Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGO PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA

OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT karena rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan akhir praktikum.

Laporan akhir praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk memperole nilai

akhir pada praktikum Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura

Penulis mengucapkan terimakasih kepada para Asisten Dosen telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan laporan

akhir praktikum ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan akhir praktikum ini.

Demikian laporan akhir praktikum ini dibuat. Penulis mengharapkan

masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan penulisan laporan akhir

praktikum ini sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 06 Juni 2023

Reztiana
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vi

I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................ 2

II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 3
2.1 Tanaman Cabai.................................................................................. 3
2.2 Hidroponik......................................................................................... 6
2.3 Budidaya Jamur................................................................................. 9
2.4 Sambung Pucuk............................................................................... 11

III METODOLOGI..................................................................................... 14
3.1 Tempat dan Waktu............................................................................. 14
3.2 Bahan dan Alat.................................................................................. 14
3.3 Cara Kerja.......................................................................................... 14

IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 20


4.1 Budidaya Tanaman Cabai.................................................................. 20
4.2 Budidaya Hidroponik......................................................................... 21
4.3 Budidaya Jamur................................................................................. 27
4.4 Sambung Pucuk................................................................................. 28

V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 31


5.1 Kesimpulan........................................................................................ 31
5.2 Saran.................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 33
LAMPIRAN................................................................................................ 35
iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 1.............................................. 15
2. Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 2.............................................. 17
3. Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 3.............................................. 15
4. Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 4.............................................. 17
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Tanaman Cabai...................................................................................... 3
2. Hidroponik............................................................................................... 7
3. Budidaya Jamur........................................................................................ 9
4. Sambung Pucuk...................................................................................... 12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Perhitungan............................................................................................ 35
2. Dokumentasi.......................................................................................... 36
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata hortikultura ( horticulture ) berasal dari bahasa latin, yakni hortus

yang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali

mikroorganisme) pada suatu medium buatan (Zulkarnain 2014). Secara harfiah,

hortikultura berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun atau

tanaman sayuran, buah-buahan, bunga- bungaan dan tanaman hias serta tanaman

obat. Orang yang ahli mengenai hortikultura dikenal sebagai hortikulturist.

Pada umumnya, isi kebun di Indonesia berupa tanaman sayuran, tanaman

hias dan wangi- wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat- obatan, dan

tanaman penghasil rempah. Sedangkan di negara maju, budidaya tanaman

hortikultura sudah merupakan suatu usaha tani yang berpola komersial. Yaitu

diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas. Seiring dengan

semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-hari sebagai

sumber vitamin dan mineral disamping sebagai bahan baku produk olahan,

pengusahaan hortikultura di Indonesia kini mulai dilakukan secara monokultur

dan dikelola secara agribisnis.

Tanaman-tanaman yang digolongkan ke dalam tanaman hortikultura

sangat luas dan beragam, namun tanaman hortikultura memiliki banyak kesamaan

pokok. Diantaranya mudah rusak; mutu produk ditentukan oleh kandungan air;

ketersediaan bersifat musiman; harga produk ditentukan oleh kualitas; dibutuhkan

oleh tubuh dalam jumlah yang sedikit; sebagai sumber vitamin dan mineral serta

berfungsi sebagai 2 pemenuhan kebutuhan rohani. Oleh karena itu, tanaman

hortikultura bersifat padat modal dan padat karya. Sehingga membutuhkan


masukan yang tinggi, namun menghasilkan keluaran yang tinggi pula persatuan

luas dan persatuan waktu.

Budidaya tanaman hortikultura menghendaki perhatian yang serius,

khususnya dalam penentuan persyaratan ekologinya, hal ini dikarenakan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman hortikultura sangat tergantung pada

keadaan ekologi tempat tanaman tersebut tumbuh. Apabila tanaman tersebut

diusahakan pada lingkungan yang memenuhi kebutuhan syarat tumbuhnya, dapat

dipastikan tanaman tersebut akan tumbuh dan berproduksi secara maksimal.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman

hortikultura dapat dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor medium tumbuh.

Melihat dari prospek produk hortikultura tersebut, kami tertarik untuk

membudidayakan komoditas tanaman hortikultura. Untuk itu pada praktikum ini

dilakukan praktikum budidaya tanaman hortikultura. Kegiatan yang dilakukan

adalah budidaya cabai, sambung pucuk tanaman, budidaya hidroponik tanaman

pakcoy dan budidaya jamur tiram.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui teknik budidaya

tanaman cabai, cara sambung pucuk pada tanaman, teknik hidroponik dan juga

teknik budidaya jamur.

2
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai

Tanaman cabai (Capsicum annum L) berasal dari dunia tropika dan

subtropika Benua Amerika, khususnya Colombia, Amerika Selatan, dan terus

menyebar ke Amerika Latin. Bukti budidaya cabai pertama kali ditemukan dalam

tapak galian sejarah Peru dan sisaan biji yang telah berumur lebih dari 5000 tahun

SM didalam gua di Tehuacan, Meksiko. Penyebaran cabai ke seluruh dunia

termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia dilakukan oleh pedagang

Spanyol dan Portugis (Harpanes, et al, 2010).

Gambar 1 Tanaman Cabai

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang

memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya

daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia

termasuk Negara Indonesia. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin,

vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin,

kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi,

kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai

stimulan. Jika seseorang mengonsumsi kapsaisin terlalu banyak akan

mengakibatkan rasa terbakar di mulut dan keluarnya air mata. Selain kapsaisin,
cabai juga mengandung kapsisidin. Khasiatnya untuk memperlancar sekresi asam

lambung dan mencegah infeksi sistem pencernaan. Unsur lain di dalam cabai

adalah kapsikol yang dimanfaatkan untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi,

sesak nafas, dan gatal-gatal.

Seperti tanaman yang lainnya, tanaman cabai mempunyai bagian-bagian

tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

1. Akar

Menurut (Harpenas, 2010), cabai adalah tanaman semusim yang berbentuk

perdu dengan perakaran akar tunggang. Sistem perakaran tanaman cabai agak

menyebar, panjangnya berkisar 25-35 cm. Akar ini berfungsi antara lain

menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya

batang tanaman. Sedangkan menurut (Tjahjadi, 1991) akar tanaman cabai tumbuh

tegak lurus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penegak pohon yang memiliki

kedalaman ± 200 cm serta berwarna coklat. Dari akar tunggang tumbuh akar-

akar cabang, akar cabang tumbuh horisontal didalam tanah, dari akar cabang

tumbuh akar serabut yang berbentuk kecil- kecil dan membentuk masa yang

rapat.

