SKRIPSI
OLEH:
MAYLISA SAILA
18.401020.16
i
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN SENANGIN
(Eleutheronema tetradactylum) DI PERAIRAN BANGKUDULIS
SKRIPSI
OLEH:
MAYLISA SAILA
18.401020.16
Skripsi
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Universitas Borneo Tarakan
iv
9. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi semangat, motivasi serta
memberi dukungan doa dan M. Fadly yang telah menyediakan sarana dan pra
sarana selama penelitian.
10. Last but not least, I want to thank me for believing in me, for doing all this
hardwork, for having no days off, for never quitting, for just being me at all
times.
Penulis menyadari laporan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dan perbaikan laporan skripsi ini, sehingga dapat memberikan
manfaat bagi dunia pendidikan khususnya di bidang perikanan dan penerapan di
lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut, Amin.
Tarakan,
Penulis,
v
MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN SENANGIN
(Eleutheronema tetradactylum) DI PERAIRAN BANGKUDULIS
Abstrak
vi
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Penyataan Orisinalitas ............................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Abstrak .................................................................................................................. vi
Abstract ................................................................................................................ vii
Daftar Isi............................................................................................................... viii
Daftar Tabel ........................................................................................................... ix
Daftar Gambar..........................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................................2
1.3 Manfaat .............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Senangin .................................................................................3
2.2 Morfologi ..........................................................................................................3
2.3 Habitat dan Daerah Distribusi ...........................................................................4
2.4 Morfometrik dan Meristik.................................................................................5
2.5 Jaring Insang (gillnet) .......................................................................................6
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian ...............................................................................................8
3.2 Waktu dan Tempat ............................................................................................8
3.3 Alat dan Bahan ..................................................................................................8
3.4 Prosedur Penelitian ...........................................................................................9
3.4.1 Pengambilan Sampel Ikan Senangin ...............................................................9
3.4.2 Pengukuran Sampel Ikan Senangin ...............................................................10
3.5 Analisis Data ...................................................................................................12
3.5.1 Analisis Rasio Karakter Morfometrik ..........................................................12
3.5.2 Regresi Linier Sederhana antara Ukuran Panjang Total (PT) dengan
Karakter Lainnya. .........................................................................................12
3.5.2 Koefisien Determinasi ..................................................................................13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakter Morfometrik Ikan Senangin .............................................................14
4.2 Hubungan antara Panjang Total dengan karakter lain. ...................................17
4.3 Karakter Meristik Ikan Senangin (E. tetradactylum) ......................................19
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................20
5.2 Saran ...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................23
LAMPIRAN ..........................................................................................................24
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
BAB 1
PENDAHULUAN
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Morfologi
Secara morfologi ikan Senangin adalah jenis ikan laut yang memiliki bentuk
tubuh memanjang dan agak pipih. Mata ditutupi oleh membran gelap. Bentuk mulut
sangat besar dan tidak mempunyai bibir, kecuali bibir bagian bawah yang terdapat
pada sudut mulut. Sirip dada terdiri atas dua bagian, bagian atas dengan satu buah
duri keras dan jari-jari lemah sedangkan bagian bawah terdiri atas tiga atau empat
buah sirip berfilamen dengan bagian paling atas memiliki filamen yang paling
panjang hingga mencapai dasar sirip perut. Filamen ini berfungsi sebagai alat
peraba yang memungkinkan ikan mencari makanan di air yang berlumpur. Ikan
Senangin tergolong ke dalam ikan hermafrodit protandri yang dicirikan pada saat
ikan kecil atau remaja berjenis kelamin jantan dan hidup di daerah payau;
3
sedangkan saat dewasa ikan senangin berkelamin betina dan hidup di perairan laut
(Motomura, 2004). Ikan ini dapat mencapai ukuran 200 cm, tetapi biasa ditemukan
pada ukuran antara 45-50 cm (FAO,1974)
2.3 Habitat dan Daerah Distribusi
Habitat ikan selain di air laut dan air tawar terdapat daerah pertemuan antara
keduanya yang disebut dengan air payau (psikis water) yaitu kawasan perairan yang
memiliki salinitas lebih kecil dari air laut dan lebih besar dibandingkan air tawar.
