warna hitam.
28. Physalis angulata L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
berbentuk segi empat, diameter batang 0,3-0,8 cm, percabangan simpodial, permukaan
licin, warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk jorong,
panjang 0,5-7 cm, lebar 0,3-4 cm, dalam satu nodus terdapat dua tangkai anak daun,
duduk bersilang berhadapan, tepi berombak sampai dengan bergigi, pangkal dan ujung
runcing, permukaan berambut halus, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak
daun bentuk segi empat, panjang 1-4 cm, diameter 0,1-0,2 cm, permukaan licin, warna
hijau. Bunga tunggal, di ketiak daun dan di ujung batang; kelopak berlekuk, warna
hijau; mahkota bentuk lonceng, warna kuning. Buah semu tunggal, bentuk bulat,
masih muda berwarna hijau jika masak berwarna kuning. Biji bulat, kecil, warna putih
kekuningan.
29. Piper betle L.
Habitus herba, memanjat. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,1-0,4 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur, warna
hijau; mempunyai akar pelekat, warna hijau kecoklatan. Daun tidak lengkap,
merupakan daun tunggal, bentuk jorong, panjang 2-15 cm, lebar 1,5-9 cm, tepi rata,
pangkal tumpul, ujung runcing, permukaan licin, pertulangan menyirip, warna hijau;
tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 1-3 cm, diameter 0,1-0,2 cm, permukaan
berambut halus, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk untai, warna hijau. Buah buni,
bentuk lonjong, warna hijau. Biji tidak teramati.
30. Piper cubeba L.f.
Habitus herba, memanjat. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan licin, warna hijau;
mempunyai akar pelekat, warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal,
bentuk jantung, panjang 2-15,5 cm, lebar 1,5-4 cm, tepi rata, pangkal berlekuk, ujung
meruncing, permukaan gundul, pertulangan menjari, warna hijau; tangkai anak daun
bentuk bulat, panjang 1-8 cm, diameter 0,1-0,2 cm, permukaan gundul, warna hijau.
Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
31. Piper sarmentosa Roxb.
Habitus herba, merambat. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang bulat,
diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur, warna
hijau; mempunyai akar pelekat, warna coklat muda. Daun tidak lengkap, merupakan
daun tunggal, bentuk jorong sampai dengan jantung, panjang 2-10 cm, lebar 1,5- 8
cm, tepi rata, permukaan gundul, pangkal meruncing sampai dengan berlekuk, ujung
runcing, permukaan licin, pertulangan menjari, warna hijau; tangkai anak daun bentuk
bulat, panjang 0,5-3 cm, diameter 0,1-0,2 cm, permukaan gundul, warna hijau. Bunga,
buah, dan biji tidak teramati.
32. Plumbago zeylanica L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan beralur,
warna hijau tua. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk bulat telur
sampai dengan jorong, panjang 2,5-7 cm, lebar 1-3 cm, duduk berseling, tepi
berombak, pangkal dan ujung meruncing, permukaan berambut halus, pertulangan
menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,5-0,9 cm, diameter
0,1-0,2 cm, permukaan gundul, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
33. Ruellia napifera Zoll. & Mor.
Habitus herba, tumbuh serong ke atas atau condong. Akar tunggang, warna
coklat tua. Batang bulat, diameter batang 0,1-0,2 cm, percabangan monopodial,
permukaan berambut, warna hijau kecoklatan. Daun tidak lengkap, merupakan daun
tunggal, bentuk sudip, panjang 2-10 cm, lebar 0,5-6 cm, duduk bersilang berhadapan,
tepi beringgit, pangkal runcing, ujung tumpul, permukaan kasap, pertulangan
menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 1-2,3 cm, diameter 0,1
cm, permukaan berambut halus, warna hijau. Bunga bulir; mahkota bentuk terompet,
warna putih. Buah kotak, masih muda berwarna hijau dan jika masak pecah berwarna
coklat. Biji pipih, warna coklat.
34. Sida acuta Burm.f.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,1-0,3 cm, percabangan monopodial, permukaan kasar, warna
hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk lanset, panjang 1,5-5 cm,
lebar 0,5-3 cm, duduk berseling, tepi bergerigi, pangkal dan ujung runcing, permukaan
berambut, pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang
0,1-0,2 cm, permukaan berambut halus, warna hijau. Bunga tunggal, di ketiak daun
dan di ujung batang; kelopak bentuk mangkuk, warna hijau; petal bulat telur, warna
kuning. Buah keras, masih muda hijau setelah masak hitam. Biji bulat, kecil, warna
hitam.
35. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,6 cm, percabangan simpodial, permukaan beralur,
berwarna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk jorong, panjang
2-8 cm, lebar 1-6 cm, tepi bergerigi, pangkal dan ujung runcing, permukaan berkerut,
pertulangan menyirip, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,5- 2
cm, diameter 0,1 cm, permukaan berambut halus, warna hijau. Bunga majemuk,
bentuk bulir; mahkota bentuk terompet, warna ungu. Buah dan biji tidak teramati.
36. Strobilanthes crispus Blume
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,3-0,4 cm, percabangan monopodial, permukaan gundul,
warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk jorong, panjang
1,5-18 cm, lebar 0,6-8 cm, duduk bersilang berhadapan, tepi beringgit, pangkal
runcing, ujung meruncing, permukaan gundul, pertulangan menyirip, warna hijau;
tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 0,5-1 cm, diameter 0,1 cm, permukaan
berambut, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak teramati.
37. Urena lobata L.
Habitus herba, tumbuh tegak. Akar tunggang, warna coklat muda. Batang
bulat, diameter batang 0,2-0,5 cm, percabangan monopodial, permukaan berambut
halus, warna hijau. Daun tidak lengkap, merupakan daun tunggal, bentuk bulat,
memiliki toreh yang dalam, panjang daun 1,5-5 cm, lebar 1-4 cm, duduk tersebar, tepi
berombak sampai dengan bergerigi, pangkal berlekuk, ujung runcing, permukaan
kasap, pertulangan menjari, warna hijau; tangkai anak daun bentuk bulat, panjang 1-11
cm, diameter 0,1 cm, permukaan berambut, warna hijau. Bunga, buah, dan biji tidak
teramati.
4.2.2 Kondisi Lingkungan Abiotik
Hasil pengukuran kondisi lingkungan abiotik di Jalur Andongrejo-Bandealit
TNMB Jember, Jawa Timur menunjukkan bahwa pH tanah rata-rata adalah 5,7.
PROHATI (2008) menyatakan bahwa tumbuhan herba tumbuh subur pada pH tanah di
atas 5 dan kurang dari 7. Suhu udara yang terukur adalah 27-28ºC. Riset yang telah
dilakukan oleh Walter (1981) menunjukkan bahwa suhu udara di daerah dataran
rendah hutan hujan tropis berkisar antara 20-28ºC.
Kelembaban udara yang terukur adalah 78-79 %. Hidayat (2006) menyatakan
bahwa salah satu faktor pendukung tumbuhan herba dapat tumbuh subur adalah
kelembaban udara yang berkisar antara 69-85%. Tekstur tanah di area penelitian
adalah Loam. Tekstur Loam terdiri dari 41,15-43,11% pasir, 39,84-44,84% debu, dan
12,05-19,01% lempung (Staff Jurusan Tanah, 2008). Tanah bertekstur loam
merupakan tanah yang subur, baik untuk pertumbuhan tumbuhan karena memiliki
kandungan nutrisi dan kandungan air yang cukup (Wikipedia, 2008a)
4.2.3 Kegunaan Bagian Tumbuhan Herba Sebagai Obat
Berdasarkan penelusuran studi pustaka mengenai kegunaan bagian tumbuhan
herba berkhasiat obat, diketahui bahwa bagian-bagian tumbuhan herba yang
dimanfaatkan sebagai obat adalah akar, batang, dan daun (Zuhud, 2003). Berikut ini
adalah khasiat dari masing-masing bagian tumbuhan herba sebagai obat secara
berturut-turut. Akar tumbuhan herba memiliki khasiat sebagai obat kejang perut,
peluruh air seni, bahan kosmetika, perut kembung, perangsang nafsu sek laki-laki,
obat cacingan, sengatan serangga, dan masuk angin. Tumbuhannya adalah Cyperus
rotundus L., Eleusine indica (L.) Gaertn., Homalomena javanica V.A.V.R., Physalis
angulata L., Piper sarmentosa Roxb., dan Sida acuta Burm.f. Sedangkan yang
bermanfaat sebagai obat radang, menurunkan tekanan darah, mengobati sipilis, dan
sebagai bahan kontrasepsi adalah Achyranthes bidentata Blume dan Costus speciosus
Smith (Tabel 2). Syamsuhidayat dan Hutapea (1991) menjelaskan bahwa akar
tumbuhan herba mengandung senyawa kimia saponin, tanin, dan polifenol yang dapat
mengobati jenis-jenis penyakit tersebut.
Bagian batang yang dapat dimanfaatkan kulit batangnya sebagai obat hanya
ada satu jenis, yaitu Alyxia reinwardtii Blume (Tabel 2). Tumbuhan herba yang dapat
dimanfaatkan seluruh bagian batangnya sebagai obat ada dua jenis, yaitu Borreria