2. Batang

Batang utama cabai menurut (Hewindati, 2006) tegak dan pangkalnya

berkayu dengan panjang 20-28 cm dengan diameter 1,5-2,5 cm. Batang

percabangan berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm, diameter batang

percabangan mencapai 0,5-1 cm. Percabangan bersifat dikotomi atau menggarpu,

tumbuhnya cabang beraturan secara berkesinambungan. Sedangkan menurut

(Anonimb, 2009), batang cabai memiliki Batang berkayu, berbuku-buku,

4
percabangan lebar, penampang bersegi, batang muda berambut halus berwarna

hijau. Menurut (Tjahjadi, 1991) tanaman cabai berbatang tegak yang bentuknya

bulat. Tanaman cabai dapat tumbuh setinggi 50-150 cm, merupakan tanaman

perdu yang warna batangnya hijau dan beruas-ruas yang dibatasi dengan buku-

buku yang panjang tiap ruas 5-10 cm dengan diameter data 5-2 cm.

3. Daun

Daun cabai menurut (Dermawan, 2010) berbentuk hati , lonjong, atau agak

bulat telur dengan posisi berselang-seling. Sedangkan menurut (Hewindati,

2006), daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung meruncing atau

diistilahkan dengan oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi

urat daun. Bagian permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan

bagian permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Panjang daun

berkisar 9-15 cm dengan lebar 3,5-5 cm. Selain itu daun cabai merupakan Daun

tunggal, bertangkai (panjangnya 0,5-2,5 cm), letak tersebar. Helaian daun

bentuknya bulat telur sampai elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata,

petulangan menyirip, panjang 1,5-12 cm, lebar 1-5 cm, berwarna hijau.

4. Bunga

Menurut (Hendiwati, 2006), bunga tanaman cabai berbentuk terompet

kecil, umumnya bunga cabai berwarna putih, tetapi ada juga yang berwarna ungu.

Cabai berbunga sempurna dengan benang sari yang lepas tidak berlekatan.

Disebut berbunga sempurna karena terdiri atas tangkai bunga, dasar bunga,

kelopak bunga, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina.

Bunga cabai disebut juga berkelamin dua atau hermaphrodite karena alat kelamin

jantan dan betina dalam satu bunga. Sedangkan menurut (Anonima , 2007) bunga

5
cabai merupakan bunga tunggal, berbentuk bintang, berwarna putih, keluar dari

ketiak daun. (Tjahjadi, 2010) menyebutkan bahwa posisi bunga cabai

menggantung. Warna mahkota putih, memiliki kuping sebanyak 5-6 helai,

panjangnya 1- 1,5 cm, lebar 0,5 cm, warna kepala putik kuning.

5. Buah dan Biji

Buah cabai menurut (Anonimc, 2010), buahnya buah buni berbentuk

kerucut memanjang, lurus atau bengkok, meruncing pada bagian ujungnya,

menggantung, permukaan licin mengkilap, diameter 1-2 cm, panjang 4-17 cm,

bertangkai pendek, rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, setelah masak

menjadi merah cerah. Sedangkan untuk bijinya biji yang masih muda berwarna

kuning, setelah tua menjadi cokelat, berbentuk pipih, berdiameter sekitar 4 mm.

Rasa buahnya yang pedas dapat mengeluarkan air mata orang yang menciumnya,

tetapi orang tetap membutuhkannya untuk menambah nafsu makan.

2.2 Hidroponik

Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air

yang telah dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh

tanaman untuk menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus

dipertahankan pada tingkat tertentu agar pertumbuhan dan produksi tanaman

optimal (Istiqomah, 2006). Hidroponik dapat menjadi salah satu alternatif

terbatasnya lahan pertanian dan dapat dilakukan pada lahan yang kesuburannya

rendah maupun wilayah padat penduduk. Komoditas yang dapat dipilih dalam

budidaya secara hidroponik seperti endieve, selada keriting hijau, selada keriting

merah, lollo rossa, butterhead, christine, packcoy, monde dan selada Romain yang

jarang dibudidayakan petani konvensional (Herwibowo dan Budiana, 2014).

6
Teknik budidaya ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan

metode konvensional di tanah yaitu hasil tanaman lebih bersih, nutrisi yang

digunakan lebih efisien karena sesuai dengan kebutuhan tanaman, tanaman bebas

dari gulma, tanaman relatif jarang terserang hama dan penyakit karena terkontrol,

kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi sehingga memiliki nilai jual tinggi,

dan dapat menggunakan lahan sempit. Budidaya secara hidroponik lebih ramah

lingkungan karena tidak menggunakan pestisida, tidak meninggalkan residu dan

kebutuhan air lebih hemat serta tanaman tumbuh lebih cepat (Herwibowo dan

Budiana, 2014). Kelemahan sistem budidaya hidroponik meliputi investasi awal

cukup mahal, tenaga kerja harus terlatih dan pemilihan pasar harus tepat.

Gambar 2 Hidroponik

Hidroponik merupakan metode dalam berbudidaya dengan menggunakan

media tanam selain tanah dan pemberian nutrisi sebagai penunjang pertumbuhan

tanaman. Hidroponik adalah teknik budidaya tanaman dengan menggunakan air

sebagai medium tanamnya yang mengandung nutrisi dan oksigen dalam kadar

tertentu (Romalasari dan Sobari, 2019). Bertambahnya pembangunan

menyebabkan lahan pertanian di Indonesia semakin sempit sehingga

mengakibatkan berkurangnya pemasokan bahan pangan terutama didaerah

perkotaan. Teknik budidaya secara hidroponik merupakan upaya intensifikasi

7
alternatif yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemenuhan kebutuhan

nutrisi dan pemanfaatan sumberdaya lahan. Hidroponik menggunakan air sebagai

media utama budidaya dengan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman.

Hidroponik adalah salah satu cara bercocok tanam tanpa menggunakan media

tanah melainkan dapat menggunakan air atau bahan porous lainnya seperti krikil,

pecahan genteng, arang sekam, pasir, dan batu bata sebagai media nutrisi yang

akan diserap tanaman untuk pertumbuhannya (A. Nur dan Aini, 2018). Kelebihan

sistem hidroponik antara lain penggunaan lahan lebih efisien, tanaman

berproduksi tanpa menggunakan tanah, kuantitas dan kualitas produksi lebih

tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, pengendalian

hama dan penyakit lebih mudah. Sistem hidroponik memiliki kekurangan yaitu,

dalam hidroponik membutuhkan ketelitian, ketelatenan, dan pemantauan secara

terus-menerus. Perubahan pH sanga mempengaruhi pertumbuhan, khususnya

tanaman sayur. Pertumbuhan tanaman apabila tidak di pantau secara rutin dan

teliti, akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak optimal sehingga dapat

mempengaruhi kualitas dari tanaman sayur. Budidaya tanaman secara hidroponik

memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan budidaya secara

konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman dapat dikontrol, tanaman dapat

berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang

hama penyakit karena terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih

efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim,

dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Susila, 2013).Pada dasarnya ada 6

jenis sistem hidroponik, yaitu sumbu (wick), budidaya Air, pasang surut dan

aliran, tetes, film teknik hara, dan aeroponik. Diantara berbagai jenis sistem

8
hidroponik, cara bertanam hidroponik sistem Wick adalah jenis yang paling

sederhana.