Ikan yang terdapat pada air payau salah satunya adalan ikan senangin. Menurut
Motomura (2004) ikan senangin yang dewasa rentan memasuki sungai. Habitat
alamiah ikan senangin adalah perairan lumpur, berpasir, pecahan batu karang di
perairan dengan kedalaman 10-28 meter. Rengi dkk, (2015) mengatakan ikan
senangin mampu mentolerir kadar garam (salinitas) dengan kisaran salinitas yang
rendah antara 25-38 ppm
Daerah penyebaran ikan senangin di dunia meliputi Teluk Persia, Samudera
Hindia, Indo-Pasifik Barat sampai perairan Australia Utara. Ikan senangin
ditemukan pada benua Eropa yiatu di Inggris, Amerika, Australia, serta tersebar
luas pada benua Asia diantaranya India, Indonesia, Vietnam, Malaysia, Myanmar,
Pilipina, Bangladesh, Sri Lanka serta Taiwan. Sebaran ikan senangin di Indonesia
meliputi perairan pantai Laut Jawa, Sumatera bagian timur, Kalimantan, Sulawesi
Selatan, dan Arafuru. Ikan ini juga ditemukan di Teluk Benggal, Teluk Siam, Pantai
Laut Cina Selatan, dan Queensland (Australia) (Genisa 1999).
5
tubuh ikan misalnya jari-jari sirip dan sisik yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi serta mengklasifikasinya. Dengan sifat-sifat meristik dapat
diketahui kemantapan sifat suatu spesies tertentu, yang mungkin berubah karena
seleksi habitat atau tekanan-tekanan pengelolaan sumberdaya perairan itu (Halid &
Malawa, 2017).
Karakter meristik juga merupakan cara untuk mengidentifikasi ikan. Adapun
bagian tubuh ikan yang sering dilakukan secara meristik adalah sirip. Perhitungan
sirip yang sering digunakan dalam identifikasi adalah sirip punggung, sirip perut,
sirip dubur, dan sirip dada. Sebelum menetukan rumus sirip maka harus
dicantumkan huruf capital yang menetukan sirip yang dimaksud. D untuk sirip
punggung, C untuk sirip ekor, A untuk sirip dubur, V untuk sirip perut dan P untuk
sirip dada. Perhitungan sirip dibedakan antara jumlah jari-jari keras dan jari-jari
lunak. Perumusan untuk jari-jari lemah memakai angka biasa, jika terdapat 14-16
jari-jari lemah maka rumusnya ditulis D.14-16. Sedangkan perumusan untuk jari-
jari keras memakai angka romawi, jika terdapat 7 jari-jari keras makan rumusnya
ditulis D.VII. (Nurdawati dkk, 2007).
2.5 Jaring Insang (gillnet)
Menurut Martasuganda (2002), jaring insang (gillnet) merupakan alat
tangkap ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang dengan ukuran mata
jaring (mesh size) yang sama besar dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat,
tali ris atas bawah. Prinsip penangkapan jaring insang (gillnet) pada umumnya
dipasang tegak lurus di kolom perairan, menghadang atau memotong jalur migrasi
kawanan ikan. Kawanan ikan yang melewati badan jaring akan terjerat insangnya
atau terpuntal. Jaring insang tergolong alat tangkap pasif dengan pengoperasiannya
dibiarkan hanyut diperairan, baik itu dihanyutkan di bagian permukaan kolom
perairan atau di dasar perairan. Berdasarkan lapisan kedalaman air tempat
dioperasikan alat ini dapat dibedakan menjadi jaring insang permukaan (surface
gillnet), jaring insang lapisan air tengah (midwater gillnet) dan jaring insang dasar
(bottom gillnet). Klasifikasi jaring insang menurut Internasional Standart
Clasification of Fishing Gear (FAO,1971) menjelaskan bahwa berdasarkan metode
pengoperasian yaitu dengan cara dibiarkan hanyut diperairan. Jaring insang yang
dihanyutkan dibagian permukaan disebut surface drift gillnet, yang dihanyutkan
6
dikolom perairan disebut mid water/submerged drift gillnet dan yang hanyut
didasar perairan disebut bottom drift gillnet.
7
BAB 3
METODE PENELITIAN
8
Gambar 3.3 Lokasi penangkapan ikan Senangin
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pengambilan Sampel Ikan Senangin
Daerah penangkapan Nelayan Juata Laut berada di Perairan Bangkudulis
yang berhadapan dengan Pulau Tarakan dan Pulau Tibi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan nelayan alat tangkap yang digunakan berupa bottom drift gillnet.
