Oleh:
Yanuar Muhammad
C64104031
YANUAR MUHAMMAD
C64104031
RINGKASAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
Yanuar Muhammad
C64104031
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
dengan baik.
kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc dan Bapak Beginer Subhan, S.Pi selaku
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku dosen penguji tamu dan
Bapak Dr. Ir. Henry M. Manik, M.T selaku komisi pendidikan Departemen
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor, pada ujian skripsi atas evaluasi dan saran yang diberikan
kepada penulis.
3. Bapak dan ibu tercinta yang memberikan kasih sayang dan motivasi kepada
Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
sangat berharga.
7. Seluruh staf dosen, pengajar dan tata usaha di lingkungan Departemen Ilmu
8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini
Penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
Yanuar Muhammad
DAFTAR ISI
Halaman
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 3
LAMPIRAN ............................................................................................ 51
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
2. Akresi yang terbentuk pada saat (a) awal pemasangan, (b) 4 hari,
(c) 4 minggu, (d) 2 bulan, (e) setelah 4 bulan ..................................... 17
4. Bentuk (a) katoda dan (b) anoda pada stasiun biorock ....................... 22
Halaman
3. Contoh perhitungan........................................................................... 57
beberapa faktor, yaitu faktor yang terjadi karena bencana alam ataupun faktor
yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Faktor yang disebabkan oleh bencana
alam sangat sedikit dan jarang sekali terjadi di Indonesia. Contohnya adalah
gempa bumi yang dapat merusak ekosistem terumbu karang di sekitar pesisir.
adalah penggunaan bom dan potasium untuk menangkap ikan, bagan, jaring
Oleh karena itu program rehabilitasi terumbu karang perlu dilakukan secara
< 5%). Porsi terbesar kerusakan terumbu karang adalah akibat ulah manusia,
menjadi 2,15 pada tahun 2005. Sedangkan Pulau Panggang memiliki penurunan
kelimpahan jenis ikan karang dari tahun 2004 hingga 2005 dari 45 spesies
terlarut yang ada di dalam air laut diubah menjadi padatan kapur atau CaCO3
dan Mg(OH)2 yang mempunyai struktur sama dengan terumbu karang asli.
Mexico, Panama, Papua New Guinea, Saya de Malha, Seychelles, Thailand, dan
Pemuteran, Bali; Gili Trawangan, Lombok; Tanjung Lesung, Banten. Saat ini
Kelimpahan ikan karang yang tinggi dapat dijadikan salah satu indikator bahwa
kondisi ekosistem terumbu karang yang ada di daerah tersebut baik. Secara
umum daerah yang memiliki penutupan karang hidup yang luas maka
keanekaragaman ikan karang yang ada di daerah tersebut juga tinggi. Ikan
berkembang biak, tempat berlindung dari predator, dan juga sebagai daerah
asuhan.
berkembang saat ini maka penulis mencoba untuk mengkaji pengaruh metode
biorock ini terhadap keberadaan ikan karang di daerah tersebut dengan judul
penelitian ini dapat menambah informasi baru tentang proses seleksi ekologis
2007 dan Tanty Maulina mengenai pengaruh proses biorock terhadap struktur
1.2. Tujuan
habitat yang sama (Odum, 1971). Ikan karang merupakan ikan yang sejak masa
adalah setiap individu ikan yang hidup di dalam sistem terumbu karang (Choat
dari populasi-populasi ikan yang hidup pada sistem terumbu karang dari mulai
(1.) Famili Labroid: Labridae atau wrasses, Scaridae atau parrotfishes dan
Sedangkan beberapa famili lain yang ditemukan pada terumbu karang dan
yang tinggi, aktif di malam hari, predator invertebrata dan ikan-ikan kecil
menjadi ikan yang berperan sebagai ikan target, ikan indikator atau ikan mayor.
Ikan target merupakan kelompok ikan yang dijadikan target atau ikan ekonomis
Berdasarkan periode aktif mencari makan maka ikan karang dibagi menjadi
(1.) Ikan Nocturnal yaitu kelompok ikan yang aktif mencari makan di malam
(2.) Ikan Diurnal yaitu kelompok ikan yang aktif mencari makan di siang hari,
Mullidae.
(3.) Ikan Crespuscular yaitu kelompok ikan yang aktif diantara pergantian siang
(1.) Karnivora
(2.) Koralivora
Chaetodontidae.