2.3 Budidaya Jamur

Jamur tiram adalah satu jenis jamur kayu yang banyak tumbuh di media

kayu, baik kayu gelondongan atau serbuk kayu. Jamur dapat tumbuh secara luas

pada media di hampir semua kayu kertas produk samping kayu, tongkol, jagung

dll. Karena bentuk yang membulat, lonjong, dan agak melengkung serupa cakra

tiram maka jamur tiram ini disebut dengan jamur tiram. (Setyowati,2013).

Gambar 3 Budidaya Jamur

Klasifikasi lengkap tanaman jamur tiram adalah sebagai berikut (Cahyana

et al., 2009) : Kingdom : Mycetea Division : Amastigomycotae Phylum :

Basidiomycotae Class : Hymenomycetes Ordo : Agaricales Family : Pleurotaceae

Genus : Pleurotus Species : Pleurotus ostreatus Jamur tiram atau yang dikenal

juga dengan jamur mutiara memiliki bagian tubuh yang terdiri dari akar semu

(rhizoid), tangkai (stipe), insang (lamella), dan tudung (pileus/cap). Jamur tiram

putih merupakan jamur konsumsi, termasuk ke dalam Kelas Bosidiomycetes.

Beberapa spesies jamur tiram yang dapat dikonsumsi juga bernilai ekonomi tinggi

diantaranya dari Genus Pleurotus yang telah dibudidayakan antara lain Pleurotus

9
ostreatus, P. flabellatus, P. fissilis, P.anas, P.cystidiosus, dan P. cystidius. Jamur

tiram yang banyak dikenal oleh petani jamur Indonesia adalah Tiram putih

(Pleurotus ostreatus) (Djarijah et al., 2010).

Secara alami jamur tiram dapat ditemukan tumbuh di batang-batang kayu

lunak yang telah melapuk seperti pohon karet, damar, kapuk, atau sengon yang

berada pada lokasi sangat lembab dan terlindungi dari cahaya matahari (Parjimo

& Agus, 2007). Jamur tiram adalaah jamur kayu yang tumbuh berderet

menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tangkai bercabang dan

tubuh buah yang tumbuh menyerupai kulit kerang (tiram). Tubuh buah jamur ini

memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip

cangkang tiram berukuran 5-15 cm. Jamur tiram putih tumbuh membentuk

rumpun dalam satu media (Gunawan, 2000).

Jamur tiram putih memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, jamur tiram

mengandung lemak 1,7-2,2% dan protein rata-rata 3,5-4% dari berat basah atau

19- 35% berat keringnya. Kandungan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan

sayuran seperti asparagus dan kubis yang hanya memiliki kandungan protein

antara 1,6-2% berat basah. Selain itu, kandungan protein jamur tiram juga masih

tergolong tinggi jika dibandingkan dengan bahan makanan lain seperti beras

7,3%, gandum 13,2%, kedelai 39,1% dan susu sapi 25,2%. Protein dalam jamur

tiram mengandung sembilan asamasam amino esensial yang tidak bisa disintesis

dalam tubuh yaitu lisin, metionin, triptofan, threonin, valin, leusin, isoleusin,

histidin dan fenilalanin (Redaksi Agromedia, 2009).

Disamping rasanya yang lezat, mengandung vitamin, dan memiliki

kandungan gizi yang cukup bermanfaat, sehingga saat ini sudah menjadi pilihan

10
bagi masyarakat sebagai makanan yang layak dikonsumsi. Hal tersebut

menjadikan permintaan pasar akan jamur tiram semakin meningkat, bukan hanya

dari dalam Negeri tetapi juga permintaan dari luar Negeri yang masih sangat besar

peluangnya. Selain itu, cara budidaya jamur tiram ini mudah dan dapat dilakukan

sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas. (Wiardani, 2010).

2.4 Sambung Pucuk

Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan

batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa

sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk

tanaman baru (Hidayat et al., 2002). Grafting ini bukanlah sekedar pekerjaan

menyisipkan dan menggabungkan suatu bagian tanaman, seperti cabang, tunas

atau akar pada tanaman yang lain. Melainkan sudah merupakan suatu seni yang

sudah lama dikenal dan banyak variasinya (Hidayat et al., 2002). Wudianto

(2002) menyatakan bahwa seni grafting ini telah digemari sejak dua abad yang

lalu, yaitu sekitar abad ke-15 dia menggambarkan betapa pelik dan banyaknya

ragam dari seni grafting ini, ada 119 bentuk grafting dari sekian banyak grafting

ini digolongkan menjadi tiga golongan besar, yaitu : 1) Bud-grafting atau budding

yang kita kenal dengan istilah okulasi, 2) Scion grafting, lebih populer dengan

grafting saja, yaitu sambung pucuk, atau enten dan 3) Grafting by approach atau

inarching, yaitu cara menyambung tanaman sehingga batang atas dan batang

bawah masih berhubungan dengan akarnya masing-masing.

11
Gambar 4 Sambung Pucuk

Sebelum melaksanakan kegiatan grafting ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan diantaranya adalah:

1. Batang bawah

Batang bawah mempunyai daya adaptasi seluas mungkin, artinya tanaman

itu kompatibel dengan berbagai varietas. Bahkan bila perlu juga kompatibel

dengan berbagai jenis dalam satu genus, yang dimaksud kompatibel disini adalah

kemampuan dua tanaman untuk membentuk sambungan (buding atau grafting)

dengan baik dan sambungan dua tanaman ini mampu tumbuh dengan baik,

mempunyai perakaran yang kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit

yang ada didalam tanah, kecepatan tumbuhnya sesuai dengan batang atas yang

digunakan, dengan demikian diharapkan batang bawah ini mampu hidup bersama

dengan batang atas, tidak mempunyai pengaruh pada batang atas, baik dalam

kualitas maupun kuantitas buah (tanaman buah-buahan) atau kayu (tanaman 9

kehutanan) pada tanaman yang terbentuk sebagai hasil sambungan, dan

mempunyai batang yang kuat dan kokoh (Wudianto, 2002).

2. Batang atas

Cabang dari pohon yang kuat, pertumbuhannya normal dan bebas dari

serangan hama dan penyakit, bentuk cabang lurus, diameternya disesuaikan

12
dengan batang bawah, yaitu sama atau lebih kecil dari diameter batang bawah.