9
Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive
sampling, Sugiyono (2016) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang didasarkan melalui pengamatan di lapangan atas adanya
tujuan tertentu. Pada penelitian ini ikan Senangin yang dijadikan sampel penelitian
adalah jenis ikan yang masih dalam kondisi utuh, tidak rusak atau cacat baik sirip,
warna, bentu dan tekstur. Sampling dilakukan setiap periode spring tide dengan
ketentuan dilakukan sampling sebanyak 6 periode selama 3 bulan. Jumlah sampel
ikan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 60 ekor ikan.
3.4.2 Pengukuran Sampel Ikan Senangin
Sampel ikan senangin dibawa ke Laboratorium Biologi Perikanan untuk
dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik. Brojo (1999) menentukan 12
karakter morfometrik pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie
(2006) menentukan 34 karakter morfometrik dan 13 karakter 13 meristik pada ikan
kurisi (Pristipomoides filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar
tetap dalam penentuan jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur
maupun dihitung pada tiap spesies ikan melaikan disesuaikan dengan morfologi
ikan. Pada penelitian ini ditentukan 21 karakter morfometrik dan 5 karakter meristik
yang didasarkan pada morfologi ikan. Karakter morfometrik yang diukur dan dapat
dilihat pada Gambar 3.4 dan Tabel 3.3.
10
Tabel 3.3 Karakter morfometrik yang diukur
Pengukuran bagian tubuh
No Keterangan
ikan
1 Panjang Total (PT) Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala
yang termuka sampai ujung jari sirip yang
paling belakang.
2 Panjang cagak (PC) Jarak antara ujung kepala sampai lekuk cabang
sirip ekor
3 Panjang baku (PB) Jarak antara ujung kepala terdepan sampai
pelipatan sirip ekor
4 Panjang kepala (PK) Jarang antara ujung kepala terdepan sampai
ujung terbelakang overculum
5 Tinggi badan (TB) Tinggi diukur dari tempat yang tertinggi antara
bagian dorsal dan ventral
6 Tinggi kepala (TK) Jarak antara pertengahan pangkal kepala
dengan pertengahan kepala bagian bawah
7 Lebar bukaan mulut (LBM) Jarak antara kedua sudut mulut jika dibuka
selebar-lebarnya
8 Diameter mata (DM) Panjang garis tengah rongga mata
9 Tinggi batang ekor (TBE) Tinggi ini diukur dari batang ekor
10 Panjang rahang atas (PRA) Panjang tulang rahang atas yang diukur dari
ujung terdepan sampai ujung terbelakang
tulang rahang atas
11 Panjang rahang bawah (PRB) Panjang tulang rahang bawah yang diukur dari
ujung dari ujung terdepan sampai kepinggiran
belakang kelipatan rahang
12 Panjang dasar sirip dorsal Jarak garis lurus antara awal dasar sirip dorsal
(PDSD 1) sampai akhir dasar sirip dorsal.
13. Panjang dasar sirip dorsal Jarak garis lurus antara awal dasar sirip dorsal
(PDSD 2) sampai akhir dasar sirip dorsal
14. Panjang dasar sirip anal Jarak garis lurus antara awal dasar sirip anal
(PDSA) sampai akhir dasar sirip anus.
15 Panjang dasar sirip ventral Jarak garis lurus antara awal dasar sirip ventral
(PDSV) sampai akhir dasar sirip ventral.
16 Panjang dasar sirip pectoral Jarak garis lurus antara awal dasar sirip
(PDSP) pektoral sampai akhir dasar sirip pektoral.
17 Panjang sebelum sirip dorsal Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala
(PSSD) yang termuka sampai sebelum sirip dorsal.
18 Panjang sebelum sirip anal Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala
(PSSA) termuka sampai sebelum sirip anus.
19 Panjang sebelum sirip ventral Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala
(PSSV) yang termuka sampai sebelum sirip ventral.
20 Panjang sebelum sirip Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala
pectoral (PSSP) yang termuka sampai sebelum sirip pectoral.
21 Panjang batang ekor (PBE) Jarak antara ujung dasar sirip dubur dengan
pangkal jari-jari tengah sirip ekor.
