Anda di halaman 1dari 40

KARAKTER MORFOMETRIK MERISTIK DAN REPRODUKSI

IKAN KURO (Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804)


DI PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

RINA APRIYATI RAKHMAH

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Karakter Morfometrik Meristik dan Reproduksi Ikan Kuro (Eleutheronema


tetradactylum, Shaw 1804) di Pantai Mayangan, Jawa Barat

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2012

Rina Apriyati Rakhmah


C24080018
RINGKASAN

Rina Apriyati Rakhmah. C24080018. Karakter morfometrik meristik dan


reproduksi ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804) di Pantai
Mayangan, Jawa Barat. Dibawah bimbingan Yunizar Ernawati dan M.F.
Rahardjo.

Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) merupakan jenis ikan tangkapan


utama yang bernilai ekonomis, dan cenderung dieksploitasi di perairan pantai
Mayangan. Upaya penangkapan yang cenderung berlebih dapat memengaruhi
keberadaan ikan kuro di perairan. Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan upaya
pengelolaan sumber daya ikan kuro. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan
aspek reproduksi ikan kuro meliputi, Tingkat Kematangan Gonad (TKG);
mendeskripsikan ikan berdasarkan ciri morfometrik-meristik dan pola
pertumbuhannya. Penelitian ini berguna sebagai sarana untuk mendukung penelitian
dasar sehubungan informasi reproduksi ikan kuro khususnya di pantai Mayangan.
Pengambilan contoh ikan kuro dilakukan selama enam bulan mulai bulan
Mei- Oktober 2011 dengan interval waktu pengambilan contoh yaitu setiap satu
bulan sekali. Pengambilan ikan menggunakan alat tangkap jaring insang (rampus)
pada daerah muara sungai dan perairan sekitar pantai. Analisis laboratorium
dilakukan di Laboratorium Biologi Makro 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ikan kuro yang tertangkap
berjumlah 147 ekor yang berjenis kelamin jantan dengan selang kelas ukuran
panjang 140-259 mm belum mengalami matang gonad. Ikan yang didapat masih
berukuran juvenil dan memiliki TKG I dan TKG II. Pada hasil analisis karakter
meristik didapat rumus sirip dorsal D1. VIII; D2. I-II 13-17; A. II 13-17; P 14 -21 + 4
sirip filamen ; V I. 5; L.l 43-75. Hubungan panjang-berat bersifat allometrik positif
dengan persamaan W= 0,000006L3,109.
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah ikan kuro merupakan ikan
hermafrodit protandri, ketika juvenile jantan di mangrove. Masa pemijahan belum
dapat diprediksi dengan pasti, karena ikan yang ditangkap masih juvenil dan belum
matang gonad (ber-TKG I dan TKG II).
KARAKTER MORFOMETRIK MERISTIK DAN REPRODUKSI
IKAN KURO (Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804)
DI PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

RINA APRIYATI RAKHMAH


C24080018

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Penelitian : Karakter Morfometrik Meristik dan Reproduksi Ikan Kuro


(Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804) di Pantai
Mayangan, Jawa Barat
Nama : Rina Apriyati Rakhmah
NIM : C24080018
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Pembimbing1 Pembimbing 2

Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA
NIP.194906171979112001 NIP. 195009121976031004

Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc


NIP. 196607281991031002

Tanggal Ujian: 2 Juli 2012


PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Karakter Morfometrik
Meristik Dan Reproduksi Ikan Kuro (Eleutheronema tetradactylum, Shaw
1804) Di Pantai Mayangan, Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen pembimbing pertama dan
Prof. Dr. Ir. MF. Rahardjo, DEA selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak
membantu dalam pemberian bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
pengelolaan ikan tersebut dan penelitian selanjutnya.

Bogor, Juli 2012

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Institut Pertanian Bogor dan Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan


atas fasilitas yang disediakan selama perkuliahan.
2. Bagian Ekobiologi dan Konservasi Sumberdaya Perairan yang telah membiayai
penelitian ini.
3. Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS dan Prof.Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam
pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc selaku wakil penguji departemen atas saran,
nasehat, dan perbaikan yang diberikan.
5. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku dosen penguji tamu atas saran,
nasehat, serta perbaikan yang diberikan.
6. Ir. Agustinus M Samosir, M.Phil selaku dosen pembimbing akademik yang
banyak memberikan masukan arahan, motivasi, dan nasehat selama perkuliahan.
7. Keluarga besar tercinta yaitu bapak (Syaiful Effendi), ummi (Sumaryati),
Kakak-kakakku (Ratna Juwita, S.E dan Yunita Nurmala Haryati, S.Si), adik
kembaranku (Rita Apriyana Rakhmah), dan Imam Abdul Wachid atas doa,
motivasi, dan kasih sayangnya.
8. Seluruh staf Tata Usaha MSP dan Bapak Ruslan selaku staf Laboratorium
Biologi Makro I (BIMA I), Bang Zahid serta Bapak Nita selaku Sekretaris Desa
Mayangan yang telah membantu memperlancar proses penelitian serta
penulisan skripsi ini.
9. Gita, Nidya, Ria, Donny, Imanda, Echa dan Lella yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Tim Mayangan dan sahabat-sahabatku MSP 45 atas perhatian, motivasi dan
nasehatnya.
11. Kakak-kakak MSP 44, adik-adik MSP 46, tim asisten Iktiologi dan seluruh
mantan penghuni wisma punakawan atas do’a dan semangatnya selama ini.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 5 April 1990 dari pasangan