hispida K.Schum., sebagai obat sakit kepala dan Desmodium triflorum (L.) DC.,
sebagai obat ambeyen. Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), batang tumbuhan
herba mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri yang
dapat mengobati penyakit demam tinggi.
Bagian daun pada umumnya dapat dimanfaatkan sebagai obat peluruh air seni,
obat sakit kepala, demam, obat bisul, ambeyen, sakit kepala, pegel linu, menstruasi
tidak lancar, encok, asma dan obat luka gores pada kulit. Tumbuhannya adalah Abrus
precatorius L., Achyranthes aspera L., Ageratum conyzoides L., Amaranthus spinosus
L., Aneilema malabaricum Merr., Borreria hispida K.Schum., Commelina
benghalensis L., Clerodendron indicum (L.) Gaertn., Centrosema pubescens Benth.,
Desmodium triflorum (L.) D.C., Desmodium triquetrum (L.) D.C., Eclipta alba
Hassk., Elephantopus scaber L., Euphorbia hirta L., Galinsoga parviflora Cav.,
Justicia gendarussa Burm.f., Mimosa pudica L., Nicolaia speciosa Horan, Peperomia
pellucida H.B. & K., Phyllanthus niruri L., Piper betle L., Plumbago zeylanica L.,
Ruellia napifera Zoll. & Mor., Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl., dan
Strobilanthes crispus Blume (Tabel 2). Daun tumbuhan herba mengandung senyawa
kimia saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri yang berkhasiat sebagai obat
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Selain akar, batang, dan daun masih ada bagian lain yang dapat dimanfaatkan
sebagai obat, yaitu umbi dan buah. Menurut Djauhariya dan Moko (1999), umbi
Cyperus rotundus L., mengandung saponin, flavonoida, dan minyak atsiri yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat peluruh air seni. Umbi Merremia mammosa Chois
mengandung alkaloida sebagai obat demam, batuk, difteri, dan gigitan ular.
Berdasarkan pendapat Achmadi (1997), buah Piper cubeba L.f., mengandung saponin,
flavonoida, dan minyak atsiri yang dimanfaatkan untuk obat sesak nafas, penghangat
badan, dan penghilang bau mulut.
Hasil penelitian diperoleh 37 jenis tumbuhan berba berkhasiat obat (Tabel 2).
Berdasarkan penelusuran studi pustaka diketahui bahwa masyarakat sekitar kawasan
telah memanfaatkan 23 jenis tumbuhan herba sebagai obat (Pramudito, dkk., 2006).
Hal ini menunjukkan bahwa ada 14 jenis tumbuhan herba berkhasiat obat yang belum
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai bahan baku obat. Jenis-jenis
tumbuhan herba berkhasiat obat yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
kawasan adalah Aneilema malabaricum Merr., Borreria hispida K.Schum.,
Centrosema pubescens Benth., Clerodendron indicum (L.) Gaertn., Commelina
benghalensis L., Cyperus rotundus L., Desmodium triflorum (L.) D.C., Desmodium
triquetrum (L.) D.C., Eleusine indica (L.) Gaertn., Galinsoga parviflora Cav.,
Nicolaia speciosa Horan, Peperomia pellucida H.B. & K., Plumbago zeylanica L.,
dan Sida acuta Burm.f.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tumbuhan herba
berkhasiat obat memiliki peran penting bagi dunia kesehatan, oleh karena itu dalam
pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat tersebut haruslah dengan hati-
hati dan melalui prosedur yang legal. Hal itu dilakukan karena TNMB merupakan
kawasan konservasi, selain itu juga agar tidak terjadi penurunan populasi yang cukup
tajam dan membahayakan keberlangsungan hidup jenis tumbuhan herba berkhasiat
obat yang tumbuh di alam.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian, diketahui bahwa komposisi jenis tumbuhan
herba berkhasiat obat di Jalur Andongrejo-Bandealit TNMB Jember, Jawa Timur
terdiri atas 18 suku, 33 marga, 37 jenis. Jenis-jenis yang banyak ditemukan adalah dari
suku Asteraceae.
Berdasarkan hasil studi literatur, jenis-jenis tumbuhan herba berkhasiat obat
yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan sebanyak 23 jenis. Bagian
tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku obat adalah daun.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi jenis tumbuhan
herba berkhasiat obat di blok-blok lain kawasan TNMB. Penelitian tersebut nantinya
dapat memberikan informasi tambahan mengenai jenis-jenis tumbuhan herba
berkhasiat obat guna pengembangan data base biodiversitas flora TNMB.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