11
Karakter meristik yang dihitung disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Karakter meristik yang dihitung
No Karakter Meristik Keterangan
1. Jumlah jari-jari sirip dorsal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal
2. Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip pektoral
3. Jumlah jari-jari sirip ventral Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip
ventral
4. Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal
5. Jumlah jari-jari sirip caudal Jumlah jari-jari sirip caudal
13
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Tabel 4.7 Kisaran ukuran morfometrik ikan senangin
Jantan Betina
No Simbol
Kisaran (cm) Kisaran (cm)
1 PT 20,5 - 36,0 25,9 - 39,7
2 PC 17,2 - 30,3 22 - 34
3 PB 16 - 27,8 19,5 - 31,3
4 PK 4,5 - 7,3 5,4 - 8,3
5 PSSD 5,2 - 8,7 6,4 - 9,5
6 PSSA 9,4 - 16,2 11,4 - 19
7 PSSV 6 - 9,5 7,3 - 11,13
8 PSSP 4 - 7,6 5 - 8,3
9 PBE 3,5 - 6,8 4,5 - 7,4
10 TB 3,44 - 6,47 4,22 - 7,82
11 TK 2,8 - 4,9 3,23 - 5,82
12 TBE 1,89 - 3,33 2,4 - 3,99
13 LBM 1,61 - 2,74 2,02 - 3,05
14 DM 0,72 - 1,34 0,93 - 1,32
15 PRA 1,8 - 3,38 2,39 - 3,82
16 PRB 1,47 - 2,75 1,73 - 2,9
17 PDSD 1 1,31 - 2,45 1,69 - 2,66
18 PDSD 2 2,43 - 4,54 3,1 - 4,91
19 PDSA 3,09 - 5,25 3,74 - 5,98
20 PDSV 1,65 - 2,86 2,15 - 2,97
21 PDSP 2,9 - 5,14 3,59 - 5,68
15
Tabel 4.8 Kisaran ukuran rasio morfometrik ikan senangin
Rasio
No Simbol
Jantan Betina
1 PT/PC 0,84 ± 0,0141 0,85 ± 0,0082
2 PT/PB 0,76 ± 0,0131 0,77 ± 0,0183
3 PT/PK 0,21 ± 0,0036 0,20 ± 0,0056
4 PT/PSSD 0,25 ± 0,0077 0,24 ± 0,0051
5 PT/PSSA 0,45 ± 0,0102 0,45 ± 0,0178
6 PT/PSSV 0,28 ± 0,0085 0,28 ± 0,0087
7 PT/PSSP 0,20 ± 0,0066 0,20 ± 0,0097
8 PT/PBE 0,18 ± 0,0069 0,18 ± 0,0060
9 PT/TB 0,17 ± 0,0075 0,18 ± 0,0128
10 PT/TK 0,13 ± 0,0066 0,14 ± 0,0085
11 PT/TBE 0,09 ± 0.0054 0,10 ± 0,0050
12 PT/LBM 0,08 ± 0,0027 0,08 ± 0,0029
13 PT/DM 0,04 ± 0,0010 0,03 ± 0,0014
14 PT/PRA 0,09 ± 0,0033 0,09 ± 0,0046
15 PT/PRB 0,07 ± 0,0017 0,07 ± 0,0048
16 PT/PDSD1 0,07 ± 0,0025 0,07 ± 0,0021
17 PT/PDSD2 0,12 ± 0,0025 0,12 ± 0,0034
18 PT/PDSA 0,15 ± 0,0026 0,15 ± 0,0049
19 PT/PDSV 0,08 ± 0,0022 0,08 ± 0,0035
20 PT/PDSP 0,14 ± 0,0016 0,14 ± 0,0040
Pada Tabel 4.8 merupakan data hasil rasio morfometrik, data ini berfungsi
agar data pengukuran yang didapat bersifat universal dan tidak dipengaruhi oleh
ukuran sampel ikan yang kecil atau besar. Data rasio karakter morfometrik
memberikan gambaran kondisi dan bentuk tubuh ikan secara keseluruhan. Untuk
data meristik tidak dibandingkan karena bagian meristik merupakan pencirian dari
masing-masing jenis ikan (Elvyra dan Yus 2010).
Rata-rata nilai rasio ikan senangin jantan dan betina tidak terlalu berbeda.
