Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERAIRAN

MIKROALGA PERAIRAN PURNAMA DUMAI

OLEH

PUTRI CECYLIA NAIBAHO


2104111596
KELOMPOK : 1

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya laporan yang berjudul “Kultur Mikroalga” yang merupakan hasil
observasi lapangan yang dilakukan di perairan Desa Purnama Kota Dumai, pada
tanggal 18 Maret 2023 dan telah dirangkum dan disusun berdasarkan data dan
informasi yang telah di kumpulkan pada kegiatan praktikum.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan laporan
ini, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan ini
dengan tujuan untuk melengkapi tugas praktikum mata kuliah Mikrobiologi
Perairan. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
Lapangan Bapak Dr. Budijono, S.Pi., M. Sc dan Bapak Syafri Boy, S.Pi.,M.Si
serta asisten laboratorium dan teman-teman sekelompok saya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, April 2023

Putri Cecylia Naibaho


DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum......................................................... 2

II. METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1. Waktu dan Tempat............................................................................ 3
2.2. Alat dan bahan................................................................................... 4
2.3. Metode Praktikum............................................................................. 5
2.4. Prosedur Pratikum............................................................................. 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil.................................................................................................. 6
3.2. Pembahasan....................................................................................... 7

IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................................ 8
4.2. Saran.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat yang digunakan praktikum.................................................................. 3


2. Bahan yang digunakan praktikum............................................................... 4
3. Jenis alga yang ditemukan.......................................................................... 6
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Microcystis sp............................................................................................. 6
2. Pediastrum duplex...................................................................................... 6
3. H. pluvialis ................................................................................................. 6
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Lokasi Pengambilan Sampel .......................................................................... 13
2. Alat dan bahan yang digunakan..................................................................... 14
3. Prosedur Praktikum........................................................................................ 15
4. Jenis alga yang ditemukan diperairan rawa gambut........................................ 16
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan tempat yang kaya akan ekosistem perairan, salah
satunya Provinsi Riau, Kota Dumai yang merupakan salah satu provinsi dan kota
di Indonesia dengan ekosistem perairan yang cukup luas dan memiliki potensi
perairan yang cukup menjanjikan seperti banyaknya populasi yang berada di
ekosistem perairan. Perairan sungai merupakan tempat yang memiliki peran
penting bagi semua makhluk hidup. Keberadaan ekosistem sungai dapat
memberikan manfaat bagi makhluk hidup, baik yang hidup di dalam sungai
maupun yang ada disekitarnya.
Mikroalga merupakan mikroorganisme aquatik yang berukuran mikroskopik.
