MOCHAMAD ISKANDARSYAH
SKRIPSI
MOCHAMAD ISKANDARSYAH
C54061833
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Mochamad Iskandarsyah
C54061833
© Hak cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian/seluruh karya tulis dalam
bentuk apapun tanpa izin IPB
70
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan karunia yang telah
1. Orang tua, Adik, dan keluarga besar yang selalu mendukung doa dan materi,
2. Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc selaku dosen
pembimbing,
3. Dr.Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc dan Dr. Ir. Nyoman M. Natih, M.Sc selaku
7. Muhammad Iqbal, S.Pi , Hendri Dayu, S.Pi, Arief Wicaksana, S.Pi, Asep
Ma’mun, S.Pi, Asmadin, S.Pi, M.Si, Cristiadi Triyatna, S.IK, Rizki Rizaldi
Hidayat, S.IK, Hengky Wibowo, Githa Prima Putra, S.IK, Masagus Zulhafiz,
9. Olivier Yonathan dan Risnie Fitriani, S.IK atas diskusi di bidang oseanografi
10. Warga ITK khususnya ITK 43 atas semangat dan dorongannya,
11. Penghuni Perwira 88 (Saul Limbong, S.Kom, M.Rizki Sulistiono, S.Pi, Maria
Putri, Hawara Sebastian Sitompul, SE, dan Christina Ratih), Wisma Galih
(Ahmad Rifai, Dori Irianto, S.IK, Enda, S.IK, Erlan Nurcahya Putra, dan Moh.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis membutuhkan saran dan kritik untuk perbaikan di masa depan.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, Amin.
Mochamad Iskandarsyah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iii
1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 2
i
4.1.1 Profil Vertikal Kecepatan Suara ................................................. 24
4.1.2 Profil Vertikal Salinitas .............................................................. 25
4.1.2 Profil Vertikal Suhu .................................................................... 27
4.2. Simulasi Nilai Kehilangan Transmisi terhadap Kedalaman
dan Jarak ........................................................................................... 28
4.2.1. Kedalaman Sumber 25 m dan Kedalaman Penerima 30 m ....... 29
4.2.2. Kedalaman Sumber 110 m dan Kedalaman Penerima 115 m ... 34
4.2.3. Kedalaman Sumber 300 m dan Kedalaman Penerima 310 m ... 42
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
iv
1. PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) baik dari darat maupun dari laut.
Di laut sendiri banyak terjadi pelanggaran kedaulatan oleh kapal asing dengan
berbagai macam cara mulai dari pencurian ikan tanpa izin, klaim suatu wilayah
NKRI secara sepihak oleh negara tetangga sampai melakukan operasi militer
seperti kapal selam asing melakukan penyusupan di wilayah laut teritorial NKRI.
Law of the Sea ( UNCLOS ) PBB tahun 1982 yang diratifikasi oleh Indonesia
yaitu pada artikel 49 dengan tegas menyatakan status legal negara kepulauan (
Indonesia ) berkedaulatan penuh atas perairan dan landas kontinen di bawah serta
udara di atasnya.
teknologi pemantauan anti kapal selam, yang dapat dipergunakan untuk melacak
suara (shadow zone). Daerah ini merupakan zona aman dimana suhu dan salinitas
air laut pada zona tersebut membelokkan gelombang suara yang datang sehingga
kapal selam tersebut terhindar dari ( Sound Navigation and Ranging) SONAR
pihak lawan.
1
2
Shadow Zone akustik. Cara lainnya adalah dengan memasang receiver di wilayah
perairan yang rawan untuk dilalui oleh kapal selam seperti Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI).
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan shadow zone berdasarkan
waktu pada lokasi tertentu. Di perairan dangkal dekat pantai, profil kecepatan
suara cenderung tidak teratur dan sulit di prediksi. Faktor fisik air laut yang
paling menentukan dalam mempengaruhi kecepatan suara di dalam air laut adalah
(umumnya berkisar 1.450 m/detik sampai dengan 1.550 m/detik, tergantung suhu,
kecepatan gelombang suara dalam air laut yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas,
dimana:
suara di dalam laut yang dibagi secara vertikal adalah sebagai berikut:
3
4
dalam kedalaman yang relatif dangkal pada lapisan ini. Termoklin dapat
Rata-rata kedalaman lapisan ini mulai dari beberapa ratus meter sampai
2000 m
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti arus, pertukaran massa air, masukan air
tawar dari sungai (dekat dengan daerah estuari, posisi lintang, pasang surut dan
internal wave).
akustik akan semakin berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber bunyi.
