Anda di halaman 1dari 25

KEANEKARAGAMAN DAN PEMANFAATAN RUMPUT LAUT YANG

TERDAPAT DI PESISIR PANTAI SINAKE, KECAMATAN OBA UTARA


KEPULAUAN TIDORE

SEMINAR 1

OLEH :
Demeyanti Usman
05161911023

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
2023

1
LEMBARAN PERSETUJUAN

Judul Proposal : Keanekaragama Dan Pemanfaatan Rumput Laut di Pesisir


Pantai Sinake Kecamatan Oba Utara,Kepulauan Tidore
Nama : Demeyanti Usman
NPM : 05161911023
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Perairan
Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas : Khairun Ternate

Proposal ini telah disetujui dan disahkan pada


Ternate, Tanggal 31 Januari 2021

Dosen Pembimbing

Masyhkur Abdul Kadir, SPi.MSi


NIP . 1 97709142008121002

i
KATA PENGANTAR

Puji da syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT yany telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada penulis, sehingga
penulis proposal ini dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW yang telah membawa umatnya pada zaman
yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.
Penyusun proposal ini berjudul
“KEANEKARAGAMAN DAN
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT DI
PANTAI SINAKE, KECAMATAN OBA
UTARA KEPULAUAN TIDORE” ini sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata
kulia metode penelitian, program studi
manejemen sumber daya perairan, Fakultas
perikanan, Ternate. Selama pelaksanaan dan
penulisan proposal ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itupenulis mengucapkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada: Bapak Salim Abubakar,
S.P.,M.Si. selaku Dosen yang mata kuliah. Bapak
Masykhur Abdul.Kadir,SPi.MSi.
Akhit kata penulis berharap semoga
proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak pihak lain yang
berkepentingan.

Ternate,Januari 2023
Penulis

Demeyanti Usman

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN
LEMBARAN PERSETUJUAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian............................................................4
2.2 Kajian Tentang Rumput Laut....................................................................4
2.3 Jenis rumput laut Caulerpa sp dan Gelidium sp.......................................5
2.3.1. Habitat Rumput Laut.......................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................11
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian...........................................................................12
3.3.1. Kuesioner...............................................................................................13
3.4 Metode Analisis Data...................................................................................15

iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN

Tabel. 1. Peralatan yang digunakan selama Penelitian.....................................12


Tabel. 2. Parameter Kualitas Air......................................................................12
Tabel. 3. Kuesiooner.........................................................................................14

v
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1. Caulerpa sp..................................................................................... 4


Gambar 2. Gelidium sp..................................................................................... 5
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian..................................................................... 9

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara Kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang
pantai sekitar 81.000 km (Insan dan Dwi, 2008), Indonesia memiliki potensi
sumber daya hayati pesisir dan laut yang sangat besar. Keanekaragaman hayati
yang tersebar luas di seluruh Indonesia menjadikan Indonesia dijuluki dengan
sebutan Mega Biodiversity Country. Namun hingga saat ini, pemanfaatan sumber
daya hayati yang tersebar di seluruh Indonesia ini masih relatif rendah (Yudha
I.G. 2009) dalam ( Irfan Agustiawan. 2011). Indonesia merupakan negara maritim
dengan lebih dari 70% permukaan buminya didominasi oleh lautan (bahari).
Keanekaragaman ekosistem dan plasma nutfah yang dimiliki oleh Indonesia
sangat beragam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pemanfaatan
sumber daya alam hayati yang secara terus menerus tanpa memperhatikan
keadaan lingkungan sekitar dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati
yang dimiliki oleh negara ini. Rumput laut memegang peran penting secara
biologi dan ekologi pada ekosistem laut. Pada kawasan pantai, rumput laut
ditemukan di antara area pasang tertinggi dan surut terendah; dan pada kawasan
subtidal ditemukan hingga kedalaman di mana jangkauan intensitas cahaya masih
0,01% dari kebutuhan cahaya fotosintesis (Domettila et al., 2013)

