Anda di halaman 1dari 26

1

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Seluas 70 % wilayah Indonesia berupa lautan, tetapi hingga kini belum


dieksploitasi secara maksimal, sehingga banyak potensi laut yang belum
dimanfaatkan. Salah satu potensi tersebut adalah rumput laut. Secara ekologis
manfaat rumput laut adalah menyediakan makanan bagi berbagai ikan dan
invertebrata terutama thallus muda, serta memiliki nilai ekonomis yang sangat
penting artinya bagi manusia. Beberapa tahun yang lalu, rumput laut hanya
dimanfaatkan sebagai bahan makanan manusia. Seiring dengan kemajuan sains
dan teknologi, pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang,
termasuk bidang pertanian, peternakan, farmasi dan kedokteran dalam bentuk
kosmetik maupun kimia, obat- obatan, pupuk, tekstil, kulit dan industri lainnya
(Indriani dan Sumiarsih, 1991).

Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di
wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani
karena dipakai untuk 2 kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Dalam bahasa
Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut baik gulma laut dan
lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok
vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang). Sumber daya ini biasanya dapat
ditemui diperairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem trumbu
karang. Gulma laut alam biasanya dapat dihidup di atas subtrat pasir dan
karang mati. Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juka
banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh
jenis gulma laut yang banya dibudidayakan di antaranya adalah Euchema
cottonii dan Gracilaria spp.

Menurut data statistik Departemen Kelautan dan Perikanan Republik


Indonesia, produksi hasil sumber laut terbesar di Indonesia tahun 2005, rumput
laut menempati urutan pertama dengan prosentase sebesar 94,70%. Rumput
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Materi Ajar Berbasir PBL ini dengan judul Budidaya Eucheuma
Cottonii dengan Metode Lepas Dasar.
Materi ajar ini disusun untuk memenuhi tugas dan tagihan mahasiswa PPG dalam
kegiatan akademik pendalaman materi profesional.

Dalam penyelesaian materi ajar ini tentunya penulis mendapat banyak


bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor dan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;
2. Dekan dan Wakil Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Malang;
3. Kaprodi dan Sekprodi PPG FKIP Universitas Muhammadiyah Malang;
4. Para Dosen Pembimbing PPG FKIP Universitas Muhammadiyah Malang
5. Keluarga tercinta yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan dalam
setiap langkah dan memberi semangat dari awal hingga akhir kegiatan;
6. Teman-teman seperjuangan yang telah bekerja keras dan saling membantu
selama kegiatan PPG ini berlangsung.

Dengan sepenuh hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan


penyusunan materi ajar ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dimasa
mendatang.

Malang, Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat ........................................................................................ 1
2. Relevansi .................................................................................................... 2
3. Petunjuk Belajar ......................................................................................... 3

II. INTI
1. Capaian Pembelajaran ................................................................................ 4
2. Sub Capaian Pembelajaran ........................................................................... 4
3. Uraian Materi .............................................................................................. 4
a. Mengenal Eucheuma Cottonii .................................................................. 4
b. Lokasi Budidaya ..................................................................................... 6
c. Kualitas Air ............................................................................................. 7
d. Peralatan yang digunakan ........................................................................ 8
e. Konstruksi Sarana Budidaya ................................................................. 8
f. Pengikatan dan Penanaman Bibit ........................................................... 9
g. Perawatan dan Pemeliharaan ..................................................................... 11
h. Panen .................................................................................................... 11
i. Seleksi Hasil Panen ................................................................................... 12
j. Hama dan Penyakit .................................................................................... 13
4. Rangkuman .................................................................................................. 15
5. Tugas Terstruktur ......................................................................................... 16
6. Forum Diskusi .............................................................................................. 16

III. PENUTUP
1. Tes Formatif ................................................................................................ 17
2. Kunci Jawaban ........................................................................................... 22
3. Daftar Pustaka ...................................................................................... 23

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Parameter Kualitas Air ............................................................. 7


Tabel 2. Hama .................................................................................................. 13
Tabel 3. Penyakit dan Gulma ............................................................................ 14

iii
2

laut baru mulai mengalami peningkatan permintaan sejak awal tahun 1980
untuk berbagai kebutuhan di bidang industri makanan, tekstil, kertas, cat,
kosmetik dan farmasi.

Keanekaragaman rumput laut yang tinggi di perairan Indonesia yaitu


sekitar 555 spesies yang diketahui, adapun pemanfaatannya mulai dari industri
agaragar dengan bahan baku Gelidium/Gelidiella dan Gracilaria, industri
karaginan dengan bahan baku Eucheuma, sedangkan untuk industri alginat
dengan bahan baku Sargassum baru dimulai sejak tahun 1995 (Departemen
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2003).

Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan
berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena keragian yang dihasilkan
termasuk fraksi kappa-karagian. Umumnya Eucheuma tumbuh dengan baik di
daerah pantai terumbu. Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran
air laut yang tetap, variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang
mati.

2. Relevansi

Budidaya rumput laut memiliki peranan dalam usaha meningkatkan


produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta
memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri, memperluas kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan pembudidaya
ikan serta menjaga kelestarian sumber hayati perairan.

Di dalam kegiatan ini meliputi Mengenal Eucheuma Cottonii, Lokasi


Budidaya, Kualitas Air, Konstruksi Sarana Budidaya, Pengikatan dan
Penanaman Bibit, Perawatan dan Pemeliharaan, Panen dan Seleksi Hasil
Panen. Kegiatan Belajar ini diharapkan dapat mendukung dan memberikan
informasi tambahan mengenai budidaya kotoni dengan metode lepas dasar
pada kegiatan pembelajaran PPG program Teknik Budidaya komoditas rumput
laut.
3

3. Panduan Belajar

Adapun panduan belajar untuk kegiatan belajar budidaya eucheuma


cottonii dengan metode lepas dasar adalah sebagai berikut:
a. Membaca dan memahami materi, capaian dan sub capaian agar dapat
mengetahui apa yang harus dipelajari lebih lanjut;
b. Membaca uraian materi dengan teliti sekaligus mencatat materi yang
belum di pahami.
c. Membaca berbagai sumber belajar lainnya yang relevan dengan materi
yang disajikan;
d. Mencari sumber belajar lainnya yang relevan untuk menunjang
pemahaman dan wawasan tentang materi yang sedang dipelajari.
e. Mengerjakan setiap tugas secara mandiri dan tes sumatif
f. Mempraktikkan pengetahuan yang didapatkan dari proses pembelajaran
kedalam pembelajaran sehari-hari dan merefleksikannya.
4

B. INTI

1. Capaian Pembelajaran
Adapun capaian pembelajaran yang diharapkan setelah mempelajari
materi ajar budidaya eucheuma cottonii dengan metode lepas dasar adalah
sebagai berikut:
a. Menguasai konsep budidaya eucheuma cottonii dengan metode lepas dasar
b. Mampu mengidentifikasi permasalahan pembelajaran yang sedang dialami
berupa defisit kompetensi maupun miskonsepsi pada materi budidaya
eucheuma cottonii dengan metode lepas dasar dan memberikan solusi.

2. Sub Capaian Pembelajaran


Berdasarkan capaian pembelajaran diatas, dijabarkan sub capaian
pembelajaran berikut ini:
a. Menjelaskan pengertian eucheuma cottonii
b. Menjelaskan lokasi budidaya;
c. Menganalisis konstruksi sarana yang digunakan dalam budidaya;
d. Mengimplementasikan teknik pengikatan dan penanaman bibit
e. Mengimplementasikan pemeliharaan dan kontrol

3. Uraian Materi
a. Mengenal Eucheuma Cottonii

Eucheuma cottonii adalah salah satu jenis alga yang dapat hidup di
perairan laut dan merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki
perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Rumput laut atau
alga juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari
rumput laut yang tergolong dalam divisi Thallophyta. Ada empat kelas yang
dikenal dalam divisi Thallophyta yaitu Chlorophyceae (alga hijau),
Phaeophyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga merah) dan Cyanophyceae
(alga biru hijau). Alga hijau biru dan alga hijau banyak yang hidup dan
berkembang di air tawar, sedangkan alga merah dan alga coklat secara eksklusif
5

ditemukan sebagai habitat laut (Ghufran, 2010). Rumput laut jenis Eucheuma
cottonii merupakan salah satu carragaenophtytes yaitu rumput laut penghasil
karaginan, yang berupa senyawa polisakarida.

Karaginan dalam rumput laut mengandung serat (dietary fiber) yang


sangat tinggi. Serat yang terdapat pada karaginan merupakan bagian dari serat
gum yaitu jenis serat yang larut dalam air. Karaginan dapat terekstraksi dengan
air panas yang mempunyai kemampuan untuk membentuk gel. Sifat
pembentukan gel pada rumput laut ini dibutuhkan untuk menghasilkan pasta
yang baik, karena termasuk ke dalam golongan Rhodophyta yang
menghasilkan florin starch (Anggadiredja, 2011). Dalam dunia perdagangan
nasional dan internasional, Eucheuma cottonii umumnya lebih dikenal dengan
nama Cottonii.