tergantung pada frekuensi. Ada frekuensi optimum untuk pertambahan jarak jauh,
5
bersamaan dengan bertambahnya jarak propagasi dari sumbernya. Hal ini terjadi
karena sumber akustik memiliki intensitas yang tetap, sedangkan luas permukaan
bidang yang dilingkupi akan semakin besar dengan bertambahnya jarak dari
sumber bunyi. Penyebaran gelombang akustik dibatasi oleh permukaan laut dan
energi akustik oleh medium sekitar daerah propagasi. Secara umum, penyerapan
suara merupakan salah satu bentuk kehilangan energi yang melibatkan proses
konversi energi akustik menjadi energi panas, sehingga energi gelombang suara
Secara umum, formula untuk mencari koefisien atenuasi menurut Jensen et all,
(1994) adalah
0,11 f 2 44 f 2
0, 033 0, 0003 f 2 …………………………………(2)
1 f 2 4100 f 2
dimana:
f =frekuensi (Hz)
6
berpropagasi melewati dua medium yang memiliki perbedaan indeks bias cukup
2.2.1. Suhu
Suhu merupakan salah satu karakter fisik dari air laut yang penting. Di
wilayah lintang sedang dan rendah (dekat dengan wilayah tropis), suhu
dalam air. Suhu di daerah tropis pada wilayah permukaan laut berkisar 26-29 oC
dipengaruhi oleh posisi lintang. Suhu tinggi di dapat di zona ekuator dimana
cahaya matahari cenderung banyak berada pada zona ini, sedangkan daerah suhu
rendah berada di dekat wilayah kutub (Stewart, 2008). Pada daerah non kutub,
sifat-sifat air pada lapisan isotermal yang dipengaruhi oleh angin sehingga
yang cenderung konstan. Oleh karena itu, pada lapisan isothermal memiliki
bentuk profil suara yang bertambah sejalan dengan kedalaman laut yang
2.2.2. Salinitas
air laut, dimana semua karbonat telah diubah menjadi oksida, bromide dan iodide
diganti oleh klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi sempurna. Pada
umumnya perairan laut lepas memiliki kadar salinitas 35 psu; yang berarti dalam
komposisi air laut tersebut terdiri atas 3,5% elemen-elemen kimia terlarut dan
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perairan laut lepas. Hal ini
disebabkan oleh adanya percampuran massa air laut dengan massa air sungai yang
wilayah lintang tinggi (dekat kutub) dimana suhu mendekati titik beku, salinitas
gelombang suara di dalam air. Distribusi vertikal salinitas pada wilayah tropis,
ekuator, dan sub tropis mengalami nilai yang paling kecil pada kedalaman 600-
1000 m (34-35 pratical salinity unit/psu). Di wilayah tropis nilai salinitas pada
permukaan berkisar 36-37 psu. Salinitas maksimun pada wilayah perairan tropis
terjadi pada kedalaman 100-200 m dekat dengan lapisan termoklin dimana kadar
salinitas dapat mencapai lebih dari 37 psu. Di daerah laut dalam, kadar salinitas
8
relatif seragam dengan nilai 34,6-34,9 psu (Pickard dan Emery, 1990). Salinitas
di samudera seperti Atlantik, Pasifik, dan Hindia rata-rata 35 psu, di wilayah laut
yang tertutup, nilai salitas rata-rata tidak jauh dari kisaran 35 psu tergantung dari
di laut yang dimana pada lapisan ini mengalami perubahan suhu yang drastis
dengan lapisan yang berada dan di bawah lapisan termoklin. Di laut, termoklin
seperti lapisan yang membagi antara lapisan pencampuran (mixing layer) dan
lapisan dalam (deep layer). Tergantung musim, garis lintang dan pengadukan
oleh angin, lapisan ini bersifat semi permanen. Faktor yang menentukan
ketebalan lapisan ini di dalam suatu perairan seperti variasi cuaca musiman,
sinar matahari pada siang hari oleh permukaan laut ( karena energi panas
lapisan tercampur) sehingga suhu pada zona ini relatif homogen. Di bawah zona
turun dengan cepat mendekati suhu pada lapisan dalam. Penurunan suhu
dimana terjadi penurunan suhu secara cepat inilah dinamakan lapisan termoklin.
Di laut terbuka, lapisan ini berkarakter sebagai gradient kecepatan suara negatif
9
tercipta dari perubahan densitas secara mendadak. Karateristik yang unik inilah
pertahanan dan keamanan (kapal selam). Pada wilayah tropis, rata-rata lapisan
rata terjadi peningkatan kecepatan suara sebesar 0, 017 m/detik setiap kedalaman
mempunyai efek yang sangat besar dalam perambatan suara ketika sumber atau
akan menjadi pemantul suara yang nyaris sempurna. Sebaliknya jika permukaan
Perairan Indonesia memiliki gambaran relief dasar laut yang unik, semua
tipe relief dasar laut bisa diketemukan seperti paparan yang dangkal, depresi
dalam dengan berbagai bentuk, berbagai bentuk elevasi berbentuk gunung bawah
menghamburkan suara serta dapat membentuk shadow zone. Dasar laut memiliki
10
lapisan yang berlapis-lapis dengan densitas dan kecepatan suara yang berubah
secara bertahap atau acak terhadap kedalaman. Selain itu komposisi di dasar laut
bervariatif mulai dari batuan yang keras sampai lumpur yang lunak ( Kadarwati,
1999).
Shadow Zone adalah suatu wilayah dimana gelombang suara tidak dapat
merambat atau lemah sehingga hampir tidak dapat merambat dalam suatu
dan suhu ait laut. Pengaruh yang paling nyata terlihat jika terjadi kenaikan suhu
Sumber: http://www.dosits.org
yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut shadow zone. Jarak
dari sumber suara ke shadow zone ditentukan oleh laju perubahan suhu terhadap
Wilayah perairan Indonesia dialiri oleh dua sistem arus, yaitu Arus
ARMONDO mengalir secara rata-rata dari Laut Cina Selatan masuk ke Laut
Jawa lewat Laut Natuna dan Selat Karimata. Kemudian dari Laut Jawa,
Laut Banda.
ARLINDO adalah aliran massa air yang berbentuk arus laut dari
Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia dan mengalir di bagian laut jeluk di
besar dan kecil di wilayah perairan Indonesia Timur yang memiliki struktur
batimetri yang menunjukan adanya palung yang jeluk, basin laut, dan kepulauan
karang, sehingga ARLINDO memiliki dinamika dan pergerakan massa air yang
dunia dan berpengaruh besar pada dinamika yang terjadi baik di Samudera Pasifik
maupun Samudera Hindia (Sprintall et all, 2003 dalam Abdul Rauf , 2007) .
12
lapisan termoklin (Hautala, 1996 dalam Abdul Rauf, 2007). Berikut adalah
.