Diameter paling besar ± 1 cm, cabang dari pohon induk yang sifatnya benar-benar

seperti yang dikehendaki, misalnya berbuah lebat dan berkualitas tinggi (untuk

tanaman buah-buahan), berbatang lurus, batang bulat, pertumbuhan diameter

cepat (jika jenis tanaman kehutanan), bisa menyesuaikan diri dengan batang

bawah sehingga sambungan kompatibel (Syah et al., 2011). 3. Pengumpulan

batang atas Pengumpulan sebaiknya berasal dari pohon yang muda dan sehat,

yang sifatnya benar-benar seperti yang dikehendaki, pilih cabang muda yang

mempunyai beberapa mata tunas yang dorman, lurus, diameternya disesuaikan

dengan batang bawahnya (rootstock) yang umum digunakan berdiameter ± 1 cm,

hindari cabang-cabang yang mungkin mempunyai tunas yang mutan, pilih cabang

yang bebas dari penyakit yang berat dan kerusakan berat karena serangan hama,

usahakan pengambilan batang atas pada pagi hari sebelum tengah hari (Syah et

al., 2011).

13
III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Riau, Kampus Bina Widya Kelurahan Simpang Baru km 12,5 Panam,

Pekanbaru. Pratikum dilaksanakan dari tanggal 23 Febuari 2023 sampai 23 Mei

2023 .

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu pupuk kandang ayam,

bibit cabai, pupuk NPK, furadan, air, air cucian beras, benih pakcoy, rockwool,

larutan AB mix, kain flannel, kentang, jagung, gula pasir, bekatul, agar-agar

powder, busa/kapas, plastik, air kapur, karet, serbuk kayu, dolomit/kapur,

koran/kertas hvs, dan bibit mangga.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cangkul, parang, meteran,

tali rafia, pancang, mulsa, tusuk sate/bambu, pelubang mulsa, cutter, gunting, rak

hidroponik, nettpot, penggaris, botol, pinset, presto, LAFC, dandang,

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Budidaya Tanaman Cabai

3.3.1.1 Pembukaan lahan

Tahap awal dari persiapan lahan yaitu pembersihan lahan. Sebelum

dilakukan pembersihan lahan, lahan yang akan digunakan diukur 8 m × 12 m

menggunakan meteran dan diberi pancang di setiap sudut lahan sebagai batas

lahan yang akan dibuka. Pembersihan lahan praktikum dilakukan dengan

menggunakan cangkul dan parang.


3.3.1.2 Pembuatan Bedengan dan Pemupukan Dasar

Pembuatan bedengan dilakukan dengan ukuran 5m x 1m sebanyak 10

bedengan. Bedengan dibuat dengan cara mengukur terlebih dahulu lebar bedengan

dan drainase, setelah itu diberi pancang dan tali sebagai penanda, lalu di naikan

tanah keatas bedengan setinggi 30 cm dan drainase sedalam 50 cm . Setelah itu

bedengan di ratakan dan dirapikan.

Pemupukan dasar dilakukan 7 hari sebelum penanaman. Pemupukan

dilakukan dengan cara menaburkan pupuk kandang diatas bedengan lalu

dicampurkan hingga rata.

3.3.1.3 Pemasangan Mulsan dan Pembuatan Lubang Tanam

Pemasangan mulsa dilakukan dengan Siapkan alat yang akan digunakan

bersihkan gulma pada bedengan, gemburkan bedengan dan penaikkan tinggi

bedengan, lalu ratakan bedengan, setelah itu pasang mulsa pada pinggiran mulsa

di tusuk menggunakan lidi dan ditutup menggunakan tanah.

Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan mengukur jarak tanam dan

beri tanda, kemudian bolong mulsa yang telah diberi tanda dengan menggunakan

alat pembolong mulsa.

3.3.1.4 Penanaman

Penanaman cabai dilakukan pada pagi hari. Penanaman dilakukan dengan

membuat lubang tanam, tiap lubang tanam diisi dengan 1 benih cabai. Benih

dimasukkan ke dalam lubang tanam dan ditutup dengan tanah tipis.

3.3.1.5 Perawatan

15
Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Apabila turun hujan dan

tanah masih lembab maka penyiraman tidak perlu dilakukan.

Penyiangan Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma

yang tumbuh di sekitar tanaman.

Penyulaman Penyulaman dilakukan pada tanaman yang rusak atau mati

sampai minggu selah tanam.

3.3.2 Budidaya Hidroponik

3.3.2.1 Penyemaian hidroponik

Rockwool dipotong memanjang menggunakan cutter, kemudian dipotong

dadu dengan ukuran 2 cm x 2 cm. Setiap potongan dadu dilubangi dan benih

dimasukkan di dalam lubang. Kemudian rockwool diletakkan di tempat naungan

dna diberi air agar tetap lembab. Letakkan rockwool ditempat yang tidak terkena

cahaya matahari langsung.

3.3.2.2 Pembuatan larutan stok A

Ukur air di gelas ukur sebanyak 900 ml, kemudian masukkan bubuk

larutan stok A dan di aduk hingga homogen. Larutan dicukupkan hingga 1250 ml

dengan ditambahkan air dan diaduk. Larutan dimasukkan ke dalam botol aqua,

tutup rapat dan di simpan dalam suhu ruang.

3.3.2.3 Pembuatan larutan stok B

Ukur air di gelas ukur sebanyak 900 ml, kemudian masukkan bubuk

larutan stok b dan di aduk hingga homogen. Larutan dicukupkan hingga 1250 ml

dengan ditambahkan air dan diaduk. Larutan dimasukkan ke dalam botol aqua,

tutup rapat dan di simpan dalam suhu ruang.

16
3.3.2.4 Pindah Tanam Hiroponik

Pindah tanam hiroponik air dimasukkan kedalam rak 28 liter, dimasukkan

larutan B 60 ml, dimasukkan larutan A 60 ml, disiapkan 40 lubang tanam, dipilih

5 bibit terbaik dari masing-masing kelompok, dimasukkan bibit bersamaan

dengan rockwool ke dalam netpot dan pasang disetiap lubang tanam, ditentukan

20 tanaman sampel dari 40 tanaman dan beri tanda. Apabila tanaman sampel mati

tidak perlu diganti sedangkan tanaman lainnya harus diganti.

3.3.3 Budidaya Jamur

3.3.3.1 Pembuatan F0

Disiapkan alat dan bahan, disiapkan jamur tiram, kemudian cuci hingga

bersih, dipotong bagian batang bawah atau bonggol jamur yang berbentuk tabung

untuk diambil sporanya dan dipindahkan ke dalam media.

3.3.3.2 Pembuatan Bibit Jamur (F1)

Bibit f1 didapat dari f0, siapkan alat dan bahan, siapkan kentang 2 buah,

lalu dipotong dadu, rebus selama 10 menit, dengan perbandingan 2 kentang untuk

1 lt air, saring untuk mendapatkan air, tambahkan gula pasir sebanyak 3 sendok

makan, setelah itu tambahkan 2 bungkus agar powder, siapkan botol sebagai

pengganti cawan petri, masukan campuran tadi ke dalam botol yang sudah bersih,

dimasukkan sampai tidak keluar, tutup menggunakan busa atau kapas, disumbat

menggunakan kapas, ditutup dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang, kukus

menggunakan presto, kukus selama 15 menit dengan suhu 120°c, lalu ambil jamur

untuk diambil spora nya dengan pinset di lfc menggunakan bunsen, masukan ke

17
dalam media agar, diletakkan di suhu ruang/kamar dan jangan terkena cahaya

matahari.