Dua jenis rumput laut yang merupakan komoditas utama budidaya di


Indonesia yakni Glacillaria di tambak dan Eucheuma/Kappaphycus di laut.
Kappaphycus alvarezii atau yang lebih populer dengan nama Eucheuma
cottonii merupakan salah satu spesies yang paling banyak dibudidayakan di
Indonesia. Peluang pasar yang tinggi menjadikan komoditas ini semakin banyak
diminati.

Gambar 1. Eucheuma cottonii (WWF, 2014)


6

b. Lokasi Budidaya

Faktor utama menunjang keberhasilan budidaya rumput laut adalah


pemilihan lokasi yang tepat. Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh
kondisi ekologi setempat. Penentuan suatu lokasi harus disesuaikan dengan
metode budidaya yang akan digunakan. Penentuan lokasi yang salah berakibat
fatal bagi usaha budidaya rumput laut, karena laut yang dinamis tidak dapat
diprediksi. Dalam pemilihan lokasi untuk budidaya rumput laut, perlu
dipertimbangkan faktor resiko, kemudahan (aksesibilitas) dan faktor ekologis.
Faktor tersebut saling berkaitan dan saling mendukung. Untuk memperoleh
lokasi yang baik untuk budidaya, pemilihan perlu dilakukan di beberapa lokasi.

Dalam pemilihan lokasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:


a) Keterlindungan; lokasi harus terlindung untuk menghindari kerusakan
fisik rumput laut dari terpaan angin dan gelombang yang besar.
b) Yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut adalah dasar perairan
yang stabil, dengan konstruksi dasar terdiri dari potongan karang mati
bercampur dengan pasir karang, adanya seagrass, ini menunjukkan adanya
adanya gerakan air yang baik.
c) Kedalaman air, berkisar antara 30 – 60 cm pada surut terendah, supaya
rumput laut tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar matahari
secara langsung dan masing-masing memperoleh penetrasi sinar matahari
pada waktu pasang. Kedalaman maksimal berkisar setinggi orang berdiri
dengan mengangkat tangannya.
d) Salinitas, salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28 – 34% dengan
nilai optimum 33%. Untuk itu hindari lokasi sekitar muara sungai.
e) Suhu air berkisar 24 – 29%. Untuk itu harus diperhatikan keadaan musim
yang terjadi.
f) Keasaman (pH); kisaran pH antara 7 – 9. Nilai optimal diharapkan pada
kisaran 7,3 – 8,2. Perubahan pH akan mempengaruhi keseimbangan
kandungan karbon dioksida (CO2) yang secara umum dapat
membahayakan kehidupan biota laut dari tingkat produktivitas primer
7

perairan.
g) Angin dan arus; kecepatan arus yang diangap baik berkisar antara20-40
cm/detik
c. Kualitas Air

Didalam membudidayakan eucheuma cottonii, terdapat beberapa


persyaratan kualitas air, diantaranya:
a) Terdapat gerakan arus air, dengan kecepatan arus berkisar antara 0,5 m/
detik. Gerakan air diperlukan untuk mengangkut nutrisi yang diperlukan
untuk pertumbuhan rumput laut dan membantu membersihkan kotoran
yang menempel pada rumput laut. Gerakan arus tidak terlalu keras
sehingga tidak merusak rumput laut.
b) Kedalaman perairan disesuaikan dengan sistem budidaya. Kedalaman pada
metode lepas dasar sistem patok minimal 0,3 m saat surut terendah.
c) Perairan cukup jernih
d) Tinggi gelombang tidak terlalu besar (sebaiknya kurang dari 1,0 m)
sehingga tidak merusak konstruksi sarana budidaya dan rumput laut.
e) Jauhi lokasi yang dekat dengan sumber air tawar seperti muara sungai
karena salinitas yang rendah tidak baik untuk perkembangan rumput laut.
f) Jauhi lokasi dengan kandungan nitrat dan phosphat yang tinggi.
Kandungan N dan P yang lebih tinggi dari nilai rentang optimal
menandakan bahwa perairan tersebut mengalami eutrofikasi yang dapat
berpengaruh negatif terhadap rumput laut yang dibudidayakan, yaitu
meningkatnya pertumbuhan organisme penempel.

