Anda di halaman 1dari 34

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/338355968

STUDI KOMUNITAS EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU TIKUS


BENGKULU OLEH

Technical Report · November 2011

CITATIONS READS

0 428

2 authors:

Abdul Rahman Singkam Dewi Purnama


Universitas Bengkulu Universitas Bengkulu
43 PUBLICATIONS   42 CITATIONS    30 PUBLICATIONS   167 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The effect of seawater to the fisherman eye View project

Professor of food process engineering View project

All content following this page was uploaded by Abdul Rahman Singkam on 03 January 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


LAPORAN PENELITIAN PEMBINAAN

STUDI KOMUNITAS EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU TIKUS


BENGKULU

OLEH
ABDUL RAHMAN, S.Si., M.Si
DEWI PURNAMA, S.Pi., M.Si

DIBIAYAI OLEH DIPA UNIB NOMOR 0824/023-04.2.16/08/2011,


TANGGAL 20 DESEMBER 2011
BERDASARKAN SURAT PERJANJIAN NOMOR 189/H30.10/PL/2011
TANGGAL 28 MARET 2011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2011
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Studi Komunitas Ekosistem Terumbu


Karang di Pulau Tikus Bengkulu

2.Bidang Ilmu Penelitian : Penemukenalan dan Pengembangan Plasma


Nutfah Lokal Potensial

3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Abdul Rahman, M.Si
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIP : 19810820 200604 1 006
d. Pangkat/Golongan : Penata Muda/IIIb
e. Jabatan : Lektor
f. Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan Biologi
4. Jumlah Tim Peneliti : 2 (dua) orang
5. Lokasi Penelitian : Pulau Tikus
6. Waktu Penelitian : 8 Bulan
7. Biaya Penelitian : Rp. 9.500.000,- (sembilan juta lima ratus ribu
rupiah)

Bengkulu, 15 November 2011


Mengetahui, Ketua Peneliti,
Dekan FKIP UNIB

Drs. Syafnil, M.A., Ph.D Abdul Rahman, M.Si


NIP. 196101211986011002 NIP. 198108202006041006

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian,

Drs. Sarwit Sarwono, M. Hum


NIP. 195811121986031002
RINGKASAN

Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan di Pulau Tikus,


dapat dikatakan bahwa kualitas air di tiga lokasi pengamatan tersebut adalah
homogen, kecuali dalam hal kecepatan arus. Suhu perairan di ketiga lokasi
pengamatan adalah 29 0C, salinitas 32‰. Visibility atau jarak pandang di kolom
perairan 100% atau bisa terlihat sampai ke dasar perairan, kondisi ini sangat
mendukung untuk melakukan aktivitas di dalam kolom perairan. Pergerakan massa
air kolom atau arus tertinggi terdapat pada Stasiun 2 (1.6 m/detik) dan terendah pada
Stasiun 1 (0.8 m/detik), kecepatan arus ini cukup tinggi. Secara keseluruhan kondisi
fisika kimia perairan pada ketiga stasiun pengukuran dapat mendukung pertumbuhan
terumbu karang di perairan Pulau Tikus.
Survei terumbu karang di P. Tikus dilakukan dengan metode Line transect
(LIT), kedalaman survei berkisar 1 – 3 meter. Kondisi persentase penutupan karang
hidup baik acropora maupun non-acropora dalam kondisi baik dengan penutupan
mencapai 78.67%. Sementara untuk persen penutupan alga kurang dari 3%. Tingkat
kematian karang termasuk kategori tinggi mencapai 14%, penyebab utama kematian
karang di Pulau Tikus adalah aktivitas nelayan harian yang mencari ikan di bagian
pinggir sampai dengan tubir dengan berjalan kaki sehingga merusak karang. Kategori
othere dan subtrat lainnya berupa pasir, batu cukup rendah masing-masing 2.99% dan
2.33%.
Jenis terumbu karang di P. Tikus adalah terumbu karang tepi (fringing reef).
Bentuk pertumbuhan karang yang umumnya kecil-kecil dan pendek-pendek
menandakan bahwa daerah ini (pada lokasi sampling) merupakan daerah dengan arus
dan gelombang yang cukup kuat.
Hasil analisis mengenai keanekaragaman, keseragaman dan dominansi
terumbu karang di Pulau Tikus tergolong sedang. Nilai Indeks keseragaman relatif
merata di kesemua daerah pengamatan dengan kisaran nilai 0,788 s/d 0,876. Pada
kisaran nilai ini kesemua daerah termasuk memiliki ekosistem yang stabil. Bila
mengacu pada indeks mortalitas maka lokasi pengamatan memiliki tingkat kematian
karang sangat tinggi yakni 14 %.
Ada 33 jenis dari 20 famili ikan karang yang ditemukan dalam penelitian ini. Dua
dari 20 famili yang ditemukan yaitu Scorpaenidae dan Dasyatidae merupakan
kelompok ikan berbisa tinggi (deathful venomous fishes). Salah satu jenis dari famili
Scorpaenidae, Pterois volitans merupakan komoditas ikan hias ekspor bernilai tinggi.
Jenis ikan karang di Pulau Tikus memiliki keragaman famili yang tinggi. 33
jenis yang ditemukan terbagi dalam 20 famili. Belum ada satupun jenis ikan karang di
Pulau Tikus yang termasuk dalam daftar terancam punah (vulnerable) oleh IUCN
(www.redlist.org).
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkar rahmat dan hidayah-Nya sehingga
laporan penelitian pembinaan ini dapat terselesaikan. Adapun judul penelitian ini
adalah struktur komunitas Terumbu Karang Di Pulau Tikus Bengkulu. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi parameter fisika-kimia perairan di
sekitar Pulau Tikus, mengidentifikasi jenis-jenis karang penyusun ekosistem terumbu
karang di Pulau Tikus, dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan karang yang terdapat di
ekosistem terumbu karang di TWA Pulau Tikus. Hasil penelitian ini nantinya
diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui kondisi Terumbu Karang di Perairan
Pulau Tikus dan Penemukenalan serta Pengembangan Plasma Nutfah Lokal
Potensial.
Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih pada semua pihak
yang telah memberikan dukungan. Kami telah berusaha melakukan yang terbaik
dalam kegiatan penelitian ini sehingga dukungan dan bantuan baik berupa kritik
maupun saran sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Bengkulu, November 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... i

RINGKASAN ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR ISI................................................................................................. v

DAFTAR TABEL......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 2

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ........................... 2

BAB IV METODE PENELITIAN......................................................... 3

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 7

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

1. Parameter fisika-kimia perairan yang diukur beserta alat pengukuran yang


digunakan ...................................................................................................... 3