Sumber:http://www.ldeo.columbia.edu
selatan. Kedalaman Selat Lombok bagian utara lebih dari 1000 m dan menjadi
250 m di daerah ambang dibagian selatan (Arief, 1997 dalam Kharishma, 2009).
menjadi tiga zona berdasarkan profil rata-rata suhu dan salinitas, yaitu :
a. Lapisan permukaan
13
b. Lapisan termoklin
300-400 m dengan gradien suhu 0,020 C/m. Suhu air laut berkisar 280C
Suhu air laut menurun secara lambat dengan bertambahnya kedalaman air
pada lapisan ini. Pada kedalaman 500 m suhu air laut mencapai 7-80 C.
2009), yaitu :
a. Lapisan permukaan
Pasifik bagian barat ke Lautan Hindia (Arief, 1997 dalam Kharishma, 2009).
2.6. INSTANT
(Arus Lintas Indonesia). Ekspedisi ini dilaksanakan pada tahun 2003 hingga
2005 dengan wilayah penelitian meliputi Selat Makassar, Selat Lifamatola, Selat
Lombok, Selat Ombai, dan Selat Timor (Sprintall et al, 2004 dalam Kharishma,
2009).
ini mulai diperkenalkan oleh Hardi dan Tappert pada tahun 1970-an yang
15
menemukan solusi numerik pada transformasi fourrier. Sejak saat itu metode ini
berikut:
1 p 1 p
r z k0 n p 0 ....................................................(3)
2 2
r r r z z z
p (r , z ) ( r , z ) H 0 (1) ( k0 r ) .....................................................................................(4)
2 2
2ik 0 2 k02 (n 2 1) ......................................................................(5)
r 2
r z
1 2
P dan Q n2 ……... ..….(6)
r k02 z 2
dua komponen, yakni untuk gelombang yang menjauhi sumber (outgoing wave)
gelombang yang menjauhi sumber saja yang dominan maka akan diperoleh
Atau
1 2
ik0 n 2 2 2 1 ............................................................................(10)
r k0 z
1 2 q …...…….(11)
n 1,2
dan
k02 z 2
r
ik0
1 q 1 ........................................................................................(12)
persamaan (13), perluasan suku dapat dilakukan antara lain, misalnya dengan
O q 2 m 1 .....................................................................(13)
m a j ,m q
1 q 1
j 1 1 b j , m q
2 j
a j ,m sin 2 ,
2m 1 2m 1
j
b j ,m cos 2 ...........................................................................................(14)
2m 1
persamaan (13) di atas secara numerik. Penggunaan perluasan dengan deret Pade
ini sering dipilih karena memungkinkan sudut perambatan yang lebih besar dan
teknik penyelesaian yang dapat terus bergerak maju dengan bertambahnya jarak
3. BAHAN DAN METODE
bertempat di perairan Selat Lombok (Gambar 2) dengan koordinat 080 26’ 2322”
Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ( FPIK), Institut
P. Bali
P. Lombok
18
19
salinitas, dan kedalaman yang di pasang oleh Tim INSTANT pada perairan Selat
Lombok. Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengambilan data
CTD merupakan instrumen yang digunakan untuk mengambil data sifat fisik
air laut berupa suhu, salinitas, dan densitas. CTD dapat ditambatkan di dalam
laut jika digunakan untuk mengambil data dalam jangka waktu yang lama.
CTD yang digunakan oleh Tim INSTANT adalah SBE-39 Microcat buatan
10.000 m
berikut:
kembali rangkaian.
di pasang dalam satu untaian tambatan pada posisi dan kedalaman yang
pemasangan.
6. Pencatatan koordinat lokasi, waktu, nama alat, dan urutan dilakukan setiap
posisi awal saat jangkar dilepaskan dengan posisi awal saat jangkar
jangkar
Data suhu, salinitas, dan kedalaman yang diambil dari CTD dikoreksi
secara manual kemudian disimpan dalam file berekstensi .txt. Data tersebut
kemudian diubah menjadi data kecepatan suara sehingga dapat digunakan untuk
dalam air, digunakan toolbox AcTUP V 2.2L yang dijalankan dari perangkat lunak
seperti data suhu, salinitas, dan tekanan yang selanjutnya akan di konversi
menjadi data kecepatan suara. Sebelum dilakukan konversi, data harus dilakukan
data maka dilakukan perata-rataan data karena data yang digunakan selama 30
hari. Lalu dilakukan konversi data dimana dari data kedalaman yang di konversi
dapat dengan mengkonversi data suhu, salinitas, dan tekanan melalui persamaan
sebenarnya. Data yang diperlukan pada tahap ini adalah data kecepatan suara,
kedalaman, dan koefisien atenuasi yang telah di dapat dari persamaan 3. Hal
terpenting pada tahap ini adalah dalam memasukan nilai kecepatan suara harus
dependent merupakan parameter yang dipengaruhi oleh lingkungan yang telah ada
sebelumnya. Pada parameter ini diperlukan nilai seperti Maximum depth for TL
dalam bentuk gambar grafik sehingga dapat dilakukan analisis hasil simulasi
untuk dapat melakukan penarikan kesimpulan. Untuk keterangan yang lebih jelas
relatif seragam, namun pada saat kedalaman mendekati kedalaman 100 m- 200 m
lapisan tercampur dimana masih ada penetrasi dari sinar matahari dan terjadi
percampuran massa air yang disebabkan adanya pengadukan oleh angin sehingga
suhu cenderung seragam akibatnya kecepatan suara yang di dapat akan relatif
konstan.
relatif tajam pada kedalaman yang relatif singkat karena adanya lapisan termoklin
daerah ini karena penurunan suhu dan peningkatan salinitas berjalan dengan
mempengaruhi kecepatan suara dalam kolom air, sedangkan energi rambat suara
diantaranya dipengaruhi oleh refraksi dan sifat-sifat kimia air laut yang
kecepatan suara di dalam suatu perairan dipengaruhi juga oleh lokasi, musim,
24
25
waktu, dan cuaca. Keempat faktor ini mempengaruhi karateristik suatu perairan
merupakan data yang direkam pada bulan Juli 2005 dimana pada bulan Agustus
Gambar 6. Nilai vertikal salinitas di permukaan relatif lebih kecil, kurang dari
34,3 psu, lalu bertambah secara tajam pada saat kedalaman mendekati 100 m.