Tabel 1. Nilai Parameter Kualitas Air


No Parameter Satuan Rentang Optimum

1 Suhu 0C 26 – 32

2 Salinitas Ppt 27 – 34

3 pH 7 – 8,5
8

4 Nitrat ppm 1–3

5 Phosphat ppm 0,01 – 0,021

d. Peralatan Yang di Gunakan

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya eucheuma cottonii


dengan metode lepas dasar, sebagai berikut:
1) Tali Ris Utama
Tali ris utama adalah tali yang digunakan untuk mengikatkan tali ris
bentang berfungsi untuk memperkuat antar patok. Tali tersebut berbahan
dasar multifilament polyethylene (PE) berdiameter 6 – 8 mm.
2) Tali Ris Bentang
Tali ris bentang adalah tali atau media yang digunakan sebagai tempat
untuk menempelnya tali titik dan rumput laut. Tali tersebut berbahan dasar
multifilament polyethylene berdiameter 4-5 mm.
3) Tali Titik
Tali titik adalah tali yang berfungsi untuk mengikat bibit rumput
laut yang di selipkan pada tali ris bentang.
4) Patok Kayu
Patok kayu yang b e r d i m e t e r minimal 5 cm dengan panjang 1
meter. Patok dapat berupa kayu, bambu atau besi yang berfungsi sebagai
pancang untuk mengikatkan tali ris utama.
5) Patok Besi
Patok besi berdiameter minimal 2 cm dengan panjang 1meter.
6) Tali Rafia
Tali rafia berfungsi untuk mengikatkan bibit pada tali risbentang.

d. Konstruksi Sarana Budidaya

Konstruksi sarana budidaya dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Siapkan dua buah patok kayu dengan diameter ± 5 cm dan panjang 1
meter. Tancapkan kedua paton kayu tersebut denganjarak satu dengan
lainnya sekitar 15 – 25 meter sejajar dengan arah arus.
9

2) Selanjutnya proses pemasangan patok di sebelah patok yang sudah


terpasang. Pasang lagi patok-patok berikutnya di sebelahnya dengan
sejajar berjarak ± 50 cm. Ikat dan hubungkan antar patok dengan tali PE
diameter 6 mm atau 8 mm.
3) Ikatkan tali PE diameter 2 mm atau tali rapiah untuk pengikat bibit (tali
coban) pada tali bentangan PE diameter 4 mm dengan jarak ± 20 cm antar
pengikat bibit.
4) Bentangkan tali PE diameter 4 mm yang sudah ada bibit rumput laut pada
kedua patok tersebut (dari patok A ke patok B)

f. Pengikatan dan Penanaman Bibit

Menurut SNI (7673:2:2011) pengikatan bibit dilakukan dengan cara


simpul pita dan sedikit longgar. Pengikatan dilakukan di darat, tempat teduh
dan bersih dengan menjaga bibit dalam keadaan basah dan lembab. Waktu
pengikatan sebaiknya tidak lebih dari 4 jam. Menurut Parenrengi dkk. (2012)
menambahkan bahwa terdapat dua metode pengikatan bibit yaitu loop pendek
dan loop panjang. Pada loop pendek, pergerakan bibit lebih kaku dibandingkan
dengan loop panjang. Namun loop panjang lebih mudah terbelit jika kondisi
arus relative besar meskipun mudah dalam pengikatannya. Setelah bibit diikat,
maka bibit harus segera ditanam.

Gunakan tali yang mempunyai karakter lembut dan flesksibel sehingga


tidak merusak thallus, gunakan tali pengikat antara 15 cm hingga 20 cm. Pilih
pada bagian pangkal karena bagian ini adalah bagian yang paling kuat agar
bibit tidak mudah patah saat terhempas ombak. Berikut tahapan pengikatan
bibit:
1) Pilih bagian yang paling seimbang untuk mengikatnya
10

2) Ikat bibit jangan terlalu longgar karena akan menyebabkan bibit lepas dari
ikatan, juga jangan ikat bibit terlalu kuat sebab akan menyebabkan bibit
terpotong oleh tali pengikat. Ikatlah bibit jangan terlalu longgar juga
jangan terlalu kuat.

3) Jangan menaruh dua bibit atau lebih dalam setiap ikatan.