(3.) Herbivora
(4.) Omnivora
(5.) Planktivora
famili Caesionidae.
pengaruh konsumsi alga yaitu scraping herbivora, denuding herbivora, dan non-
memakan beberapa spesies alga dalam wilayah yang luas, seperti famili
Scaridae (parrotfishes). Denuding herbivora merupakan ikan herbivora yang
dapat mengurangi biomasa alga jika terjadi kepadatan yang tinggi, seperti famili
karang adalah karnivora, yaitu lebih kurang 50% - 70% dari seluruh jenis ikan.
Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok ikan karang terbesar
kedua yaitu lebih kurang 15% dari spesies yang ada dan yang paling penting dari
pemakan zooplankton memiliki ukuran tubuh yang kecil yaitu ikan dari famili
Pada habitat terumbu karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi
terdapat daerah yang berpasir, berbagai teluk dan celah, daerah yang beralga
dan juga perairan yang dangkal dan dalam, tetapi dengan beragamnya daerah
saja. Mereka tidak berpindah, dan banyak spesies yang lebih kecil seperti ikan
belosoh, ikan tembakul, dan ikan betok yang terkenal dalam mempertahankan
ini terlihat pada warna ikan karang dan bentuk tubuhnya. Ikan-ikan karang yang
habitat ikan yang terlindung dari angin (windward), fisiografi dasar perairan yang
1986).
Pola distribusi spasial dari ikan karang memiliki perbedaan antara spesies ikan
karang yang hidup soliter dengan ikan karang yang terbentuk secara kelompok
(scooling) yang tediri atas ikan-ikan yang berkumpul secara territorial maupun
(1.) Interaksi langsung, sebagai tempat berlindung dari predator atau pemangsa
(2.) Interaksi dalam mencari makanan, meliputi hubungan antara ikan karang
(3.) Interaksi tak langsung akibat struktur karang, kondisi hidrologi dan
sedimen.
(1.) Pemangsaan, dimana ada dua kelompok ikan yang secara aktif memakan
koloni karang, yaitu spesies yang memakan polip-polip karang, seperti ikan
buntal (Tetraodontidae) dan ikan kepe-kepe (Chaetodontidae), dan
dapat terkendali.
ekosistem terumbu karang yaitu sebagai penyambung rantai untuk aliran energi
1991), dan interaksi yang terjadi diantara ikan herbivora dapat menyusun model
ditemukan tidak jauh dari daerah yang memiliki penutupan karang keras yang
juga dapat membawa dampak secara tidak langsung terhadap kondisi terumbu
karang baik negatif maupun positif karena ikan koralivora mengurangi kompetisi
habitat yang terjadi antara terumbu karang dengan aktifitas organisme substrat
Ikan karang dan terumbu buatan sangat erat hubungannya karena dengan
sesuai dengan fungsi dan peranan yang terjadi pada ekosistem terumbu karang.
(1.) Ikan ruaya permukaan dan kolom air (migratory surface and mid-water
fish).
(3.) Ikan menetap (resident) atau seluruh siklus hidupnya berhubungan dengan
terumbu buatan.
Berdasarkan posisi dari ikan karang yang berada pada terumbu buatan
maka ikan karang pada terumbu buatan ini juga dapat dikelompokkan menjadi
ikan karang yang hidup jauh dari terumbu buatan, ikan karang yang dekat
dengan terumbu buatan dan ikan karang yang terdapat di dalam terumbu buatan
(Rachmawati, 2001).
(1.) Suhu
Perubahan salinitas air laut yang menyimpang tidak dapat ditoleransi oleh
terumbu karang. Binatang karang hidup subur pada salinitas yang tetap di
(3.) Sedimentasi
ukuran sedimen cukup besar atau banyak sehingga menutup polip karang.
Oleh karena itu kecepatan sedimentasi yang rendah lebih disukai karang
(4.) Substrat
Terumbu karang dapat hidup dengan baik jika tersedia substrat yang keras.
(5.) Kedalaman
Terumbu karang tidak dapat berkembang pada perairan yang lebih dalam
benda keras yang ditempatkan dari darat ke laut terutama pada dasar perairan
yang tidak produktif yang berfungsi sebagai habitat bagi biota laut dalam rangka
dapat terbentuk dari bongkahan batu kapur, beton yang di desain secara khusus
(seperti Reefballs), keramik (seperti Ecoreefs), dan juga rangkaian kabel (seperti
Biorock) yang menarik mineral (Brusit dan Aragonit) (Edwards dan Gomez,
2008).
Menurut Chou (1997) fungsi utama yang diberikan oleh terumbu buatan
yaitu:
(4.) Melindungi organisme kecil atau juvenile dan sebagai nursery ground.