Nilai salinitas tertinggi berada pada kisaran kedalaman 100-200 m dekat dengan
lapisan termoklin dimana nilai salinitas mencapai 34,7 psu. Salinitas di perairan
26
Selat Lombok dipengaruhi oleh masukan massa air dari Samudera Pasifik yang
terbawa oleh ARLINDO. Salinitas dipengaruhi oleh beberapa hal seperti musim,
lintang, dan karateristik suatu perairan. Perekaman data dilakukan pada bulan Juli
2005 yang merupakan Musim Timur dimana wilayah Indonesia relatif mengalami
Musim Kemarau akibat berkurangnya curah hujan karena adanya pengaruh dari
perairan tropis terjadi pada kedalaman 100-200 m dekat dengan lapisan termoklin.
27
bertambahnya kedalaman.
Profil vertikal suhu hingga kedalaman 960 m dapat terlihat pada Gambar
permukaan laut (lapisan tercampur) yakni berada pada kisaran 29 0C dimana pada
daerah permukaan masih terjadi penetrasi matahari dan dipengaruhi oleh adanya
pengadukan massa air oleh angin yang menyebabkan terjadinya pergerakan massa
air secara vertikal pada kedalaman yang relatif dangkal, sehingga suhu relatif
100 m sampai 200 m, suhu mengalami penurunan yang cukup tajam pada
kedalaman yang cukup sempit dan dapat di duga pada kedalaman ini merupakan
dilakukan pada Musim Timur dimana sinar matahari lebih banyak sehingga suhu
28
kedalaman (tekanan). Saat air laut di permukaan yang bersuhu relatif lebih hangat
dari pada lapisan air di bawahnya, akan muncul dua kecenderungan yang bertolak
belakang yakni kecepatan suara relatif akan berkurang saat suhu menurun dan
lingkungan berupa jarak yang sama yakni 20.000 m, kedalaman perairan 650 m,
dan beberapa parameter lingkungan yang sama dengan perbedaan posisi sumber
29
suara dan penerima yang berada di kedalaman 25 m, 110 m, dan 300 m untuk
sumber suara dan untuk penerima berada pada kedalaman 30 m, 115 m, dan 310
kapal selam dalam beraktifitas di laut. Ketiga kedalaman tersebut secara berturut-
turut mewakili kedalaman kapal selam saat berada pada kedalaman periskop
(periscope depth), kedalaman jelajah rata-rata kapal selam (cruise depth) dan
digunakan memiliki nilai yang sama yakni 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz.
dan penerima diletakan pada kedalaman 30 m dari permukaan laut. Hal ini agar
dapat diketahui pola perambatan gelombang suara saat posisi sumber dan
penerima berada pada kedalaman yang relatif dangkal. Kedalaman ini adalah
Kedalaman ini merupakan kedalaman yang berbahaya pada kapal selam karena
kapal selam mudah sekali untuk dilacak oleh kapal musuh sehingga kapal perang
musuh dapat melepaskan depth bomb (bom laut) untuk menghancurkan kapal
selam. Bagi kapal selam yang terkena bom jenis ini dapat berakibat fatal karena
30
meskipun jarak ledakan dan kapal selam mencapai 100 m, efek dekstrutif yang
frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz. Hasil yang diperoleh secara umum
transmisi yang cukup besar jika dibandingkan dengan frekuensi yang lain. Pada
frekuensi ini, jarak tempuh gelombang suara dalam kolom air lebih pendek
akibat adanya penyerapan oleh sedimen dan medium air laut. Pada jarak 6.000 m,
perambatan gelombang suara sudah mulai melemah, hal ini terlihat dari nilai
Transmission Loss ( TL) yang semakin besar mendekati 60 dB. Shadow Zone
(lingkaran kuning) terbentuk pada jarak 2.000 m, 10.000 m, dan 14.000 m dari
sumber di kedalaman dekat dengan permukaan air laut dimana nilai TL sekitar 80
mendekati 80 dB.
terbentuk menjadi dua bagian, dimana pola pertama gelombang suara merambat
31
secara fluktuatif di daerah dekat dengan permukaan air dan pola kedua gelombang
Gelombang suara mampu merambat sampai jarak 20.000 m dengan cukup jelas di
pola perambatan pertama, karena gelombang suara berada pada wilayah buluh
merambat lebih jauh (terfokus). Shadow zone di frekuensi ini pada umumnya
terbentuk pada jarak 14.000 m- 20.000 m di kedalaman antara 100 m dan 200 m.
