SKRIPSI
OLEH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
OLEH
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Disetujui di
Medan, Mei 2017
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Disetujui Oleh
Departemen Biologi FMIPA USU
Ketua,
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Jenis dan Morfometrik Amfibi yang Terdapat Di Taman Wisata Alam
Sicike-cike Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Sumatera Utara” ini dengan
baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Arlen Hanel Jhon, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Erni
Jumilawaty, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
nasihat, arahan, waktu, bimbingan serta perhatian yang besar kepada penulis dari
awal proposal penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Nursal M.Si dan Ibu Dr. Etti Sartina
Siregar, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan waktu, kritik
dan saran demi kesempurnaan dan penyelesaian skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Nunuk Priyani M.Sc selaku dosen penasehat akademik yang
selalu memberikan nasihat dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan urusan
akademis selama masa perkuliahan Ibu Saleha Hannum, M.Si dan Bapak Riyanto
Sinaga, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan
kepada seluruh staf pengajar Departemen Biologi FMIPA USU.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di TWA
Sicike-cike. Terima kasih juga kepak ibu Ida yang telah membantu penulis dalam
pembuatan surat jalan dan para staf BKSDA lainnya, Terimakasih juga kepada
bapak Samuel dan Bapak Bergiat Sembiring beserta staf dari Resort TWA Sicike-
cike yang telah menemani selama proses penelitian ini.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada Ayahanda Suyadi dan Ibunda Murni, S.Pd.SD. yang telah
membesarkan, mendidik, mendukung penuh, mendo’akan yang terbaik, serta
memberikan kasih yang tulus dan tak terhingga kepada penulis, juga abangda
tercinta Ahmad Fauzi Syahputra Yani, M.Pd., dan adik tersayang Fajar Shiddiq.
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas do’a dan dukungannya
kepada seluruh keluarga besar penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk teman tersayang Dwi,
Mindi, Ihsan, Gagah, Bobi P., Tirta, Firda, Agung, Adit 013, Bang Jordan, dan
Bang juned beserta Dio yang telah ikut dalam membantu penelitian baik pada
masa-masa prapenelitian, penelitian, dan pasca penelitian, dan teman-teman
seperjuangan Rika, Kina, Yudi, Ihsan, Miza, Diana, Yan, Dina dan para teman-
teman ekowan angkatan 2013 Reza, Eka, Erika, dan lainnya serta 2014 serta Bang
Aan yang banyak memberikan saran kepada penulis. Penulis juga mngucapkan
terima kasih kepada sahabat terkasih dan tersayang Maya, Kak Sherly, Firda, Dwi,
Mindi, Ulfa, Didi, Rika, Kina, Ami, Bang Evan, Yulia Putri 013 serta seluruh
teman-teman Biologi khususnya angkatan 2012 yang selama ini setia menjadi
teman, untuk saling berbagi dan memberi dukungan dari awal hingga selesainya
penelitian ini. Tidak lupa terima kasih yang sangat besar kepada Kakak Asuh
Delisma Siregar dan Yusniarti serta Adik Asuh Titi yang telah memeberi support-
nya.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini
nantinya. Demikian skripsi ini penulis sampaikan, semoga bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya dalam informasi tentang keragaman jenis, populasi, dan
penyebaran satwa amfi . Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Penulis
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JENIS DAN MORFOMETRIK AMFIBI YANG TERDAPAT DI TAMAN
WISATA ALAM SICIKE-CIKE KECAMATAN PARBULUAN
KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Taman Wisata Alam Sicike-cike merupakan salah satu kawasan pelestarian hutan
yang diduga memiliki keanekaragaman jenis dari berbagai amfibi karena
merupakan hutan rawa gambut yang memiliki ketersediaan air melimpah.
Berdasarkan kondisi ini, dilakukan penelitian tentang jenis-jenis amfibi. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis jenis-jenis amfibi beserta morfometrik amfibi di
Taman Wisata Alam Sicike-cike. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga
Juni 2016 dengan metode Visual Encounter Survey (VES). Penelitian ini
dilakukan di 3 lokasi yang berbeda, yaitu sungai, danau, dan areal perjalanan
menuju Danau 1. Amfibi yang ditemukan sebanyak 9 spesies, yaitu Phrynoidis
juxtaspera, Limnonectes kuhlii, Occidozyga sumatrana, Leptobrachium sp.,
Microhyla palmipes, Chiromantis sp., Hylarana kampeni. Hylarana nigrovittata,
dan Odorrana hosii. Amfibi yang ditemukan kemudian diukur bagian
morfometrik tubuhnya dan diperoleh morfometrik yang berbeda-beda pada setiap
spesies amfibi yang ditemukan. Salah satu parameter dari morfometrik amfibi
dapat digunakan sebagai karakteristik dari deskripsi amfibi, yaitu Panjang Badan
(PB).
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MORPHOMETRICAL STUDY AND SPECIES CHECKLIST OF
AMPHIBIAN AT TAMAN WISATA ALAM SICIKE-CIKE,
SUBDISTRICT OF PARBULUAN, DISTRICT OF DAIRI, NORTH
SUMATERA
ABSTRACT
Taman Wisata Alam Sicike-cike is one of preserved forest region which assumed
to be inhabited by diverse amphibian species. The forest condition is dominant in
peat swamp structure which indicate enormous water supply. According to the
condition, research was conducted to this location abaout amphibian species. The
purpose of this study is to analyze amphibian species found in terms of
morphometry at Taman Wisata Alam Sicike-cike. The study was conducted from
April to June 2016. Sampling method used in this study was Visual Encounter
Survey (VES). The study was carried out in three different locations: stream, lake,
and pathway along lake. Nine amphibian species were found during the study,
such as: Phrynoidis juxtaspera, Limnonectes kuhlii, Occidozyga sumatrana,
Leptobrachium sp., Microhyla palmipes, Chiromantis sp., Hylarana kampeni.