2. Daftar pengelompokan komponen dasar penyusun ekosistem terumbu


karang di lokasi pengamatan......................................................................... 5

3. Posisi geografi pengamatan dan nilai-nilai parameter fisika-kimia perairan 7

4. Hasil Survei LIT dengan SCUBA diving di P. Tikus ................................... 9

5. Jumlah spesies (S), jumlah individu (N), indeks keanekaragaman (H’),


indeks keseragaman (E), indeks dominansi (C) dan indeks mortalitas
karang (IMK) ................................................................................................ 11

6. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di Pulau Tikus ............................... 11


DAFTAR GAMBAR

1. Plot pengambilan contoh terumbu karang tiap substasiun pengamatan........ 4

2. Persentase penutupan karang dan substrat lainnya di Pulau Tikus ............... 8

3. Tipe-tipe pertumbuhan koloni karang di perairan Pulau Tikus Kota


Bengkulu ....................................................................................................... 10
BAB 1. PENDAHULUAN

Pulau Tikus adalah pulau karang yang terletak sekitar 90 mil dari pantai Kota
Bengkulu ke arah Samudera Hindia. Pulau Tikus merupakan pulau terdekat ke Kota
Bengkulu dengan luas kawsan sekitar 2,50 ha. Pulau Tikus telah ditetapkan sebagai
Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
383/Kpts-II/1985 tanggal 27 Desember 1985.
TWA Pulau Tikus merupakan kawasan perairan yang sangat vital. Ekosistem
Pulau Tikus berperan penting dalam siklus kehidupan ikan, udang, kepiting, reptil
dan aneka fauna laut lain. TWA Pulau Tikus juga merupakan tempat berdirinya
mercusuar yang menjadi rambu bagi nahkoda kapal di perairan Bengkulu. Selain itu,
Pulau Tikus juga berperan sebagai pedoman arah dan tempat persinggahan nelayan-
nelayan tradisional. Potensi lain adalah daya tarik kepariwisataan di Pulau Tikus,
karena pulau ini dapat dijangkau hanya dengan 1 jam perjalanan kapal nelayan dari
Kota Bengkulu.
Pengamatan selama 4 tahun terakhir (2007-2011), Pulau Tikus mengalami
degradasi kawasan yang sangat hebat. Terjadi abrasi yang sangat parah terutama pada
sisi pulau yang menghadap daratan Sumatera. Banyak kematian dan kerusakan
karang yang diduga diakibatkan bleaching flagellate laut dan aktivitas pencarian hasil
laut oleh nelayan. Aktivitas bleaching terjadi karena kawasan Pulau Tikus adalah
berada pada kawasan lempeng tektonik yang cenderung terangkat ke permukaan.
Aktivitas pencarian hasil laut yang membahayakan karang juga banyak dilakukan
masyarakat seperti pencarian gurita dengan kait besi dan pencarian ikan hias dengan
aliran listrik (setrum). Produktivitas karang juga diduga terhambat karena adanya
aktivitas muat kapal tongkang pengangkut batu bara. Tumpahan dan ceceran batubara
sudah menutupi sebagian permukaan terumbu karang di sekitar pulau tikus.
Berdasarkan kondisi ini, maka diperlukan kajian awal untuk menginventarisasi
komponen penyusun ekosistem terumbu karang di kawasan TWA Pulau Tikus.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni
kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis
yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis
ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan
merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang
sangat tinggi (Nybakken, 1992).
Ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat
berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa
aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan karang
diantaranya adalah menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida
(potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penambangan batu karang,
penambangan pasir dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung
dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang disebabkan
aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan hutan-hutan, sampah plastik dan lain-
lain (Sukmara. et al., 2001).

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Mengukur parameter fisika-kimia perairan di sekitar Pulau Tikus
2. Mengidentifikasi jenis-jenis karang penyusun ekosistem terumbu karang di Pulau
Tikus, dan
3. Mengidentifikasi jenis-jenis ikan karang yang terdapat di ekosistem terumbu
karang di TWA Pulau Tikus.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui kondisi
Terumbu Karang di Perairan Pulau Tikus dan Penemukenalan serta Pengembangan
Plasma Nutfah Lokal Potensial
BAB IV. METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga November 2011.
Lokasi sampling dilakukan di Pulau Tikus Kabupaten Bengkulu Tengah. Identifikasi
jenis-jenis karang penyususn terumbu dilakukan di Laboratorium Perikanan.
Identifikasi jenis-jenis ikan karang dilakukan di Kebun Biologi JPMIPA FKIP UNIB.

4.2 Metodologi Penelitian

4.2.1 Pengukuran data parameter fisika-kimia perairan


Parameter fisika-kimia yang diukur ditampilkan pada Tabel 1. Pengukuran
dilakukan pada tiga stasiun pada tiga sudut pulau Tikus.
Tabel 1. Parameter fisika-kimia perairan yang diukur beserta alat pengukuran yang
digunakan
No Parameter Satuan Alat
A. Fisika Air
o
1. Suhu Perairan C Termometer Hg
2. Kecerahan cm Secchi disk
3. Kedalaman cm Tongkat Berskala
4. Kecepatan Arus m/s Bahan Apung dan Stopwatch
B. Kimia Air
1. Derajat Keasaman (pH) pH indikator
o
2. Salinitas /oo Refraktometer

4.2.2 Pengambilan data keragaman jenis karang


Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ekosistem terumbu karang di
lapangan antara lain : Peralatan SCUBA Diving, Alat tulis bawah air, Underwater
camera, Roll meter, Buku identifikasi karang, ikan karang, dan Perahu.
Penentuan stasiun penelitain dilakukan berdasarkan hasil survei langsung pada
ekosistem terumbu karang yang terdapat di Pulau Tikus. Penelitian ini dibagi tiga sub
stasiun. Sub stasiun satu dengan yang lainnya mempunyai jarak yang sama dan
masing-masing sub stasiun dilakukan pengamatan kondisi terumbu karang dengan
metode transek garis. Transek dilakukan di tiga sub stasiun menggunakan roll meter
sepanjang 10 meter dan jarak antar sub stasiun 5 meter. Jadi luasan terumbu karang
yang terwakili dalam pengamatan ini seluas 100 m2 (Gambar 1).