Pada frekuensi 10.000 Hz, pola perambatan suara yang di dapat hampir
sama dengan pola perambatan gelombang suara pada frekuensi 1.000 Hz.
pola perambatannya menjadi tidak terfokus akibatnya pada jarak 10.000 m nilai
masih mampu merambat hingga jarak 20.000 m. Shadow zone pada frekuensi
10.000 Hz terbentuk pada jarak sekitar 8.000 m dari gelombang suara pada
frekuensi 10.000 Hz, namun pada frekuensi ini terlihat pola rambat yang lebih
fokus ketimbang frekuensi 10.000 Hz. Pada buluh permukaan, gelombang suara
mampu merambat hingga jarak 20.000 m. Shadow zone terletak pada jarak
32
12.000 m dari sumber suara dengan kedalaman berkisar 200 m dari permukaan air
yang berada pada lapisan tercampur akan terjebak dalam buluh permukaan.
m) merupakan buluh yang paling umum ditemui, tetapi buluh ini baru efektif
penghamburan menjadi penting. Sebaliknya buluh yang lebih dalam (lebih dari
gelombang suara di dalam suatu kolom perairan adalah jarak sumber suara
kedalaman perairan, dan frekuensi sumber suara. Semakin jauh gelombang suara,
semakin besar frekuensi yang digunakan merambat dari suatu sumber, maka
semakin tinggi nilai atenuasi ( ) yang terjadi di dalam kolom perairan. Koefisien
atenuasi ini akan mempengaruhi nilai TL yang dimana berdasarkan hasil simulasi
nilai TL apabila jarak semakin jauh, maka nilai TL akan semakin besar.
fluktuatif sepanjang jarak 20.000 m. Pada jarak kurang dari 1.000 m, nilai TL
terbesar berada pada jarak sekitar 7.000-an m dari sumber suara ketika nilai TL
mencapai 100 dB, selain itu terdapat empat wilayah dimana nilai TL mendekati 90
33
dB, yakni pada jarak sekitar 3.000, 6.000, 9.000, dan 13.000-an m dari sumber
suara. Daerah pada jarak diatas dapat diduga merupakan wilayah dan jarak
terletak pada jarak 8.000 m dimana nilai TL mendekati 100 dB. Selain itu banyak
terdapat nilai TL yang mendekati 80 dB pada frekuensi ini hampir di semua jarak.
10.000 Hz, nilai TL terbesar terdapat pada jarak 7.000-an m dimana nilai TL
mendekati 100 dB. Sedangkan pada frekuensi 50.000 Hz, nilai TL terbesar
terdapat pada jarak 8.000 m dimana nilai TL mencapai lebih dari 100 dB. Kedua
frekuensi ini terdapat banyak wilayah yang mengalami peningkatan nilai TL yang
Loss dengan jarak pada kelima frekuensi yang digunakan setelah dilakukan
running average. Running average ini bertujuan untuk menampilkan grafik yang
lebih halus (smooth) sehingga jika keempat frekuensi ditampilkan dalam satu
grafik akan terlihat dengan cukup jelas perbedaanya. Pada kedalaman sumber
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan 3 frekuensi lainnya. Hal ini
34
dasar laut dan dapat berpenetrasi gelombang suara ke dalam sedimen. Selain itu,
pada kedalaman ini adalah wilayah lapisan tercampur yang merupakan lapisan
nilai TL yang hampir sama dan tidak berbeda jauh ketiganya yakni berkisar antara
Sumber suara diletakan pada kedalaman 110 m dari permukaan laut dan
penerima diletakan pada kedalaman 115 m dari permukaan laut. Hal ini
dimadsudkan agar dapat diketahui pola perambatan gelombang suara saat posisi
sumber dan penerima berada pada kedalaman yang terdapat lapisan termoklin.
Kedalaman ini merupakan kedalaman yang biasanya digunakan oleh kapal selam
untuk menjelajah (cruise depth). Kedalaman ini kapal selam militer rata-rata
melakukan penjelajahan (cruise) agar tidak dapat terdeteksi oleh musuh yang
menyebar alat deteksi di permukaan laut atau untuk menghindari ranjau yang
dipasang oleh musuh. Selain itu, kapal selam juga menggunakan karateristik
38
suara negatif dimana dapat memantulkan gelombang suara. Secara teknik lapisan
frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz. Hasil yang diperoleh secara umum
jarak 20.000 m, hal ini terlihat dari pola perambatan gelombang suara yang
berbentuk fluktuatif ( naik turun) saat di pancarkan dari sumber lalu turun ke dasar
perairan dan dipantulkan kembali menuju ke atas di kedalaman 110 m dan begitu
seterusnya hingga jarak 20.000 m. Berdasarkan Gambar 11, pada kedalaman 110
transmisi yang cukup besar jika dibandingkan dengan frekuensi yang lain. Pada
frekuensi ini, jarak tempuh gelombang suara dalam kolom air lebih pendek
akibat adanya penyerapan oleh sedimen dan medium air. Jarak 8.000 m,
39
perambatan gelombang suara sudah mulai melemah, hal ini terlihat dari nilai
Transmission Loss ( TL) yang semakin besar mendekati 70 dB-80 dB. Shadow
Zone (lingkaran kuning) terbentuk pada jarak 2.000 m, 10.000 m, dan 14.000 m
dari sumber di kedalaman dekat dengan permukaan air laut dimana nilai TL
mencapai permukaan laut kembali. Hal ini terlihat dari banyak wilayah shadow
membentuk menjadi dua bagian, gelombang suara yang pertama merambat secara
20.000 m dengan cukup jelas. Gelombang suara yang kedua merambat secara
seterusnya. Shadow Zone pada frekuensi ini pada umumnya terbentuk pada jarak
Pada frekuensi 10.000 Hz, pola perambatan suara yang di dapat hampir
sama dengan pola perambatan gelombang suara pada frekuensi 1.000 Hz.
