SEMINAR 1
OLEH :
Demeyanti Usman
05161911023
1
LEMBARAN PERSETUJUAN
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Ternate,Januari 2023
Penulis
Demeyanti Usman
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
LEMBARAN PERSETUJUAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian............................................................4
2.2 Kajian Tentang Rumput Laut....................................................................4
2.3 Jenis rumput laut Caulerpa sp dan Gelidium sp.......................................5
2.3.1. Habitat Rumput Laut.......................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................11
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian...........................................................................12
3.3.1. Kuesioner...............................................................................................13
3.4 Metode Analisis Data...................................................................................15
iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
v
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara Kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang
pantai sekitar 81.000 km (Insan dan Dwi, 2008), Indonesia memiliki potensi
sumber daya hayati pesisir dan laut yang sangat besar. Keanekaragaman hayati
yang tersebar luas di seluruh Indonesia menjadikan Indonesia dijuluki dengan
sebutan Mega Biodiversity Country. Namun hingga saat ini, pemanfaatan sumber
daya hayati yang tersebar di seluruh Indonesia ini masih relatif rendah (Yudha
I.G. 2009) dalam ( Irfan Agustiawan. 2011). Indonesia merupakan negara maritim
dengan lebih dari 70% permukaan buminya didominasi oleh lautan (bahari).
Keanekaragaman ekosistem dan plasma nutfah yang dimiliki oleh Indonesia
sangat beragam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pemanfaatan
sumber daya alam hayati yang secara terus menerus tanpa memperhatikan
keadaan lingkungan sekitar dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati
yang dimiliki oleh negara ini. Rumput laut memegang peran penting secara
biologi dan ekologi pada ekosistem laut. Pada kawasan pantai, rumput laut
ditemukan di antara area pasang tertinggi dan surut terendah; dan pada kawasan
subtidal ditemukan hingga kedalaman di mana jangkauan intensitas cahaya masih
0,01% dari kebutuhan cahaya fotosintesis (Domettila et al., 2013)
Rumput laut merupakan salah satu dari berbagai sumber hayati laut yang dapat
dimanfaatkan secara ekonomis untuk manusia. Rumput laut banyak dimanfaatkan
untuk bahan makanan, bahan dasar obat-obatan maupun bahan dasar kosmetik.
1
Menurut Handayani (2006) dalam ( Irfan Agustiawan. 2011), beberapa jenis
rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku beberapa industri seperti
industri makanan, tekstil, keramik, kosmetik, pupuk dan fotografi. Bahkan di abad
ke 21 rumput laut secara besar-besaran dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk oleh
negara Prancis, Irlandia, Norwegia dan Scotlandia.
Rasyid A. (2004) dalam ( Irfan Agustiawan. 2011) beberapa jenis rumput laut
di Indonesia dapat digunakan sebagai obat, akan tetapi saat ini mengalami kendala
karena penelitian mengenai eksplorasi dan pengolahannya belum berkembang,
maka pemanfaatannya sampai saat ini sangat terbatas. Jenis-jenis rumput laut
yang telah banyak dimanfaatkan adalah Caulerpa, Sargassum, Gracilaria dan
Euchema .
2
pantai sinake merupakan pesisir yang ekosistem perairannya sangat
mendukung untuk pertumbuhan rumput laut, akan tetapi penyebaran substrat yang
terdapat diperairan sinake sangatlah beragam, sehingga perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui keanekaragaman jenis rumput laut. Disamping itu pemanfaatan
belum optimal sehingga perlu adanya transparansi dari masyarakat di wilayah
perairan pesisir sinake. Hal ini untuk menunjang proses ekologi rumput laut untuk
pemanfaatan berkelanjutan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
laut banyak tumbuh di daerah pasang surut yang perairannya jernih dan
menempati substrat tertentu yang sesuai dengan kehidupannya. Sulistyowati H.