3.3.3.3 F2 Perbanyakan Bibit

Siapkan f1, setelah itu siapkan jagung, jagung di rendam dengan larutan

dolomit, dolomit yang dipakai 2% dari jagung yang dipakai, direndam semalaman

bilas jagung yang tadi lalu di rebus selama 30 menit, setelah itu tiriskan, diamkan

dan kering anginkan selama 2 jam di atas nampan, setelah dingin masukan jagung

ke dalam botol kaca, lalu tutup dengan kapas lapisi dengan plastik dan ikat dengan

karet, kukus dengan presto selama 1 jam, dinginkan setelah itu lakukan proses

inokulasi lakukan di meja steril dan pakai bunsen, setelah itu diambil tanaman

yang di f1 tadi dengan spatula dimasukkan ke dalam lalu tutup dengan kapas

lapisi dengan kertas koran/hvs, diikat simpan di tempat inkubasi selama 1 bulan.

3.3.3.4 F3 pembuatan baglog

siapkan media yg terdiri dari serbuk kayu, bekatul, dan kapur,

perbandingannya 100:10:1, setelah itu campurkan aduk rata tambahkan air

secukupnya, diamkan selama 2-7 hari di dalam suhu ruang. Siapkan plastik kaca,

masukan campuran tadi ke dalam plastik, lalu di padatkan sampai padat diikat

menggunakan karet, dikukus ke dalam presto selama 8 jam, dikering anginkan

masukan ke dalam baglog secukupnya, dimasukkan cincin nya lalu tutup dengan

kertas koran lalu diikat dengan karet, didiamkan selama 7-15 hari di ruang

inkubasi. Setelah umur 15 hari dipindahkan ke rak jamur (kumbung), perawatan

nya disemprot pagi dan sore apabila dalam keadaan kering menggunakan sprayer.

18
3.3.4 Sambung Pucuk

Sambung Pucuk dilakukan dengan pisau cutter batang bagian bawah

dipotong sekitar 20-30cm dari permukaan tanah, kemudian dibelah sedalam 2-3

cm, lalu batang atas dipotong verbentuk huruf V dan disesuaikan potongannya 2-3

cm. Tutup menggunakan plastik lilin tetapi jangan terlalu ketat, alu tutup mulai

dari batang atas hingga sambungan tadi menggunakan plastik lilin juga.

19
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Budidaya Tanaman Cabai

Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura

yang termasuk dalam famili Solanaceae. Cabai merah memiliki nilai ekonomi

serta nutrisi yang tinggi. Kandungan gizi yang terdapat pada tanaman cabai merah

seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vit (A dan C) menjadikan cabai

merah sebagai komoditi yang dibutuhkan masyarakat untuk bahan masakan

(Rindani, 2015).

Menurut Sutanto (2002) pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah

yang lebih baik dari pada bahan pembenah buatan, walaupun pada umumnya

pupuk organik mempunyai kandungan hara makro N, P dan K yang rendah tetapi

mengandung hara mikro dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan dalam

pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang termasuk pupuk organik pemberian pupuk

kandang kotoran ayam memberikan hasil yang baik terhadap jumlah buah cabai.

Hal ini karena pupuk kandang kotoran ayam pada perlakuan tersebut dapat

mencukupi kebutuhan tanaman dalam memproduksi buah.

Tanpa Pupuk kandang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, hal

ini membuktikan unsur hara pada tanah yang digunakan tidak dapat memenuhi

kebutuhan unsur hara untuk tanaman. Seperti halnya yang dikemukakan oleh

Lingga dan Marsono (2003) bahwa pupuk organik dan anorganik dapat

menambah unsur hara dalam tanah yang akan meningkatkan pertumbuhan

tanaman secara optimal. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1988) bahwa laju

fotosintesis yang tinggi menyebabkan karbohidrat yang dihasilkan tanaman

menjadi lebih banyak dimana dengan meningkatnya fotosintat akan


mempengaruhi penumpukan bahan organik di dalam tubuh tanaman itu sendiri.

Pemberian pupuk kandang kotoran ayam dapat menyediakan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman pada proses pembentukan bagian vegetatif tanaman, sehingga

hasil fotosintesis dapat ditimbun pada organ tanaman dan menambah bahan kering

dari tanaman itu sendiri. Oleh karena itu pemberian pupuk kandang kotoran ayam

lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang kotoran ayam.

Sarwono Hardjowigeno (1992) yang menyatakan bahwa kekurangan unsur

hara fosfor dapat mengakibatkan gangguan pada metabolisme dan perkembangan

tanaman, diantaranya menghambat pertumbuhan, kekurangan unsur hara fosfor

pada tanaman dapat dicirikan dengan pertumbuhan terhambat seperti tidak

bertambahnya jumlah cabang.

4.2 Budidaya Hidroponik

4.2.1 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 1

Tabel 1 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 1


Tanaman Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang
(cm) (cm)
1 10 4 0,5
2 8 4 0,2
3 10 4 0,4
4 9 2 0,3
5 9,5 3 0,2
6 9 4 0,3
7 9,2 4 0,2
8 11,5 3 0,4
9 6,5 3 0,2
10 8,9 3 0,2
11 7,5 3 0,1
12 11 5 0,6
13 10 5 0,4
14 10 3 0,3
15 11,5 4 0,5

4.2.2 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 2

21
Tabel 2 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 2
Tanaman Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang
(cm) (cm)
1 11 5 0,6
2 9 4 0,3
3 11 5 0,4
4 10 2 0,4
5 10 4 0,3
6 9,5 4 0,4
7 9,5 5 0,3
8 12 4 0,5
9 7 3 0,3
10 9,2 4 0,3
11 7,6 4 0,3
12 11,3 6 0,7
13 10,5 5 0,5
14 11 4 0,4
15 11,8 5 0,6

4.2.3 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 3

Tabel 3 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 3


Tanaman Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang
(cm) (cm)
1 20,5 18 3
2 20 17 2,5
3 19,7 17 2,7
4 19 18 2,5
5 19,5 12 2,2
6 18 16 2,5
7 17 15 2,4
8 20 15 2,5
9 17 12 2,2
10 18 11 2,4
11 20,4 15 2,2
12 17 13 2,4
13 15,5 10 2,0
14 16,2 11 2,2
15 14 8 2

4.2.4 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 4

22
Tabel 4 Hasil Budidaya Hidroponik Minggu ke 4
Tanaman Sampel Tinggi Tanaman Jumlah Daun Diameter Batang
(cm) (cm)
1 21,5 18 3,2
2 22 18 2,9
3 20,2 17 2,7
4 19 19 2,7
5 19,5 13 2,9
6 19 17 3
7 18 16 2,8
8 21 16 2,9
9 19 14 2,4
10 20 13 3
11 20,8 15 2,6
12 19 14 2,8
13 17 12 2,5
14 18 13 2,7
15 16 10 2,9

Hidroponik adalah sistem penanaman tanaman tanpa menggunakan media

tanam tanah dan menggunakan larutan nutrisi yang mengandung garam organik

untuk menumbuhkan perakaran yang ideal (Rosliani dan Sumarni, 2005).