40
pola perambatannya menjadi tidak terfokus sehingga pada jarak 10.000 m nilai TL
mendekati 70 dB. Wilayah shadow zone pada frekuensi 10.000 Hz terbentuk pada
jarak sekitar 8.000 m dari gelombang suara pada kedalaman lebih dari 250 m-650
m yang berada di bawah lapisan termoklin. Selain itu, shadow zone juga di
temukan pada lapisan di atas lapisan termoklin dimana wilayah shadow zone ini
gelombang suara yang berasal dari bawah tidak mampu ke daerah permukaan air.
Nilai TL pada wilayah diatas lapisan temoklin berkisar 70 dB pada jarak sekitar
frekuensi 10.000 Hz, namun pada frekuensi ini terlihat pola rambat yang lebih
fokus ketimbang frekuensi 10.000 Hz. Shadow zone terletak pada jarak 12.000 m
dari sumber suara dengan kedalaman berkisar 200 m dari permukaan air dimana
TL mendekati 80 dB. Selain itu, shadow zone juga di temukan pada lapisan di
atas lapisan termoklin dimana shadow zone ini terjadi karena terjadi
berasal dari bawah tidak mampu ke daerah permukaan air. Nilai TL pada wilayah
diatas lapisan temoklin berkisar 70 dB pada jarak sekitar 12.000 sampai 14.000 m
dan frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz. Pada frekuensi 100 Hz, nilai
kurang dari 1.000 m, nilai TL mengalami kenaikan yang cukup besar hingga
41
mendekati 70 dB. Nilai TL terbesar di dapat pada jarak sekitar 12.000-an m dari
sumber suara dimana nilai TL mencapai 90 dB. Selain itu terdapat wilayah
dimana nilai TL mendekati 90 dB, yakni pada jarak sekitar 13.000-an m dari
sumber suara. Bisa di duga bahwa daerah pada jarak diatas merupakan
terletak pada jarak 18.000 m dimana nilai TL melewati 100 dB. Selain itu banyak
terdapat nilai TL yang mendekati 80-90 dB pada frekuensi ini hampir di semua
jarak.
10.000 Hz, nilai TL terbesar terdapat pada jarak 12.000-an m dimana nilai TL
melewati 100 dB. Sedangkan pada frekuensi 50.000 Hz, nilai TL terbesar
terdapat pada jarak 1.500 m dan 16.000 m dimana nilai TL mencapai lebih dari
100 dB. Pada kedua frekuensi ini terdapat banyak wilayah yang mengalami
jarak tersbut merupakan wilayah shadow zone jika berdasarkan nilai TL yang
meningkat.
Loss dengan jarak pada kelima frekuensi yang digunakan setelah dilakukan
yang lebih halus (smooth) sehingga jika keempat frekuensi ditampilkan dalam
42
satu grafik akan terlihat dengan cukup jelas perbedaanya. Pada kedalaman
kenaikan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tiga frekuensi lainnya. Hal
ini dikarenakan karena berbagai faktor seperti terserapnya gelombang suara oleh
sedimen di dasar laut dan gelombang suara dapat berpenetrasi ke dalam sedimen.
Secara umum, keempat frekuensi mempunyai nilai TL yang hampir sama yakni
sebesar 60 dB hingga jarak sekitar 3.000 m, lalu setelah jarak 3.000 m, nilai TL
nilai TL yang hampir sama dan tidak berbeda jauh ketiganya yakni berkisar antara
terjadi oleh kolom perairan (Kadarwati, 1999). Pada kedalaman ini merupakan
akibat perbedaan suhu yang menurun dengan cukup drastis pada kedalaman yang
Sumber suara diletakan pada kedalaman 300 m dari permukaan laut dan
penerima diletakan pada kedalaman 310 m dari permukaan laut. Hal ini agar
dapat diketahui pola perambatan gelombang suara saat posisi sumber dan
penerima berada pada kedalaman yang relatif dalam. Kedalaman ini adalah
46
maksimum agar tidak dapat terdeteksi oleh musuh yang menyebar alat deteksi di
permukaan laut atau untuk menghindari bom laut dalam ( deep bomb ) yang di
lepas oleh kapal perusak musuh ( destroyer) terutama kapal selam militer
frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz. Berdasarkan hasil simulasi, pada
mengalami nilai kehilangan transmisi yang cukup besar jika dibandingkan dengan
frekuensi yang lain. Pada frekuensi ini, jarak tempuh gelombang suara dalam
kolom air lebih pendek akibat adanya penyerapan oleh sedimen dan medium air.
Pada jarak 8.000 m, perambatan gelombang suara sudah mulai melemah, hal ini
terlihat dari nilai Transmission Loss ( TL) yang semakin besar mendekati 80 dB.
Shadow Zone (lingkaran kuning) terbentuk jarak sekitar 2.000 m dari sumber di
kedalaman dekat dengan permukaan air laut dimana nilai TL sekitar 80 dB dan
dB. Pada frekuensi ini gelombang suara yang dipantulkan kembali seolah
47
laut kembali. Hal ini terlihat dari banyak shadow zone yang berada pada
sampai jarak 20.000 m dengan cukup jelas meskipun pada kedalaman dekat
dengan sumber suara di jarak 8.000 m, gelombang suara sudah mulai hilang,
meskipun ada beberapa gelombang suara yang masih dapat sampai ke permukaan
air. Shadow zone pada frekuensi ini pada umumnya terbentuk pada jarak 10.000
m- 20.000 m dengan kedalaman antara 0 m dan 300 m dan berada pada jarak
Frekuensi 10.000 Hz, pola perambatan suara yang di dapat hampir sama
dengan pola perambatan gelombang suara pada frekuensi 1.000 Hz. Frekuensi
terbentuk pada jarak sekitar 8.000 m dari gelombang suara pada kedalaman antara
frekuensi 10.000 Hz. Shadow zone terletak pada jarak 8.000 m-20.000 dari
sumber suara dengan kedalaman berkisar 0-200 m dari permukaan air dimana TL
mendekati 80 dB. Shadow zone juga ditemukan pada jarak 14.000 m sampai
gelombang suara dihamburkan oleh kolom perairan hingga jarak 8.000 m, setelah
48
dan frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz. Pada frekuensi 100 Hz, nilai
kurang dari 1.000 m, nilai TL mengalami kenaikan yang cukup besar hingga
mendekati 80 dB. Nilai TL terbesar di dapat pada jarak sekitar 18.000-an m dari
terlatak pada jarak 16.000 m dimana nilai TL melewati 100 dB. Selain itu banyak
terdapat nilai TL yang mendekati 80-90 dB pada frekuensi ini hampir di semua
jarak.