(5.) Pelindung pantai dari gelombang serta sebagai tempat naungan organisme
(2.) Bentuk, ukuran dan lokasi. Terumbu karang tergantung pada lingkungan
(3.) Bahan dasar. Terumbu karang merupakan endapan masif CaCO3 yang
kayu, logam, beton, dan lain-lain yang dapat dibuat dalam waktu cepat.
(6.) Ruang. Berupa celah dan lubang pada terumbu karang terbentuk secara
(Rachmawati, 2001) :
(1.) Dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan spesifik di lokasi yang diinginkan
terlarut yang terjadi antara katoda dan anoda. Anoda merupakan elektroda yang
proses reduksi. Katoda ini yang menjadi tempat terbentuk dan menempelnya
ceament (padatan mineral) dan terlindung dari korosi karena yang terjadi
brucite.
- Katoda menjadi cukup negatif untuk menarik ion hidrogen dari laut dan
- Ion hidrogen di sekitar elektroda akan semakin habis, maka terjadi reaksi
kimia:
perairan. Hal ini juga akan meningkatkan konsentrasi ion karbonat (CO32-)
katoda. Konsentrasi ion CO32- yang semakin besar ini membentuk reaksi:
- Ketika ion hidrogen di sekitar katoda berubah menjadi gas hidrogen, daerah
membuat konsentrasi ion OH- meningkat sehingga reaksi yang terjadi adalah:
telah rusak walaupun pada ekosistem tersebut memiliki kualitas perairan yang
pada kerangka, struktur terumbu biorock dapat segera menyatu sebagai habitat
alami untuk biota lain, sebagai substrat baru untuk penempelan alami larva
ikan dan biorock tidak memberikan pengaruh pada komposisi pola pemangsaan
komunitas ikan karang dimana ikan karnivora tetap menjadi kelompok ikan
pada Gambar 1.
(a) (b)
Sumber: Dokumentasi Tim Riset Unggulan Terpadu (RUT) XXII LPPM-IPB
Gambar 1. (a) Model kerangka biorock dan (b) contoh pertumbuhan karang
pada sistem terumbu buatan biorock di Tanjung Lesung, Banten
Proses akresi mineral yang terjadi saat pembuatan struktur terumbu pada
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Sumber: www.globalcoral.org
Gambar 2. Akresi yang terbentuk pada saat (a) awal pemasangan, (b) 4 hari, (c)
4 minggu, (d) 2 bulan, (e) setelah 4 bulan
3. METODE PENELITIAN
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu selama bulan Juni 2008 dan November 2008.
Pada bulan Juni 2008 dilakukan pengamatan sebelum transplantasi induk (pre-
pada bulan Juni 2008 dan November 2008. Peta lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.
5o44’184” Lintang selatan dan 106o36’528” Bujur Timur dan pengambilan data
pada stasiun non-biorock terletak pada daerah tubir Gosong Pramuka dengan
posisi geografis 5o44’293” Lintang Selatan dan 106o36’537” Bujur Timur. Stasiun
meter dengan kondisi substrat berpasir dan tidak ada ekosistem terumbu karang
yang terdapat pada lokasi tersebut. Pembangkit listrik yang digunakan terletak
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terbagi dalam 2 metode yang
digunakan yaitu metode stationery visual sensus dan metode visual sensus.
Pada metode stationery visual sensus, alat utama yang digunakan adalah
transek kuadrat sebagai luasan daerah pengamatan dan alat tulis sebagai
pencatat data. Pada metode visual sensus alat utama yang digunakan adalah
roll meter sebagai alat ukur dan alat tulis sebagai pencatat data. Alat-alat yang
digunakan pada proses pengamatan terbagi menjadi 2 bagian yaitu pada proses
sebagai katoda dan Titanium yang berbentuk jaring sebagai anoda. Selain itu
bahan lain yang digunakan adalah perangkat pembangkit listrik tenaga surya
atau solar panel untuk mengalirkan listrik pada proses biorock tersebut.
besar dan diameter 1 m untuk kerangka biorock kecil. Kerangka biorock besar
biorock kecil berada di sekitar kerangka biorock besar. Kerangka besi ini
berfungsi sebagai katoda yang menyuplai elektron kepada ion-ion dalam larutan
untuk mendorong terjadinya reaksi kimia. Elektroda ini adalah tempat padatan
mineral terbentuk dan menempel (sea cement). Anoda yang digunakan adalah
Titanium yang berbentuk seperti jaring. Bentuk anoda dan katoda yang
(a)
(b)
Gambar 4. Bentuk (a) katoda dan (b) anoda pada stasiun biorock
Anoda dan katoda sistem biorock dihubungkan langsung dengan solar panel
melalui kabel. Solar panel yang digunakan sebagai pembangkit listrik sebanyak
tegangan total yaitu 24 volt. Sistem pembangkit listrik yang digunakan diletakkan
pada Gambar 5.