Hidroponik menjadi alternatif dalam membudidayakan tanaman dikala

terbatasnya lahan, pertanian, rendahnya tingkat kesuburan tanah serta padatnya

wilayah penduduk.

Keunggulan sistem hidroponik yaitu hasil tanaman lebih bersih,

kebersihan lahan mudah terjaga, penggunaan nutrisi yang efisien karena sesuai

dengan kebutuhakn tanaman, tanaman bebas gulma serta relatif jarang terserang

hama penyakit karena terkontrol kualitas dna kuantitas hasil produksi lebih tinggi

sehingga memiliki nilai jual yang tinggi, serta dapat menggunakan lahan yang

sempit (Said, 2007). Budidaya secara hidroponik tidak menggunakan pertisida

sehingga tidak meninggalkan residu sehingga lebih ramah lingkungan. Kebutuhan

air yang digunakan lebih hemat serta pertumbuhan tanaman lebih cepat

23
(Herwibowo dan Budiana, 2014). Kelemahan dari sistem hidroponik yaitu

investasi atau modal awal yang digunakan cukup mahal. membutuhkan tenaga

kerja yang terlatih dan pemilihan pasar yang tepat (Haryanto et al., 2007).

Dalam budidaya hidroponik perlu diperhatikan media tanam yang akan

digunakan. Media tanam yang baik akan memberikan pertumbuhan terbaik pada

tanaman. Karakteristik media tanam yang baik memiliki ciri yaitu membuat unsur

hara tetap tersedia kelembaban terjamin, dan drainase baik. Media yang

digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen, serta tidak

mengandung zat racun bagi tanaman (Istiqomah, 2006).

Jenis media taman pada hidroponik menurut Suryani (2015), diantaranya

sebagai berikut :

1. Arang sekam

Media ini bersifat mudah menyerap air karena bersifat porous dengan

rongga udara yang tinggi dan memiliki drainase yang baik yaitu mampu

menyimpan air, dan tidak mudah lapuk. Arang sekam mengandung N 0,32 % , P

15 % , K 31 % , Ca 0,95% , dan Fe 180 ppm, Mn 80 ppm , Zn 14,1 ppm.

2. Rockwool

Media ini merupakan media anorganik dengan komponen media berbentuk

granula yang berguna untuk menyerap dan meneruskan air sehingga mempunyai

kapasitas memegang air tinggi.

3. Sabut kelapa (Cocopeat)

Cocopeat digunakan sebagai media tanam karena selain murah juga

mudah didapat. Cocopeat memerlukan sterilisasi yang lebih lama dan lebih susah

dibandingkan dengan media yang lain.

24
4. Hidroton

Hidroton merupakan agregat tanah liat yang dibuat menjadi pelet. Pelet

tanah liat dipanaskan hingga 2000 derajat hingga mengeras dengan pori-pori kecil

didalamnya. Pori-pori ini berfungsi sebagai penyimpanan larutan nutrisi sekaligus

tempat sirkulasi udara.

5. Perlit

Media ini terbuat dari batu silica yang dipanaskan dengan suhu tinggi.

Kelebihannya dapat menampung unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan dalam

jumlah yang cukup tinggi.

6. Pasir

Kelebihan media ini mudah diperoleh, harganya tergolong sedang, dapat

dipakai berulang-ulang setelah dibersihkan lagi serta mendukung akar tanaman

sehingga dapat berfungsi seperti tanah. Kekurangannya yaitu berat dan

mempunyai rongga udara yang tinggi, drainase tinggi sehingga mudah kering dan

perlu disterilkan.

7. Spons

Spons yang umum dimanfaatkan sebagai tempat menempelkan rangkaian

bunga, ternyata dapat digunakan sebagai media hidroponik .

Ada beberapa macam metode hidroponik yang dapat digunakan, yaitu:

1. Metode NFT (Nutrient Film Technique)

Metode yang umum digunakan pada tanaman berumur pendek seperti

tanaman herbal dan sayuran. Tanaman secara berkala akan dialiri air yang

mengandung pupuk dan nutrisi dengan pipa dibagian bawah tanaman. Akar

25
tanaman tidak terendam hanya dialiri saja, sehingga akar jangan sampai menutupi

aliran karena menjadikan tanaman lain kekurangan nutrisi.

2. Metode DFT (Deep Flow Technique)

Metode ini akar tanaman diletakkan 4-6 cm, menggunakan listrik untuk

sirkulasi air ke dalam talang-talang dengan pompa. Kebutuhan nutrisi tanaman

terus tersedia karena sistem nutrisi diatur sampai 6 cm, namun boros akan

penggunaan nutrisi.

3. Aeroponik

Metode ini dengan menggunakan udara dan air. Tanaman diletakkan

diposisi yang tinggi hingga akar tanaman menggantung. Prinsip kerjanya dengan

memberi air dan nutrisi pada tanaman dengan sistem penguapan atau kabut, yang

berasal dari pompa air dirak penampung dan di semprot dengan nozzie sehingga

nutrisi yang diberi mudah diserap.

4. Metode EBB dan Flow

Sistem pasang surut, nutrisi tanaman yang diberikan mengenai akar

dengan waktu yang telah ditentukan, ketika cukup nutrisi dialirkan ke wadah

penampung pupuk.

5. Aquaponik

Metode ini suplay nutrisi berasal dari kotoran ikan yang dipelihara. Kolam

ikan hasilkan amoniak tinggi, pompa alirakan amoniak dan bakteri mengubah

amoniak menjadi nitrogen yang baik untuk tanaman.

4.3 Budidaya Jamur

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak

dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup

26
dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti glukosa, selulosa, protein, dan

senyawa pati pada organisme lain atau biasa disebut inang (Parsimo, 2007 dan

Nunung, 2001).

Jamur dapat tumbuh diantara jasad hidup (biotik) atau mati (abiotik)

dengan sifat hidup heterotrof (organisme yang hidupnya tergantung dari

organisme lain) dan saprofit (organisme yang hidup pada zat organik yang tidak di

perlukan lagi atau sampah) (Pasaribu, 2002). Ada banyak jenis jamur, namun

tidak semua dapat dibudidayakan. Berikut jamur yang dapat dibudidayakan :

1. Jamur Merang (Volvariella volvaceae)

Jamur merang merupakan jamur yang paling dikenal diantara sekian

banyak jenis jamur tropika dan subtropika terutama oleh masyarakat Asia

Tenggara. Tubuh buah jamur merang dapat dipanen ketika berusia 13-14 hari atau

pada saat tubuh buah berbentuk bundar lonjong menyerupai telur (Irawati,2017).