Bapak Syaiful Effendi dan Ibu Sumaryati. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan
formal yang telah ditempuh yaitu TK Tunas Harapan 1
Ciputat (1995-1996), SDN 3 Ciputat (1996-2002). Penulis
kemudian melanjutkan pendidikan formal di SLTPN 2
Ciputat (2002-2005) dan SMA Muhammadiyah 8 Ciputat (2005-2008). Pada tahun
2008, penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota divisi sosial
lingkungan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER)
(2009/2010), anggota divisi Enterpreneurship Koperasi Mahasiswa IPB (KOPMA)
(2008/2010), anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) TAEKWONDO
(2008/2010), serta aktif mengikuti berbagai macam kepanitiaan. Selain itu, penulis
berkesempatan menjadi asisten mata kuliah Iktiologi (2011/2012).
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan, penulis
melakukan penelitian yang berjudul “ Karakter Morfometrik Meristik dan
Reproduksi Ikan Kuro (Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804) Di Pantai
Mayangan, Jawa Barat”.
ix

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 2

2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi ........................................................................................... 3
2.2 Morfologi ............................................................................................ 3
2.3 Hubungan Panjang – Bobot dan Faktor Kondisi ................................ 4
2.4 Reproduksi .......................................................................................... 4

3 METODE PENELITIAN ......................................................................... 6


3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 6
3.3 Metode Kerja ...................................................................................... 7

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 12


4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro .............................................. 12
4.2 Meristik Morfometrik Ikan Kuro ......................................................... 13
4.3 Hubungan Panjang – Bobot ................................................................. 15
4.4 Faktor Kondisi ..................................................................................... 16
4.5 Tingkat Kematangan Gonad ................................................................ 17

5 KESIMPULAN ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 21
LAMPIRAN.................................................................................................. 23

ix
x

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Perkembangan TKG berdasarkan hasil modifikasi Cassie
(Effendie 1997) .......................................................................................... 9

2. Pembagian kelompok umur berdasarkan panjang ..................................... 13


3. Karakter morfometrik ikan kuro ................................................................ 14
4. Perbandingan morfometrik ikan kuro dengan penelitian lain .................... 15

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum)................................................ 3
2. Peta lokasi penelitian ................................................................................ 6
3. Morfometrik ikan kuro.............................................................................. 8
4. Karakter meristik ikan kuro ...................................................................... 9
5. Jumlah ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) jantan berdasarkan
selang kelas panjang di Pantai Mayangan ................................................ 12

6. Grafik hubungan panjang – bobot ikan kuro


(Eleutheronema tetradactylum) ................................................................ 15
7. Faktor kondisi ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) berdasarkan
bulan pengamatan ..................................................................................... 16

8. Persentase tingkat kematangan gonad ikan kuro jantan


(Eleutheronema tetradactylum) pada selang kelas panjang...................... 17

9. Persentase tingkat kematangan gonad ikan kuro


(Eleutheronema tetradactylum) berdasarkan waktu penelitian ............... 18

10. Perkembangan histologis gonad ikan kuro


(Eleutheronema tetradactylum) jantan TKG I, II, III .............................. 19

xi
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian .................................... 24
2. Metode pembuatan preparat histologi........................................................ 25
3. Histologi ikan kuro betina.......................................................................... 27
4. Analisis satu arah terhadap nilai b ikan kuro ............................................ 28

xii
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pantai Mayangan terletak di Desa Mayangan, Kecamatan Legon Kulon,
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 107 0
31’-1070 54’ Bujur Timur dan 60 11’-60 30’ Lintang Selatan. Pantai Mayangan
didominasi oleh kawasan hutan mangrove yang merupakan sumber daya alam yang
penting di pesisir, khususnya bagi sumber daya hayati yang hidup di pantai
Mayangan.
Perairan Pantai Mayangan merupakan daerah yang sangat potensial untuk
peningkatan sumber daya perikanan. Selain itu, perairan Pantai Mayangan juga
memiliki hasil tangkapan yang beranekaragam, salah satunya adalah ikan kuro
(Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804).
Ikan kuro merupakan ikan tangkapan utama di Pantai Mayangan. Ikan ini
banyak diminati dalam bentuk segar atau dibuat sebagai bahan jambal roti. Di
perairan utara Australia ikan kuro dapat dimanfaatkan sebagai rekreasi di perairan
utara Australia (Ballagh et al. 2011).
Ikan ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dengan harga Rp.
30.000/kg sehingga nelayan cenderung mengeksploitasi dalam jumlah besar.
Banyaknya permintaan dan tingginya eksploitasi terhadap ikan kuro mengakibatkan
berkurangnya populasi ikan ini. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi
tingginya eksploitasi tersebut yaitu dengan pengelolaan sumberdaya ikan ini agar
tetap terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, perlu adanya studi ekobiologi tentang
karakter morfometrik meristik serta reproduksi ikan kuro yang mencakup masa
pemijahan dan tipe pemijahannya. Sejauh ini informasi tentang ikan kuro hanya
terbatas pada aspek kebiasaan makanan (Simanjuntak 2002) dan fekunditasnya
(Djamali et al. 1985), namun reproduksi ikan kuro di perairan Mayangan belum
diteliti.
2