Gambar 1. Plot pengambilan contoh terumbu karang tiap substasiun pengamatan

4.2.3 Pengambilan Data Ikan Karang


Bahan yang digunakan untuk analisis ikan yang berasosiasi dengan terumbu
karang adalah: formalin 4% dan 10%, alkohol 70%, aquades, kertas tissue, kertas
label, kertas kalkir, rapido ukuran 0.3, spidol dengan permanen marker, karet gelang,
peralatan menulis (buku lapangan, pensil 2B, penghapus dan lain-lain), lembar kertas
data (data sheet), lakban, isolasi dan gunting (Rachmatika et al. 2004).
Data ikan karang diperoleh dengan metode sensus terhadap semua jenis ikan
karang yang ditangkap. Metode penangkapan yang digunakan antara lain: pancing
dengan berbagai ukuran mata pancing, jala dan serok. Penangkapan ikan dengan
serok digunakan sambil menyelam dengan menyewa jasa pengumpul ikan hias. Ikan
karang hanya dikoleksi sebanyak dua ekor untuk setiap jenis yang tertangkap. Ikan-
ikan yang telah di koleksi diawetkan dengan alkohol 70%. Pengawetan awal ikan
dilakukan di lapangan, sedangkan pengawetan lanjut dilakukan di Kebun Biologi,
JPMIPA Universitas Bengkulu. Identifikasi ikan dilakukan di Kebun Biologi
JPMIPA, Universitas Bengkulu. Buku acuan identifikasi yang digunakan adalah
Kuiter dan Tonozuka (2001), dan Kuiter dan Debelius (2006) dan beberapa pustaka
yang lain. Spesies yang membutuhkan identifikasi lebih lanjut dirujuk ke jasa
identifikasi ikan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) LIPI.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Data Karang

Pengamatan substrat dasar pada ekosistem terumbu karang dilakukan dengan


metode Line Intercept Transect (transek garis menyinggung) dengan panjang transek
10 m (English et al., 1997). Data yang dicatat adalah bentuk pertumbuhan (lifeform)
substrat dasar (Tabel 2) dan genus karang yang bersinggungan dengan transek garis
atau yang ada di dalam area jelajah kolektor data. Hasil analisis data dari metode ini
adalah persen penutupan karang keras dan tipe substrat dasar lainnya serta jenis dan
jumlah genus karang keras (hard coral).

Tabel 2. Daftar pengelompokan komponen dasar penyusun ekosistem terumbu


karang di lokasi pengamatan
KATEGORI KODE DESKRIPSI

HARD CORAL
Dead Coral DC karang yang telah mati
karang yang telah mati, koloni karang masih
Dead Coral with Algae DCA
utuh dan telah ditumbuhi oleh alga
jenis Acropora yang pada koloninya terdapat
Branching ACB
percabangan sekunder
Encrusting ACE bentuk pertumbuhan mengkerak
Acropora Submassive ACS bentuk pertumbuhan koloni seperti bonggol
Digitate ACD bentuk pertumbuhan menjari
Tabular ACT bentuk pertumbuhan menyerupai meja
Branching CB pada koloni terdapat percabangan sekunder
Encrusting CE bentuk pertumbuhan mengkerak
Foliose CF bentuk pertumbuhan koloni berupa lembaran

Non- Submassive CS bentuk pertumbuhan koloni seperti bonggol


Acropora Mushroom CMR bentuk koloni soliter
Heliopora CHL dikenal sebagai karang biru
Millepora CME dikenal sebagai karang api
Tubipora CTU dikenal sebagai karang pipa, karang merah
KATEGORI KODE DESKRIPSI

NON-HARD CORAL AND ALGAE


Soft Coral SC dikenal sebagai karang lunak
Sponge SP spons
Zoanthids ZO contoh: Platythoa
Others OT organisme bentik lain, misisalnya anemon
Algal
AA terdiri dari banyak jenis alga
Assemblage
Halimeda HA alga makro berkapur
Algae Coraline
CA alga makro berangka kapur lainnya
Alga
Macroalge MA alga makro tidak berkapur, mis. Caulerpa.
Turf Alga TA kumpulan alga yang menyerupai semak
ABIOTIC
Sand S pasir
Rubble R patahan karang
Abiotic Silt Si lumpur berpasir
(substrat)
celah yang dalam dan lebih dari 50 cm dari
Water WA
transek
Rock RCK batu
Miscellaneous DDD data yang terlewat

4.3.2 Jenis ikan karang


Data morfologi sampel ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk
mempertelakan masing-masing spesies. Pertelaan karakter yang didapat dikumpulkan
sebagai bahan dasar untuk kunci identifikasi spesies ikan karang di Propinsi
Bengkulu.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Hidrooseanografi di Perairan Pulau Tikus


Gambaran mengenai kualitas perairan diinformasikan melalui pengukuran
terhadap beberapa parameter fisika-kimia perairan (suhu, salinitas, derajat keasaman,
kecepatan arus, kecerahan dan visibility. Secara umum, kondisi hidrooseanografi di
semua lokasi pengamatan masih tergolong baik dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan biota-biota laut, terutama terumbu karang.
Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan di Pulau Tikus,
dapat dikatakan bahwa kualitas air di tiga lokasi pengamatan tersebut adalah
homogen, kecuali dalam hal kecepatan arus. Hal ini dapat dilihat dari beberapa nilai
parameter fisika-kimia yang sama di setiap lokasi. Suhu perairan di ketiga lokasi
pengamatan adalah 29 0C. Demikian juga dengan salinitas dan, nilai parameter
tersebut diketiga stasiun adalah sama. Hasil pengukuran terhadap kadar salinitas
adalah 32‰. Visibility atau jarak pandang di kolom perairan 100% atau bisa terlihat
sampai ke dasar perairan, kondisi ini sangat mendukung untuk melakukan aktivitas di
dalam kolom perairan.
Pergerakan massa air kolom atau arus tertinggi terdapat pada Stasiun 2 (1.6
m/detik) dan terendah pada Stasiun 1 (0.8 m/detik), kecepatan arus ini cukup tinggi.
Secara keseluruhan kondisi fisika kimia perairan pada ketiga stasiun pengukuran
dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang di perairan Pulau Tikus. Nilai-nilai
parameter fisika-kimia perairan di lokasi pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Posisi geografi pengamatan dan nilai-nilai parameter fisika-kimia perairan
Titik Pengamatan
Parameter 0
No. S: 03 50.353 S: 03050.364 S: 03049.998
Yang Diukur
E: 102010.723 E: 102010.872 E: 102010.861
0 0
1. Suhu 29.5 C 29 C 29 0C
2. Salinitas 32 0/00 32 0/00 32 0/00
3. Arus 0.8 m/dt 1.6 m/dt 1.9 m/dt
4. Kedalaman 1.2 m 1.5 m 9.5 m
5. DO 8.4 mg/l 8.4 mg/l 8.3 mg/l
6. Kecerahan 100 % 100 % 75%
5.2 Data Karang
Pulau Tikus terletak di sebelah barat Bengkulu, lebih kurang satu jam
perjalanan dengan motor boat dari Bengkulu. Survei terumbu karang di P. Tikus
dilakukan dengan metode Line transect (LIT), kedalaman survei berkisar 1 – 3 meter.
Pada saat pengamatan di lapangan, kondisi perairan berada pada kategori baik,
dimana tingkat kecerahan dan visibility berkisar antara 100%. Kondisi gelombang
relative besar yaitu dengan tinggi ± 1 meter, arus kolom perairan dapat dikategorikan
sedang karena aktivitas arus mengelilingi pulau. Pengamatan terhadap karang
dikelompokkan menjadi dead coral, Acropora, non-acropora, others dan substrat.
Kondisi persentase penutupan karang hidup baik acropora maupun non-
acropora dalam kondisi baik dengan penutupan mencapai 78.67%. Sementara untuk
persen penutupan alga kurang dari 3%. Tingkat kematian karang termasuk kategori
tinggi mencapai 14%, penyebab utama kematian karang di Pulau Tikus adalah
aktivitas nelayan harian yang mencari ikan di bagian pinggir sampai dengan tubir
dengan berjalan kaki sehingga merusak karang. Hasil analisis data mengenai
persentase penutupan substrat dasar disajikan pada Gambar 2.

Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Tikus

80 74.37
Persentase Penutupan (%)

70
60
50
40
30
20 14
10 4.3 2.99 2.33
0
dead coral Acropora Non-acropora Other Substrat

Gambar 2. Persentase penutupan karang dan substrat lainnya di Pulau Tikus


Kategori othere dan subtrat lainnya berupa pasir, batu cukup rendah masing-
masing 2.99% dan 2.33% Komposisi bentik penyusun substrat dasar di lokasi
pengamatan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Survei LIT dengan SCUBA diving di P. Tikus

Kategori Penutupan (%)


Coral
Dead Coral 14.00
Bleaching Coral 0.00
Acropora
Branching 3.63
Digitate 0.00
Submassive 0.67
Tabulate 0.00
Non-Acropora
Branching 7.83
Massive 25.87
Encrusting 3.67
Foliose 1.00
Submassive 34.33
Heliophora sp 1.67
Mushroom 0.00
Other Life Form
Soft Coral 0.00
Sponges 0.33
Other Benthic Life Form
Coralline Algae 2.33
Alga Assemblage 2.33
Seagrass 0.00
Substrata
Silt 0.00
Sand 0.00
Ruble 2.33
Rock 0.00
100.00
TOTAL

Jenis terumbu karang di P. Tikus adalah terumbu karang tepi (fringing reef).
Bentuk pertumbuhan karang yang umumnya kecil-kecil dan pendek-pendek
menandakan bahwa daerah ini (pada lokasi sampling) merupakan daerah dengan arus
dan gelombang yang cukup kuat. Jenis karang yang ditemukan di Pulau Tikus
Ti Dapat
di lihat pada Gambar 3 di bawah
b ini.

(a) Karang foliose (b) Karang submasive

(c) Karang branching (d) Karang massive

(e) Karang branching (f)) Karang submassive

Gambar 3. Tipe-tipe
tipe pertumbuhan koloni karang di perairan Pulau Tikus Kota
Bengkulu
Hasil analisis mengenai keanekaragaman, keseragaman dan dominansi
terumbu karang di Pulau Tikus tergolong sedang. Nilai Indeks keseragaman relatif
merata di kesemua daerah pengamatan dengan kisaran nilai 0,788 s/d 0,876. Pada
kisaran nilai ini kesemua daerah termasuk memiliki ekosistem yang stabil. Bila
mengacu pada indeks mortalitas maka lokasi pengamatan memiliki tingkat kematian
karang sangat tinggi yakni 14 %. Informasi yang lebih jelas mengenai indeks
keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan indeks mortalitas karang dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah spesies (S), jumlah individu (N), indeks keanekaragaman (H’),
indeks keseragaman (E), indeks dominansi (C) dan indeks mortalitas
karang (IMK)
Depth S N H' E C IMK Deskripsi
H' sedang, E
1–3m 14 34 2.156 0.817 0.168 0.857 tinggi & C
rendah

5.3 Data jenis ikan karang


Ada 33 jenis dari 20 famili ikan karang yang ditemukan dalam penelitian ini
(Tabel 6). Dua dari 20 famili yang ditemukan yaitu Scorpaenidae dan Dasyatidae
merupakan kelompok ikan berbisa tinggi (deathful venomous fishes). Salah satu jenis
dari famili Scorpaenidae, Pterois volitans merupakan komoditas ikan hias ekspor
bernilai tinggi.
Tabel 6. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di Pulau Tikus
No Nama Lokal Spesies Famili
1 Ikan Karang Acanthurus lineatus Acanthuridae
2 Butana kasur Acanthurus triostegus Acanthuridae
3 Butana naso Naso unicornis Acanthuridae
4 Ikan sisik keras Aterina sp. Aterinidae
5 Ikan Jabung Balistapus undulates Balistidae
6 Ikan Gerigak Carangoides sp. Carangidae
7 Bandeng laut Valamugil cunnesius Chanidae
8 Ikan Moncos Sp1 Clupeidae
9 Pari totol biru Taeniura lymna Dasyatidae
10 Buntal berduri Diodon helocanthus Diodontidae
11 Serandang Myripristis murdjan Holocentridae
12 Bayam-bayam kuning Bodianus mesothorax Labridae
13 Ikan Bayam Halichoeres melanurus Labridae
14 Kerong putih Lutjanus fulvus Lutjanidae
15 Ikan Tanduk Lutjanus gibbus Lutjanidae
16 Jarang Gigi Lutjanus lunatus Lutjanidae
17 Ikan Pinang-Pinang Parupeneus makronema Mullidae
18 Ikan Bajan Echidna nebulosa Muraenidae
19 Mato Gedang Scolopsis bilinata Nemipterdae
20 Scolopsis ciliate Nemipteridae
21 Kakap Merah Scolopsis vosmeri Nemipteridae
22 Bondan karang Parapercis sp. Pinguipedidae
23 Ikan scorpion Pterois volitans Scorpaenidae
24 Lepu batu Scorpaenopsis diobolus Scorpaenidae
25 Sumada racun Scorpaenopsis novaguinea Scorpaenidae
26 Kerapu Hijau Cephalopolis guoyanus Serranidae
27 Kerapu Epinephelus faveatus Serranidae
28 Cabe-cabe Siganus canaliculatus Siganidae
29 Belang Karang Siganus spinus Siganidae
30 Belang karang Siganus virgatus Siganidae
31 Buntal gundul Arothron immaculatus Tetraodontidae
32 Ikan Buntal Lagocephalus inermis Tetraodontidae
33 Baledang Trichurus lepturus Trichiuridae