Hylarana nigrovittata, and Odorrana hosii. Amphibian species found were then
measure morphometrically and data showed different results for each species. One
of reliable parameter that can be used as character to describe amphibian was
Body Length or Panjang Badan (PB).
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan 2
1.4. Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi 4
2.2. Amfibi 4
2.3. Morfologi Amfibi 4
2.4. Pengelompokan Amfibi
2.4.1. Ordo Gymnophiona (Sesilia) 6
2.4.2. Ordo Caudata (Urodela) 6
2.4.3. Ordo Salientia (Anura) 7
2.5. Ekologi Amfibi 9
2.6 Habitat dan Penyebaran 10
2.7. Peranan Amfibi 11
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 12
3.2. Alat dan Bahan 12
3.3 Lokasi Penelitian
3.3.1. Deskripsi Area 12
3.3.2. Iklim dan Topografi 13
3.4. Metode Penelitian 13
3.5 Pengambilan Sampel 13
3.6 Pengamatan Kuantitatif Morfometrik 14
3.7 Identifikasi dan Deskripsi Spesies 14
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis-jenis Amfibi di Kawasan Taman Wisata Alam 15
Sicike-cike
4.2. Deskripsi Spesies Amfibi 21
4.3. Pengukuran Morfometrik Amfibi 30
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kesimpulan 31
5.2. Saran 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
BAB 1
PENDAHULUAN
1998). Sekitar 70 sampai 80% dari berat tubuhya adalah air (Kminiak,
2000). Amfibi membutuhkan kelembaban yang cukup untuk melindungi diri dari
kekeringan pada kulitnya (Iskandar 1998). Hal ini karena kulit pada amfibi
digunakan untuk pernapasan selain paru-paru (Lametschwandtner & Tiedemann,
2000).
Meskipun Indonesia kaya akan jenis amfibi, tetapi penelitian mengenai
amfibi di Indonesia masih sangat terbatas. Pulau Sumatera sebagai salah satu
pulau besar, belum banyak dilakukan penelitian mengenai amfibi, baru terbatas di
Kawasan Ekosistem Leuser (Mistar 2003), Sumatera Barat (Inger & Iskandar
2005), Sumatera Selatan (Sudrajat 2001) dan di Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan (HIMAKOVA 2004, Ul-Hasanah 2006).
Kurangnya penelitian mengenai amfibi menyebabkan minimnya informasi
tentang keragaman jenis, populasi, dan penyebaran satwa ini, untuk itulah
dilakukan penelitian tentang “JENIS DAN MORFOMETRIK AMFIBI YANG
TERDAPAT DI TAMAN WISATA ALAM SICIKE-CIKE KECAMATAN
PARBULUAN KABUPATEN DAIRI SUMATERA UTARA”.
1.2.Permasalahan
Di Kawasan Taman Wisata Alam Sicike-Cike Kecamatan Parbuluan,
Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ditemukan adanya aliran sungai dan danau
dengan ketersediaan air cukup melimpah, di samping itu kawasan hutan ini juga
memiliki nilai kelembaan yang tinggi. Berdasarkan kondisi ini sangat cocok
sebagai habitat beberapa jenis hewan, diantaranya dari kelompok amfibi. Namun
demikian, sampai saat ini belum diketahui jenis-jenis amfibi apa sajakah yang
terdapat di kawasan ini.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
a. Menganalisis jenis-jenis Amfibi di Taman Wisata Alam Sicike-Cike
Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
b. Menganalisis morfometrik Amfibi Taman Wisata Alam Sicike-Cike
Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini ialah dapat memberikan informasi kepada
masyarakat dan instansi pemerintah terkait tentang keragaman jenis, deskripsi,
dan morfometrik amfibi di Taman Wisata Alam Sicike-Cike Kecamatan
Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taksonomi
Amfibi adalah satwa bertulang belakang yang memiliki jumlah jenis
terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan satwa
bertulang belakang yang pertama berevolusi untuk kehidupan di darat dan
merupakan nenek moyang reptil (Halliday & Adler, 2000). Menurut Goin & Goin
(1971) dalam Darmawan (2008), klasifikasi dan sistematika amfibi adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Amphibia
Ordo : Gymnophiona, Caudata dan Anura.
2.2. Amfibi
Indonesia memiliki dua dari tiga ordo amfibi yang ada di dunia, yaitu
Gymnophiona dan Anura. Ordo Gymnophiona dianggap langka dan sulit
diketahui keberadaannya, sedangkan ordo Anura merupakan yang paling mudah
ditemukan di Indonesia mencapai sekitar 450 jenis atau 11% dari seluruh jenis
Anura di dunia. Ordo Caudata merupakan satu-satunya ordo yang tidak terdapat di
Indonesia (Iskandar, 1998).
lebih panjang dan kuat, memiliki lima jari, mata besar dan memiliki mulut besar
pada sebagian besar spesies (Malkmus et al., 2002; Iskandar, 1998).
Ordo Caudata bentuk tubuhnya seperti kadal, memiliki tungkai yang sama
panjang dan ekor yang panjang. Genus Salamandra adalah salah satu genus yang
termasuk ordo ini (Gambar 4) (Utama, 2003).
Setiap orang dapat mengenali seekor katak atau kodok, sebagai indikasi yang
baik dari bagaimana perbedaan dan keseragaman relatif kodok dan katak. Ciri
khas mereka antara lain, tanpa ekor, pendek, tubuh gempal, kaki belakang panjang
dan kaki depan pendek, mata melotot besar, dan memiliki mulut yang lebar.
(Inger & Stuebing, 2005).
Katak memiliki kepala yang lebar dan datar melekat pada tubuh yang
pendek, padat dan lebih langsing daripada kodok. Struktur tubuhnya didesain
untuk melompat. Sementara tulang belakang yang paling akhir saling bergabung
membentuk batang silindris dan tipis yang kokoh disebut urostil atau coccyx.
