OLEH
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya laporan yang berjudul “Kultur Mikroalga” yang merupakan hasil
observasi lapangan yang dilakukan di perairan Desa Purnama Kota Dumai, pada
tanggal 18 Maret 2023 dan telah dirangkum dan disusun berdasarkan data dan
informasi yang telah di kumpulkan pada kegiatan praktikum.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan laporan
ini, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum lapangan ini
dengan tujuan untuk melengkapi tugas praktikum mata kuliah Mikrobiologi
Perairan. Maka penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
Lapangan Bapak Dr. Budijono, S.Pi., M. Sc dan Bapak Syafri Boy, S.Pi.,M.Si
serta asisten laboratorium dan teman-teman sekelompok saya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan ini.
Isi Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum......................................................... 2
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan........................................................................................ 8
4.2. Saran.................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
1. Microcystis sp............................................................................................. 6
2. Pediastrum duplex...................................................................................... 6
3. H. pluvialis ................................................................................................. 6
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Lokasi Pengambilan Sampel .......................................................................... 13
2. Alat dan bahan yang digunakan..................................................................... 14
3. Prosedur Praktikum........................................................................................ 15
4. Jenis alga yang ditemukan diperairan rawa gambut........................................ 16
I. PENDAHULUAN
3.1. Hasil
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan di Laboratorium Biologi
Perikanan, maka ditemukan 3 jenias mikrolaga sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis Mikroalga
No Gambar Jenis
.
1.
Microcystis sp.
2.
Pediastrum duplex
3.
Haematococcus pluvialis
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di bawah mikroskop di
temukan 3 jenis spesies plankton yaitu Microcystis sp, Pediastrum duplex dan
Haematococcus pluvialis. Ketiga jenis mikroalga ini umumnya ditemui di
perairan tawar namun juga dapat ditemui di perairan gambut.
Microcystis sp adalah jenis ganggang biru-hijau (cyanobacteria) yang
biasanya tumbuh di permukaan air. Dalam kondisi normal, Microcystis tidak
berbahaya bagi organisme lain atau manusia. Dalam kondisi tertentu, seperti
musim panas yang terik di daerah subtropis dengan makanan melimpah, spesies
ini dapat tumbuh dengan cepat disebut sebagai “mekar alga” (Retnaningdyah C. et
al., 2019).
Microcystis sp adalah jenis ganggang biru-hijau (cyanobacteria) yang
biasanya tumbuh di permukaan air. Dalam kondisi berkembang biak, Microcystis
dapat menghasilkan racun yang disebut microcystin, yang terutama dilepaskan ke
udara saat sel mati dan pecah. Microcystin memiliki sifat yang sangat toksik
terhadap tumbuhan dan hewan yang dapat menyebabkan kematian
(Retnaningdyah C. et al., 2019).Klasifikasi Microcystis sp menurut (Kützing,
1833), yaitu:
Kerajaan: Eubacteria
Filum : Cyanobacteria;
Kelas :Cyanophyceae
Urutan : Chroococcales
Keluarga : Microcystaceae
Genus : Microcystis sp.
Secara umum ciri-ciri filum arthropoda adalah sebagai berikut:
Tidak diselubungi dengan membran, hidup di berbagai tempat seperti tanah,
perairan, batu-batuan serta inti bongkahan batu, memiliki klorofil dan karatenoid,
fikos ianin, dan beberapa memiliki koerirtrin,
dapat bergerak dengan pergerakan meluncur, tidak berflagel, berkoloni,
sebagian dari Cyanobacteri dapat berkoloni dengan bentuk flamen danmemiliki
hetersista.
Pediastrum duplex merupakan genus ganggang hijau yang banyak ditemukan
di mikrohabitat air tawar karena memiliki sebaran kosmopolitan. Banyak spesies
alga ini telah dideskripsikan. Mereka biasanya organisme planktonik, melayang
dan mengambang di kolam, rawa, kolam dan danau.
Pediastrum duplex (Bold, 2013) berarti bintang polos. Klasifikasi Pediastrum
duplex
Divisi : Chlorophyta
Class: Chlorophyceae
Ordo: Chlorococcales
Family: Hydrodictyaceae
Genus : Pediastrum
Species : Pediastrum duplex.
Nama ini menyiratkan bentuknya. Genus adalah bentuk koloni tebal bersel
satu, yang terdiri dari banyak sel sebanyak 2 (jarang), 4, 8, 16, 32, 64, 128 sel atau
kelipatan 2, tergantung spesiesnya (biasanya 4 sampai 64 sel). Sebagian besar
spesies adalah koloni berbentuk bintang yang merupakan konfigurasi datar,
melingkar atau kadang-kadang tidak beraturan (Prescott, 2012). Koloni terdiri dari
dua bentuk sel yang berbeda yaitu lapisan tunggal atau banyak lapisan sel bagian
dalam yang tidak diproses dan lapisan tunggal sel yang diproses terluar. Sel tepi
memiliki satu, dua atau tiga proses untuk setiap spesies dan oleh karena itu jenis
dan bentuk sel ini, termasuk gambar dan jumlah proyeksi merupakan karakteristik
yang sangat penting untuk identifikasi spesies.