Tiga famili dengan spesies terbanyak yang ditemukan penelitian ini adalah
kelompok ikan pangan (target) terbesar di Indonesia. Tiga famili ini adalah Siganidae,
Lutjanidae, Acanthuridae, Siganidae. Jenis yang ditemukan untuk masing-masing
famili ini adalah 3 jenis. Jenis ikan target terbanyak di Indonesia secara berturut-turut
adalah Siganidae (40%), Lutjanidae (25%) dan Acanthuridae (18.4%) (Allen &
Adrim, 2003). Komposisi ikan target ini lebih kecil dibandingkan dengan yang
ditemukan Adrim (2007) pada terumbu karang di Pulau Enggano. Adrim (2007),
menemukan ikan target terbesar di Pulau Enggano secara berturut-turut adalah
Lutjanidae (10 jenis), Acanthuridae (9 jenis) dan Siganidae (8 jenis). Perbedaan ini
diduga karena metode pengambilan sampel Adrim (2007) lebih terstruktur dan
menggunakan metode pengambilan sampel yang lebih lengkap. Penelitian Adrim
(2007) dilakukan pada dua kedalaman (3 meter dan 10 meter) dan menggunakan
teknik cacah (sensus) visual.
Jenis ikan karang di Pulau Tikus memiliki keragaman famili yang tinggi. 33
jenis yang ditemukan terbagi dalam 20 famili. Penelitian Adrim (2007) di Pulau
Enggano menemukan 190 jenis ikan karang, akan tetapi hanya terbagi dalam 22
famili. Berbeda dengan metode penalitian ini, penelitian Adrim (2007) menggunakan
teknik visual sensus, sehingga seharusnya memiliki keragaman famili yang lebih
tinggi. Teknik visual sensus adalah mengidentifikasi semua jenis yang teramati atau
terekam pada kamera/video bawah air. Tingginya tingkat keragaman famili ikan
karang di Pulau Tikus merupakan hal yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Letak Pulau Enggano yang lebih terisolir dan masih minim dari dampak ekologi
manusia seharusnya menjadikan Pulau ini memiliki keragaman famili yang lebih
tinggi.
Penelitian ini tidak mengidentifikasi ikan karang yang diperoleh melalui foto
bawah air untuk menghindari kesalahan taksonomi. Identifikasi melalui foto visual
membutuhkan ketelitian dan pengalaman yang sangat tinggi karena karakter yang
samar atau ragu tidak dapat dirujuk pada individu secara langsung. Analisis foto
bawah air hasil penelitian ini hanya dapat dilakukan hingga pada tingkat famili.
Sebagian besar kelompok ikan yang teramati pada foto bawah air adalah dari famili
Pomacentridae. Hal lain yang teramati adalah sebagian besar ikan yang terdapat pada
foto visual penelitian ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang ikan yang
tertangkap.
Belum ada satupun jenis ikan karang di Pulau Tikus yang termasuk dalam
daftar terancam punah (vulnerable) oleh IUCN (www.redlist.org). Namun demikian,
hal ini bukan berarti bahwa spesies ikan karang di Pulau Tikus tidak membutuhkan
aksi konservasi. Pterois volitans sebagai jenis ikan hias spektakuler sebenarnya
merupakan jenis ikan karang yang sudah terancam keberadaannya di habitat alami.
IUCN tidak memasukkan P. volitans sebagai spesies vulnerable karena jenis ini
sudah berhasil dibudidayakan di akuarium (Whitfield et al. 2002).
Belum ada estimasi populasi P. volitans secara pasti di habitat alaminya,
terutama di Indonesia, sehingga perlindungan habitat P. volitans mutlak diperlukan.
Spesies ini juga masih terus diperdebatkan status taksonominya karena sangat mirip
dengan beberapa spesies Pterois lain terutama dengan P. miles (Kochzius et al.
2003). Kedua spesies ini diduga sibling, karena menempati habitat yang sangat
berbeda (samudera Pasifik dan Hindia). Belum ada studi genetik yang menguji
apakah spesies P. volitans yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera sama dengan P.
volitans yang sudah berhasil dibudidayakan dan direstocking di laut Mediterrania.

BAB VI. KESIMPULAN

Secara keseluruhan kondisi fisika kimia perairan pada ketiga stasiun


pengukuran dapat mendukung pertumbuhan terumbu karang di perairan Pulau Tikus.
Kondisi persentase penutupan karang hidup baik acropora maupun non-acropora
dalam kondisi baik dengan penutupan mencapai 78.67%. Sementara untuk persen
penutupan alga kurang dari 3%. Tingkat kematian karang termasuk kategori tinggi
mencapai 14%, penyebab utama kematian karang di Pulau Tikus adalah aktivitas
nelayan harian yang mencari ikan di bagian pinggir sampai dengan tubir dengan
berjalan kaki sehingga merusak karang. Jenis terumbu karang di P. Tikus adalah
terumbu karang tepi (fringing reef). Bentuk pertumbuhan karang yang umumnya
kecil-kecil dan pendek-pendek menandakan bahwa daerah ini (pada lokasi sampling)
merupakan daerah dengan arus dan gelombang yang cukup kuat.
Terdapat 33 jenis dari 20 famili ikan karang ditemukan dalam penelitian ini.
Dua dari 20 famili yang ditemukan yaitu Scorpaenidae dan Dasyatidae merupakan
kelompok ikan berbisa tinggi (deathful venomous fishes). Salah satu jenis dari famili
Scorpaenidae, Pterois volitans merupakan komoditas ikan hias ekspor bernilai tinggi.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Bapak M. Adrim di LON LIPI atas bantuannya
mengoreksi identifikasi ikan karang yang ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA

Adrim M. 2007. Komunitas ikan karang di perairan Pulau Enggano Propinsi


Bengkulu. Oseanologi dan Limnologi Indonesia 33: 139-158.

Allen GR, Adrim M. 2003. Review article; coral reef fishes of Indonesia. Zoological
Studies 42: 1-72.

[IUCN] The International Union for Conservation of Nature. 2008. IUCN 2008 Red
List of Threatened Spesies. www.redlist.org. [07 November 2011].

Kochzius M, Soller R, Khalaf MA, Blohm D. 2003. Molecular phylogeny of the


lionfish genera Dendrochirus and Pterois (Scorpaenidae, Pteroinae) based on
mitochondrial sequences. Molecular Phylogentic Evoluton 28: 396-403.