Rumput laut merupakan ganggang (alga) makrobentik yaitu ganggang


berukuran besar dan menempel pada substrat dengan penyebaran mulai dari
daerah pasang surut terendah sampai perairan yang dangkal dalam suatu
lingkungan perairan laut (Trono and Ganzon, 1988) dalam ( Irfan Agustiawan.
2011).Perairan Indonesia mempunyai pantai yang panjang memiliki kekayaan
rumput laut yang melimpah sehingga dijuluki sebagai “Gudang Rumput Laut”.
Dari hasil ekspedisi Laut Siboga (189-1900) dari perairan Indonesia terdapat 555
jenis rumput laut di sepanjang pantai Indonesia.

Rumput laut merupakan salah satu dari berbagai sumber hayati laut yang dapat
dimanfaatkan secara ekonomis untuk manusia. Rumput laut banyak dimanfaatkan
untuk bahan makanan, bahan dasar obat-obatan maupun bahan dasar kosmetik.

1
Menurut Handayani (2006) dalam ( Irfan Agustiawan. 2011), beberapa jenis
rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku beberapa industri seperti
industri makanan, tekstil, keramik, kosmetik, pupuk dan fotografi. Bahkan di abad
ke 21 rumput laut secara besar-besaran dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk oleh
negara Prancis, Irlandia, Norwegia dan Scotlandia.

Rasyid A. (2004) dalam ( Irfan Agustiawan. 2011) beberapa jenis rumput laut
di Indonesia dapat digunakan sebagai obat, akan tetapi saat ini mengalami kendala
karena penelitian mengenai eksplorasi dan pengolahannya belum berkembang,
maka pemanfaatannya sampai saat ini sangat terbatas. Jenis-jenis rumput laut
yang telah banyak dimanfaatkan adalah Caulerpa, Sargassum, Gracilaria dan
Euchema .

Sekitar 555 jenis RumputLaut yang telah digunakan di bidang perikanan


dan industri. Diketahui juga rumput laut sudah lama dan terbiasa dijadikan
makanan dan obat oleh masyarakat di wilayah pesisir (Kadi, 2004) dalam ( Irfan
Agustiawan. 2011). Rumput laut berfungsi sebagai dasar dalam siklus rantai
makanan, karena dapat memproduksi berbagai zat organik melalui proses
fotosintesis yang berguna bagi lingkungan perairan. Selain sebagai produsen,
rumput laut juga berfungsi mengubah karbondioksida menjadi oksigen yang
berguna bagi hewan perairan. Rumput laut juga menjadi tempat asuhan bagi ikan-
ikan kecil yang bersembunyi dari pemangsa. Aspek ekologis rumput laut
merupakan informasi dasar yang sangat diperlukan dalam pengembangan dan
pemanfaatannya. Permasalahan ekosistem laut dan pesisir sangat kompleks
dengan interaksi yang dinamis akan memerlukan bentuk pengelolaan yang
didasarkan pada pengetahuan dan evaluasi pemanfaatan sumber daya hayati oleh
masyarakat, agar pemanfaatannya dapat berkelanjutan dan optimal.

Penurunan sumberdaya jenis rumput laut alam menjadikan studi


taksonomi dan keanekaragaman jenis sangat penting untuk pengelolaan
sumberdaya rumput laut yang lebih baik (Satheesh & Wesley, 2012). Data yang
dihasilkan dari keanekaragaman dan pemanfaatan jenis rumput laut akan sangat
membantu dalam berbagai aspek penelitian lainnya terkait kemudahan dalam
pengumpulan jenis rumput laut tertentu di alam (Sahayaraj et al., 2014) . pesisir