Bersifat fotoautotrof karena dapat melakukan fotosintesis dan membuat makanan
sendiri. Habitatnya di tempat yang lembab, air tawar dan air laut. Mikroalga
mempunyai karakteristik yaitu tidak mempunyai akar, batang dan daun. Mampu
melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen serta karbon dioksida pada
waktu yang bersamaan sehingga mengurangi terjadinya efek rumah kaca dan
meminimalisasi terjadinya global warming (Winahyu, 2013). Ukuran mikroalga
relatif sangat kecil dengan diameter 0,1 – 200 µ. Morfologi mikroalga berbentuk
uniseluler dan hidup secara berkoloni atau individual (Soeprobowati & Hariyati,
2016). Mikroalga dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran suhu 20-30ºC
dengan derajat keasaman (pH) berkisar 6,5 – 9,5 (Harmoko, 2017).
Mikroalga dapat ditemukan pada perairan yang memiliki intensitas cahaya
matahari cukup tinggi dan kecerahan air yang baik, sehingga cahaya matahari
dapat masuk dari permukaan sampai kedalaman perairan. Kedalaman air yang
rendah dan kualitas air yang jernih merupakan salah satu ciri terdapatnya
intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi. Kecerahan air yang rendah dan
kurangnya intensitas cahaya matahari memungkinkan organisme perairan tidak
dapat hidup karena tidak dapat melakukan fotosintesis (Erdina, 2014). Intensitas
cahaya dapat menurun dengan bertambahnya kedalaman perairan. Perubahan
intensitas cahaya menyebabkan mikroorganisme melakukan pergerakan secara
vertikal di dalam air.
Keanekaragaman yang tinggi menunjukan komunitas yang tinggi dan variasi
spesies yang besar (Winahyu, 2013). Keanekaragaman suatu perairan ditandai
dengan banyaknya spesies organisme yang membentuk komunitas dalam perairan
tersebut. Semakin tinggi keanekaragamannya maka semakin banyak jumlah
spesies organisme yang mendiami kawasan perairan tersebut dan sebaliknya.
Keanekaragaman yang tinggi memungkinkan tidak adanya pencemaran air. Tinggi
dan rendahnya keanekaragaman dapat menjadi indikator terjadinya kerusakan
pada suatu ekosistem perairan (Wijiyono, 2013).
Mikroalga atau phytoplankton adalah salah satu jenis pakan alami yang
keberadaannya dalam balai benih perikanan (hatchery) sangat penting (Iba et al,
2014).Sebagai basis dalam rantai makanan perairan dan kandungan nutrisinya
yang memadai, mikroalga merupakan pakan alami pertama yang harus
diberikan kepada larva udang dan ikan dalam hatchery setelah fase kuning
telur selesai (Halima, 2017). Mikroalga digunakan juga sebagai pakan
bagi pakan alami yang lain seperti artemia dan rotifer yang menetukan
kelangsungan hidup larva ikan dan udang dalam hatchery sampai siap untuk
dijual dalam bentuk benih (Iba et al, 2014).
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini ialah mengetahui keanekaragaman mikroalga di
perairan gambut dan mempelajari berbagai aspek terkait dengan mikroalga,
seperti morfologi, pertumbuhan, reproduksi, fisiologi, dan perannya dalam
ekosistem.
Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui cara isolasi ,
pembuatan media dan seteril serta memperoleh pengalaman praktis dalam
melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, yang sangat berguna
dalam mempersiapkan karir di bidang biologi, kelautan, dan teknologi lingkungan
perairan gambut.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan dua kali praktikum yang dimana untuk praktikum pertama
yaitu Praktikum lapangan Mikrobiologi Perairan dilakukan di Muara Sungai
Masjid, Desa Purnama, Kecamatan Dumai Baru, Kota Dumai pada hari Minggu,
18 Maret 2023 pada pukul 11.00 WIB hingga selesai dan praktikum yang kedua
dilakukan dilaboratorium Pengelohan Limbah (PL) Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Riau pada tanggal 30 Maret 2023 untuk mengidentifikasi jenis-
jenis mikroalga yang hidup diperairan gambut Dumai.