10.000 Hz, nilai TL terbesar terdapat pada jarak 5.000-an m dimana nilai TL
melewati 100 dB. Sedangkan pada frekuensi 50.000 Hz, nilai TL terbesar
terdapat pada jarak 8.000 m dan 16.000 m dimana nilai TL mencapai lebih dari
100 dB. Pada kedua frekuensi ini terdapat banyak wilayah yang mengalami
49
jarak tersbut merupakan wilayah shadow zone jika berdasarkan nilai TL yang
meningkat.
Loss dengan jarak pada keempat frekuensi yang di gunakan setelah di lakukan
yang lebih halus (smooth) sehingga jika keempat frekuensi ditampilkan dalam
satu grafik akan terlihat dengan cukup jelas perbedaanya. Pada kedalaman
peningkatan yang tajam dalam jarak kurang dari 2.000 m yakni sebesar 60 dB.
Lalu dari jarak 2.000 m hingga 8.000 m, nilai TL mulai mengalami peningkatan
Gambar 16, nilai TL keempat frekuensi hampir sama tidak seperti pada
yang cukup besar jika dibandingkan dengan tiga frekuensi lainnya. Hal ini
disebabkan oleh adanya penetrasi suara kedalam sedimen oleh keempat frekuensi
kedalaman dibawah lapisan termoklin (deep layer) yang dimana pada kedalaman
ini terdapat beberapa stratifikasi lapisan air yang berbeda yang mempengaruhi
Gambar 8. Hasil Simulasi Perambatan Gelombang Suara dengan Kedalaman Sumber Suara 25 m, Kedalaman Penerima 30 m, dan Frekuensi yang
Digunakan 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz ( Shadow Zone ditandai dengan lingkaran kuning)
35
Gambar 9. Grafik Hubungan Transmission Loss dengan Jarak Pada Frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz .
36
Gambar 10. Grafik Hubungan Transmission Loss dengan Jarak Pada Frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz Setelah
Running Average
37
Gambar 11. Hasil Simulasi Perambatan Gelombang Suara dengan Kedalaman Sumber Suara 110 m, Kedalaman Penerima 115
m, dan Frekuensi yang Digunakan 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz ( Shadow Zone ditandai dengan lingkaran kuning)
43
Gambar 12. Grafik Hubungan Transmission Loss dengan Jarak Pada Frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz.
44
Gambar 13. Grafik Hubungan Transmission Loss dengan Jarak Pada Frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz Setelah
Running Average
45
Gambar 14. Hasil Simulasi Perambatan Gelombang Suara dengan Kedalaman Sumber Suara 300 m, Kedalaman Penerima 310
m, dan Frekuensi yang Digunakan 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz ( Shadow Zone ditandai dengan lingkaran kuning)
50
Gambar 15. Grafik Hubungan Transmission Loss dengan Jarak Pada Frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz
51
Gambar 16. Grafik Hubungan Transmission Loss dengan Jarak Pada Frekuensi 100, 1.000, 10.000, dan 50.000 Hz Setelah
Running Average
52
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Shadow zone akustik merupakan suatu zona yang dimana gelombang suara
tidak dapat merambat karena berbagai faktor, seperti adanya refleksi, refraksi, dan
penyerapan gelombang suara oleh kolom perairan, sehingga dapat digunakan oleh
kapal selam militer untuk menghindar dari musuh. Salah satu cara untuk
dengan mengetahui terlebih dahulu parameter oseanografi yang ada, seperti suhu,
suara oleh kolom perairan, dan dasar perairan. Akibatnya terjadi zona yang tidak
seperti frekuensi, jarak, kedalaman sumber suara dan penerima. Secara umum
mengalami kehilangan suara yang paling besar sehingga banyak terbentuk shadow
zone di kolom perairan karena pada frekuensi 100 Hz, gelombang suara memiliki
53
54
banyak shadow zone. Pada frekuensi 1.000 Hz dan 10.000 Hz wilayah shadow
zone bertambah meskipun lebih sedikit jika dibandingkan dengan frekuensi 100
Hz. Frekuensi 50.000 Hz shadow zone lebih sedikit jika dibandingkan dengan
frekuensi 1.000 Hz dan 10.000 Hz, nilai Transmission Loss dipengaruhi oleh
5.2. Saran
lengkap, seperti penambahan data batimetri dan angin sehingga hasil simulasi
oseanografi seperti internal wave perlu untuk diperhitungkan. Selain itu perlu
DAFTAR PUSTAKA
Kinsler, L.E, R.F, Austin, B.C, Alan dan V.S, James.2000. Fundamental of
Acoustics. John Willey & Sons Ltd. New York.
Waite, H.D. 2005. Sonar for Practising Enginers: Third Edition. John Willey &
Sons Ltd. West Sussex.