2
pantai sinake merupakan pesisir yang ekosistem perairannya sangat
mendukung untuk pertumbuhan rumput laut, akan tetapi penyebaran substrat yang
terdapat diperairan sinake sangatlah beragam, sehingga perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui keanekaragaman jenis rumput laut. Disamping itu pemanfaatan
belum optimal sehingga perlu adanya transparansi dari masyarakat di wilayah
perairan pesisir sinake. Hal ini untuk menunjang proses ekologi rumput laut untuk
pemanfaatan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Seberapa banyak keanekaragaman rumput laut di Perairan Pantai Sinake ?
2. Pemandaatan yang dilakukan terhadap rumput laut belum optimal ?
3. Kualitas air sebagai indikator bagi Pertumbuhan rumput laut di Perairan
Pantai Sinake ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui jenis dan pemanfaatan
rumput laut oleh masyarakat sekitar Pantai Sinake sehingga dapat berguna
sebagai data.
2. informasi awal dalam pemanfaatan rumput laut yang lebih optimal.
3.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian


Pantai Sinake terletak di Kecematan Oba Utara Kepulauan Tidore,
perairan pantai sinake berpotensi sebagai tempat objek wisata. Perairan pantai
Sinake merupakan daerah strategis yang mendukung keanekaragaman hayati,
diantaranya rumput laut, Keanekaragaman hayati rumput laut sangat berpotensi
untuk kelestarian bagi hewan-heawan perairan.ekosistem perairan pesisir pantai
sinake merupakan kawasan yang dapat menunjang proses ekologi daratan dan
lautan, hal ini dikarenakan masyarakat sekitar masih memegang teguh adat
istiadat dan menghargai alam sebagai tempat mereka menggantungkan hidup
mereka pada alam sekitar.

2.2 Kajian Tentang Rumput Laut

Rumput laut (seaweed) merupakan nama dalam dunia perdagangan


internasional untuk jenis-jenis makro alga. Secara taksonomi rumput laut
termasuk ke dalam divisi Thallophyta (tumbuhan berthallus). Sifat divisi ini
primitif artinya badannya tidak terbagi dalam alat vegetatif seperti akar, batang
dan daun yang sebenarnya (Romimohtarto K dan juwana, 2005) dalam (Irfan
Agustiawan 2011).
Berdasarkan pigmen dalam thallus, rumput laut terbagi dalam
kelas Chlorophyceae (alga hijau), phaeophyceae (alga coklat) dan Rhodophyceae
(alga merah). Pigmen yang menentukan warna ini antara lain adalah klorofil,
karoten, phycoerythrin , dan phychocyanin yang merupakan pigmen-pigmen
utama di samping pigmen-pigmen lain. Phycoerythrin dan phychocyanin hanya
terdapat pada Rhodophyceae dan Cyanophyceae, sedangkan klorofil dan karoten
dijumpai pada ke tiga kelas rumput laut hanya kadarnya yang berbeda. Rumput
laut merupakan tumbuhan berklorofil yang hidup dengan melekatkan diri pada
substrat perairan menggunakan holdfast sehingga rumput laut tidak mudah
berpindah oleh gerakan air ( aslan 1999) dalam (Irfan Agustiawan 2011). Rumput

4
laut banyak tumbuh di daerah pasang surut yang perairannya jernih dan
menempati substrat tertentu yang sesuai dengan kehidupannya. Sulistyowati H.
(2003) dan Kadi (2004) menyatakan bahwa jenis substrat merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman rumput laut di perairan pantai
Indonesia. Selain jenis substrat, banyak faktor fisik lain yang mempengaruhi
keanekaragaman rumput laut seperti suhu, cahaya matahari, arus air dan faktor
kimia seperti salinitas, derajat keasaman (pH), dan zat hara serta faktor biologi
seperti kompetisi antar jenis rumput laut