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perkembangan gonad
sebagai salah satu aspek reproduksi ikan kuro, serta mendeskripsikan dan mengukur
karakter morfometrik dan meristik. Penelitian ini bermanfaat sebagai dasar untuk
pengelolaan sumber daya ikan dalam suatu ekosistem perairan.
2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan kuro (Eleuthronema tetradactylum) menurut Motomura et al.
(2004) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Polynemidae
Genus : Eleutheronema
Spesies : Eleutheronema tetradactylum (Shaw 1804)
Nama Umum : Fourfinger threadfin
Nama Lokal : Kuro

Gambar 1. Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum)

2.2 Morfologi
Bentuk tubuh ikan kuro ini memanjang dan agak pipih. Karakteristik khas
ikan ini yaitu memiliki mata yang ditutupi oleh jaringan adipose (lemak
transparan/daging), memiliki dua sirip punggung (sirip punggung pertama dengan
tujuh atau delapan duri dan yang kedua 11-18 jari lemah) dan memiliki sirip dada
yang terdiri atas dua bagian, bagian atas dengan jari-jari sirip lemah berjumlah 17,
sedangkan bagian bawah terdiri atas empat buah sirip berfilamen dengan filamen
4

bagian paling atas dapat mencapai dasar sirip perut. Filamen ini berfungsi sebagai
alat peraba untuk mencari makanan di air yang berlumpur (Motomura et al. 2004)
serta memiliki mulut bertipe inferior (Jaferian & Zolgharnian 2010).
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian
tubuh ikan, seperti panjang total dan panjang baku. Ukuran ini dapat digunakan
sebagai salah satu ciri taksonomi dalam mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran
biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter. Meristik adalah ciri
yang berkaitan dengan jumlah tubuh ikan, misalnya seperti jumlah sisik pada
garis rusuk, jumlah jari – jari keras dan jari-jari lemah pada sirip punggung (Affandi
et al. 1992). Menurut Turan (1998), karakter morfologi juga dapat memberikan
manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar.

2.3 Hubungan Panjang – bobot dan Faktor Kondisi


Hubungan panjang bobot dapat menduga pola pertumbuhan yang dialami
oleh ikan tersebut apakah montok atau tidak (Effendie 1997). Menurut Djamali et
al (1985) ikan kuro yang ditemukan di daerah Muara Sungai Musi, memiliki
hubungan panjang-bobot yang bersifat allometrik.
Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan secara fisik untuk bertahan hidup
dan bereproduksi. Faktor kondisi juga digunakan untuk mengetahui kebugaran ikan
dalam bentuk angka dan faktor kondisi dihitung berdasarkan panjang dan bobot ikan
(Effendie 1997).
Faktor kondisi dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan dan tingkat
kematangan gonad. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap & Djamali (2005) pada
ikan terbang menunjukkan bahwa peningkatan nilai faktor kondisi dapat terjadi pada
ikan yang telah mengalami pemijahan karena energi yang diperoleh dimanfaatkan
untuk pertumbuhan.

2.4 Reproduksi
Ikan kuro merupakan ikan hermafrodit protandri, dengan fertilisasi
eksternal. Daerah pemijahan ikan kuro yaitu di daerah perairan sekitar pantai
(Kagwade 1970). Ikan kuro memulai hidupnya dari jantan, jantan pada ikan kuro
5

matang gonad dengan ukuran tubuh 28 sampai 55 cm dengan umur 1 sampai 2


tahun yang sudah mampu menghasilkan sperma, kemudian berubah menjadi betina
saat ukuran tubuhnya mencapai 33 sampai 85 cm dengan umur 2 sampai 3 tahun dan
mulai untuk menghasilkan telur (Department of Fisheries West Australia 2010).
Lama hidup ikan kuro dapat mencapai minimal umur 6 tahun. Pada saat
juvenil ikan kuro hidup di perairan dangkal dekat pantai, di mana banyak terdapat
invertebrata kecil seperti udang, kepiting dan cacing yang berlimpah. Saat remaja
ikan ini hidup di daerah estuari dan perairan pesisir, dan beruaya hanya 10 kilometer
dari pesisir (Department of Fisheries West Australia 2010). Ukuran tubuh ikan
kuro dapat mencapai 200 mm untuk yang jantan setelah berumur 1 tahun, sedangkan
yang betina dapat mencapai 400 mm. Family Polynemidae ini merupakan ikan
epibentik pada perairan tropis dan mereka biasanya tinggal di perairan pesisir laut,
estuaria dan mulut sungai air tawar. Ikan kuro merupakan pemakan krustacea dan
ikan kecil (Motomura et al. 2004), yang merugikan budidaya tambak udang (Fahmi
2000).
3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011.
Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Frekuensi pengambilan ikan contoh dilakukan satu
bulan sekali. Penentuan lokasi pengambilan ikan contoh berdasarkan lokasi
penangkapan ikan yaitu di daerah perairan sekitar pantai dan muara sungai.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3.2 Alat dan Bahan