(2003) dan Kadi (2004) menyatakan bahwa jenis substrat merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman rumput laut di perairan pantai
Indonesia. Selain jenis substrat, banyak faktor fisik lain yang mempengaruhi
keanekaragaman rumput laut seperti suhu, cahaya matahari, arus air dan faktor
kimia seperti salinitas, derajat keasaman (pH), dan zat hara serta faktor biologi
seperti kompetisi antar jenis rumput laut
5
kawasan pertambakan selama sirkulasi air pasang surut di kawasan pertambakan
dapat terjaga dengan baik (Sunaryo, 2015).
Rumput laut jenis Gelidium sp. merupakan salah satu contoh Rhodophyta
(lihat Gambar 1). Warna merah pada rumput laut ini disebabkan oleh pigmen
fikoeritrin. Sebagian besar rumput laut merah hidup di laut, banyak terdapat di
laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras
yang cukup banyak oksigen. Selain itu pula rumput laut jenis ini juga dapat
ditemukan di air payau. Rumput laut merah yang banyak ditemukan di laut dalam
adalah Gelidium sp. dan Gracilaria sedang Euchema spinosum ditemukan di laut
dangkal (Basuki Pornomo. 2008) dalam ( Irfan Agustiawan 2011).
Kandungan senyawa bioaktif dari rumput laut merah sebagian telah
banyak diketahui, namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga merah
belum banyak dilakukan. Berdasarkan proses biosintesisnya rumput laut merah
kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut ocypilin (Putra
S.E,2006) dalam ( Irfan Agustiawan 2011) . Gelidium sp. memiliki panjang
kurang lebih 20 cm dan lebar 1,5 mm. Thallusnya berwarna merah, coklat, hijau-
coklat atau pirang. Organ reproduksinya berukuran makroskopis. Sistokarp
memiliki lubang kecil (osteolo) pada dua belah sisi thallus, tetraspora membelah
krusiat atau tetrahedral. Krusiat merupakan salah satu susunan spora.
6
Untuk alga yang sepenuhnya autotrofik, semua yang diperlukan untuk
pertumbuhan adalah cahaya, CO2, air, nutrisi, dan trace elemen. Dengan cara
fotosintesis alga akan mampu mensintesis semua senyawa biokimia yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Namun, hanya sebagian kecil ganggang yang
sepenuhnya autotrofik; banyak yang tidak dapat mensintesis senyawa biokimia
tertentu (vitamin tertentu, misalnya).Parameter terpenting yang mengatur
pertumbuhan alga adalah kuantitas dan kualitas nutrisi, cahaya, pH, salinitas, dan
suhu. Parameter yang paling optimal dan 22 rentang yang ditoleransi adalah
spesies spesifik dan berbagai faktor mungkin saling bergantung dan parameter
yang optimal untuk satu set kondisi belum tentu optimal untuk yang lainnya
(Barsanti, 2006 dalam Matillah St,2018 )Indentifikasi dan Pola Sebaran
Makroalga Di Perairan Pantai Punaga kabupaten Takalar; Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Alauddin Makassar). Adapun parameter lingkungan pada
pertumbuhan alga adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Suhu di mana kultur dipertahankan idealnya sedekat mungkin dengan suhu di
mana organisme dikumpulkan; organisme polar (<10°C); beriklim sedang (10-
25°C); tropis (<20°C). Spesies yang paling umum dari mikroalga mentolerir
suhu antara 16 dan 27°C, meskipun hal ini dapat bervariasi dengan komposisi
media kultur, spesies, dan strain yang dibudidayakan. Nilai tengah 18-20°C
paling sering digunakan. Inkubator yang dikontrol suhu biasanya
menggunakan suhu konstan (transfer ke suhu yang berbeda harus dilakukan
dalam langkah 2°C per minggu), meskipun beberapa model memungkinkan
siklus suhu. Suhu yang lebih rendah dari 16°C akan memperlambat
pertumbuhan, sedangkan yang lebih tinggi dari 35°C mematikan untuk
sejumlah spesies.
2. Cahaya
Fotosintesis pada alga dan dalam hal ini intensitas, kualitas spektral, dan
fotoperiode perlu dipertimbangkan. Intensitas cahaya memiliki peran penting,
tetapi persyaratannya sangat bervariasi dengan kedalaman kultur dan
kepadatan kultur alga : pada kedalaman yang lebih tinggi dan konsentrasi sel,
intensitas cahaya harus ditingkatkan untuk menembus melalui kultur.