2.3 Jenis rumput laut Caulerpa sp dan Gelidium sp.

Caulerpa sp. adalah golongan alga hijau, thallus (cabang) berbentuk


lembaran, batangan dan bulatan, berstruktur lembut sampai keras dan siphonous.
Rumpun terbentuk dari berbagai ragam percabangan, mulai dari sederhana sampai
yang kompleks seperti yang terlihat pada tumbuhan tingkat tinggi, ada yang
tampak seperti akar, batang dan daun (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
2009).Berdasarkan tulisan ilmiah Sunaryo dkk pada Jurnal Kelautan Tropis
(2015), bahwa rumput laut termasuk jenis tanaman sederhana karena pada
tanaman ini tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun sejati. Seluruh
bagian rumput laut Caulerpa sp. terdiri atas assimilator dan ramuli yang
membentuk bulatan-bulatan seperti buah anggur.Meskipun habitat awalnya
berasal dari laut, akan tetapi Caulerpa sp. dapat dibudidayakan di kawasan
pertambakan selama sirkulasi air pasang surut di kawasan pertambakan dapat
terjaga dengan baik.
Keberadaan anggur laut tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia
umumnya mereka tumbuh di laut dangkal dengan aliran air yang tenang dan
menempel pada substrat pasir. Tumbuhan ini memiliki spektrum kimia dan
biologi yang cukup luas termasuk aktivitas antioksidan dalam menangkal radikal
bebas.Di Indonesia, Caulerpa sp. dimanfaatkan sebagai bahan makanan dengan
cara dimakan mentah sebagai lalapan, urap atau sebagai sayur. Bahan makanan ini
mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber protein nabati,
mineral maupun vitamin yang berbeda dengan tumbuhan darat Meskipun habitat
awalnya berasal dari laut, akan tetapi Caulerpa sp. dapat dibudidayakan di

5
kawasan pertambakan selama sirkulasi air pasang surut di kawasan pertambakan
dapat terjaga dengan baik (Sunaryo, 2015).

Gambar 1. Caulerpa sp.

Rumput laut jenis Gelidium sp. merupakan salah satu contoh Rhodophyta
(lihat Gambar 1). Warna merah pada rumput laut ini disebabkan oleh pigmen
fikoeritrin. Sebagian besar rumput laut merah hidup di laut, banyak terdapat di
laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras
yang cukup banyak oksigen. Selain itu pula rumput laut jenis ini juga dapat
ditemukan di air payau. Rumput laut merah yang banyak ditemukan di laut dalam
adalah Gelidium sp. dan Gracilaria sedang Euchema spinosum ditemukan di laut
dangkal (Basuki Pornomo. 2008) dalam ( Irfan Agustiawan 2011).
Kandungan senyawa bioaktif dari rumput laut merah sebagian telah
banyak diketahui, namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga merah
belum banyak dilakukan. Berdasarkan proses biosintesisnya rumput laut merah
kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut ocypilin (Putra
S.E,2006) dalam ( Irfan Agustiawan 2011) . Gelidium sp. memiliki panjang
kurang lebih 20 cm dan lebar 1,5 mm. Thallusnya berwarna merah, coklat, hijau-
coklat atau pirang. Organ reproduksinya berukuran makroskopis. Sistokarp
memiliki lubang kecil (osteolo) pada dua belah sisi thallus, tetraspora membelah
krusiat atau tetrahedral. Krusiat merupakan salah satu susunan spora.

Gambar 2. Gelidium sp.