DEPHUT. 2007. Hutan Tropik dan Kepentingannya. [serial online].


http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/chinglin.html. [6 November
2007].

Djauhariya, E. dan Moko, H. 1999. Jenis-Jenis Gulma Berkhasiat Obat Tradisional di


Beberapa Tempat di Daerah Bogor dan Sukabumi. Seminar Nasional Persada.

Ekoton, 2007. Komunitas Vegetasi. [serial online]. http:// fp.uns.ac.id/~hamas


ains/ekotan %203.htm [17 April 2007].

Elcom. 2008. Lingkungan Tanaman. [serial online].


http://fp.elcom.umy.ac.id/file.php/11/VII._LINGKUNGAN_TANAMAN.pdf.
[20 Agustus 2008].

Ewusie, Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Melton Putra.

Hidayat, S. 2006. Tumbuhan Obat Langka di Pulau Jawa, Populasi, dan Sebaran.
Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Ilmupedia, 2008. Susunan dan Macam Ekosistem. [serial online].


http://ilmupedia.com/index2.php?option=com_content&task=view&id=136&po
p=1&page=0&Itemid=33. [28 Maret 2008].

IPB. 2003. Faktor Lingkungan Tanaman. [serial online].


http://72.14.235.104/search?q=cache:49KBLTzVx_4J:fp.elcom.umy.ac.id/file.p
hp/11/VII._LINGKUNGAN_TANAMAN.pdf+faktor+lingkungan+tumbuhan&h
l=id&ct=clnk&cd=6&gl=id. [15 Mei 2008].

IPB, 2008. pH Tanah. [Serial Online]. http://iel.ipb.ac.id/sac/2002/agrostologi/ph


tanah.htm. [20 Maret 2008].

IPNI, 2005. The International Plant Names Index. [serial online].


http://www.Ipni.org/Ipni/SimplePlantNameSearch.do. [3 Januari 2008].
Jamil, N., Nissa, K., dan Purwantono. 2005. Buku Informasi Taman Nasional Meru
Betiri. DIPA Tahun 2005 Taman Nasional Memru Betiri.

Kartika, D. 2000. Dictionary / Kamus. [serial online]. http://www.asiamaya.com/


dictionary/herba.htm. [18 Juni 2007].

Krebs, C. J. 1985. Ecology: The Esperimental Analisis of Distributuion and


Abundance. Third Edition. New York: Harper Collins Publisher.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium.


Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Prospek Industri Obat Asli Indonesia. Makalah Seminar. Tumbuhan Obat di


Ong, C. 2000.
Indonesia. Kerjasama Indonesian Resource Centre for Indigenous Knowledge
(INRIK). Universitas Pajajaran dan Yayasan Ciungwanara dengan Yayasan
KEHATI. 26-27 April 2000.

Pramudito, S., Purwantono, Jamil, N., Guntoro, D.A., Rohmah, N., Syarif, O. 2006.
Hasil Inventarisasi pemanfaatan Jasa lingkungan dan Wisata Alam Taman
Nasional Meru Betiri. Laporan. Departemen Kehutanan. Direktoral Jendral
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Balai Taman Nasional Meru Betiri,
Jember.

PROHATI. 2008. Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Indonesia. [serial online].


http://www.kehati.or.id/prohati/browser.php?docsid=409%20-%2014k.
[25 Januari 2008].

Staff Jurusan Tanah, 2008. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jember:
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta: Penebar Swadaya.

Shukla, R. S and P. S. Chandel. 1977. Plant Ecology and Soil Science. New Delhi:
Dhand and Co Ltd.

Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, R. J. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia I.