2. Jamur Tiram (Pleurotus sp)

Jamur tiram adalah jamur yang mudah dibudidayakan. Jamur ini tumbuh

secara alami pada pohon atau cabang yang sudag mati, oleh sebab itu jamur tiram

dikenal sebagai jamur kayu. Menurut Satriyanto (2009), jamur tiram putih

memiliki dua varietas yaitu jamur tiram varietas florida dan jamur tiram putih

varietas oystern.

Media tanam yang dapat digunakan pada budidaya jamur yaitu:

1. Jerami

Jamur tumbuh baik pada media ini karena sifat media banyak mengandung

bahan organik dan nutrisi sehingga kadar air pada media tumbuh lebih tinggi.

27
Selain itu, jerami memiliki rongga dan bersifat spon yang mampu menjaga

kelembaban media (Ichran et al., 2011).

2. Serbuk kayu/gergaji

Media ini mengandung selulosa, karbohidrat, serat dan lignin sehingga

jamur tumbuh baik pada media ini. Kadar air serbuk gergaji 15% - 20% agar

tahan lama untuk disimpan. Jenis kayu yang tidak dapat digunakan untuk media

tanam jamur yaitu pinus karena mengandung zat belerang.

3. Sekam padi

Sekam padi memiliki kandungan karbon dalam bentuk selulosa dalam

jumlah yang cukup besar dan berperan sebagai penyusun utamanya. Untuk itu

sekam padi baik digunakan untuk media tanamn jamur.

Pada praktikum ini budidaya jamur menggunakan jamur tiram. Hal

dipersiapkan dalam budidaya jamur adalah media dan bibit yang akan digunakan,

karena keberhasilan budidaya jamur tiram ditentukan oleh kualitas media tanam,

proses budidaya dan kualitas. bibit yang digunakan (Gandjar et al., 2006). Adapun

tahap-tahapan dalam pembudidayaan yaitu persiapan bibit, persiapan media,

sterilisasi media, inokulasi bibit, inkubasi dan pemanenan (Purba, 2012).

4.4 Sambung Pucuk

Perbanyakan tanaman digolongkan menjadi dua bagian, yaitu perbanyakan

secara vegetatif dan generatif. Sambung pucuk merupakan perbanyakan tanaman

gabungan antara perbanyakan secara generatif (dari persemaian biji) dengan salah

satu bagian vegetatif (cabang/ranting) yang berasal dari tanaman lain yang

disatukan. Tanaman yang telah disambungkan masing-masing mempunyai

28
keunggulan dari segi kelebatan buah, ukuran besar dan rasa/khasiat serta

ketahanan terhadap hama dan penyakit (Prastowo, 2006).

Penyambungan ada dua macam yaitu Grafting dan Budding. Grafting

adalah penyatuan antara batang dengan batang yang terpisah atau dengan bagian

pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh bersamasama membentuk satu individu

baru. Sedangkan budding adalah bentuk grafting yang khas (okulasi) karena

hanya satu tunas digunakan sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari

batang bawah.

Pada umunya semakin dekat famili antar dua tanaman yang disambung

maka kecepatan pertumbuhan batang atas serta pertautan dan presentasi

keberhasilan lebih tinggi. Pertautan akan ditentukan oleh proses pembelahan sel

pada bagian yang akan bertautan. Dalam penyambungan, tanaman yang akan

disambungkan, harus diketahui sifat batang bawah dan batang atas. Batang bawah

berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik, anatara

lain: tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah

serta keadaan air tanah tertentu yang buruk, dan sebagainya. Sedang batang atas

diambil dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat hasil dan produktivitas yang

diinginkan (Saefudin, 2009).

Faktor teknis yang harus diperhatikan pada saat penyambungan tanaman

diantaranya adalah cara penyambungan antara batang atas dan bawah harus tepat,

penggunaan pisau okulasi harus benar dan steril agar tidak ada bakteri yang

masuk pada saat melakukan pembelahan batang ini bertujuan agar tidak terjadi

pembusukan akibat bakteri parasit tanaman, menutupi sambungan harus benar-

benar baik agar air dan bakteri tidak dapat masuk, dan suhu karena suhu yang

29
tidak menentu dapat menjadi kegagalan penyambungan.Selain itu penyambungan

juga dipengaruhi oleh faktor sumber daya manusia, lingkungan, temperature,

kelembapan, dan cahaya. Keberhasilan teknik penyambungan sangat dipengaruhi

oleh kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung. Pada

penyambungan (grafting) tanaman adenium mengalami kegagalan penyambungan

sehingga tidak tumbuh tunas baru, tidak adanya pertumbuhan ini kemungkinan di

sebabakan beberapa faktor. Diantaranya disebabkan pada penyambungan antara

batang bawah dan batang atas kurang sempurna masih ada celah sehingga supplai

makanan dari batang bawah tidak bisa tersupplai dengan baik ke batang atas.

(Tambing, 2008).

Pada penyambungan dilakukan penutupan dengan plastik atau sisungkup

dengan tujuan agar bagian yang disambung tidak terkena cahaya matahari

langsung sehingga dapat mengurangi transpirasi sehingga tidak terjadi

pembusukan pada batang dan Kalus yang berperan dalam penyambungan tidak

rusak akibat pembusukan yang disebabkan oleh air yang masuk kedalam baik

melalui embun meupun hujan. Selain itu penutupan pada batang yang disambung

juga dapat melindungi sambungan dari faktor luar misal angin dan guncangan

yang dapat mengakibatkan kegagalan pada proses penyambungan.

30
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pupuk kandang termasuk pupuk organik pemberian pupuk kandang

kotoran ayam memberikan hasil yang baik terhadap jumlah buah cabai. Hal ini

karena pupuk kandang kotoran ayam pada perlakuan dapat mencukupi kebutuhan

tanaman dalam memproduksi buah.

Hidroponik adalah suatu cara membudidayakan tanaman dengan

menggunakan air yang telah diberi larutan nutrisi yang dibutuhkan tanaman

sebagai media tumbuh tanaman untuk menggantikan tanah. Hidroponik menjadi

alternatif dalam membudidayakan tanaman dikala terbatasnya lahan, pertanian,

rendahnya tingkat kesuburan tanah serta padatnya wilayah penduduk. Pada

praktikum tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik adalah tanaman

pakcoy menggunakan media rockwool dan pemberian nutrisi A dan nutrisi B.

Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak

dapat melakukan fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup

dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti glukosa, selulosa, protein, dan

senyawa pati pada organisme lain atau biasa disebut inang. Untuk itu jamur perlu

dibudidayakan secara optimal. Pada praktikum jamur yang dibudidayakan yaitu

jamur tiram menggunakan media baglog.