56
4. Lalu ikuti petunjuk yang tertera pada tampilan. Untuk dapat menjalankan
toolbox ini pada menu current folder dibuka ke folder tempat menginstall
toolbox ini, contohnya
C:\Program Files\CMST Software\AcTUP v2.2L\AcTUP, setelah itu pada
command window di matlab ketik actup, maka akan terbuka menu toolbox ini.
58
B. Penggolahan Data
1. Pada menu Utama AcTUP v2.2L pilih menu configure environment and
propagation model lalu pilih menu submenu edit environment
2. Pilih edit environment maka akan muncul tampilan seperti di bawah ini, pilih
edit environment
59
3. Setelah di klik maka akan muncul tampilan seperti ini, lalu pilih edit layer untuk
membuat lingkungan di water coulumn, jika ingin membuat lingkungan di
bottom halfspace maka pilih menu bottom halfspace
4. Lalu akan muncul tampilan seperti di bawah ini, kita masukan parameter
lingkungan seperti kecepatan suara, densitas, kedalaman, dll lalu pilih ok
60
5. Setelah itu kita kembali ke submenu utama dan pilih Edit code independent
propagation parameter
6. Maka akan muncul tampilan seperti ini dan kita mengisinya dengan parameter
yang telah ada dan klik ok
61
7. Setelah itu kita kembali ke submenu utama dan pilih Edit code dependent
propagation parameter
8. Lalu muncul tampilan seperti di bawah ini dan kita isi parameternya lalu klik ok
62
9. Lalu kembali ke menu awal dan pilih menu select active code dan kita pilih Ram
Geo
10. Kembali ke meu utama, maka kita memilih sub menu Run current model for
ACTIVE propagation code, kita tunggu hasilnya, setelah selesai kita pilih menu
run model from file dan kita pilih data yang sudah disimpan sebelumnya. Setelan
selesai di lakukan running, maka kita pilih menu plotting tools untuk memplot
hasil running kita.
63
11. Pada menu plotting tools, kita pilih submenu transmission loss vs range and
depth dimana dia akan meminta file hasil running sebelumnya untuk diplotkan
agar mendapatkan gambar perambatan gelombang suara
masukan untuk program seperti data suhu, salinitas, dan tekanan yang selanjutnya akan
diolah menjadi data kecepatan suara. Data kecepatan suara di dapat dengan
mengkonversi data suhu, salinitas, dan tekanan melalui persamaan 1. Dalam pembuatan
64
data profil environment, data diolah di menu configure environment and propagation
model. Pada menu Edit Acoustic and Environment Array dimasukan data yang dimana
(m) sebagai array data kedalaman dimana menurut informasi mengenai kecepatan suara
Compressional Sound Speed (m/s) yang berisi array data mengenai kecepatan suara
yang bervariasi disetiap kedalaman. Vector of densities (kg/m3) yang berisi array data
coordinate. Nilai pada Vector of shear sound speed (m/s), Vector of compressional
wave absorption, vector of shear wave absorption bernilai 0 sepanjang array yang telah
didefinisikan sebelumnya.
Independent Propagation Parameters. Data yang diperlukan adalah data frekuensi, data
kedalaman sumber, kedalaman penerima yang berupa suatu array sepanjang kedalaman
Untuk parameter dependent, diperlukan nilai seperti Maximum depth for TL grid output,
definisikan, maka di simpan di menu save run definition agar parameter yang telah
didefinisikan tidak hilang. Setelah di simpan, maka dapat di lakukan simulasi dengan
terlebih dahulu memilih menu Select Active Code-RamGeo, lalu pilih menu Run
Current Model for ACTIVE Propagation untuk mensimulasi kode propagasi RamGeo.
65
Setelah itu kita memilih menu Run Model(s) from file(s) untuk mensimulasikan skenario
yang sudah di simpan sebelumnya. Setelah simulasi telah selesai, maka di pilih menu
Plotting Tools untuk menampilkan hasil simulasi yang telah selesai. Pada menu
Plotting Tools pilih menu Transmission loss vs range and depth untuk menampilkan
hasil. Setelah hasil selesai ditampilkan maka dapat dilakukan analisis hasil simulasi
Parameter Lingkungan
Kolom Perairan
Nama Parameter Keterangan Satuan Nilai
Vector of z coordinates Kedalaman m 1 20 30 40 50 60 70 75 80 85 90 95 100 105,…,650
Vector of compressional sound 1542.181 1542.0657 1537.0047 1533.0601 1521.7106 1512.9783 1511.7554
speeds Kecepatan Suara m/s 1507.726
di Kedalaman 1507.6312 1506.4938 1503.1788 1498.9352 1498.2178
Vector of densities Densitas kgm 1025.1 1025.3 1025.7 1025.9 1026,…
Dasar Perairan
Nama Parameter Keterangan Satuan Nilai
Vector of z coordinates Kedalaman m 650
Vector of compressional sound
speeds Kecepatan Suara m/s 1749
Vector of densities di Kedalaman
Densitas kgm 1941
Parameter Akustik
Parameter Independent Keterangan Satuan Nilai
Judul Judul file masukan
Frekuensi frekuensi sumber suara hz 50.000
Source Depth kedalaman sumber suara m 25, 110, 300
Receiver Depth kedalaman penerima m 30, 115, 310
Minimum Range jarak minimum m 100
Maximum Range jarak maximum m 20000
Number of Range Slices faktor pembagian jarak 200
Filename prefix for output slices nama hasil keluaran
66
Ican
50000.000000 25.000000 30.000000 f, zs, zr
20000.000000 0.100000 100 rmax, dr, ndr
650.900000 0.050000 200 690.350000 zmax dz, ndz, zmplot
1500.000000 10 10 0.000000 c0, np, ns, rsc
0.000000 70.000000 bathymetry data {r,z} in [m, m]
20000.000000 70.000000
-1 -1