Kuiter RH, Debelius H. 2006. World Atlas of Marine Fishes. Unterwasserarchiv.


Frankfurt, Germany.

Kuiter RH, Tonozuka T. 2001. Pictorial Guide to Indonesian Reef Fishes, part 1-4.
Zoonetics. Australia.

Nybakken, 1992. Biologi Laut. Sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia.
Jakarta.

Rachmatika I, Dewantoro GW, Sauri S. 2004. Fauna Ikan di Sungai Cimadur,


Ciujung dan Ciberang di Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, Kabupaten
Lebak, Banten. Edisi khusus: Biodiversitas Taman Nasional Gunung Halimun
(III). Berit Biol 7 :33-40.

Suharsono. 1998. Condition of Coral Reef Resources in Indonesia. Indonesia Journal


of Coastal and Marine Resources Management. PKSPL – IPB. Volume 1, No.2.

Sukmara, A., Siahainenia, A.J., Rotinsulu, R. 2001. Panduan Pemantauan terumbu


Karang Berbasis Masyarakat Dengan Metoda Manta Tow. Proyek Pesisir-
CRMP Indonesia.

Whitfield PE, Gardner T, Vives SP, Gilligan MR, Courtenay WR, Ray GC, Hare JA.
2002. Biological invasions of the Indo-Pacific lionfish Pterois volitans along
the Atlantic coast of North America. Marine Ecology Progress Series 23:289-
297.
DRAFT PUBLIKASI ILMIAH

Jurnal Target: Oceanologi dan Limnologi Indonesia (terakreditasi), LON LIPI


Seminar Target: Seminar Ikatan Sarjana Oseanografi Indonesia (ISOI), Denpasar,
Oktober 2012.

KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU TIKUS BENGKULU

Pendahuluan
Pulau Tikus adalah pulau karang yang terletak sekitar 90 mil dari pantai Kota
Bengkulu ke arah Samudera Hindia. Pulau Tikus merupakan pulau terdekat ke Kota
Bengkulu dengan luas kawasan sekitar 2,50 ha. Pulau Tikus telah ditetapkan sebagai
Taman Wisata Alam (TWA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
383/Kpts-II/1985 tanggal 27 Desember 1985.
TWA Pulau Tikus merupakan kawasan perairan yang sangat vital. Ekosistem
Pulau Tikus berperan penting dalam siklus kehidupan ikan, udang, kepiting, reptil
dan aneka fauna laut lain. TWA Pulau Tikus juga merupakan tempat berdirinya
mercusuar yang menjadi rambu bagi nahkoda kapal di perairan Bengkulu. Selain itu,
Pulau Tikus juga berperan sebagai pedoman arah dan tempat persinggahan nelayan-
nelayan tradisional. Potensi lain adalah daya tarik kepariwisataan di Pulau Tikus,
karena pulau ini dapat dijangkau hanya dengan 1 jam perjalanan kapal nelayan dari
Kota Bengkulu.
Pengamatan selama 4 tahun terakhir (2007-2011), Pulau Tikus mengalami
degradasi kawasan yang sangat hebat. Terjadi abrasi yang sangat parah terutama pada
sisi pulau yang menghadap daratan Sumatera. Banyak kematian dan kerusakan
karang yang diduga terutama diakibatkan adanya bleaching. Aktivitas bleaching
terjadi karena kawasan Pulau Tikus adalah berada pada kawasan lempeng tektonik
yang cenderung terangkat ke permukaan. Aktivitas pencarian hasil laut yang
membahayakan karang juga banyak dilakukan masyarakat seperti pencarian gurita
dengan kait besi dan pencarian ikan hias dengan aliran listrik (setrum). Produktivitas
karang juga diduga terhambat karena adanya aktivitas muat kapal tongkang
pengangkut batu bara. Tumpahan dan ceceran batubara sudah menutupi sebagian
permukaan terumbu karang di sekitar pulau tikus. Berdasarkan kondisi ini, maka
diperlukan kajian awal untuk menginventarisasi komponen penyusun ekosistem
terumbu karang di kawasan TWA Pulau Tikus. Komponen ekosistem yang akan
dipelajari dalam penelitian ini adalah jenis-jenis ikan karang yang berasosiasi dengan
terumbu karang.

Metode Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April hingga November 2011.
Lokasi sampling dilakukan di Pulau Tikus Kabupaten Bengkulu Tengah. Identifikasi
jenis-jenis ikan karang dilakukan di Kebun Biologi JPMIPA FKIP UNIB.