Jakarta: Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

TNMB. 1995. Proyek Pengembangan TNMB. 1995. Buku II Data, Proyeksi dan
Analisa Pengelolaan TNMB 1995-2020. Proyek Pengembangan TNMB Tahun
Ajaran 1994/1995. Sub Balai KSDA Jatim II. BKSDA IV. Kantor Wilayah
Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Timur.
TNMB. 1997. Taman Nasional Meru Betiri. [serial online].
http://www.ditjenphka.go.id/kawasan/tn/Taman%20Nasional%20Meru%20Betir
i.html. [6 N0vember 2007].

Walter, H. 1981. Ecology of Tropical and Sub Tropical Ecology. New York: Van
Nostrand Reinhold Co.

Wikipedia. 2008a. Loam. [serial online]. http://en.wikipedia.org/wiki/Loam. [2 Mei


2008].

Wikipedia, 2008b. Pohon Herba. [serial online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Herba.


[17 Maret 2008].

HAKI dalam Tanaman Obat. Makalah Seminar. Tumbuhan Obat di


Yunus, E. 2000.
Indonesia. Kerjasama Indonesian Resource Centre for Indigenous Knowledge
(INRIK). Universitas Pajajaran dan Yayasan Ciungwanara dengan Yayasan
KEHATI. 26-27 April 2000.

Yusniza. 2004. Herba dengan Rahasia Nilai Ubatannya. [serial online].


http://pkukmweb.ukm.my/2ahmad tugasan/S2-99/a61284.htm. [20 April 2007].

Zuhud, E.A.M. 2003. Pengembangan Tumbuhan Obat Berbasis Konsep Bioregional.


[serial online]. http://www.google.co.id/search?q=tumbuhan+obat+di+taman++
nasional+meru+betiri&hl=id&start=10&sa=N. [18 Juni 2007].

Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Hikmat, dan Sandra. 2000. Inventarisasi, Identifikasi dan
Pemetaan Potensi Wanafarma Propinsi Jawa Timur. Laporan. Tidak
Dipublikasikan.
LAMPIRAN

A. Tekstur Tanah
Kode Tekstur (%)
No Kode Contoh Tekstur Keterangan
Lab Pasir Debu Lempung
1 Bandealit 001 43.11 44.84 12.05 Loam
2 Krecek 002 41.15 39.84 19.01 Loam
3 Andongrejo 003 51.15 16.53 32.32 Sandy Clay Loam

B. Pengukuran Kondisi Fisik Lingkungan

Tabel 1. Pengukuran pH tanah, suhu udara, dan kelembaban udara.

No Lokasi Sampel Ph Tanah Suhu Udara (°C) Kelembaban (%)


5.5 28 78
1 Bandealit 5.5 28 78
6 28 78
6.5 28 78
2 Krecek 6.5 28 78
6.4 28 78
5 28 78
3 Andongrejo 5.5 27 79
5 28 79
Rata-rata 5.7 27.8 78.2
C. Gambar Jenis-jenis Herba Berkhasiat Obat di Jalur Andongrejo-Bandealit
TNMB Jember, Jawa Timur

1. Abrus precatorius L. 2. Achyranthes aspera L.

3. Achyranthes bidentata Blume 4. Ageratum conyzoides L.


5. Alyxia reinwardtii Blume 6. Amaranthus spinosus L.

7. Aneilema malabaricum Merr. 8. Borreria hispida K.Schum.


9. Clerodendron indicum (L.) Gaertn. 10. Centrosema pubescens Benth.

11. Commelina benghalensis L. 12. Costus speciosus Smith


13. Cyperus rotundus L. 14. Desmodium triflorum (L.) D.C.

15. Desmodium triquetrum (L.) D.C. 16. Eclipta alba Hassk..


17. Elephantopus scaber L. 18. Eleusine indica (L.) Gaertn.

19. Euphorbia hirta L. 20. Galinsoga parviflora Cav.


21. Homalomena javanica V.A.V.R. 22. Justicia gendarussa Burm.f.

23. Merremia mammosa Chois 24. Mimosa pudica L.


25. Nicolaia speciosa Horan 26. Peperomia pellucida H.B. & K.

(Gambar diambil dari bagian atas)

27. Phyllanthus niruri L. 28. Physalis angulata L.


29. Piper betle L. 30. Piper cubeba L.f.

31. Piper sarmentosa Roxb. 32. Plumbago zeylanica L.


33. Ruellia napifera Zoll. & Mor. 34. Sida acuta Burm.f.

35. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. 36. Strobilanthes crispus Blume


37. Urena lobata L.

Anda mungkin juga menyukai