Tahapan penanaman bibit adalah sebagai berikut:


1) Bibit yang telah diikat disimpan secara rapi di tempat teduh sampai
jumlah tertentu yang bisa diangkut dengan mudah ke lokasi penanaman.
2) Angkat bibit yang telah diikat dengan hati-hati untuk dibawa ke lokasi
penanaman/budidaya. Hindarkan dari panas, air tawar/hujan, maupun
gesekan dengan benda kasar.
3) Bibit yang dipanen pada pagi hari dan langsung diikat sampai siang-sore,
maka maksimal harus ditanam pada sore harinya (tidak boleh bermalam)
dan lebih cepat lebih baik.
4) Ikatkan kembali tali bentangan yang berisi bibit dengan kuat
5) Pasang pelampung pada tali ris bentangan
11

g. Perawatan dan Pemeliharaan

Agar budidaya rumput laut eucheuma cottonii yang kita budidayakan


dengan baik dapat menghasilkan panen melimpah, ada beberapa langkah
perawatan yang wajib dilakukan yaitu:
1) Bersihkan thallus dari tumbuhan liar dan lumpur yang menempel sehingga
tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari yang masuk.
2) Bersihkan pula tali penggantung dari sampah ataupun tumbuhan liar
lainnya.
3) Periksalah keutuhan tali gantungan. Perbaiki jika ada yang putus atau
agak kendor. Bila perlu, diganti dengan yang baru.
4) Periksalah tanaman dari gangguan penyakit.
5) Hama rumput laut yang wajib diwaspadai adalah larva bulu babi,
teripang, ikan baronang dan ikan herbivora lainnya.
h. Panen

Panen rumput laut dilakukan secara benar hal ini guna menjaga kualitas
rumput laut yang akan diolah. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari
atau sore hari untuk menghindari panas matahari. Perlakuan panen
memberikan pengaruh nyata terhadap mutu karaginan yang mencakup
rendemen, viskositas (tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan
kadar abu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan, antara


lain :
 Rumput laut yang dipanen harus sudah memasuki umur panen
sebagaimana yang dipersyaratkan industri, yaitu 45 hari dengan
pencapaian berat rumput laut minimal 4 kali lipat daribibit awal. Pada
umur tersebut rumput laut mempunyai kualitas gel stength dan
mengandung karaginan yang optimal.
 Pemanenan dilakukan dengan jalan melepaskan rumpun rumput laut dari
ikatan tali ris, atau dengan memotong bagian pangkal batang dengan
menggunkanan pisau tajam agarmempertahankan rumput laut tetap utuh.
12

Hal ini untuk menghindari penurunkan mutu rumput laut. Perlakuan panen
dengan jalah diserut/dipatahkan pada bagian batang atauthallus akan
menyebabkan keluarnya gel pada permukaan patahan, sehingga secara
langsung akan menurunkan mutu rumput laut.

i. Seleksi Hasil Panen

Jenis produk rumput laut secara umum dibedakan berupa rumput laut
kering dan rumput laut segar. Perlu diketahui bahwa pada sebagian
pembudidaya proses pemanenan ada yang dilakukan dengan pemanenan total,
artinya setelah mencapai umur 45 hari rumput laut dipanen untuk kemudian
dilakukan seleksi untuk memisahkan thallus muda yang kemudian akan
dijadikan bibit untuk ditanam kembali.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan seleksi hasil


panen basah antara lain :
1. Memisahkan antara rumput laut siap jemur/panen dengan thallus untuk
dijadikan bibit rumput laut. Umur rumput laut siap panen dengan bibit
dapat dilihat berdasarkan tampilan thallus rumput laut. Thallus yang muda
cenderung mempunyai tampilan warna cerah/transparan serta bila
dipatahkan akan langsung patah dengan mudah.
2. Memisahkan rumput laut dengan jenis rumput laut lain, biasanya tidak
jarang pada saat proses budidaya rumput laut Eucheuma
cottoni terdapat jenis lain yang menjadi competitormisalnya, Gracillaria,
Spinosum
sp maupun Sargassum yang menempel pada rumpun terutama pada
budidaya dengan metode lepas dasar.
3. Memisahkan rumput laut dari kemungkinan menempelnya jenis
ganggang/lumut, kotoran maupun jenis hewan air penempel lain
4. Hasil panen rumput laut basah harus dibersihkan dengan jalan dicuci
sebelumnya dengan air laut sebelum dijemur.
13

i. Hama dan Penyakit


1) Hama
Tabel 2. Hama

No Hama Gejala Penanggulangan

1 Penyu Hijau Rumput laut  Usir/tangkaplah hama


hilang dan patah yang menyerang dan
(bekas gigitan pindahkan ke luar area
penyu) budidaya dengan cara yang
tidak mematikan.
 Pengontrolan rutinterhadap
unitbudidaya`
 Penanaman massalsecara
bersamaan