Contoh padatan kapur atau terumbu buatan hasil dari proses elektrolisis
yang terbentuk pada katoda di stasiun biorock Kawasan Perlindungan Laut Pulau
sensus menurut Hill dan Wilkinson (2004) dan metode visual sensus menurut
English et al. (1994). Metode stationary visual sensus digunakan pada stasiun
Perbedaan penggunaan metode ini karena untuk mengambil data pada stasiun
non-biorock dibutuhkan luasan yang lebih besar agar spesies ikan karang yang
terdata lebih banyak sehingga diketahui jenis-jenis ikan karang yang terseleksi
menggunakan alat SCUBA diving di bawah air. Data yang dicatat adalah nama
dan jumlah spesies ikan karang yang masuk ke dalam transek kuadrat.
Pengamatan dilakukan selama 15 menit dalam 3 kali ulangan yaitu 5 menit untuk
kuadrat biorock. Pengambilan data dilakukan pada pagi hari yaitu antara pukul
- Catat jumlah ikan karang yang masuk ke dalam area transek kuadrat. Area
selama 5 menit (Hill dan Wilkinson, 2004). Catat hasil pengamatan di lembar
meter yang terdiri atas 20 meter untuk setiap kali ulangan dan sudut pandang
untuk luasan ke kiri 2,5 meter dan ke kanan 2,5 meter dari transek garis (English
et al., 1994).
Metode ini digunakan pada stasiun non-biorock yang berada di sekitar tubir
stasiun biorock selesai. Data yang dicatat berupa nama dan jumlah spesies ikan
- Bentangkan roll meter sejauh 70 meter kemudian kaitkan ujung roll meter
pada substrat.
melingkari bentangan roll meter yang telah dipasang supaya ikan-ikan karang
- Ambil data sepanjang 20 meter untuk setiap kali ulangan dengan sudut
pandang 2,5 meter ke kiri dan 2,5 meter ke kanan serta ke depan sejauh mata
memandang.
ulangan.
transek selesai.
program Microsoft Excel, program FishBase 2004 dan juga buku identifikasi ikan
karang (Kuiter dan tonozuka, 2001). Program Microsoft Excel digunakan untuk
menghitung kekayaan ikan karang, kelimpahan ikan, dan juga indeks komunitas
berikut:
- Nama famili, nama spesies, jumlah spesies ikan karang dan ulangan diketik
satu famili yang sama, kemudian hasilnya dapat ditampilkan dalam bentuk
grafik dengan fungsi grafik yang ada di Microsoft Excel (Lampiran 4).
- Pola pemangsaan di stasiun pengamatan dapat diketahui dengan
program FishBase 2004 dan buku identifikasi ikan karang (Lampiran 5).
- Setelah itu, hitung kembali spesies ikan karang berdasarkan satu famili yang
jumlah individu dan jumlah total spesies ikan karang pada stasiun
pengamatan.
menghitung Pi, ln Pi, Pi ln Pi dan Pi2 dengan fungsi rumus yang ada di
Microsoft Excel.
- Setelah itu hitung nilai indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan
menggunakan rumus :
= ......................................................... (1)
=− ln .....................................(2)
i = 1,2,3,..,n
komunitas rendah
komunitas sedang
komunitas tinggi
spesies dalam suatu komunitas ikan. Semakin merata penyebaran individu antar
′
E= ...................................................... (3)
spesies)
spesies yang cukup besar akan mengarah pada kondisi ekosistem atau
komunitas yang labil atau tertekan (Odum, 1971). Nilai dominansi ditentukan
dengan rumus:
= ..........................................(4)
Parameter fisika kimia perairan yang terukur pada saat pengambilan data
Suhu (oC) 29 29
Salinitas (o/oo) 32 32
Kedalaman (m) 10 10
Suhu dan salinitas yang terukur pada bulan Juni dan November 2008
memiliki nilai yang sama yaitu 29 oC dan 32 o/oo. Suhu tersebut masih terdapat
dalam kisaran suhu yang optimum bagi karang untuk dapat tumbuh dengan baik
terukur memiliki kisaran nilai yang baik untuk karang dapat tumbuh yaitu 30 o/oo -
visibilitas yang tinggi karena perairan tidak keruh dan penetrasi cahaya matahari
masih dapat mencapai substrat. Hal ini mendukung proses fotosintesis yang
bawah ini.
lebih disukai oleh tumbuhan. Kadar nitrat nitrogen yang terukur pada stasiun
pengamatan adalah 0,013 mg/l dan tidak berada dalam kategori tercemar.