2.2. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat yang digunakan pada saat praktikum
No. Alat yang digunakan Kegunaan

1. Toples (volume 1 liter) Untuk wadah sampel yang


akan diaerasi.
2. Mikroskop Alat yang untuk
mengidentifikasi jenis
alga.
3. Objek glass Wadah sampel yang akan
diidentifikasi.
4. Cover glass Penutup wadah yang akan
diidentifikasi.
5. Botol plankton Wadah sampel setelah
disaring.
6. Pipet tetes Alat mengambil sampel.
7. Plankton net Alat penyaring sampel.
8. Ember Wadah untuk mengambil
sampel.
9. Alat aerasi Alat untuk memberi
oksigen pada sampel.
10. Buku penuntun praktikum Untuk pedoman saat
praktikum.
11. Alat tulis Alat untuk menulis hasil
identifikasi
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada saat praktikum
No Bahan yang digunakan kegunaan

1. Air rawa gambut perairan Dumai Sampel yang akan diamati


2. Aquades Bahan pengencer
3. Pupuk NPK Bahan untuk mengaerasi
sampel

2.3. Prosedur Praktikum


2.3.1. Pengambilan Sampel
Dalam praktikum ini,hal yang pertama dilakukan yaitu mengambil sampel
di Perairan Sungai Mesjid, Kelurahan Purnama, Kota Dumai. Pengambilan
sampel dilakukan Setelah mengukur parameter fisika dan kimia perairan
selanjutnya menggambil sampel plankton dengan bantuan plankton net. Pertama
tentukan volume ember yang akan digunakan. Selanjutnya air disaring
menggunakan plankton net dengan jumlah 50 liter dan 5 kali pengulangan
menggunakan ember 10 liter. Lalu air contoh yang tersaring dari plankton net
pada botol penampung dipindahkan kedalam botol sampel. Kemudian diberi 1
tetes larutan lugol. Sampel hidup mikroalga kemudian di aerasi dan diberi pupuk
NPK.
2.4.1. Sterilisasi Alat
Pertama siapkan alat atau media yang akan dibersihkan seperti, toples 2 liter,
selang aerasi, batu aerasi, cabang T, pipet ukur, gelas ukur, Erlenmeyer. Kemudian
bersihkan menggunakan sabun cair (sunlight, mama lemon dan lainnya) dan disikat
ataupun spon hingga noda pada alat-alat tersebut hilang. Setelah dicuci, kemudian alat
tersebut dibilas menggunakan aquades. Semua alat dikeringkan menggunakan tisu dan
dibiarkan hingga kering kemudian diletakkan pada rak yang telah disediakan.
Selanjutnya alat siap digunakan untuk pengkulturan.
2.4.3. Identifikasi mikroalga
Pertama siapkan gelas objek yang akan digunakan, kemudian sampel diambil
menggunakan mikropipet dan diletakkan di gelas objek, lalu diamati dibawah mikroskop.
Selanjutnya gambar/ dokumentasikan mikroalga jenis yang ditemukan. Hasil pengamatan
diidentifikasi dengan membandingkan ciri-ciri mikroalga pada referensi.
2.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini menggunakan metode secara
langsung, yang dimana praktikum dilakukan tanpa ada perantara untuk melakukan
praktikum ini. Menggunakan metode praktikum secara langsung dapat memudahkan kita
dalam mengidentifikasi sebuah sampel yang akan di identifikasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan di Laboratorium Biologi
Perikanan, maka ditemukan 3 jenias mikrolaga sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis Mikroalga
No Gambar Jenis
.

1.

Microcystis sp.

2.

Pediastrum duplex

3.