Ikan baronang, Rumput laut  Lakukan penanaman


kakatua hilang, geripis massal secara bersamaan
(disebabkan pada suatulokasi
serangan  Menggantungkan benda
barongan kecil) yangmenghasilkan bunyi
2 digerogoti, patah atau memantulkancahaya
contohnyadengan botol
kosongyang diisi
kelereng/batu ataudengan
kepingan vcd bekas
 Pengontrolan rutin
Bulu Babi Digerogoti, Ambillah hama yang
patah, layu menyerang dan pindahkan ke
3
luar areabudidaya dengan cara
yang tidak mematikan
14

Siput Digerogoti, Ambillah hama yang


patah, layu, menyerang dan pindahkan ke
4
warna menjadi luar areabudidaya dengan cara
kuning pucat yang tidak mematikan
Teripang Digerogoti, Ambillah hama yang
patah, layu, menyerang dan pindahkan ke
5
warna menjadi luar areabudidaya dengan cara
kuning pucat yang tidak mematikan
Bintang Laut Digerogoti, Ambillah hama yang
patah, layu, menyerang dan pindahkan ke
6
warna menjadi luar areabudidaya dengan cara
kuning pucat yang tidak mematikan
Dugong Rumput laut Ambillah hama yang
hilang menyerang dan pindahkan ke

7 luar areabudidaya dengan cara


yang tidak mematikan

2) Penyakit dan Gulma


Tabel 3. Penyakit dan Gulma

No Penyakit/ Gelaja dan


Penanggulangan
Gulma Akibat
1 Penyakit ice-ice
1. Perubahan kondisi air Panen segera, pindahkan
secara drastis lokasibudidaya atau
terutama suhu berhenti menanam

2. Pertumbuhan lambat, selama beberapabulan


memutih (pucat),
patah.
3. Bercak putih biasanya
muncul dari batang
15

tempatikatan rumput
laut
4. Rumput laut yang
terserangbiasanya
berlendir
5. Setelah memutih,
maka batang
akan hancur
2 Gulma 1. : Menempel dan Hindari lokasi endemik
makroalga (Ulva merusak rumput lau. gulma, bersihkan rumput
spp., 6. Menghambat laut dengan cara
Enteromorpha pertumbuhan menggoyang tali bentangan
spp., dengan tangan secara teratur
Cladophora
spp.)

4. Rangkuman
a. Eucheuma cottoni merupakan salah satu jenis rumput laut merah dan
berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena keragian yang
dihasilkan termasuk fraksi kappa-karagian.
b. Dua jenis rumput laut yang merupakan komoditas utama budidaya di
Indonesia yakni Glacillaria di tambak dan Eucheuma/Kappaphycus di laut.
c. Faktor utama menunjang keberhasilan budidaya rumput laut adalah
pemilihan lokasi yang tepat. Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan
oleh kondisi ekologi setempat.
d. Menurut SNI (7673:2:2011) pengikatan bibit dilakukan dengan cara simpul
pita dan sedikit longgar. Pengikatan dilakukan di darat, tempat teduh dan
bersih dengan menjaga bibit dalam keadaan basah dan lembab.
e. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari untuk
menghindari panas matahari. Perlakuan panen memberikan pengaruh
nyata terhadap mutu karaginan yang mencakup rendemen, viskositas
(tingkat kekentalan), kekuatan gel (gel strength) dan kadar abu.
16

f. Hama yang menyerang umumnya Penyu hijau, ikan baronang, bulu babi,
siput, teripang, bintang laut dan dugong. Sedangkan penyakit yang
menyerang adalah ice-ice dan gulma makroalga.

5. Tugas Terstruktur
Setelah membaca materi ajar dan memahami uraian materi serta contoh-
contoh yang disajikan diatas cobalah untuk mengerjakan tugas terstruktur
berikut ini:
Observasi pada kegiatan praktek di lapangan
 Lakukan proses budidaya eucheuma cottonii secara langsung dimulai
pembuatan konstruksi wadah budidaya dengan menyiapkan semua peralatan
yang dibutuhkan dalam metodelepas dasar.
 Lakukan kegiatan secara bertahap sampai pada kegiatan penanaman bibit.
 Kemudian buatlah rangkuman atas kegiatan praktek yang sudah
dilaksanakan berserta kendala-kendala yang dihadapi selama malaksanakan
praktek.