Kadar nitrat nitrogen dalam perairan hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l.
antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat
(tahap I) dan bulan Desember 2007-Februari 2008 (tahap II) yaitu 0,007 mg/l dan
0,011 mg/l (Setyawan, 2008). Nilai pengukuran nitrat tersebut juga berada dalam
kondisi perairan yang tidak tercemar dan tidak terjadi eutrofikasi perairan.
Unsur fosfat tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
polifosfat) dan senyawa organik yang berupa partikulat. Kadar ortho fosfat (P-
PO4) yang terukur pada stasiun pengamatan memiliki nilai kurang dari 0,006
(<0,006). Nilai ini menyimpulkan bahwa kadar ortho fosfat yang terdapat pada
rendah karena berada dalam kisaran 0 – 0,02 mg/l. Kadar ortho fosfat dalam
berada dalam kisaran nilai 0,003 – 0,01 mg/l. Kadar fosfor dalam ortho fosfat
jarang melebihi 0,1 (mg/l) meskipun pada perairan eutrof (Effendi, 2003).
pernah dilakukan sebelumnya menunjukkan nilai fosfat 0,84 mg/l (tahap I) dan
0,04 mg/l (tahap II) (Setyawan, 2008). Perairan tersebut berada dalam 2 kondisi
yang berbeda. Pada tahap I nilai fosfat yang tinggi disebabkan oleh sampah
dalam kategori kesuburan perairan sedang yaitu 0,021 – 0,05 mg/l (Effendi,
2003). Perbedaan nilai fosfat antara stasiun pengamatan biorock dan penelitian
stasiun pengamatan.
4.2. Struktur komunitas ikan karang
memiliki tingkat jumlah ikan karang yang rendah. Jumlah ikan karang yang
Famili yang tercatat di stasiun ini sebanyak 7 famili, yaitu famili Ostraciidae,
jarang ditemukan di dalam perairan dan umumnya hidup secara soliter. Genus
sebagian besar merupakan ikan yang memiliki preferensi habitat pada substrat
famili, genus, maupun spesies yaitu pada saat pre-transplan berjumlah 4 famili,
6 genus dan 6 spesies menjadi 6 famili, 7 genus, dan 10 spesies setelah 5 bulan
transplan. Spesies ikan karang yang selalu tercatat di stasiun biorock selama
ke dalam famili Mullidae. Aktifitas ikan karang ini adalah mencari makan pada
substrat pasir. Karakteristik spesies ikan karang ini yaitu dapat ditemukan pada
substrat berpasir dan lumpur dekat terumbu karang, hidup dalam kelompok kecil,
terdapat terumbu karang sedikit pun dan substrat pada stasiun ini berpasir putih
sehingga hanya ikan-ikan karang berukuran kecil dan masih dalam tahap
rendah seperti alga dan makrobenthos ini menandakan bahwa terjadi suksesi
primer pada kerangka biorock, sehingga menarik ikan-ikan yang bukan memiliki
preferensi habitat substrat berpasir untuk datang mencari makan dan berlindung
dari predator.
ditemukan di stasiun biorock ini tergolong ikan diurnal yaitu ikan yang aktif
mencari makan pada siang hari. Hal ini sesuai dengan waktu pengamatan yang
dilakukan yaitu pada pukul 07.00 wib sampai dengan 09.00 wib, dimana sudah
famili ikan karang yang tercatat sedang melakukan aktifitas mencari makan pada
Ostraciidae (1 individu). Pada jumlah individu ikan karang berdasarkan famili ini
terlihat kenaikan jumlah individu ikan karang yang paling besar berasal dari famili
terjadi tetapi perpindahan ini hanya dilakukan tidak jauh dari daerah asalnya.