Nilai tertinggi pada rasio karakter morfometrik terdapat pada panjang total /panjang
cagak ikan senangin betina di perairan juata dengan nilai 0,85, sedangkan nilai
terendah pada rasio karakter ikan senangin betina adalah karakter panjang
total/diameter mata dengan nilai 0,03, Untuk ikan senangin jantan nilai rasio
tertinggi yaitu panjang total/panjang cagak dengan nilai rasio 0,84 sedangkan nilai
terendah pada rasio karakter ikan senangin jantan adalah karakter panjang
total/diameter mata dengan nilai rasio 0,04.
16
Gambar 4.5 Karakter Morfometrik Uji Withney
Karakter morfometrik yang berbeda terhadap ikan senangin jantan dan betina
dapat dilihat pada Lampiran 2. Jika hasil uji dibawah 0,5 menunjukkan bahwa pada
karakter tersebut terdapat perbedaan antara karakter morfometrik ikan jantan dan
betina, jika hasil uji diatas 0,5 artinya pada karakter morfometrik tersebut tidak
memiliki perbedaan antara jantan dan betina. Pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa
karakter morfometrik antara ikan senangin jantan dan betina terdapat 1 perbedaan,
yaitu pada DM dimana Diameter Mata ikan senangin jantan lebih besar daripada
ikan senangin betina.
4.2 Hubungan antara Panjang Total dengan karakter lain.
Analisis hubungan dari setiap karakter morfometrik ditentukan dengan
analisis regresi. Analisis regresi linier menunjukkan berapa pertambahan panjang
satu karakter dengan mengetahui nilai karakter lainnya.
Hubungan antara PT dengan karakter lainnya ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Dapat dilihat bahwa setiap karakter mempunyai hubungan yang erat dengan PT.
Nilai R2 berkisar antara 0,89-0,98 untuk ikan jantan, sedangkan nilai R2 berkisar
antara 0,92-0,99 untuk ikan betina. Nilai R2 menunjukkan bahwa setiap karakter
dapat diduga berdasarkan PT atau PT dapat diduga berdasarkan karakter lainnya.
Hasil korelasi tersebut diduga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Faktor
ketersediaan makanan sangat berperan dalam proses pertumbuhan (Chahyani,
2016).
17
Tabel 4.9 Koefisien determinasi (R2) karakter morfometrik terhadap PT
Jantan Betina
Kode
a + bx R² a + bx R²
PC 0,85 + 0,43 0,98 0,86 + 0,65 0,99
PB 0,79 + 0,79 0,98 0,83 + 2,15 0,98
PK 0,18 + 0,45 0,97 0,21 + 0,29 0,97
PSSD 0,22 + 0,4 0,91 0,23 + 0,29 0,98
PSSA 0,43 + 0,42 0,95 0,52 + 2,35 0,98
PSSV 0,23 + 1,06 0,89 0,27 + 0,07 0,97
PSSP 0,23 + 0,89 0,96 0,22 + 0,72 0,94
PBE 0,19 + 0,41 0,93 0,20 + 0,70 0,98
TB 0,19 + 0,54 0,93 0,25 + 2,42 0,97
TK 0,13 + 0,03 0,89 0,17 + 1,19 0,93
TBE 0,10 + 0,22 0,91 0,10 + 0,20 0,92
LBM 0,07 + 0,11 0,95 0,06 + 0,21 0,95
DM 0,03 + 0,04 0,95 0,02 + 0,20 0,95
PRA 0,09 + 0,02 0,91 0,10 + 0,59 0,96
PRB 0,07 + 0,09 0,96 0,07 + 0,05 0,90
PDSD 1 0,06 + 0,03 0,92 0,06 + 0,02 0,96
PDSD 2 0,13 + 0,18 0,95 0,13 + 0,50 0,98
PDSA 0,14 + 0,05 0,92 0,14 + 0,09 0,96
PDSV 0,08 + 0,07 0,97 0,05 + 0,65 0,96
PDSP 0,14 + 0,18 0,93 0,15 + 0,42 0,98
Berdasarkan Tabel 4.11 karakter meristik ikan senangin yang ada di perairan
Bangkudulis dan Pantai Mayangan memiliki karakteristik hampir sama. Ada
karakter yang berbeda, yaitu sirip dorsal pertama. Secara umum perbedaan ini
disebabkan oleh isolasi geografis. Mejri dkk., (2012) menyatakan bahwa isolasi
geografis diantara populasi dapat mengakibatkan perbedaan karakter baik
disebabkan oleh penghanyutan gen maupun perbedaan kondisi lingkungan.