Sambung pucuk atau Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan

vegetatif menyambungkan batang bawah (rootstock) dan batang atas (scion) dari

tanaman yang berbeda. Batang atas atau Scion yang digunakan untuk Grafting

dipilih dari induk yang mempunyai berbagai keunggulan seperti hasil produksi
buah yang tinggi dengan rasa dan aroma yang digemari serta tahan terhadap hama

dan penyakit.

5.2 Saran

Sebaiknya pada saat kegiatan praktikum berlangsung para praktikan lebih

aktif sehingga kegiatan praktikum terlaksanakan dengan baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul dan Nur Azizah. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran secara
Hidroponik. UB Press. Jakarta

Anonim. 2009. Menanam Budidaya Cabai Merah. Jakarta. PT Agromedia


Pustaka. 78 hlm.

Dermawan, R dan A. Harpenas. 2010. Budidaya Cabai Unggul, Cabai Besar,


Cabai Keriting, Cabai Rawit, dan Paprika. Penebar Swadaya. Jakarta.

Djarijah, Djarijah. 2010. Budidaya Jamur Tiram. Kanisius. Yogyakarta.

Gunawan. A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta

Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Melon Putra.

Haryanto. E.,Suhartini, T., Rahayu.E dan Sunarjono. H. H. 2007. Sawi dan selada.
Penebar swadaya. Jakarta.

Herwibowo Kunto dan Budiana, N. S. 2014. Hidoponik Sayuran untuk Hobi dan
Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta Timur. 132 ha.

Herwibowo, Kunto dan N. S. Budiana. 2015. Hidroponik Sayuran untuk hobi dan
bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hewindati, Y.T. 2006. Hortikultura. Universitas Terbuka. Jakarta.

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan Kering untuk Pertanian. Dalam


Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. Penyunting: A. Adimihardja,
Mappaona dan A. Saleh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Badan Litbang Deptan, Bogor. Hal. 1-34.

Istiqomah, Siti. 2006. Menanam Hidroponik. Jakarta: Azka Press.

Lingga, P dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya.


Jakarta. 149 hal.

Nunung. 2001. Pertumbuhan Jamur Tiram. Alumni Bandung.

Pasaribu. 2002. Aneka Jamur Unggulan Yang Menembus Pasar. Jakarta:


Grasindo.

Prastowo, N. H.J. M. Roshetko dan G. E. S. Maunrung. 2006. Tehnik Pembibitan


dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre
(ICRAF) dan Winrock International. Bogor.
Purba Elida, Ade Citra Khairunisa, Kajian awal reaksi fotosintesis untuk
penyerapan gas CO2 menggunakan mikroalga Tetraselmis Chuii, Jurnal
Rekayasa Proses, 2012, No 1. Vol 6
Romalasari A, Sobari E. 2019. Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Menggunakan
Sistem Hidroponik Dengan Perbedaan Sumber Nutrisi. J Agriprima, J
Appl Agric Sci. 3(1):41–50.

Rosliani, Rini dan Nani Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan
Sistem Hidroponik. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Saefudin. 2009. Kesiapan teknologi sambung pucuk dalam penyediaan bahan


tanaman jambu mete.Jurnal Litbang Pertanian 28(4): 149 – 155.

Said, Ahmad. 2007. Khasiat dan manfaat kunyit. Sinar Wadja Lestari.

Susila, A. D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agonomi dan Hortikultura.


Fakultas Pertanian. Modul. Bogor:

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan


Pengembangannya. Kanisius. Jakarta.

Sutedjo, Mulyani Mul dan A.G Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah.
Jakarta : PT. Bina Aksara.

Syah, Jamal M Anwaruddin. (20011). Pengaruh lama penyimpanan entris


terhadap keberhasilan sambung pucuk beberapa varietas avokad. Jurnal
Hortikultura 18 (4): 402–8.

Tambing, Y. dan A. Hadid, 2008. Keberhasilan pertautan sambung pucuk pada


mangga dengan waktu penyambungan dan panjang entris berbeda. Jurnal
Agroland, 15(4): 296-301.

Tjahjadi, N. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Warsito, H. Rindiani. dan Nurdiansyah, F. 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar.


Nuha Medica. Yogyakarta.

Wiardani, I. 2010. Budidaya Jamur Kosumsi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wudianto, R. 2002. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Zulkarnain 2014. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta

34
LAMPIRAN

1. Perhitungan

a. Perhitungan pupuk kandang


Diketahui: Luas bedengan = 5m × 1m
Dosis anjuran pupuk kandang = 20 ton/ha
Ditanya : Dosis pupuk perbedengan?
Jawaban :
Luas bedengan
Dosis pupuk per bedengan = × dosis pupuk anjuran
luas lahan 1 ha
5 m×1 m
¿ × 20.000 kg
10.000 m2
= 10 kg
b. Perhitungan larutan nutrisi AB mix
Diketahui : jumlah air = 28 liter
Dosis minggu 2 = 700 ppm
Dosis minggu 3 = 900 ppm
Dosis minggu 4 dan 5 = 1200 ppm
Ditanya : Dosis perminggunya ?
Jawaban :
ppm
Rumus ¿ ×5 × jumlahair
1000
700
Dosis minggu 2 ¿ ×5 × 28=98 ml
1000
900
Dosis minggu 3 ¿ ×5 × 28=126 ml
1000
1200
Dosis minggu 4 dan 5¿ ×5 × 28=168 ml
1000
1200
Dosis minggu 6,7,8 sampai panen ¿ ×5 × 28=182 ml
1000

35
2. Dokumentasi

Gambar 1. Pengukuran lahan Gambar 2. Pemasangan ajir

Gambar 3. Pembukaan lahan Gambar 4. Penggemburan tanah

Gambar 5. Pembuatan drainase Gambar 6. Pembuatan bedengan

Gambar 7. Pemupukan dasar Gambar 8. Pemasangan mulsa

Gambar 9. Pembuatan lubang tanam Gambar 10. Penyiraman

Gambar 11. Penanaman Gambar 12. Tanaman cabai

36
Gambar 13. Pembuatan larutan stok a Gambar 14. Pembuatan larotan stok b

Gambar 15. Pembuatan media tanam Gambar16. Pembersihan media tanam

Gambar 17. Pemberian air pada media Gambar 18. Pemberian stok b

Gambar 19. Pemberian stok a Gambar 20. Pengamtan hidroponik

Gambar 21. Pemanen Gambar 22. Budidaya jamur tiram

Gambar 23. Rak baglog Gambar 24. baglog

37
Gambar 25 Pemotongan batang induk Gambar 26 Pemotongan daun-daun

Gambar 27 Pemotongan batang bawah Gambar 28 Pemtongan berbentuk V

Gambar 29 Pemasangan batang Gambar 30 Pelapisan batang dengan


bawah dan batang atas plastik

Gambar 31 Penutupan tanaman Gambar 32 Pengikatan plastik pada


dengan plastik batang

38

Anda mungkin juga menyukai