Preferensi habitat ikan karang ini yaitu substrat berpasir yang memiliki terumbu
maka akan menambah individu ikan karang dari famili Nemipteridae. Famili
Struktur tipe pemangsaan famili ikan karang yang terdapat di stasiun terumbu
buatan biorock sebagian besar adalah karnivora yaitu sebesar 80% dari jumlah
ikan karang yang tercatat selama pengamatan. Famili ikan karang yang
termasuk ke dalam kelompok ikan karnivora ini terdiri dari famili Labridae,
Mullidae, dan Nemipteridae. Setelah itu kelompok ikan terbesar kedua adalah
ikan herbivora (11%). Famili ikan karang yang merupakan kelompok jenis ikan
dan koralivora. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nybakken (1992) yaitu tipe
pemangsaan ikan karang yang paling banyak terdapat di daerah terumbu karang
adalah ikan karnivora (50% - 70%) kemudian setelah itu kelompok ikan herbivora
Kekayaan jumlah individu ikan karang berdasarkan genus pada saat pre-
berada dalam tingkat kekayaan ikan karang yang rendah, tetapi ada perubahan
yang sangat terlihat pada genus Scolopsis (16 individu) setelah 5 bulan
Laut Pulau Pramuka memiliki perbedaan dengan hasil penelitian yang pernah
dilakukan di stasiun biorock Tanjung Lesung, Banten. Ikan karang yang paling
Laut Pulau Pramuka adalah ikan-ikan karang dari famili Nemipteridae. Famili
teritorial dan jarang berkeliaran jauh dari sumber makanan dan tempat
tinggalnya yaitu daerah berpasir yang dekat dengan terumbu karang (Kuiter dan
Tonozuka, 2001). Perbedaan substrat pada saat pemilihan lokasi antara stasiun
juga berbeda yaitu substrat yang memiliki hamparan karang dengan substrat
yang seluruhnya adalah pasir. Hal inilah yang kemungkinan besar mendorong
karakteristik ikan karang yang ada di kedua stasiun biorock tersebut sehingga
memiliki perbedaan.
pada pengamatan setelah 5 bulan transplantasi atau pada bulan desember 2008
penggunaan sumber energi yang berbeda pada 2 lokasi stasiun biorock tersebut.
Sumber energi ini merupakan faktor utama selain lingkungan yang mendorong
kedua lokasi tersebut adalah sama yaitu 12 volt, tetapi sumber tegangan yang
digunakan pada kedua stasiun biorock ini memiliki perbedaan yaitu stasiun
bersumber dari PLN. Tegangan yang dihasilkan dari solar panel ini tergantung
pada sinar matahari sehingga jika sinar matahari berkurang (cuaca mendung)
maka kemungkinan tegangan yang dihasilkan semakin kecil atau tidak ada sama
Pulau Pramuka lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan ikan karang yang
kekayaan individu maupun kekayaan spesies yang besar karena luasan yang
dipakai pada pengamatan lebih luas yaitu 20 x 5 meter dalam 1 kali ulangan.
Selain itu pula, kondisi stasiun non-biorock yang berada di sekitar tubir Gosong
tercatat sebanyak 13 famili, 63 spesies, dan 1748 individu. Berbeda dengan ikan
karang yang berada di stasiun biorock dengan kondisi ikan karang yang masih
banyak dalam tahap juvenile sehingga ukurannya kecil-kecil, ikan karang yang
laku yang dimiliki oleh beberapa ikan karang pun berbeda-beda dari yang
hidup secara soliter. Pola tingkah laku lainnya yang dapat terlihat yaitu ada
beberapa ikan karang yang hanya melintas dan ada pula yang menetap (resident
species).
yaitu sebanyak 1394 individu. Hal ini karena sebagian besar spesies ikan
sehingga kekayaan individu yang berada pada stasiun ini sangat banyak. Selain
1994; FDC, 2008). Jumlah individu terbesar kedua yaitu famili Apogonidae.
terdapat Diadema (Kuiter dan Tonozuka, 2001). Saat pengambilan data di ketiga
transek stasiun non-biorock, terlihat secara visual bahwa jenis karang branching
berasal dari jenis ikan omnivora yaitu sebesar 80% dari keseluruhan ikan-ikan
yang teridentifikasi selama pengamatan. Hal ini karena jumlah individu famili
zooplankton dan benthik alga (Kuiter dan Tonozuka, 2001). Jenis terbesar
kedua berasal dari jenis ikan karnivora yaitu sebesar 16% dari seluruh jumlah
ke dalam jenis herbivora (1%), koralivora (3%), dan Planktivora (1%). Hasil pola
monogramma. Semua spesies ikan ini merupakan ikan karang yang memiliki
spesies ikan karang pada terumbu buatan biorock ini berasal dari stasiun non-
berada di transek per total luasan transek. Kelimpahan ikan karang yang
memiliki perbedaan.
stasiun biorock sebesar 44 ind/27 m2. Pada saat pre-transplan nilai kelimpahan
ikan karang sebesar 19 ind/27 m 2 kemudian terjadi perkembangan setelah 5
spesies yang tercatat selama pengamatan per total luasan transek sangat kecil.