19
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap karakteristik morfometrik dan meristik ikan
senangin di perairan Bangkudulis didapat kesimpulan adalah Ikan Senangin di
perairan Bangkudulis mempunyai karakter morfometrik dan meristik termasuk
kedalam spesies Eleutheronema tetradactylum. Ikan Senangin betina memiliki
tubuh yang lebih panjang dibandingkan ikan senangin jantan. Analisis persamaan
regresi linier hubungan antara PT dengan karakter morfometrik ikan senangin
betina dan jantan memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat berkisar 0,89-0,99.
Berdasarkan hasil uji diskriminan terdapat perbedaan karakter morfometrik antara
ikan senangin jantan dan betina yaitu pada karakter morfometrik DM ikan senangin
jantan lebih besar daripada ikan senangin betina. Hasil perhitungan meristik pada
ikan Senangin (E.tetradactylum) jantan maupun betina memiliki sirip lengkap
D1.VII, D2.I.14-16, P.16-17, V 5-7, A.II.15-17, C 16-18 dan ditambah dengan
adanya 4 filamen.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian morfometrik dan meristik ikan senangin
(Eleutheronema tetradactylum) di lokasi yang berbeda agar data yang didapatkan
semakin lengkap.
20
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Sjafei DS, Rahardjo MF, & Sulistiono. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, 1992.
Akmal, Y., Saifuddin, F., & Zulfahmi, I. (2018). Karakter Morfometrik dan Studi
Ostologi Ikan Kaureling. Samudra Akuatik, 2(1), 35-45.
Brojo, M. 1999. “Ciri-Ciri Morfometrik Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Strain
Chitralada dan Strain Gift”. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia, VI (2): 21-38.
Chahyani N., Titrawani dan Rauf W. H. 2016. Variasi Morfometrik Bufo asper
Gravenhort (1829) di Kawasan Universitas Riau dan Desa Bencah Kelubi
Tapung Kampar. Journal of Biology. 9(2),102-117
Effendi. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Elvyra R & Yus Y. 2010. Karakterisasi Morfometrik dan Meristik Kryptopterus
spp. Di Provinsi Riau. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun II. Lembaga
Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru.
Fishbase. 2022. Eleutheronema tetradactylum.
https://www.fishbase.se/Nutrients/NutrientsList.php?speccode=340&Genus
Name=Eleutheronema&SpeciesName=tetradactylum/Diakses pada April
2022.
Food and Agriculture Organization (FAO) 1974. Eastern Indian Ocean and
Western coastal Pasific. Species identification sheets for fisheries purpose.
FAO UN, Rone,III.
Genisa AS. 2001. Kelimpahan, Sebaran dan Kekayaan Jenis Ikan dasar di Perairan
Muara Sungai Digul dan Arafuru, Irian Jaya. Pusat Oseanografi LIPI: 89-108
Halid., i. & Mallawa., A. (2017). Biodinamika Populasi untuk Penangkapan
Baronang Lingkis Berkelanjutan. Bogor : IPB Press
Khayra, A., Muchlisin, A.Z., & Sarong. A.M. (2016). Morfometrik Lima Spesies
Ikan yang Dominan Tertangkap di danau Aneuk Kota Subang. Jurnal Depik,
5(2), 57-66
Martasuganda, S. (2002). Teknologi Penangkapan Jaring Insang. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Mejri R, Brutto SL, Hassine N, Arculeo M. Hassine OKB. 2012. Overlapping
patterns of morphometric and genetic differentiation in the Mediterranean
goby Pomatoschistus tortonesei Miller, 1968 (Perciformes, Gobidae) in
Turnisian lagoons. Zoology. 115: 239-244.
21
Motomura H, Senou, Iwatsuki. 2004. Threadfins of the world (Family
Polynemidae): An annotated and illustrated catalogue of Polynemid species
known to date. FAO Species Catalogue for Fishery Purpose. Rome. 117 p.