7
Intensitas cahaya yang terlalu tinggi (misalnya sinar matahari langsung, wadah
kecil dekat dengan cahaya buatan) dapat menyebabkan hambatan cahaya.
Paling sering digunakan intensitas cahaya berkisar antara 100 dan 200 yang
sesuai sekitar 5-10% dari cahaya matahari penuh Selain itu, terlalu panas
karena pencahayaan alami dan buatan harus dihindari. Cahaya mungkin alami
atau dipasok oleh tabung fluoresen yang memancarkan cahaya biru atau
spektrum cahaya merah, karena ini adalah bagian paling aktif dari spektrum
cahaya untuk fotosintesis. Intensitas dan kualitas cahaya dapat dimanipulasi
dengan filter.
3. pH
Kisaran pH untuk spesies alga yang paling berbudaya adalah antara 7 dan 9,
dengan kisaran optimal menjadi 8.2-8.7, meskipun ada spesies yang tinggal di
lingkungan yang lebih asam/dasar. Keruntuhan kultur lengkap akibat
gangguan banyak proses seluler dapat diakibatkan oleh kegagalan
mempertahankan pH yang dapat diterima. Dalam kasus kultur alga dengan
kepadatan tinggi, penambahan karbon dioksida memungkinkan untuk
mengoreksi pH yang meningkat, yang dapat mencapai nilai pembatas hingga
pH 9 selama pertumbuhan alga.
4. Salinitas
Ganggang laut sangat toleran terhadap perubahan salinitas. Kebanyakan
spesies tumbuh terbaik di salinitas yang sedikit lebih rendah daripada habitat
asli mereka, yang diperoleh dengan menipiskan air laut dengan air keran.
Salinitas 20-24 g 1¯1 ditemukan optimal.
8
Kebanyakan rumput laut tumbuh subur pada daerah tropis, suhu perairan
0
27 , 25−29.30 dan salinitas 32–33,5 ppt. Kebutuhan intensitas cahaya matahari,
marga Sargassum lebih tinggi dari pada marga rumput laut lainnya. Kadi (2004)
dalam (Irfan Agustiawan 2011) menyatakan pertumbuhan rumput laut
membutuhkan intensitas cahaya matahari berkisar 250-300 lux pada kisaran suhu
100C, sedangkan untuk pada suhu 160C rumput laut membutuhkan intensitas
cahaya sebesar 400 lux. Dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat,
rumput laut memerlukan intensitas cahaya 6500-7500 lux.Pertumbuhan rumput
laut tumbuh dengan baik pada daerah yang berombak dan paparan terumbu yang
terhindar dari polusi, sampah rumah tangga serta jauh dari sumber air tawar.
Pertumbuhan rumput laut di alam memiliki periode tertentu untuk masa tumbuh.
Kehadiran beberapa rumput laut sering tumbuh di bentangan perairan pantai di
zona paparan terumbu (reef flats) mulai dari garis pantai sampai ujung tubir
termasuk dalam perairan intertidal dan subtidal, antara lain:
a. Daerah pantai (beach/tide pool area)
Daerah Pantai merupakan zona yang dimanfaatkan untuk tempat
kegiatan rekreasi kadang-kadang mempunyai substrat bervariasi pada
umumnya berpasir, namun apabila substrat terbentuk dari campuran batu
karang akan tumbuh berbagai jenis rumput laut. Pada saat surut rendah yang
lama akan mengalami kekeringan. Di pantai bersubstrat pasir pada umumnya
sedikit dijumpai pertumbuhan rumput laut, sedangkan di pantai bersubstrat
batu karang merupakan habitat rumput laut yang ideal.