Reproduksi aseksual ganggang ini terjadi dengan pembentukan
autokoloni. Dalam proses ini zoospora biflagellata, spora motil yang memiliki dua
flagela, diproduksi oleh sel dalam koloni dan diselimuti oleh vesikel yang
merupakan lapisan terdalam dari dinding sel (Bold, 2013). Meskipun setiap sel
dapat menghasilkan zoospora, tidak semua sel dapat memproduksinya secara
bersamaan. Zoospora terjadi dengan pembelahan mitosis nuklir berulang tanpa
sitokinesis, pembelahan sitoplasma, dan dengan demikian sel induk berinti
banyak. Setelah itu, sitokinesis untuk setiap nukleus terjadi secara serempak dan
banyak sel anak yang tidak berinti berubah menjadi zoospora biflagellata yang
berenang bebas di dalam vesikel. Selanjutnya, setiap zoospora mengatur dirinya
sendiri untuk membentuk koloni baru yang lebih muda dengan dukungan
mikrotubulus.
Haematococcus pluvialis adalah spesies ganggang hijau yang termasuk ke
dalam filum Chlorophyta.[1] Penelitian mengenai H.pluvialis dimulai pada tahun
1797 oleh Girod-chantrans dan penelitian tersebut dilanjutkan oleh peneliti eropa
lainnya. Deskripsi mengenai H.pluvialis pertama kali di lakukan oleh Flotow pada
tahun 1844 dan pada tahun 1851 Braun menambahkan detail informasi dan
mengkoreksi beberapa kesalahan yang dilakukan pada penelitian sebelumnya.
Haematococcus pluvialis memiliki persebaran yang luas, terutama pada
kawasan yang memiliki empat musim. Spesies ini dikenal karena kemampuannya
dalam memproduksi astaxanthin. Klasifikasi Haematococcus pluvialis
Domain: Eukaryota
Kerajaan: Viridiplantae
Filum: Chlorophyta
Kelas: Chlorophyceae
Ordo: Chlamydomonadales
Famili: Haematococcaceae
Genus: Haematococcus
Spesies: H. pluvialis
Dalam keadaan lingkungan yang optimal untuk
pertumbuhannya, organisme ini bewarna hijau dan berenang bebas di perairan
tawar. Haematococcus akan memproduksi astaxanthin dalam cekaman stres pada
kondisi lingkungan yang minim akan nutrisi,kadar garam tinggi, paparan sinar
yang cukup tinggi, dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan lainnya,
mereka akan membentuk spora dan dengan cepat akan mengakumulasi
astaxanthin pada selnya, sebagai bentuk perlindungan dari kondisi yang tidak
menguntungkan. Spora akan terpecah kembali ketika kondisi lingkungan telah
sesuai untuk pertumbuhannya dan H.pluvialis akan kembali berwarna hijau.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop di temukan 3 jenis
spesies plankton yaitu Microcystis sp., Pediastrum duplex dan Haematococcus
pluvialis. Berdasarkan hasil jumlah spesies mikrolaga yang ditemukan dari
perairan rawa gambut yang pada umum seharusnya terdapat pada perairan tawar.
Keanekaragaman yang tinggi menunjukan komunitas yang tinggi dan variasi
spesies yang besar (Winahyu, 2013). Keanekaragaman suatu perairan ditandai
dengan banyaknya spesies organisme yang membentuk komunitas dalam perairan
tersebut. Semakin tinggi keanekaragamannya maka semakin banyak jumlah
spesies organisme yang mendiami kawasan perairan tersebut dan sebaliknya.
Keanekaragaman yang tinggi memungkinkan tidak adanya pencemaran air. Tinggi
dan rendahnya keanekaragaman dapat menjadi indikator terjadinya kerusakan
pada suatu ekosistem perairan.
4.2. Saran
Saran saya kedepannya lebih teiliti dan berhati-hati saat mengambil sampel
agar data yang di dapat lebih tepatdan lebih teliti didalam melakukan pengamatan
di Laboratorium agar hasil yang di dapatkan lebih valid serta sebaiknya alat – alat
di laboratorium dapat di lengkapi dengan jumlah peralatan yang cukup agar pada
saat melakukan praktikum, praktikan tidak perlu menunggu giliran dengan
kelompok lain. Karena hal ini justu memakan waktu yang banyak sehingga
nantinya praktikumnya juga akan berlangsung lebih lama dari jadwal yang
seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mikroskop
Toples (vol 1 liter) Objek glass
Pipet tetes
Cover glass Botol plankton
Pupuk NPK
Lampiran 3. Prosedur Praktikum
Sterilisasi alat praktikum
Lampiran 4. Jenis Mikroalga Yang Didapat
1