6
Untuk alga yang sepenuhnya autotrofik, semua yang diperlukan untuk
pertumbuhan adalah cahaya, CO2, air, nutrisi, dan trace elemen. Dengan cara
fotosintesis alga akan mampu mensintesis semua senyawa biokimia yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Namun, hanya sebagian kecil ganggang yang
sepenuhnya autotrofik; banyak yang tidak dapat mensintesis senyawa biokimia
tertentu (vitamin tertentu, misalnya).Parameter terpenting yang mengatur
pertumbuhan alga adalah kuantitas dan kualitas nutrisi, cahaya, pH, salinitas, dan
suhu. Parameter yang paling optimal dan 22 rentang yang ditoleransi adalah
spesies spesifik dan berbagai faktor mungkin saling bergantung dan parameter
yang optimal untuk satu set kondisi belum tentu optimal untuk yang lainnya
(Barsanti, 2006 dalam Matillah St,2018 )Indentifikasi dan Pola Sebaran
Makroalga Di Perairan Pantai Punaga kabupaten Takalar; Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar). Adapun parameter lingkungan pada
pertumbuhan alga adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu di mana kultur dipertahankan idealnya sedekat mungkin dengan suhu di
mana organisme dikumpulkan; organisme polar (<10°C); beriklim sedang (10-
25°C); tropis (<20°C). Spesies yang paling umum dari mikroalga mentolerir
suhu antara 16 dan 27°C, meskipun hal ini dapat bervariasi dengan komposisi
media kultur, spesies, dan strain yang dibudidayakan. Nilai tengah 18-20°C
paling sering digunakan. Inkubator yang dikontrol suhu biasanya
menggunakan suhu konstan (transfer ke suhu yang berbeda harus dilakukan
dalam langkah 2°C per minggu), meskipun beberapa model memungkinkan
siklus suhu. Suhu yang lebih rendah dari 16°C akan memperlambat
pertumbuhan, sedangkan yang lebih tinggi dari 35°C mematikan untuk
sejumlah spesies.

2. Cahaya
Fotosintesis pada alga dan dalam hal ini intensitas, kualitas spektral, dan
fotoperiode perlu dipertimbangkan. Intensitas cahaya memiliki peran penting,
tetapi persyaratannya sangat bervariasi dengan kedalaman kultur dan
kepadatan kultur alga : pada kedalaman yang lebih tinggi dan konsentrasi sel,
intensitas cahaya harus ditingkatkan untuk menembus melalui kultur.

7
Intensitas cahaya yang terlalu tinggi (misalnya sinar matahari langsung, wadah
kecil dekat dengan cahaya buatan) dapat menyebabkan hambatan cahaya.
Paling sering digunakan intensitas cahaya berkisar antara 100 dan 200 yang
sesuai sekitar 5-10% dari cahaya matahari penuh Selain itu, terlalu panas
karena pencahayaan alami dan buatan harus dihindari. Cahaya mungkin alami
atau dipasok oleh tabung fluoresen yang memancarkan cahaya biru atau
spektrum cahaya merah, karena ini adalah bagian paling aktif dari spektrum
cahaya untuk fotosintesis. Intensitas dan kualitas cahaya dapat dimanipulasi
dengan filter.

3. pH
Kisaran pH untuk spesies alga yang paling berbudaya adalah antara 7 dan 9,
dengan kisaran optimal menjadi 8.2-8.7, meskipun ada spesies yang tinggal di
lingkungan yang lebih asam/dasar. Keruntuhan kultur lengkap akibat
gangguan banyak proses seluler dapat diakibatkan oleh kegagalan
mempertahankan pH yang dapat diterima. Dalam kasus kultur alga dengan
kepadatan tinggi, penambahan karbon dioksida memungkinkan untuk
mengoreksi pH yang meningkat, yang dapat mencapai nilai pembatas hingga
pH 9 selama pertumbuhan alga.

4. Salinitas
Ganggang laut sangat toleran terhadap perubahan salinitas. Kebanyakan
spesies tumbuh terbaik di salinitas yang sedikit lebih rendah daripada habitat
asli mereka, yang diperoleh dengan menipiskan air laut dengan air keran.
Salinitas 20-24 g 1¯1 ditemukan optimal.

2.3.1 Habitat Rumput Laut

Lingkungan tempat tumbuh rumput laut terdapat di daerah perairan yang


jernih yang mempunyai substrat dasar batu karang, karang mati, batuan vulkanik
dan benda-benda yang bersifat massive yang berada di dasar perairan. Rumput
laut tumbuh dari daerah intertidal, subtidal sampai daerah tubir dengan ombak
besar dan arus deras. Kedalaman untuk pertumbuhan dari 0,5 – 10 m bahkan
dalam lingkungan yang ekstrem terdapat pada kedalaman 200 m (Kadi, 2004)
dalam (Irfan Agustiawan 2011).