Haematococcus pluvialis

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di bawah mikroskop di
temukan 3 jenis spesies plankton yaitu Microcystis sp, Pediastrum duplex dan
Haematococcus pluvialis. Ketiga jenis mikroalga ini umumnya ditemui di
perairan tawar namun juga dapat ditemui di perairan gambut.
Microcystis sp adalah jenis ganggang biru-hijau (cyanobacteria) yang
biasanya tumbuh di permukaan air. Dalam kondisi normal, Microcystis tidak
berbahaya bagi organisme lain atau manusia. Dalam kondisi tertentu, seperti
musim panas yang terik di daerah subtropis dengan makanan melimpah, spesies
ini dapat tumbuh dengan cepat disebut sebagai “mekar alga” (Retnaningdyah C. et
al., 2019).
Microcystis sp adalah jenis ganggang biru-hijau (cyanobacteria) yang
biasanya tumbuh di permukaan air. Dalam kondisi berkembang biak, Microcystis
dapat menghasilkan racun yang disebut microcystin, yang terutama dilepaskan ke
udara saat sel mati dan pecah. Microcystin memiliki sifat yang sangat toksik
terhadap tumbuhan dan hewan yang dapat menyebabkan kematian
(Retnaningdyah C. et al., 2019).Klasifikasi Microcystis sp menurut (Kützing,
1833), yaitu:
Kerajaan:  Eubacteria
Filum : Cyanobacteria;
Kelas :Cyanophyceae
Urutan : Chroococcales
Keluarga : Microcystaceae
Genus : Microcystis sp.
Secara umum ciri-ciri filum arthropoda adalah sebagai berikut:
Tidak diselubungi dengan membran, hidup di berbagai tempat seperti tanah,
perairan, batu-batuan serta inti bongkahan batu, memiliki klorofil dan karatenoid,
fikos ianin, dan beberapa memiliki koerirtrin,
dapat bergerak dengan pergerakan meluncur, tidak berflagel, berkoloni,
sebagian dari Cyanobacteri dapat berkoloni dengan bentuk flamen danmemiliki
hetersista.
Pediastrum duplex merupakan genus ganggang hijau yang banyak ditemukan
di mikrohabitat air tawar karena memiliki sebaran kosmopolitan. Banyak spesies
alga ini telah dideskripsikan. Mereka biasanya organisme planktonik, melayang
dan mengambang di kolam, rawa, kolam dan danau.
Pediastrum duplex  (Bold, 2013) berarti bintang polos. Klasifikasi Pediastrum
duplex
Divisi : Chlorophyta
Class: Chlorophyceae
Ordo: Chlorococcales
Family: Hydrodictyaceae
Genus : Pediastrum
Species : Pediastrum duplex.
 Nama ini menyiratkan bentuknya. Genus adalah bentuk koloni tebal bersel
satu, yang terdiri dari banyak sel sebanyak 2 (jarang), 4, 8, 16, 32, 64, 128 sel atau
kelipatan 2, tergantung spesiesnya (biasanya 4 sampai 64 sel). Sebagian besar
spesies adalah koloni berbentuk bintang yang merupakan konfigurasi datar,
melingkar atau kadang-kadang tidak beraturan (Prescott, 2012). Koloni terdiri dari
dua bentuk sel yang berbeda yaitu lapisan tunggal atau banyak lapisan sel bagian
dalam yang tidak diproses dan lapisan tunggal sel yang diproses terluar. Sel tepi
memiliki satu, dua atau tiga proses untuk setiap spesies dan oleh karena itu jenis
dan bentuk sel ini, termasuk gambar dan jumlah proyeksi merupakan karakteristik
yang sangat penting untuk identifikasi spesies. 
Reproduksi aseksual ganggang ini terjadi dengan pembentukan
autokoloni. Dalam proses ini zoospora biflagellata, spora motil yang memiliki dua
flagela, diproduksi oleh sel dalam koloni dan diselimuti oleh vesikel yang
merupakan lapisan terdalam dari dinding sel (Bold, 2013). Meskipun setiap sel
dapat menghasilkan zoospora, tidak semua sel dapat memproduksinya secara
bersamaan. Zoospora terjadi dengan pembelahan mitosis nuklir berulang tanpa
sitokinesis, pembelahan sitoplasma, dan dengan demikian sel induk berinti
banyak. Setelah itu, sitokinesis untuk setiap nukleus terjadi secara serempak dan
banyak sel anak yang tidak berinti berubah menjadi zoospora biflagellata yang
berenang bebas di dalam vesikel. Selanjutnya, setiap zoospora mengatur dirinya
sendiri untuk membentuk koloni baru yang lebih muda dengan dukungan
mikrotubulus. 
Haematococcus pluvialis adalah spesies ganggang hijau yang termasuk ke
dalam filum Chlorophyta.[1] Penelitian mengenai H.pluvialis dimulai pada tahun
1797 oleh Girod-chantrans dan penelitian tersebut dilanjutkan oleh peneliti eropa
lainnya. Deskripsi mengenai H.pluvialis pertama kali di lakukan oleh Flotow pada
tahun 1844 dan pada tahun 1851 Braun menambahkan detail informasi dan
mengkoreksi beberapa kesalahan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya.
Haematococcus pluvialis memiliki persebaran yang luas, terutama pada
kawasan yang memiliki empat musim. Spesies ini dikenal karena kemampuannya
dalam memproduksi astaxanthin. Klasifikasi Haematococcus pluvialis 
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Viridiplantae
Filum: Chlorophyta
Kelas: Chlorophyceae
Ordo: Chlamydomonadales
Famili: Haematococcaceae
Genus: Haematococcus
Spesies: H. pluvialis
Dalam keadaan lingkungan yang optimal untuk
pertumbuhannya, organisme ini bewarna hijau dan berenang bebas di perairan
tawar. Haematococcus akan memproduksi astaxanthin dalam cekaman stres pada
kondisi lingkungan yang minim akan nutrisi,kadar garam tinggi, paparan sinar
yang cukup tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya,
mereka akan membentuk spora dan dengan cepat akan mengakumulasi
astaxanthin pada selnya, sebagai bentuk perlindungan dari kondisi yang tidak
menguntungkan. Spora akan terpecah kembali ketika kondisi lingkungan telah
sesuai untuk pertumbuhannya dan H.pluvialis akan kembali berwarna hijau.