Metodologi Penelitian

Pengambilan Data Ikan Karang


Data ikan karang diperoleh dengan metode sensus terhadap semua jenis ikan
karang yang ditangkap. Metode penangkapan yang digunakan antara lain: pancing
dengan berbagai ukuran mata pancing, jala dan serok. Penangkapan ikan dengan
serok digunakan sambil menyelam dengan menyewa jasa pengumpul ikan hias. Ikan
karang hanya dikoleksi sebanyak dua ekor untuk setiap jenis yang tertangkap. Ikan-
ikan yang telah di koleksi diawetkan dengan alkohol 70%. Pengawetan awal ikan
dilakukan di lapangan, sedangkan pengawetan lanjut dilakukan di Kebun Biologi,
JPMIPA Universitas Bengkulu. Identifikasi ikan dilakukan di Kebun Biologi
JPMIPA, Universitas Bengkulu. Buku acuan identifikasi yang digunakan adalah
Kuiter dan Tonozuka (2001), dan Kuiter dan Debelius (2006) dan beberapa pustaka
yang lain. Spesies yang membutuhkan identifikasi lebih lanjut dirujuk ke jasa
identifikasi ikan Lembaga Oseanografi Nasional (LON) LIPI.
Bahan yang digunakan untuk analisis ikan yang berasosiasi dengan terumbu
karang adalah: formalin 4% dan 10%, alkohol 70%, aquades, kertas tissue, kertas
label, kertas kalkir, rapido ukuran 0.3, spidol dengan permanen marker, karet gelang,
peralatan menulis (buku lapangan, pensil 2B, penghapus dan lain-lain), lembar kertas
data (data sheet), lakban, isolasi dan gunting (Rachmatika et al. 2004).
Analisis Data
Data morfologi sampel ikan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif untuk
mempertelakan masing-masing spesies. Pertelaan karakter yang didapat dikumpulkan
sebagai bahan dasar untuk kunci identifikasi spesies ikan karang di Propinsi
Bengkulu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ada 33 jenis dari 20 famili ikan karang yang ditemukan dalam penelitian ini
(Tabel 1). Dua dari 20 famili yang ditemukan yaitu Scorpaenidae dan Dasyatidae
merupakan kelompok ikan berbisa tinggi (deathful venomous fishes). Salah satu jenis
dari famili Scorpaenidae, Pterois volitans merupakan komoditas ikan hias ekspor
bernilai tinggi.
Tabel 1 Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di Pulau Tikus
No Nama Lokal Spesies Famili
1 Ikan Karang Acanthurus lineatus Acanthuridae
2 Butana kasur Acanthurus triostegus Acanthuridae
3 Butana naso Naso unicornis Acanthuridae
4 Ikan sisik keras Aterina sp. Aterinidae
5 Ikan Jabung Balistapus undulates Balistidae
6 Ikan Gerigak Carangoides sp. Carangidae
7 Bandeng laut Valamugil cunnesius Chanidae
8 Ikan Moncos Sp1 Clupeidae
9 Pari totol biru Taeniura lymna Dasyatidae
10 Buntal berduri Diodon helocanthus Diodontidae
11 Serandang Myripristis murdjan Holocentridae
12 Bayam-bayam kuning Bodianus mesothorax Labridae
13 Ikan Bayam Halichoeres melanurus Labridae
14 Kerong putih Lutjanus fulvus Lutjanidae
15 Ikan Tanduk Lutjanus gibbus Lutjanidae
16 Jarang Gigi Lutjanus lunatus Lutjanidae
17 Ikan Pinang-Pinang Parupeneus makronema Mullidae
18 Ikan Bajan Echidna nebulosa Muraenidae
19 Mato Gedang Scolopsis bilinata Nemipterdae
20 Scolopsis ciliate Nemipteridae
21 Kakap Merah Scolopsis vosmeri Nemipteridae
22 Bondan karang Parapercis sp. Pinguipedidae
23 Ikan scorpion Pterois volitans Scorpaenidae
24 Lepu batu Scorpaenopsis diobolus Scorpaenidae
25 Sumada racun Scorpaenopsis novaguinea Scorpaenidae
26 Kerapu Hijau Cephalopolis guoyanus Serranidae
27 Kerapu Epinephelus faveatus Serranidae
28 Cabe-cabe Siganus canaliculatus Siganidae
29 Belang Karang Siganus spinus Siganidae
30 Belang karang Siganus virgatus Siganidae
31 Buntal gundul Arothron immaculatus Tetraodontidae
32 Ikan Buntal Lagocephalus inermis Tetraodontidae
33 Baledang Trichurus lepturus Trichiuridae

Tiga famili dengan spesies terbanyak yang ditemukan penelitian ini adalah
kelompok ikan pangan (target) terbesar di Indonesia. Tiga famili ini adalah Siganidae,
Lutjanidae, Acanthuridae, Siganidae. Jenis yang ditemukan untuk masing-masing
famili ini adalah 3 jenis. Jenis ikan target terbanyak di Indonesia secara berturut-turut
adalah Siganidae (40%), Lutjanidae (25%) dan Acanthuridae (18.4%) (Allen &
Adrim, 2003). Komposisi ikan target ini lebih kecil dibandingkan dengan yang
ditemukan Adrim (2007) pada terumbu karang di Pulau Enggano. Adrim (2007),
menemukan ikan target terbesar di Pulau Enggano secara berturut-turut adalah
Lutjanidae (10 jenis), Acanthuridae (9 jenis) dan Siganidae (8 jenis). Perbedaan ini
diduga karena metode pengambilan sampel Adrim (2007) lebih terstruktur dan
menggunakan metode pengambilan sampel yang lebih lengkap. Penelitian Adrim
(2007) dilakukan pada dua kedalaman (3 meter dan 10 meter) dan menggunakan
teknik cacah (sensus) visual.
Jenis ikan karang di Pulau Tikus memiliki keragaman famili yang tinggi. 33
jenis yang ditemukan terbagi dalam 20 famili. Penelitian Adrim (2007) di Pulau
Enggano menemukan 190 jenis ikan karang, akan tetapi hanya terbagi dalam 22
famili. Berbeda dengan metode penalitian ini, penelitian Adrim (2007) menggunakan
teknik visual sensus, sehingga seharusnya memiliki keragaman famili yang lebih
tinggi. Teknik visual sensus adalah mengidentifikasi semua jenis yang teramati atau
terekam pada kamera/video bawah air. Tingginya tingkat keragaman famili ikan
karang di Pulau Tikus merupakan hal yang membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Letak Pulau Enggano yang lebih terisolir dan masih minim dari dampak ekologi
manusia seharusnya menjadikan Pulau ini memiliki keragaman famili yang lebih
tinggi.
Penelitian ini tidak mengidentifikasi ikan karang yang diperoleh melalui foto
bawah air untuk menghindari kesalahan taksonomi. Identifikasi melalui foto visual
membutuhkan ketelitian dan pengalaman yang sangat tinggi karena karakter yang
samar atau ragu tidak dapat dirujuk pada individu secara langsung. Analisis foto
bawah air hasil penelitian ini hanya dapat dilakukan hingga pada tingkat famili.
Sebagian besar kelompok ikan yang teramati pada foto bawah air adalah dari famili
Pomacentridae. Hal lain yang teramati adalah sebagian besar ikan yang terdapat pada
foto visual penelitian ini berukuran lebih kecil dibandingkan dengan yang ikan yang
tertangkap.
Belum ada satupun jenis ikan karang di Pulau Tikus yang termasuk dalam
daftar terancam punah (vulnerable) oleh IUCN (www.redlist.org). Namun demikian,
hal ini bukan berarti bahwa spesies ikan karang di Pulau Tikus tidak membutuhkan
aksi konservasi. Pterois volitans sebagai jenis ikan hias spektakuler sebenarnya
merupakan jenis ikan karang yang sudah terancam keberadaannya di habitat alami.
IUCN tidak memasukkan P. volitans sebagai spesies vulnerable karena jenis ini
sudah berhasil dibudidayakan di akuarium (Whitfield et al. 2002).
Belum ada estimasi populasi P. volitans secara pasti di habitat alaminya,
terutama di Indonesia, sehingga perlindungan habitat P. volitans mutlak diperlukan.
Spesies ini juga masih terus diperdebatkan status taksonominya karena sangat mirip
dengan beberapa spesies Pterois lain terutama dengan P. miles (Kochzius et al.
2003). Kedua spesies ini diduga sibling, karena menempati habitat yang sangat
berbeda (samudera Pasifik dan Hindia). Belum ada studi genetik yang menguji
apakah spesies P. volitans yang terdapat di Pesisir Barat Sumatera sama dengan P.
volitans yang sudah berhasil dibudidayakan dan direstocking di laut Mediterrania.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Bapak M. Adrim di LON LIPI atas bantuannya
mengoreksi identifikasi ikan karang yang ditemukan.
SINOPSIS PENELITIAN LANJUTAN