6. Forum Diskusi
Untuk menambah penguasaan materi Saudara, silakan beri pendapat
mengenai topik diskusi dibawah ini:
 Sebagai seorang guru yang profesional, apakah saudara sudah memahami
materi budidaya eucheuma cottonii dengan metode lepas dasar?
 Jika sudah, bagaimana respon dari peserta didik saudara?
 Jika belum memahami materi budidaya eucheuma cottoni dengan metode
lepas dasar, kira-kira kesulitan atau kendala apa saja yang saudara hadapi
dalam mengajarkan materi budidaya eucheuma cottonii dengan metode
lepas dasar?
 Bagaimana solusi yang saudara lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
17

C. PENUTUP

1. Tes Sumatif
1) Rumput laut atau alga juga dikenal dengan nama seaweed merupakan
bagian terbesar dari rumput laut yang tergolong dalam divisi:
a. Thallophyta
b. Dietary
c. Solieraciae
d. Gelidium
e. Gigartina
2) Di bawah ini yang termasuk kedalam kelas dalam divisi Thallophyta,
kecuali:
a. Chlorophyceae
b. Phaeophyceae
c. Rhodophyceae
d. Cyanophyceae
e. Solieraciae
3) Kappaphycus alvarezii atau yang lebih populer dikenal dengan nama:
a. Sargassum
b. Enteromorpha
c. Eucheuma cottonii
d. Thallus
e. Carpospora
4) Didalam pemilihan lokasi, pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh:
a. Kondisi perairan yang stabil
b. Kondisi perairan yang dangkal
c. Kondisi ekologi setempat
d. Kondisi sekitar lokasi
e. Kondisi keseluruhan lokasi
18

5) Penentuan lokasi yang salah berakibat fatal bagi usaha budidaya rumput
laut, karena:
a. Tidak memenuhi kriteria lokasi yang baik
b. Kualitas air diperairan tidak stabil
c. Bibit yang di tanam akan mati
d. Dapat diserang hama dan penyakit
e. Laut yang dinamis tidak dapat diprediksi
6) Dalam pemilihan lokasi yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut,
kecuali:
a. Keterlindungan; lokasi harus terlindung untuk menghindari kerusakan
fisik rumput laut dari terpaan angin dan gelombang yang besar
b. Salinitas, salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28 – 34 %
dengan nilai optimum 33%.
c. Suhu air berkisar 24 – 29 %
d. Angin dan arus; kecepatan arus yang dianggap baik berkisar antara 20 –
40 cm/detik.
e. Kedalam air, berkisar antara 90 – 110 cm pada surut terendah.
7) Dibawah ini merupakan peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya
eucheuma chottonii, kecuali:
a. Tali ris utama
b. Tali ris bentang
c. Patok kayu
d. Tali patok tanda
e. Tali rafia
8) Tali ris utama yang digunakan untuk mengikatkan tali ris bentang yaitu
taliyang berbahan dasar:
a. Nylon
b. Polyethylene
c. Multifilament polyethylene
d. Polypropylene
e. Polyester
19

9) Fungsi dari tali titik adalah:


a. Untuk mengikat bibit rumput laut yang diselipkan pada tali ris bentang
b. Untuk mengikat bibit rumput laut yang diselipkan pada tali ris utama
c. Untuk mengikat bibit rumput laut yang ikatkan pada patok kayu
d. Untuk mengikat satu patok dengan patok lainnya sehingga saling
berkesinambungan
e. Untuk mengikat tali ris bentang agar tidak longgar agar selalu bisa
menahan tali ris utama
10) Fungsi dari patok kayu adalah:
a. Sebagai penguat semua sisi bagian konstruksi
b. Sebagai tanda titik pancang
c. Sebagai pancang untuk mengikatkan tali ris utama
d. Sebagai pancang untuk mengikatkan tali ris bentang
e. Sebagai tanda titik pancang untuk mengikatkan tali ris utama dan tali
risbentang
11) Menurut SNI (7673:2:2021), pengiakatan bibit dilakukan dengan cara:
a. Simpul pita dan sedikit longgar
b. Simpul jangkar dan sedikit longgar
c. Simpul pangkal dan sedikit longgar
d. Simpul anyam dan sedikit longgar
e. Simpul ujung tali dan sedikit longgar
12) Agar budidaya rumput laut eucheuma cottonii yang kita budidayakan
dapat menghasilkan panen melimpah, beberapa langkah perawatan berikut
wajib dilakukan, kecuali:
a. Bersihkan thallus dari tumbuhan liar dan lumpur yang menempel
sehingga tidak menghalangi tanaman dari sinar matahari yang masuk
b. Bersihkan pula tali penggantung dari sampah ataupun tumbuhan liar
lainnya
c. Periksalah keutuhan tali gantungan. Perbaiki jika ada yang putus atau
agak kendor. Bila perlu diganti dengan yang baru
d. Ikatkan kembali tali bentangan yang berisi bibit dengan kuat
20