 
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop di temukan 3 jenis
spesies plankton yaitu Microcystis sp., Pediastrum duplex dan Haematococcus
pluvialis. Berdasarkan hasil jumlah spesies mikrolaga yang ditemukan dari
perairan rawa gambut yang pada umum seharusnya terdapat pada perairan tawar.
Keanekaragaman yang tinggi menunjukan komunitas yang tinggi dan variasi
spesies yang besar (Winahyu, 2013). Keanekaragaman suatu perairan ditandai
dengan banyaknya spesies organisme yang membentuk komunitas dalam perairan
tersebut. Semakin tinggi keanekaragamannya maka semakin banyak jumlah
spesies organisme yang mendiami kawasan perairan tersebut dan sebaliknya.
Keanekaragaman yang tinggi memungkinkan tidak adanya pencemaran air. Tinggi
dan rendahnya keanekaragaman dapat menjadi indikator terjadinya kerusakan
pada suatu ekosistem perairan.
4.2. Saran
Saran saya kedepannya lebih teiliti dan berhati-hati saat mengambil sampel
agar data yang di dapat lebih tepatdan lebih teliti didalam melakukan pengamatan
di Laboratorium agar hasil yang di dapatkan lebih valid serta sebaiknya alat – alat
di laboratorium dapat di lengkapi dengan jumlah peralatan yang cukup agar pada
saat melakukan praktikum, praktikan tidak perlu menunggu giliran dengan
kelompok lain. Karena hal ini justu memakan waktu yang banyak sehingga
nantinya praktikumnya juga akan berlangsung lebih lama dari jadwal yang
seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bold, HC 2013. Pengantar Alga: struktur dan reproduksi . edisi ke-


2. Amerika Serikat: Prentice-Hall.
Erdina, L., Ajizah, A., & Hardiansyah. (2014, Juni). Keanekaragaman dan
Kelimpahan Alga Mikroskopik pada Daerah Persawahan di Desa Sungai Lumbah
Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Wahana-Bio, 3, 72-91.
Halima, N.B. 2017. Why is it important to use algae in aquaculture? J
Biochem Biotech 1:11-13.
Harmoko, Lokaria, E., & Misra, S. (2017). Eksplorasi Mikroalga di Air
Terjun Watervang Kota Lubuklinggau. Bioedukasi, 8(1), 75-82.
Iba W., Rice M.A. & Wikfors G.H. 2014. Microalgae in eastern
pacific white shrimp, Litopenaeus vannamei (Boone 1931) hatcheries: a review
on roles and culture environments. Asian Fisheries Science Journal. 27:12-
233
Prescott, GW 2013. Cara Mengetahui Ganggang Air Tawar . edisi ke-
3. Amerika Serikat: Wm. C. Penerbit Brown.
Retnaningdyah, C., U. Marwati, Suharjono, N. Ajijah, Marjono, A.
Soegianto, & B. Irawan. 2009.
Wijiyono, S. A. (2013). Keanekaragaman Fitoplanton di Dalam Kolam
Bioremediasi di PTAPB-Batan Yogyakarta. Prosiding Seminar Penelitian dan
Pengelolaan Perangkat Nuklir PTAPB (hal. 101-106). Yogyakarta: Batan.
Winahyu, D., Anggraini, Y., Rustiati, E. L., Master, J., & Setiawan, A.
(2013). Studi Pendahuluan Mengenai Keanekaragaman Mikroalga di Pusat
Konservasi Gajah, Taman Nasional Way Kambas. Proceedings Semirata (hal. 93-
98). Lampung: FMIPA UNILA.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel
Muara Sungai Mesjid , Kota Dumai
Lampiran2. Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum

Mikroskop
Toples (vol 1 liter) Objek glass

Pipet tetes
Cover glass Botol plankton

Ember Alat aerasi


plankton net
Buku penuntun Air rawa gambut Aquades
praktikum

Pupuk NPK
Lampiran 3. Prosedur Praktikum
Sterilisasi alat praktikum
Lampiran 4. Jenis Mikroalga Yang Didapat
1

Anda mungkin juga menyukai