Urostil dan gelang panggung memberikan kekuatan pada ujung tubuh dimana otot
yang digunakan untuk meloncat melekat pada rangka. Tungkai belakang yang
panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput yang digunakan sebagai alat
untuk berenang. Sedangkan tungkai depan yang pendek dan kecil digunakan
untuk menopang tubuh saat duduk dan mendarat setelah melompat. Kulit katak
biasanya licin, lembab dan relatif tipis (Gambar 6) (Nurmaifa, 2009).
d. Fossorial, spesies yang hidup pada lubang-lubang tanah, spesies ini jarang
dijumpai. Amfibi yang termasuk dalam kelompok ini adalah suku
Microhylidae yaitu Kaloula sp dan semua jenis sesilia.
Amfibi umumnya nokturnal, dengan mempertahankan temperatur harian
yang tinggi dan kelembaban yang rendah. Pada siang hari biasanya amfibi
mempunyai kandungan kelembaban yang lebih tinggi dari pada lingkungan
sekitarnya yang terbuka dari sinar matahari dan udara yang hangat. Tempat
berlindung pada siang hari yaitu di bawah batu, batang pohon, daun jerami, celah-
celah yang terlindung dan daun-daun (Duellman & Trueb, 1986).
Amfibi memiliki beragam perilaku sebagai respon terhadap rangsangan
yang diterima. Amfibi memiliki perilaku yang unik dan beranekaragam dalam hal
perkembangbiakan. Kebanyakan jenis-jenis amfibi di daerah tropis berkembang
biak pada saat musim hujan, agar kelembaban dari telur dapat terjaga dan dapat
menetas dengan baik (Stebbins & Cohen, 1995).
yang menyimpan telurnya di lubang berair pada kayu dan tanah, di punggung
betina atau membawa ke daerah dekat air (Duellman & Trueb 1994).
Amfibi dapat hidup di berbagai tipe habitat mulai dari hutan pantai, hutan
dataran rendah hingga hutan pegunungan yang ekstrim, kecuali daerah kutub dan
gurun (Mistar 2003). Ordo Gymnophiona terdapat di wilayah tropis dan
subtropics (Nussbaum 1998). Di Indonesia terdapat Ordo Gymnophiona yang
ditemukan diPulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ordo Caudata tidak
ditemukan di Indonesia, tetapi daerah terdekat yang dapat ditemukan ordo ini
adalah Vietnam Utara dan Thailand Utara (Iskandar 1998).
Kelompok satwa amfibi (terutama ordo anura dimana katak/kodok
termasuk di dalamnya) merupakan salah satu komponen ekosistem yang memiliki
peranan yang sangat penting bagi kelangsungan proses-proses ekologi. Berbagai
microhabitat di hutan digunakan sebagai tempat hidup katak antara lain lubang-
lubang pohon, lantai hutan yang penuh serasah, atau aliran sungai (Utama, 2003)
Salah satu penyebab penurunan jenis amfibi di dunia adalah kerusakan
habitat hutan dan fragmentasi. Di hutan yang mengalami sedikit gangguan atau
hutan dengan tingkat perubahan sedang memiliki jumlah jenis yang lebih kaya
daripada kawasan yang sudah terganggu seperti hutan sekunder, kebun dan
pemukiman penduduk (Gillespie et al. 2005).
BAB 3
BAHAN DAN METODE
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa spesies yang paling banyak ditemukan
adalah pada lokasi 2, yaitu sebanyak 5 spesies, dan pada lokasi 1 dan 3 masing-
masing sebanyak 3 spesies. Jenis amfibi yang paling banyak ditemukan adalah
pada lokasi 2, yaitu sebanyak 5 spesies yang termasuk ke dalam 5 genus, dan 4
famili. Kemudian diikuti pada lokasi 1 dan 3 yaitu masing-masing ditemukan
sebanyak 3 spesies. Banyaknya spesies amfibi yang ditemukan pada lokasi 2
disebabkan karena lingkungan yang cukup ideal bagi kehidupan amfibi, yaitu
daerah danau yang memiliki aliran atau arus yang relatif lambat dan karena
kondisi linkungan yang cocok.
Banyaknya spesies amfibi yang terdapat pada suatu area dipengaruhi oleh
berbagai kondisi lingkungan, seperti temperatur udara dan kelembapan udara
Tinggi dan rendahnya jumlah spesies yang ditemukan pada setiap lokasi
bergantung pada kondisi dan karakteristik lingkungan. Dari Tabel 2. dapat dilihat
bahwa setiap lokasi penelitian memiliki temperature udara dan kelembapan udara
yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena letak dari setiap lokasi. Lokasi
1 berada di sekitar sungai dan merupakan pintu masuk hutan, sehingga temperatur
udara cukup tinggi dan kelembapan udara termasuk rendah. Sedangkan lokasi 2
yang merupakan kawasan danau yang berada di dalam hutan memiliki temperatur
udara yang paling rendah dan kelembapan udara yang paling tinggi karena lokasi
ini sudah berada di dalam hutan. Sedangkan lokasi 3 memiliki temperatur udara
lebih rendah dibandingkan lokasi 1 dan kelembapan udara yang cukup tinggi
karena sudah menuju ke dalam hutan. Adanya perbedaan faktor fisik di setiap
lokasi inilah yang menyebabkan berbedanya spesies amfibi yang ditemukan.
Menurut Inger & Stuebing (2005), kelembaban udara yang tinggi berkisar
antara 85-95% dan suhu udara berkisar antara 15-220C, serta banyaknya
ketersediaan sumberdaya makanan, maka Anura akan tersebar luas dan sering
ditemukan di sekitar areal tersebut. Anura sangat berpengaruh pada perubahan
lingkungan, sehingga dapat dijadikan sebagai indikator.
Menurut Crump (1994) dalam Yuliana (2000), suhu udara berpengaruh
secara nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan amfibi, serta seringkali
mengatur siklus prilaku dan reproduksi. Amfibi merupakan jenis satwa yang
poikiloterm, tidak dapat mengatur suhu tubuh sendiri sehingga suhu tubuhnya
sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Menurut Goin et al., (1978),
secara umum ordo Anura memiliki batas toleransi suhu pada kisaran 3-270C.
ini, merupakan danau dan banyak terdapat pohon yang merupakan tempat bagi
spesies Chiromantis sp. yang merupakan salah satu jenis dari katak pohon.
Famili Dicroglossidae yang ditemukan, yaitu spesies Limnonectes kuhlii
ditemukan pada lokasi 1 dan 3 yang merupakan daerah sungai dan juga daerah
yang dekat dengan aliran sungai dan juga danau. Sama halnya dengan Phrynoidis
juxtaspera, spesies-spesies ini merupakan jenis katak yang hidupnya berada di
sekitar aliran sungai, baik berarus deras maupun lambat. Sedangkan spesies
Occidozyga sumatrana hanya ditemukan pada lokasi 2 yang merupakan daerah
danau.
Menurut Mistar (2003), Limnonectes kuhlii hidup dalam hutan primer
sampai sekunder tua pada daerah berbukit dari tepi pantai hingga pegunungan
pada ketinggian hingga 1600 mdpl, sering dijumpai pada sungai-sungai beraliran
sedikit tenang. Occidozyga sumatrana hidup dikolam-kolam kecil ditengah hutan
sekunder dan primer, kadang dijumpai disekitar serasah daun yang basah pada
anak-anak sungai.
Famili Megophrydae yang ditemukan, yaitu spesies Leptobrachium sp.
hanya ditemukan pada lokasi 3, karena jenis ini biasa ditemukan di lantai-lantai
hutan. Menurut Mistar (2003), katak serasah aktif pada malam hari, hidup di lantai
hutan, kadang-kadang dijumpai di cabang tumbuhan tingkat herba.
Famili Mycrohylidae yang ditemukan, yaitu spesies Mycrohyla palmipes
hanya ditemukan pada lokasi 2. Hal ini mungkin disebabkan karena katak jenis ini
biasa hidup di daerah genangan-genangan air atau banyak terdapat air. Menurut
Mistar (2003), semua anggota marga Microhyla spp, makanan utamanya adalah
semut atau rayap, dijumpai dalam hutan primer, hutan sekunder, bahkan sering
dijumpai disekitar permukiman.
Famili Ranidae yang ditemukan, yaitu spesies Hylarana kampeni dan
Hylarana nigrovittata yang merupakan salah satu jenis katak yang cukup sulit
untuk ditemukan serta penyebarannya yang sempit. Odorrana hosii ditemukan di
lokasi 1 dan 2. Spesies ini merupakan katak yang paling banyak ditemukan bila di
sekitar area sungai atau danau.
Menurut Mistar (2003), genus Rana mempunyai anggota jenis terbanyak
di Kawasan Indo-Australia sekitar 63 jenis, ukuran tubuhnya sangat bervariasi,
menempati berbagai tipe habitat dari tepi sungai besar, rawa, sawah dan di lantai
hutan.
Lokasi penilitian ini merupakan kawasan hutan rawa gambut yang
merupakan sebuah kawasan yang memiliki karakter yang menarik, yaitu kawasan
yang memiliki kandugan air yang melimpah. Karakter inilah yang dapat
menunjukkan bahwa kawasan ini juga memiliki kekayaan jenis amfibi yang cukup
beragam. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian pada kawasan ini. Salah
satu contoh peneliti yang melakukan penelitian keragaman jenis amfibi pada
kawasan hutan rawa gambut adalah Mistar (2008) yang dilakukan di hutan rawa
gambut Kalimantan khususnya di areal Hutan Lindung Gunung Beratus,
Kalimantan Timur. Selain Mistar (2008), terdapat juga peneliti yang melakukan
penelitian pada kawasan ini, yaitu Almeria dan Nuneza (2013) tentang Amphibian
Diversity and Endemism in the Swamp Forest of Agusan Marsh, Agusan Del Sur,
Philippines.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mistar (2008) menunjukkan
bahwa hutan rawa gambut Kalimantan memiliki keragam jenis amfibi yang cukup
beragam. Pada hutan rawa gambut Kalimantan, amfibi yang ditemukan sebanyak
35 spesies dari 6 famili, yaitu Megophrydae (Leptolalax gracilis), Bufonidae
(Ansonia jenis baru, Ansonia leptopus, Ansonia minuta, Ansonia spinulifer,
Phrynoidis aspera, Ingerophrynus divergens, Ingerophrynus quadriporcatus,
Phrynoidis juxtaspera, Pedostibes hosii, Pedostibes rugosus,dan Pseudobufo
subasper), Dicroglossidae (Fejervarya canrivora, Fejervarya limnocharis,
Limnonectes ibanorum, Limnonectes kuhlii, Limnonectes leporinus, Limnonectes
malesianus, Limnonectes paramacrodon, Occidozyga baluensis, dan Occidozyga
laevis), Mycrohylidae (Microhyla berdmorei), Ranidae (Meristogenys whiteheadi,
Pulchrana baramica, Hydrophylax raniceps, Odorrana hosii, Sylvirana
nicobarienis, Pulchrana picturata, dan Staurois guttatus), dan Rhacophoridae
(Nyctixalus pictus, Polypedates colletti, Polypedates leucomystax, Polypedates
macrotis, Polypedates otilophus, dan Rhacophorus pardalis).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Almeria dan Nuneza (2013) di
Hutan Rawa Gambut Agusan Marsh, Agusan del Sur, Filipina ditemukan amfibi
sebanyak 17 spesies dari 4 famili, yaitu Bufonidae (Rhinella marina),
B C D
Kodok ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 60-160 mm. Tubuh
umumnya berwarna cokelat kehitam-hitaman. Bagian sisi lateral umumnya
berwarna orange sampai kemerah-merahan, dan ditaburi dengan bintik-bintik
hitam maupun cokelat. Tekstur tubuh bagian dorsal berbintil-bintil besar dan
kecil. Mata berwarna cokelat keemasan dengan pupil mata horizontal. Timpani
kecil. Kelenjar paratoid besar. Jari ekstremitas anterior tidak berselaput. Jari
ekstremitas posterior berselaput hampir penuh, namun tipis. Tidak ada titik hitam
di ujung jari (Gambar 8).
Famili Dicroglossidae
2. Limnonectes kuhlii Tschudi, 1833 (Bangkong Tuli)
B C D
Gambar 9. (A) Limnonectes kuhlii (Bangkong Tuli); (B) Bagian tubuh dorsal;
(C) Jari ekstremitas posterior; (D) Jari ekstremitas anterior
Katak ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 50-70 mm. Warna tubuh
cokelat lumpur atau tanah liat, dan beberapa individu lain berwarna hitam maupun
cokelat. Tekstur tubuh bagian dorsal kasar karena adanya kulit berkerut-kerut
dengan corak seperti bintang-bintang. Mata besar dan menonjol dengan pupil
berbentuk belah ketupat dengan garis pada setiap sudutnya. Timpani tidak jelas.
Jari ekstremitas anterior pendek dengan ujung jari yang membulat. Dagu kodok
ini umumnya berwarna kehitam-hitaman. Kaki belakang sangat panjang dan kuat.
Jari ekstremitas posterior penuh hingga piringan sendi. Jari-jari ekstremitas
posterior umumnya kurus (Gambar 9).
B C D
Gambar 10. (A) Occydozyga sumatrana (Bancet); (B) Bagian dorsal kepala
dengan mata mencolok ke arah dorsal; (C) Jari ekstremitas anterior;
(D) Jari ekstremitas posterior
Katak ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 30-40 mm. Warna tubuh
cokelat tua, dengan bercak-bercak hitam tidak merata di bagian tubuh. Dau
umumnya berwarna putih pucat. Tekstur tubuh halus tanpa bintil-bintil. Mata
besar dan menonjol ke arah dorsal. Timpani tidak jelas. Jari ekstremitas anterior
pendek dengan ujung jari yang membulat. Kaki belakang sangat pendek, namun
gemuk. Jari ekstremitas posterior berselaput hampir penuh hingga piringan sendi.
Ujung Jari-jari ekstremitas posterior umumnya kurus dan pangkal kakinya gemuk
dan pendek (Gambar 10).
Habitat : Hidup di sekitar pinggiran danau
Penyebaran : Indonesia (www.iucnredlist.org).
Famili Megophrydae
3. Leptobrachium sp. (Katak Serasah)
B C D
Gambar 11. (A) Leptobrachium sp. (Katak Serasah); (B) Bagian tubuh dorsal;
(C) Jari ekstremitas posterior; (D) Jari ekstremitas anterior
Katak ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 30-50 mm. Warna tubuh
biru keungu-unguan hingga hitam. Terdapat bercak-bercak ungu atau hitam di
area lateral yang berwarna putih. Bagian ventral putih pucat. Tekstur tubuh halus
tanpa bintil-bintil. Mata besar dan sangat menonjol, pupil berbentuk vertikal.
Sebuah garis supratimpanik yang menggarisi bagian belakang mata hingga ke
pangkal manus. Timpani jelas, berbentuk bulat lonjong yang ukurannya lebih
kecil dari mata. Bagian dorsal mencekung ke arah vertebral. Jari ekstremitas
anterior pendek dengan ujung jari yang menumpul dan tidak ada selaput. Jari
ekstremitas posterior tidak memiliki selaput. Ujung Jari-jari ekstremitas posterior
umumnya kurus (Gambar 11).
Habitat : Hidup di lantai hutan.
Penyebaran : Indonesia (Sumatera dan Kalimantan), Malaysia, dan
Thailand (www.iucnredlist.org).
Famili Microhylidae
4. Microhyla palmipes Boulenger, 1897 (Percil Berselaput)
B C D
Gambar 12. (A) Microhyla palmipes (Persil Berselaput); (B) Bagian tubuh
dorsal; (C) Jari ekstremitas posterior; (D) Jari ekstremitas anterior
Katak ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 20-30 mm. Bagian dorsal
berwarna cokelat terang, beberapa abu-abu kecokelatan dan memiliki garis
berwarna cokelat yang mencekung ke arah vertebral. Bagian ventral putih pucat
dan kekuningan. Tekstur tubuh halus tanpa bintil-bintil. Mata kecil, berwarna
hitam dengan pupil bulat. Timpani tidak jelas, karena ukurannya sangat kecil. Jari
ekstremitas anterior dan ekstremitas posterior membesar pada ujungnya dan
terdapat lekuk. Jari ekstremitas posterior memiliki selaput renang yang hampir
penuh (Gambar 12).
Habitat : Hidup di sekitar pinggiran danau.
Penyebaran : Indonesia dan Malaysia (www.iucnredlist.org).
Famili Rachophoridae
5. Chiromantis sp. Peters, 1854 (Foam-nest Frog)
B C D
Gambar 13. (A) Chiromantis sp. (Foam-nest Frog); (B) Bagian tubuh dorsal; (C)
Jari ekstremitas posterior; (D) Jari ekstremitas anterior
Katak ini termasuk kelompok katak yang berukuran tubuh kecil, miliki
panjang tubuh antara 20-25 mm. Tubuh bagian dorsal berwarna coklat kekuningan
tanpa adanya corak. Bagian ventral berwarna putih kekuningan. Mata besar
membulat berwarna coklat kekuningan dega pupil bulat telur berbetuk vertical
berwarna hitam. Timpani tidak jelas karena ukuran tubuh kecil. Jari ekstremitas
anterior dan ekstremitas posterior memiliki tonjolan pada setiap ujung jarinya
yang digunakan untuk menempel atau melekat (Gambar 13).