8
Kebanyakan rumput laut tumbuh subur pada daerah tropis, suhu perairan
0
27 , 25−29.30 dan salinitas 32–33,5 ppt. Kebutuhan intensitas cahaya matahari,
marga Sargassum lebih tinggi dari pada marga rumput laut lainnya. Kadi (2004)
dalam (Irfan Agustiawan 2011) menyatakan pertumbuhan rumput laut
membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 250-300 lux pada kisaran suhu
100C, sedangkan untuk pada suhu 160C rumput laut membutuhkan intensitas
cahaya sebesar 400 lux. Dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat,
rumput laut memerlukan intensitas cahaya 6500-7500 lux.Pertumbuhan rumput
laut tumbuh dengan baik pada daerah yang berombak dan paparan terumbu yang
terhindar dari polusi, sampah rumah tangga serta jauh dari sumber air tawar.
Pertumbuhan rumput laut di alam memiliki periode tertentu untuk masa tumbuh.
Kehadiran beberapa rumput laut sering tumbuh di bentangan perairan pantai di
zona paparan terumbu (reef flats) mulai dari garis pantai sampai ujung tubir
termasuk dalam perairan intertidal dan subtidal, antara lain:
a. Daerah pantai (beach/tide pool area)
Daerah Pantai merupakan zona yang dimanfaatkan untuk tempat
kegiatan rekreasi kadang-kadang mempunyai substrat bervariasi pada
umumnya berpasir, namun apabila substrat terbentuk dari campuran batu
karang akan tumbuh berbagai jenis rumput laut. Pada saat surut rendah yang
lama akan mengalami kekeringan. Di pantai bersubstrat pasir pada umumnya
sedikit dijumpai pertumbuhan rumput laut, sedangkan di pantai bersubstrat
batu karang merupakan habitat rumput laut yang ideal.
b. Paparan Terumbu
` Daerah paparan terumbu merupakan bagian habitat rumput laut. Di
perairan Indonesia paparan terumbu ada yang berpunggung terumbu dan tidak
berpunggung terumbu di daerah perairan tubir langsung dalam (drop off). Di
substrat paparan yang berbatu karang merupakan tempat untuk melekatkan
thalli selama pertumbuhan berlangsung dan sebagai tempat melekat
perkecambahan spora. Paparan terumbu yang berasal dari batuan vulkanik dan
batu karang boulder sering dijumpai lekukan dan parit (moat) daerah ini
berombak besar dan arus deras. Pada daerah paparan dapat dijumpai berbagi
jenis paparan terumbu menurut tipe substrat yang menyusunnya. Penyusun

9
paparan terumbu biasanya disusun oleh pasir, gravel, batu karang mati dan
batu karang hidup. Tipe substrat penyusun paparan terumbu tidak mutlak dan
dapat ditemukan kombinasi dari empat penyusun dasar paparan terumbu.Pada
saat surut sebagian dari daerah paparan akan terlihat muncul ke permukaan dan
sebagian masih tergenang. Di daerah paparan yang masih tergenang biasnya
menjadi tempat favorit hidup rumput laut,
c. Tubir
Daerah tubir merupakan tempat tumbuh rumput laut yang mempunyai
thalli panjang. Pertumbuhan rumput laut berasosiasi dengan karang hidup dan
bonggol thalli (holdfast) menempel pada bagian karang yang telah mati dan
lapuk. Pola pertumbuhan rumput laut yang terdapat di daerah tubir memiliki
thalli dalam rumpun yang besar secara “Heliocentris” tertuju ke arah
permukaan untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Pada waktu
air surut keberadaan rumput laut di daerah tubir dapat diketahui dengan
melihat gerombolan cabang thalli yang terapung di atas permukaan air.
Kemampuan daya apung ini didukung oleh kantong gelembung udara yang
terletak di ketiak percabangan thalli utama. Pada umumnya rumput laut yang
tumbuh di daerah tubir mempunyai karakteristik thalli utama sangat kuat,
bentuk pipih dan daun licin halus berlendir.
d. Goba
Daerah goba merupakan tempat hidup dari semua jenis rumput laut yang
kebanyakan tumbuh di bibir goba terutama karang mati yang telah lapuk.
Rumput laut banyak yang berasosiasi dengan karang hidup, lamun dan biota
lainnya. Perairan goba juga merupakan daerah interaksi dalam siklus rantai
antar flora dan fauna yang hidup bersama baik sebagai “produser” maupun
“predator”. Marga Sargassum termasuk rumpun yang paling besar di antara
marga rumput laut, sehingga keberadaan dalam perairan goba merupakan
tempat asuhan dan berlindung biota kecil, karena arus dan ombak relatif
tenang.karena tidak mengalami kekeringan.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Desember 2020, yang berlokasi di