b. Paparan Terumbu
` Daerah paparan terumbu merupakan bagian habitat rumput laut. Di
perairan Indonesia paparan terumbu ada yang berpunggung terumbu dan tidak
berpunggung terumbu di daerah perairan tubir langsung dalam (drop off). Di
substrat paparan yang berbatu karang merupakan tempat untuk melekatkan
thalli selama pertumbuhan berlangsung dan sebagai tempat melekat
perkecambahan spora. Paparan terumbu yang berasal dari batuan vulkanik dan
batu karang boulder sering dijumpai lekukan dan parit (moat) daerah ini
berombak besar dan arus deras. Pada daerah paparan dapat dijumpai berbagi
jenis paparan terumbu menurut tipe substrat yang menyusunnya. Penyusun
9
paparan terumbu biasanya disusun oleh pasir, gravel, batu karang mati dan
batu karang hidup. Tipe substrat penyusun paparan terumbu tidak mutlak dan
dapat ditemukan kombinasi dari empat penyusun dasar paparan terumbu.Pada
saat surut sebagian dari daerah paparan akan terlihat muncul ke permukaan dan
sebagian masih tergenang. Di daerah paparan yang masih tergenang biasnya
menjadi tempat favorit hidup rumput laut,
c. Tubir
Daerah tubir merupakan tempat tumbuh rumput laut yang mempunyai
thalli panjang. Pertumbuhan rumput laut berasosiasi dengan karang hidup dan
bonggol thalli (holdfast) menempel pada bagian karang yang telah mati dan
lapuk. Pola pertumbuhan rumput laut yang terdapat di daerah tubir memiliki
thalli dalam rumpun yang besar secara “Heliocentris” tertuju ke arah
permukaan untuk mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak. Pada waktu
air surut keberadaan rumput laut di daerah tubir dapat diketahui dengan
melihat gerombolan cabang thalli yang terapung di atas permukaan air.
Kemampuan daya apung ini didukung oleh kantong gelembung udara yang
terletak di ketiak percabangan thalli utama. Pada umumnya rumput laut yang
tumbuh di daerah tubir mempunyai karakteristik thalli utama sangat kuat,
bentuk pipih dan daun licin halus berlendir.
d. Goba
Daerah goba merupakan tempat hidup dari semua jenis rumput laut yang
kebanyakan tumbuh di bibir goba terutama karang mati yang telah lapuk.
Rumput laut banyak yang berasosiasi dengan karang hidup, lamun dan biota
lainnya. Perairan goba juga merupakan daerah interaksi dalam siklus rantai
antar flora dan fauna yang hidup bersama baik sebagai “produser” maupun
“predator”. Marga Sargassum termasuk rumpun yang paling besar di antara
marga rumput laut, sehingga keberadaan dalam perairan goba merupakan
tempat asuhan dan berlindung biota kecil, karena arus dan ombak relatif
tenang.karena tidak mengalami kekeringan.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
3.2 ALAT DAN BAHAN PENELITIAN
4 Kamera Dokumentasi
GPS (Global position system ) Penentuan posisi lokasi penelitian dan
5 posisi
Transek
6 Kertas dan plastic Untuk menandai jenis rumput laut
7 Kuadran keanekaragam
12
3.3 METODE PEGAMBILAN DATA
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan obyek secara langsung
di lapangan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membuat transek garis
sebanyak sembilan garis transek dengan jarak antar transek 10 meter. Garis
transek diletakkan tegak lurus garis pantai ke arah laut sampai pada daerah tubir
atau tidak ditemukannya rumput laut. Pada interval ±10 meter pada garis transek
dilakukan sampling rumput laut pada bingkai alumunium yang berukuran 50 X
50 cm, Yulianto(2003) dan Pulukadang (2004), seperti terlihat pada gambar 2.
3.3.1.Kuesioner
13
Table 3.Kuesioner
Pertanyaan Prediksi
No Narasumber
Ya Tidak
√
1. Apa betul nama rumput Ibu Nofita
laut di desa sinake itu
kaolas ?
14
3.4 METODE ANALISIS DATA
1. Dominasi
Untuk mengetahui dominasi rumput laut dipergunakan rumus hasil
modifikasi diihitung dengan Rumus Simpson
Dimana,
Ket. : D = indeks dominansi
N = total cacah individu dalam sampel
ni=cacah individu spesies-i
2. Keanekaragaman Jenis dari Shannon Whiener in Kreb keanekaragaman
adalah menghitung spesies untuk menggambarkan ukuran jumlah individu
antara spesies dalam sutau komunitas.
c
H=∑ ¿ ¿)
i:1
Keterangan :
H1= indeks keanekaragaman
ni= Jumlah individu spesies ke-i
n= Jumlah individu seluruh spesies
Kisaran yang digunakan untuk indeks keanekaragaman adalah H’<1
komunitas rendah, 1<H’≤3 komunitas sedang dan H’> komunitas tinggi.