Habitat : Hidup di sekitar danau.
Penyebaran : Daratan Indo-China dan Afrika (www.iucnredlist.org).
Famili Ranidae
7. Hylarana kampeni Boulenger, 1920 (Kongkang Batik/ Kongkang
Macan/Kongkang Bandar Baru)
B C D
Katak ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 30-85 mm. Warna tubuh
dorsal hijau muda maupun tua. Adanya belang-belang berwarna hitam dan cokelat
yang membuat tubuh katak ini seperti batik. Bagian ventral putih pucat. Tekstur
tubuh berbintil-bintil halus dan licin. Mata besar dan kelopak mata sangat
menonjol, mata berwarna cokelat hingga kuning keemasan dengan pupil bulat
telur berbentuk vertikal. Timpani jelas, dengan ukuran lebih kecil dari mata.
Terdapat garis supratimpanik yang pendek di belakang mata. Jari ekstremitas
anterior dengan ujung jari yang membentuk cakram belah ketupat. Jari ekstremitas
posterior memiliki selaput penuh. Ujung Jari-jari ekstremitas posterior juga
berbentuk cakram belah ketupat (Gambar 14).
Habitat : Hidup di sekitar areal sungai
Penyebaran : Indonesia (www.iucnredlist.org).
B C D
Gambar 15. (A) Hylarana nigrovittata; (B) Bagian dorsal kepala; (C) Jari
ekstremitas posterior; (D) Jari ekstremitas anterior
Katak ini memiliki panjang tubuh antara 45-60 mm. Tekstur kulit halus
berwarna coklat muda pada bagian dorsal dan warna coklat tua hingga hitam pada
bagian sisi tubuh lateral, memiliki garis lateral berwarna putih kehijauan dari
ujung moncong sampai kloaka. Pada bagian tubuh ventral berwarna kuning. Mata
berukuran sedang dengan pupil bulat. Timpanum jelas terlihat berwarna coklat
kehitaman. Moncong tumpul. Kaki ekstremitas anterior dan posterior berwarna
kemerah-merahan dengan belang-belang hitam. Ujung jari melebar. Selaput jari
tungkai belakang setengah penuh, selaput jari tungkai depan tidak ada. Bagian
tungkai depan dan tungkai belakang berwarna orange dengan bintil-bintil hitam
(Gambar 15).
Habitat : Hidup di sekitar areal pinggiran danau
Penyebaran : Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar,
Thailand, dan Vietnam (www.iucnredlist.org).
B C D
Gambar 16. (A) Odorrana hosii (Kongkang Racun); (B) Bagian dorsal kepala;
(C) Jari ekstremitas anterior; (D) Jari ekstremitas posterior
Katak ini memiliki ukuran panjang tubuh antara 45-85 mm. Tubuh bagian
dorsal berwarna hijau. Memiliki guratan dorsolateral yang nyata sewarna dengan
tubuh. Bagian tubuh ventral berwarna putih. Tekstur tubuh terdapat bintil-bintil
kecil dan halus. Mata memiliki ukura besar berwarna hitam. Timpanium besar dan
jelas, ukurannya lebih kecil dari mata berwarna kecoklatan. Jari ekstremitas
memiliki ujung jari berbentuk cakram belah ketupat. Jari ekstremitas posterior
berselaput penuh dengan ujung jari yang juga berbentuk cakram belah ketupat
(Gambar 16).
Habitat : Hidup disekitar sungai dan danau
Penyebaran : Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Thailand
(www.iucnredlist.org).
Dari hasil pengukuran morfometrik Amfibi yang telah dilakukan di TWA Sicike-
cike, didapatkan perbedaan ukuran morfologi dari setiap spesies amfibi
berdasarkan parameter yang telah diukur (Lampiran 3.).
Berdasarkan data pada Lampiran 3, dapat diketahui bahwa ukuran
morfometrik dari setiap amfibi dapat dijadikan sebagai salah satu karakteristik
dalam pembuatan deskripsi amfibi, yaitu dengan menggunaka parameter PB
(Panjang Badan). Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran masing-masing 3
ekor amfibi pada setiap spesies yang ditemukan, walaupun ada beberapa spesies
amfibi yang hanya ditemukan 1 atau 2 ekor.
Phrynoidis juxtaspera hanya ditemukan 1 ekor dengan PB 6,5 cm.
Limnonectes kuhlii ditemukan sebanyak 3 ekor dengan PB rata-rata 6 cm.
Occidozyga sumatrana ditemukan hanya 2 ekor dengan PB rata-rata 2,85 cm.
Leptobranchium sp. ditemukan hanya 1 ekor dengan PB 5 cm. Microhyla
palmipes ditemukan sebanyak 3 ekor dengan PB rata-rata 1,86 cm. Chiromantis
sp. ditemukan sebanyak 3 ekor dengan PB rata-rata 2,23 cm. Hylarana kampenii
yang ditemukan hanya 1 ekor dengan PB 7,5 cm. Hylarana nigrovittata
ditemukan hanya 1 ekor dengan PB 4,5 cm. Odorana hosii ditemukan sebanyak 3
ekor dengan PB rata-rata 6,66 cm
Menurut Nesty et al., (2013) variasi morfologi yang terjadi pada suatu
sepesies dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti kondisi habitat, jarak
antar populasi, dan isolasi geografis. Futuyama (1986) dalam Nesty et al., (2013)
menjelaskan bahwa semakin jauh jarak antar populasi semakin tinggi perbedaan
karakter fenotipnya. Wibowo et al., (2008) dalam Nesty et al., (2013)
melaporkan bahwa terjadinya diferensiasi karakter morfometri karena adanya
isolasi geografis, pengaruh lingkungan dan habitat populasi.