Pantai sinake , secara administratif masuk ke dalam Desa sinake , Kecamatan oba
utara kepulauan tidore Untuk mengetahui jenis rumput laut yang terdapat didesa
sinake yaitu kami mengambil sampel di dalam laut untuk mengertahui jenis
rumput laut yang terdapat di pantai sinake.

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

11
3.2 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN

Tabel 1. Peralatan yang digunakan selama penelitian

No Alat dan bahan Kegunaan

1 Masker dan snorklin Untuk melihat jenis rumput laut

2 Tali Pembuatan lintasan

3 Alat tulis Untuk menulis laporan

4 Kamera Dokumentasi
GPS (Global position system ) Penentuan posisi lokasi penelitian dan
5 posisi
Transek
6 Kertas dan plastic Untuk menandai jenis rumput laut

7 Kuadran keanekaragam

Table 2. parameter kualitas air

No Parameter kualitas Satuan Metode


o
1. Suhu C In situ
2. Salinitas ºº In situ
ºº
3. DO mg/L In situ
4. pH tanah — In Situ

12
3.3 METODE PEGAMBILAN DATA
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan obyek secara langsung
di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuat transek garis
sebanyak sembilan garis transek dengan jarak antar transek 10 meter. Garis
transek diletakkan tegak lurus garis pantai ke arah laut sampai pada daerah tubir
atau tidak ditemukannya rumput laut. Pada interval ±10 meter pada garis transek
dilakukan sampling rumput laut pada bingkai alumunium yang berukuran 50 X
50 cm, Yulianto(2003) dan Pulukadang (2004), seperti terlihat pada gambar 2.

3.3.1.Kuesioner

Untuk mendapatkan informasi mengenai apa yang mereka ketahui


tentang rumput laut, maka dilakukan kuesioner terhadap sampel yang telah
ditemukan kepada masyarakat sekitar Pantai Kusu Kuesioner dilakukan dengan
memperlihatkan rumput laut yang ditemukan secara langsung di Pantai Kusuh
kepada masyarakat serta menanyakan manfaat dan nama daerah yang digunakan
untuk spesies yang ditunjukkan dalam foto tersebut.

13
Table 3.Kuesioner

Pertanyaan Prediksi
No Narasumber
Ya Tidak

1. Apa betul nama rumput Ibu Nofita
laut di desa sinake itu
kaolas ?

2. Apakah rumput laut ini Ibu Rahmawati √


digunakan hanya untuk
di komsumsi atau dijual?

3. Pada waktu mencari Bapak Rajak √


rumput laut apakah pada
pasang surut air laut?

4. Apakah rumput laut ini Ibu Julia √


yang diambil digunakan
untuk obat-obatan ?

5. Menurut bapak kondisi Bapak Farhan √


rumput laut yang ada di
desa sinake memiliki
kualitas?