Jaring yang digunakan adalah jaring rampus yang memiliki ukuran mata
jaring 1,25 inchi dan jaring belama yang ukuran mata jaring 2- 3 inchi, timbangan
digital dengan ketelitian 0,01 g, alat bedah, mikroskop cahaya, lembar data,
penggaris diukur sampai milimeter yang terdekat dan caliper dengan ketelitian 0,01
cm. Bahan-bahan yang digunakan adalah formalin 10 % untuk mengawetkan ikan
dan formalin 4 % untuk mengawetkan gonad. Alat dan bahan disajikan pada
Lampiran 1.
7

3.3 Metode Kerja


3.3.1 Pengambilan Ikan Contoh
Ikan contoh diambil satu kali dalam sebulan dengan menggunakan jaring
rampus dan jaring belama di perairan Pantai Mayangan. Waktu pengambilan ikan
contoh dilakukan pada pagi hari. Ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan
jenisnya kemudian diawetkan dengan menggunakan formalin 10 % dan gonad
ikan contoh diawetkan dengan menggunakan formalin 4 %. Selain itu dilakukan
pengambilan contoh ikan di TPI sebanyak 5 ekor. Selanjutnya ikan contoh dibawa
ke Laboratorium Biologi Makro 1, Departemen Manajemen Sumber daya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk dianalisis.

3.3.2 Analisis Laboratorium


Ikan contoh dianalisis dengan melakukan penimbangan berat total ikan
dengan menggunakan timbangan, selanjutnya dilakukan pengukuran morfometrik
seperti panjang cagak, panjang baku, menggunakan penggaris dan caliper.
Pengukuran dilakukan terhadap beberapa karakter morfometrik, hal ini dapat dilihat
pada Gambar 3.
Penghitungan meristik dilakukan dengan menghitung jari- jari sirip dorsal
pertama dan dorsal kedua seperti jari-jari keras dan jari-jari lemahnya. Jumlah sisik
pada gurat sisi, jumlah sisik di sekeliling badan, jumlah sisik di atas dan di bawah
garis rusuk.dan jumlah tapis insang. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.
8

Gambar 3. Morfometrik ikan kuro (lanjutan)


Sumber : Motomura et al. (2004)

Keterangan gambar:
PK = Panjang Kepala
PC = Panjang Cagak
PB = Panjang Baku
PDSP 1, 2 = Panjang Dasar Sirip Punggung 1, Panjang Dasar Sirip Punggung 2
PT = Panjang Total
PRA = Panjang Rahang Atas
PRB = Panjang Rahang Bawah
PSD = Panjang Sirip Dada
PDSD = Panjang Dasar Sirip Dubur
TSP 1, 2 = Tinggi Sirip Punggung 1, dan Tinggi Sirip Punggung 2
PJJK = Panjang Jari-jari Keras
PJJL = Panjang Jari-jari Lemah
TDBM = Tinggi Di Bawah Mata
TP = Tinggi Pipi
LBM = Lebar Bukaan Mulut
PSP = Panjang Sirip Perut
TSD = Tinggi Sirip Dubur
PH = Panjang Hidung
PBKDM = Panjang Bagian Kepala di Belakang Mata
PAMDSP = Panjang Antar Mata dengan Sudut Preoperkulum
TB = Tinggi Badan
TBE = Tinggi Batang Ekor
9

Gambar 4. Karakter meristik ikan kuro


Keterangan : jumlah sisik pada gurat sisi (hijau); jumlah sisik di depan sirip
punggung (biru);jumlah sisik di atas dan di bawah garis rusuk (kuning).

Setelah pengukuran morfometrik dan meristik selesai, ikan dibedah perutnya


untuk melihat jenis kelamin dan TKG secara morfologi (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan TKG berdasarkan hasil modifikasi Cassie (Effendie 1997)

TKG Morfologi Gonad Jantan Morfologi Gonad Betina


I Testes seperti benang, lebih Ovari seperti benang, panjang sampai
pendek dan terlihat ujungnya di ke depan rongga tubuh, warna jernih,
rongga tubuh, warna jernih. permukaan licin
II Ukuran testes lebih besar, warna Ukuran ovari lebih besar, warna lebih
putih seperti susu, bentuk lebih gelap kekuning-kuningan, telur belum
jelas daripada TKG I terlihat jelas tanpa kaca pembesar
III Permukaan testes bergerigi, warna Butir-butir telur mulai kelihatan
makin putih dan makin besar. dengan mata. Butir-butir minyak
Dalam keadaan diawetkan mudah makin kelihatan
putus
IV Seperti TKG III tampak lebih Ovari bertambah besar, telur berwarna
jelas, testes makin pejal kuning, mudah dipisah-pisahkan, butir
minyak tidak tampak. Ovari mengisi
½-2/3 rongga perut dan rongga perut
terdesak
V Testes bagian anterior kempis dan Ovari berkerut, dinding tebal, butir
bagian posterior berisi telur sisa terdapat di bagian posterior,
banyak telur seperti TKG II

3.3.3 Analisis Data


3.3.3.1 Sebaran frekuensi panjang
Sebaran frekuensi panjang ikan dianalisis melalui tahapan-tahapan
(Walpole 1993) :
a. Menentukan wilayah kelas, r = pb-pk (r = wilayah kelas, pb = panjang
terbesar, pk = panjang terkecil ).

b. Menentukan jumlah kelas 1+ 3,32 log N (N = jumlah data).