Menurut Wati (2013) variasi morfometrik juga dapat disebabkan oleh
kondisi habitat. Perbedaan ekologis tersebut dipengaruhi oleh kondisi geologis
seperti ketinggian yang berpengaruh pada iklim termasuk suhu. Keadaan
geografis dan kondisi habitat membentuk seleksi alam yang ditunjukkan pada
diferensiasi karakter.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini, yaitu :
a. Ditemukan sebanyak 9 spesies amfibi, yaitu Phrynoidis juxtaspera,
Limnonectes kuhlii, Occidozyga sumatrana, Leptobrachium sp., Microhyla
palmipes, Chiromantis sp., Hylarana kampeni. Hylarana nigrovittata, dan
Odorrana hosii.
b. Diperoleh morfometrik yang berbeda-beda pada setiap spesies yang
ditemukan. Salah satu parameter yang dapat dijadikan sebagai karakteristik
dari deskripsi amfibi, yaitu Panjang Badan (PB).
5.2. Saran
Saran pada penelitian ini, yaitu :
a. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut pada kawasan ini tentang
keanekaragaman jenis amfibi karena masih banyaknya lokasi yang merupakan
habitat bagi amfibi yang belum ditelusuri.
b. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian tentang
hubungan kekerabataan amfibi pada kawasan ini.
c. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya para peneliti lebih berhati-hati karena
pada kawasan ini cukup beresiko jika penelitian dilakukan pada malam hari
karena kondisi hutan yang merupakan areal rawa gambut, memiliki kabut
yang cukup tebal, dan adanya ular yang cukup berbisa dan berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwa Liar. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas
Kehutanan.
Balai Konserfasi Sumber Daya Alam (BKSDA) 1 SUMUT. 2003. Informasi Kawasan
Konservasi di Sumatera Utara. BKSDA 1 SUMUT. MEDAN.
Duellman, W. E., & Carpenter, C. C. 1998. Reptile And Amphibian Behavior. In:
Hg Cogger Dan Rg Zweifel 1998. Encyclopedia Of Reptiles And
Amphibians. Second Edition. San Fransisco: Fog City Pr.
Gillespie, G., Howard, S., Lockie, D., Scroggie, M., & Boeadi. 2005.
Herpetofaunal Richness And Community Structure Of Offshore Islands Of
Sulawesi, Indonesia. Biotropica 37(2): 279-290.
Goin, C.J., Goin, O.B. and Zug, G.R. 1978. Introduction to Herpetology. Third
Edition. W.H. Freman and Company. San Fransisco.
Halliday. T., & Adler K. 2000. The Encyclopedia of Reptiles and Amphibians.
NewYork: Facts on File Inc.
Inger, R.F., & Iskandar, D.T. 2005. A collection of Amphibians from West
Sumatra, with description of a new spesies of Megophrys (Amphibia:
Anura). The Raffles Bulletin of Zoology 53 (1): 133–142.
Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali–Seri Panduan Lapangan. Bogor:
Puslitbang LIPI.
Kurniati, H. 2011. Media Publikasi dan Informasi Dunia Reptil dan Amfibi.
Warta Herpetofauna. 4 (02) : 1-26.
Kusrini, M.D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Fakultas
Kehutanan IPB dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. Bogor: The
Gibbon Foundation & Pili-Ngo Movement.
Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi & Reptil di Areal Mawas Propinsi
Kalimantan Tengah (Catatan di Hutan Lindung Beratus).
Pough, F.H., R.M. Andrews, J.E. Cadle, M.L. Crump, A.H. Savitzky, and K.D.
Wells. 1998. Herpetology. Prentice-Hall, Inc., Upper Saddle River, New
Jersey.
Putra, K., Rizaldi, & Tjong, D. H. 2012. Komunitas Anura (Amphibia) pada Tiga
Tipe Habitat Perairan di Kawasan Hutan Harapan Jambi. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 1 (2) : 156-165.
Sholihat, N. 2007. Pola Pergerakan Harian dan Penggunaan Ruang Katak Pohon
Bergaris (Polypedates Leucomystax) Di Kampus IPB Darmaga. [Skripsi].
Institut Pertanian Bogor : 1.
Stebbins, R.C., & Cohen N.W. 1997. A Natural History Of Amphibians. New
Jersey: Princeton Univ. Pr.
Wati, M. Tjong, D.H. dan Syaifullah. 2013. Studi Fenetik Katak Rana
nicobariensis Stoliczka, 1870 (Ranidae) di Pulau Siberut dan Daerah
Dataran Rendah Sumatera Barat. Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung. 119-124.
http://raflesiana.blogspot.co.id/2010/12/taman-wisata-alam-sicikeh-cikeh.html/
Tanggal akses 01 Maret 2016.
http://forestid.blogspot.co.id/2015/10/taman-wisata-alam-sicike-cike.html/
Tanggal akses 01 Maret 2016.
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/tiga-katak-spesies-baru-temuan-lipi
Tanggal akses 12 Oktober 2016.