14
3.4 METODE ANALISIS DATA
1. Dominasi
Untuk mengetahui dominasi rumput laut dipergunakan rumus hasil
modifikasi diihitung dengan Rumus Simpson

Dimana,
Ket. : D = indeks dominansi
N = total cacah individu dalam sampel
ni=cacah individu spesies-i
2. Keanekaragaman Jenis dari Shannon Whiener in Kreb keanekaragaman
adalah menghitung spesies untuk menggambarkan ukuran jumlah individu
antara spesies dalam sutau komunitas.
c
H=∑ ¿ ¿)
i:1

Keterangan :
H1= indeks keanekaragaman
ni= Jumlah individu spesies ke-i
n= Jumlah individu seluruh spesies
Kisaran yang digunakan untuk indeks keanekaragaman adalah H’<1
komunitas rendah, 1<H’≤3 komunitas sedang dan H’> komunitas tinggi.
3. Indeks Keseragaman (Wibisono, 2005)
Keseragaman adalah penyebaran individu antar spesies/genus yang
berbeda dan diperoleh dari hubungan antara keanekaragaman (H’) dengan
keaneka-ragaman .
'
H
E= MAX
H

Keterangan :

E = Indeks Keseragaman

H’ = Indeks Keanekaragaman

Hmaks=log2S

15
DAFTAR PUSTAKA

Aslan, L. 1999. Budidaya Rumput Laut (edisi revisi). Penerbit Kanisius. Jakarta.
dalam Irfan Agustiawan,2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput
Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan.
Basuki Purnomo.2008 patofisiologi konsep penyakit klinis.Jakarta:EGC dalam
Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut
DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan.
Barsanti, L., and P. Gualtieri. 2006. Algae: Anatomy, Biocemistry, and
Biotechnology. CRC Press & Fracis Group. Boca Raton dalam Matillah
St,2018 Identifikasi Dan Pola Sebaran Makroalga Di Perairan Pantai
Punaga Kabupaten Takalar.
Domettila, C., Brintha, T.S.S., Sukumaran, S., & Jeeva, S. (2013). Diversity and
distribution of seaweeds in the Muttom coastal waters, south-west coast of
India. Biodiversity Journal, 4(1), 105-110.
Handayani, T dan A. Kadi. 2007. Keanekaragaman dan Biomassa Algae di
perairan Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia, Vol. 33 (2), 2007: 199-211. dalam Irfan Agustiawan,2011.
Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten.
Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Insan, A.I dan Dwi Sunu W. 2008. Jenis-jenis Rumput Laut Yang Berpotensi
Sebagai Obat Yang Tumbuh Pada Berbagai Substrat di Pantai
Rancababakan, Nusakambangan. UNSUD, Purwokerto dalam Irfhan
Agustiawan,2011.Keanekagaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai
Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan.
Kadi, A,. 2004. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai
Indonesia.Jurnal OseanaXXIX,(4): 25-36.dalam Irfan Agustiawan,2011
Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten.
Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Putra, S. E., 2006. Alga laut sebagai Biotarget Industri. dalam Irfan
Agustiawan,2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai
Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan.
Rasyid, A. 2004. Berbagai Manfaat Algae. Jurnal Oseana XXIX (3) ; 9 – 15. .
dalam Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput
Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan.

16
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut. Penerbit Djambatan.Jakarta.
dalam Irfan Agustiawan,2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput
Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan.
Sahayaraj, K., Rajesh, A., Asha, A., Rathi, J.M., & Raja, P. (2014). Distribution
and diversity assessment of the marine macroalgae at four southern districts
of Tamil Nadu, India. Indian Journal of GeoMarine Sciences, 43(4), 607-
617.
Satheesh, S., & Wesley, S.G. 2012. Diversity and distribution of seaweeds in the
Kudankulam coastal waters, South-Eastern coast of India. Biodiversity
Journal, 3(1), 79-84.
Yudha, Indra Gumay. 2009. Pemanfaatan Pesisir dan Laut Untuk Kegiatan Budi
Daya Perikanan Berbasis Ekosistem dan Masyarakat. Jurnal Online. Di
unduh tanggal 28 Juli 2010. dalam Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman
dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi
Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Trono Jr., G.C. and Ganzon Fortes. 1988. Philippine Seaweeds. Philippine:
National BookStrore, Inc. dalam Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman
dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi
Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.

17
LAMPIRAN

Tempat lokasi penelitian

Gelidium sp. Caulerpa sp.

18

Anda mungkin juga menyukai