3. Indeks Keseragaman (Wibisono, 2005)
Keseragaman adalah penyebaran individu antar spesies/genus yang
berbeda dan diperoleh dari hubungan antara keanekaragaman (H’) dengan
keaneka-ragaman .
'
H
E= MAX
H
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H’ = Indeks Keanekaragaman
Hmaks=log2S
15
DAFTAR PUSTAKA
Aslan, L. 1999. Budidaya Rumput Laut (edisi revisi). Penerbit Kanisius. Jakarta.
dalam Irfan Agustiawan,2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput
Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan.
Basuki Purnomo.2008 patofisiologi konsep penyakit klinis.Jakarta:EGC dalam
Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut
DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan.
Barsanti, L., and P. Gualtieri. 2006. Algae: Anatomy, Biocemistry, and
Biotechnology. CRC Press & Fracis Group. Boca Raton dalam Matillah
St,2018 Identifikasi Dan Pola Sebaran Makroalga Di Perairan Pantai
Punaga Kabupaten Takalar.
Domettila, C., Brintha, T.S.S., Sukumaran, S., & Jeeva, S. (2013). Diversity and
distribution of seaweeds in the Muttom coastal waters, south-west coast of
India. Biodiversity Journal, 4(1), 105-110.
Handayani, T dan A. Kadi. 2007. Keanekaragaman dan Biomassa Algae di
perairan Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia, Vol. 33 (2), 2007: 199-211. dalam Irfan Agustiawan,2011.
Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten.
Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Insan, A.I dan Dwi Sunu W. 2008. Jenis-jenis Rumput Laut Yang Berpotensi
Sebagai Obat Yang Tumbuh Pada Berbagai Substrat di Pantai
Rancababakan, Nusakambangan. UNSUD, Purwokerto dalam Irfhan
Agustiawan,2011.Keanekagaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai
Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan.
Kadi, A,. 2004. Potensi Rumput Laut di Beberapa Perairan Pantai
Indonesia.Jurnal OseanaXXIX,(4): 25-36.dalam Irfan Agustiawan,2011
Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten.
Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Putra, S. E., 2006. Alga laut sebagai Biotarget Industri. dalam Irfan
Agustiawan,2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai
Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan.
Rasyid, A. 2004. Berbagai Manfaat Algae. Jurnal Oseana XXIX (3) ; 9 – 15. .
dalam Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput
Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan.
16
Romimohtarto, K dan S. Juwana. 2005. Biologi Laut. Penerbit Djambatan.Jakarta.
dalam Irfan Agustiawan,2011 Keanekaragaman dan Pemanfaatan Rumput
Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi Biologi .Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan.
Sahayaraj, K., Rajesh, A., Asha, A., Rathi, J.M., & Raja, P. (2014). Distribution
and diversity assessment of the marine macroalgae at four southern districts
of Tamil Nadu, India. Indian Journal of GeoMarine Sciences, 43(4), 607-
617.
Satheesh, S., & Wesley, S.G. 2012. Diversity and distribution of seaweeds in the
Kudankulam coastal waters, South-Eastern coast of India. Biodiversity
Journal, 3(1), 79-84.
Yudha, Indra Gumay. 2009. Pemanfaatan Pesisir dan Laut Untuk Kegiatan Budi
Daya Perikanan Berbasis Ekosistem dan Masyarakat. Jurnal Online. Di
unduh tanggal 28 Juli 2010. dalam Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman
dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi
Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
Trono Jr., G.C. and Ganzon Fortes. 1988. Philippine Seaweeds. Philippine:
National BookStrore, Inc. dalam Irfan Agustiawan,2011. Keanekaragaman
dan Pemanfaatan Rumput Laut DiPantai Bayan,Banten. Program Studi
Biologi .Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan.
17
LAMPIRAN
18