Spesies yang memiliki kelimpahan ikan karang tertinggi yaitu Scolopsis bilineata
biorock yaitu 1748 ind/900 m2. Kelimpahan ikan karang di stasiun non-biorock
menjadi 894 ind/900 m2. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 38 ind/900 m2.
sebanyak 127 ind/900 m2 pada waktu pengamatan bulan Juni 2008 dan 280
scooling.
perlakuan yang diberikan pada stasiun ini sehingga pada stasiun ini digunakan
Secara deskriptif, jika memiliki luas daerah pengamatan yang sama maka nilai
Nilai kelimpahan ikan karang ini juga memiliki perbedaan dengan nilai rata-
rata kelimpahan ikan karang yang ada di stasiun biorock Tanjung Lesung,
Banten yaitu sebesar 224 ind/20 m 2 sehingga nilai kelimpahan ikan karang di
stasiun biorock Kawasan Pulau Pramuka lebih kecil daripada nilai kelimpahan
ikan karang yang ada di stasiun biorock Tanjung Lesung (Maulina, 2009).
keanekaragaman generik.
2,06. Peningkatan nilai indeks ini disebabkan oleh kenaikan jumlah spesies yang
nilai yang ada di stasiun biorock Tanjung Lesung yaitu berkisar antara 1,99
sebesar 2,68 dan pada bulan November 2008 sebesar 2,39. Nilai indeks
yang berarti bahwa penyebaran setiap spesies ikan karang sedang sehingga
kestabilan dalam komunitas yang terjadi berada dalam kondisi yang normal.
berbeda (Bengen, 2000). Nilai indeks keseragaman di stasiun biorock pada saat
pre-transplan yaitu 0,91 dan setelah 5 bulan transplan yaitu 0,89. Nilai ini
spesies yang merata karena nilai indeks yang terhitung mendekati nilai 1 atau
dalam kategori keseragaman yang tinggi. Sedangkan nilai indeks keseragaman
di stasiun non-biorock pada bulan Juni 2008 sebesar 0,69 dan pada bulan
daripada di stasiun biorock karena pada saat pengamatan banyak tercatat jenis-
jenis ikan karang dari famili Pomacentridae yang ada di stasiun tersebut.
karang dari famili Pomacentridae yang jumlahnya lebih banyak daripada spesies
yang lain, seperti Pomacentrus alexanderae (127 individu), Chromis viridis (178
smithi (160 individu) sehingga menyebabkan pola individu dalam spesies yang
tidak merata.
Nilai indeks dominansi (C) yang terhitung di stasiun biorock pada saat pre-
yaitu sebesar 0,11 untuk pengamatan bulan Juni 2008 dan 0,15 untuk
Nilai indeks yang terhitung di kedua stasiun ini berada mendekati nilai 0 atau
berada dalam kategori dominansi yang rendah (0 < C ≤ 0,3), sehingga tidak ada
5.1. Kesimpulan
terumbu buatan biorock di sana. Nilai kelimpahan ikan karang di stasiun biorock
tidak sebanding dengan nilai kelimpahan ikan karang yang terhitung di stasiun
non-biorock.
pola penyebaran spesies yang merata, dan tidak ada spesies yang mendominasi
5.2. Saran
biorock merupakan bahan yang perlu dikaji selain struktur komunitas ikan
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis: Teknik pengambilan contoh dan analisis data
biofisik sumberdaya pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 86 h.
Choat, J.H. dan D.R. Bellwood. 1991. Reef fishes: Their history and evolution.
Hal. 39-66. In Sale, P.F.(Ed). The Ecology of Fishes on Coral Reefs.
Academic Press Inc. California. xviii + 754 h.
Choat, J. H. 1991. The biology of herbivorous fishes on coral reefs. Hal. 120-155
in Sale, P. F. (Ed). The Ecology of Fishes on Coral Reefs. Academic Press.
California. xviii + 754 h.
Chou, L.M. 1997. Artificial reefs of Southest Asia – Do they enhance or degrade
the marine environment?. Environment Monitoring and Assessment 44: 45
– 52.
Edwards, A.J. dan E.D. Gomez. 2008. Konsep dan panduan restorasi terumbu:
membuat pilihan bijak di antara ketidakpastian. Terj. dari Reef Restoration
Concepts and Guidelines: making sensible management choices in the face
of uncertainty. Oleh: Yusri, S., Estradivari, N. S. Wijoyo, & Idris. Yayasan
TERANGI. Jakarta. iv + 38 h.