LAMPIRAN
PJ LK OS L sp. MP C sp. HK HN OH
Morfo. Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind Ind
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
PB 6,5 - - 6,0 6,0 6,0 2,4 3,3, - 5,0 - - 1,9 1,7 2,0 2,2 2,2 2,3 7,5 - - 4,5 - - 5,0 6,5 8,5
PK 2,5 - - 2,8 3,0 2,5 0,8 1,5 - 2,5 - - 0,5 0,7 0,8 0,7 0,9 1,0 2,9 - - 1,8 - - 2,0 2,5 4,0
LK 1,8 - - 2,3 2,3 2,3 0,8 1,2 - 2,4 - - 0,6 0,5 0,6 0,8 0,8 0,9 2,4 - - 1,2 - - 1,5 1,8 2,5
JMT 2,5 - - 1,8 2,3 1,8 0,8 1,3 - 2,4 - - 0,6 0,5 0,6 0,7 0,8 0,8 2,7 - - 1,9 - - 1,9 2,5 3,5
PM 2,0 - - 2,2 2,5 2,0 1,0 1,2 - 2,2 - - 0,7 0,7 0,5 0,7 0,7 0,8 2,5 - - 1,5 - - 1,8 2,0 2,5
JHM 0,5 - - 0,2 0,4 0,5 0,2 0,3 - 0,6 - - 0,15 0,15 0,1 0,1 0,1 0,15 0,4 - - 0,3 - - 0,3 0,5 0,7
JMM 1,2 - - 0,7 1,0 0,8 0,4 0,6 - 1,2 - - 0,3 0,2 0,2 0,3 0,3 0,4 1,2 - - 1,0 - - 1,0 1,2 1,5
JHT 2,0 - - 1,7 1,8 1,5 0,9 1,0 - 2,6 - - 0,5 0,4 0,5 0,6 0,5 0,7 2,5 - - 1,5 - - 1,7 2,0 2,5
JMH 0,6 - - 1,0 0,8 0,4 0,3 0,3 - 0,7 - - 0,25 0,2 0,2 0,2 0,2 0,25 0,8 - - 0,6 - - 0,6 0,6 1,0
JMTi 1,4 - - 1,2 1,0 9,8 0,6 0,7 - 1,3 - - 0,3 0,3 0,4 0,4 0,4 0,4 1,7 - - 1,0 - - 1,0 1,4 1,7
DT 0,4 - - 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 - 0,3 - - 0,05 0,05 0,05 0,1 0,1 0,15 0,4 - - 0,4 - - 0,4 0,4 0,5
JMHi 0,3 - - 0,2 0,4 0,4 0,2 0,25 - 0,4 - - 0,1 0,2 0.1 0,15 0,15 0,15 0,3 - - 0,2 - - 0,2 0,3 0,5
JMMD 0,3 - - 0,2 0,4 0,5 0,5 0,6 - 1,2 - - 0,3 0,2 0,1 0,1 0,2 0,4 0,3 - - 0,25 - - 0,2 0,3 0,4
JMMB 0,9 - - 0,8 0,8 1,0 0,8 1,0 - I,7 - - 0,4 0,4 0,2 0,3 0,3 0,7 1,0 - - 0,7 - - 0,8 0,9 1,2
JIN 0,7 - - 1,3 0,5 0,5 0,2 0,25 - 0,4 - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,25 0,2 0,6 - - 0,5 - - 0,5 0,7 0,8
DM 0,8 - - 0,3 0,8 0,6 0,25 0,3 - 0,5 - - 0,15 0,15 0,2 0,25 0,2 0,3 0,9 - - 0,5 - - 0,6 0,8 1,0
JIO 0,7 - - 0,4 0,4 0,5 0,3 0,3 - 0,9 - - 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 0,8 - - 0,5 - - 0,5 0,7 1,0
PKM 1,7 - - 0,4 1,0 1,0 0,5 0,7 - 1,8 - - 0,5 0,4 0,5 0,6 0,6 0,6 1,9 - - 1,2 - - 1,1 1,7 2,3
PMD 4,2 - - 1,2 3,0 2,8 1,5 1,9 - 4,0 - - 1,4 1,2 1,3 1.1 1,4 1,8 5,3 - - 2,8 - - 3,0 4,2 6,0
PBr 1,3 - - 3,0 1,0 1,8 0,5 0,5 - 1,0 - - 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 1,2 - - 0,9 - - 0,7 1,3 1,5
PAb 1,7 - - 1,0 2,0 1,0 0,5 0,6 - 1,0 - - 0,5 0,4 0,4 0,4 0,5 0,5 1,7 - - 1,0 - - 1,0 1,7 2,5
PKB 12,5 - - 7,5 9,0 7,3 3,7 5,0 - 6,0 - - 3,9 2,8 3,8 3,15 3,0 3,6 14,3 - - 8,7 - - 8,0 12,5 16,0
PF 3,0 - - 1,7 2,0 2,2 0,9 1,2 - 1,9 - - 0,9 0,8 0,8 1,0 1,0 1,0 3,5 - - 1,8 - - 2,6 3,0 4,0
PT 3,8 - - 2,0 2,5 2,3 1,1 1,4 - 1,9 - - 1,2 0,8 1.3 1,0 1,0 1,0 4,6 - - 2,4 - - 3,0 3,8 5,5
PMTJ4 5,4 - - 4,0 3,9 3,5 1,7 2,3 - 2,7 - - 2,0 1,2 1,5 1,2 1,4 1,5 6,0 - - 2,6 - - 3,8 5,4 6,7
PTJ4 3,5 - - 2,4 2,9 2,4 1,1 1,5 - 1,2 - - 1,2 0,9 1,0 0,6 0,8 1,0 3,9 - - 2,5 - - 2,5 3,5 4,5
PJ3KD 1,5 - - 1,0 1,0 1,0 0,4 0,6 - 1,0 - - 0,4 0,3 0,3 0,6 0,7 0,6 2,1 - - 1,0 - - 1,3 1,5 2,0
PJ1KD 0,9 - - 0,7 0,8 0,8 0,3 0,5 - 0,6 - - 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,3 1,2 - - 0,8 - - 0.8 0,9 1,4
PJ4KB 3,5 - - 2,5 3,0 2,2 0,9 1,5 - 1,2 - - 1,4 0,9 1,1 1,0 1,0 1,1 3,7 - - 2,4 - - 2,4 3,5 4,5
Keterangan :
Pengukuran dalam cm (centimeter)
PJ : Phrynoidis juxtaspera
LK : Limnonectes kuhlii
OS : Occidozyga sumatrana
L sp. : Leptobrachium sp.
MP : Microhyla palmipes
C sp. : Chiromantis sp.
HK : Hylarana kampeni
HN : Hylarana nigrovittata
OH : Odorrana hosii