10

c. Menghitung lebar kelas, L = r/ jumlah kelas ( L= lebar kelas, r = wilayah


kelas).

d. Memilih ujung bawah kelas interval

e. Menentukan frekuensi jumlah masing-masing selang kelas yaitu jumlah


frekuensi dibagi jumlah total dikalikan 100.

3.3.3.2 Hubungan Panjang- Bobot


Menurut Hile (1936) in Effendie (1997) Hubungan panjang-bobot dihitung
dalam suatu bentuk rumus umum sebagai berikut :

W= aLb
Keterangan :
W = bobot tubuh ikan (gram)
L = panjang total ikan (mm)
a dan b = konstanta

Menurut Effendie (1997), bila b = 3 maka bentuk pertumbuhan tersebut


isometrik (pertambahan panjang dan bobot seimbang); b<3 maka bentuk
pertumbuhan ikan tersebut allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan
daripada pertambahan bobot); b>3 maka bentuk pertumbuhan ikan tersebut
allometrik positif (pertambahan bobot lebih dominan dibanding panjang).

3.3.3.3 Faktor Kondisi


Perhitungan faktor kondisi (K) ikan bergantung dari nilai b. Jika nilai b≠3,
maka analisis faktor kondisi ikan menggunakan persamaan (Effendie 1997) sebagai
berikut.

Jika b = 3, maka analisis faktor kondisi ikan menggunakan persamaan sebagai


berikut.
11

Keterangan : K = Faktor kondisi relatif setiap ikan


W = Bobot ikan (g)
L = Panjang total ikan (mm)
a dan b = Konstanta

3.3.3.3 Karakter Morfometrik


Perhitungan karakter morfometrik berbanding dengan panjang tubuh
menggunakan persamaan sebagai berikut (Motomura et al. 2004).

Keterangan : PT = Panjang tubuh


12

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro


Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor.
Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm dan 16,88–
105,79 gram. Ikan kuro dikelompokkan menjadi 9 kelompok ukuran kelas yaitu
kelompok A (142-154 mm), B (155-167 mm), C (168- 180 mm), D (181-193 mm),
E (194-206 mm), F (207- 219 mm), G (220-232 mm), H (233-245 mm), dan
kelompok I (246-258 mm). Ikan kuro yang banyak tertangkap adalah ikan kuro F
sebanyak 40 ekor, sedangkan ikan kuro yang sedikit tertangkap adalah kelompok I
sebanyak 1 ekor. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Panjang ikan kuro yang tertangkap di perairan Pantai Mayangan memiliki
ukuran panjang yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran panjang yang
tertangkap di daerah muara Sungai Musi, Sumatera Selatan yang berukuran 113-380
mm (Djamali et al. 1985) dan di daerah perairan Utara Australia yang berukuran
203-815 mm (Ballagh et al. 2011). Umur ikan yang tertangkap di perairan Pantai
Mayangan pun relatif lebih muda jika dibandingkan dengan ikan kuro yang
tertangkap di kedua wilayah tersebut.

Gambar 5. Jumlah ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) jantan berdasarkan


selang kelas panjang di Pantai Mayangan
13

Ikan yang tertangkap selama penelitian semua berjenis kelamin jantan dan
ukurannya relatif kecil. Hal ini dikarenakan daerah ikan kuro yang tertangkap
selama penelitian merupakan daerah tempat tinggal ikan kuro yang berukuran kecil.
Motomura et al. (2004) menyatakan bahwa ikan kuro merupakan ikan hermafrodit
protandri yaitu ikan kuro kecil atau remaja memiliki jenis kelamin jantan yang
kemudian berubah menjadi betina. Ketika kecil jantan hidup di daerah payau dan
betina hidup di perairan laut. Menurut Department of Fisheries West Australia
(2010), ikan kuro berubah kelamin ketika berumur sekitar 2 tahun dan memiliki
panjang lebih dari 400 mm (Tabel 2). Penjelasan tersebut memperjelas bahwa ikan
kuro jantan yang masih berukuran kecil hidup di daerah mangrove.

Tabel 2. Pembagian kelompok umur berdasarkan panjang (Department of Fisheries


West Australia 2010)

Umur(tahun) Panjang(mm)
1 245
2 400
5 635

4.2 Meristik Morfometrik Ikan Kuro


Ikan kuro yang ditemukan selama penelitian memiliki panjang total berkisar
142-254 mm. Bentuk tubuh ikan kuro pipih dan memanjang, serta memiliki 4 buah
filamen dekat sirip dada. Ikan kuro memiliki dua sirip dorsal, sirip dorsal pertama
terdiri dari 8 jari-jari keras (D1 . VIII) dan dorsal kedua terdiri dari 1 dan 2 jari-jari
keras, dengan 13- 17 jari – jari lemah (D2 . I-II 13-17). Sirip anal terdiri dari 2 jari-
jari keras dan 13-17 jari-jari lemah (A . II 13-17). Sirip pektoral terdiri dari 14-21
jari-jari lemah (P . 14-21). Sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari
lemah (V . I 5). Perhitungan hasil morfometrik dapat dilihat pada Tabel 3.
Jumlah sisik yang terdapat di depan sirip punggung berjumlah 24- 50 buah,
sisik pipi 5-9 buah, sisik pada gurat sisi 43-75 buah, sisik di sekeliling badan 28-68.
Jumlah sisik pada batang ekor 8-15 buah, jumlah sisik di atas garis rusuk 6-15 buah,
jumlah sisik di bawah garis rusuk 10- 19 buah, dan jumlah tapis insang 16- 30 buah.
Ikan yang tertangkap masih berukuran kecil, jika dibandingkan dengan ukuran ikan
14

yang tertangkap berdasarkan penelitian Weber dan Motomura yang berukuran besar
(Tabel 4).

Tabel 3. Karakter Morfometrik


No Karakter Morfometrik Rata-rata Min- Max
1 Panjang kepala 0,20 0,14- 0,23
2 Panjang cagak 0,80 0,78-0,87
3 Panjang bagian depan sirip punggung 0,24 0,19-0,27
4 Panjang dasar sirip punggung 1 0,07 0,05-0,09
5 Panjang dasar sirip punggung 2 0,12 0,09-0,14
6 Panjang dasar sirip dubur 0,14 0,12-0,18
7 Panjang batang ekor 0,18 0,15-0,21
8 Tinggi badan 0,19 0,17-0,21
9 Tinggi batang ekor 0,09 0,08-0,10
10 Tinggi kepala 0,15 0,12-0,19
11 Tinggi di bawah mata 0,01 0,04-0,02
12 Lebar kepala 0,08 0,05-0,10
13 Lebar badan 0,08 0,06-0,12
14 Tinggi sirip punggung 1 0,13 0,06-0,15
15 Tinggi sirip punggung 2 0,15 0,09-0,16
16 Tinggi sirip dubur 0,12 0,08-0,16
17 Panjang sirip dada 0,15 0,13-0,17
18 Panjang sirip perut 0,09 0,07-0,10
19 Panjang jari-jari keras 0,13 0,09-0,17
20 Panjang jari-jari lemah 0,07 0,04-0,09
21 Panjang hidung 0,015 0,01-0,02
22 Lebar mata 0,04 0,02-0,06
23 Panjang bagian kepala di belakang mata 0,13 0,10-0,16
24 Panjang antar mata dengan sudut 0,09 0,07-0,14
preoperkulum
25 Tinggi pipi 0,11 0,09-0,13
26 Panjang rahang atas 0,10 0,08-0,13
27 Panjang rahang bawah 0,07 0,06-0,08
28 Lebar bukaan mulut 0,16 0,09-0,20
15

Tabel 4. Perbandingan morfometrik ikan kuro dengan penelitian lain


Weber &
Motomura Penelitian ini
Karakter Beaufort
et al. (2004) (2012)
No Morfometrik/Panjang Tubuh (1922)
1 Panjang kepala 0,26 – 0,30 0,28 – 0,31 0,14 – 0,23

2 Tinggi badan 0,25 – 0,28 0,17 – 0,21

3 Panjang rahang atas 0,14 – 0,17 0,08 – 0,13

4 Panjang rahang bawah 0,07 – 0,09 0,06 – 0,08

4.3 Hubungan Panjang - Bobot


Pola pertumbuhan yang terjadi pada ikan kuro (Eleutheronema
tetradactylum) di pantai Mayangan dapat diketahui melalui analisis hubungan
panjang – bobot. Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan W= aLb
(Gambar 6).

Gambar 6. Grafik hubungan Panjang dan Bobot Ikan Kuro (Eleutheronema


tetradactylum)

Berdasarkan pengujian nilai b dengan uji-t (Lampiran 4) diperoleh nilai b


ikan kuro berbeda nyata dengan nilai 3 (thit> ttab). Hal ini mengidentifikasikan
bahwa pola pertumbuhan ikan kuro adalah allometrik positif, artinya pertumbuhan
bobot ikan kuro lebih cepat dibandingkan panjangnya. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Djamali et al. (1985) terhadap ikan kuro di muara Sungai Musi
16

menunjukkan bahwa nilai b untuk ikan kuro sebesar 3,038 dan setelah melalui uji-t
menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif.

4.4 Faktor Kondisi


Faktor kondisi ikan kuro dihitung menggunakan rumus faktor kondisi yang
allometrik. Pada Gambar 7 faktor kondisi rata-rata ikan kuro mengalami fluktuasi
tiap bulan. Faktor kondisi yang tertinggi terdapat pada bulan Oktober dengan nilai
1,08 dan faktor kondisi terkecil terjadi pada bulan Juni sebesar 0,94, setelah diuji
ternyata berbeda nyata dengan α= 0,05.

Gambar 7. Faktor kondisi ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) berdasarkan


bulan pengamatan

Faktor kondsi ikan kuro akan meningkat, jika isi lambungnya ditemukan
ikan, sedangkan jika isi lambungnya ditemukan Crustacea maka, faktor kondisinya
akan menurun (Bogarestu 2012). Hal ini terjadi pada Mei, Juni, Juli jenis makanan
ikan kuro semuanya termasuk kedalam kelompok Crustacea, sedangkan pada bulan
Agustus, September, dan Oktober makanan ikan kuro berupa ikan. Kondisi seperti
ini memperlihatkan bahwa kondisi ikan tergantung kepada ketersediaan makanan di
dalam perairan. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendie (1997) bahwa hal-hal
yang memengaruhi faktor kondisi selain kematangan gonad adalah jenis kelamin,
ukuran, dan kondisi lingkungan.
17

4.5 Tingkat kematangan Gonad


Tingkat kematangan gonad ikan pada setiap selang kelas panjang dapat dilihat
pada Gambar 8 berikut. TKG I terdapat pada selang kelas 140-219 mm dan TKG II
pada selang kelas 180-259 mm, TKG III dan TKG IV tidak didapat selama
penelitian, karena ikan kuro yang berukuran besar berada di laut.

Gambar 8. Persentase tingkat kematangan gonad ikan kuro jantan Kuro


(Eleutheronema tetradactylum) pada selang kelas panjang.

Berdasarkan pengambilan contoh ikan di TPI ikan dengan TKG III baru
bisa didapat pada ukuran 271 mm dan ikan dengan TKG IV sudah mulai mengalami
transisi yang nantinya akan berubah menjadi fase betina dan biasanya hidup di laut.
Penelitian Kagwade (1970) mengatakan bahwa ikan kuro betina matang gonad pada
saat ikan kuro mencapai 400 mm. Namun penelitian lain mengatakan bahwa ikan
kuro jantan pada ukuran 200 mm memiliki tingkat kematangan gonad yang telah
matang (Department of Fisheries West Australia 2010).
18

Gambar 9. Persentase tingkat kematangan gonad ikan kuro(Eleutheronema


tetradatylum) berdasarkan waktu penelitian.

Tingkat kematangan gonad mengalami fluktuasi selama waktu penelitian


(Gambar 9). Persentase tingkat kematangan gonad I tertinggi terdapat pada bulan
Mei sebesar 80 %, dan tingkat kematangan gonad II tertinggi terdapat pada bulan
Oktober yaitu sebesar 72 %. Tingkat kematangan gonad I terendah pada bulan
Oktober sebesar 25 %, dan tingkat kematangan gonad II terdapat pada bulan Mei
sebesar 30 %.
Perkembangan TKG ikan kuro dapat dilihat melalui perkembangan histologi
gonadnya (Gambar 10). Gonad jantan TKG I spermatogonia dengan jaringan ikat
kuat. Pada TKG II gonad sudah mulai berkembang dengan jaringan ikat mulai
berkurang. Pada TKG III spermatosit sudah mulai menyebar dengan jaringan ikat
yang sudah menghilang, dan spermatosit I sudah berubah menjadi spermatosit II.
19

10x10 10x10 TKG III 10x10


TKG I TKG II
Sg Ss

Sg Sp

Gambar 10. Perkembangan histologis gonad ikan kuro (Eleutheronema


tetradactylum) jantan TKG I, II, III
Keterangan : Sg =Spermatogonia; Sp = Spermatosit primer; Ss =
Spermatosit sekunder

Pada pengamatan histologi didapatkan gonad jantan TKG III dengan ukuran
panjang sebesar 271 mm dan betina TKG IV dengan ukuran panjang sebesar 496
mm, karena proses pengambilan sampel ikan tersebut dilakukan di TPI yang
merupakan hasil tangkapan nelayan yang didapat di daerah laut.
Menurut Kagwade (1970) ikan kuro memiliki daerah pemijahan di perairan
sekitar pantai. Namun selama penelitian hanya ikan kuro berjenis kelamin jantan
yang tertangkap, hal ini dikarenakan wilayah penangkapan ikan selama penelitian
merupakan habitat ikan kuro saat berjenis kelamin jantan dan berukuran kecil.
5 KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ikan yang tertangkap masih juvenil dan semua berjenis kelamin jantan serta
belum matang gonad.
2. Ikan kuro memiliki ciri morfometrik dan meristik seperti dua sirip punggung,
sirip punggung kedua sejajar dengan sirip anal dan dua sirip pektoral yang
salah satunya berupa empat sirip filamen.
3. Pertumbuhan ikan kuro bersifat allometrik positif.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 1992. Iktiologi suatu pedoman kerja
laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.

Ballagh AC, Welch DJ, Newman SJ, Allsop Q, Stapley JM. 2011. Stock structure of
the blue threadfin (Eleutheronema tetradactylum) across northen Australia
derived from life-history characteristics. Fisheries Research 121-122 : 64.

Bogarestu SS. 2012. Variasi makanan ikan kuro (Eleuthronema tetradactylum)


terkait perubahan ukuran panjang dan musim di Pantai Mayangan, Jawa
Barat [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. (in proses).

Department of Fisheries West Australia. 2010. Species identification guide.


[terhubung berkala]. http://fish.wa.gov.au [ 9 Juni 2011].

Djamali A, Burhanuddin, Martosewojo S. 1985. Telaah biologi ikan kuro


(Eleuthronema tetradactylum) polynemidae di Muara Sungai Musi Sumatera
Selatan in M. Kasim Moosa, Djoko P P, Sukarno (penyunting). Prosiding
Perairan Indonesia Biologi, Budidaya, Kualitas Perairan dan Oseanografi.
Jakarta : 83-86 hlm.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157
hlm.

Fahmi. 2000. Beberapa jenis ikan pemangsa di tambak tradisional dan cara
penanganannya. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 78 : 26-27.

Harahap TSR & Djamali A. 2005. Pertumbuhan ikan terbang (Hirundichthys


oxycephalus) di perairan Binuangen, Banten. Jurnal Iktiologi Indonesia 5(2) :
49-54 hlm.

Hermawati L. 2006. Studi biologi reproduksi ikan terbang (Hirundichtys


oxycephalus) di perairan Binuangen, Kecamatan Malingping, Kabupaten
Lebak, Banten [Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 52 hlm.

Jaferian A & Zolgharnian H. 2010. Morphometric study of Eleuthronema


tetradactylum in Persian Gulf Based on the truss network. Journal of Fish
and Marine Sciences 2 (5): 401-403.

Kagwade P V. 1970. The polynemid fishes of India. Bulletin of the Central Marine
Fisheries Research Institute 18 : 30-31.
22

Motomura H, Senou, Iwatsuki. 2004. Threadfins of the world (Family


Polynemidae): An annotated and illustrated catalogue of Polynemid species
known to date. FAO Species Catalogue for Fishery Purpose. Rome. 117 p.

Simanjuntak CPH. 2002. Kebiasaan makanan beberapa jenis ikan di Perairan


mangrove Pantai Mayangan, Pamanukan, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. 58 hlm.

Turan C.1998. A Note on the examination of morphometric differentiation among


fish population: the truss system. Journal of Zoology 23: 259-263.

Walpole RE. 1993. Pengantar statistic, edisi ke-3. [Terjemahan dari Introduction to
statistic 3rd edition]. Sumantri B (penerjemah). PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 515 hlm.

Weber M, & de Beaufort LF. 1922. The fishes of the Indo-Australian Archipelago, 4
E.J. Brill : 196 – 200 p.
LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian

Penggaris Mikroskop Timbangan digital Alat bedah

Kamera digital Tissue Baki Botol sampel

Ikan contoh jaring insang Alat tulis

Caliper Formalin 4% Alkohol 10%


25

Lampiran 2. Metode pembuatan preparat histologis (Hermawati 2006)

Fiksasi
Gonad difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam, setelah itu dipindahkan ke
alkohol 70% selama 24 jam

Dehidrasi I
Gonad direndam dengan alkohol 70% (24 jam), alkohol 80% (2 jam), alkohol 90%
(2 jam), alkohol 95% (2 jam), alkohol 100% (12 jam)

Clearing I (Penjernihan)
Gonad direndam dalam alkohol 100% + Xylol (1:1) selama 30 menit, kemudian
diendam dalam Xylol I, Xylol II, Xylol III masing-masing selama 30 menit

Embedding (Penyusupan/infiltrasi)
Gonad direndam dalam Parafin – Xylol (1:1) selama 45 menit dalam oven suhu 65-
75 °C, selanjutnya direndam dalam Parafin I, Parafin II, Parafin III selama masing-
masing 45 menit yang dipanaskan dalam oven suhu 65-75 °C dan kemudian jaringan
dicetak dalam cetakan selama 12 jam (proses blocking)

Pemotongan
Spesimen dipotong sebesar 4-6 µm dengan mikrotom, diapungkan dalam air suam
kuku dan diletakkan diatas hot plate 40 °C sampai agak kering

Defarafinasi
Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I dan Xylol II masing-masing selama 5
menit

Dehidrasi II
Preparat direndam berturut-turut dalam alkohol 100% I, alkohol 100% II, alkohol
95%, alkohol 90%, alkohol 80%, alkohol 75%, alkohol 71%, alkohol 50% masing-
masing 3 menit, setelah itu preparat dibersihkan dengan akuades sampai putih

Pewarnaan
Preparat direndam dalam larutan Haematoxylin selama 5-7 menit, selanjutnya
direndam dengan larutan eosin selama 3 menit dan cuci dengan air mengalir
26

Dehidrasi III
Preparat direndam berturut-turut dengan alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80%,
alkohol 85%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol 100% I, alkohol 100% II masing-
masing selama 2 menit

Clearing II
Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I, Xylol II dan Xylol III masing-masing
selama 2 menit

Mounting
Jaringan dilekatkan dengan gelas penutup dan zat perekat
27

Lampiran 3. Histologi ikan kuro betina

10x10

Berikut histologi TKG IV pada ikan betina kuro yang diambil di TPI dengan
ukuran panjang ikan sebesar 496 mm.
28

Lampiran 4. Analisis satu arah terhadap nilai b ikan kuro


ANOVA

Significanc
df SS MS F eF
2,94162 2,94162 1370,5
Regression 1 9 9 5 8,91E-76
0,31121 0,00214
Residual 145 5 6
3,25284
Total 146 4

Coefficient Standard Upper Lower Upper


s Error t Stat P-value Lower 95% 95% 95,0% 95,0%
0,19366 3,02E-
Intercept -5,41196 8 -27,9444 60 -5,79473 -5,02918 -5,79473 -5,02918
X Variable 0,08400 37,0209 8,91E- 3,27593 2,94387 3,27593
1 3,109901 4 5 76 2,943871 1 1 1

Thit = b1 - bo = 3,1099 – (-5,4119) = 101,4461


Sb1 0,084

Ttab = TINV(0,05; n-1) = TINV(0,05; 147-1) = 1,97

Anda mungkin juga menyukai