e. Periksalah tanaman dari gangguan penyakit


13) Hama rumput laut yang wajib diwaspadai adalah:
a. Landak, teripang
b. Landak, ikan herbivora lainnya
c. Larva bulu babi, teripang, ikan baronang dan ikan herbivora lainnya
d. Ikan teripang dan bulu babi
e. Ikan herbivora
14) Pemanenan rumput laut sebaiknya dilakukan:
a. Pada pagi hari atau sore hari untuk menghindari panas matahari
b. Pada siang hari
c. Pada pagi hari
d. Pada malam hari
e. Tergantung situasi yang kita ingingkan
15) Berikut ini merupakan salah satu pengaruh nyata terhadap perlakuan
panen,kecuali:
a. Umur rumput laut
b. Kesegaran
c. Kekuatan gel (gel strenght)
d. Habitat
e. Thallus
16) Jenis produk rumput laut secara umum dibedakan berupa:
a. Rumput laut kering
b. Rumput laut basah dan rumput laut segar
c. Rumput laut basah
d. Rumput laut yang bernilai ekonomis
e. Rumput laut kering dan rumput laut segar
17) Thallus yang muda cenderung mempunyai tampilan warna:
a. kecoklatan
b. Cerah/transparan
c. Kehijauan
d. Hijau kebiruan
21

e. kemerahan
18) Serangan hama dengan gejala yang ditimbulkan berupa rumput laut hilang,
geripis, di gerogoti, patah merupakan serangan:
a. Teripang
b. Penyu hijau
c. Ikan baronang, kakatua
d. Bulu babi
e. Siput
19) Serangan hama dengan gejala yang ditimbulkan berupa digerogoti,
patah,layu merupakan serangan:
a. Siput
b. Teripang
c. Bintang laut
d. Bulu babi
e. Penyu hijau
20) Penanggulangan atas serangan penyakit ice-ice adalah:
a. Panen segera, pindahkan lokasi budidaya atau berhenti
menanam selama beberapa bulan
b. Panen segera, tetap di lokasi budidaya sampai saat panen
total tiba
c. Panen sebagian, karena serangan tidak terlalu berbahaya
d. Potong dan buang bagian yang terkena penyakit lalu
lanjutkan budidaya sampai saat panen tiba
e. bersihkan rumput laut dengan produk berbahan kimia
22

2. Kunci Jawaban
1) A
2) E
3) C
4) C
5) E
6) E
7) D
8) C
9) A
10) C
11) A
12) D
13) C
14) A
15) C
16) E
17) B
18) C
19) D
20) A
23

Daftar Pustaka

https://www.teorieno.com/2016/10/pengertian-rumput-laut.html

http://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-
pendukung/DIT%20PERBENIHAN/SNI%20Perbenihan/SNI%20Bibit%2
0Rumput%20Laut%20Cotoni/18671_SNI%207673.1-2011%20(LK-
metode%20lepas%20dasar)_web.pdf

Jurnal Harpodon Borneo Vol.5. No.2. Oktober. 2012


http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1070956&val=
5406&title=POTENSI%20SUMBERDAYA%20RUMPUT%20LAUT
Pada tanggal 27 Juli 2021

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/4131/2/kaimuddina%201-2.pdf

https://www.dunia-perairan.com/2019/10/metode-budidaya-rumput-laut-
jenis.html

WWF-Indonesia. 2014. BUDIDAYA RUMPUT LAUT. Versi 1. Seri Panduan


Perikanan Skala Kecil. Jakarta Selatan: WWF-Indonesia
http://awsassets.wwf.or.id/downloads/bmp_budidaya_rumput_laut_k otoni
sacol dan_spinosum.pdf Pada tanggal 27 Juli 2021

https://raheemtabet.wordpress.com/2014/03/04/budidaya-rumput-laut-e- cottonii-
dengan-metode-off-bottom/

https://ilmubudidaya.com/teknik-budidaya-rumput-laut-eucheuma-cottonii

http://dkpp.luwutimurkab.go.id/index.php/berita/103-rumput-laut-e-cottonii

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma/article/view/2804/2306
http://djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/265/PETUNJUK-PRAKTIS-
MENGELOLA-PASCA-PANEN-RUMPUT-LAUT/?category_id=13

Anda mungkin juga menyukai