English, S., V. Baker dan C. Wilkinson. 1994. Survey manual for tropical marine
resources. Asean-Australian Marine Project. Australia. xii + 368 h.
FDC – IPB. 2008. Laporan Ilmiah Ekspedisi Zooxanthelae IX: Kondisi dan
Potensi Ekosistem Terumbu karang di Wilayah Pengelolaan Taman
Nasional Wakatobi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Fisheries
Diving Club – Institut Pertanian Bogor. xvi + 135 h.
Halacher, L.E. 2003. The Ecology of Coral Reef Fishes. University of Hawaii.
Hilo. 16 h
Hill, J. dan C. Wilkinson. 2004. Methods for ecological monitoring of coral reefs:
A resource for managers. Australian Institute of Marine Science. Australia.
vi + 117 h.
Kuiter, R.H. dan H. Debelius. 2000. World Atlas of Marine Fishes. Ikan. 358 h.
Kuiter, R.H. dan T. Tonozuka. 2001. Photo guide Indonesian reef fishes.
Zoonetics. Australia. 893 h.
Sale, P.F.(Ed). 1991.The ecology of fishes on coral reefs. Academic Press Inc.
California. xviii + 754 h.
TERANGI. 2004. Panduan dasar untuk pengenalan ikan karang secara visual
Indonesia. Indonesian Coral Reef Foundation (TERANGI). Jakarta. 23 h.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data ikan karang di stasiun biorock
1. Pengamatan pre-transplan
ulangan
Famili Spesies Subtotal
1 Ket 2 Ket 3 Ket
Mullidae Upeneus tragula 3 M 3
Mullidae Parupeneus macronemua 3 M 2 M 5
Nemipteridae Scolopsis temporalis 1 L 3 L 4
Nemipteridae Pentapodus trivittatus 1 L 1
Ostraciidae Abalistes stellaris 1 D 1
Scaridae Scarus rivulatus 5 M 5
total 19
ulangan
Famili Spesies Subtotal
1 Ket 2 Ket 3 Ket
Chaetodontidae Chaetodon octofasciatus 1 M 1
Labridae Halichoeres richmondi 1 L 1
Monacanthidae Acreichthys tomentosus 1 M 1
Mullidae Parupeneus barberinus 2 M 2
Mullidae Upeneus tragula 2 M 1 D 3
Nemipteridae Scolopsis margaritifer 4 D 4
Nemipteridae Scolopsis aurata 1 L 1
Nemipteridae Scolopsis bilineata 3 M 3 D 6
Nemipteridae Scolopsis monogramma 3 M 2 M 5
Ostraciidae Arothron mappa 1 M 1
total 25
Keterangan : M= makan, L= lewat, D= diam/berlindung
Lampiran 2. Data ikan karang di stasiun non-biorock
Jumlah Sub
Transek Famili Spesies
0-20 25-45 50-70 total
Jumlah Sub
Transek Famili Spesies
0-20 25-45 50-70 total
Jumlah Sub
Transek Famili Spesies
0-20 25-45 50-70 total
Jumlah Sub
Transek Famili Spesies
0-20 25-45 50-70 total
Jumlah Sub
Transek Famili Spesies
0-20 25-45 50-70 total
Kelimpahan ikan
N=
N=
Indeks keanekaragaman
=− ln
1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
= − ( ln + ln + ln + ln + + ln )
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
H’ = 2,06
Indeks keseragaman
′
E=
,
E=
E = 0,89
Indeks dominansi
1 1
= ( + + )
25 25
C = 0,15
Lampiran 4. Contoh perhitungan kekayaan ikan karang dengan Microsoft
Excel
Lampiran 5. Contoh perhitungan pola pemangsaan ikan karang dengan
Microsoft Excel
Lampiran 6. Contoh perhitungan kelimpahan ikan karang dengan
Microsoft Excel
Lampiran 7. Contoh perhitungan indeks komunitas ikan karang dengan
Microsoft Excel
Lampiran 8. Foto biota-biota yang ada di stasiun biorock selama
pengamatan
Stasiun biorock
Stasiun non-biorock
Lampiran 10. Foto karang transplantasi di stasiun biorock
RIWAYAT HIDUP
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibinong kemudian setelah itu
penulis berhasil masuk ke Institut Petanian Bogor pada Departemen Ilmu dan
bimbingan Dr. Ir. Neviaty P. Zamani, M.Sc. dan Beginer Subhan, S.Pi.