Muzammil, W. 2010. Studi Morphometrik Dan Meristik Udang Mantis
(Oratosquillina gravieri dan Harpiosquilla raphidea) Di Daerah Pantai
Berlumpur Kuala Tungkal, Provinsi Jambi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Nurdawati, S, Dian, O, Safran, M, Sunarya,W, Ike, R, Haryono, 2007. Tata Nama
Spesies Ikan Air Tawar Indonesia Ditinjau Dari Perkembangan Taksonomi.
Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta
Priyanie, M. M. 2006. Pertumbuhan dan Karakter Morfometrik-Meristik Ikan
Kurisi (Pristipomoides filamentosus, Valenciennes 1830) di Perairan Laut
Dalam Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rengi, P., Tang UM., Syahza, A., & Ikhwan, S. Y. 2015. Status Exploration
Potential and Resource Management of Kurau (Eleutheronema tetradactylum)
Fish In Overfishing Area (Case Study In Bengkalis District, Riau Province).
International Journal of Research In Eart and Environmental Sciences. 3(2);
8-12
Rina, 2012. “Karakter Morfometrik Meristik dan Reproduksi Ikan Kuro
(Eleutheronema tetradactylum, Shaw 1804) di Pantai Mayangan, Jawa Barat.
Skripsi. Bogor: IPB.
Salim, G., Firdaus, M., Alvian, M. F., Indarjo, A., Soejarwo, P. A., Daengs GS, A.,
& Prakoso, L. Y. (2019). Analisis Sosial Ekonomi Dan Keramahan
Lingkungan Alat Tangkap Sero (Set Net) Di Perairan Pulau Bangkudulis
Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara. Buletin Ilmiah Marina Sosial
Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 5(2), 85–94.
https://doi.org/10.15578/marina.v5i2.8112
Wati. 2012. Identifikasi Metode Penangkapan Ikan Kurau di Desa Teluk Pambang
Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal Online
Mahasiswa. 2(1) 1-13.
22
RIWAYAT HIDUP
23
LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Grafik hubungan PT dengan karakter lainnya
25
Grafik hubungan PT dengan PSSD ikan Grafik hubungan PT dengan PSSD ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PSSA ikan Grafik hubungan PT dengan PSSA ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PSSV ikan Grafik hubungan PT dengan PSSV ikan
jantan betina
26
Grafik hubungan PT dengan PSSP ikan Grafik hubungan PT dengan PSSP ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PBE ikan Grafik hubungan PT dengan PBE ikan
jantan betina
27
Grafik hubungan PT dengan TK ikan Grafik hubungan PT dengan TK ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan TBE ikan Grafik hubungan PT dengan TBE ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan LBM ikan Grafik hubungan PT dengan LBM ikan
jantan betina
28
Grafik hubungan PT dengan DM ikan Grafik hubungan PT dengan DM ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PRA ikan Grafik hubungan PT dengan PRA ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PRB ikan Grafik hubungan PT dengan PRB ikan
jantan betina
29
Grafik hubungan PT dengan PDSD 1 ikan Grafik hubungan PT dengan PDSD 1 ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PDSD 2 ikan Grafik hubungan PT dengan PDSD 2 ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PDSA ikan Grafik hubungan PT dengan PDSA ikan
jantan betina
30
Grafik hubungan PT dengan PDSV ikan Grafik hubungan PT dengan PDSV ikan
jantan betina
Grafik hubungan PT dengan PDSP ikan Grafik hubungan PT dengan PDSP ikan
jantan betina
31
Lampiran 2. Diskriminan
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda F df1 df2 Sig.
X2 .904 2.545 1 24 .124
X3 .963 .922 1 24 .347
X4 .975 .615 1 24 .440
X5 .966 .857 1 24 .364
X6 .992 .190 1 24 .667
X7 .916 2.204 1 24 .151
X8 .832 4.861 1 24 .055
X9 .977 .562 1 24 .461
X10 .998 .039 1 24 .846
X11 .981 .462 1 24 .503
X12 .995 .111 1 24 .742
X13 .992 .182 1 24 .674
X14 .143 144.000 1 24 .000*
X15 .950 1.256 1 24 .274
X16 .992 .182 1 24 .674
X17 .870 3.600 1 24 .070
X18 .867 3.692 1 24 .067
X19 .972 .686 1 24 .416
X20 .917 2.182 1 24 .153
X21 .917 2.182 1 24 .153
32
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan
33