Keberadaaan Pterois volitans di kawasan karang Pulau Tikus merupakan hal


yang sangat menarik untuk dipelajari. Spesies ini merupakan ikan karang bernilai
ekonomis tinggi. Pterois volitans telah berhasil dibudidayakan dan direstocking di
sekitar Laut Mediterania. Namun demikian, hasil penelitian Allen dan Erdman (2008)
menemukan spesies ini memiliki variasi yang sangat besar. Enam individu yang
diduga P. volitans yang dikoleksi dari Kepulauan Halmahera dan Papua ternyata
terdiri dari dua spesies, P. volitans dan P. andover. P. volitans yang ditemukan di
Papua juga ternyata berbeda dengan yang ditemukan di Australia. Diperlukan
penelitian yang lengkap dari segi morfometrik-meristik, genetik dan ekologi untuk
memastikan P. volitans yang ditemukan di Pulau Tikus adalah spesies yang sama
dengan P. volitans yang sudah berhasil didomestikasi. P. volitans adalah ikan hias
nomor satu yang selalu diburu nelayan. Jika ternyata P. volitans yang terdapat di
Pulau Tikus berbeda dengan P. volitans yang sudah berhasil didomestikasi, maka
dapat dipastikan P. volitans yang terdapat di Pulau Tikus berada dalam kondisi yang
rentan. Hingga saat ini, tidak ada satu penelitianpun yang mempelajari aspek ekologi
spesies ini.

Allen GR, Erdmann MV. 2008. Pterois andover, a new species of scorpionfish
(Pisces;Scorpaenidae) from Indonesia and Papua New Guinea. Aqua Special
Publication 13: 127-138.
Personalia Penelitian

1. Ketua Peneliti
Nama : Abdul Rahman, S.Si., M.Si
Jenis Kelamin : Laki-laki
NIP : 198120082 00604 01006
Disiplin Ilmu : Struktur Hewan
Pangkat / Golongan : Penata Muda/ IIIb
Jabatan Fungsional/Struktural : Lektor
Fakultas/ Jurusan : FKIP/ Pendidikan Biologi
Waktu untuk penelitian ini : 18 jam/minggu

2. Anggota Peneliti
Nama : Dewi Purnama, S.Pi., M.Si
Jenis Kelamin : Perempuan
NIP : 198102112006042001
Disiplin Ilmu : Biologi Laut
Pangkat / Golongan : Penata Muda/IIIa
Jabatan Fungsional/Struktural : Asisten Ahli /-
Fakultas/ Jurusan : Pertanian/ Peternakan
Waktu untuk penelitian ini : 18 jam/minggu
3. Tenaga Laboran : Sajarudin
4. Tenaga Lapangan : Achis Martua/Biologi Laut
Lampiran 1.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA PENELITI

1. Ketua Peneliti:
Nama Lengkap dan Gelar Akademik : Abdul Rahman, M.Si
Tempat dan Tanggal lahir : Koto Nopan, 20 Agustus 1981
Jenis kelamin : Laki-laki
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk 1/IIIb
NIP : 198120082 00604 01006
Bidang Keahlian : Struktur Hewan
Fakultas/Jurusan : KIP/Pendidikan Biologi
Alamat Kantor : Pend. Biologi JPMIPA FKIP, Jl. Raya
Kandang Limun, Bengkulu
Alamat Rumah : Jl. Lais-Argamakmur Km1, Desa
Jagobayo No 14, Kec. Lais,
Bengkulu Utara, Bengkulu
Pendidikan Terakhir : S2 Biosains Hewan, Institut Pertanian
Bogor
Pengalaman Penelitian
a. Histologis Kelenjar Racun Duri Keras Sirip Punggung Ikan Lele Laut Arius
thalassinus (Famili: Ariidae), Skripsi S1.
b. Studi Keanekaragaman Ikan Lele Laut Genus Arius di Pesisir Pantai
Padang, Pariaman dan Agam, Hibah Bersaing Due Like 2002 (Anggota).
c. Histologis Kelenjar Racun Duri Ekor Ikan Pari Payung Dasyatis sp, DIPA
UNIB tahun 2007 (Ketua).
d. Inventarisasi jenis-jenis ikan Berbisa dan Beracun di Pulau Tikus dan Pesisir
Pantai Bengkulu, Mandiri (Ketua).
e. Keragaman struktur morfologis dan gen Cytochrome b DNA Mitokondria
Kryptopterus spp. dan Ompok spp. di DAS Batang, Hari Jambi, Tesis S2.

Bengkulu, 11 November 2011

Abdul Rahman, S.Si., M.Si


2. Anggota Peneliti:
a. Nama Lengkap dan Gelar :
Dewi Punama, S.Pi.,M.Si.
b. Tempat, Tanggal Lahir :
Talang Jawi, 11 Februari 1981
c. Jenis Kelamin :
Perempuan
d. NIP :
198102112006042001
e. Jabatan Fungsional :
Asisten Ahli
f. Jabatan Struktural - :
g. Bidang Keahlian :
Biologi Laut
h. Fakultas/Jurusan :
Pertanian/Peternakan
i. Pusat Penelitian :
Universitas Bengkulu
j. Alamat Kantor/Telp/Fax :
Jl. Raya Kandang Limun/(0736)21170 ext 209/
(0736) 22105
k. Alamat Rumah/Telp/Hp : Jl. S. Parman 7 No.64 Padang Jati (0736)22160/
081384222842
Pendidikan :
Tahun
Universitas dan Lokasi Gelar Bidang Studi
Selesai
Universitas Riau S.Pi 2003 Ilmu Kelautan
IPB M.Si 2011 Biologi Laut

Pengalaman Penelitian:
- Makanan dan Tingkat Kematangan Gonad Teripang Pasir (Holothuria
scabra) di Perairan Pantai Sekunyit Kabupaten Bengkulu Selatan (1999)
- Struktur komunitas padang lamun (sea grass) di perairan pantai kahyapu
kecamatan enggano kabupaten bengkulu utara (2006)
- Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPL-BM) Di Desa Sekunyit
Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu (2009)
- Studi Poliandri Pada Penyu Hijau (Chelonia mydas) Melalui Analisis DNA
Mikrosatelit (2010)

Bengkulu, 11 November 2011

Dewi Purnama, S.Pi., M.Si

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai