SKRIPSI
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing1 Pembimbing 2
Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA
NIP.194906171979112001 NIP. 195009121976031004
Mengetahui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Karakter Morfometrik
Meristik Dan Reproduksi Ikan Kuro (Eleutheronema tetradactylum, Shaw
1804) Di Pantai Mayangan, Jawa Barat”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku dosen pembimbing pertama dan
Prof. Dr. Ir. MF. Rahardjo, DEA selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak
membantu dalam pemberian bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
penelitian ini bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
pengelolaan ikan tersebut dan penelitian selanjutnya.
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................ 2
2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Klasifikasi ........................................................................................... 3
2.2 Morfologi ............................................................................................ 3
2.3 Hubungan Panjang – Bobot dan Faktor Kondisi ................................ 4
2.4 Reproduksi .......................................................................................... 4
5 KESIMPULAN ......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 21
LAMPIRAN.................................................................................................. 23
ix
x
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan TKG berdasarkan hasil modifikasi Cassie
(Effendie 1997) .......................................................................................... 9
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum)................................................ 3
2. Peta lokasi penelitian ................................................................................ 6
3. Morfometrik ikan kuro.............................................................................. 8
4. Karakter meristik ikan kuro ...................................................................... 9
5. Jumlah ikan kuro (Eleutheronema tetradactylum) jantan berdasarkan
selang kelas panjang di Pantai Mayangan ................................................ 12
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian .................................... 24
2. Metode pembuatan preparat histologi........................................................ 25
3. Histologi ikan kuro betina.......................................................................... 27
4. Analisis satu arah terhadap nilai b ikan kuro ............................................ 28
xii
1
1 PENDAHULUAN
2.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan kuro (Eleuthronema tetradactylum) menurut Motomura et al.
(2004) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Famili : Polynemidae
Genus : Eleutheronema
Spesies : Eleutheronema tetradactylum (Shaw 1804)
Nama Umum : Fourfinger threadfin
Nama Lokal : Kuro
2.2 Morfologi
Bentuk tubuh ikan kuro ini memanjang dan agak pipih. Karakteristik khas
ikan ini yaitu memiliki mata yang ditutupi oleh jaringan adipose (lemak
transparan/daging), memiliki dua sirip punggung (sirip punggung pertama dengan
tujuh atau delapan duri dan yang kedua 11-18 jari lemah) dan memiliki sirip dada
yang terdiri atas dua bagian, bagian atas dengan jari-jari sirip lemah berjumlah 17,
sedangkan bagian bawah terdiri atas empat buah sirip berfilamen dengan filamen
4
bagian paling atas dapat mencapai dasar sirip perut. Filamen ini berfungsi sebagai
alat peraba untuk mencari makanan di air yang berlumpur (Motomura et al. 2004)
serta memiliki mulut bertipe inferior (Jaferian & Zolgharnian 2010).
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian
tubuh ikan, seperti panjang total dan panjang baku. Ukuran ini dapat digunakan
sebagai salah satu ciri taksonomi dalam mengidentifikasi ikan. Hasil pengukuran
biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau centimeter. Meristik adalah ciri
yang berkaitan dengan jumlah tubuh ikan, misalnya seperti jumlah sisik pada
garis rusuk, jumlah jari – jari keras dan jari-jari lemah pada sirip punggung (Affandi
et al. 1992). Menurut Turan (1998), karakter morfologi juga dapat memberikan
manfaat dalam identifikasi stok khususnya dalam suatu populasi yang besar.
2.4 Reproduksi
Ikan kuro merupakan ikan hermafrodit protandri, dengan fertilisasi
eksternal. Daerah pemijahan ikan kuro yaitu di daerah perairan sekitar pantai
(Kagwade 1970). Ikan kuro memulai hidupnya dari jantan, jantan pada ikan kuro
5
Keterangan gambar:
PK = Panjang Kepala
PC = Panjang Cagak
PB = Panjang Baku
PDSP 1, 2 = Panjang Dasar Sirip Punggung 1, Panjang Dasar Sirip Punggung 2
PT = Panjang Total
PRA = Panjang Rahang Atas
PRB = Panjang Rahang Bawah
PSD = Panjang Sirip Dada
PDSD = Panjang Dasar Sirip Dubur
TSP 1, 2 = Tinggi Sirip Punggung 1, dan Tinggi Sirip Punggung 2
PJJK = Panjang Jari-jari Keras
PJJL = Panjang Jari-jari Lemah
TDBM = Tinggi Di Bawah Mata
TP = Tinggi Pipi
LBM = Lebar Bukaan Mulut
PSP = Panjang Sirip Perut
TSD = Tinggi Sirip Dubur
PH = Panjang Hidung
PBKDM = Panjang Bagian Kepala di Belakang Mata
PAMDSP = Panjang Antar Mata dengan Sudut Preoperkulum
TB = Tinggi Badan
TBE = Tinggi Batang Ekor
9
W= aLb
Keterangan :
W = bobot tubuh ikan (gram)
L = panjang total ikan (mm)
a dan b = konstanta
Ikan yang tertangkap selama penelitian semua berjenis kelamin jantan dan
ukurannya relatif kecil. Hal ini dikarenakan daerah ikan kuro yang tertangkap
selama penelitian merupakan daerah tempat tinggal ikan kuro yang berukuran kecil.
Motomura et al. (2004) menyatakan bahwa ikan kuro merupakan ikan hermafrodit
protandri yaitu ikan kuro kecil atau remaja memiliki jenis kelamin jantan yang
kemudian berubah menjadi betina. Ketika kecil jantan hidup di daerah payau dan
betina hidup di perairan laut. Menurut Department of Fisheries West Australia
(2010), ikan kuro berubah kelamin ketika berumur sekitar 2 tahun dan memiliki
panjang lebih dari 400 mm (Tabel 2). Penjelasan tersebut memperjelas bahwa ikan
kuro jantan yang masih berukuran kecil hidup di daerah mangrove.
Umur(tahun) Panjang(mm)
1 245
2 400
5 635
yang tertangkap berdasarkan penelitian Weber dan Motomura yang berukuran besar
(Tabel 4).
menunjukkan bahwa nilai b untuk ikan kuro sebesar 3,038 dan setelah melalui uji-t
menunjukkan bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif.
Faktor kondsi ikan kuro akan meningkat, jika isi lambungnya ditemukan
ikan, sedangkan jika isi lambungnya ditemukan Crustacea maka, faktor kondisinya
akan menurun (Bogarestu 2012). Hal ini terjadi pada Mei, Juni, Juli jenis makanan
ikan kuro semuanya termasuk kedalam kelompok Crustacea, sedangkan pada bulan
Agustus, September, dan Oktober makanan ikan kuro berupa ikan. Kondisi seperti
ini memperlihatkan bahwa kondisi ikan tergantung kepada ketersediaan makanan di
dalam perairan. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendie (1997) bahwa hal-hal
yang memengaruhi faktor kondisi selain kematangan gonad adalah jenis kelamin,
ukuran, dan kondisi lingkungan.
17
Berdasarkan pengambilan contoh ikan di TPI ikan dengan TKG III baru
bisa didapat pada ukuran 271 mm dan ikan dengan TKG IV sudah mulai mengalami
transisi yang nantinya akan berubah menjadi fase betina dan biasanya hidup di laut.
Penelitian Kagwade (1970) mengatakan bahwa ikan kuro betina matang gonad pada
saat ikan kuro mencapai 400 mm. Namun penelitian lain mengatakan bahwa ikan
kuro jantan pada ukuran 200 mm memiliki tingkat kematangan gonad yang telah
matang (Department of Fisheries West Australia 2010).
18
Sg Sp
Pada pengamatan histologi didapatkan gonad jantan TKG III dengan ukuran
panjang sebesar 271 mm dan betina TKG IV dengan ukuran panjang sebesar 496
mm, karena proses pengambilan sampel ikan tersebut dilakukan di TPI yang
merupakan hasil tangkapan nelayan yang didapat di daerah laut.
Menurut Kagwade (1970) ikan kuro memiliki daerah pemijahan di perairan
sekitar pantai. Namun selama penelitian hanya ikan kuro berjenis kelamin jantan
yang tertangkap, hal ini dikarenakan wilayah penangkapan ikan selama penelitian
merupakan habitat ikan kuro saat berjenis kelamin jantan dan berukuran kecil.
5 KESIMPULAN
1. Ikan yang tertangkap masih juvenil dan semua berjenis kelamin jantan serta
belum matang gonad.
2. Ikan kuro memiliki ciri morfometrik dan meristik seperti dua sirip punggung,
sirip punggung kedua sejajar dengan sirip anal dan dua sirip pektoral yang
salah satunya berupa empat sirip filamen.
3. Pertumbuhan ikan kuro bersifat allometrik positif.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, Sulistiono. 1992. Iktiologi suatu pedoman kerja
laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Ballagh AC, Welch DJ, Newman SJ, Allsop Q, Stapley JM. 2011. Stock structure of
the blue threadfin (Eleutheronema tetradactylum) across northen Australia
derived from life-history characteristics. Fisheries Research 121-122 : 64.
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157
hlm.
Fahmi. 2000. Beberapa jenis ikan pemangsa di tambak tradisional dan cara
penanganannya. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. 78 : 26-27.
Kagwade P V. 1970. The polynemid fishes of India. Bulletin of the Central Marine
Fisheries Research Institute 18 : 30-31.
22
Walpole RE. 1993. Pengantar statistic, edisi ke-3. [Terjemahan dari Introduction to
statistic 3rd edition]. Sumantri B (penerjemah). PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 515 hlm.
Weber M, & de Beaufort LF. 1922. The fishes of the Indo-Australian Archipelago, 4
E.J. Brill : 196 – 200 p.
LAMPIRAN
24
Fiksasi
Gonad difiksasi dengan larutan Bouin selama 24 jam, setelah itu dipindahkan ke
alkohol 70% selama 24 jam
Dehidrasi I
Gonad direndam dengan alkohol 70% (24 jam), alkohol 80% (2 jam), alkohol 90%
(2 jam), alkohol 95% (2 jam), alkohol 100% (12 jam)
Clearing I (Penjernihan)
Gonad direndam dalam alkohol 100% + Xylol (1:1) selama 30 menit, kemudian
diendam dalam Xylol I, Xylol II, Xylol III masing-masing selama 30 menit
Embedding (Penyusupan/infiltrasi)
Gonad direndam dalam Parafin – Xylol (1:1) selama 45 menit dalam oven suhu 65-
75 °C, selanjutnya direndam dalam Parafin I, Parafin II, Parafin III selama masing-
masing 45 menit yang dipanaskan dalam oven suhu 65-75 °C dan kemudian jaringan
dicetak dalam cetakan selama 12 jam (proses blocking)
Pemotongan
Spesimen dipotong sebesar 4-6 µm dengan mikrotom, diapungkan dalam air suam
kuku dan diletakkan diatas hot plate 40 °C sampai agak kering
Defarafinasi
Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I dan Xylol II masing-masing selama 5
menit
Dehidrasi II
Preparat direndam berturut-turut dalam alkohol 100% I, alkohol 100% II, alkohol
95%, alkohol 90%, alkohol 80%, alkohol 75%, alkohol 71%, alkohol 50% masing-
masing 3 menit, setelah itu preparat dibersihkan dengan akuades sampai putih
Pewarnaan
Preparat direndam dalam larutan Haematoxylin selama 5-7 menit, selanjutnya
direndam dengan larutan eosin selama 3 menit dan cuci dengan air mengalir
26
Dehidrasi III
Preparat direndam berturut-turut dengan alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80%,
alkohol 85%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol 100% I, alkohol 100% II masing-
masing selama 2 menit
Clearing II
Preparat direndam berturut-turut dalam Xylol I, Xylol II dan Xylol III masing-masing
selama 2 menit
Mounting
Jaringan dilekatkan dengan gelas penutup dan zat perekat
27
10x10
Berikut histologi TKG IV pada ikan betina kuro yang diambil di TPI dengan
ukuran panjang ikan sebesar 496 mm.
28
Significanc
df SS MS F eF
2,94162 2,94162 1370,5
Regression 1 9 9 5 8,91E-76
0,31121 0,00214
Residual 145 5 6
3,25284
Total 146 4